Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara sistematik dan
sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang
diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai
suatu tingkat keahlian profesional. Dimana keahlian profesional tersebut
hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan,
teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai
kapan dan dimana saja kita berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi
dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang
profesi itu sendiri.Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan dan menyediakan pelayanan medis dasar dan atau
spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan
dipimpin oleh seorang tenaga medis.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Instalasi Farmasi adalah bagian dari Klinik yang bertugas
menyelenggarakan, mengoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis
kefarmasian di Klinik.
Aespesoft adalah situs penyedia software klinik dan apotek, tapi sebisa
mungkin situs ini juga menyediakan informasi lainnya yang berkaitan dengan
apotek, sehingga bisa lebih bermanfaat bagi yang sekedar mampir mencari
informasi tentang klinik/apotek atau mencari aplikasi program komputer yang
bisa membantu manajemen pengaturan inventori atau keuangan
klinik/apoteknya.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 1


1.2 Maksud dan Tujuan
 Maksud
Maksud dilaksanakan pendidikan sistem ganda ini adalah untuk
mengaplikasikan hasil pembelajaran disekolah kedalam dunia kerja
dan untuk mengetahui bagaimana praktek yang sesungguhnya
dilapang kerja.
 Tujuan
1. Membentuk pola pikir yang konstruktif pola pikir bagi siswa-
siswi PSG. Sehingga dapat melihat peluang di masa depan.
2. Diharapkan dapat mengimplementasikan materi yang selama
ini didapatkan di sekolah sehingga dapat diterapkan dengan
baik.
3. Bisa menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dasar
yang dimiliki oleh siswa-siswi PSG sesuai bidang Farmasi

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara untuk memudahkan pengambilan obat, dan melakukan
kebiasaan kerapihan penyimpanan obat?
2. Bagaimana cara agar pengeluaran setiap harinya bisa terkumpul dengan
baik?
3. Bagaimana cara pengeluaran obat bisa terkontrol dengan baik setiap
bulannya?
4. Bagaimana cara pelayanan resep rawat jalan, transaksi pembayaran dan
pengambilan obat pasien rawat jalan?

1.4 Manfaat Pendidikan Sistem Ganda (PSG)


 Manfaat Bagi Penulis
1. Lebih Mengetahui Tentang Dunia Kerja Farmasi
2. Mengetahui Pengelompokan obat dan Jenis-jenis obat di instalasi Klinik
Mitra Medika Tambakan.
3. Menjalani Kerjasama yang baik antar rekan kerja

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 2


4. Lebih mengetahui pelayanan resep kepada masyarakat
 Manfaat Bagi Sekolah
1. Mengikat Kerjasama yang baik antar pihak sekolah dan instansi
terkait
2. Menjadikan lulusan yang siap kerja dan kompeten di bidang
Kefarmasian
3. Meningkatkan mutu siswa dan siswi dalam bidang farmasi
4. Meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat

 Manfaat Tempat PSG


1. Dapat memilih peserta PSG baik jumlah, kemampuan, penampilan
dan waktu yang dianggap menguntungkan
2. Dapat mengenal persis kualitas siswa yang berlatih di instansi atau
industry.
3. Dapat berpartisipasi dalam pembangunan pendidikan pada
khususnya dan pengembangan bangsa pada umumnya.
4. Melatih dan mengasah keterampilan siswa-siswi dalam dunia
kerja.

1.5 Tempat dan Waktu pelaksanaan PSG


Tempat: Klinik Utama Mitra Medika Tambakan
Alamat: Jalan Raya Tambakan KM 12,7 Jalancagak – Subang
No Telp: (0260) 411562
Tanggal: 10 Februari 2020 s/d 13 April 2020
Dibagi Menjadi beberapa shift: Pagi (07:00 s/d 15:00)
Siang (14:00 s//d 21:00)

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 3


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

.1 Pengertian Klinik
Menurut Permenkes RI No.9,2014 Klinik adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan dan menyediakan pelayanan medis dasar
dan atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga
kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis.
Berdasarkan jenis pelayanan, Klinik dibagi menjadi:
a. Jenis Klinik Pratama
Klinik pratama merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan
medik dasar baik umum maupun khusus.
b. Jenis Klinik Utama
Klinik utama merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.
Klinik dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu
berdasarkan cabang/disiplin ilmu atau sistem organ. Ketentuan lebih lanjut
mengenai Klinik dengan kekhususan pelayanan diatur oleh Menteri.
Klinik dapat dimiliki oleh Pemerintah, Pemda atau Masyarakat, untuk klinik
masyarakat bisa oleh perorangan atau badan usaha tapi khusus yang
menyelenggarakan rawat inap, harus didirikan oleh badan hukum.
Bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik
bangunannya dengan tempat tinggal perorangan, tidak termasuk apartemen,
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
Bangunan Klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan
keselamatan dan kesehatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat,
anak-anak dan orang usia lanjut.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 4


.2 Tinjauan Umum
Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang diperlukan dalam
menunjang upaya pelayanan kesehatan. Apotek adalah suatu tempat tertentu
tempat dilakukan pekerjaan ke sediaan farmasi, Perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat. Dalam menunjang sarana apotek dalam melakukan
pelayanan, Pembelian obat, serta transaksi lain seperti memudahkan
pengambilan obat, pengeluaran obat, pengimputan data obat.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 9 Tahun 2017
Tentang Apotek. Mengeluarkan peraturan menteri Kesehatan RI
(permenkes/PMK) Terbaru No 9 Tahun 2017 terkait apotek pada 30 Januari
2017 dan mulai berlaku sejak 13 Februari 2017. PMK ini dibuat untuk
meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan
Kefarmasian kepada masyarakat.
Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instalasi pemerintah dengan tugas
pelayanan kesehatan dipusat dan daerah, perusahaan milik Negara yang
ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta
memperoleh izin dari suku dinas kesehatan setempat.

.3 Apoteker Pengelola Apotek (APA)


Menurut kepmenkes No. 1027 / Menkes / SK / IX / 2004 Tentang standar
pelayanan kefarmasiaan di apotek, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah
lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di indonesia sebagai apoteker.
 Persyaratan apoteker pengelola apotek (APA)
Berdasarkan peraturan materi kesehatan RI No. 1332 / Menkes / SK /
X / 2002 tentang perubahan atas peraturan materi kesehatan No. 992 /
Menkes / Per / X / 1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian
izin apotek pada pasal 1 terkait dengan apoteker pengelola apotek
(APA) adalah seorang apoteker yang telah memberikan surat izin
kerja (SIK). Berdasarkan persyaratan yang harus dikeluarkan untuk

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 5


menjadi pengelola apoteker berdasarkan Permenkes RI No. 922 /
Menkes / Per / X / 1993 adalah :
a. Sebuah ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b. Telah disetujui sumpah atau janji sebagai seorang apoteker.
c. Memiliki surat izin kerja (SIK) atau surat penugasan dari
Menteri Kesehatan.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan jiwa untuk
review melaksanakan tugasnya sebagai apoteker.
e. Tidak bekerja di perusahaan farmasi dan tidak menjadi
apoteker pengelola di apotek lain.

Selain APA dikenal pula apoteker pendamping dan apoteker pengganti. Apoteker
pendamping adalah sebuah apoteker yang bekerja disamping APA dan atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek sedangkan apabila
APA karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat
menunjuk apoteker pengganti.

 Peranan dan fungsi apoteker pengelola apotek (APA)


Peranan dan fungsi apotoker pengelola (APA) diantaranya :
a. Membuat visi dan misi.
b. Membuat strategi, tujuan, sasaran, dan program kerja.
c. Membuat dan menetapkan peraturan atau Standar Prosedur
Operasional (SPO) pada setiap fumgsi kegiatan di apotek.
d. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO serta
program kerja pada setiap fungsi kegiatan di apotek.
e. Merencanakan, melaksanakan. mengendalikan dan
menganalisis hasil kerja operasional dan kinerja keuangan
apotek.

Wewenang dan tanggung jawab APA diantaranya :

1. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan.


2. Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan .
3. Mengawasi pelaksanaan SPO dan program kerja.
4. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 6


 Kompetensi Apoteker
Kompetensi adalah kemampuan manusia yang merupakan sejumlah
karakteristik. baik berupa bakat, motif, sikap, keterampilan,
pengetahuan, perilaku yang membuat seorang pegawai berhasil dalam
pekerjaannya.
Dari kompetensi serta peraturan perundangan-undangan yang telah
disebutkan sebelumnya, apoteker di apotek memiliki 3 (tiga) peranan,
terutama yang berkaitan langsung dengan pasien yaitu :
A. Peranan Apoteker Sebagai Profesional
Apoteker memiliki kemampuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasian yang bermutu dan efisien yang berasaskan pharmaceutical
care di apotek. Adapun standar pelayanan kefarmasian di apotek telah
diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004.

Tujuan dari standar pelayanan ini adalah :


1. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.
2. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
3. Pedoman dalam pengawasan praktek apoteker.
4. Pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, terutama pada BAB III, bahwa
pelayanan kefarmasian meliputi :
A. Pelayanan Resep
1. Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
1) Persyaratan administrative
Apoteker untuk membuat resep-resep :
a. Nama SIP dan Alamat dokter
b. Tanggal penulisan resep

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 7


c. Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta
d. Cara pemakaian jelas
e. Informasi lainnya
2) Kesesuaian farmasetik
Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
3) Pertimbangan klinis
Adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian(dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya
bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.
2. Penyiapan obat
1) Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang,
mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada
wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus
dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan
dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang
benar.
2) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
3) Kemasan Obat yang Diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan
yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
4) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat
dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 8


disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada
pasien.

5) Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas
dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,
bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien
sekurang-kurangnya meliputi: dosis, efek farmakologi,
cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka
waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi.
6) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai
sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan
lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya
penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi
atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita
penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,
asma, dan penyakit kronis lainnya apoteker harus
memberikan konseling secara berkelanjutan.
7) Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama
untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes,
TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
B. Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus
memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri
sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan
obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 9


dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,
penyuluhan, dan lain-lain.

C. Pelayanan Residensial (Home Care)


Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lanjut usia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus
membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

B. Peranan Apoteker Sebagai Manager


Manajemen secara formal diartikan sebagai perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian, terhadap penggunaan
sumber daya untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen adalah untuk :
1. Mencapai tujuan.
2. Menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan.
3. Mencapai efisiensi dan efektivitas.

Dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi kerja (performance) manajemen


adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan dengan benar, merupakan konsep matematika, atau merupakan
perhitungan ratio antara keluaran (output) dan masukan (input). Seorang manajer
dikatakan efisien adalah seseorang yang mencapai keluaran yang lebih tinggi
(hasil, produktivitas, performance) dibanding masukan-masukan (tenaga kerja,
bahan, uang, mesin dan waktu) yang digunakan.

Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau


peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Manajer yang
efektif adalah manajer yang dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau
metode (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 10


Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, pada BAB II, bahwa pengelolaan
sumber daya di apotek meliputi:

1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia


Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh
seorang Apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, Apoteker
senantiasa harus memiliki kemampuan:
a. Menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik.
b. Mengambil keputusan yang tepat.
c. . Mampu berkomunikasi antar profesi.
d. Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner.
e. Kemampuan mengelola SDM secara efektif.
f. Selalu belajar sepanjang karier.
g. Membantu memberi pendidikan.
h. Memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

2. Pengelola Sarana dan Prasarana


Apoteker di apotek berperan dalam mengelola dan menjamin bahwa:
1) Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat.
2) Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis
kata apotek.
3) Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota
masyarakat.
4) Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang
terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal
ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta
mengurangi resiko kesalahan penyerahan obat.
5) Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh
Apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 11


6) Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus
bebas dari hewan pengerat dan serangga. Apotek memiliki suplai
listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.
7) Apotek harus memiliki:
a) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
b) Tempat untuk menyediakan informasi bagi pasien,
termasuk penempatan brosur/ materi informasi.
c) Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang
dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk
menyimpan catatan medikasi pasien.
d) Ruang racikan.
e) Tempat pencucian alat atau keranjang sampah yang tersedia
untuk staf maupun pasien.
f) Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-
rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang
tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan
cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi
ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

3. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan


lainnya
Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya
dilakukan sesuai ketentuan perundangan-undangan yang berlaku meliputi:
perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat
memakai sistim FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First
Out).
a) Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu
diperhatikan:
- Pola penyakit
- Kemampuan masyarakat
- Budaya masyarakat\

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 12


- Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b) Penyimpanan
1. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah.
2. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik.
3. Wadah sekurang kurangnya memuat nama obat, nomor
batch dan tanggal kadaluarsa.
4. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan.

c) Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu


dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi:

1) Administrasi Umum: pencatatan, pengarsipan,


pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Administrasi Pelayanan: pengarsipan resep,
pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan
hasil monitoring penggunaan obat.

C.. Peranan Apoteker sebagai retailer


Apotek merupakan tempat pengabdian profesi kefarmasian. Namun tidak
dapat dipungkiri di sisi lain bahwa apotek adalah salah satu model badan
usaha retail, yang tidak jauh berbeda dengan badan usaha retail lainnya.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 13


Apotek sebagai badan usaha retail, bertujuan untuk menjual komoditinya,
dalam hal ini obat dan alat kesehatan, sebanyak-banyaknya untuk
mendapatkan profit. Profit memang bukanlah tujuan utama dan satu-
satunya dari tugas keprofesian apoteker, tetapi tanpa profit apotek sebagai
badan usaha retail tidak dapat bertahan.
Oleh karena itu, segala usaha untuk meningkatkan profit perlu
dilaksanakan, di antaranya mencapai kepuasan pelanggan. Pelanggan
merupakan sumber profit. Oleh karena itu, sebagai seorang retailer
berkewajiban mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan pelanggan,
menstimulasi kebutuhan pelanggan agar menjadi permintaan, dan
memenuhi permintaan tersebut sesuai bahkan melebihi harapan pelanggan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 992/Menkes/Per/X/1993,
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Menteri
Kesehatan, pasal 6, dinyatakan bahwa:
1) Untuk mendapatkan izin Apotek, Apoteker atau Apoteker yang
bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi
persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk
sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik
sendiri atau milik pihak lain.
2) Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
3) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya
diluar sediaan farmasi.
Berdasarkan peraturan tersebut, terutama ayat 2 dan 3, membuka peluang
bagi apotek untuk melakukan kegiatan usaha di luar sediaan farmasi. Oleh
karena begitu besarnya peluang, dan kelonggaran regulasi yang ada,
apotek memiliki keleluasan dalam menjalankan perannya sebagai salah
satu badan usaha retail.
Oleh karena itu, Apoteker Pengelola Apotek seyogyanya menjalan peran
memainkan peranannya sebagai retailer, terutama bagi Apoteker Pengelola
Apotek yang full management. Kompetensi minimal mengenai marketing

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 14


dan strateginya, akan menjadi nilai tambah bagi Apoteker Pengelola
Apotek, dalam memimpin suatu apotek. Pengaturan sarana dan prasarana
yang menunjang juga sangat menentukan keputusan pelanggan untuk
membeli, seperti pajangan yang menarik, layout apotek, merchandising,
pelayanan yang hangat dan ramah, dan lain sebagainya.
Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai dengan Kompetensi Apoteker di
Apotek menurut WHO (World Health Organization)
Kompetensi Apoteker menurut WHO dikenal dengan Eight Stars
Pharmacist, yaitu:
 Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien,
memberi informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga
kesehatan lainnya.
 Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan,
tidak hanya mampu mengambil keputusan dalam hal manajerial
namun harus mampu mengambil keputusan terbaik terkait dengan
pelayanan kepada pasien, sebagai contoh ketika pasien tidak mampu
membeli obat yang ada dalam resep maka Apoteker dapat
berkonsultasi dengan dokter atau pasien untuk pemilihan obat dengan
zat aktif yang sama namun harga lebih terjangkau.
 Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik
dengan pihak ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga
profesional kesehatan lainnya).
 Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di
apotek. Sebagai seorang pemimpin, Apoteker merupakan orang yang
terdepan di apotek, bertanggung jawab dalam pengelolaan apotek
mulai dari manajemen pengadaan, pelayanan, administrasi,
manajemen SDM serta bertanggung jawab penuh dalam kelangsungan
hidup apotek.
 Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik
dalam hal pelayanan, pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan
tenaga kerja dan administrasi keuangan. Untuk itu Apoteker harus

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 15


mempunyai kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam
menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen.
 Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali
ilmu pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan
keterampilannya serta mampu mengembangkan kualitas diri.
 Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing
bagi stafnya, harus mau meningkatkan kompetensinya, harus mau
menekuni profesinya, tidak hanya berperan sebagai orang yang tahu
saja, tapi harus dapat melaksanakan profesinya tersebut dengan baik.
 Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian
guna mengembangkan ilmu kefarmasiannya.
 Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai Dengan Kompetensi Apoteker
Indonesia di Apotek menurut APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi
Farmasi Indonesia)
Kompetensi Apoteker menurut APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi
Farmasi Indonesia) adalah:
a. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu
melaksanakan pengelolaan obat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Pelayanan Obat dan Perbekalan kesehatan Lainnya
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu memberikan
pelayanan obat/untuk penderita secara profesional dengan jaminan
bahwa obat yang diberikan kepada penderita akan tepat, aman, dan
efektif. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan obat bebas dan
pelayanan obat dengan resep dokter yang obatnya dibuat langsung
oleh apotek.
c. Pelayanan Konsultasi, Informasi, dan Edukasi
Kompetensi yang diharapkan adalah apoteker mampu
melaksanakan fungsi pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi
yang berkaitan dengan obat dan perbekalan kesehatan lainnya

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 16


kepada penderita, tenaga kesehatan lain atau pihak lain yang
membutuhkan.

Tujuan konsultasi obat terhadap pasien adalah (Siregar, 2004) :


 Menciptakan hubungan yang baik dengan penderita sehingga
mempermudah proses pengobatan.
 Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan mengenai sejarah
pengobatan penderita.
 Memberikan pendidikan pada penderita mengenai cara penggunaan
obat yang benar.
 Memberi dukungan dan keyakinan pada penderita mengenai proses
pengobatan yang dijalankan.
Edukasi dan konseling yang dilakukan Apoteker merupakan bagian dari
pharmaceutical care dengan tujuan untuk meningkatkan hasil terapi.
Edukasi terhadap pasien berhubungan dengan suatu tingkat dari perubahan
perilaku pasien. Kegagalan pengobatan dapat disebabkan banyak faktor,
salah satunya adalah kurangnya edukasi yang berkaitan dengan terapi
sampai pada hambatan financial yang menghalangi pengadaan obat.
Tujuan edukasi obat adalah agar pasien akan mengetahui betul tentang
obatnya, meningkatkan kepatuhan pasien, pasien lebih teliti dalam
menggunakan dan menyimpan obat, pasien mengerti akan obat yang
diresepkan dan akhirnya menghasilkan respon pengobatan yang lebih baik.

D. Pencatatan dan Pelaporan


Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu
melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Apoteker bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan di apotek
termasuk pencatatan, administrasi pembelian, penjualan, pelaporan
keuangan dan laporan penggunaan narkotika/psikotropika
(Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta, 2001).

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 17


E. Partisipasi Monitoring Obat
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu
berpartisipasi aktif dalam program monitoring keamanan
penggunaan obat. Apoteker berpartisipasi dalam program
monitoring obat terutama monitoring reaksi obat merugikan
(ROM).

F. Partisipasi Promosi Kesehatan


Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu
berpartisipasi secara aktif dalam program kesehatan di masyarakat
lingkungannya, terutama yang berkaitan dengan obat.
G. Fungsi/Tugas Lain (terkait dengan pengelolaan keuangan,
Sumber Daya Manusia)
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu
melaksanakan tugas dan fungsi lain sebagai pimpinan di apotek,
seperti pengelolaan keuangan yang salah satunya terkait dengan
target yang ingin dicapai apotek, dan sumber daya manusia yang
bertujuan untuk mendukung program yang dilaksanakan di apotek
serta terlaksananya pelayanan yang berkualitas terhadap pasien.
Pengembangan apotek dapat dilakukan dengan tujuan memperluas
dunia usaha serta pelayanan kepada masyarakat.

.4 Personalia
Pengelolaan sumber daya menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Apotek harus dikelola oleh
seseorang apoteker yang professional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker
senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan
pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam
situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu
belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 18


peluang untuk meningkatkan pengetahuan. Ketentuan-ketentuan umum yang
berlaku tentang personalia sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/Menkes/SK/X/2002 adalah sebagai berikut:
1. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.
2. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi
surat izin apotek.
3. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek
disamping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
4. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker
Pengelola Apotek selama Apoteker tersebut tidak berada di tempat 8
lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja
(SIK) dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA)
lain.
5. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai asisten apoteker.

2.5 Penggunaan obat yang Rasional

Penggunaan obat dikatakan rasional menurut WHO apabila pasien


menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis, dalam dosis yang
memenuhi kebutuhan untuk jangka waktu yang cukup, dan dengan biaya
yang terjangkau baik untuk individu maupun masyarakat.
Konsep tersebut berlaku sejak pertama pasien datang kepada tenaga
kesehatan, yang meliputi ketepatan penilaian kondisi pasien, tepat
diagnosis, tepat indikasi, tepat jenis obat, tepat dosis, tepat cara dan lama
pemberian, tepat informasi, dengan memperhatikan keterjangkauan harga,

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 19


kepatuhan pasien, dan waspada efek samping. Pasien berhak
mempertanyakan hal-hal itu kepada tenaga kesehatan.
Oleh karena itu, penggunaan obat rasional meliputi dua aspek pelayanan
yaitu pelayanan medik oleh dokter dan pelayanan farmasi klinik oleh
apoteker. Untuk itu perlu sekali adanya kolaborasi yang sinergis antara
dokter dan apoteker untuk menjamin keselamatan pasien melalui
penggunaan obat rasional.
Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak cukup
besar dalam penurunan mutu pelayanan kesehatan dan peningkatan
anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk obat. Penggunaan obat
dikatakan tidak rasional jika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
medik.
Penggunaan obat tidak rasional dapat terjadi di fasilitas pelayanan
kesehatan maupun di masyarakat. Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor
yang di antaranya, regulasi, kompetensi tenaga kesehatan, pasien itu
sendiri, pihak industri, manajemen pengelolaan obat di tempat kerja dan
sistem.
Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai strategi peningkatan
penggunaan obat rasional. Dalam rangka pengendalian resistensi
antimikroba, misalnya, telah dilakukan pembatasan penyediaan
antimikroba (khususnya antibiotika) melalui kebijakan Formularium
Nasional (Fornas), penetapan standar dan pedoman terkait penggunaan
antibiotika.
Selain itu, telah dilakukan pula edukasi dan pembinaan masyarakat
melalui peningkatan peran tenaga kesehatan, penyebaran informasi
melalui berbagai media, workshop dan seminar.
Kegiatan- kegiatan tersebut didukung dengan advokasi kepada lintas
sektor untuk meningkatkan sinergisme terkait penggunaan obat rasional.
Pengobatan yang pada umumnya ialah untuk mencapai suatu pengobatan
yang efektif, tentu saja mendorong penggunaan obat rasional digalakkan
dimana-mana.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 20


Penggunaan obat sendiri juga dilandasi oleh beberapa indikator lainnya.
Indikator tersebut berupa :

1) Tepat diagnosis,
2) Tepat Pemilihan Obat,
3) Tepat Indikasi,
4) Tepat Pasien,
5) Tepat Dosis,
6) Tepat cara dan lama pemberian,
7) Tepat harga,
8) Tepat Informasi dan
9) Waspada terhadap Efek Samping Obat.
Yang dimaksud dengan tepat diagnosis ialah penggunaan obat yang
didasarkan pada tata cara penggunaan obat yang benar. Ini akan menjadi
sebuah langkah awal penyembuhan. misalnya saja pasien yang terserang
penyakit diare tentu saja ia akan menggunakan obat semacam
metronidazol sebagai pengobatan yang efisien.
Selain itu tepat pemeilihan indikasi ialah ketepatan yang sesuai dengan
diagnosa oleh dokter. Misalnya saja seseorang yang terseranag bakteri
akan diberikan antibiotik saja. Oleh sebab itu bagi anda yang sedang
dalam tahap pengobatan sebagiknya memahami dengan benar apa yang
dimaksud dengan penggunaan obet rasional itu sendiri.

2.6 Penggolongan obat

A. Obat bebas .

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 21


Obat Bebas Ini merupakan tanda obat yang paling "aman" Obat bebas,
yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa resep
dokter, ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas ini
digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan.
Misalnya : vitamin/multi vitamin (Livron B Plex, )

B. Obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W). yakni obat-obatan yang dalam
jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai
tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk, anti
flu. Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang
bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi
hitam, dengan tulisan sebagai berikut :
P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 22


Apabila menggunakan obat-obatan yang dengan mudah diperoleh tanpa
menggunakan resep dokter atau yang dikenal dengan Golongan Obat
Bebas dan Golongan Obat Bebas Terbatas.

C. Obat Keras

Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu


obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep
dokter, memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan
huruf K di dalamnya. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini
adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan
yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat penenang, dan lain-
lain) Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa
berbahaya bahkan meracuni tubuh.

D. Psikotropika

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 23


Psikofarmaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap SSP (Sistem
Syarat Pusat) dengan mempengaruhi fungsi-fungsi psikis (rohaniah) dan
proses-proses mental.
Psikofarmaka dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi psikis tertentu pada SSP(Sistem
Syaraf Pusat) yang terdiri atas :
1. Neuroleptika
Obat ini bekerja secara antipsikotis dan sedative. Digunakan pada
bermacam-macam psikosis (schizophrenia,mania,dll). Obat ini disebut
juga “major tranquillizer”.
2. Tranquilizers (ataraktika atau anksiolitika)
Tranquillus berasal dari bahasa latin yang berarti tenang. Obat ini bekerja
secra sedative, merelaksasi otot dan antikonvulsif. Digunakan pada
keadaan-keadaan neurotis (gelisah, takut,stess). Obat ini disebut juga
“minor transquillizers”

E. Narkotika

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 24


Menurut UU No.22 Tahun 1997, Narkotika merupakan zat atau obat yang
berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan baik sintetis ataupun semi
sintetis yang bisa menyebabkan penurunan/perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan bisa
menimbulkan ketergantungan.
Istilah Narkoba atau narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain istilah
narkoba istilah lain yang diperkenankan khususnya oleh Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia yaitu Napza yaitu singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif.
Dari beberapa istilah diatas mengacu pada kelompok senyawa yang sering
memiliki risiko kecanduan untuk penggunanya. Di tahun 2015 ada 35 jenis
narkoba yang dikonsumsi oleh pengguna narkoba di Negara Indonesia dari
yang paling murah sampai yang paling mahal seperti LSD. Di dunia ada
sekitar 354 jenis dari Narkoba.

Narkotika dibagi menjadi tiga golongan, antara lain:


• Narkotika Golongan I: Adalah narkotika yang paling berbahaya.
Karena daya adiktifnya paling tinggi. Golongan ini digunakan unutk
penelitian dan ilmu pengetahuan. Contohnya adalah Heroin, ganja, kokain,
morfin, dan opium.
• Narkotika Golongan II: Adalah narkotika yang memiliki daya
adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah: Benzetidin, petidin dan betametadol
• Narkotika Golongan III: Adalah narkotika yang memiliki daya
adiktif yang ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah kodein dan turunannya.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 25


BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PSG

.1 Gambaran Umum Objek PSG


 Sejarah singkat Klinik Utama Mitra Medika Tambakan
Mitra Medika Tambakan secara resmi dibangun dengan peletakan batu
pertama oleh muspika kecamatan Jalancagak dan Pengurus yayasan
pada tanggal 14 Februari 2014 dan selesai pembangunannya pada
akhir November 2014 dibawah naungan Yayasan Sunsi Rahmanto
yang berbadan hokum dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia no: AHU-2669.AH.01.04. Tahun
2014 dan akta notaris Dewi Andriani, SH.MH no. 13 tanggal 13
desember 2013.
 Data Umum
Nama : Klinik Utama Mitra Medika Tambakan

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 26


Alamat : JL. Raya Tambakan KM 12,7 Tambakan
Telepon : (0260) 417316 – 471315
Pemilik : H. Toto Sumanto
Kabupaten / Kota: Subang
 Fasilitas yang tersedia
1. UGD
2. Poli Klinik yang terdiri dari:
a. Klinik Utama
b. Klinik Penyakit Dalam
c. Poli Obsgyn (Kandungan)
d. THT
e. Ruang Rawat Inap
i. Kelas Utama
 Kapasitas 1 Pasien
 AC
 Televisi
 Sofa
 Nakas
 Air Panas
 Kulkas Mini
 Kamar Mandi
 Dispenser
ii. Kelas 1
 Kapasitas 2 Pasien
 AC
 Televisi
 Nakas
 Kamar Mandi
 Dispenser
iii. Kelas 2
 Kapasitas 3 orang
 AC

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 27


 Televisi
 Nakas
 Kamar Mandi
 Dispenser
iv. Kelas 4
 Kapasitas 9 orang
 Kipas angina
 Nakas
 Kamar mandi
f. Mushola
g. Kamar mandi umum
h. Dapur
i. Parkiran
j. Ruang Rapat
k. Ruang Tunggu
l. Laboratorium
m. Gudang obat
n. Ruang perawat
o. Ruang FO
 Visi dan Misi
1. Visi:
Merupakan Klinik unggulan dari penyelenggaraan dan
pengambangan pelayanan kesehatan sesuai dengan tuntutan
untuk membentuk masyarakat indonesia yang sehat.
2. Misi:
- Menyelenggaran pelayanan kesehatan,pengabdian
masyarakat dengan tenaga-tenaga professional dan
peralatan modern.
- Menjalankan peranan dan fungsinya sebagai lembaga
medis dengan memberikan iklim kekeluargaan demi
terciptanya proses penyembuhan yang baik.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 28


- Melakukan sosialisasi tentang pola hidup sehat kepada
masyarakat sebagai upaya menun jukan masyarakat
indonesia sehat.
 Motto
“Melayani Dengan Sepenuh Hati”

 Lokasi dan tata ruang unit Farmasi


Instalasi Farmasi Klinik Mitra Medika Tambakan mempunyai
beberapa ruangan, yaitu ruang tunggu, tempat penerimaan resep,
gudang penyimpanan obat, lemari penyimpanan obat.

 Tenaga Pelaksanaan

No Tenaga Pelaksana Nama Pelaksana

1. Pimpinan Klinik

2. Dokter Penanggung
Jawab

3. Manager Pelayanan
Medis

4. Petugas Klinik Pelayanan


Lapangan

5. Manajer Umum dan


Keuangan

6. Dokter Spesialis Penyakit


Dalam

7. Dokter Spesialis
Kandungan

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 29


8. Dokter Spesialis THT

9. Dokter Special
Kandungan

10. Dokter Spesialis Anak

11. Dokter Spesialis Anak

12. Apoteker

 Struktur Organisasi Apotek Klinik Utama Mitra Medika


Tambakan

Instalasi farmasi

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 30


 Pelayanan dan Pemeriksaan

1. Pelayanan UGD 24 Jam


2. Pelayanan Rawat Jalan 24 Jam
3. Pelayanan Rawat Inap 24 Jam
4. Dokter jaga 24 jam
5. Pelayanan Dokter Spesialis Kandungan
6. Pelayanan Dokter Spesialis Bedah
7. Pelayanan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
8. Pelayanan Spesialis THT
9. Persalinan

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 31


10. Pemeriksaan USG
11. Pemeriksaan FKG
12. Pemeriksaan Laboratorium
13. Pemeriksaan Radiologi
14. Khitanan(Perjanjian)
15. Konselling Gizi
16. Pelayanan BPJS
17. Pelayanan Kunjungan Rumah

.2 Gambaran Khusus Objek PSG

Pengelolaan di Unit Farmasi Klinik Mitra Medika Tambakan


1) Pengadaan Perbekalan Farmasi Berupa Obat

Pengadaan sediaan farmasi di klinik Mitra Medika Tambakan sama seperti


unit farmasi lain pada umumnya, yaitu obat-obatan yang mendekati batas
minimum dicatat dibuku defecta kemudian diberikan kepada petugas
bagian pengorderan di gudang farmasi lalu gudang farmasi menentukan
stok obat yang harus diorder. Setelah itu bagian gudang farmasi
menghubungi bagian purchasing medis. Pengorderan dilakukan oleh
purchasing medis dengan menggunakan surat pesanan yang ditanda
tangani oleh apoteker.
2) Penerimaan Perbekalan Farmasi

Setelah barang yang diorder tersebut dating, barang tersebut diterima


bersama dengan faktur dan diperiksa oleh petugas gudang farmasi. Petugas
gudang memeriksa tanggal kadaluwarsa dari oabt tersebut dan nomor
faktur.
Bila barang yang diperiksa telah sesuai dengan faktur, kemudian faktur
tersebut ditanda tangani oleh petugas yang menerima dibagian gudang.
Setelah itu, barang dimasukkan ke dalam gudang dan dicatat pada kartu
stok.

3) Penyimpanan Barang di Gudang

Setelah barang masuk gudang, kemudian barang tersebut disusun dirak.


Barang yang memiliki kadaluwarsa yang lebih awal diletakkan dibarisan
depan agar barang tersebut tidak terlalu lama digudang.

4) Penyaluran Obat di Gudang

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 32


Obat-obatan di gudang disalurkan keunit farmasi. Sebelum disalurkan,
obat-obat tersebut sebelumnya, harus dicatat dikartu stok dan buku
pesanan yang dicatat oleh petugas unit farmasi. Misalnya, diunit farmasi
meminta paracetamol syrup 1 box, lalu petugas gudang mencatat dikartu
stok dan petugas farmasi mencatat dibuku harian.

5) Penerimaan Resep

Resep dari perawat diserahkan keunit farmasi, dan Tenaga Teknisi


Kefarmasiaan menerima kemudiaan melakukan skrining resep agar tidak
terjadi kesalahan. Setelah itu Tenaga Teknisi Kefarmasian merinci harga
obat di kwitansi pembayaran dan diberikan kepada kasir. Sementara
menunggu pasien selesai membayar, petugas menyiapkan obat yang
terdapat didalam resep dan menuliskan etiket sesuai indikasi masing-
masing obat.

6) Penyerahan

Setelah selesai menyiapkan obat dan merinci obat, nota pembayaran dari
pasien kemudian disimpan untuk diarsif. Obat yang telah siap akan
diserahkan kepada pasien sesuai nama dan nomor resep agar tidak terjadi
kekeliruan. Petugas menyerahkan obat dengan memberikan informasi obat
tentang cara penggunaan dan fungsi masing-masing obat.

7) Perlengkapan Apotek Klinik Mitra Medika

 Satu buah lemari khusus untuk penyimpanan obat narkotik dan


psikotropika
 Sebuah lemari es tempat penyimpanan obat yang tidak tahan
panas atau tidak tahan pada suhu kamar
 Alat-alat peracikan seperti mortir, stemper, sudip, dll.
 Dua buah rak untuk menyimpan obat yang sediaannya
kapsul,tablet,kaplet.
 Dua buah lemari untuk menyimpan obat golongan cair atau
sirup
 Satu buah rak untuk menyimpan obat yang sediaannya vial,
ampul, dispo dll.

8) Pelayanan Kefarmasian di Klinik Mitra Medika


 Resep dengan Rekam Medis A
Resep dengan Rekam Medis A adalah resep yang berasal dari
pasien karyawan Klinik Mitra Medika Tambakan. Obat dibayar
penuh oleh perusahaan Klinik Mitra Medika Tambakan dengan
penuh.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 33


 Resep dengan Rekam Medis B
Resep dengan Rekam Medis B adalah resep umum. Resep ini
dibeli atau dibayar oleh pasien.
 Resep dengan Rekam Medis C
Resep dengan Rekam Medis C adalah resep yang berasal dari
asuransi, kontraktor, dan BPJS.
Salah satu contohnya adalah BPJS yang bekerja sama dengan Klinik Mitra
Medika Tambakan. Dalam kerja sama tersebut, obat di bayar oleh pihak
BPJS dan membatasi jatah obat yang di berikan kepada pasien. Maka dari
itu pihak Instalasi Farmasi Klinik Mitra Medika Tambakan harus memilih
obat yang sesuai dengan perusahaan ini

9) Pengelompokan Obat Instalasi Farmasi Klinik Mitra Medika


• Berdasarkan alphabetis
• Berdasarkan sediaan
• Berdasarkan kelompok obat lemari es
• Berdasarkan kelompok obat narkotika dan psikotropika

10) 10 Besar penyakit yang bisa ditangani di Klinik Mitra Medika


Tambakan
Beberapa macam penyakit atau masalah kesehatan yang bisa ditangani
dengan berobat atau rawat jalan oleh pasien ke dokter klinik mitra medika
tambakan diantaranya yaitu:
 Tipes
 Diare
 THT
 Maag
 Cacar Air
 Rematik
 Migrain
 Hipertensi
 Pneumonia
 Diabete

BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH

Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyelenggarakan


pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 34


Mitra Medika Tambakan secara resmi dibangun dengan peletakan batu pertama
oleh Muspika kecamatan Jalancagak dan pengurus yayasan pada tanggal 14
Februari 2014 dan selesai pembangunannya pada akhir November 2014 dibawah
naungan Yayasan Sunsi Rahmanto yang berbadan hukum dengan Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Program sistem ganda atau yang sering di kenal dengan nama praktek kerja
lapangan sangat bermanfaat sekali bagi kami, dengan melaksanakan PSG kami
bisa mengetahui keadaan lapangan kerja yang sesungguhnya. Selain itu, wawasan
kami semakin luas, ilmu pengetahuan semakin bertambah, dan yang paling
penting kami menjadi tahu tentang dunia kerja yang akan kami hadapi nanti.
Dengan melaksanakan PSG, kami telah mengikuti prosedur atau peraturan
sekolah dengan mengerjakan satu syarat untuk mengikuti ujian. Walaupun waktu
pelaksanaan PSG sangat singkat, tapi kami telah berusaha sebaik mungkin
memanfaatkan waktu dan keadaan yang telah diberikan pihak sekolah agar kami
dapat mempunyai wawasan yang baru.
4.1 Menghafal Letak Obat

Pada awal memulai PKL, kami diwajibkan untuk menghafal letak obat dan
menghafal khasiat yang ada di instalasi farmasi. Agar memudahkan melayani
resep dan cepat melayani pasien.

4.2 Membereskan Obat

Pada saat memulai pekerjaan, alangkah baiknya membereskan obat-obat yang


berserakan bekas pengambilan obat, guna untuk menjaga kebersihan dan
kerapihan Instalasi Farmasi.

4.3 Pengimputan Data Penjualan Obat

Sebelum pengimputan data penjualan obat asisten apoteker biasanya


menyiapkan terlebih dahulu obat – obat yang dibutuhkan, setelah itu baru
asisten apoteker lainnya bisa melakukan pengimputan obat. Biasanya yang
awal dilakukan mengetik terlebih dahulu nomor registernya kemudian jika
pasien sudah terdaftar akan langsung muncul memberi tau kepada bagian
pendaftaran.
Sesudah memasukan nomor registrasi tadi petugas bisa langsung mengetuk
nama pasien yang bersangkutan kemudian mencari obatnya di sistem untuk
membuat data agar pengeluaran obat bisa terkontrol dengan baik dan
mengetahui harga obat yang akan di beli oleh pasien.
Setelah pengimputan data dan pengerjaan resep selesai setiap harinya,
biasanya jika sudah memasuki hari berikutnya petugas akan mengeprint
laporan pengeluaran obat waktu hari sebelumnya sesuai dengan tanggal
sebelumnya.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 35


Dengan laporan pengeluaran obat ini biasanya petugas akan merangkum
terlebih dahulu laporan pengeluaran obat agar pengerjaannya bisa lebih
mudah, setelah merangkum laporan pengeluaran obat biasanya petugas lain
bisa mengerjakan stok kartu.
Stok kartu yaitu bentuk laporan yang ditulis diselembar kertas berwarna biru
dan di bagian atas terdapat nama Klinik Mitra Medika Tambakan terdapat juga
nama obat yang akan dimasukkan ke Stock kartu agar memudahkan petugas
dalam mengerjakannya tempat menyimpan kartunya pun tersusun rapih sesuai
dengan huruf abjad agar lebih mudah mencarinya.

4.4 Stok Opname

Kegiatan ini adalah perhitungan sisa obat dan alkes pada akhir bulan. Hal ini
bertujuan untuk mengecek keseluruhan jumlah obat dengan data yang ada
pada kartu stok juga berguna untuk pengawasan perputaran obat.
Pengeluaran obat agar bisa terkontrol setiap bulannya petugas melakukan
stock opname, sebelum melakukan stock opname diakhir bulan biasanya
petugas mencatat setiap harinya obat yang baru diambil dari gudang agar tidak
di apotek saja yang bisa terkontrol digudang pun obat harus terkontrol, setelah
dicatat disebuah buku jurnal petugas langsung memindahkannya ke dalam
sistem supaya lebih mudah melihat jumlah obat yang masih ada dan bisa lebih
terkontrol obat di dalam gudang.
Stok Opname biasanya dilaksanakan dipagi hari dilakukan dengan semua
petugas agar pengerjaannya bisa lebih mudah dan lebih cepat, semua obat
ataupun alkes di apotek dihitung jumlahnya agar pengeluaran setiap bulan bisa
terkontrol. Stok Opname harus dilakukan secepat mungkin karena harus
secepatnya melaporkan kepada Pemimpin Klinik, dalam waktu kurang lebih 3
jam stok opname selesai petugas langsung memindahkan data obat dan Alkes
kedalam sistem untuk dijadikan laporan agar mudah memindahkan kedalam
Stok kartu.

4.5 Membaca Resep


Sebagai seorang pelajar, salah satunya dalam bidang farmasi, kami
diwajibkan untuk memahami obat yang ada di instalasi farmasi Klinik
Mitra Medika Tambakan. Kegiatan ini sangat berguna sekali untuk
memahami resep dokter yang berbeda-beda dan memiliki tingkat kesulitan
masing-masing untuk di pahami.

4.6 Pelayanan Resep Rawat Jalan


Kegiatan ini merupakan tugas pokok dari Apotek Klinik Mitra Medika Tambakan
yang terdiri dari:

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 36


I. Memasukan data resep ke dalam komputer.
Kegiatan ini merupakan langkan awal setelah menerima resep. Bertujuan
untuk memilih obat sesuai rekam medis, memberikan informasi harga
obat, menyimpan fotmat obat yang dibeli, dan melakukan print out obat
yang sudah keluar.
II. Mempersiapkan Obat dan Memberi Etiket
Setelah perawat memberikan resep dokter, tugas kami untuk
mempersiapkan obat yang diminta resep, dan memberi etiket sesuai
penggunaan obat. Penulisan etiket dimulai dari nama pasien, signa atau
penggunaan obat. Adapun menulis salinan resep( bila obat tidak ada) dan
menuliskan catatan seperti: dihabiskan, dibawah lidah, bila sakit kepala,
dilarutkan.
III. Meracik Obat
Peracikan dilakukan bila terdapat resep yang meminta racik. Meracik bisa
dari tablet ataupun kapsul yang dibuat menjadi kapsul atau serbuk.
IV. Transaksi Pembayaran
Sebelum pasien mengambil obat di apotek Klinik Mitra Medika Tambakan
petugas kasir memanggilnya terlebih dahulu untuk melakukan pembayaran
sesuai dengan harga obat yang disiapkan. Setelah melakukan pembayaran
pasien bisa langsung duduk di kursi tunggu untuk mengambil obat di
instalasi farmasi Klinik Mitra Medika Tambakan dengan membawa bukti
kuitansi pembayaran obat sebelumnya yang sudah dilakukan dikasir.
V. Pengemasan Obat
Pengemasan obat ini dilakukan ketika obat sudah selesai siapkan dan
diberi etiket. Pengemasan dilakukan sekaligus kedalam satu wadah , ini
berguna agar tidak menyatu dengan resep lain dan obat sesuai dengan yang
diminta.
Setelah itu obat di cek kembali oleh petugas, apabila sudah benar,obat
disimpan di depan tempat pemberian obat kepada pasien.
VI. Pemberian Obat Kepada Pasien
Setelah obat sudah benar-benar sesuai resep, maka pasien dipanggil
terlebih dahulu untuk diberi informasipasien tinggal memberikan kuitansi
atau bukti sudah melakukan pembayaran di kasir kepada pihak atau
petugas apotek instalasi farmasi untuk diberikan obat dengan memberikan
informasi tentang obat tersebut.
VII. Perhitungan bahan
Jika resep meminta bahwa obat harus diracik dan dijadikan puyer, maka
resep harus dihitung sebelum obat diracik.
pengadaan sediaan farmasi di klinik Mitra Medika tambakan sama seperti
unit farmasi lain pada umumnya, yaitu obat-obat yang mendekati batas
minimum dicatat di buku defecta kemudian diberikan kepada petugas
bagian pengorderan di gudang Farmasi, lalu gudang farmasi menentukan
stok obat yang harus di order. Setelah itu bagian gudang Farmasi
menghubungi bagian purchasing medis. Pengorderan dilakukan oleh

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 37


purchasing medis dengan menggunakan surat pesanan yang ditandatangani
oleh apoteker.
Setelah barang yang diorder tersebut datang, barang tersebut diterima
bersama dengan faktur dan diperiksa oleh petugas gudang farmasi. Petugas
gudang memeriksa tanggal kedaluwarsa dari obat tersebut dan nomor
faktur.
Bila barang yang diperiksa telah sesuai dengan faktur, kemudian faktor
tersebut ditandatangani oleh petugas yang menerima di bagian gudang.
Setelah itu, barang dimasukkan ke dalam gudang dan dicatat pada kartu
stok.
Setelah barang masuk gudang barang tersebut disusun di rak.barang yang
memiliki kedaluwarsa yang lebih awal diletakkan di barisan depan agar
barang tersebut tidak terlalu lama di gudang.
Obat-obat yang berada di gudang disalurkan ke Unit farmasi. Sebelum
disalurkan, obat-obat tersebut sebelumnya harus dicatat di kartu stok dan
buku pesanan yang dicatat oleh petugas unit farmasi. Misalnya, di unit
Farmasi meminta ringer lactat 2 dus, lalu petugas gudang mencatat di
kartu stok dan petugas Farmasi mencatat di buku pesanan obat harian.
Resep dari petugas perawat diserahkan ke Unit farmasi dan tenaga teknis
kefarmasian menerima kemudian melakukan skrining resep agar tidak
terjadi kesalahan. setelah itu tenaga teknis kefarmasian menuliskan harga
di nota pembayaran dan diberikan kepada pasien. Sementara menunggu
pasien selesai membayar, petugas menyiapkan obat yang terdapat di dalam
resep dan menuliskan etiket sesuai indikasi masing-masing obat.
Setelah selesai menyiapkan obat dan menulis resep, nota pembayaran dari
pasien kemudian disimpan untuk di arsip. Obat yang telah siap akan
diserahkan kepada pasien sesuai nama dan nomor resep agar tidak terjadi
kekeliruan. petugas menyerahkan obat dengan memberikan informasi obat
tentang cara penggunaan dan fungsi masing-masing obat.

4.7 Pelayanan Apotek Di Klinik Mitra Medika


 Resep dengan Rekam Medis A
Resep dengan Rekam Medis A adlah resep yang berasal dari pasien
karyawan Klinik Mitra Medika Tambakan. Obat dibayar penuh oleh
perusahaan Klinik Mitra Medika Tambakan dengan pebuh.
 Resep dengan Rekam Medis B
Resep dengan Rekam Medis B adalah resep umum. Resep ini dibeli atau
di bayar oleh pasien.
 Resep dengan Rekam Medis C
Resep dengan Rekam Medis C adalah resep yang berasal dari auransi,
kontraktor, dan BPJS.

Salah satu contohnya adalah BPJS yang bekerja sama dengan Klinik Mitra
Medika Tambakan. Dalam kerja sama tersebut, obat dibayar oleh pihak

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 38


BPJS dan membatasi jatah obat yang diberikan kepada pasien. Maka dari
itu pihak Instalasi Farmasi Klinik Mitra Medika Tambakan harus memilih
obat yang sesuai dengan perusahaan ini.

Perlengkapan Instalasi Farmasi:


- Dua buah lemari khusus untuk penyimpanan Obat Narkotika dan
Psikotropika.
- Sebuah lemari es tempat penyimpan obat yang tidak tahan panas
- Alat – alat peracikan seperti mortir, stemper, sudip, dll
- Sebuah etalase untuk menyimpan obat golongan bebas, bebas
terbatas, dan obat keras
- Satu buah rak untuk menyimpan obat yang sediaanya vial, ampul,
- infus, dl

4.8 Analisa Resep

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 39


I. Kelengkapan Resep
- Tanggal Resep
- Umur Pasien
- Jam Praktek
- Nama Dokter

II. Teori Usul


Umur

III. R/ Standar
-

IV. Monografi

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 40


V. Golongan Obat dan Khasiat Obat

- Amlodopine: Obat Keras (Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi)

- Flunarizine: Obat Keras ( Obat Nyeri)

- Avamys Nasal Spray ( Alergi Batuk dan Flu)

VI. Perhitungan DM
-
VII. Perhitungan Dosis
-
VIII. Perhitungan Bahan
 Amlodipine 5mg : 10 tab
Flunarizine : 10 tab
Avamys nasal :
Alprazola :

BAB V

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 41


PENUTUP
.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek kami dari tanggal 10 Februari s/d 17 April 2020 di
KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA TAMBAKAN, kami telah mendapatkna
pengalaman dan ilmu pengetahuan yang belum pernah kami dapatkan antara
lain:
a) Bagaimana cara penerimaan resep, menghargai obat, meracik obat,
memberi informasi kepada pasien, menyiapkan obat, mengerjakan resep
dari dr. spesialis maupun dr. umum, mengisi kartu stock, menerima,
melayani, menyiapkan amprahan, menyusun obat sesuai letak dan jenis
obat berdasarkan alphabet, cara penyimpanan, serta menyimpan obat, cara
mengimput data, pembelian dan penjualan obat dengan benar.
b) Mengetahui bagaimana cara bertransaksi pembelian dan penjualan obat
dengan mudah sesuai aturan yang berlaku.
c) Mengetahui cara kerja sama antara pegawai untuk mengatasi masalah
secara professional.

5.2 Saran
Pada kesempatan ini, izinkanlah kami untuk memberikan beberapa saran
kepada pihak Klinik dan pihak sekolah yang sekiranya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan guna kemajuan di masa mendatang
1. Saran untuk Klinik Utama Mitra Medika Tambakan
Diharapkan pengadaan di instalasi farmasi rumah sakit lebih ditingkatkan
lagi agar pemberian obat kepada pasien lebih efektif

2. Saran untuk siswa


Bagi siswa atau siswi yang melakukan kegiatan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) saran yang paling penting adalah menjaga nama baik sekolah di mana
perusahaan tempat di laksanakan kegiatan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
dan mematuhi peraturan yang ada di perusahaan.

3. Saran bagi sekolah


Bagi sekolah sebaiknya siswa atau siswi yang akan diterjunkan ke
perusahaan untuk mengikuti (PKL) dibekali terlebih dahulu mengenai
pekerjaan yang akan dilakukan dalam perusahaan, sehingga siswa atau siswi
merasa siap baik secara mental maupun fisiknya dan dikarenakan sedang
ada pandemi virus covid-19 harap dimaklum jika ada kekurangan.

LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 42


LAPORAN PSG – KLINIK UTAMA MITRA MEDIKA 43

Anda mungkin juga menyukai