Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Lhokseumawe adalah salah satu Sekolah
Menengah Kejuruan dengan program keahlian Farmasi. yang akan menghasilkan tenaga kerja
siap pakai di bidang farmasi sebagai tenaga tekhnik kefarmasian.
Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi mempunyai beberapa syarat kelulusan. Salah
satu syarat kelulusan Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi adalah melakukan kegiatan Praktek
Kerja Industri (PRAKERIN).
Praktik Kerja Industri dilaksanakan di instansi kesehatan seperti Puskesmas, Rumah
Sakit, Apotek, Industri Farmasi,dll. Dengan mendapat pengawasan dari pihak sekolah.
Praktik Kerja Industri memberikan gambaran kepada siswa tentang dunia kerja yang
sesungguhnya, sehingga dengan demikian siswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
didunia usaha dan dunia industri, yang kelak akan bermanfaat didunia kerja.
Praktik kerja industri yang dilaksanakan juga berdasarkan pada :
 Keputusan Ketua Umum MPKN Nomor 04/KU/MPKN/1995 Tentang Realisasi Program
Konsep PRAKTIK KERJA INDUSTRI ( PRAKERIN )
 Keputusan Mendikbud RI Nomor 0490/V/1992 Tentang Sekolah Menengah Kejuruan
 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah
 Keputusan Mendikbud RI Nomor 080/V/1993 Tentang Komite Sekolah
 Keputusan Mendikbud RI Nomor 122/V/1992 Tentang Renstra Depdiknas
 Peraturan pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 Tentang Peran serta Masyarakat dalam
pendidikan Nasional
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
Berdasarkan landasan diatas maka siswa yang telah melaksanakan PRAKERIN
diharapkan mampu menjadi siswa yang bermutu, berkualitas tinggi, berwawasan luas, serta
berpengalaman dalam dunia kerja, sehingga dapat mengembangkan keahliannya dalam bidang
kefarmasian. Dengan demikian akan menumbuhkan generasi-generasi muda yang akan
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

1
1
1.2 Tujuan
Tujuan kami melaksanakan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) yaitu :
1. Memahami bagaimana peran Tenaga Tekhnik Kefarmasian,
dalammenunjang pelayanan Kesehatan masyarakat.
2. Menerapkan pengetahuan dengan keterampilan yang kami miliki agar
menghasilkan inovasi atau ide yang baru untuk memajukan dan
mengembangkan kemampuan kami dalam bidang kefarmasian.
3. Mampu memahami dunia kerja yang akan kami hadapi secara jelas dan
konsisten dengan komitmen yang tinggi, kelak dimasa yang akan datang.
4. Mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya.
5. Menyiapkan tenaga tekhnis kefarmasian yang terampil.
6. Mampu mempelajari tata cara pelayanan obat dengan resep dokter maupun
tanpa resep dokter mulai dari penerimaan resep sampai penyerahan obat
kepada pasien.
7. Mengetahui tahap-tahap pegadaan barang di apotek mulai dari pemesanan,
penerimaan, dan penyimpanan di apotek.
8. Mengetahui dan mempelajari penyusunan laporan narkotika, psikotropika,
atau salinan resep dan pembuatan resep.
9. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang
sesungguhnya.
10. Memiliki tingkat kompetensi standar sesuai yang dipersyaratkan oleh
dunia kerja.
11. Menciptakan tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomi, bisnis,
kewirausahaan dan produktif.
12. Mampu berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan pasien.

2
1.3 Manfaat

1. Mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari sekolah dan bisa diterapkan


dilapangan kerja. Untuk mendapatkan pemahaman dan penerapan ilmu dari
dunia kerja lapangan, yang berkaitan langsung dengan Ilmu Kefarmasian.
2. Menghasilkan tenaga teknis kefarmasian yang professional.
3. Meningkatkan citra dan kemandirian profesi tenaga teknis kefarmasian.
4. Meningkatkan mutu pelayan kesehatan masyarakat.
5. Menambah wawasan mengenai dunia kefarmasian.
6. Sebagai pengalaman bagi siswa agar biasa beradaptasi dengan pasien.
7. Mampu mencari alternatif pemecahan masalah sesuai dengan program studi
yang di pilihnya secara lebih luas dan mendalam yang dituangkan dalam
bentuk kegiatan.   

Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) akan memberi
nilai tambah atau manfaat bagi pihak-pihak yang bekerjasama, yaitu sebagai berikut:

a. Manfaat bagi apotek

Penyelenggaraan PRAKERIN memberi keuntungan nyata bagi Apotek antara lain:

1. Apotek dapat mengenal kualitas peserta PRAKERIN yang belajar dan bekerja di
tempat PRAKERIN.

2. Umumnya peserta PRAKERIN telah ikut dalam proses pelayanan secara aktif
sehingga pada pengertian tertentu peserta PRAKERIN adalah tenaga kerja yang
memberi keuntungan.

3. Apotek dapat memberi tugas kepada peserta PRAKERIN untuk kepentingan pelayanan
sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.

4. Selama proses pendidikan melalui kerja lapangan, peserta PRAKERIN lebih mudah
diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan terhadap peraturan Apotek. Karena itu,
sikap peserta PRAKERIN dapat dibentuk sesuai dengan ciri khas kerja di Apotek.

5. Memberi kepuasan bagi Apotek karena diakui ikut serta menentukan masa depan anak
bangsa melalui Praktik Kerja Prakerin (PRAKERIN).

3
b. Manfaat Bagi Sekolah

Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian professional bagi peserta didik lebih
terjamin pencapaiannya. Terdapat kesesuaian yang lebih pas antara program pendidikan
dengan kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip Link and Match). Memberi
kepuasan bagi penyelenggaraan pendidikan sekolah karena tamatannya lebih terjamin
memperoleh bekal yang bermanfaat, baik untuk kepentingan tamatan, kepentingan dunia
kerja, maupun kepentingan bangsa.

c. Manfaat Bagi Praktikan / Peserta PRAKERIN

Hasil belajar peserta PRAKERIN akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan
betul-betul memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan
tarafhidupnya dan sebagai bekal untuk pengembangan dirinya secara berkelanjutan.
Praktik Kerja Industri ini akan mengarahkan peserta PRAKERIN agar memiliki
kemampuan yang memadai pada program keahlian yang dipilihnya dengan melaksanakan
langsung berbagai keahlian/keterampilannya.

Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga diri dan rasa percaya
diri tamatan, yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk meningkatkan keahlian
profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi. Peserta PRAKERIN akan dapat menambah
wawasan yang diperoleh dari dunia kerja di Apotek.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM UNIT PELAYANAN

2.1 Sejarah berdirinya Instalasi Farmasi


Apotek Syariah yang beralamat di Jln. Samudra No.17 Lhokseumawe.
Didirikan pada tanggal 1 Juni 2000 . Dengan Pimpinan Apotek nya yaitu :
T. ELLYZAR HAMRY. Apotek Syariah merupakan salah satu Apotek yang
bekerja sama dengan RS. Kesrem.

Melayani : Resep-resep Dokter


Inhealth
Resep-resep RST

Praktik dokter pada saat ini adalah :


Dr. Indra Z.Sp. THT-KL
Dr.Halimatussakdiah SP. MATA
Dr. Intan Sp. Neurologi ( Saraf )
Dr. Ade Saifan Sp.Anak
Dr. Fadhli Hasan Sp. Urologi

Apoteker : Memingdel Martatista. M. S.Si. Apt


Asisten Apoteker : Yusniati Amd, Farm.

5
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi

A.Tugas Pokok dan Fungsinya

Tugas pokok Apotek Syariah yaitu:


1.Pengecekan Obat
Pengecekan obat di Apotek Syariah di lakukan agar dapat diketahui mana
obat yang mendekati kadaluarsa dan yang mana obat masih dapat dipakai , serta
untuk mengetahui obat mana-mana saja yang lebih dahulu kadaluarsa yang akan
di keluarkan lebih dahulu yaitu dengan menggunakan sistem First Expire First
Out (FEFO) dan sistem First In First Out (FIFO) yaitu obat yang pertama masuk
yang akan di keluarkan lebih dahulu.

2.Pelayanan Obat

Pelayanan obat yang baik di Apotek Syariah terhadap konsumen sangat


diperlukan.Agar apotek tersebut menjadi pilihan para konsumen, seperti
pelayanan informasi obat, komunikasi dan interaksi antara pasien dengan pihak
apotek yang baik akan menarik minat dan kenyamanan konsumen.

3.Menyusun Obat

Penyusunan obat di lakukan untuk kemudahan saat mengambilnya serta


untuk ke efektifan/efesiensi waktu. Misalnya penyusunan obat sesuai dengan
Alphabetis.

4. Mengerjakan Resep

 Mengkaji Resep
 Menghitung biaya
 Menginformasikan jumlah biaya
 Mempersiapkan Perbekalan Farmasi
 Meracik Obat
 Memberi Etiket ( Aturan Pakai )
 Mengecek kembali
 Menyerahkan Obat Kepada Pasien
 Memberi Informasi yang dibutuhkan oleh pasien.

6
B. Fungsi Apotek :
1. Sebagai sarana pelayanan pekerjaan kefarmasian berupa peracikan,
pengelolaan, penerimaan dan penyerahan obat.
2. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata
3. Tempat pelayanan informasi meliputi:
a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada
masyarakat.
b. Pelayanan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat
serta perbekalan farmasi lainnya.

2.3 Tempat dan Waktu


Praktik Kerja Industri (Prakerin) dilaksanakan pada Apotek Syariah
Lhokseumawe yang beralamat di JL. Samudra No.17 Telp : 0645-46697
Lhokseumawe.
Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Industri ( PRAKERIN ) Di Apotek
Syariah selama 2 bulan yang dimulai pada tanggal 3 Maret 2015.
Dengan pembagian Shift sebagai berikut :
Shift pagi : Pukul 08:00-15:00 WIB
Shift sore s/d malam : Pukul 15:00-21:00 WIB
Yang masing-masing terjadi pergantian shift setiap harinya.

2.4 Visi dan Misi Apotek Syariah

Visi Apotek Syariah :

 Pelayanan kesehatan bagi Masyarakat.


 Memberikan pengetahuan mengenai Sediaan Obat dan Alat Kesehatan kepada
Pasien.
 Meningkatkan kualitas hidup sehat secara menyeluruh kepada masyarakat luas.
 Menjamin kualitas dan kuantitas Sediaan Obat dan ALKES seperti yang
diinginkan oleh pasien.

7
Misi Apotek Syariah :

 Mampu menjadikan Apotek seperti yang diinginkan oleh masyarakat luas

 Memberikan pelayanan prima kepada seluruh pasien.

 Menyediakan obat dan alat kesehatan yang lengkap dan terjamin mutunya, harga
yang terjangkau murah, serta kuantitas nya yang terbaik sesuai keinginan pasien.

 Menyediakan Praktik Dokter sesuai penyakit yang dialami pasien.

2.5 Aspek Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) di apotek

2.5.1 Pelayanan Resep

a. Skrining resep meliputi :

-Persyaratan admistrasi yaitu nama, SIP dan alamat dokter, tanggal penulisan resep,
tanda tangan atau paraf dokter penulis resep,nama, almat, umur dan jenis kelamin ,
nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang di minta, cara pemakaian yang jelas, dan
informasi lainnya.

-Kesesuain farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,


cara dan lama pemberian.

-Pertimbangan klinis , yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuain (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain-lain).

b. Penyiapan obat meliputi peracikan, pemberian etiket, pengemasan obat yang akan di
serahkan.

c. Penyerahan obat

sebelum obat di serahkan pada pasien harus di lakukan pemekrisaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat di lakukan oleh asisten apoteker di
sertai pemberian informasi dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

2.5.2 Pelayanan informasi obat

8
Asisten apoteker di wajibkan memberikan informasi dan konsultasi secara akurat,
tidak bias, factual, terkini, mudah di mengerti, etis serta bijaksana. Informasi obat yang di
berikan pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas, serta memberitahukan kegunaan obat.

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan
termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.

2.5.3 Promosi dan edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker di harapkan berpatisipasi secara


aktif dalam kegiatan promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu menyebarkan
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-
lain.

2.5.4 Konseling

Konseling bertujuan untuk menginddentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien


yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat,

Apoteker di harapkan dapat memberikan konseling mengenai sediaan farmasi dan


perbekalan kesehatan lainnya sehinnga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau
yang yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan yang
salah dari sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.

2.5.5 Pelayanan residensial (Home Care)

Apoteker sebagai care giver di harapkan juga dapat melakukan pelayanan


kefarmasian berupa kunjungan ke rumah, khususnya untuk pasien geratri dan pasien
dengan penyakit kronis.Untuk aktivitas ini , apoteker dapat membuat catatan berupa
catatan pengobatan atau medication record.

9
2.6 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

2.6.1 Pengelolaan Apotek

1. Pengadaan

Pengadaan barang baik obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya dilakukan oleh
karyawan dibidang perencanaan dan pengadaan dalam hal ini dilakukan oleh asisten
apoteker yang bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek. Pengadaan barang
dilakukan berdasarkan data yang tercatat pada buku defekta dan perkiraan kebutuhan
konsumen dengan arahan dan kendali APA. Kebutuhan barang tersebut dimasukkan pada
surat pemesanan barang.

a. Bagian pembelian membuat surat pesanan yang berisi nama distributor, nama barang,
kemasan, jumlah barang dan potongan harga yang kemudian ditandatangani oleh bagian
pembelian dan apoteker pengelola apotek. Surat pesanan dibuat rangkap dua untuk
dikirim ke distributor dan untuk arsip apotek.

b. Setelah membuat surat pesanan, bagian pembelian langsung memesan barang ke


distributor. Bila ada pesanan mendadak maka bagian pembelian akan melakukan
pemesanan melalui telepon dan surat pesanan akan diberikan pada saat barang diantarkan.

c. Pedagang Besar Farmasi akan mengantar langsung barang yang dipesan. Pembelian
obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari Pedagang Besar Farmasi
Kimia Farma tetapi juga dari Pedagang Besar Farmasi atau distributor lainnya. Adapun
dasar pemilihan Pedagang Besar Farmasi atau distributor adalah resmi (terdaftar),
kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan, ketersediaan barang,
besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan, kecepatan pengiriman barang yang
tepat waktu, dan cara pembayaran (kredit atau tunai).

2. Penerimaan Barang

Setelah barang datang maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan barang.


Petugas kemudian mencocokkan barang dengan surat pesanan, apabila sesuai dengan
surat pesanan, maka surat tanda penerimaan barang di tanda tangani oleh petugas apotek,
untuk pembayaran itu tergantung kesepakatan antara PBF dan pihak pembelian di apotek,
bisa secara tunai, kredit, atau konsinyasi dan lain lain.

10
3. Penyimpanan barang

Penyimpanan obat atau pembekalan farmasi dilakukan oleh Asisten Apoteker. Setiap
pemasukan dan penggunaan obat atau barang diinput ke dalam sistem komputer dan
dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal penambahan atau pengurangan, nomor
dokumennya, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang
melakukan penambahan atau pengurangan barang. Kartu stok ini diletakan di masing-
masing obat atau barang. Setiap Asisten Apoteker bertanggung jawab terhadap stok
barang yang ada di lemari. Penyimpanan barang disusun berdasarkan jenis sediaan,
bentuk sediaan dan alfabetis untuk obat-obat ethical, serta berdasarkan farmakologi untuk
obat-obat OTC (Over The Counter) Penyimpanan obat atau barang disusun sebagai
berikut :

1) Lemari penyimpanan obat ethical atau prescription drugs.

2) Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik dengan pintu rangkap dua dan
terkunci.

3) Lemari penyimpanan sediaan sirup, suspensi dan drops.

4) Lemari penyimpanan obat tetes mata dan salep mata.

5) Lemari penyimpanan salep kulit.

6) Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, insulin dan
lain – lain.

7) Lemari penyimpanan obat bebas, obat bebas terbatas dan alat kesehatan.

4. Pelayanan

Pelayanan dibagi menjadi pelayanan obat OTC (Over The Counter : Obat bebas dan
obat bebas terbatas) dan Resep dokter, baik secara tunai maupun non tunai. Pelayanan
apotek juga termasuk konseling, pelayanan swamedikasi, PIO, home care, dan
sebagainya.

5. Pelaporan

11
Umumnya untuk obat narkotika dan psikotropika, yang telah saya bahas di artikel
sbelumnya, pelaporan juga termasuk meliputi kinerja apotek; penjualan, pembelian,
administrasi dan lain lainnya.

6. Pemusnahan

Umumnya untuk obat dan perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluarsa, melalui
sistem pelaporan, berita acara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

2.7 Sumber Daya Manusia (SDM)

APA melakukan tanggung jawabnya dengan melaksanakan setiap kegiatan di Apotek


Lhokseumawe, baik dalam pengelolaan obat, administrasi maupun pemberdayaan
sumber daya manusia di dalam apotek tersebut.

Asisten Apoteker melaksanakan tugasnya yang dimulai dari penerimaan resep,


memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep, kerasionalan resep tersebut serta
ketersediaan obat tersebut di apotek.

Sumber Daya Manusia di Apotek Lhokseumawe, terdiri dari :

a. APA : 1 orang

b. Asisten Apoteker : 2 orang

c. Keuangan : I orang

Pembagian waktu kerja (shift) di Apotek Lhokseumawe :

Pagi : Pukul 09.00 – I8.00 WIB

Sore : Pukul I8.00 – 21.00 WIB

12
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3. Pengadaan Perbekalan dan Kelengkapan Produk

3.1 Pengadaan Barang (Pembelian)


Berhasil tidaknya tujuan usaha tergantung kepada kebijaksanaan pembelian.
Pembelian harus menyesuaikan dengan hasil penjualan sehingga ada keseimbangan
antara penjualan dan pembelian. Selain itu harus sesuai dan cukup ekonomis dilihat dari
segi penggunaan dana yang tersedia.
Dalam melakukan pembelian harus memperhitungkan faktor-faktor :
1)      Waktu pembelian
Hal yang paling utama untuk menentukan waktu pembelian yaitu keadaan persediaan
barang, oleh karena itu sebelum persediaan habis pembelian harus sudah dilakukan.

2)      Lokasi apotek


Apotek yang terletak di kota-kota besar yang terdapat banyak PBF sangat mudah
untuk melakukan pembelian, dibandingkan dengan lokasi apotek di daerah terpencil,
sehingga pembelian dapat dilakukan pada saat barang hampir habis.

3)      Frekuensi dan Volume Pembelian


Makin kecil volume barang yang dibeli, maka makin tinggi frekuensinya dalam
melakukan pembelian, sehingga akan memperbanyak pekerjaan barang masuk dari
pembeli, baik kontan maupun kredit. Pembelian harus berencana, disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan di apotek tersebut. Jenis obat yang diperlukan dapat dilihat dari
buku defecta, baik dari bagian penerimaan resep atau obat bebas maupun dari petugas
gudang.

a)      Prosedur Pembelian meliputi :


1)      Persiapan

13
Yaitu pengumpulan data obat-obat yang dipesan, data tersebut diperoleh dari buku
defecta, racikan maupun gudang.

2)      Pemesanan
Untuk setiap pemesanan sebaiknya disiapkan minimal rangkap dua, satu untuk
supplier yang dilampirkan dengan faktur pada waktu mengirim barang, dan yang satu
untuk mengontrol kiriman barang yang kita pesan.

3)      Penerimaan
Petugas penerima barang harus mencocokkan dengan faktur dan surat pesanan.
Apabila ada tanggal kadaluarsa dicatat dalam buku tersendiri.

4)      Penyimpanan
Barang/obat disimpan ditempat yang aman, tidak terkena sinar matahari langsung.
Untuk narkotika didalam lemari khusus dan obat-obat yang mudah rusak pada suhu ruang
sebaliknya disimpan didalam lemari es.

5)      Pencatatan
Dari faktur disalin dalam buku penerimaan barang yang mencakup nama supplier,
nama obat, banyaknya, harga satuan, potongan harga, nomor urut dan harga. Setiap haari
dijumlah, sehingga diketahui banyaknya hutang. Faktur-faktur kemudian diserahkan
kepada tata usaha untuk diperiksa, lalu dibundel untuk menunggu waktu jatuh tempo.

6)      Pembayaran
Barang yang sudah diterima dibayar pada saat jatuh tempo. Setelah faktur
dikumpulkan lalu masing-masing dibuatkan bukti kas keluar serta cheque / giro,
kemudian diserahkan kepada kasir besar untuk ditandatagani oleh pimpinan sebelum
dibayarkan kepada supplier.

b)      Sistem Pengadaan Barang (Pembelian)


(1)   Pembelian tetap (Stable Purchase Level)
Merupakan pembelian dalam jumlah yang tetap dengan menggunakan sistem
kontrak. Distributor mengirim barang tiap bulan dalam jumlah yang tetap. Kerugiannya
adalah stock barang akan menumpuk bola omzet penjualan menurun.

14
(2)   Stock tetap (Stable Inventory Level)
Merupakan pembelian dalam jumlah terbatas. Pembelian ini dilakukann hanya untuk
menjaga stock digudang tetap. Kerugiannya adalah apabila omzet penjualan meningkat,
ada kemungkinan permintaan tidak dapat terpenuhi. Hal ini dilakukan bila dana terbatas
dan PBF berada dalam satu kota.
Pembelian dan stock fleksibel (Flexible Purchase and Inventory Level) Merupakan
pembelian dengan jumlah yang tidak tetap, disesuaikan dengan kebutuhan tergantung
situasi dan kondisi. Pengawasan stock obat atau barang melalui kartu stock sangat
penting, dengan demikian dapat diketahui persediaan yang telah habis dan yang kurang
laku.
Pembelian juga dapat dilakukan dengan cara :

(1)   Hand to Mouth Buying


Yaitu pembeliaan dalam jumlah terbatas sesuai dengan
kebutuhan, hal ini dilakukan bila dana terbatas dan P.B.F. berada dalam satu kota.

(2)   Pembeliaan secara spekulasi


Pembeliaan ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan
harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena adanya diskon atau
bonus.

(3)   Pembelian berencana


Pembelian berencana sangat berkaitan dengan pengendalian persediaan barang,
pembelian berencana dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
-       Membandingkan jumlah pembelian dengan penjualan tiap bulan.
-       Dengan melihat kartu stock untuk mengontrol mutasi obat dan persediaan lain.
3.2 Pemeriksaan Barang

Pengecekan obat di apotek di lakukan agar dapat diketahui mana obat yang
telah kadaluarsa dan yang masih bagus, serta untuk mengetahui obat mana-mana
saja yang lebih dahulu kadaluarsa yang akan di keluarkan lebih dahulu yaitu
dengan menggunakan sistem FEFO, yaitu First Expired First Out. Ini berarti yang
kadaluarsa terlebih dahulu harus keluar lebih dulu dan FIFO adalah First In First
Out. Yang masuk pertama kali, maka dia keluar pertama kali.

15
3.3 Penyimpanan Barang

Obat atau barang dagangan yang sudah dibeli tidak semuanya langsung dijual, oleh
karena itu harus disimpan dalam gudang terlebih dahulu dengan tujuan antara lain :
1)      Tidak dapat terkena sinar matahari langsung.
2)      Cukup almari, kuat dan dapat dikunci dengan baik.
3)      Tersedia rak yang cukup baik.
4)      Merupakan ruang tersendiri dalam komplek apotek.

Obat yang disimpan dalam gudang tidak diletakkan begitu saja, tetapi disimpan
menurut golongannya, yaitu :
1)      Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk, setengah padat,
bentuk cairan yang mudah menguap agar disendirikan.
2)     Obat jadi disusun menurut abjad, menurut pabrik atau menurut persediaannya.
3)      Insulin dan obat-obatan uang mudah rusak atau mudah meleleh disimpan di
kamar atau disimpan di lemari es.
4)      Obat-obat narkotika disimpan di lemari khusus sesuai dengan persyaratan
5)      Obat-obat psikotropika (OKT) sebaiknya disimpan tersendiri.

Penyusunan obat dipakai sistem FIFO (First in First Out), artinya obat-obatan yang
masuk terlebih dahulu, lebih dahulu keluarnya. Jadi yang terlebih dahulu masuk
diletakkan di depan sedangkan yang terakhir masuk diletakkan dibelakang dan sistem
FEFO (First Expired First Out) yaitu obat yang pertama kadaluarsa dikeluarkan lebih
dahulu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan obat yaitu :
1)      Pencatatan tanggal kadaluarsa setiap macam obat terutama obat antibiotika,
sebaiknya dicatat dalam buku tersendiri
2)      Untuk persediaan obat yang telah menipis jumlahnya perlu dicatat dalam buku
defecta, yang nantinya diberitahukan kepada bagian yang bertanggungjawab dalam hal
pembelian. (Wijayanti.N,1990)

3.3.1 Narkotika

1. Narkotika

16
Narkotika (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika)
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.

2. Macam – macam narkotika

 Narkotika Golongan I :

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak
ditujukanuntuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan, (Contoh :heroin/putauw, kokain, ganja).

 Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan


dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).

 Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein).

3. Jenis-jenis narkotika

a. Ganja

Ganja dapat digunakan untuk bahan obat penenang dan penghilang rasa sakit.
Kandungan zat kimia delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) di dalam daun ganja dalam
dosis tertentu dipercaya dapat memengaruhi perasaan, penglihatan, dan pendengaran.

b. Kokain

17
Tanaman coca (Erythroxylon coca) yang banyak tumbuh di Pegunungan Andes,
Amerika Selatan, menghasilkan daun yang mengandung senyawa kimia alkaloid yang
bernama kokain dan senyawa-senyawa turunan yang sejenis. Pemakainya suka bicara,
gembira yang meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah, demam,
perut nyeri, mual, dan muntah.

c. Sedativa – hipnotika

Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti pil BK dan magadon
digunakan sebagai zat penenang (sedativa-hipnotika). Pemakaian sedativa-hipnotika
dalam dosis kecil dapat menenangkan, sedangkan dalam dosis besar dapat membuat
orang yang memakannya tertidur. Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula gelisah,
mengamuk lalu mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat.

d. Opium

Opium merupakan narkotika dari golongan opioida, dikenal juga dengan sebutan
candu, morfin, heroin, dan putau. Opium diambil dari getah buah mentah Pavaper
sommiverum.

Senyawa alkaloid dalam opium:

e. Morfin

Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara
kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya disuntik di b
awah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena). Morfin rasanya pahit,
berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna.
Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.

a. Heroin

senyawa turunan (hasil sintesis) dari morfin yang dikenal dengan sebutan putau.
Heroin biasanya berbentuk serbuk putih dan pahit rasanya. Heroin dapat menimbulkan
rasa kantuk, halusinasi.

18
b. Kodein

merupakan senyawa turunan dari morfin, tetapi memiliki kemampuan menghilangkan


nyeri lebih lemah, demikian pula efek kecanduannya (adiksinya) lebih lemah. Kodein
biasa dipakai dalam obat batuk dan obat penghilang rasa nyeri.

Khusus untuk lemari tempat menyimpan obat narkotika, peraturan mensyaratkan


sebagai berikut:

a. Ukuran lemari: 40 x 80 x 100 cm

b. Bahan: kayu atau bahan lain yang kuat.

c. Limari dibagi menjadi dua fungsi dengan kunci yang berlainan.

3.3.2 Psikotropika

  Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari kayu (atau
bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai kunci (tidak harus
terkunci) yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab yang diberi
kuasa oleh APA.
Psikotropika merupakan zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan
timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam
perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi
(merangsang) bagi para pemakainya.

Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan


pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan
ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik
maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.

Menurut Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Psikotropika, psikotropika digolongkan


menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Psikotropika Golongan I adalah jenis psikotropika yang mempunyai daya


menimbulkan ketergantungan tertinggi, hanya digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, tidak untuk pengobatan (seluruhnya ada 14 jenis), antara lain:

19
a. MDMA (Ecstacy) Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-
Amphetamine (MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir
abad lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami
kegagalan didalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah
periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa. XTC mulai bereaksi setelah 20
sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan
terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut
rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang.

b. Psilobisin dan Psilosin, zat yang didapat dari sejenis jamur yang tumbuh di Mexico.

c. LSD (Lysergic Diethylamide).

d. Mescaline, dalam ilmu pengetahuan diperoleh dari sejenis kaktus yang tumbuh di
daerah Amerika Barat.

2. Psikotropika Golongan II adalah kelompok psikotropika yang mempunyai daya


menimbulkan ketergantungan menengah, digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan pengobatan (seluruhnya ada 14 jenis), antara lain :

a. Amphetamine (Shabu - shabu) berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan


dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari
ujung satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan
sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi
sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian
pemakai yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka
panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup. Sabu sering dikeluhkan
sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah
tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan halusinasi
visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda.

b. Metaqualon

3. Psikotropika Golongan III adalah jenis psikotropika yang mempunyai daya


menimbulkan ketergantungan sedang, mempunyai khasiat, digunakan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan pengobatan (seluruhnya ada 9 jenis), antara lain:

a. Amobarbital

20
b. Flunitrazepam

c. Pentobarbital

4. Psikotropika Golongan IV adalah jenis psikotropika yang mempunyai daya


menimbulkan ketergantungan rendah, berkhasiat dan digunakan luas untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan pengobatan (seluruhnya ada 60 jenis), berikut ini 4 (empat)
diantaranya:

a. Diazepam

b. Barbital

c. Klobazam

d. Nitrazepam.

3.3.3 Obat Keras

1. Obat keras yang diterima diinput jumlah, nomor batch dan tanggalkadaluarsanya di
komputer sesuai dengan faktur yang telah dicek.

2. Obat disimpan di dalam rak di ruang penyimpanan.

3. Jumlah maksimal masing-masing merk obat yang diletakkan di rak penyimpanan


adalah 3 box, 3 botol, atau 3 tube, selebihnya ditaruh di rak paling atas (gudang).

4. Obat ditata berdasarkan:

a. Kombinasi metode FIFO dan FEFO, yaitu obat yang masakadaluarsanya paling cepat
habis diletakkan di paling depan. Obat yangmasa kadaluarsanya paling lama diletakkan
di paling belakang.

b. Penyusunan nama obat berdasarkan aspek farmakologi, bentuk sediaandan alfabetik.

c. Obat-obat Askes disimpan dalam rak tersendiri.

5. Khusus obat-obat yang memerlukan suhu rendah, disimpan di dalamkulkas yang


mempunyai termometer yang dicek secara berkala.

6. Khusus obat-obatan los yang masuk dan keluar dicatat di kartu stok obat per botol.

21
7. Bila apotek hendak tutup, semua rak harus ditutup rapat.

8. Ruang penyimpanan obat harus dapat terkunci, kunci disimpan olehapoteker yang
diberi kewenangan.

3.3.4 OTC

1.Obat OTC dan OWA yang diterima diinput jumlah, nomor batch dan tanggal
kadaluarsanya di komputer sesuai dengan faktur yang telah dicek.

2.Berikan label harga terlebih dahulu sebelum memasukkannya ke etalase.

3.Obat disimpan di dalam rak etalase.

4.Obat ditata berdasarkan:

a. Kombinasi metode FIFO dan FEFO, yaitu obat yang masa kadaluarsanya paling cepat
habis diletakkan di paling depan. Obatyang masa kadaluarsanya paling lama
diletakkan di paling belakang.

b. Penyusunan nama obat berdasarkan aspek farmakologi, bentuksediaan dan alfabetik.

5.Khusus obat-obat yang memerlukan suhu rendah, disimpan di dalamkulkas di ruang


penyimpanan. Di dalam kulkas harus terdapat termometeryang dicek secara berkala.

6.Bila apotek hendak tutup, semua rak etalase harus ditutup rapat.

3.4 Pelayanan

Pelayanan di Apotek Lhokseumawe 47D meliputi pelayanan resep tunai,


swamedikasi (usaha pengobatan diri sendiri), dan obat bebas. Tugas bagian penjualan
meliputi menjaga persediaan barang, melayani konsumen, dan memberikan informasi
kepada konsumen.

Pelayanan di Apotek Lhokseumawe sudah cukup baik karena melayani konsumen dengan
ramah,sopan,santun dan siap membantu selama konsumen berada di apotek. Apotek
Lhokseumawe telah memakai sistem komputerisasi sehingga memudahkan dalam

22
npelayanan dan pengadaan barang. Sistem komputerisasi yang di gunakan sekaligus
berperan sebagai mesin kasir.

3.4.1 Pelayanan Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan kepada apoteker untuk membuat dan menyerahkan obat kepada pasien.
Yang berhak menulis resep adalah :
1. Dokter
2. Dokter gigi, terbatas pd pengobatan gigi & mulut.
3. Dokter hewan, terbatas pengobatan hewan.

Kelengkapan Suatu Resep


Dalam resep harus memuat :
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
komposisi obat (invocatio)
4. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
5. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dgn UU yg berlaku
(subscriptio)
6. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
7. Tanda seru & paraf dokter utk resep yg mengandung obat yg jumlahnya melebihi
dosis maksimal.

Berikut ini langkah-langkah prosedur tetap pelayanan resep di Apotek


Syariah :

A.Penerimaan resep

1. Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep

Nama, alamat, no.SIP, dan tanda tangan/paraf dokter penulis resep.

Nama obat, dosis, jumlah, dan aturan pakai.

Nama pasien, umur, alamat, dan nomor telepon.

2. Penetapan harga

23
B. Perjanjian dan Pembayaran

1. Pengambilan semua obat/sebagian

2. Ada/tidak penggantian obat atas persetujuan dokter/pasien

3. Pembayaran tunai

4. Pembuatan kuitansi dan copy resep

C. Peracikan

1. Penyiapan etiket/penandaan obat dan kemasan

2. Peracikan obat (Hitung dosis, campur, kemas)

3. Penyajian hasil akhir peracikan

D. Pemeriksaan akhir

1. Kesesuaian hasil peracikan dengan resep

Nama resep.

Nama obat, bentuk dan sediaan, dosis, jumlah, dan aturan pakai.

Nama pasien, umur, alamat, dan nomor telepon.

2. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli.

3. Kebenaran kuitansi.

E. Penyerahan obat dan pemberian informasi

Penyerahan obat harus disertai dengan penjelasan informasi tentang :

Nma obat, bentuk dan jenis sediaan, dosis, jumlah, dan aturan pakai.

Cara penyimpanan.

24
Efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya.

F. Layanan purna jual

1. Komunikasi dan informasi setiap waktu.

2. Penggantian obat bila diperlukan atas permintaan dokter.

3.4.2 Swamedikasi (pelayanan obat non resep)

Swamedikasi, atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi


sakit ringan sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan.
Lebih dari 60% dari anggota masyarakat melakukan swamedikasi, dan 80% di
antaranya mengandalkan obat modern.

Swamedikasi adalah Pengobatan diri sendiri yaitu penggunaan obat-obatan


atau menenangkan diri bentuk perilaku untuk mengobati penyakit yang dirasakan
atau nyata. Pengobatan diri sendiri sering disebut dalam konteks orang mengobati
diri sendiri, untuk meringankan penderitaan mereka sendiri atau sakit. Dasar
hukumnya permekes No.919/MENKES/PER/X/1993, secara sederhana
swamedikasi adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit
tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Namun bukan berarti asal
mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan
penyakitnya dan apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa
memberikan informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh
dilakukan untuk kondisi penyakit yang ringan, umum dan tidak akut. Setidaknya
ada lima komponen informasi yang yang diperlukan untuk swamedikasi yang
tepat menggunakan obat modern, yaitu pengetahuan tentang kandungan aktif obat
(isinya apa?), indikasi (untuk mengobati apa?), dosage (seberapa banyak?
seberapa sering?), effek samping, dan kontra indikasi (siapa/ kondisi apa yang
tidak boleh minum obat itu?).

Kriteria obat yang digunakan :

25
Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat
diserahkan tanpa resep:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah
usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
5. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
6. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Jenis obat yang digunakan
1. Tanpa resep dokter :
- obat bebas tak terbatas : tanda lingkaran hitam, dasar hijau
- obat bebas terbatas : tanda lingkaran hitam, dasar biru
2. Obat Wajib Apotek (OWA) Merupakan obat keras tanpa resep dokter, tanda:
lingkaran hitam, dasar merah
3. suplemen makanan
Seseorang melakukan swamedikasi karena:
 Berdasar pengalamannya atau keluarga
 Menggunakan sisa obat orang lain
 Menggunakan kopi resep
 Menggunakan obat OTR dari apotek atau toko obat

Syarat suatu obat swamedikasi :


 Obat harus aman,kualitas dan efektif,
 Obat yang digunakan harus punya indikasi, dosis, bentuk sediaan yang
tepat,
 Obat yang diserahkan harus disertai informasi yang jelas dan lengkap.

26
Faktor yang menyebabkan meningkatnya swamedikasi :
 Perkembangan teknologi farmasi yang inovatif
 Jenis atau merek obat yang beredar telah diketahui atau dikenal
masyarakat luas
 Berubahnya peraturan tentang obat atau farmasi
 Kesadaran masyarakat akan pentingnya arti sehat
 Pengaruh informasi atau iklan
 Kemudahan mendapatkan obat
 Mahalnya biaya kesehatan

Dampak positifnya :
 Pencegahan maupun pengobatan yang lebih dini

 Biaya yang lebih terjangkau dan cepat.

3.4.3 Pelayanan komunikasi – informasi – edukasi

Berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain, termasuk kepada dokter. Termasuk


memberi informasi tentang obat baru atau tentang produk obat yang sudah ditarik.
Hendaknya aktif mencari masukan tentang keluhan pasien terhadap obat-obat yang
dikonsumsi. (Apoteker mencatat reaksi atau keluhan pasien untuk dilaporkan ke dokter,
dengan cara demikian ikut berpartisipasi dalam pelaporan efek samping obat ).

3.5 Penerimaan dan Pengeluaran Obat

 Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima perbekalan farmasi yang
diserahkan dari unit-unit pengelola yang lebih tinggi (PBF) kepada unit pengelola
dibawahnya (Apotek). Tahapan penerimaan barang di apotek:
1.      PBF akan mengirimkan barang yang dipesan disertai dengan faktur pengiriman
barang rangkap empat.
2.      Barang yang datang kemudian dicocokkan dengan item yang tertulis pada faktur,
diperiksa nama sediaan, jumlah, dosis, expiredate, dan kondisi sediaan.

27
3.      Faktur kemudian ditangani oleh APA atau AA dengan mencantumkan nama dan
Tanda Tangan.
4.      Tiga lembar faktur dikembalikan ke PBF dan satu lembar untuk apotek.
Jika barang yang datang tidak sesuai dengan surat pesanan (SP) atau ada kerusakan
fisik maka bagian pembelian akan melakukan retur barang tersebut ke PBF yang
bersangkutan untuk di tukar dengan barang yang sesuai.  Barang tersebut diretur karena :

1. Tidak cocok dengan yang dipesan


2. Kemasan rusak
3. Mendekati Expire date atau sudah masuk Expire date.

 Pengeluaran
Pengeluaran dapat terjadi dari beberapa transaksi di Apotek seperti Gaji
karyawan, Listrik, Telepon, Air, Pajak, dan pembayaran terhadap distributor.

3.6 Tata Cara penyusunan Obat

Penyusunan obat di Apotek Lhokseumawe di sesuaikan dengan :

a. Alphabetis

Tujuan penyusunan ini adalah untuk menghindari kesalahan pengambilan obat


karena nama dan kemasan yang hampir sama.

b. Berdasarkan Suhu

c. Metode FIFO dan FEFO

 First In First Out (FIFO) adalah penyusunan obat berdasarkan obat yang datang
lebih dulu dan dikeluarkan lebih dulu.

 First Expired First Out (FEFO) adalah penyusunan obat berdasarkan obat yang
memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu.

d. Berdasarkan bentuk sediaan

3.7 Laporan Narkotika dan Psikotropika

28
A.Sediaan Obat Narkotika di Apotek Syariah

Tabel l : Sediaan obat Narkotika di Apotek Syariah

BERIKUT INI NARKOTIKA YANG ADA DI APOTEK SYARIAH

N NAMA SEDIAAN INDIKASI


O
1. Codein 10,15,20 mg Antitusif
2. Codipront syrup Pengobatan simtomatik batuk kering
selama bronchitis, flu, radang saluran
pernapasan karena alergi atau infeksi.
3. Codipront syrup Ekspektoran Mengatasi batuk dan membantu
mengeluarkan dahak pada katar (radang
selaput lendir dengan pengeluaran getah
radang), peradangan dan penyakit alergi
saluran pernapasan, paroksismal
(kambuhnya gejala penyakit secara tiba-
tiba) dan batuk kering, bronkhitis akut
dan kronis.
4. Codipront kapsul Pengobatan simtomatik batuk kering
(non produktif) yang disertai keadaan
alergi. 
5. Codipront caps.Ekspektoran Pengobatan simtomatik batuk
berdahak yang disertai keadaan
alergi. 
6. Coditam Meringankan rasa nyeri yang hebat
7. Fentanil Suplemen analgesik narkotik pada
anestesi regional atau general.
8. Phetidin Menghilangkan rasa nyeri
9. MST 10,15 mg Analgesik narkotik
10. Morfin Mengatasi rasa sakit yang terbilang parah
dan berkepanjangan atau kronis.

B.Sediaan Obat Psikotropika di Apotek Syariah

29
Tabel lI : Sediaan obat psikotropika di Apotek Syariah

BERIKUT INI PSIKOTROPIKA YANG ADA DI

APOTEK SYARIAH

N NAMA SEDIAAN INDIKASI


O
1. Alganax 0,25 mg,0,5 mg,1 Ansietas, ansietas yang berhubungan
mg dengan depresi, gangguan panik.
2. Analsik Sakit kepala,nyeri pinggang, nyeri otot
dan sendi.
3. Asabium Mengatasi keadaan yang berhubungan
dengan ansietas, ketegangan, dan
gangguan tidur yang disebabkan gangguan
mental dan emosional.
4. Alprazolam 0,25 mg,0,5 Ansietas, ansietas yang berhubungan
mg,1 mg dengan depresi, gangguan panik.
5. Atarax 0,5 mg Gangguan ansietasatau untuk gejala
ansietas jangka pendek, ansietas yang
menyertai tekanan hidup sehari-hari
biasanya tidak memerlukan obat ansiolitik.
6. Braxidin Pengobatan manifestasi gejala otonom dan
somatik yang disebabkan oleh rasa cemas.
7. Clobazam Mengatasi keadaan ansietas dan
psikoneuratik yang disertai ansietas.
8. Diazepam 2 mg Gangguan fungsi otonom,kejang otot

9. Esilgan 1 mg, 2 mg Semua gangguan tidurkarena


gugup,cemas,tegang,psikosis dan nyeri
setelah operasi dan trauma.
10. Neurodial Nyeri kolik dan sakit setelah operasi
dimana diperlukan kombinasi dengan
trankuilizer.
11. Opizolam Ansiesietas.
12. Phenobarbital Kejang umum tonik-klonik; kejang parsial

30
-     Pengelolaan insomnia jangka pendek.
-     Meredakan kecemasan dan ketegangan.
-     Meredakan gejala epilepsi.

13. Proclozam Keadaan yang berhubungan dengan


ansietas, ketegangan,gangguan tidur
karena kelainan mental dan emosional.
14. Riklona 1. Sindrom Lennox Gastaut (typical dan
atypical)

2. Kejang mioklonik

3. Serangan akinetic
15. Sanmag inj Mengatasi tukak lambung dan tukak
duodenum.
16. Sedacum 0,1 %, 0,5 % Anestesi untuk premedikasi,induksi dan
pemeliharaan anestesi umum, sedasi basal
pada pemeriksaan diagnostik, seperti
anestesi lokal.
17. Stesolid inj Neuritis, reumatik otot dan traumatik,
psikosomatis,terapi gejala penghentian
alkoholisme, status epilepsi, sebelum dan
setelah operasi dan antikejang.

18. Stesolid Syrup Neuritis, reumatik otot dan traumatik,


psikosomatis,terapi gejala penghentian
alkoholisme, status epilepsi, sebelum dan
setelah operasi dan antikejang.

19. Stesolid Rectal 5 mg, 10 Neuritis, reumatik otot dan traumatik,


mg psikosomatis,terapi gejala penghentian
alkoholisme, status epilepsi, sebelum dan
setelah operasi dan antikejang.

31
20. Valium inj Kejang otot dan
konvulsi,tetanus,epilepsi,abortus,premedik
asi anestesi.

21. Valdimex Untuk pengobatan jangka pendek gejala-


gejala ansietas,meringankan spasme otot
rangka karena inflamasi atau trauma dan
hipertonitas otot.
22. Valisanbe inj Pengobatan jangka pendek gejala ansietas
sebagai terapi tambahan untuk
meringankan spasme otot, gejala yang
timbul karena alkohol dihentikan pada
penderita alkoholisme.
23. Valisanbe 2 mg, 5 mg Pengobatan jangka pendek gejala ansietas
sebagai terapi tambahan untuk
meringankan spasme otot, gejala yang
timbul karena alkohol dihentikan pada
penderita alkoholisme.
24. Zolastin 0,5 mg, 1 mg Pengobatan jangka pendek, ansietas
sedang atau berat dan ansietas yang
berhubungan dengan depresi.
25. Zypraz 0,25 mg, 0,5 mg, 1 Ansietas, gangguan panik.
mg

3.8 Pengerjaan Resep

a. Penerimaan Resep
Setelah pasien menyerahkan resep, beri nomor antrian kepada pasien dan
tandai resepnya dengan nomor yang sama seperti nomor antrian.

b. Membaca Resep
Terima resep dan analisis resepnya (periksa keabsahan dan kelengkapan resep).

32
c. Kalkulasi
 Cek persediaan obat yang diminta.
 Hitung harga total obat yang diresepkan, beritahu pasien untuk
membayar
di kasir, kemudian lakukan penyiapan obat

d. Meracik

Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan


memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakanperacikan obat harus dibuat suatu
prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket
yang benar.

e. Pengemasan (etiket)

-Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

-Kemasan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok
sehingga terjaga kualitasnya.

f.Copy Resep
copy resep jika di perlukan dan pada pengambilan obat dalam resep yang
setengah-setengah.

3.9 Distribusi

Pendistribusian obat di Apotek bisa dialurkan dari Pabrik sebagai Produksi kemudian
PBF sebagai Penyalur lalu Apotek sebagai Pelayanan dan Pasien sebagai Konsumen.

Sebuah Pabrik farmasi tidak diperbolehkan untuk menjual langsung produk obat jadi
kepada konsumen.

Obat Narkotik dan Psikotropik hanya bisa dipesan melalui Pabrik Kimia Farma dan
PBF Kimia Farma.

33
3.10 Pengelolaan Sediaan Farmasi di Apotek Syariah

a. Perencanaan

Perencanaan adalah prediksi kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.


Adapun ketentuan-ketentuan perencanaan adalah :

-Doelmatig adalah pengadaan persediaan berupa Perbekalan Farmasi, ALKES dan


PKRT yang harus sesuai dengan tujuan atau rencana sebelumnya.

-Rechmatig adalah pengadaan persedian yang harus sesuai dengan hak atau
kemampuan.

-Wetmatig adalah pengadaan persediaan yang harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Penerapan pelaksanaan perencanaan di Apotek Intan memakai cara Konsumsi yaitu


dengan melihat obat yang sering keluar dalam Resep dokter dan dengan
mempertimbangkan penyakit yang sering terjadi.

b. Pengadaan

Pengadaan adalah obat-obat yang persediaannya sudah mulai habis atau


menipis kemudian dituliskan dalam buku Defecta yang merupakan catatan sediaan yang
akan dipesan pada PB Pengadaan barang baik obat-obatan dan perbekalan farmasi
lainnya dilakukan oleh karyawan dibidang perencanaan dan pengadaan dalam hal
ini dilakukan oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada Apoteker
Pengelola Apotek. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan data yang tercatat
pada buku defekta dan perkiraan kebutuhan konsumen dengan arahan dan kendali
APA. Kebutuhan barang tersebut dimasukkan pada surat pemesanan barang.
1. Bagian pembelian membuat surat pesanan yang berisi nama distributor,
nama barang, kemasan, jumlah barang dan potongan harga yang kemudian
ditandatangani oleh bagian pembelian dan apoteker pengelola apotek. Surat
pesanan dibuat rangkap dua untuk dikirim ke distributor dan untuk arsip apotek.

2. Setelah membuat surat pesanan, bagian pembelian langsung memesan


barang ke distributor. Bila ada pesanan mendadak maka bagian pembelian akan

34
melakukan pemesanan melalui telepon dan surat pesanan akan diberikan pada saat
barang diantarkan.

3. Pedagang Besar Farmasi akan mengantar langsung barang yang dipesan.


Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari Pedagang
Besar Farmasi Kimia Farma tetapi juga dari Pedagang Besar Farmasi atau
distributor lainnya. Adapun dasar pemilihan Pedagang Besar Farmasi atau
distributor adalah resmi (terdaftar), kualitas barang yang dikirim dapat
dipertanggungjawabkan, ketersediaan barang, besarnya potongan harga (diskon)
yang diberikan, kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu, dan cara
pembayaran ( kredit atau tunai ).

c. Penerimaan

Setelah obat datang maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan barang.


Petugas kemudian mencocokkan barang dengan surat pesanan, apabila
sesuai dengan surat pesanan, maka surat tanda penerimaan barang di tanda
tangani oleh petugas apotek, untuk pembayaran itu tergantung kesepakatan
antara PBF dan pihak pembelian di apotek, bisa secara tunai, kredit, atau
konsinyasi dan lain lain. Penerimaan obat merupakan salah satu tanggung
jawab Apoteker dan Karyawan yang bertujuan untuk menghindari kesalahan
pemesanan. Penerimaan obat harus disesuaikan dengan Surat Pesanan (SP)
dengan menyamakan segala hal yang terdapat dalam obat yang telah dipesan.

d. Penyimpanan

Penyimpanan obat atau pembekalan farmasi dilakukan oleh Asisten Apoteker.


Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang diinput ke dalam sistem komputer
dan dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal penambahan atau pengurangan, nomor

35
dokumennya, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang
melakukan penambahan atau pengurangan barang. Kartu stok ini diletakan di masing-
masing obat atau barang. Setiap Asisten Apoteker bertanggung jawab terhadap stok
barang yang ada di lemari. Penyimpanan barang disusun berdasarkan jenis sediaan,
bentuk sediaan dan alfabetis untuk obat-obat ethical, serta berdasarkan farmakologi untuk
obat-obat OTC (Over The Counter) Penyimpanan obat atau barang disusun sebagai
berikut :

Metode FIFO dan FEFO

1. First In First Out (FIFO) adalah penyusunan obat berdasarkan obat yang datang
lebih dulu dan dikeluarkan lebih dulu.

2. First Expired First Out (FEFO) adalah penyusunan obat berdasarkan obat yang
memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu.

3. Obat bebas dan Obat bebas terbatas serta Obat wajib apotek (OWA)
diletakkan di bagian depan, karena obat-obat ini dapat dibeli tanpa resep
dokter. Obat yang diletakkan bagian depan menurut khasiat kegunaannya
4. Obat narkotika dan psikotropika di tempatkan di lemari khusus
5. Sediaan obat yang perlu penyimpanan khusus seperti: ovula, suppositoria di
simpan dalam lemari pendingin.
6. Untuk obat Paten ditempatkan dibagian obat paten
7. Untuk obat generik ditempatkan sesuai dengan obat generik
8. Untuk ALKES tertentu ditempatkan sesuai dengan bagian kelompok
ALKES
9. Sedangkan untuk tata cara penyusunan obat di Apotek Syariah disesuai
dengan khasiat/kegunaan tiap obat serta di urutkan sesuai abjad.

e. pengelolaan barang

Pengelolaan barang (sediaan farmasi dan alat kesehatan) dilakukan oleh APA
yang dibantu oleh pegawai di apotek. Dalam pemesanan barang BPBA tidak akan di
proses tanpa validasi Apoteker Penanggung Jawab Apotek-Apotek pelayanan (APA-
APA). Barang yang akan dipesan maupun jumlahnya ditentukan oleh APA.

36
f. Pendistribusian

Distributor obat Apotek Syariah :

Pendistribusian obat di Apotek bisa dialurkan dari Pabrik sebagai


Produksi kemudian PBF sebagai Penyalur lalu Apotek sebagai Pelayanan dan
Pasien sebagai Konsumen.

Sebuah Pabrik farmasi tidak diperbolehkan untuk menjual langsung


produk obat jadi kepada konsumen Sebuah Pabrik farmasi tidak diperbolehkan
untuk menjual langsung produk obat jadi kepada konsumen.

Obat Narkotik dan Psikotropik hanya bisa dipesan melalui Pabrik Kimia
Farma dan PBF Kimia Farma.

 PT. Enceval
 PT. APL ( Anugrah Pharmindo Lestari )
 PT. Parit Padang
 PT. BCM ( Bina Catur Marga )
 PT. Parazelsus
 PT. Brataco
 PT. Rajawali Nusindo
 PT. Dosniroha
 PT. TNDO. Farma
 PT. Sapta Sari Farma
 PT. BSP ( Bina San Prima)
 PT. Tempo
 PT. Global Mitra Prima
 PT. KF ( Kimia Farma )
 PT. DMA ( Daya Muda Agung )
 PT. AMS ( Antar Mitra Sembada )
 PT. MPI ( Millenium Pharmacon Internations )
 PT. United Dicocitas
 PT. AAM ( Anugrah Pharmindo Lestari )

37
 PT. MBS ( Mensa Bina Sukses )
 PT. Kalista Prima
 PT. Penta Valeni
 PT. Kebayoran Farma

38
g. Pencatatan

Pencatatan adalah suatu kegiatan dimana setiap obat yang masuk atau keluar harus
dicatat dalam buku pembelian atau buku pendapatan.

Dalam buku pembelian berisi semua catatan pembelian obat yang sudah dipesankan dan
disesuaikan dengan faktur. Dalam buku pendapatan berisi semua catatan pengeluaran
obat.

Pengeluaran obat Narkotik dan Psikotropik dicatat dalam Buku Register Narkotik dan
Psikotropik dengan mencatatkan nama serta alamat pasien, nama obat, jumlah obat yang
keluar, tanggal keluar obat dan dokter yang memberikan resep.

h. Pelaporan

Pelaporan obat Narkotik dan Psikotropik dilaporkan setiap 1 bulan sekali ke Dinas
Kesehatan (DINKES) yang dilakukan oleh Apotek.

i. Pemesanan

Pemesanan obat bebas dan obat bebas terbatas dilakukan menggunakan Surat
Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh APA yang terdiri dari 2 rangkap Surat Pesanan.

Pemesanan obat Narkotika menggunakan 4 rangkap Surat Pesanan (SP) diantaranya


untuk PBF, Dinas Kesehatan, BPOM dan Arsip Apotek. Khusus untuk Narkotik
ditandatangani oleh APA dan dilengkapi dengan nama jelas, nomor izin kerja, stempel
Apotek.

Pemesanan obat Psikotropik menggunakan Surat Pesanan (SP) 2 rangkap diantaranya


untuk PBF dan Arsip Apotek.

3.11 Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Apoteker Pengelola Apotek melakukan tanggung jawabnya dengan melaksanakan


setiap kegiatan di apotek Lhokseumawe baik dalam pengelolaan obat, maupun
pemberdayaan sumber daya manusia di apotek tersebut.

39
Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Asisten
Apoteker melakasanakan tugasnya yang dimulai dari penerimaan resep, memeriksa
kelengkapan dan keabsahan resep, kerasionalan resep tersebut serta ketersediaan obat
tersebut di apotek. Setelah itu resep tersebut diberi harga oleh Asisten Apoteker untuk
kemudian asisten apoteker meminta persetujuan harga kepada pasien. Setelah ada
kesepakatan dengan pasien, penyedia obat yang meliputi peracikan (jika ada resep
tersebut ada sediaan yang harus di racik/diolah), penulisan dan pemberian etiket,
pengecekan kembali resep yang telah dikerjakan sampai penyerahan obat kepada pasien,
dilakukan oleh Asisten Apoteker.

Masing-masing Asisten Apoteker juga bertanggung jawab atas ketersediaan obat dan
obat-obat yag mendekati kadaluarsa (expired date) pada rak obat yang berada di bawah
tanggung jawabnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekosongan stok obat yang
perputarannya cepat dan untuk menghindari penumpukan obat yang perputarannya
lambat, sehingga dapat menghindari kerugian pada apotek.

Bagian administrasi selalu melakukan pengecekan jumlah pedapatan Apotek per harinya,
agar sistem keuangan di Apotek dapat berjalan dengan lancar. Semua karyawan Apotek
Lhokseumawe senantiasa menjaga hubungan baik dengan pasien, seperti sikap, keramah-
tamahan yang tulus dan kekeluargaan demi memberikan pelayanan yang terbaik.

40
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan

Pembelajaran di dunia kerja, yaitu di Apotek Syariah Lhokseumawe


merupakan suatu strategi yang memberi peluang secara langsung kepada kami
mengalami proses belajar, dan mencari wawasan melalui bekerja langsung pada
pekerjaan sesungguhnya. Dengan adanya praktik kerja industri ( PRAKERIN )
yang bertempat di Apotek Syariah , secara langsung kami bias merasakan

41
bagaimana pelaksanaan praktik langsung di lingkungan dunia kerja yang langsung
dibimbing oleh pembimbing kami di Apotek Syariah. Bahkan kami dapat
mengukur sejauh mana penguasaan ilmu yang didapatkan di sekolah. Adapun
kesimpulan yang dapat di ambil sbb :

B.Saran
33
Saran kepada pihak sekolah :

Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis untuk memberikan beberapa saran


kepada pihak sekolah yang sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
guna kemajuan dimasa mendatang. Saran-saran itu adalah:

1. Sekolah hendaknya lebih menyiapkan lagi kemampuan siswa sebelum


praktek di dunia kerja.

42
2. Adanya kerjasama yang baik antara sekolah dengan dunia kerja sehingga
terjadi sinkronisasi materi yang diajarkan di sekolah dan proses
pembimbingan di tempat praktek.
3. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini akan lebih terarah apabila disusun
suatu jadwal yang harus dikerjakan siswa / siswi selama melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL).
4. Pihak sekolah agar dapat memantau kegiatan siswa yang sedang
melaksanakan PKL secara intensif sehingga segala kesulitan yang timbul
dapat dipecahkan bersama.

Saran kepada pihak apotek :

 Sebaiknya Apotek Syariah lebih menyiapkan tempat pereacikan yang lebih


luas, agar proses meracik dapat dilakukan dengan mudah.
 Apotek sebaiknya menyediakan tenaga kefarmasian yang bermutu.
 Sarana dan prasarana yang berkaitan dengan kefarmasian, sebaiknya
dilengkapi.
 Ketersediaan farmasi di Apotek Syariah hendaknya dilengkapkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

1.      ISO Indonesia Volume 47, tahun 2012-2013.


2.      Manajemen Farmasi, Sekolah Menengah Farmasi kelas XI, edisi 2004.
3.      Undang-Undang Kesehatan, Sekolah Menengah Farmasi kelas XI, edisi
2004.
4.      Undang-Undang Kesehatan, Sekolah Menengah Farmasi kelas XI, edisi
2004.

43
5.      Farmakologi, Sekolah Menengah Farmasi kelas X, edisi 2004.
6.      Farmakologi, Sekolah Menengah Farmasi kelas XI, edisi 2004.
7.      Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
8.      Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
9.      Permenkes Nomor 922 Tahun 1993 tentang pekerjaan kefarmasian.
10.  PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

LAMPIRAN 1

STRUKTUR ORGANISASI
35

44
LAMPIRAN II

ALUR PELAYANAN RESEP

45
LAMPIRAN III

SURAT PESANAN NARKOTIKA

46
LAMPIRAN IV

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

47
LAMPIRAN V

SURAT PESANAN OBAT KERAS

48
LAMPIRAN VI

LAPORAN PENGGUNAAN SEDIAAN JADI NARKOTIKA

49
LAMPIRAN VII

LAPORAN PENGGUNAAN SEDIAAN PSIKOTROPIKA

50
LAMPIRAN VIII

KARTU STOCK

51
LAMPIRAN IX

COPY R/

52
LAMPIRAN X

KWITANSI

53
LAMPIRAN XI

ETIKET

54
LAMPIRAN XII

DENAH APOTEK

55
LAMPIRAN XIII

DENAH LOKASI

56
LAMPIRAN XIV
SURAT PESANAN BIASA

57
LAMPIRAN XV
SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PREKUSOR FARMASI

58
DAFTAR HADIR

59

Anda mungkin juga menyukai