PENDAHULUAN
Praktek kerja lapangan sangat memberi manfaat dan berperan bagi mahasiswa dalam
menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama mengenyam pendidikan di Akademi
Farmasi. Kegiatan praktek ini sebagai penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan
kefarmasian sehingga mahasiswa diharapkan terampil dalam bidang kefarmasian di apotek
sehingga setiap bagian dari kegiatan praktek kerja lapangan tersebut berguna bagi mahasiswa
Farmasi dan memberikan pengalaman dalam mengetahui dan memahami tugas sebagai Farmasi
di Apotek.
Mahasiswa yang telah lulus dari program studi farmasi fakultas ilmu kesehatan dengan gelar
sarjana Farmasi (S1 Farmasi) diharapkan mampu untuk memenuhi pelayanan kesehatan secara
umum dan pemberian konsultasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat dengan
optimal, khususnya di pelayanan bidang farmasi.
Usaha mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal perlu pengadaan tenaga kesehatan
melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah, instansi, atau masyarakat.
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan. Oleh karena
itu, pembangunan kesehatan menyangkut upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Proses mewujudkan pembangunan kesehatan yang
berkualitas perlu dipersiapkan tenaga kesehatan yang memadai.
Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan,
salah satunya adalah bidang obat-obatan, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan
semakin banyak pula ditemukan obat-obat baru yang membuat perindustrian farmasi di
Indonesia berkembang pesat. Salah satunya yang bergerak di bidang farmasi adalah apotek.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang kefarmasian, apotek
merupakan suatu tempat dilakukannya pekejaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi
kepada masyarakat yang dipimpin oleh seorang Apoteker yang disebut Apoteker Pengelola
Apotek (APA). Seorang Apoteker harus memiliki wawasan yang luas, keterampilan yang
memadai mengenai pelayanan kefarmasian, manajemen apotek, serta kemampuan berkomunikasi
yang baik sehingga dapat memberikan informasi yang benar kepada masyarakat luas maupun
tenaga kesehatan lainnya.
Untuk itu, apotek sebagai sarana yang bergerak di bidang jasa pelayanan harus mampu
memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu, tidak hanya memfokuskan diri
terhadap pengelolaan obat sebagai komoditas (product oriented), namun juga harus
mengedepankan pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient
oriented).
Mengingat pentingnya peran seorang Apoteker tersebut, maka dari itu, program studi
Farmasi Fakultas ilmu kesehatan universitas ibrahimy melakukan suatu upaya berupa
pengalaman kerja yang dikenal sebagai Praktek Kerja Lapangan (PKL). Pada sisi lain PKL juga
berguna sebagai sarana pengenalan lapangan kerja dan informasi di bidang pendidikan
kesehatan.
c. Manfaat Bagi Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Ibrahimy
1. Membuka akses kemitraan dan komunikasi antara program studi S1 farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Unversitas Ibrahimy dengan berbaga instansi dan lembaga profesi serta
masyarakat.
2. Meningkatkan kerjasama Program Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Ibrahimy dengan berbagai instansi dan lembaga profesi serta masyarakat guna penerapan
ilmu kesehatan utamanya dalam bidang farmasi.
3. Menjadi salah satu sumber masukan guna pengembangan ilmu kefarmasian yang sesuai
dengan permasalahan-permasalahan terkini utamanya dalam bidang kefarmasian.
A. DEFINISI APOTEK
Beberapa definisi apotek menurut perundang-undangan yang berlaku antara lain:
1. PP 25 tahun 1980, apotek adalah tempat pengabdian profesi apoteker dalam melaksanakan
pekerjaan kefarmasiaan dan tempat menyalurkan obat dan perbekalan farmasi kepada
masyarakat.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Pasal 1 Ayat 13 disebutkan bahwa yang dimaksud Apotik adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Dalam peraturan yang sama Pasal 1 Ayat
1 dijelaskan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada Pasal yang sama Ayat 3 dijelaskan
Bahwa Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri
atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dan pada ayat 6 disebutkan pula bahwaTenaga
Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan
Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek yang diperbaharui menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332 Tahun 2002 dijelaskan tentang beberapa ketentuan umum sebagai berikut:
Apotek : Suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.
Apoteker : adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
apoteker.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) : yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin
Apotek (SIA).
Apoteker Pendamping : adalah Apoteker yang bekerja di Apotek
disamping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu padahari buka Apotek.
Apoteker Pengganti : adalah Apoteker yang menggantikan APAselama
APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-menerus, telah
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di Apotek lain.
Asisten Apoteker : Mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten
apoteker.
Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri
dari :
Juru resep : adalah petugas yang membantu pekerjaan
Asisten Apoteker.
Pegawai tata usaha : adalah petugas yang melaksanakan administrasi
apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.
Tugas dan fungsi Apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 adalah:
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang menyebutkan obat yang diperlukan masyarakat
2. Izin Apotik pada tempat tertentu diberikan oleh Menteri kepada Apoteker pemilik Surat Izin
Pengelolaan Apotik (SIPA) (Pasal 24 Ayat 1)
3. Untuk Apoteker pemohonnya harus memenuhi persyaratan antara lain (Pasal 24 Ayat 2)
a. Tidak merangkap bekerja pada perusahaan farmasi lain.
b. Harus bertempat tinggal dalam jarak tertentu yang memungkinkannya melaksanakan tugas
sehari-hari sebagai APoteker Pengelola Apotik
c. Tidak terikat pada suatu kewajiban lain, sehingga tidak memungkinkannya melaksanakan
tugas sebagai Apoteker Pengelola Apotik.
d. Kepala Apoteker Pegawai Negeri, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan apoteker
yang bekerja pada instansi pemerintah lainnya harus mendapatkan izin atasannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Bagi apotek yang diselenggarakan oleh Perusahaan milik Negara yang ditunjuk
Lembaga/Instansi Pelayanan Kesehatan atau Rumah Sakit, bangunan, perlengkapan apotek,
perbekalan farmasi dan tenaga yang dimaksud Pasal 22 merupakan milik Perusahaan Milik
Negara, Lembaga/Instansi Pelayanan Kesehatan Pemerintah atau Rumah Sakit yang
bersangkutan (Pasal 25).
5. Surat Izin Pengelolaan Apotik (SIPA) diberikan oleh Menteri kepada seseorang Apoteker
setelah memenuhi ketentuan sebagai berikut (Pasal 26):
a. Ijasahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan
b. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai Apoteker
c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai
Apoteker.
e. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan Apotik.
6. Surat Izin yang dimaksud Pasal 26 berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
( Pasal 27) (Hartini, 2008).
Bangunan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
278/Menkes/SK/V/1981 tentang Apotek tertulis yaitu :
1) Luas bangunan Apotek minimal 50 m2, yang terdiri dari :
a) Ruang tunggu
b) Ruang racik & Penyerahan Obat
c) Ruang administrasi
d) Ruang laboratorium pengujian sederhana
e) Ruang penyimpanan obat
f) Tempat pencucian alat
g) Toilet (WC)
b. Pengadaan
Apotek memperoleh obat dan perbekalan farmasi dari Pedagang Besar Farmasi
(PBF) dan juga Apotek lainnya. Obat yang dipesan harus memenuhi ketentuan daftarObat
Wajib Apotek. Surat pesanan obat dan perbekalan kesehatan harus ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama, dan nomor Surat Izin Kerja
Bila berhalangan hadir maka diwakili oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker
Pengganti.
c. Penyimpanan
Beberapa ketentuan gudang tempat penyimpanan barang, antara lain :
1. Merupakan ruang tersendiri dalam kompleks
2. Apotek Cukup aman, kuat, dan dapat dikunci dengan baik Tidak kena sinar matahari
langsung
3. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran, kering, dan bersih.
d. Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan
kegiatan administrasi yang meliputi:
1. Administrasi Umum meliputi: pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan
dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Administrasi Pelayanan meliputi: pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien,
pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
e. Keuangan
Keuangan merupakan faktor penentu, perlu adanya sistem kontrol dan pembagian tugas.
Bendahara mengontrol dan menerima setoran dari kasir di bagian muka Apotek mengenai hasil
penjualan tunai dan administrasi piutang dari administrasi piutang hasil tagihan piutang. Data
keuangan tersebut diperlukan oleh pimpinan Apotek untuk :
a) Merencanakan manajemen dan pengembangan Apotek
b) Mengetahui posisi keuangan
c) Mengevaluasi perkembangan Apotek
f. Pelayanan Apotek
1. Memenuhi persyaratan pasal 5 Permenkes No.922 tahun 1993
2. Menyediakan, menyimpan dan mengerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang
keabsahannya terjamin (Permenkes No.922 tahun 1933 pasal 12 ayat 1)
3. Melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada
kepentingan masyarakat (Permenkes No. 922 tahun 1933 pasal 15 ayat 1)
4. Berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat (Permenkes No.922 tahun
1933 pasal 15 ayat 3)
5. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada
pasien; penggunaan obat secara tepat, aman, rasional, atas permintaan masyarakat (UU No. 23
tahun 1992 penjelasan pasal 53; UU No. 23 tahun 1998 pasal7; PP No. 32 tahun 1996 pasal22;
Permenkes No.922 tahun 1993 pasal 15 ayat 4, Kepmenkes No. 1027 tahun 2004, pasal 7 Kode
Etik Apoteker)
6. Memberitahukan kepada dokter penulis resep apabila dalam resep dianggap terdapat
kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat (Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 16 ayat 1)
7. Menunjuk Apoteker Pendamping ataupun Apoteker Pengganti apabila berhalangan
melaksanakan tugasnya sesuai pasal 19 Kepmenkes No. 1332 tahun 2002 pasal 19
8. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping,
Apoteker Pengganti, di dalam pengelolaan apotek (Permenkes No.922 tahun 1993 pasal 20)
9. Menyerahkan resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat
penyimpanan narkotika dan psikotropika serta berita acaranya apabila menyerahkan tanggung
jawab pengelolaan kefarmasian (Hartini, 2008).
1. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi penderita dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yang diberikan
izin berdasarkan perundang-undang yang berlaku. Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap
dan Apotek harus menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan yang ditulis dalam resep.
Resep harus memuat :
a. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan;
b. Tanggal penulisan resep (inscriptio);
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau komposisi obat
(invocatio);
d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura);
e. Tanda tangan atau paraf dokter penulisan resep, sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku (subcriptio);
f. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan;
g. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi
dosis maksimal; langkah-langkah pelayanan resep dokter di Apotek dapat digambarkan secara
urut pada skema berikut ini (Anief, 1993)
g. Perpajakan
Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan apotek mengacu kepada Undang –
undang RI No. 6 tahun 1983 sebagai mana telah di rubah terakhir dengan UU RI No.16 Tahun
2000. Ketentuan yang dimaksud adalah :
a. Tahun Pajak
Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun kalender.
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Adalah suatu sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenalan
identitas diri atau identitas wajib pajak.
c. Surat Pemberian (SPT)
Adalah surat yang oleh wajib pajak dipergunakan untuk melaporkan perhitungan dan
pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan
secara garis besar SPT di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan
pembayaran pajak terutang dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat (tiap bulan). Surat
setoran Pajak atau (SSP) atau APT masa macam pajak lainnya, PPh Pasal 21 PPh Pasal 22, PPh
Pasal 23, PPh pasal 25, PPh pasal 26.
2. SPT tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan
dan pembayaran pajak terutang dalam suatu tahun pajak. Ada beberapa jenis SPT tahunan,
yaitu : badan, orang pribadi ( perseorangan). Sanksi terhadap keterlambatan atau tidak
menyampaikan SPT adalah denda sebesar Rp. 50.000,00 untuk SPT masa dan denda sebesar Rp.
100.000,00 untuk SPT tahunan.
d. Surat Setoran Pajak
Surat setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran
atau penyetoran pajak yang terutang ke kas Negara melalui kantor pos dan atau Bank Badan
Usaha milik Pemerintah atau tempat pembayaran yang ditunjuk Menteri Keuangan.
e. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21
PPh 21 mengatur pajak pribadi atau perorangan besarnya PPh pasal 21 adalah berdasarkan
penghasilan neto dikurangi penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Pajak itu dikenakan pada
karyawan tetap yang mempunyai gaji melebihi PTKP. Yang termasuk PPh 21 adalah
penghasilan berupa gaji upah dan honorarium. Keterlambatan pembayaran dikenai denda sebesar
Rp. 50.000,00 ditambah 2% dari nilai pajak yang harus dibayarkan. berdasarkan PerMenKes RI
No. 564/KMK/2003 tanggal 29 November besarnya PTKP dan pelaksanaannya berdasarkan
surat Direktur Pajak No. 5-03/PJ43/2006 tentang Perlakuan PPh Pasal 21.
1. Direktur / PSA
d. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil seoptimal mungkin
2. Manager
Manager bertugas untuk memenuhi semua permintaan akan obat (baik resep maupun non
resep), mengatur perputaran persediaan obat agar maksimal, meminimalisir resiko out of stock.
Selain itu, manager harus mengelola resources yang ia miliki dalam hal barang, uang, dan
orang/pelanggan, yang mana juga melibatkan waktu dan tempat. Manager berkaitan dengan
kegiatan manajemen dimana sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan bantuan orang lain.
Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab kepada direktur/PSA sesuai dengan tugas
yang diselesaikannya. Wewenang APA adalah kegiatan pelayanan kefarmasian dan karyawan
yang dibawahinya di dalam apotek, sesuai dengan petunjuk-petunjuk atau instruksi dari
pimpinan apotek dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. APA memiliki tugas
c. Mengatur dan mengawasi penyimpanan dan kelengkapan obat sesuai dengan syarat-
d. Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual sesuai dengan
e. Membina serta memberi petunjuk soal teknis farmasi kepada bawahannya, terutama
mengajukan saran-saran untuk memperbaiki pelayanan dan kemajuan apotek kepada pemimpin
apotek (Direktur/PSA).
h. Mengatur dan mengawasi pengamanan uang hasil penjualan tunai setiap hari.
j. Memeriksa kembali resep-resep yang telah dilayani, dan laporan-laporan obat yang
ditandatangani
4. Asisten Apoteker
Asisten Apoteker bertanggung jawab kepada APA sesuai dengan tugas yang
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari APA atau PSA dan semua peraturan perudang-undangan
4) Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal yang dibundel dan
disimpan.
6) Menyusun obat-obat dan mencatat obat dengan adanya kartu dengan rapi.
7) Memelihara kebersihan gudang, rak obat serta penyusunan obat plus kartu stok
b. Dalam hal darurat dapat menggantikan tugas APA apabila berhalangan hadir, yaitu
dalam hal penerimaan resep dan pemberian obat, memberikan layanan informasi, konseling,
edukasi, dan monitoring obat serta mengontrol dan mengawasi kinerja bawahannya.
5. Bagian Pengadaan
agar obat yang tersedia dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan dan
farmasi yang fast moving disediakan dalam jumlah yang lebih banyak, sedangkan sediaan
yang slow moving disediakan dalam jumlah yang cukup sehingga setiap resep yang
Pada pengadaan sediaan farmasi, hal penting yang harus dipertimbangkan dalam
kondisi pembelian (meliputi bonus, diskon, dan lain-lain), jangka waktu kredit, sistem
dapat dilakukan dengan cara menghubungi pemasok melalui salesman atau melalui
telepon. Ketika obat yang dipesan telah datang, maka akan dilakukan pengecekan terlebih
dahulu untuk mengetahui kesesuaian antara obat yang dipesan dengan obat yang datang.
Pengecekan yang dilakukan meliputi nama dan dosis obat, bentuk sediaan obat, nomor
batch dan tanggal kadaluarsa (expiry date). Apabila telah cocok, maka obat akan
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
(APA) adalah apoteker yang telah diberi surat izin apotek (SIA).
1) Persyaratan administrasi:
4) Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri, baik melalui
Apoteker mempunyai Standar Kompetensi Profesi yaitu (Pengurus Pusat IAI, 2016):
8) Komunikasi efektif
10) Peningkatan kompetensi diri PERMENKES No. 9 pasal 19 (2017) menuliskan setiap
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan
Tujuan didirikan apotek Dimas adalah sebagai tempat pengabdian profesi apoteker yang
berperan sebagai apoteker pengelola apotek di apotek Dimas dan juga pengabdian profesi tenaga
teknis kefarmasian (ttk) sebagai tempat pelayanan untuk melayani kebutuhan obat, alat kesehatan
serta perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan berorientasi
kepada kepentingan dan kepuasan pasien sebagai implementasi kompetensi profesi farmasi
seperti apoteker dan TTK di apotek Dimas. Selain itu juga dapat memberikan dan menyediakan
informasi, edukasi dan konsultasi kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, khususnya obat dan cara pengobatan yang tepat.
3.1.4 PENGELOLAAN APOTEK DIMAS
Dokter :
a)
a. Telepon
b. Swalayan Farmasi
c. Tv
d. Toilet / WC
e. Rak Obat
f. Kipas Angin
h. CCTV
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit
dan kemampuan dan budaya masyarakat. Terkait dengan pertimbangan tersebut maka obat-obat
yang sering masuk dalam perencanaan adalah yang terkait dengan penyakit tertentu (misalnya
diabetes, infeksi saluran pernafasan), dan contoh obat yang diagendakan dalam perencanaan
adalah Amoxicillin, cerini, Amadiab, dll.
Perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan biasanya dilakukan oleh Apoteker.
Salah satu dokumen perencanaan yang ada di Apotek adalah buku catatan obat yang sudah
habis/mau habis yang disebut buku defekta.
Faktor-faktor yg harus dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan:
a) Pemilihan pemasok, yg perlu diperhatikan antara lain:
d. Legalitas pemasok (PBF)
e. Service, meliputi ketepatan waktu, barang yang dikirim, ada tidaknya
diskon/bonus, layanan obat ED dan tenggang waktu penagihan.
f. Kualitas obat, perbekalan farmasi lain.
g. Ketersediaan obat yang dibutuhkan.
h. Harga
b) Ketersediaan barang/perbekalan farmasi Beberapa hal yg harus diperhatikan: sisa stok, rata-
rata pemakaian obat dalam satu periode pemesanan, frekuensi pemakaian dan waktu tunggu pemesanan,
pemilihan metode perencanaan. Adapun metode perencanaan yaitu:
i. Metode konsumsi Memperkirakan penggunaan obat berdasarkan pemakaian
sebelumnya sebagai dasar perencanaan yang akan datang.
j. Metode epidemiologi/morbiditas Berdasarkan penyebaran penyakit yang paling
banyak terdapat di daerah sekitar apotek.
k. Metode kombinasi Mengkombinasikan antara metode konsumsi dan
epidemiologi.
l. JIT (Just In Time) Membeli obat pada saat dibutuhkan..
Pengadaan :
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan sediaan farmasi harus
melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan pengelolaan apotek terutama dalam pengadaan barang, sangat menentukan
keberhasilan usaha, tingkat laba dan kelancaran jalannya apotek. Tujuan pengadaan barang
adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan dilakukan dengan 3 cara, yaitu COD (cash on
delivery), kredit dan konsinyasi. Ada beberapa macam pola pembelian di apotek, yaitu:
a. Pembelian secara berencana Cara ini digunakan untuk membeli barang-
barang yang agak sulit di peroleh, yaitu bila kedudukan PBF diluar kota.
Dari buku defecta dapat diketahui macam obat yang habis dalam persediaan
sehingga ketika salesman dari PBF datang, dapat segera dilakukan
pemesanan.
b. Pembelian secara spekulasi Pembelian dengan cara ini merupakan pembelian
yang dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan untuk mendapatkan potongan harga khusus
yang ditawarkan hanya pada waktu tertentu atau bila ada kemungkinan
kenaikan harga. Untuk dapat melakukan pembelian ini harus
dipertimbangkan kondisi keuangan, kecepatan distribusi obat ke tangan
pasien dan kapasitas gudang di apotek.
c. Pembelian dalam jumlah terbatas (Hand to mouth buying) Pembelian ini
dilakukan sesuai dengan kebutuhan jangka pendek. Hal ini dilakukan apabila
dana yang tersedia terbatas dan PBF berada dalam satu kota atau dengan
mudah mendapatkan barang yang dimaksud sehingga apotek selalu siap
melayani obat yang diminta pasien (tidak pernah kehabisan).
Pemesanan Berdasarkan buku defecta tersebut dilakukan pemesanan barang ke PBF.
Umumnya lebih disukai memesan barang melalui PBF daripada langsung ke pabrik obat karena
biasanya pabrik obat melayani pembelian dalam jumlah besar. Bagi apotek, pemesanan barang
yang demikian melebihi kebutuhan apotek dan diperlukan modal yang sangat besar. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih PBF adalah harga yang ditawarkan, ketepatan waktu
pengiriman, adanya diskon atau bonus, dan yang memberikan jangka waktu kredit yang cukup
panjang. Surat Pesanan (SP) untuk pembelian obat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1) SP untuk obat narkotik Format sudah ditentukan oleh PT Kimia Farma
sebagai distributor tunggal. SP dibuat rangkap lima, satu lembar untuk
apotek dan empat lembar untuk Kimia Farma. Dalam satu SP hanya boleh
memuat satu item obat.
2) SP untuk obat Psikotropik Format sudah ditentukan oleh Dinas kesehatan.
SP dibuat rangkap tiga, satu lembar untuk PBF dan dua lembar untuk arsip
apotek dan pengecekan barang datang. Dalam satu SP boleh memuat lebih
dari satu item obat.
3) SP untuk obat etichal Format SP bebas dan setiap SP bisa memuat
beberapa item obat. Setiap SP dibuat nomor sebagai pengamanan untuk
menghindari penyalahgunaan.
Penerimaan Pada saat pengiriman barang, salesman membawa surat pesanan disertai
faktur pembelian sebanyak empat lembar. Dua lembar untuk PBF, satu lembar yang asli untuk
penagihan dan satu lembar lagi untuk apotek. Faktur ini dibuat sebagai bukti yang sah dari pihak
kreditur mengenai transaksi penjualan barang. SP digunakan untuk mencocokkan barang yang
dipesan dengan barang yang dikirim. Setelah sesuai dengan pesanan APA atau AA yang
memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) yang menerima akan menandatangani faktur, memberi cap
apotek dan menuliskan nama terang beserta No. SIK sebagai bukti penerimaan barang.
Penyimpanan
Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian
atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Semua bahan obat harus disimpan pada
kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan.
Perbekalan farmasi yang sudah dibeli, biasanya tidak dapat langsung dijual, karena itu harus disimpan di
dalam gudang terlebih dahulu agar aman, tidak hilang, tidak mudah rusak, serta mudah di awasi. Barang yang
sudah dibeli wajib dilakukan pencatan pada kartu stok dan dapat langsung dijual. Persediaan barang dapat
disimpan di dalam gudang. Tujuan penyimpanan barang adalah:
a. Untuk menjaga persediaan agar tidak hilang atau rusak.
b. Menjaga stabilitas obat.
c. Memudahkan pengawasan jumlah persediaan, khususnya obat-obat yang mempunyai
waktu kadaluarsa.
d. Memudahkan dan mempercepat pelayanan karena penyimpanan dilakukan menurut
sistem tertentu.
Gudang penyimpanan hendaknya memenuhi beberapa ketentuan:
a. Merupakan ruang tersendiri dalam kompleks apotek.
b. Cukup aman, kuat, dan dapat dikunci dengan baik.
c. Tidak terkena sinar matahari langsung.
d. Tersedia rak yang cukup baik.
e. Dilengkapi alat pemadam kebakaran, kering dan bersih.
Penyusunan dan penyimpanan obat atau barang harus dilakukan secara sistematis berdasarkan:
a. Kategori terapetik (efek farmakologi).
b. Alfabetis.
c. Bentuk sediaan.
d. Pabrik (produsen).
Selain itu dalam penyimpanan barang di apotek harus dipertimbangkan beberapa hal yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar sebaikanya disimpan terpisah dari bahan lain.
b. Untuk narkotika disimpan di tempat yang khusus.
c. Untuk psikotripika disimpan ditempat yang tidak mudah terlihat oleh pasien. Penyimpanan obat
narkotika dilakukan dalam lemari khusus sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan No.
22/1997, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat narkotika.
Tujuan persediaan obat adalah untuk menjaga agar pelayanan obat oleh apotek berjalan lancar yaitu
dengan:
a. Menjaga kemungkinan keterlambatan pemesanan.
b. Menambah penjualan, bila ada tambahan pesanan secara mendadak.
Sistem pengeluaran barang menggunakan sistem FEFO (first expired first out), barang yang pertama
kadaluarsa harus dikeluarkan terlebih dahulu. Sedangkan sistem pengeluaran barang menggunakan sistem
FIFO (first in first out), barang yang pertama datang , dan barang itu juga harus pertama dikeluarkan.
Dalam melakukan penyimpanan obat-obatan berlaku beberapa aturan tidak tertulis yang cukup efektif
dilakukan yaitu:
i. Bahan baku disusun menurut abjad dan dipisahkan antara serbuk, cairan, setengah
padat seperti vaselin, gom arab, dan lain-lain.
ii. Obat jadi disusun menurut abjad atau bentuk sediaannya.
iii. Pembalut, kapas, kasa steril dan plester disimpan tersendiri.
iv. Untuk sediaan seperti insulin, vaksin, serta obat-obat lain yang mudah rusak atau
meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari es.
v. Penyimpanan obat narkotik disimpan di dalam lemari khusus, hal ini sesuai dengan
Undang-Undang RI No. 1332 Tahun 2002 Pasal 29 disebutkan bahwa Narkotika,
Psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci
yang dimaksud untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan antara
lain penyalahgunaan narkotika.
vi. Tiap barang mempunyai kartu stock dan setiap mutasi segera dicatat dalam kartu
stock.
Penyimpanan sediaan farmasi yang dilakukan di apotek Dimas, disesuaikan golongan obat, jenis
penyakit, khasiat dan penggunaan, serta bentuk sediaan. Namun masih terdapat kurang nya keterbatasan
tempat diapotek tersebut, dan hanya saja didalam ruangan obat tersebut tidak semua yang tersedia seperti:
1. tidak adanya lemari khusus dan sediaan untuk obat-obatan berbahaya seperti narkotika dan
psikotropika
2. tidak tersedia nya lemari pendingin seperti kulkas untuk menempatkan sediaan khusus
seperti suppositoria dan produk yang ditempatkan disuhu dingin
3. tidak adanya penyimpanan tempat dan sediaan untuk vaksin
4. tidak tersedia ruangan peracikan dan alat peracikan lengkap karena ruangan yang terbatas
5. kurang tersedianya alat-alat kesehatan yang diperlukan
6. tidak mempunyai ruang konseling bagi pasien.
pendistribusian
Berdasarkan SK Menkes No. 280 tahun 1981 pasal 24 bahwa pemberian harga obat dan
perbekalan farmasi lainnya serta jasa apotek harus ditekan serendah mungkin berdasarkan usul
panitia yang terdiri dari wakil-wakil Balai Besar POM, pabrik obat dan apotek. Struktur harga
obat yang ditetapkan oleh gabungan perusahaan farmasi (GPF) dan di setujui oleh pemerintah
yaitu harga eceran tertinggi (HET) kepada konsumen dan tidak boleh dilampaui oleh pedagang
eceran. Penjualan obat atau alat kesehatan secara umum dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penjualan obat dengan resep dokter Pejualan obat melalui resep merupakan penjualan
terpenting. Penjualan dapat dilakukan secara kredit maupun kontan. Penjualan kontan ditujukan
untuk umum, yaitu pembelian membayar langsung harga obat yang dibelinya sedangkan
penjualan kredit ditujukan untuk pelanggan (pribadi atau instansi) sebagai usaha apotek untuk
mengembangkan jangkauan konsumen.
b. Penjualan obat bebas (tanpa resep) Penjualan ini meliputi obat-obat bebas, obat bebas
terbatas, OWA, kosmetik, alat kesehatan dan barang-barang lain yang dijual di apotek. Selain
kedua tipe penjualan tersebut dilakukan juga penjualan khusus pada dokter (untuk keperluan
sendiri), rumah sakit, balai pengobatan, dan lain-lain. Penjualan pada rumah sakit biasanya
diberikan diskon khusus karena dilakukan dalam jumlah atau partai besar.
Penjualan pada rumah sakit harus berdasarkan pada surat pesananan (SP) yang ditandatangani
oleh apoteker penanggung jawab di rumah sakit. Kriteria obat di apotek sebagai berikut:
1) Obat Wajib Apotek (OWA)
a) Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam obat
wajib apotek yang bersangkutan.
b) Membuat catatan pasien serta obat yang telah diberikan.
c) Memberikan informasi meliputi dosis atau aturan pakainya, kontra indikasi, efek samping
serta hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Contoh obat wajib apotek adalah obat
antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata
(salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), dan obat KB hormonal.
yaitu obat yang boleh dijual bebas dan tidak terlalu berbahaya, masyarakat dapat
menggunakannya sendiri tanpa pengawasan dokter. Obat ini dalam kemasannya terdapat pula
tanda lingkaran hijau. Contoh: vitamin, rivanol.
Obat bebas terbatas yaitu obat yang pengunaannya cukup aman tetapi apabila berlebihan
dapat menyebabkan efek samping yang kurang menyenangkan. Obat yang pemakaiannya tidak
perlu dibawah pengawasan dokter, namun penggunaannya terbatas sesuai dengan aturan yang
tertera dalam kemasan. Selain itu juga terdapat tanda lingkaran biru dan tanda peringatan.
Contoh: obat batuk, obat pilek, dan krim antiseptik.
4) Obat Keras
Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter
hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dengan lingkaran luar berwarna hitam dan terdapat
huruf K di dalamnya. Yang termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib
Apotek (OWA). Juga termasuk didalamnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras. Obat
psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital
Dalam sistem keuangan di Apotek Dimas di pegang sama PSA nya sendiri,
beberapa tugas yang dilakukan seperti menghitung/ kalkulasi biaya obat dan resep. Ada
dua komponen dalam keuangan yakni :
1) Pemasukan,
Biaya keuangan dari beberapa obat dan resep yang diterima dari pasien/konsumen dapat
dikatakan pemasukan dalam keuangan di Apotek, pemasukan setiap hari bertambah dan menjadi
kas bagi Apotek.
Pendapatan di Apotek Muntazharhari Senin, Rabu, Jumat selama 2 shift, yakni shift pagi
dan shift Sore berbeda dengan hari biasanya. Jika shift Pagi pendapatan dihitung pada sore
( sore ) bisa didapat sejumlah ± Rp. 500.000,- hingga Rp.650.000,-. Sedangkan pada shift Sore
pendapatan diperoleh sebanyak Rp. 2.000.000,-.
Pendapatan pada shift pagi dan shift sore berbeda dikarenakan pada malam hari
konsumen lebih banyak karena ada praktek dokter. Sehingga banyak pelanggan datang pada
malam hari, karena itulah pendapatan diperoleh lebih banyak daripada shift sore.
Dapat dikatakan pendapatan perbulan yang didapat oleh Apotek Kimia Farma sebanyak ± Rp. ?,-
Sehingga laba dapat diperoleh dari pemasukan keuangan dari pasien/konsumen di apotek.
2) Pengeluaran
Pengeluaran dapat terjadi dari beberapa transaksi di Apotek seperti Gaji karyawan,
Listrik, Telepon, Air, Pajak, dan pembayaran terhadap distributor. Rata-rata pengeluaran setiap
bulan yang dilakukan oleh Apotek Muntazhardari beberapa kegiatan yang diuraikan diatas yakni
sejumlah ± Rp. ?,-
Pemusnahan
Tata cara pemusnahan resep telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 280/MenKes/V/1981 tentang ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek pasal 7
ayat (1), (2), (3), (4), (5) disebutkan tentang resep sebagai berikut:
a) Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep menurut urutan tanggal dan nomor
urutan penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya 3 tahun.
b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 3 tahun dapat dimusnahkan.
c) Pemusnahan resep dapat dilakukan dengan cara dibakar atau cara lain oleh
Apoteker Pengelola Apotek bersama dengan sekurang-kurangnya petugas apotek.
Berita acara pemusnahan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan Propinsi.
Untuk dapat mengelola pasien dengan baik perlu dilakukan pengelolaan apotek secara
profesional. Strategi pengelolaan pasien yang dapat dilakukan di apotek diantaranya adalah:
a. Konseling
Dalam konseling diperlukan teknik komunikasi yang baik, familiar dan terbuka.
Konseling ini cukup penting karena akan mendorong pasien untuk lebih memahami tentang
penyakit yang diderita dan pengobatan yang dilakukan. Keuntungan konseling bagi pasien
antara lain:
1) Mengurangi kesalahan dalam penggunaan obat.
2) Mengurangi ketidaktahuan pasien.
3) Mengurangi reaksi obat yang merugikan.
4) Memberi kepastian bahwa obat yang diberikan aman dan efektif.
5) Memberi penjelasan tambahan kepada pasien tentang penyakit pasien.
6) Membantu pasien dalam pengobatan sendiri.
7) Memberikan bantuan dalam situasi yang tidak berhubungan dengan obat, misalnya
dengan membantu meringankan beban psikologis, masalah KB dan lain-lain.
b. Analisa pasar
Dengan memahami perilaku konsumen Analisa pasar memberikan keterangan tentang
kebutuhan dan keinginan konsumen yang sangat diperlukan oleh organisasi itu agar menjadi
organisasi yang tanggap dan berorientasi pada pemasaran. Analisa pasar juga memberikan
informasi untuk mengerahkan perencanaan strategi, karena peluang, ancaman, kekuatan dan
kelemahan dapat diketahui dengan mempelajari keinginan, keyakinan dan kepuasan pasien.
c. Customer service
Pelayanan yang berkualitas tinggi dapat diterapkan dengan bahwa setiap pelanggan
adalah tamu kita sehingga sambutlah pelanggan dengan cara:
1) Kenali segera pelanggan.
2) Berdiri dan tunjukkan rasa hormat.
3) Tersenyum untuk menunjukkan keramahan.
4) Perkenalkan diri dengan menggunakan nama pelanggan.
5) Lakukan kontak mata.
6) Berjabat tangan.
7) Tawarkan bantuan dengan mengatakan “boleh saya bantu?”
8) Persilakan pelanggan duduk.
9) Pahami perasaan pelanggan.
a) Dengarkan dengan penuh perhatian.
b) Ajukan pertanyaan untuk mengetahui dan memperjelas.
c) Ulangi hingga tercapainya pengertian.
d) Pertahankan nada suara yang bersahabat.
e) Pertahankan rasa percaya diri.
10) Berempati denagan pelanggan
a) Tempatkan diri dalam keadaan pelanggan itu.
b) Jika pelanggan mengeluh cari sesuatu untuk mencapai persetujuan.
c) Tunjukkan rasa peduli yang tulus.
11) Selesaikan sendiri kebutuhan pelanggan
a) Berikan kartu nama.
b) Berterima kasih pada pelanggan.
Ada tiga hal yang menyebabkan farmasis harus memiliki paradigma baru dalam
mempromosikan profesinya diantara tenaga kesehatan yang lain khususnya ditengah
tantangan global di bidang kesehatan yaitu:
a. Adanya peningkatan kebutuhan terhadap konseling pasien (patient counseling).
b. Adanya kesadaran terhadap pentingnya “pharmaceutical care”.
c. Semakin tingginya usaha penekanan biaya kesehatan (cost saving) dengan pendekatan
pharmacoeconomic dan penggunaan obat yang rasional. Apoteker di apotek dapat
berfungsi sebagai pemilik modal yang berorientasi profit sebagai pengelola yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek dan sebagai penanggung jawab
teknis farmasi yang mempunyai tugas antara lain mengawasi pelayanan resep,
mengawasi mutu obat dan memberikan pelayanan informasi obat.
Loyalitas pasien terhadap apotek perlu dipertahankan. Ada tiga hal yang dapat
membuat pasien loyal terhadap apotek, yaitu:
a. Ada based line data, yaitu apotek mempunyai data pasien lengkap.
b. Tahu kebutuhan pasien, yaitu pelayanan yang cepat dan tepat serta sikap yang
ramah (customer satisfaction).
c. Tahu apa yang diinginkan pasien, yaitu obat yang lengkap, murah dan fasilitas
ruang tunggu yang memadai.
Menurut PerMenkes No. 922/MenKes/Per/X/1993 disebutkan tentang pelayanan
apotek meliputi:
a. Melayani resep dokter, dokter gigi, dokter hewan atas tanggung jawab dan keahlian
profesi apoteker.
b. Tidak diijinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat
nama dagang.
c. Harus memberitahukan kepada dokter penulis resep apabila ada kekeliruan atau
penulisan yang tidak tepat (bila dokter tetap pada pendirian, dokter wajib menyatakan
secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan dibelakang resep).
d. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.
e. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu
tiga tahun.
f. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep
atau yang merawat, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain
yang berwenang menurut peraturan perundangan yang berlaku.
g. APA, apoteker pendamping, apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa
resep dokter yang dinyatakan sebagai obat wajib apotek (OWA).
h. APA turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker pendamping, apoteker pengganti didalam pengelolaan apotek.
i. Pengalihan tanggung jawab kepada apoteker pengganti, wajib dilakukan serah
terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat
penyimpanan narkotika dan psikotropika dengan berita acara.
F.PENGELOLAAN DOKUMEN
Pembayaran pajak di apotek Dimas dilakukan petugas khusus sesuai dengan undang-undang
yang berlaku.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Apotek Dimas Merupakan suatu strategi memberi peluang kepada kami mengalami
proses belajar, dan mencari wawasan melalui bekerja langsung pada pekerjaan sesungguhnya.
Dengan adanya praktek kerja lapangan di Apotek Dimas, dapat merasakan bagaimana
pelaksanaan praktek langsung di lingkungan dunia kerja yang langsung dibimbing oleh
pembimbing kami di Apotek Dimas. Bahkan kami dapat mengukur sejauh mana penguasaan
ilmu yang didapat.
3 Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di Apotek Dimas terdiri dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan, dan pencatatan dan pelaporan.
Pelayanan yang diberikan di Apotek Dimas meliputi pelayanan resep obat bebas dan obat bebas
terbatas, pelayanan Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS).
4.2 Saran
Pada kesempatan ini,ijinkanlah penulis untuk memberikan beberapa saran kepada pihak
kampus yang sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guna kemajuan dimasa
mendatang. Saran-saran itu adalah:
1.Kampus ini khusus nya prodi S1 Farmasi hendaknya lebih menyiapkan lagi kemampuan
mahasiswa sebelum praktek di dunia kerja.
2. Adanya kerjasama yang baik antara kampus dengan dunia kerja sehingga terjadi sinkronisasi
materi yang diajarkan di kampus dan proses pembimbingan di tempat praktek
3. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini akan lebih terarah apabila disusun suatu jadwal yang
harus dikerjakan Mahasiswa Farmasi selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
4. Pihak kampus agar dapat memantau kegiatan Mahasiswa yang sedang melaksanakan PKL
secara intensif yang dapat dijangkau sehingga segala kesulitan yang timbul dapat
dipecahkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA