Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Apotek

Apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/2004 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya

pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal 1, yang dimaksud dengan

apotek adalah saranan pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh apoteke

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

Pemenkes RI. No.922/Menkes/Per/SK/1993, tugas dan fungsi apotek yaitu :

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker dan system apoteker yang

telah mengucapkan sumpah jabatannya

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, perubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat serta pemberian

informasi obat.

c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang

diperlukan serta meluas dan merata.

1
2

2.3 Tujuan Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9

Tahun 2017, tujuan apotek adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian diapotek.

b. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kefarmasian di apotek.

c. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan

pelayanan kefarmasian di apotek (Permenkes RI No.9/2017)

2.4 Persyaratan Apotek

Persyaratan apotek berdasarkan permenkes No.922/Menkes/Per/XI/1993 pasal 6

yaitu :

a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan haru siap dengan

tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnnya

yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar

sediaan farmasi
3

2.4 Struktur Organisasi Apotek

Struktur organisasi di apotek bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja apotek

dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya struktur organisasi

dalam apotek maka setiap pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing,

sesuai dengan jabatan yang diberikan, serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban

serta wewenang maka dengan adanya struktur organisasi sebuah apotek akan

memperjelas posisi hubungan antar elemen setiap orang. Untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, maka secara umum apotek mempunyai struktur oganisasi sebagai

berikut :

Adapun fungsi dari masing-masing Struktur Organisasi Apotek Kami di atas :

a.       Pemilik Saham Apotek ( PSA )

1.       Menanggung semua modal pendirian Apotek.

2.       Mengurus semua persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendirikan

Apotek.

3.       Berhak memilih APA ( Apoteker Pengelola Apotek ).

4.       Mengontrol keuangan Apotek.

b.      Apoteker Penanggung Jawab

1.       Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa

tersedia dan diserahkan kepada yang membutuhkan.


4

2.      Menata Apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa Apotek

menyediakan berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara

lengkap.

3.       Menetapkan harga jual produk dengan harga bersaing.

4.       Mempromosikan usaha Apotek melalui berbagai upaya ( misal : media

sosial web )

5.       Mengelola Apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan.

6.       Mengutamakan agar pelayanan di Apotek dapat berkembang dengan

cepat, nyaman dan ekonomis.

c.       Apoteker Pendamping ( APING )

1.       Membantu pekerjaan APA dalam memanajerial Apotek.

2.       Menggantikan APA di Apotek ketika APA sedang tidak ada di tempat.

d.      Asisten Apoteker 1 dan 2 ( AA )

1.      Menggantikan pekerjaan Apoteker dalam meracik dan memberikan

pelayanan informasi obat.

2.       Mengisi kartu stock obat.

e. Administrasi

f. Kasir

2.5 Standar Pelayanan Farmasi di Apotek

Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan

Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan
5

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Pelayanan farmasi meliputi:

1. pengkajian Resep;

2. dispensing;

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO);

4. konseling;

5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan

7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

2.5.1 Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian resep meliputi admiistrasi, kesesuaian farmasetik dan

pertimbangan klinis.

Kajian administratif meliputi:

1. Informasi pasien (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, alamat)

2. Informasi dokter penulis resep (nama dokter, nomor Surat Izin Praktik

(SIP), alamat, nomor telepon dan paraf)

3. Tanggal penulisan resep

Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

1. Bentuk dan kekuatan sediaan.

2. Dosis dan jumlah Obat.

3. Stabilitas dan ketersediaan.


6

4. Aturan dan cara penggunaan.

5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

Pertimbangan klinis meliputi:

1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;

2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;

3. duplikasi dan/atau polifarmasi;

4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi

klinis lain);

5. kontra indikasi; dan

6. interaksi.

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker

harus menghubungi dokter penulis Resep.

2.5.2 Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi Obat.

Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:

1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:

a. menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep;

b. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan

memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.

2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan

3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:

a. warna putih untuk Obat dalam/oral;


7

b. warna biru untuk Obat luar dan suntik;

c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau

emulsi.

4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang

berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.

Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:

a. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan

kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta

jenis dan jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep);

b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;

c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;

d. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat;

e. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait dengan

Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,

kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain;

f. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,

mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;

g. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau keluarganya;

h. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh Apoteker

(apabila diperlukan);

i. Menyimpan Resep pada tempatnya;

j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan menggunakan Formulir

5 sebagaimana terlampir.
8

Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan

swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan

Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas

terbatas yang sesuai.

2.5.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker

dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan

kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi

kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat

Resep, Obat bebas dan herbal.

Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda

pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan

penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,

ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.

Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:

1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;

2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat

(penyuluhan);

3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;

4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang

sedang praktik profesi;

5. Melakukan penelitian penggunaan Obat

2.5.4 Konseling
9

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga

untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga

terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang

dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime

questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan

metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau

keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.

Tahap kegiatan konseling:

1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien

2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime

Questions, yaitu:

a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?

b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?

c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda

menerima terapi Obat tersebut?

3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk

mengeksplorasi masalah penggunaan Obat

4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan

Obat

5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.

2.5.5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)


10

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan Pelayanan

Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan

pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.

Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi:

1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan

2. Identifikasi kepatuhan pasien

3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya cara

pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin

4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum

5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat berdasarkan

catatan pengobatan pasien

6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah dengan menggunakan

Formulir 8 sebagaimana terlampir.

2.5.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan

terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

meminimalkan efek samping.

2.5.7 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada

manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi

fisiologis.
11

2.6 Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan sebuah apotek, di perlukan sumber daya manusia yang

berkompeten, mempunyai fungsi dan peranan serta tanggung jawab. Adapun

sumber daya manusia di apotek antara lain :

a. Apoteker Pengelola Apotek (APA)

APA adalah apoteker yang telah memiliki surat izin penyelenggaraan apoteker

(SIPA) yang berlaku selama apotek masih aktif melakukan kegiatan.

b. Apoteker Pendamping

Apoteker Pendamping adalah apoteker yang mendampingi Apoteker Pengelola

Apotik (APA) pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

c. Apoteker Penggaanti

Adalah apoteker yang telah memiliki surat izin kerja atau (SIK) yang bekerja

yang menggantikan (APA) selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih

dari tiga bulan serta terus menerus dan tidak bertindak sebagai APA di apotik

lain.

d. Tenaga Teknis Kefarmasian / TTK

Adalah seorang lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi bidang farmasi yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak membantu apoteker dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian.

e. Juru Resep

Petugas yang membantu pekerjaan tanaga teknik kefarmasian.


12

2.7 Sarana dan prasarana

Apotek dapat melakukan kegiatan pelyanan komuditi yang lain dibuat sediaan

farmasi. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan

komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. Salah satu yang perlu diperhatikan

dalam mendirikan apotek :

a. Apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh masyarakat dan dapat

dengan mudah diakses oleh masyarakat.

b. Pada halaman apotek, harus dapat papan petunjuk dengan tertulis kata

“Apotek”.

c. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari

aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya.

d. Masyarakat harus diberikan akses secara langsung dan mudah oleh apoteker

untuk mempetroleh informasi dan konseling.

e. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihan.

f. Apotek harus bebas dari hewan pengerat seranggga.

g. Apotek memiliki siplay listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.

h. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak penyimpanan obat dan

barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu, kelembapan damn

cahaya yang berlebihan, diletakkan pada temperatur ruangan yang telah

ditetapkan.

Bangunan apotek sekurang kurangnya memiliki ruangan khusus untuk:

a) Ruangan percikan dan penyerahan resep.

b) Ruang administrasi dan ruang kerja apoteker.


13

c) Toilet dan kelengkapan bangunan apotek.

d) Sumber air harus memenuhi syarat kesehatan.

e) Penerangan harus memadai sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas

fungsi apotek.

f) Alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik minimal dua buah.

g) Ventilasi udara dan sanitasi yang baik serta memenuhi persyaratan hygenis

lainnya.

Selain itu juga harus memenuhi:

a) Ruang tunggu yang nyaman bagi pelanggan dan pengunjung apotik.

b) Tempat untuk mendisplay informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur atau materi informasi.

c) Ruang tertentu untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untukn menyimpan catatan mediasi pasien.

d) Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

2.8 Pengelolahan Sediaan Farmasi dan Pembekalan Kesehatan

Pengelolahan sediaan farmasi dan pembekalan kesehatan lainnya dilakukan

sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku meliputi perencanaan,

pengadaan, penyimpanan dan pelayanan.

Sediaan farmasi adalah obat, obat asli indonesia, alat kesehatan dan kosmetik,

perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang di perlukan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan.


14

Adapun pengelolahan farmasi dan pembekalan kesehatan lainnya meliputi:

1. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan dalam membuat sediaan farmasi,

perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan budaya

masyarakat.

Metode yang digunakan dalam perencanaan pengadaan antara lain:

a. Metode Epidemiologi

Yaitu berdasarkan pola penyebaran dan pengobatan penyakit yang terjadi

pada masyarakat sekitar.

b. Metode Konsumsi

Yaitu berdasarkan data pengeluaran barang periode sebelumnya.

c. Metode Kombinasi

Yaitu berdasarkan pola penyebaran penyakit dan melihat jumlah kelebihan

sediaan farmasi periode sebelumnya.

d. Metode just in time

Yaitu perencanaan yang dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada

diapotek dalam jumlah terbatas. Perencanaan ini berlaku untuk obat-obat

yang jarang diresepkan dan harganya mahal serta, tanggal kadaluarsanya

pendek.

2. Pengadaan

Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan

disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada dan harus melalui jalur resmi

demi menjamin kualitas barang. Pengadaan brang meliputi proses pemesanan,


15

pembelian, dan penerimaan barang, ada tiga macam pengadaan barang di

apotek yaitu:

a. Pengadaan dalam jumlah tertentu terbtas, yakni pembelian yang dilakukan

apabila persediaan barang sudah menipis.

b. Pengadaan berencana, yakni pembelian berdasarkan pola kebutuhan bulan

sebelumnya atau berdasarkan data obat-obatan yang cepat beredar

bergantung pula pada keadaan tertentu seperti pada kondisi cuaca.

c. Pengadaan spekulatif, yakni pembelian yang dilakukan dalam jumlah besar

dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena

diskon atau bonus yang ditawarkan.

3. Penyimpanan

Obat dan bahan harus disimpan dalam wadah yang cocok dan memenuhi

ketentuan pengemasan dan pengadaan sesuai ketentuan yang berlaku. Obat

yang disimpan harus terhindar dari pencemaran dan penguraian, pengaruh

sediaan obat, jenis obat dan penyusunan dilakukan secara alfabetis untuk

mempermudahkan pengambilan obat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan antara lain:

1. Produk disimpan sesuai persyaratan

2. Produk disimpan dengan kaidah penyimpanan obat yang benar (alfabetis

FIFO, FEFO) suhu, sediaan dan efek farmakologi

3. Narkotika harus disimpan di tempat yang sesuai dengan persyaratan

ketentuan,
16

4. Obat jadi disimpan dalam kemasan primer

5. Bahan baku obat disimpan sesuai ketentuan

6. Arus keluar masuk obat dicatat pada kartu stok

Beberapa ketentuan cara penyimpanan obat/bahan di apotek antara lain:

1. Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah menguap.

2. Disimpan terlindung dari cahaya untuk sediaan tablet, kaplet, kapsul,

sirup.

3. Disimpan bersama dengan zat pengering, penyerap lembab.

4. Disimpan pada suhu kamar (suhu 15-30˚c).

5. Disimpan pada tempat sejuk (suhu 2-8˚c) untuk ovula suppositoria

2.9 Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan

kegiatan administrasi yaitu:

1. Administrasi umum

Meliputi pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika dan psikotropika serta

dokumentasi.

2. Administrasi khusus

Meliputi pengarsipan resep,pengarsipan catatan pengobatan pasien,

pengarsipan monitoring penggunaan obat.


17

2.10 Pengertian Obat

Obat adalah bahan atau paduan yang dimaksud untuk mendapatkan diagnose,

mencegah, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, gejala penyakit, luka,

kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan untuk memperoleh

bahan atau bagian badan manusia.

2.10.1 Kaidah Hukum

Untuk mempermudah pengelolahan obat, mulai dari kegiatan pada industri

sampai dengan industri (apotek, toko obat) dan ketepatan penggunaannya di

tangan konsumen. Pemerintah menetapkan beberapaperaturan mengenai “tanda”

untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di Wilayah Republik Indonesia.

Beberapa peraturan tersebut antara lain:

a. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika

b. UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika

c. KEPMENKES RI No. 2380/ASK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan

Obat Bebas Terbatas

d. KEPMENKES RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda khusus Obat Keras

Daftar G

e. KEPMENKES RI No. 347/Menkes/SK/VII/90 tentang Obat Wajib Apotek

f. PERMENKES RI No. 688/ Menkes/ Per/ VII.1997 tentang Peredaran

Psikotropika
18

2.10.2 Golongan obat

Golongan obat yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narotika,

psikotropika, prekusor yang meliputi OWA (obat wajib apotek), obat generik,

obat generik berlogo, obat paten, jamu dan fitofarmaka.

1. Obat bebas

Obat bebas merupakan obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter dan bisa

dijual di apotek maupun toko obat. Istilah lain untuk obat bebas adalah obat Over

The Counter (OTC).Golongan ini diberi tanda berupa lingkaran hijau dengan garis

tepi berwarna hitam.

2. Obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas merupakan obat yang dijual bebas dan dapat dibeli

tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran biru dengan garis tepi berwarna

hitam, dan disertai salah satu di antara 6 jenis peringatan sebagai berikut:

P No. 1, Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Memakainya

P No. 2, Awas! Obat Keras, Hanya Untuk Kumur, Jangan Ditelan

P No. 3, Awas! Obat Keras, Hanya Untuk Bagian Luar Badan

P No. 4, Awas! Obat Keras, Hanya Untuk Luka Bakar

P No. 5, Awas! Obat Keras, Tidak Boleh Ditelan

P No. 6, Awas! Obat Keras, Obat Wasir, Jangan Ditelan


19

3.Obat keras

Obat keras disebut juga obat golongan G (gevaarlijk: berbahaya) atau

Ethical. Obat ini merupakan obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep

dokter. Ditandai dengan lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam, serta

huruf K berwarna hitam.

4. Obat psikotropika

Obat ini merupakan obat bukan dari golongan narkotika, namun memlii

efek yang mempengaruhi susunan syaraf pusat sehingga orang yang meminumnya

akan mengalami perubahan khas pada mental dan prilaku. Tandanya sama dengan

obat keras.

5. Narkotika

Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai mehilangkan rasa

nyeri dan menimbulkan ketergantungan ditandai berupa palang berwarna merah.

6. Prekursor

Prekursor merupakan zat atau bahan pemula atau bahan kimia untu

pembuatan psikotropika dan narkotika.


20

7. Obat Wajib Apotek

Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat yang dapat diserahkan tanpa resep

dokter oleh apoteker di apotek


21
22

Anda mungkin juga menyukai