Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang

kefarmasian serta makin tingginya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan

kesehatan, maka dituntut juga kemampuan dan kecakapan para petugas dalam

rangka mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan

pelayanaan kefarmasian kepada masyarakat. Dengan demikian pada dasarnya

kaitan tugas pekerjaan farmasis dalam melangsungkan berbagai proses

kefarmasian, bukan hanya sekedar membuat obat, melainkan menjamin serta

meyakinkan bahwa produk kefarmasian yang diselenggarakan adalah bagian yang

tidak terpisahkan dari proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien.

Mengingat kewenangan keprofesian yang dimilikinya, maka dalam menjalankan

tugasnya harus berdasarkan kepada prosedur-prosedur kefarmasian demi

dicapainya produk kerja yang memenuhi syarat ilmu pengetahuan kefarmasian,

sasaran produk kerja yang dilakukan serta hasil kerja akhir yang seragam tanpa

mengurangi pertimbangan keprofesian secara pribadi. (ISFI , Standar Kompeten

Farmasi Indonesia, 2004)

Farmasis adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan dibidang

kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama pendidikan tinggi


kefarmasian. Sifat yang berlandaskan ilmu pengetahuan ini memberikan semacam

otoritas dalam berbagai aspek obat atau proses kefarmasian yang tidak dimiliki

oleh tenaga kesehatan lainnya. Farmasi sebagai tenaga kesehatan yang

dikelompokkan profesi, telah diakui secara universal. Lingkup pekerjaannya

meliputi semua aspek tentang obat, mulai penyediaan bahan baku dalam arti luas,

membuat sediaan jadinya sampai dengan pelayanan kepada pemakai obat atau

pasien. (ISFI, Standar Kompeten Farmasi Indonesia, 2004)

WHO dalam rapatnya tahun 1997, mengenalkan lahirnya asuhan kefarmasian.

Dimensi pekerjaan profesi farmasi tidak kehilangan bentuk, tetap menjadi seorang

ahli dalam bidang obat. Pasien menikmati tentang obat, sehingga pasien

memahami program obatnya.

Dengan demikian sebagai seorang Tenaga Teknis Kefarmasian dirasa perlu

membekali diri dengan pengetahuan mengenai Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Oleh karena itu, pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Instalasi Farmasi

Rumah Sakit bagi Siswa/Siswi SMK Farmasi Samarinda sangatlah perlu

dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri untuk berperan langsung dalam

pengelolaan Apotek sesuai dengan fungsi dan kompetensi Tenaga Teknis

Kefarmasian.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Secara Umum

a. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menimba ilmu di AKFAR

YAMASI MAKASSAR khususnya dibidang Farmasi Medik.

b. Mendapatkan pengalaman secara langsung dan nyata dalam dunia kerja

sesungguhnya.

2. Secara Khusus

a. Melaksanakan salah satu peran, fungsi dan kompetensi Tanaga Teknis

Kefarmasian yaitu pelaksanaan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

meliputi identifikasi resep, merencanakan dan melaksanakan peracikan obat yang

tetap.

b. Memberikan kesempatan untuk beradaptasi langsung pada iklim kerja

kefarmasian sebenarnya, khususnya di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

c. Melaksanakn pelayanan informasi obat kepada pasien.

d. Mengetahui cara melayani pesanan obat dari amprahan.

C.Ruang Lingkup

1. Tempat Pelaksanaan

Sebagai syarat untuk melengkapi kurikulum program pendidikan


kurikulum rencana studi (KRS) semester VI (enam) di AKFAR YAMASI maka
dilaksanakanlah Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan masing-
masing ditempat yang berbeda dan tempat pelaksanaan kami dalam Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah 1 makassar.
2. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit Ibu dan

Anak Sitti khadijah adalah selama kurang lebih 2 (dua) minggu terhitung sejak

tanggal 03 februari s/d 15 februari 2020 dimana setiap harinya dibagi menjadi 2

shift, yaitu :

- Shift Pagi : pukul 08.00 s/d 14.00 wita

- Shift Siang : pukul 14.00 s/d 20.00 wita

1.3 Tujuan Pembuatan Laporan

Pembuatan laporan merupakan rangkaian kegiatan PKL

Adapun tujuan pembuatan laporan adalah :

a. Peserta PKL akan mampu memahami, mengingat, menetapkan


serta mengembangkan pelajaran yang telah diperoleh di bangku
kuliah dan diterapkan pad saat pkl
b. Peserta PKL mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang
ditemukan pada saat PKL.
c. Peserta PKL dapat mengumpulkan data guna kepentingan institusi
kependidikan maupun peserta didik yang bersangkutan.
d. Dengan adanya PKL peserta didik dapat menambah
perbendaharaan perpustakaan kampus untuk menunjang
pengetahuan peserta didik yang bersangkutan mauun angkatan
berikutny
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitasif),

yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002

yang dimaksud dengan :

1. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.

2. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai

Apoteker.
3. Surat Izin Apotek (SIA) adalah Surat izin yang berikan oleh Menteri

kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana

Apotek untuk menyelenggarakan Apotek disuatu tempat tertentu.

4. Apoteker Pengelola Apotik (APA) adalah Apoteker yang telah diberi Surat

Izin Apoteker (SIA).

A . Persyaratan Apoteker Pengelola Apotik

·Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan (DepKes).

·Telah mengucapkan Sumpah / Janji sebagai Apoteker.

·Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan (MenKes)

·Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai Apoteker.

·Tidak bekerja disuatu Perusahaan Farmasi dan tidak menjadi Apoteker

Pengelola Apotek (APA) di Apotek lain.

5. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek disamping

Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam

tertantu pada hari buka Apotek.

6. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker

Pengelola Apotik (APA) selama Apoteker Pengelola Apotek tidak ada

ditempat kurang lebih selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus, telah

memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola

Apotek di Apotek lain.


7. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan Perundang-

undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan sebagai Asisten

Apoteker.

Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian diApotek, Apoteker pengelola

Apotek dibantu oleh Asisten Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja

(SIK). Keputusan Menteri Kesehatan No. 679/MENKES/SK/V/2003, tentang

Peraturan Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker, yaitu :

A.Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atas kewenangan yang

diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah Asisten Apoteker atau Sekolah

Menengah Farmasi, Akademi Farmasi dan Jurusan Farmasi, Politeknik

Kesehatan, Akademi Analis Farmasi dan Makanan, Jurusan Analis Farmasi

serta Makanan Politeknik Kesehatan untuk menjalankan Pekerjaan

Kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

B. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker adalah bukti tertulis yang diberikan

kepada pemegang Surat Izin Asisten Apoteker untuk melakukan pekerjaan

Kefarmasian disarana kefarmasian.

C. Sarana Kefarmasian adalah tempat yang digunakan untuk melakukan

pekerjaan kefarmasian antara lain Industri Farmasi termasuk obat

Tradisioanal dan Kosmetika, Instalasi Farmasi, Apotek dan Toko

Obat.(Anonim , Izin Kerja Asisten Apoteker, 2003)

8.Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam


menjalani Pekerjaaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli

Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten

Apoteker.

9. Resep adalah Permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan

kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan

obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.26/MenKes/Per/I/1981,

resep harus memenuhi persyaratan dibawah ini, yaitu :

A. Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan tanggal dan nomor

penerimaan atau pembuatan resep.

B. Resep yang mengandung Narkotika dan Psikotropika harus dipisahkan dari

Resep yang lainnya dan diberi tanda garis merah untuk Narkotika dan garis

biru untuk Psikotropika dibawah nama obat.

C. Resep yang telah disimpan melebihi 3 (tiga) tahun dapat dimusnahkan

dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai.

C. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)

bersama sekurang-kurangnya seorang petugas Apotek dengan membuat

berita acara pemusnahan.


9.1. Dalam Melayani Resep tersebut Apoteker Wajib :

A. Melayani Resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat .

B. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat Generik yang ditulis dalam

resep dengan obat Paten .

C. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis didalam

resep, maka Apoteker harus berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan

obat yang lebih tepat.

D. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan

penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien untuk menjamin

penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional .

9.2. Hal yang diatur bila terjadi Kekeliruan Resep

A. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam Resep terdapat kekeliruan

atau penulisan Resep yang tidak tepat, maka Apoteker harus memberitahukan

kepada Dokter yang bersangkutan.

B. Apabila dalam hal yang dimaksud Dokter yang bersangkutan tetap dalam

pendiriannya, maka Dokter wajib memberikan pernyataan tertulis atau

membubuhkan tanda tangan yang lazim atas resep.


9.3. Salinan Resep

Salinan Resep adalah salinan tertulis dari suatu resep. Salinan resep selain

memuat keterangan yang terdapat dalam Resep Asli harus memuat pula :

A. Nama dan Alamat Apotek

B. Nama dan Nomor Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek

(APA)

C. Tanda det = detur untuk obat yang sudah diserahkan atau tanda nedet =

nedetur untuk obat yang belum diserahkan.

D. Nomor Resep dan tanggal Pembuatan.

9.3.1. Dalam Hal Salinan Resep terdapat Beberapa Peraturannya, yaitu :

A. Salinan Resep Wajib ditanda tangani oleh Apoteker.

B.Resep harus dirahasiakan dan disimpan di Apotek dalam jangka waktu

minimal 3 (tiga) tahun.

C. Resep atau Salinan Resep hanya boleh diperlihatkan kepada Dokter

penulis Resep.

9.3.2 Pelayanan Salinan Resep Narkotika

Berdasarkan Dirjen POM Depkes RI No.011/EE/SE/X/1998 tentang pelayanan

Salinan Resep Narkotika yang dimaksud dengan :

A. Pelayanan Salinan Resep Dokter yang mengandung Narkotika adalah

menyerahkan Narkotika atas dasar salinan resep dari suatu Apotek yang

menyimpan resep asli baik sebagian maupun seluruhnya.


B. Larangan tentang Penyerahan Narkotika menurut UU No.99 Tahun 1976

tentang Narkotika :

- Apotek dilarang mengulangi penyerahan Narkotika atas dasar resep

yang sama dari seorang Dokter.

- Apotek dilarang menyerahkan Narkotika atas dasar Salinan Resep yang

sama dari seorang Dokter.

C. Salinan Resep Dokter yang mengandung Narkotika yang belum diserahkan

hanya boleh dilayani oleh Apoteker yang menyimpan Resep Asli.

D. Larangan tentang Penyerahan Narkotika menurut Surat Edaran Dirjen

POM Depkes RI No.336/E/SE/77 tanggal 4 Mei 1977.

- Apotek dilarang melayani copy resep yang mengandung Narkotika.

- Resep Narkotika yg baru dilayani sebagian atau belum dilayani

semuanya, apotek boleh membuat copy resep, tetapi yang boleh melayani

copy resep tersebut hanya apotek yg menyimpan resep aslinya.

- Copy resep narkotika ITER tidak boleh dilayani sama sekali.

E. Apotek yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan diatas dapat diberikan

peringatan keras dengan ancaman akan dikenakan sanksi penghentian

kegiatan sementara apabila masih melakukan pelanggaran.

10. Sediaan Farmasi adalah Obat, Bahan Obat, Obat Asli Indonesia, Alat

Kesehatan dan Kosmetika.

11. Alat Kesehatan adalah Instrumen Aparatus, Mesin, Implan yang tidak

mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,


menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang yang sakit serta

pemulihan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan

memperbaiki fungsi tubuh.

12. Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan

untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

(Anonim, Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek , 2002)

D. Fungsi-Fungsi Rumah Sakit

Berikut merupakan Tugas sekaligus Fungsi dari Rumah Sakit, yaitu :

A. Melaksanakan pelayanan Medis dan pelayanan penunjang Medis.

B. Melaksanakan pelayanan medis tambahan dan pelayanan penunjang medis

tambahan.

C. Melaksanakan pelayanan Kedokteran kehakiman.

D. Melaksanakan pelayanan Rujukan Kesehatan.

E. Melaksanakan pelayanan Medis khusus.

F. Melaksanakan pelayanan Kedokteran gigi.

G. Melaksanakan pelayanan Kedokteran Sosial.

H. Melaksanakan pelayanan Penyuluhan Kesehatan.

I. Melaksanakan pelayanan Rawat Jalan atau Rawat Darurat dan Rawat

tinggal (Observasi).

J. Melaksanakan pelayanan Rawat Inap.

K. Melaksanakan pelayanan Administratif.

L. Melaksanakan pendidikan Para Medis.


M. Membantu pendidikan Tenaga Medis Umum.

N. Membantu pendidikan Tenaga Medis Spesialis.

O. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan.

P. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.

D.Tujuan Rumah Sakit

1. Tujuan Umum

Meningkatkan Kemampuan hidup sehat serta masyarakat pekerja Rumah

Sakit guna mencapai derajat kesehatan yang optimal dalam rangka

meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk meningkatkan

produktifitas kerja.

2. Tujuan Khusus

A. Terbentuknya dan terbukanya unit organisasi pembina dan pelaksana

kesehatan serta keselamatan kerja di Rumah Sakit melalui kerjasama lintas

program dan lintas unit atau instansi.

B. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kerja paripurna untuk

masyarakat pekerja di Rumah Sakit.

C. Terpenuhinya syarat-syarat Kesehatan dan Keselamatan Kerja di berbagai

Jenis pekerjaan di Rumah Sakit.

D. Meningkatkan kemampuan masyarakat pekerja di Rumah Sakit dalam

menolong diri sendiri dari ancaman gangguan dan resiko kesehatan serta

keselamatan kerja.
E. Meningkatkan profesionalisme dibidang kesehatan dan keselamatn kerja

bagi para pembina, pelaksana, penggerak , dan pendukung program kesehatn

kerja di Rumah Sakit.

F. Terlaksananya sistem informasi kesehatan kerja dan jaringan pelayanan

kesehatan kerja di Rumah Sakit.

E. Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang

Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang

utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,

termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat. Farmasi rumah Sakit bertanggung jawab terhadap semua barang yang

beredar di rumah sakit tersebut.

1. Tujuan pelayanan farmasi adalah sebagai berkut :

A. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan

biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan

pasien maupun fasilitas yang tersedia.

B. Menyelenggarkan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi .

C. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai


Obat.
D. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku.
E. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan

evalusi pelayanan.

F. Mengadakan penelitian dibidang Farmasi dan peningkatan metode.

2. Tugas pokok dan fungsi

2.1 Tugas pokok Rumah Sakit

A. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal .

B. Menyelenggarkan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan

kefarmasian dan etik profesi .

C. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) .

D. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evalusai untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi .

E. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

F. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

G. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

H. Menfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

2.2 Fungsi Rumah Sakit

Pengelolaan Perbekelan farmasi :

A. Memiliki perbekelan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan Rumah

Sakit.

B. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

C. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang


telah dibuat sesuai dengan ketentuan.

D. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan yang

berlaku.

E. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku.

F. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratn kefarmasian.

G. Mendistribusikan perbekalan Farmasi keunit-unit Pelayanan di Rumah

Sakit.

Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan :

A. Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien.

B. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan.

C. Mencegah dan Mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan

alat kesehatan.

D. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

E. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.

F. Memberi konseling kepada pasien / keluarga.

G. Melakukan pencampuran obat suntik.

H. Melakukan penanganan obat kanker.

I. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.


J. Melakukan penetuan kadar obat dalam darah.

K. Melakukan pencatatan pada setiap kegiatan.

L. Melaporkan setiap kegiatan.

3. Administrasi dan Pengelolaan Pelayanan

Diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang

efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan

keprofesian yang universal .

A. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi-

fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi didalam

maupun luar pelayanan farmasi yang diterapkan oleh pimpinan farmasi yang

ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit.

B. Bagan Organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali setiap 3

(tiga) tahun dan diubah bila terdapat hal sebagai berikut :

- Perubahan pola kepegawaian.

- Perubahan standar pelayanan kefarmasian.

- Perubahan peran Rumah Sakit.

- Penambahan atau pengurangan pelayanan.

C. Kepala Instansi Farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan

penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.

D. Instansi Farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk

membicarakan masalah-masalah dalam meningkatkan pelayanan farmasi.

Hasil pertemuan tersebut disebarluaskan dan dicatat untuk disimpan.


E. Adanya Komite / Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit dan Apoteker

IFRS (Instansi Farmasi Rumah Sakit) menjadi sekretaris Komite/Panitia .

F. Adanya Komunikasi yang tetap dengan Dokter dan Paramedis, serta selalu

berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat

antar bagian atau Konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi

dengan Farmasi.

G. Hasil Penilaian/Pencatatan konduite terhadap staf didokumentasikan

secara Rahasia dan hanya digunakan oleh Atasan yang mempunyai

wewenang.

H. Dokumentasi yang Rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan

evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap 3 (tiga) tahun.

I. Kepala Instansi Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala

keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan

obat.

4. Staf dan Pimpinan Pelayanan Farmasi

Diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan :

A. IFRS (Instansi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.

B. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang

mempunyai pengalaman minimal 2 (dua) tahun dibagian farmasi Rumah

Sakit.

C. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai Surat Izin Kerja (SIK).
D. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi

(D-3) dan Tenaga Managemen Farmasi (AA).

E. Kepala Instansi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum

dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun

administrasi barang Farmasi.

F. Setiap saat harus ada Apoteker ditempat pelayanan untuk melangsungkan

dan mengawasi pelayanan Farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang

yang bertanggung jawab bila kepala Farmasi berhalangan hadir.

G. Adanya uraian tugas (Job Description) bagi staf dan pimpinan Farmasi .

H. Adanya Staf Farmasi yang jumlah dan kualifikasinya sesuaikan dengan

kebutuhan.

I. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas Farmasi atau

Tenaga Farmasi lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang memiliki

kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.

J. Penilaian terhadap Staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait

dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja

yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

5. Fasilitas dan Peralatan

Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung

administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan Farmasi, sehingga

menjamin terselenggaranya pelayanan Farmasi yang Fungsional, Profesional

dan Etis.
A. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang Farmasi yang menjamin semua

barang Farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung

jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang dan sesuai dengan

peraturan.

B. Tersedianya fasilitas produksi obatyang memenuhi standar.

C. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.

D. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.

E. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip Resep.

F. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik dan

sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.

G. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin

keamanan setiap staf.

6. Kebijakan dan Prosedur

Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal

dikeluarkannya peraturann tersebut. Peraturan dan Prosedur yang ada harus

mncerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan

dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri :

A. Produser kebijakan dan produser dibuat oleh kepala instansi,

panitia/komite farmasi dan terapi serta para Apoteker.

B. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari Dokter dan

Apoteker menganalisa secara kefarmasian. Obat adalah bahan berkhasiat

dengan nama generik.


C. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal

tersebut :

- Macam-macam obat yang diberikan oleh perawat atas perintah Dokter.

- Label obat yang menandai.

- Daftar obat yang tersedia.

- Gabungan obat pernteral dan labelnya.

- Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis yang diberikan.

- Pengadaan dan penggunaan obat di Rumah Sakit.

- Pelayanan perbekalan famrasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan,

karyawan dan pasien tidak mampu.

- Pengelolaan Perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan pengadaan,

penerimaan, pembuatan/produksi, penyimpanan, pendistribusian dan

penyerahan .

- Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan

efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta pencatatan

penggunaan obat yang salah dan atu dikeluhkan pasien.

- Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.

- Pemberian konseling/informasi oleh Apoteker kepada pasien dan dalam

hal penggunaan obat-obatan demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam

penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan

tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan

obat.
- Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan pengkajian penggunaan obat.

- Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instansi maka secara

organisasi dibawah koordinasi instansi farmasi.

- Prosedur penarikan/penghapusan obat.

- Pengaturan persediaan dan pesanan.

- Cara pembuatan obat yang baik.

- Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf.

- Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan pengaturan /Undang-

undang.

- Pengamanan pelayanan Farmasi dan penyimpanan obat harus terjamin.

- Peracikan, Penyimpanan dan Pembuatan Obat-obat Sitotoksik.

- Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf.

D. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah

atau mengatasi masalah obat.

E. Kebijakan dan prosedur harus konsistensi terhadap sistem pelayanan

Rumah Sakit lainnya.

7. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan

Setiap staf di Rumah Sakit harus mempunyai kesempatan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya .

A. Apoteker harus memberikan masukan kepada Pimpinan dalam menyusun

Program Pengembangan staf.

B. Staf yang baru harus mengikuti program Orientasi sehingga mengetahui


tugas dan tanggung jawab.

C. Adanya Mekanisme untuk mengetahui kebutuhan Pendidikan bagi Staf.

D. Setiap Staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan

dan program pendidikan berkelanjutan.

E. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang diadakan

oleh Organisasi Profesi, perkumpulan dan institusi terkait.

F. Penyelenggaraan Pendidikan dan Penyuluhan meliputi :

- Penggunaan Obat dan penerapannya.

- Pendidikan berkelanjutan bagi Staf Farmasi.

- Praktikum Farmasi bagi siswa Farmasi dan pasca Sarjana Farmasi.

8. Evaluasi dan Pengendalian Mutu Pelayanan

Farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu

tinggi, melalui cara pelayanan Farmasi Rumah Sakit yang baik.

A. Pelayanan Farmasi dilibatkan dalam program Pengendalian mutu

pelayanan Rumah Sakit.

B. Mutu pelayanan Farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap Konsep

kebutuhan, proses dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan

mutu pelayanan.

C. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu.

D. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut :

- Pemantauan adalah pengumpulan semua informasi yang penting yang

berhubungan dengan pelayanan kefarmasian.


- Penilaian adalah penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-

masalah pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.

- Tindakan adalah bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka

harus diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasikan.

- Evaluasi adalah efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat

diterapkan dalam program jangka panjang.

- Umpan balik adalah hasil tindakan harus secara teratur diinfomasikan

kepada staf.

Anda mungkin juga menyukai