Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang

Definisi menurut Apotek menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan Kefarmasian yang dimaksud

dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek

kefarmasian oleh apoteker (Menkes, 2009). Menurut Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia yang terbaru Nomor 9 tahun 2017 Tentang Apotek juga

menyebutkan bahwa apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat

dilakukan praktek Kefarmasian oleh Apoteker dan tenaga Kefarmasian lainnya

(Menkes, 2017).

Pelayanan kefarmasian saat ini semakin berkembang sering dengan

peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Apotek

merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang dituntut tidak hanya

mengedepankan sisi produk saja terkait harga dan kelengkapannya, tetapi juga

pelayanan terhadap pasien. Pelayanan terhadap pasien akan menimbulkan dampak

positif maupun negatif, sehingga perlu diberikan pelayanan yang baik agar

terbentuk persepsi konsumen yang baik terhadap layanan harus ditumbuhkan.

Saat ini, masyarakat sudah banyak yang melakukan pengobatan sendiri

atau yang biasa disebut dengan swamedikasi. Ketika pasien melakukan

swamedikasi, tenaga kesehatan yang ada di Apotek harus memberikan pelayanan

informasi obat kepada pasien untuk menjamin mutu kehidupan pasien yang

membutuhkan pengobatan. Pelayanan kesehatan masyarakat karena obat dapat

1
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak

tepat. Kesalahan pengobatan sering terjadi pada kalangan masyarakat akibat

kurangnya informasi obat yang tidak baik dan benar. Oleh sebab itu penyedian

informasi obat yang benar, objektif, dan lengkap akan sangat mendukung dalam

pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat

meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat.

Kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di Apotek Bersama

merupakan kegiatan pelatihan bagi siswa- siswi dalam upaya memberikan

pengalaman serta penjabaran disiplin ilmu yang berkaitan dengan ilmu

kefarmasian sebagai calon Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang diharapkan

dapat menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai dan juga memberikan

keterampilan agar siswa-siswi mampu menerapkan teori-teori yang diperoleh

disekolah dengan kegiatan yang ada dilapangan seperti perencenaan dan

perbekalan farmasi, pembuatan, pengolahan, peracikan sampai penyerahan obat

kepada pasien.

Kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang dilaksanakan di

Apotek Bersama berlangsung selama kurang lebih 4 bulan yang dimulai pada

tanggal 21 November 2022 dan selesai pada tanggal 17 maret 2023. Kegiatan ini

dibagi menjadi 2 shif, untuk shif pagi dimulai pada jam 7.00 wib-15.00 dan shif

siang dimulai pada jam 14.00-21.00 wib.

2
1.2. Tujua

n Prakerin

1.2.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dilaksanakannya Prakerin ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan, memperluas, memantapkan keterampilan dan kemampuan

peserta didik sebagai bekal memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan

kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.

2. Mengenal kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat secara

menyeluruh baik ditinjau dari aspek adsministrasi, teknis maupun social

budaya.

3. Memberikan kesempatan kerja secara terpadu dalam melaksanakan

kegiatan pelayanan kesehatan khususnya dibidang farmasi di Apotek.

4. . Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap etis, professional yang

diperlukan peserta didik untuk memasuki kerja sesuai dengan bidangnya.

5. Memperoleh masukan dan ilmu baik guna memperbaiki dan

mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan sekolah

menengah Kejuruan YAPPAN Pasir Pengaraian.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Adsministrasi yang ada di Apotek.

2. Mengetahui cara pemesanan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras,

Psikotropika, dan Narkotika di Apotek.

3
3. Mengetahui jalur distribusi obat dan perbekalan farmasi di Apotek.

4. Mengetahui sirkulasi resep di Apotek.

5. Dapat membaca resep dokter dengan benar, menulis etiket, dan

menyerahkan kepada pasien dalam melakukan peracikan obat di Apotek.

6. Mengetahui cara laporan, obat keras dan obat generic di Apotek.

7. Mengetahui cara pemusnahan obat, perbekalan farmasi dan resep di

Apotek.

8. Mengetahui cara perencanaan dan pengadaan obat di Apotek.

9. Mengetahui resep standard dan meracik obat dengan benar yang baik pada

masyarakat.

10. Mengetahui penerimaan perbekalan farmasi dan tata cara penyimpanan

perbekalan farmasi di Apotek.

1.3. Manfa

at Prakerin

1. Menjalin kerja sama yang baik antara sekolah dan perusahaan terkait, baik

dalam dunia usaha maupun dunia Industri.

2. Mengenal siswa \ siswi pada pekerjaan lapangan di dunia usaha atau dunia

Industri, sehingga ketika mereka terjun ke lapangan pekerjaan

sesungguhnya dapat beradaptasi dengan cepat.

3. Meningkatkan efisien waktu dan tenaga dalam mendidik dan melatih

tenaga kerja yang berkualitas.

4
1.4. Waktu

Dan Tempat

Praktek kerja industri di Apotek Bersama dengan alamat Jalan Syekh

Ismail Pasir Pengaraian Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu dan

dilaksanakan pada tanggal 21 November s/d 17 Maret 2023. Pelaksanaan kerja di

Apotek Bersama terbagi beberapa Shift:

HARI WAKTU PELAKSANAAN

PAGI 07 :00 – 15 :00 WIB

SIANG 14 : 00 – 21: 00 WIB

Tabel 1. Pembagian shift

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Apotek

Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan Kefarmasian,

penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan kesehataan lainnya kepada

masyarakat. Pengertian ini didasarkan pada Keputusaan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK//X/2002 tentang perubahan atas

peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/per/X/1993 tentang ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Pekerjaan Kefarmasian menurut UU Kesehatan No.36 Tahun 2009 yaitu

meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan Farmasi, Pengamanan,

Pengadaan, Penyimpanan dan Pendistribusian obat pelayanan obat atas resep

Dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional harus di lakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu

mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya terjamin.

6
Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnose, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badania dan

rohaniah pada manusia atau hewan, memperolok badan atau bagian badan

manusia (Anief, 2006). Besarnya efektifitas obat tergantung pada biosis dan

kepekaan organ tubuh. Tetapi secara umum dapat dikelompokkan, yaitu dosis

bayi, anak-anak, dewasa dan orang tua (Djas, dalam kasibu, 2017).

Peran obat dalam upaya kesehatan besar dan merupakan suatu unsur

penting (Simanjuntak dalam Kasibu, 2017). Begitu juga dengan bagaimana

penggunaan obat melalui mulut, tenggorokan masuk keperut, disebut secara oral,

cara penggunaan lainnya pemakaian luar (Anief, 2006).

2.2 Tugas Dan Fungsi Apotek

Peraturan pemerintah RI Nomor 9Tahun 2017 tentang Apotek,

mencamtumkan bahwa tugas dan fungsi apotek adalah sebagai:

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

2. Sarana farmasi yang menyiapkan peracikan, perubahan bentuk sediaan,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat

yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata

4. Sebagai sarana farmasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan

lainnya

2.2.1 Tugas dan fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

7
Tenaga Teknis Kefarmasian menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No.52 Tahun 2009, Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang

membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas

sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan tenaga menengah. .Farmasi atau

Asisten Apoteker. Adapun Tugas Tenaga Kefarmasian antara lain:

a. Menyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di Apotek sesuai dengan

fungsi nya dan mematuhi segala kebutuhan yang sesuai dengan

undang –undang di bidang Apotek yang berlaku.

b. Memimpin segala kegiatan manajerial di Apotek mengkoordinasi

tenaga lainnya dan mengawasi serta mengukur jadwal kerja,

membagi tugas yang dilakukan setiap tenaga karyawan (Job

Description) dan bertanggung jawab yang di berikan kepada masing

masing tenaga karyawan.

c. Mengawasi dan mengtur hasil penjulan di Apotek setiap hari.

d. Berusaha meningkatkan omset penjualan di Apotek serta

mengembangkan hasil usaha sesuai dengan bidang tugasnya.

e. Berpastisipasi dalam melakukan monitor penggunaan obat.

f. Melakukan Pemberian Informasi Obat ( PIO ) kepada pasien

mendukung bagaimana penggunaan obat yang Rasional dalam hal

memberikan informasi obat yang jelas dan mudah dimengerti oleh

pasien.

g. Mempertimbangkan usulan yang diberikan oleh tenaga karyawan

lainnya untuk memperbaiki kemajuan serta pelayanan di apotek.

8
2.3 Peraturan Per Undang – Undangan Per Apotekan

Ketentuan–ketentuan umum yang yang berlaku tentang perapotekan sesuai

Keputusan Menteri Kesehatan NO.889/2009/2011 adalah sebagai berikut:

1. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, mereka yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak melakukan

pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.

2. Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh menteri

Apoteker atau Apoteker bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek

( PSA ) untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat tertentu.

3. Apoteker Pengelola Apotek ( APA ) adalah apoteker yang telah di beri

surat Izin Apotek.

4. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek

disamping Apoteker Pengelola Apotek dana tau menggantikannya pada

jam-jam tertentu pada hari buka Apotek.

5. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker

Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak

berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah memiliki

9
Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek

lain.

6. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai

Asisten Apoteker.

7. Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, dan Dokter

Hewan kepada Apoteker (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan

obat bagi penderita sesuai dengan perundang-undangan yang berhak.

8. Sediaan Farmasi adalah Obat, Bahan Obat, Obat asli Indonesia, alat

Kesehatan dan kosmetika.

9. Alat kesehatan adalah Instrument Aparatus, Mesin, Implant yang tidak

mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, megdiagnosis,

menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta

pemulihan kesehatan manusia, dan membentuk Struktur dan

memperbaiki fungsi tubuh.

10. Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan

untuk menyelenggarakan semua peralatan yang dipergunakan untuk

melaksanakan pengelolaan Apotek.

Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek, Apoteker pengelola

Apotek di bantu oleh Asisten Apoteker yang telah memiliki surat Izin Kerja.

Keputusan Menteri Kesehatan No.679/MENKES/SK/V/2003, tentang peraturan

registrasi dan izin kerja Asisten Apoteker:

1. Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah sekolah Asisten

Apoteker atau sekolah Menengah Farmasi. Akademi Analisis Farmasi dan

10
Makanan, jurusan Analisis Farmasi serta Makanan Poli Teknik Kesehatan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atas kewenangan yang

diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah Asisten Apoteker atau sekolah

Menengah Farmasi, Akademi Farmasi dan jurusan farmasi politeknik

Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan, jurusan Analisis

Farmasi serta makanan politeknik kesehatan untuk menjalankan pekerjaan

Kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

3. Sarana Kefarmasian adalah tempat yang di gunakan untuk melakukan

pekerjaan Kefarmasian antara lain Industri Farmasi termasuk obat

Tradisional dan kosmetika, Instalasi Farmasi, Apotek, dan Toko Obat.

Peraturan pemerintah No.51 tahun 2009 Tentang pekerjaan kefarmasian

1. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan Farmasi, Pengamanan, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusi

atau Penyaluran Obat, Pengelolaan Obat, Pelayanan Obat atas Resep

Dokter, Pelayanan Informasi Obat, serta Pengembangan Obat, Bahan

Obat dan Obat Tradisional.

2. Sediaan Farmasi adalah Obat, Bahan Obat, Obat Tradisisonal dan

Kosmetik.

3. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan

kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

4. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayananlangsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang bberkaitan dengan sediaan Farmasi dengan

11
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan

pasien.

5. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

6. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker

dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi,

Ahli Madya Farmasi, Analisis Farmasi, dan tenaga Menengah Farmasi

atau Asisten Apoteker.

2.4 Klasifikasi Apotek

Klasifikasi dan kebijakan klasifikasi Farmasi, pasa ritel farmasi dari

gangguan kepesanan. Sistem manajemen klasifikasi dan klasifikas dapat

mendorong Oprasi standar Apotek ritel, mendorong transpormasi dan peningkatan

Industri Ritel Obat, meningkatkan efisien pengawasan peredaran obat, dan

memastikan keamanan penggunaan obat konsumen, yang akan menjadi titik balik

obat pasa ritel dari gangguan Pesanan.

Berdasarkan dari Klasifikasi, Apotek kelas II dan III sesuai dengan

kemampuan Operasi pelayanan. Kemampuan layanan bisnis mencakup kondisi

lingkungan layanan, kemampuan jaminan pasokan, kualifikasi dan pelatihan

personel, tingkat layanan farmasi, konstruksi sistem penelusuran dan gelar

informatisasi, operasi yang jujur, pendidikan sains populer, dan layanan yang

nyaman.

Kebijakan klasifikasi dan klasifikasi Apotek, rantai Apotek akan lebih

ditingkatkan, perombakan Industri sudah saatnya data menunjukkan bahwa dari

12
tahun 2015 hungga 2020, pangsa pasar usaha rantai eceran obat nasional dan

daerah mengalami peningkatan, dan konstrensi pasar eceran serta nilai rantai

eceran mengalami peningkatan.

2.5 Pelayanan Farmasi Di Apotek

Pelayanan apotek meliputi:

1. Apotek wajib di buka untuk melayani masyarakat dai pukul 07.00-

21.00

2. Apotek wajib melayani resep Dokter, Dokter dan gigi dan Dokter

hewan. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker

pengelola Apotek.

3. Apotek wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan

keahlian profesinya yang di landasi pada kepentingan masyarakat.

Apoteker tidak diizinkan mengganti obat obat Generik yang yang

ditulis dalam resep dengan obat paten. Dalam hal ini pasien tidak

mampu menebus obat yang tertulis di Resep, Apoteker wajib

berkonsultasi dengan Dokter untuk pemulihan obat yang paling tepat.

4. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan

penggunan obat yang diserahkan kepada pasien dan penggunaan obat

secara tepat, aman, Rasional atas permintaan masyarakat.

13
5. Apabila apoteker menggangap bahwa dalam resep ada kekeliruan atas

penulisan Resep yang tidak tepat Apoteker harus memberitahukan

kepada Dokter Penuilis Resep.

6. Salinan resep harus di tanda tangani oleh Apoteker.

7. Resep harus dirahasiakan dan di simpan di Apotek dengan baik dalam

jangka waktu 3 tahun.

2.6 Struktur Organisasi

Apoteker Penanggung Jawab


apt. Zulkifli, S. Farm

Asisten Apoteker Asisten Apoteker Asisten Apoteker

Rafika Syahrani Krina Amelia Mila Dayanti

Gambar 1. Struktur Organisasi Apotek Bersama

14
2.7 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Di Apotek

Pelayanan kefarmasian di Apotek di selengggarakan oleh Apoteker yang

dapat di bantu oleh Apoteker Pendamping dan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Dalam melakukan pelayana

Kefaramasian, Apoteker harus memenuhi kriteria (Anonim, 2016):

1. Persyaratan administrasi

a. Memiliki Ijazah dari Institusi Pendidikan Farmasi yang ter

Akreditasi

b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

c. Memiliki Sertifikat Kompetensi yang masih berlaku

d. Memiliki Surat izin Praktik Apoteker (SIPA)

2. Menggunakan atribut praktik, antara lain baju praktik dan tanda pengenal.

3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan atau continuing professional

defelomnent (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang

berkesinambungan.

4. Apotek harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan

diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan

atau mandiri.

5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan

perundang undangan. Sumpah Apoteker, Standar Profesi (Standar

Pendidikan, Standar Pelayanan, Standar Kompetensi, dan Kode Etik)

yang berlaku.

15
Dalam melakukan pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menjalankan

peran (Anonim, 2016)

1. Pemberi layanan

Apoteker sebagai pemberian pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.

Apoteker harus menginteragsikan pelayana pada sistem pelayanan

kesehatan secara berkesinambungan

2. Pengambil keputusan

Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan

dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan

efisien.

3. Komunikator

Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi

kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu

harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.

4. Pemimpin

Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil

keputusan yang empati dan efektif serta kemampuan mengkomunikasi

dan mengelola hasil keputusan.

5. Pengelola

Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran,

dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan

teknologi informasi dan bersedia berbagai informasi tentang obat dan

hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.

16
6. Pembelajaran seumur hidup

Apoteker harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan profesi melalui CPD.

7. Apoteker harus selalu menerapkan prinsip atau kaidah ilmiah dalam

mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian

serta memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan

pelayanan kefarmasian.

2.8 Sarana Dan Prasarana Apotek

Sarana prasarana untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Apotek

meliputi sarana yang memiliki fungsi:

a. Memiliki Nomor pokok wajib pajak ( NPWP ), Surat Keterangan Izin

Tempat Usaha / HO ( Hunder Ordonantie ) harus dimiliki terlebuh

dahulu, kemudian diperoleh SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan),

setelah itu dapat memperoleh NPWP.

b. Persyaratan fisik: bangunan (Termasuk IMB dan Status Tanah).

Etalase, dan Furniture, Alat meracik dan buku buku Standar. Secara

Teknis, langit-langit, lantai, ventilasi serta sanitasi harus memenuhi

persyaratan higienis dan penerangan yang cukup. Bangunan setidaknya

terdiri dari:

1.) Ruang Tunggu

2.) Ruang Peracikan

3.) Gudang, dan

17
4.) Tempat Pencucian

c. Perbekalan farmasi berupa:

1.) Obat

2.) Bahan obat

3.) Obat Indonesia

4.) Alat Kesehatan, dan

5.) Kosmetika

d. Perlengkapan meliputi:

1.) Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan

2.) Alat perlengkapan dan penyimpanan perbekalan kesehatan

3.) Wadah pengemas dan pembungkus

4.) Alat administrasi

5.) Buku-buku standar yang diwajibkan

e. Setiap Apotek harus memasang papan nama pada bagian muka Apotek

yang memuat;

1.) Nama Apotek

2.) Nama APA (Apoteker pengelola Apotek)

3.) Nomor SIA (Surat Izin Apotek)

4.) Alamat dan Nomor Apotek

f. Perbekalan Apotek, meliputi: Obat, Bahan Obat, Kosmetika dan alat

Kesehatan, obat sekurang-kurangnya terdiri dari obat generik atau

sesuai dengan da ftar obat Esensial Nasional (DOEN) untuk rumah

sakit tipe.

g. Kelengkapan bangunan dan fisik Apotek.

18
BAB III

TUJUAN KHUSUS

3.1 Sejarah Apotek Bersama

Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan Kefarmasian penyaluran

sediaan Farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Pengertian ini didasarkan pada keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK,X/2002 tentang perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan

RI No.922/Menkes/per/X/1993 tentang ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek.

Pekerjaan Kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yaitu

meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu

mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan,

menyimpan dan, menyerahkan perbekalan Farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya terjamin. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi

pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan

milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan Apotek telah mengucapkan

sumpah serta memperoleh izin dari suku Dinas Kesehatan setempat.

19
Apotek Bersama adalah sebuah Apotek yang bertepat di Jalan Syekh

Ismail Pasir Pengaraian, didirikan oleh Bapak Apt.Zulkifli S.Fram. Apotek

Bersama berdiri pada tahun 2018 yang beralamat Di Desa Rambah Tengah Utara

Jalan Syekh Ismail depan Rumah Sakit Umum Daerah. Lokasi ini cukup

sutrategis dikarenakan dekat dengan Rumah sakit umum daerah serta dekat

dengan permukiman penduduk dan banyak lalu lalang pengendara bermotor

melintasi apotek tersebut.

3.2 Visi, Misi Dan Moto

1. Visi Apotek

“Menjadi Apotek yang amanah dan terpercaya dengan mengedepankan

pelayanan Professional serta berkualitas demi kepuasan pasien atau

konsumen.”

2. Misi Apotek

a. Menyediakan produk dan jasa layanan kesehatan yang aman,

berkualitas, terpercaya dan terjangkau untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dan peningkatan pemberdayaan Individu, Keluarga,

Masyarakat dan Lingkungan.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai

dengan etika profesi dan standard pelayanan.

c. Menyediakan obat alat kesehatanserta perbekalan Farmasi lainnya

yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.

d. Melaksanakan pelayanan kefarmarsian yang cepat, tepat dan ramah.

20
3. Moto Apotek

“Kepuasan anda adalah komitmen kami “

3.3 Sarana Dan Prasarana Apotek

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Unit Farmasi apotek untuk

memenuhi kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut:

a. Papan Nama ”Ruang Obat” atau yang dapat terlihat jelas oleh pasien

rak-rak obat di Apotek Bersama

b. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien

c. Peralatan peninjang pelayanan kefarmasian seperti, Mortar, Stamper,

rak alat alat dll

d. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang

memadai

e. Ruang obat dengan suhu ruang yang Terkontrol. Hal ini untuk

memastikan kestabilan obat tersebut

f. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari pendingin dengan

suhu yang terkontrol suppositoria, serum, vaksin, dan lemari terkunci

untuk penyimpanan psikotropika sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku

g. Tempat untuk penyerahan obat, yang memungkinkan untuk melakukan

pelayanan informasi obat kepada pasien.

21
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Administrasi

Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di Apotek perlu dilaksanakan

kegiatan administrasi yang meliputi:

1.) Administrasi umum

Pencatatan, Pengarsipkan, Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan

dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pencatatan dan pelaporan

terhadap pengelolaan psikotropika di atur dalam pasal 33 UU No.5 Tahun 1997

yakni pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sedian farmasi

pemerintah, Apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga

penelitian dan lembaga pendidikan wajib membuat dan menyimpan catatan

mengenai kegiatan masing-masing yang berhubungan dengan psikotropika.

Laporan Narkotika di sampaikan setiap bulan dan pencatatan Narkotika

menggunakan buku register Narkotika (Hartini dan Sulasmono, 2006).

Pencatatan, Pengarsipan, Pelaporan di Apotek Bersama dilakukan sesuai

dengan peraturan yang ada. Pencatatan di Apotek Bersama berupa kartu stock,

kartu stock adalah kertas yang lebih tebal dan lebih tahan lama dari kertas tulis

biasa biasa dan kertas cetak biasa tetapi lebih tipis dari kertas stock dilakukan

karton di Apotek Bersama pencatatan kartu stock dilakukan jika obat tersebut

keluar dan masuk.Kartu secara umum memuat nama obat, jumlah satuan, serta

asalnya. Kartu stock Apotek Bersama diletakkan Bersama dengan obat digudang

22
penyimpanan. Pada secara kertas, saya bisa menuliskan judul kartu stock dibagian

tengah, diikuti dengan nama obat, kemasan, isi kemasan, jumlah satuan, dan

lokasi penyimpanan. Tercatat pula nomor bukti, keterangan, pencatatan stock

tersedia dan keluar masuk obat, nomor batch yang ada pada obat, tanggal expired

dan petugas yang memeriksa persediaan obat tersebut.

2.) Administrasi pelayanan

Apoteker pengelola Apotek dibantu Tenaga Teknis Kefarmasian mengatur

dan melayani resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut

penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun,

resep yang mengandung narkotik harus dipisahkan dari resep lainnya. Permenkes

No.922 tahun 1993 pasal 1 ayat 2 menyebutksn bahwa resep harus di rahasiakan

dan di simpan dengan baik dalam jangka 3 tahun (Hartini dan Sulaiman 2006).

Pelayanan Resep dia Apotek Bersama hanya melayani resep rawat jalan,

resep rawat jalan sebagian besar berasal dari dokter yang berpraktek di Rumah

Sakit Umum Daerah.

4.2 Perencanaan Dan Pengadaan Obat Di Apotek

4.2.1 Perencanaan

Perencanaan obat adalah upaya penetapan jenis jumlah dan mutu obat

sesuai dengan kebutuhan obat dilakukan untuk menunjang ketersedian obat

sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan maka terdapat ketersediaan obat tersebut.

Perencanaan harus secara rasional agar jumlah dan jenis sesuai dengan harga

23
terjangkau atau ekonomis. Perencanaan obat dapat menguntungkan dalam hal

kepatuhan dan penerimaan pasien memiliki resiko manfaat yang paling

menguntungkan praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan obat mudah di

peroleh. Dalam membuat perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan bahan

medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan

kemampuan masyarakat.

Upaya perencanaan obat adalah penetapan jenis jumlah dan mutu obat

sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan perbekalan farmasi di apotek bersama

membuat pesanan terebih dahulu yang sudah bekerja sama dengan pbf tersebut.

Apoteker penanggung jawab apotek memesan barang melalui via telepon ada juga

melalui aplikasi.

Tujuan perencaan obat adalah prakiraan jenis dab jenis jumlah obat dan

perbekalan kesehatan mendekati kebutuhan. Menghindari terjadinya kekosongan

obat meningkatkan penggunaan obat secara rasional, meningkatkan efisiensi

kebutuhan obat. Melihat data stok, distribusi dan penggunaan obat lengkap dan

akurat. Apakah banyak terjadi kecelakaan dan kehilangan obat, apakah jenis obat

yang akan digunakan sama.

Berdasarkan Permenkes RI Nmor 35 tahun 2014, dalam membuat

perencanaan pengadaan sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai, perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan

masyarakat. Buku Defecta harus dipersiapkan untuk mendaftar obat apa saja yang

habis stok nya atau menipis. Dari buku Defecta inilah, seorang Apoteker

mengambil keputusan untuk pemesanan barang.

24
Metode yang sering digunakan dalam perencanaan pengadaan:

1. Metode epidemiologi

Perencanaan berdasarkan pola penyebaran penyakit dan pola

pengobatan.

2. Metode konsumsi

Perencanaan berdasarkan data pengeluaran barang periode

sebelumnya. Data ini kemudian diklasifikasikan menjadi kelompok

cepat beredar (fast moving) dan lambat beredar (slow moving).

3. Metode kombinasi

Perencanaan berdasarkan pola penyebaran penyakit dan melihat

kebutuhan periode sebelumnya.

4. Metode just in time

Perencanaan berdasarkan obat yang dibutuhkan berjumlah terbatas.

Perencanaan ini digunakan untuk obat–obat yang jarang dipakai atau

diresepkan serta harganya mahal dengan kedaluwarsa yang pendek.

Perencanaan obat di Apotek Bersama dilakukan dengan cara mencatat

dibuku barang kosong, kemudian disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan

dilihat obat-obatan yang penjualannya cepat atau disebut dengan fast Moving, obat

juga dapat direncanakan berdasarkan pola penyakit yang ada.

4.2.2 Pengadaan

25
Pengadaan perbekalan farmasi diapotek Bersama menggunakan surat

pesanan. Jika obat habis di apotek bersama maka apotek bersama akan memesan

ke PBF yang sudah melakukan kerja sama. Hal ini yang harus di perhatikan

pengadaan obat adalah penentuan metode pembelian, anggaran dan sistem

keuangan waktu pembayaran pemilihan distributor waktu pemesanan dan waktu

pengiriman. Fungsi pengadaan obat dapat sediaan farmasi dengan harga layak

sebagai langkah untuk mencegah pengeluaran yang membengkak dan dapat

berpengaruh pada kondisi finansial Apotek Bersama.

Pengadaan obat yang efektif dan efisien diharapkan dapat menjamin

tersedianya rencana kebutuhan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan

kebutuhan, tersedianya anggaran pengadaan obat yang sesuai dengan kebutuhan,

tersedianya an ggaran pengadaan obat yang dibutuhkan sesuai dengan waktunya,

terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien, terjaminnya penyimpanan

obat dengan mutu yang baik, terjaminnya pendistribusian obat yang efektif

dengan waktu tunggu (lead time) yang pendek, terpenuhinya kebutuhan obat yang

mendukung pelayanan kesehatan sesuai dengan jenis,jumlah dan waktu yang

dibutuhkan, tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang

tepat, digunakannya obat secara rasional sesuai dengan pedoman yang disepakati,

dan tersedianya informasi pengelolaan dan penggunaan obat yang benar

(Mangindra dan Nurhayani, 2011 ).

Prosedur pembelian barang untuk kebutuhan Apotek dilaksanakan dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan

26
Pengumpulan data obat–obat yang akan dipesan, dari buku defecta

yaitu peracikan maupun gudang. Termasuk obat-

obat baru yang ditawarkabn supplier.

2. Pemesanan

Siapakan untuk setiap supplier surat pesanan, sebaiknya minimal dua

rangkap, yang satu diberikan kepada supplier yang harus disimpan

dengan faktur pada waktu pengiriman barang. dan surat pesanan yang

satu diberikan kepada petugas gudang untuk mengontrol apakah

kiriman barang sesuai dengan pesanan.

3. Penerimaan

Petugas gudang yang menerima, harus mencocokan barang dengan

faktur dan surat pesanan lembaran kedua dari gudang.

4. Pencatatan

Daftar obat yang tertera pada faktur disalin dalam buku penerimaan

barang, ditulis nomor urut dan tanggal, nama supplier, nama obat,

nomor batch, tanggal kedaluwarsan (ED), jumlah, harga satuan,

potongan harga, dan jumlah harga. Pencatatan dilakukan setiap hari

saat penerimaan barang, sehingga dapat diketahui berapa jumlah

barang di setiap pembelian.

5. Pembayaran

Pembayaran dilakukan bila sudah jatuh tempo dimana tiap faktur akan

dikumpulkam perdebitur, masing-masing akan dibuatkan bukti kas

27
keluar serta cek atau giro, kemudian diserahkan kebagian keuangan

untuk ditandatangani sebelum dibayarkan ke supplier.

4.3. Penerimaan Dan Penyimpanan Obat

4.3.1 Penerimaan

Penerimaan obat adalah kegiatan menerima obat dari PBF atau toko obat

yang dipesan. Penerimaan barang atau obat dari suatu PBF di Apotek bersama

ekspedisi datang mengantarkan obat yang di pesan lalu petugas Apotek menerima

barang atau obat serta mencocokannya dengan SP, Faktur, dan barang datang.

Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin barang Farmasi yang di terima

sesuai dengan perjanjian kontrak terutama dari spesifikasi mutu, jumlah maupun

waktu kedatangan. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjalin kesesuaian

jenis, spekusikasi, jumlah tertera dalam kontrak atau surat pesanan yang dengan

kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen teknik penerimaan barang harus

tersimpan dengan baik setelah barang di terima diinstalasi farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.

Hal-hal yang wajib dilakukan saat penerimaan sediaan obat yaitu sebagai

berikut:

a) Nama sediaan farmasi (obat, alkes, BMHP)

b) Kekuatan sediaan

c) No batch

28
d) Tanggal Expire Date (ED)

e) Jumlah dan jenis obat yang diminta sesuai dengan faktur

Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang

diserah terimakan, meliputi, kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk sediaan

sesaui dengan isi faktur, dan ditanda tangani oleh Apoteker serta di ketahui oleh

Apoteker. Bila di temukan adanya obat yang tidak memenuhi syarat dalam hal ini

terjadi kekurangan atau kerusakan maka petugas penerimaan dapat mengajukkan

keberatan. Setiap penambahan obat, dicatat, dan dibukukan pada buku penerimaan

obat dan kartu stok.

4.3.2 Penyimpanan

Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara

dengan cara menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima kepada

tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik, serta disimpan

menurut abjad dan dengan sistem fefo dan fifo. Ada pun juga kegiatan

penyimpanan merupakan peraturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar

fisik maupun kimia dan menjamin mutunya sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan.

Tujuan penyimpanan adalah agar mutu sediaan Farmasi yang tersedia di

apotek dapat di pertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Menyimpan obat tidak boleh sembarangan karena dapat memengaruhi stabilitas

dan efektivitas obat itu sendiri. Obat akan lebih efektif atau manjur bila disimpan

dengan tepat dan benar.

29
a. Macam macam metode penyimpanan:

1. Berdasarkan Abjad

2. Berdasarkan bentuk dan jenis sedian 9 tablet, sirup, injeksi, alkes,

dan salep)

3. Berdasarkan suhu penyimpanan (suhu ruangan 18’c-26’c, suhu

dingin2’c-8’c, suhu sejuk 8’c-15’c)

4. Penyimpanan B3 Bahan Berbahaya Beracun mudah /tidaknya

terbakar

5. Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika sesuai aturan UU

6. Menggunakan metode FIFO=first in first out dan FEFO=first expire

first out.

FIFO (First In First Out ) merupakan sebuah metode yang mana sebuah

barang pertama kali masuk harus juga pertama kali dikeluarkan atau dijual.

Sedangkan FEFO (First Expired First Out ) adalah metode yang mana menjual

produk dengan jangka waktu kedaluarsa pendek terlebih dahulu di jual kepada

pelanggan.

b. Pelabelan Obat Obat Mendekati Kedaluarsa /ED

1. Hitam : 1 bulan mendekati ED

2. Merah : 3 bulan mendekati ED

3. Hijau : 6 keatas mendekati ED

c. Penyimpanan Obat di Apotek

Penyimpanan obat di Apotek berdasarkan bentuk sediaan dan diurutkan

sesuai dengan FIFO dan FEFO, untuk sediaan injeksi dan vaksin dll, disimpan

30
dilemari pendingin, sedangkan obat psikotropika, precursor, OKTdi simpan di

tempatnya masing masing.

d. Obat Narkotika, Psikotropika dan Precursor

Peredaran, penyimpanan, pemusnahan dana pelaporan Narkotika,

Psikotropika dan Precursor Farmasi harus sesuai dengan peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 3 tahun 2005 tentang peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,

dan Peloproran Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor Farmasi, harus disimpan

ditempat khusus dan menjadi tanggung jawab Apoteker. Lemari khusus tempat

peyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi memiliki 2 buah

kunci yang berbeda, suatu kunci lainnya di pegang oleh Apoteker penanggung

jawab, dan kunci satu kunci lainnya di pegang oleh petugas tenaga teknis

Kefarmasian / tenaga kesehatan lain yang di kuasakan.

Contoh obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor yang ada di Apotek yaitu;

a. Obat golongan Narkotika dan Psikotropika

1. Diazepam

2. Clobazam

3. Codein

4. Cliad

b. Obat prekursor

1. Amitripilin

2. Tramadol

3. Risperidon

31
4.4 Sirkulasi Resep

Sirkulasi resep adalah tertulis dari seseorang dokter kepada Apoteker

pengelola apotek untuk menyiapkan dan membuat, meracik, serta menyerahkan

obat kepada pasien.

4.4.1 Perjalanan Resep

Perjalanan Resep di Apotek bersama pasien datang kepada Apotek dengan

membawa Resep dari Dokter lalu diterima petugas Apotek dan dikerjakan petugas

Apotek, setelah itu obat siap untuk diberikan kepada pasien.

4.4.2 Alur Perjalanan Obat Yang Tidak Tersedia Diapotek

1. Setelah dilakukan pengecekan di Apotek ternyata obat habis

2. Maka petugas apotek akan melakukan UP ( mengambil obat ke Apotek

lain ) dengan menanyakan obat tersebut tersedia atau tidak di apotek

tersebut

3. Jika tersedia di Apotek tersebut petugas Apotek akan mengambilkan

obat tersebut di Apotek dan jika tidak tersedia di Apotek mana pun

petugas apotek melakukan konfirmasi kepada Dokter ingin di ganti atau

Copy Resep.

4.5 Membaca, Meracik, Dan Menulis Etiket

4.5.1 Membaca Resep

32
Resep yang ada di Apotek Bersama diantaranya, Pulveres / Pulvis, Salep,

Kapsul. Sebelum mengerjakan Resep, terlebih dahulu dipahami Resep oleh

peserta Prakerin. Jika ada kiranya yang diragukan dapat ditanya kepada Apoteker

ataupun pegawai yang dinas di Apotek saat itu. Setelah dikerjakan nantinyaakan

diperiksa kembali oleh Apoteker atau pegawai Apotek sehingga dapat

menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

Dalam pembacaan Resep seorang Tenaga Teknis Kefarmasian harus

mengetahui syarat kelengkapan Resep. Suatu Resep dinyatakan lengkap apabila :

a. Tercantum Nama dan Nomor izin pratikum Dokter

b. Tanda R/ pada bagian kiri Resep (Invocation)

c. Tanggal penulisan Resep (Inscription)

d. Nama setiap obat dan komposisinya (Praescraption)

e. Aturan pemakaian obat yang tertulis (Signature)

f. Tanda tangan atau paraf Dokter penulis Resep dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (subscription)

4.5.2 Meracik

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,

mengemas dan memberikan Etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan

obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan

jumlah obat serta penulisan etiket obat yang benar. Setelah menerima resep, kita

lakukan hal- hal sebagai berikut:

33
a. Pengambilan obat sesuai yang tertera di dalam resep pad arak

penyimpanana, dengan memperhatikan nama obat, dosis obat,

tanggal kedaluwarsa/ed, dan keadaan fisik obat

b. Kemudian obat di racik atau pemberian etiket pada obat, untuk

obat oral / pemakaian dalam diberikan etiket berwarna putih

sedangkan untuk pemakaian luar seperti salep digunakan etiket

berwarna biru

c. Obat dimasukkan kedalam wadah yang sesuai dan terpisah

 Contoh Resep racikan dan Non racikan

 Resep racikan

R/ Risperidone 0,5 mg

Ranitidin ½ tab

Antasida ¼ tab

Vit B6 5 mg

Da in cap dtd no xxx

S 2 dd 1 cap

 Resep Non racikan

R/ Amoksisilin X

S 3 dd tab 1

Asam mefenamat X

S 3 dd tab 1

4.5.3 Menulis etiket

34
Etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat yang diserahkan atas dasar resep

harus dilengkapi dengan etiket berwarna putih untuk obat dalam dan warna biru

untuk obat luar.

4.6 Penyerahan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan

pemberian informasi obat kepada pasie. Tujuannya adalah meningkatkan

penggunaan obat yang rasional. Hal- hal yang dilakukan ketika PIO yaitu:

1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan

kembali oleh petugas farmasi yang ada di apotek.

2. Penyerahan obat dalam bentuk sediaan cairan oral diberikan sendok takar,

hal tersebut dilakukan untuk menimalkan kesalahan dalam penggunaan

obat ( Kurang Tepatnya Dosis)

3. Setelah melakukan pelayanan kefarmasian selanjutnya resep disalin

kedalam buku harian, setelah itu dilakukan mutase pada Kartu Stok,

jumlah obat yang keluar dirulis pada kolom keluar pada kartu stok,

kemudian dikurangkan dengan sisa stok.

Pengarsipan resep di Apotek bersama dilakukan sebulan sekali oleh

petugas farmasi, sebelum resep diarsipkan petugas akan memeriksa kembali agar

tidak terjadi kekeliruan, setelah itu resep akan digabungkan sesuai dengan bulan

keluarnya resep tersebut.

4.7 Pemusnahan

35
Pemusnahan obat adalah suatu tindakan perusakan dan pelenyapan

terhadap obat, kemasan, dan atau label yang tidak memenuhi standar atau

persyaratan keamanan, khasiat, mutu, dan label sehingga tidak dapat digunakan

lagi. Pemusnahan perbekalan farmasi adalah tata cara melakukan pemusnahan

kedalam perbekalan farmasi aturan pemusnahan dilakukan setiap 5 tahun sekali,

di apotek bersama belum pernah melakukan pemusnahan sampai saat ini.

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan tentang pemusnahan obat, tata cara

pemusnahan obat sebagai berikut :

1. Obat kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan

2. Pemusnahan obat ED atau rusak yang mengandung Narkotika dan

Psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota

3. Pemusnahan obat selain Narkotika dan Psikotropika dilakukan oleh

Apoteker dan disaksikan oleh tenaga Kefarmasian lain yang memiliki surat

izin praktik atau surat izin kerja

4. Pemusnahan dibuktikan dengan berita cara pemusnahan

5. Resep yang telah disimpan melebihi jangkau waktu 5 waktu dapat

dimusnahkan

6. Pemusnahan tetap dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-

kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara

pemusnahan lain yang dibuktikan dengan bukti dengan berita acara

Pemusnahan Resep, dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan

36
7. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan atau

pengembangan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Apotek Bersama merupakan salah satu instansi farmasi yang berada di

Pasir Pengaraian.

b. Pelayanan Resep di Apotek Bersama terbagi dua yaitu pelayanan

Resep pasien rawat inap dan resep pasien rawat jalan.

c. Secara garis besar pelayanan farmasi di Apotek ada dua yaitu

pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinis.

d. Pengelolaan obat di Apotek Bersama meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pelaporan, dan pemusnahan.

e. Pelayanan farmasi klinis salah satu nya adalah pelayanan informasi

obat.

37
5.2 Saran

a. Sebaiknya dibuatkan ruangan khusus untuk tempat meracik obat agar

lebih berkonsentrasi dan leluasa dalam meracik obat.

b. Adanya penambahan Tenaga Farmasi untuk memudahkan tercapainya

pelayanan kefarmasian yang maksimal untuk pasien.

c. Adanya penambahan gudang untuk penyimpanan obat.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9


Tahun 2017 tentang apotek. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Hartini,Y, S, Sulasmono, Sukmajati dan Kurniawan, A, 2006, Pelaksanaan


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Kabupaten Sleman dan Kota
Yogyakarta, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogjakarta.

Anief, M, 2006, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogjakarta.

38
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. LEMARI OBAT PATEN

39
Lampiran 2. OBAT INJEKSI

Lampiran 3. SYIRUP GINERIK

40
Lampiran 4. LEMARI PENDINGIN

Lampiran 5. SYIRUP PATEN

41
Lampiran 6. LEMARI SALEP

Lampiran 7. ETIKET BIRU

42
Lampiran 8. FAKTUR

43
Lampiran 9. SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

44
Lampiran 10. SURAT PESANAN OBAT TERTENTU

45
Lampiran 11. KARTU STOK

46
Lampiran 12. SALINAN RESEP

47
Lampiran 13. LEMARI NARKOTIKA

Lampiran 14. GAMBAR GEDUNG APOTEK

48

Anda mungkin juga menyukai