Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktek kerja industri merupakan salah satu program pendidikan dan
pelatihan kesehatan dalam mengembangkan serta menerapkan teori yang
diterima oleh siswa selama pendidikan berlangsung.
Dalam pelaksanaan praktek kerja industri SMK Sentosa Dharma
(Program Keahlian Farmasi) dibagi menjadi 4 tempat yaitu :
1. Instalasi farmasi dan alat kesehatan
2. Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas)
3. Rumah Sakit
4. Apotek swasta
Tujuan diadakannya PRAKERIN ini adalah supaya siswa dapat
mengenal serta terampil ketika terjun di lapangan pekerjaan.
Dengan adanya pendidikan tenaga kesehatan yang salah satunya
dibidang kefarmasian diharapkan dapat membentuk, menciptakan dan
mencetak tenaga kesehatan yang handal dan berkualitas dengan jumlah yang
cukup sehingga mampu mengembangkan tugas dalam menyampaikan dan
meningkatkan mutu pelayanan obat dan alat kesehatan kepada seluruh lapisan
masyarakat. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan program kesehatan dengan
semaksimal mungkin maka setiap siswa diwajibkan melaksanakan praktek
kerja industri (Prakerin).

B. Tujuan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)


Adapun tujuan dari Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) adalah
sebagai berikut :
a. Agar siswa dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
b. Supaya siswa dapat mempraktekkan materi yang diperoleh selama
pendidikan dan pelatihan di sekolah maupun diluar sekolah.
c. Agar siswa dapat menumbuhkan dan menanamkan sifat disiplin dan
bertanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan.

1
C. Manfaat Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)
Dalam Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang dilaksanakan,
adapun manfaatnya yaitu :
a. Dapat memperoleh pengetahuan baru tentang bidang farmasi.
b. Dapat mempraktekkan materi dan teori yang diperoleh dari sekolah
maupun luar sekolah.
c. Dapat membiasakan diri untuk disiplin dan bertanggung jawab.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek pada pasal 1
menyebutkan bahwa “Yang dimaksud dengan Apotek adalah suatu tempat
tertentu dimana dilakukan usaha-usaha dalam bidang farmasi dan pekerjaan
kefarmasian. “Peraturan Pemerintah (PP) tersebut kemudian dirubah dengan
keluarnya PP No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No. 26 tahun
1965 tentang Apotek menjadi “Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat.
“Sedang tugas dan fungsi Apotek adalah : (Modul Undang-Undang Kesehatan
Untuk SMK Farmasi berdasarkan kurikulum SMF edisi 2004).
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
b. Sarana farmasi yang melakuan pengubahan bentuk dan penyerahan obat
atau tahan obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan mayarakat secara meluas dan merata.
Permenkes No. 922 tahun 1983 menyebutkan bahwa “Apotek adalah
tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
perbekalan farmasi kepada masyarakat. “Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332 tahun 2002 maupun Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 sedikit mengubah
definisi diatas menjadi “Apotek adalah tempat tertenu tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa apotek merupakan salah
satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, selain itu juga sebagai salah
satu tempat pengabdian dan praktek profesi Apoteker dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian. Dalam hal membantu masyarkat untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal, maka Apoteker di apotek harus senantiasa
hadir dan siap untuk melakukan tugas profesionalnya sesuai dengan ilmu yang

3
dimilikinya, yaitu dengan melakukan konseling, pemberian informasi dan
edukasi kepada masyarakat tentang obat yang diterimanya. Peran Apoteker di
apotek yang tidak kalah penting adalah sebagai manager, yaitu mengelola
sumber daya yang ada di apotek dengan maksimal agar apotek berkembang
dengan baik. Kedua peran tersebut harus dimiliki oleh seorang Apoteker dan
harus dilaksanakan secara beriringan.
Peraturan umum tentang perapotekan yang terbaru dan berlaku saat ini
adalah Kepmenkes No. 1027 tahun 2004, dengan ketentuan umum sebagai
berikut :
1. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat.
2. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan
telah mengucapkan sumpah jabatan berdasarkan peraturan perundang-
perundangan yang berlaku, dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
di Indonesia sebagai apoteker.
3. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat tradisional dan kosmetika.
4. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Alat kesehatan adalah bahan, instrumen apparatus, mesin, implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan dan atau membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
6. Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Perlengkapan Apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk
melakukan pengelolaan apotek.
8. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah bentuk pelayanan
dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan
kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

4
9. Medication Record adalah catatan pengobatan setiap pasien.
10. Medication Error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang
sebetulnya dapat dicegah.
11. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara
apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah
berkaitkan dengan obat dan pengobatan.
12. Pelayanan Resedensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai
care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya.
(Modul Farmasi Komunitas).

B. Ketenagakerjaan / Personal Apotek


1. Ketenagakerjaan :
a. AA (Asisten Apoteker) : Tenaga dibidang menengah.
b. Apoteker : Tenaga dibidang sarjana.
c. Karyawan.
2. Tugas AA (Asisten Apoteker)
Tugas dan tanggung jawab Asisten Apoteker antara lain :
a. Berkonsultasi dengan Apoteker.
b. Menyimpan resep untuk dijadikan sediaan jadi preparan.
c. Memberikan pengarahan terhadap seluruh pegawai tentang
penggunaan obat.
3. Tugas dan Kewajiban Apoteker
Apoteker bertanggung jawab seluruhnya pada Apotek, baik dalam
permohonan izin pendirian Apotek sampai berkewajiban menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan pembekalan farmasi yang bermutu baik dan
keabsahannnya terjamin.
4. Tugas Karyawan
a. Tugas karyawan melayani pembeli seperti paramedis dan masyarakat.
b. Tugas karyawan gudang adalah menata sedemikian rupa obat-obat
yang baru datang dan menyetok keluar masuknya obat di gudang.

5
C. Alur Pelayanan R/ Di Apotek

Memberikan Apoteker/Asiste
Pasien Datang
R/Kepada n Apoteker

Mengecek
Kelenkapan/Keabsahan Resep
Skrining Resep/Menghitung
Dosi
Diberi Harga
Diberi Nomor Urut R/

KIE Oleh KASIR


Apoteker Ke Apoteker/Asiste
n Apoteker Menerima Uang
Pasien

Meracik
Cara Penggunaan Etiket
Efek Samping Dikemas
Dicocokan

(Modul Farmasi Komunitas Untuk Kelas XI)

D. Pelayanan Teknis di Apotek


1. Pelayanan Resep
Prosedur pelayanan resep yang terdapat di Apotek adalah :
a. Resep datang lalu dihitung jumlah obat yang akan diracik sambil diberi
harga oleh AA, kemudian harga resep tersebut di sampaikan ke pasien,
lalu pasien melakukan pembayaran kepada kasir.
b. Kemudian setelah harga disetujui oleh pasien, resep diracik oleh
petugas AA tersebut, setelah selesai lalu diberikan etiket sesuai apa
yang tertulis dilembar resep, dan setiap resep dikemas dalam bungkus
plastik dengan rapi.

6
c. Resep, penulisan etiket dan jumlah obat dalam bungkus plastik
tersebut, akan diperiksa kembali oleh AA Senior sebelum diserahkan
kepada pasien.
d. Obat yang sudah diracik dan dicocokkan kesesuainnya dengan resep
kemudian diserahkan kepada pasien dengan cara memberikan
informasi tentang cara penggunaan obat efek samping sesuai dengan
resep yang tertulis.
e. Di dalam pelayanan resep kita harus memahami isi dari resep tersebut
antara lain :
● Membaca resep dengan cermat dan teliti mengenai :
1. Keabsahan / keaslian resep
2. Nama Obat
3. Bentuk sediaan
4. Dosis obat
5. Cara pemakaian
6. Aturan pakai
● Jika tulisan resep tidak dapat dibaca/ragu maka Tanya kepada
sesama karyawan apotek AA senior / apotekernya.
● Apabila jenis obat yang diminta dalam resep, tidak ada atau habis
maka konsultasikanlah terlebih dahulu kepada dokter yang
bersangkutan untuk digantikan dengan obat yang lain, dengan
syarat obatnya harus :
1. Sama kandungan isinya.
2. Sama dosisnya.
3. Sama kegunaannya / indikasinya.
● Jangan mengganti obat generic dengan obat paten di Apotek
apabila obat yang ditulis dalam resep tidak tersedia, maka
petugas apotek mengalihkannya ke apotek lain atau petugas
apotek membuat copy resep atas obat yang tidak ada tersebut
untuk ditebus di apotek lain.
2. Pelayanan Non Resep
a. Obat wajib apotek

7
Merupakan obat yang dapat diserahkan Apotek kepada pasien di
apotek lain tanpa resep dokter. Dalam hal ini Apotek menyediakan
obat wajib apotek tersebut.

b. Obat bebas terbatas bertanda biru (W)


Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diberikan
kepada pasien tanpa resep dokter dengan pengarahan dalam bungkus
aslinya dan diberi tanda peringatan pada kemasannya diberikan tanda
bulatan warna biru.
c. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat diberikan atau dapat dibeli
secara bebas dan tidak membahayakan bagi pemakai. Pada
kemasannya diberi tanda bulatan warna hijau. Contohnya : Obat-
obatan multivitamin.
d. Obat keras bertanda merah (G)
Obat keras yaitu obat yang dapat diperoleh hanya dengan resep
dokter karena obat keras tersebut berbahaya bila digunakan secara
sembarangan.
Contoh :
1. Antibiotik.
2. Golongan Narkotik (codein, codipront, dovere).
3. Golongan Psikotropik (valisanbe).

E. Penatalaksanaan dan Penyimpanan Obat


1. Penataan Obat.
Penataan serta pengaturan obat khususnya di Apotek yaitu
dikelompokkan berdasarkan alphabet/ abjat, bentuk sediaan dan jenis
pabriknya. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencarian nama- nama
obat yang dibutuhkan.
Dalam penyusunan obat dikenal sistem First In First Out (FIFO)
yang artinya obat yang masuk pertama harus dikeluarkan terlebih dahulu
dari obat yang datang kemudian. Hal ini sangat penting karena :

8
a. Obat yang terlalu lama biasanya kekuatannya sudah berkurang.
b. Obat golongan antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian 1
minggu artinya bila batas waktu tersebut akan menjadi racun bagi
orang lain. Obat yang sudah diterima biasanya ditata / disusun sesuai
dengan pengelompokannanya agar mudah dalam pencarian. Sedangkan
untuk etalase depan disusun sedemikian rupa supaya kelihatannya rapi
dan menarik.
2. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat di Apotek disimpan di lemari obat, khususnya
di ruang peracikan dan obat disini disimpan berdasarkan alfabet, bentuk
sediaan dan jenis pabrik.
Untuk obat yang berbentuk suppositoria, vaksin, serum serta obat
khusus lain disimpan dalam lemari pendingin, sedangkan untuk obat
golongan narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari / laci khusus.
Adapun syarat penyimpanan narkotik dan psikotropik itu antara
lain :
a. Seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang cocok. Ruangan
dalam jumlah besar dan satunya lagi untuk menyimpan narkotik yang
dipakai sehari-hari. Dalam penyimpanan obat narkotik biasanya
mempunyai dua kunci, yang satu dipegang Asisten Apoteker yang
dipercaya dan yang satu lagi di pegang APA.
b. Tempat khusus untuk narkotik dan psikotropik mempunyai ukuran
yaitu tidak kurang dari 40 x 100 cm dan beratnya tidak kurang dari 150
kg. Jika beratnya lebih dari itu maka lemari tersebut diletakkan pada
tembok.
Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
dan ditempat yang nyaman, tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Penyimpanan obat disini dengan tujuan agar memepermudah dalam
pencarian obat sehingga dapat mengurangi terjadinya kesalahan.

9
F. Pencatatan dan Pelaporan Obat Narkotik, Psikotropik
1. Pencatatan Obat
Petugas apotek setiap bulannya wajib mencatat pemakaian obat
golongan narkotik dan psikotropik. Dalam pencatatan obat narkotik dan
psikotropik terlebih dahulu dicatat kedalam kartu stok obat atau buku
catatan pemakaian sehari-hari, baru kemudian disetiap akhir bulan dicatat
kedalam laporan penggunaan narkotik dan psikotropik.
2. Pelaporan Obat Narkotik dan Psikotropik
Apoteker setiap bulannya wajib mencatat pemakaian obat
golongan narkotik dan psikotropik kemudian dikirimkan kepada Menteri
Kesehatan yang dalam hal ini diwakili oleh Dirjen BPOM. Dan Laporan
tersebut dikirimkan kepada :
a. Dinas Kesehatan Provinsi
b. Kepala Bagian Pemeriksaan Obat dan Makanan
c. Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I (Kodya / Kabupaten)
d. Arsip di Apotek
Laporan narkotik dan psikotropik di Apotek dilaporkan setiap
bulannya. Tujuan pelaporan narkotik dan psikotropik ini adalah untuk
menghindari dari penyalahgunaan bahan-bahan obat yang berbahaya.
Adapun dalam pelaporan obat tersebut terdapat :
a. Persediaan awal.
b. Pembuatan.
c. Pengurangan 🠦 untuk resep dan pembuatan.
d. Persediaan akhir tahun.

G. Pengamatan Mutu Obat


Pengamatan mutu obat hanya terbatas pada pengaman visual dengan
melihat tanda-tanda sebagai berikut :
1. Tablet.
a. Terjadinya perubahan warna, bau dan rasa serta kelembabannya.
b. Kerusakan fisik seperti pecah, retak, dan rapuh.
c. Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat.

10
d. d. Tablet salut yang sudah basah dan lengket.
2. Kapsul.
a. Cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan yang
lainnya, dan wadahnya rusak.
b. Terjadinya perubahan warna baik cangkang atau isinya.
3. Cairan.
a. Cairan jernih menjadi keruh, dan timbul endapan.
b. Kekentalan, warna dan bau tidak enak.
c. Cairan suspensi tidak dapat dikocok.
d. Cairan emulsi memisah dan tidak dapat dicampur kembali.
4. Salep.
a. Konsistensi, warna dan bau berubah (tengik).
b. Pot atau tube rusak atau bocor.
5. Injeksi.
a. Kebocoran.
b. Terdapat partikel didalam sediaan infeksi sehingga sediaan menjadi
keruh.
c. Warna rusak dan terjadi perubahan warna.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Apotek


Apotek Faradina berdiri kurang lebih 4 (empat) tahun lalu dari
sekarang (th 2011), dengan letak yang sangat strategis yaitu di Jl. Teuku Umar
No. 79 A. Apotek ini memiliki 2 (dua) lantai dimana lantai satu terdapat
apotek itu sendiri dan disampingnya terdapat beberapa ruang praktek dokter.
Di lantai atas terdapat ruang “Faradina Skin Care” untuk perawatan wajah.
Apotek Faradina juga mempunyai fasilitas ruang tunggu yang teduh
dan cukup nyaman, serta dengan adanya televisi, maka setiap pasien tidak
merasa jenuh saat untuk periksa ke dokter maupun antri menunggu pembelian
obat.
Berikut adalah daftar dokter-dokter yang praktek di Apotek Faradina,
yaitu :
o Dr. Roy Dwi A.K, SpU (Spesialis Urologi)
o Dr. Retno Sutarti, Sp.M (Spesialis Mata)
o Dr. Rio Herdyanto, Sp.Jp (Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah)
o Dr. Hastono, Sp.KK (Spesialis Kulit dan Kelamin)
o Dr. Juwono H, Sp.THT (Spesialis Telinga, hidung, dan tenggorokan)
o Dr. Harsono (Praktek Umum)
o Drg. Pudjo Guntoro (Dokter Gigi)
o Dr. Moch Basori, Sp.Jp (Spesialis Jantung dan Pembuluh darah)

B. Visi dan Misi


Misi : Pelayanan yang didasarkan pada pharmaceutical care dan patient
oriented
Visi : Menjadikan salah satu mitra kesehatan masyarakat dengan
pelayanan kesehatan yang berkualitas, professional dan prima.

12
C. Pengelolaan Obat
1. Perencanaan Obat
Perencanaan obat di Apotek Faradina harus merencanakan obat
yang akan disediakan untuk dipesan ke PBF. Tujuan dari perencanaan obat
yaitu :
a. Dapat memperkirakan jenis dan jumlah obat / Perbekalan Farmasi
Kesehatan yang sesuai kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
2. Pengadaan Obat
Pengadaan obat di Apotek Faradina dilakukan oleh bagian
pengadaan dibawah pengawasan pimpinan Apoteker/ pemilik apotek.
Pengadaan barang ini dilakukan secara optimal, efektif dan efisien. Dan
semua barang yang ada di Apotek Faradina dicatat oleh bagian gudang.
Macam-macam barang yang sudah habis atau yang tinggal sedikit
harus ditulis dalam buku barang kosong/defecta, kemudian dipindahkan
ke dalam surat pesanan yang dibuat dalam rangkap dua, satu diserahkan,
dan satunya lagi untuk arsip/disimpan.
3. Penerimaan Obat.
Adalah salah satu kegiatan dalam penerimaan obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola. Penerimaan obat di Apotek Faradina
dilakukan oleh bagian penerimaan obat, yang tugasnya memeriksa /
mencocokkan barang baik dari nama obat, jumlah, waktu ED yang datang
dengan faktur atau Surat Pesanan (SP) baik jumlahnya maupun jenis
barang.
4. Penataan Obat
Penataan serta pengaturan obat yang terdapat di apotek khususnya
Apotek Faradina yaitu dikelompokkan berdasarkan alfabet, bentuk sediaan
dan jenis pabriknya. Dalam penyusunan obat dikenal sistem First In First
Out (FIFO) yang artinya obat yang masuk pertama harus dikeluarkan

13
terlebih dahulu dari obat yang datang kemudian. Hal ini sangat penting
karena :
a. Obat yang terlalu lama biasanya kekuatannya sudah berkurang.
b. Meminimalisir obat yang waktu ED nya lebih pendek.
5. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat di Apotek Faradina disimpan di lemari obat,
khususnya di ruang peracikan dan obat disini disimpan berdasarkan
alfabet, bentuk sediaan dan jenis pabriknya.
Untuk obat yang berbentuk suppositoria, vaksin, serum serta obat
khusus lain disimpan dalam lemari pendingin, sedangkan untuk obat
golongan narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari / laci khusus.
Adapun syarat penyimpanan narkotik dan psikotropik itu antara
lain :
a. Seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang cocok. Ruangan
dalam jumlah besar dan satunya lagi untuk menyimpan narkotik yang
dipakai sehari-hari. Dalam penyimpanan obat narkotik biasanya
mempunyai dua kunci, yang satu dipegang Asisten Apoteker yang
dipercaya.
b. Tempat khusus untuk narkotik dan psikotropik mempunyai ukuran
yaitu tidak kurang dari 40 x 100 cm dan beratnya tidak kurang dari 150
kg. Jika beratnya lebih dari itu maka lemari tersebut diletakkan pada
tembok.
Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
dan ditempat yang nyaman, tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Penyimpanan obat disini dengan tujuan agar memepermudah dalam
pencarian obat sehingga dapat memperkecil terjadinya kesalahan.
6. Pencatatan Obat
Petugas apotek setiap bulannya wajib mencatat pemakaian obat
golongan narkotik dan psikotropik. Dalam pencatatan obat narkotik dan
psikotropik terlebih dahulu dicatat kedalam kartu stok obat atau buku
catatan pemakaian sehari-hari, baru kemudian disetiap akhir bulan dicatat
kedalam laporan penggunaan narkotik dan psikotropik.

14
7. Pelaporan Obat Narkotik dan Psikotropik
Apoteker setiap bulannya wajib mencatat pemakaian obat
golongan narkotik dan psikotropik kemudian dikirimkan kepada Menteri
Kesehatan yang dalam hal ini diwakili oleh Dirjen BPOM. Dan Laporan
tersebut dikirimkan kepada :
a. Dinas Kesehatan Provinsi.
b. Kepala Bagian Pemeriksaan Obat dan Makanan.
c. Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I (Kodya / Kabupaten).
d. Arsip di Apotek.
Laporan narkotik dan psikotropik di Apotek Faradina selalu
dilaporkan setiap bulannya. Tujuan pelaporan narkotik dan psikotropik ini
adalah untuk menghindari dari penyalahgunaan bahan-bahan obat yang
berbahaya. Adapun dalam pelaporan obat tersebut terdapat :
a. Nama sediaan
b. Satuan (kapsul/puyer)
c. Persediaan awal
d. Pemasukan / penambahan obat, berasal dari PBF mana, dan berapa
jumlah
e. Penggunaan untuk resep atau pemakaian lainnya
f. Persediaan akhir bulan
8. Pemusnahan Obat.
Obat serta perbekalan kesehatan dibidang farmasi lainnya karena
suatu hal sehigga tidak dapat digunakan lagi sebaiknya dimusnahkan
dengan cara yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan Dirjen
POM. Untuk melaksanakan pemusnahan obat tersebut. Apoteker terlebih
dahulu harus melaporkannya secara tulis kepada Kakanwil Depkes tentang
pemusnahan yang telah diberikan izin khusus oleh Menkes untuk
memusnahkan obat narkotik dengan membuat berita acara pemusnahan
sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap lima yang

15
ditandatangani oleh Apoteker dan beberapa saksi baik dari pegawai apotek
/ Dinkes.
Sedangkan untuk pemusnahan obat-obatan paten yang sudah
Expired Date (ED), atau sebelum kadaluarsa dengan jarak beberapa hari
sudah harus dipisahkan terlebih dahulu dan dikumpulkan dalam gudang
tersendiri, kemudian baru dibakar dan untuk yang berbentuk kaleng-
kaleng cukup ditimbun saja.
9. Pengelolaan Administrasi
Dikelola langsung oleh seorang APA dan dibantu oleh seorang
tenaga administrasi.
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
a. Administrasi Keuangan.
b. Administrasi Resep.
c. Administrasi Obat, dan
d. Administrasi Kepegawaian.

D. Pelayanan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)


Pelayanan KIE merupakan pelayanan yang di berikan oleh APA dalam
memberikan komunikasi, informasi, serta edukasi kepada pasien berupa cara
pemakaian, indikasi serta efek samping obat yang telah digunakan pasien
secara baik dan benar.
Informasi yang diberikan kepada pasien adalah :
1. Kapan obat digunakan, dan berapa banyak obat yang harus diminum, agar
tidak terjadi kesalahan dalam minum obat sehingga menimbulkan berbagai
macam hal yang tidak diinginkan oleh kita, maka beri penjelasan tentang :
a. Pemakaian Obat per hari:
● 3 x 1 sehari
Artinya dalam sehari kita disuruh minum obat sebanyak 3 kali.
● 2 x 1 sehari
Artinya dalam sehari kita disuruh minum obat sebanyak 2 kali.
● 3 x 2 sehari

16
Artinya sudah bed dengan hal yang diatas. Kita jangan bingung
dan keliru. Artinya dalam sehari kita disuruh minum obat sebanyak
dua tablet sekaligus sebanyak tiga kali.
● 1 x 1 sehari
Artinya dalam sehari kita disuruh minum obat sebanyak satu kali.
b. Waktu pemakaian obat
- Pagi.
- Siang.
- Sore.
- Malam.
- Sebelum atau sesudah makan.
- Sebelum atau sesudah tidur.
- Pada waktu makan
- Pada hari tertentu
2. Berapa lama obat harus diminum dan dioleskan
Biasanya para pasien hanya menggunakan obat sampai badan
terasa sembuh. Hal ini tidak masalah jika sakit yang diderita alergi atau
sakit biasa. Bagaimana jika yang diderita adalah penyakit serius misalnya
infeksi. Oleh karena itu diberikan kepada pasien beberapa hari atau
minggu obat yang harus diminum sampai habis, misal golongan obat
antibiotik yang harus di minum selama minimal 3 hari untuk menghindari
terjadinya resistensi terhadap antibiotik apabila di kemudian hari pasien
mendapatkan antibiotik yang sejenis.
3. Bagaimana Cara Menggunakan Obat
Beberapa obat dapat bekerja secara maksimal bila lambung dalam
keadaan kosong. Misal : Golongan Antasida
Tablet asetosal dapat menyebabkan iritasi lambung, oleh karena itu
harus diminum saat makan/ sesudah makan.
Krim atau salep digunakan dengan cara mengoleskan obat berkali-
kali pada kulit ditempat yang sakit. Adapun obat jenis suppositoria
penggunaannya tidak untuk diminum melainkan dimasukkan ke dalam
tubuh melalui anus atau vagina.

17
4. Efek Samping Obat
Di dalam pemakaian obat terdapat juga efek samping yang sangat
berbahaya sekaligus merugikan. Apabila diketahui bahwa obat yang
diberikan kepada pasien terdapat efek samping, maka setelah itu beritahu
pasien gejala yang ditimbulkan oleh obat tertentu.
Contohnya : Menggunakan obat golongan atau turunan penisilin
yaitu akan menimbulkan alergi seperti gatal-gatal / bercak merah disekitar
kulit dan hal ini sebaiknya pemakaian dihentikan dan harus konsultasi
kepada dokter untuk mengganti obat dan waktu jangka panjang
penggunaannya seperti dexamethason yang menyebabkan “moon face”
5. Ciri-ciri Tertentu Setelah Pemakaian Obat
a. Berkeringat pada penderita demam setelah minum obat penurun panas.
b. Perubahan warna tinja dan air seni setelah minum tetrasilin, vitamin B
komplek.
c. Rasa ngantuk. Oleh karena itu khusus untuk obat anti histamin
dianjurkan kepada yang minum agar tidak mengendarai kendaraan
setelah mengkonsumsi obat tersebut.

E. Etika Pelayanan
Dalam pelayanan obat terutama pada saat penyerahan dan
pemberitahuan informasi, petugas harus memperhatikan etika dalam
pelayanan kesehatan karena disamping perlu sopan santun, ramah dan
kesebaran dalam melayani pasien, karena pasien sebagai penderita penyakit
biasanya emosinya kurang stabil dan tidak sabar.
Penyerahan obat kepada pasien hendaknya dengan cara yang baik, sopan
dan sabar terutama dengan pasien yang awam atau tidak mengerti tentang
dunia kesehatan, cara penyampaian bisa dengan menggunakan bahasa
Indonesia, bila perlu bahasa daerah setempat sehingga pasien dapat menerima
informasi obatnya dengan senang hati, dan bahkan petugas yang ramah dan
sopan akan memberikan semangat bagi pasien sehingga membantu
penyembuhan secara psikologi.

18
F. Penanganan Obat Hilang
Kejadian obat hilang dapat terjadi karena adanya peristiwa pencurian
dari tempat penyimpanan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjwab.
Untuk menangani hal ini perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Petugas yang mengetahui kejadian obat segera melaporkan kepada Asisten
Apoteker.
b. Apoteker kemudian memeriksa dan memastikan kejadian tersebut.
c. Apoteker menyampaikan kejadian kepada pemilik sarana apotek.
d. Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat yang
hilang.

G. Penyaluran Obat
Penyaluran obat di Apotek Faradina dimulai dari menulis buku stok obat
apabila ada salah satu obat yang habis pegawai harus lapor kepada pemiliki
apotek atau apotekernya. Dari pihak apoteker menulis surat pesanan (SP) yang
dikirimkan ke PBF, lalu PBF mengirimkan ke apotek obat yang sudah di
pesan pada hari sebelumnya.
Pegawai apotek mengecek faktur dan barang yang sudah di pesannya di
lain hari dan dari pihak apotek siap memberi harga besarta untung yang telah
diperhitungkan. Dan obat dapat diperjual belikan.

H. Pedoman Penyerahan Obat


1. Tata Laksana Penyerahan Obat
a. Ambillah secara bersama lembar resep dan copy (bila ada) dengan
obat yang akan diserahkan untuk masing-masing pasien dari tempat
khusus yang dimasukkan untuk meletakkan resep dengan obat yang
telah siap diserahkan kepada pasien.
b. Baca dan telitilah masing-masing lembar resep pasien.
- Keaslian / keabsahan resep
- Nama pasien
- Umur pasien
- Nama obat

19
- jumlah obat
- Dosis obat
- Bentuk sediaan
- Cara pemakaiannya
c. Lakukanlah cross check atau mencocokkan antara data yang ada
dalam lembar resep dengan fisik obat yang ada ( baik jumlah,
kesesuaian nama obat dan bentuk sediaan) dan siap untuk
diserahkan.
d. Bila sesuai atau cocok
- Panggil nama pasien
- Serahkan obat pada pasien
- Berikan informasi tentang obat yang telah diserahkan.
Misal : cara meminum, memakannya, lama menggunakannya, cara
pemakaiannyadan efek samping.
e. Bila belum sesuai atau selesai, lembar resep dan obatnya dibawa
kembali ke ruang peracikan untuk diperbaiki.
f. Lembar resep yang obatnya telah diserahkan harus diletakkan dan
disusun rapi ditempat yang sudah ditentukan.

2. Mengemas dan memberi etiket


a. Untuk kaplet dan kapsul dan bungkus/ puyer.
Kemasan yang dapat digunakan adalah kantong plastik dan diberi
etiket kertas warna putih.
b. Untuk cairan oral.
Kemasan digunakan botol kaca dan diberi etiket kertas putih.
c. Salep atau Krim.
Kemasan yang dapat digunakan adalah wadah gelas kaca tube plastik
dan diberi etiket warna biru.
d. Setelah dikemas biasanya ditempel etiket pada masing-masing
wadah obat yang perlu ditulis pada etiket adalah :
- Nomor resep
- tanggal

20
- nama pasien
- bentuk sediaan
- aturan pemakaian
- seluruh obat di kemas jadi satu dalam wadah plastik.
3. Penyerahan obat
Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam penyerahan obat adalah :
- Sebelum obat diserahkan lakukan pengecekan terakhir tentang nama
pasien, jenis obat, dan jumlah obat.
- Obat diberikan melalui loket tetap.
- Penerimaan obat dipastikan pasien atau keluarga pasien dengan
mencocokkan nomor resep.

I. Penyelenggaraan Pencatatan
1. Di gudang
a. Setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dari gudang harus dicatat di
dalam buku stock penerimaan pengeluaran obat atau barang.
b. Laporan penggunaan dan permintaan obat dibuat berdasarkan :
- Kartu stock obat
- Buku stock obat
- Jumlah obat
2. Di kamar Obat
a. Setiap hari obat yang dikeluarkan dicatat pada buku catatan pemakaian
obat harian / stock obat yang berupa lampiran.
b. Laporan pemakaian dan permintaan obat digudang dapat dibuat
berdasarkan pemakaian harian.
1). Formal pencatatan dan pelaporan buku stock meliputi :
- Nama obat.
- Tanggal.
- Jumlah obat keluar.
- Jumlah obat masuk
- Sisa Obat.
2). Buku catatan harian permintaan dan pengeluaran obat.

21
Fungsi pencatatan obat ini adalah :
- Mencatat penerimaan dan pengeluaran obat.
- Sumber data untuk menyusun laporan bulanan obat.

3). Kegiatan yang harus dilakukan.


- Sediaan sebuah buku tulis.
- Catat nama obat yang tersedia beserta dosisnya.
- Setiap akhir bulan jumlahkan seluruh penerimaan dan pengeluaran
obat-obat dalam satu bulan.
4). Informasi yang dapat dibaca pada buku catatan harian penerimaan dan
pengeluaran obat :
- Jumlah penerimaan dan pengeluaran obat dalam satu bulan
- Jumlah lembar resep
5). Buku catatan harian penerimaan resep
Fungsinya untuk mencatat jumlah penerimaan resep per bulan.
6). Kegiatan yang harus dilakukan :
- Sediakan kertas untuk membuat lajur atau format atau tabel.
- Catat seluruh penerimaan resep dalam satu hari ke dalam buku
resep dan jumlahkan nominal yang sudah tercantum.
- Catatan resep yang ada obat psikotropik, narkotik ke dalam kertas
kosong dan kelompokkan sendiri.

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dana setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Apotek Faradina dapat saya simpulkan sebagai berikut :
1. Pengadaan obat merupakan kegiatan menyangkut aspek perencanaan,
pengadaan, penerimaan, pemantauan, penyimpanan, penjualan, pencatatan,
pelaporan serta pemusnahan obat.
2. Pelayanan obat harus mengikuti prosedur yang ada, dan pasien harus
diberikan informasi yang mendidik dan sesuai agar tidak terjadi kesalahan.
3. Untuk menjadi tenaga kesehatan yang profesional harus mempunyai etos
kerja yang baik cekatan, jujur, ulet dan bertanggung jawab.
Dengan demikian Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat bermanfaat
kepada seluruh pihak dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Saran
Beberapa saran yang dapat kami kemukakan demi peningkatan dan
kemajuan Apotek Faradina antara lain :
1. Sarana dan prasarana khususnya tempat gudang harap lebih diperbesar, hal
ini bertujuan untuk memperlancar pekerjaan di Apotek dalam
penyimpanan dan pengambilan obat.
2. Dalam penyimpanan obat, seharusnya wadah / lemari obat / etalase harus
tertutup rapat untuk menghindari kemungkinan terkontaminasi oleh udara
lembab dari luar.
3. Pembagian tugas kerja yang jelas akan meningkatkan mutu serta
pelayanan obat kepada masyarakat.

23

Anda mungkin juga menyukai