Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Apotek merupakan salah satu lahan praktek yang berkaitan erat dengan
kegiatan dan pelayanan kefarmasian. Di apotek masyarakat bisa mendapatkan
pelayanan yang berhubungan dengan obat-obatan, selain itu juga diharapkan dapat
melakukan pengobatan sendiri yaitu melalui obat-obat bebas atau tanpa resep
dokter. Keberadaannya sangat menunjang bagi kelangsungan kesehatan pasien.
Pelayanan yang dilakukan di apotek antara lain adalah pengelolaan obat yaitu
perencanaan pembelian obat, pengadaan, pembelian, pelayanan dan penyerahan
obat kepada pasien serta pelaporan dan administrasi.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang kefarmasian,
apotek merupakan suatu tempat dilakukannya pekejaan kefarmasian dan
penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat yang dipimpin oleh seorang
Apoteker yang disebut Apoteker Pengelola Apotek (APA). Seorang Apoteker
harus memiliki wawasan yang luas, keterampilan yang memadai mengenai
pelayanan kefarmasian, manajemen apotek, serta kemampuan berkomunikasi
yang baik sehingga dapat memberikan informasi yang benar kepada masyarakat
luas maupun tenaga kesehatan lainnya.

Usaha mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal perlu pengadaan


tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh
pemerintah, instansi, atau masyarakat. Kesehatan sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum yang harus diwujudkan. Oleh karena itu, pembangunan
kesehatan menyangkut upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Proses mewujudkan
pembangunan kesehatan yang berkualitas perlu dipersiapkan tenaga kesehatan
yang memadai.

Untuk itu, apotek sebagai sarana yang bergerak di bidang jasa pelayanan
harus mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu, tidak
hanya memfokuskan diri terhadap pengelolaan obat sebagai komoditas (product
oriented), namun juga harus mengedepankan pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (patient oriented).

Praktek kerja lapangan sangat memberi manfaat dan berperan bagi


mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama
mengenyam pendidikan di Akademi Farmasi. Kegiatan praktek ini sebagai
penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan kefarmasian sehingga
mahasiswa diharapkan terampil dalam bidang kefarmasian di apotek sehingga
setiap bagian dari kegiatan praktek kerja lapangan tersebut berguna bagi
mahasiswa Farmasi dan memberikan pengalaman dalam mengetahui dan
memahami tugas sebagai Farmasi di Apotek.

Mahasiswa yang telah lulus dari program studi farmasi fakultas ilmu
kesehatan dengan gelar sarjana Farmasi (S1 Farmasi) diharapkan mampu untuk
memenuhi pelayanan kesehatan secara umum dan pemberian konsultasi, informasi
dan edukasi (KIE) kepada masyarakat dengan optimal, khususnya di pelayanan
bidang farmasi.

Mengingat pentingnya peran seorang Apoteker tersebut, maka dari itu,


program studi Farmasi Fakultas ilmu kesehatan universitas ibrahimy melakukan
suatu upaya berupa pengalaman kerja yang dikenal sebagai Praktek Kerja
Lapangan (PKL). Pada sisi lain PKL juga berguna sebagai sarana pengenalan
lapangan kerja dan informasi di bidang pendidikan kesehatan.

1.2 TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


1.2.1 TUJUAN
Umumnya Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertujuan yang meliputi:
a) agar siswa dapat mengaplikasikan kompetensi yang telah diperoleh selama
mengikuti pendidikan pada dunia kerja sesuai dengan kondisi sebenarnya
di tempat kerja.
b) Untuk memperkenalkan mahasiswa pada bidang lapang kefarmasian.
c) Menumbuhkan dan meningkatkan sikap profesional yang diperlukan
mahasiswa untuk memenuhi kompetensi sebagai tenaga kefarmasian.
d) Meningkatkan daya kreasi dan produktifitas terhadap mahasiswa sebagai
persiapan dalam menghadapi atau memasuki dunia kerja.

Di samping itu melalui pendekatan pembelajaran ini peserta PKL


diharapkan:
a) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang
sesungguhnya.
b) Memiliki tingkat kompetensi standart sesuai yang dipersyaratkan oleh
dunia kerja.
c) Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomi, bisnis,
kewirausahaan dan produktif.
d) Dapat menyerap perkembangan teknologi dan budaya kerja untuk
kepentingan pengembangan diri.
1.2.2 MANFAAT

Kerjasama antara Universitas Ibrahimy dengan Apotek dilaksanakan


dalam prinsip  saling membantu, saling mengisi, dan saling melengkapi untuk
keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) akan memberi nilai tambah atau manfaat bagi pihak-pihak yang
bekerjasama, sebagai berikut:

a) Manfaat  Bagi Apotek
1) Apotek dapat mengenal kualitas peserta PKL yang belajar dan bekerja di
tempat PKL.
2) Umumnya peserta PKL telah ikut dalam proses pelayanan secara aktif
sehingga pada pengertian tertentu peserta PKL adalah tenaga kerja yang
memberi keuntungan
3) Apotek dapat memberi tugas kepada peserta PKL untuk kepentingan
pelayanan sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
4) Selama proses pendidikan melalui kerja lapangan, peserta PKL lebih
mudah diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan terhadap peraturan
Apotek. Karena itu, sikap peserta PKL dapat dibentuk sesuai dengan ciri
khas kerja di Apotek.
5) Memberi kepuasan bagi Apotek karena diakui ikut serta menentukan
masa depan anak bangsa melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL).

b) Manfaat Bagi Mahasiswa


1) Melatih mahasiswa dalam menerapkan dan mengembangkan hasil
pembelajaran dan penelitian dimasyarakat
2) Melatih berpikir kritis dan memecahkan masalah yang sesuai dengan
bidang keahliannya.
3) Memberikan wawasan konkrit tentang situasi dan kondisi lapangan yang
berkaitan dengan bdang keilmuannya.

c) Manfaat Bagi Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Ibrahimy
1) Membuka akses kemitraan dan komunikasi antara program studi S1
farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Unversitas Ibrahimy dengan berbaga
instansi dan lembaga profesi serta masyarakat.
2) Meningkatkan kerjasama Program Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Ibrahimy dengan berbagai instansi dan lembaga
profesi serta masyarakat guna penerapan ilmu kesehatan utamanya dalam
bidang farmasi.
3) Menjadi salah satu sumber masukan guna pengembangan ilmu
kefarmasian yang sesuai dengan permasalahan-permasalahan terkini
utamanya dalam bidang kefarmasian.

d) Manfaat Bagi Instansi dan Masyarakat


1) Membuka akses kemitraan dan komunikasi timbal balik antara program
Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibrahimy dengan
instansi dan masyarakat.
2) Memperoleh bantuan tenaga maupun pemikiran yang berguna dalam
menjalankan operasional maupun pengembangan lembaga.
3) Menjadi salah satu upaya dalam pembangunan sumber daya manusia
khususnya dalam bidang pendidikan.

1.3 PROGRAM KERJA PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Adapun program kerja yang perlu dicapai dan dilakukan oeh seorang
Praktik/Mahasiswa dalam melakukan praktek kerja lapangan ini, meliputi:
1) Memahami peran, fungsi dan tugas apoteker di apotek.
2) Memahami bagaimana sistem administrasi, sistem pengelolaan obat,
manajemen dan lain-lain.
3) Membandingkan ilmu yang dipelajari dengan kenyataan yang dialami di
lapangan, yaitu mampu melaksanakan standar pelayanan farmasi di dunia
perapotekan, khususnya masyarakat pada umumnya.
4) Menambah pengetahuan mengenai aplikasi ilmu farmasi dan
menumbuhkembangkan sikap mandiri, kreatif dan inovatif.
5) Memberikan gambaran yang luas dan jelas mengenai seluruh manajerial
dan pelayanan farmasi di perapotekan dan menjamin penggunaan obat
yang rasional dalam hal pengabdian masyarakat (pharmaceutical care).

1.4 WAKTU PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Pelaksaan praktik Kerja Lapangan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Ibrahimy Sukorejo Situbondo, dilaksanakan pada semester VI (enam). Dengan
waktu pelaksanaan PKL pada tanggal 19 April hingga 09 Mei . Sedangkan durasi
pelaksanaan PKL didasarkan pada bobot yang dikenai pada mata kuliah PKL.
Waktu pelaksanaa PKL tetap didasarkan pada berbagai pertimbangan dari prodi
berikut dengan Fakultas serta tetap melalui persetujuan pengasuh pondok
pesantren Salafiyah Safi’iyah Situbondo.
BAB II
KONDISI OBYEKTIF LOKASI PKL

2.1 DESKRIPSI INSTANSI LEMBAGA PROFESI


2.1.1 KETENTUAN UMUM APOTEK
A. DEFINISI APOTEK
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 09 Tahun
2017, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker.

Dalam penyelenggaraannya apotek berrtujuan untuk meningkatkan kualitas


pelayan kefarmasian diapotek, memberikan perlindungan pasien dan masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kefarmasian di apotek dan menjamin kepastian
hukum bagi tenaga kefarmasian di apotek,kemudian pendirian apotek harus
memenuhi beberapa persyaratan,meliputi lokasi,bangunan,sarana,prasarana,dan
peralatan dan ketenagaan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian Pasal 1 Ayat 13 disebutkan bahwa yang dimaksud Apotik adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker.  Dalam peraturan yang sama Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan bahwa Pekerjaan
Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada Pasal yang sama
Ayat 3 dijelaskan Bahwa Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian dan pada ayat 6 disebutkan pula bahwaTenaga Teknis Kefarmasian
adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian,
yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan
Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Menurut Permenkes Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek Pada Bab I Pasal 1
Bahwa Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
 Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker.
 Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian.
 Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
 Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
 Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis Farmasi.
 Surat Tanda Registrasi Apoteker yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian kepada
apoteker yang telah diregistrasi.
 Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker
sebagai izin untuk menyelenggarakan Apotek.
 Surat Izin Praktik Apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
Apoteker sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik
kefarmasian.
 Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya disingkat
SIPTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota kepada tenaga teknis kefarmasian sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian.
 Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik
untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan bagi pasien.
 Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
 Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
 Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
 Organisasi Profesi adalah Ikatan Apoteker Indonesia.
 Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya
disebut Kepala Balai POM adalah kepala unit pelaksana teknis di
lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
 Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang selanjutnya disebut
Kepala Badan, adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang pengawasan obat dan makanan.
 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.
 Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan
yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kefarmasian dan alat
kesehatan.
 Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.

B. TUJUAN APOTEK
Pada Pasal 2 Pengaturan Apotek bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek;
2) Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kefarmasian di Apotek;dan
3) Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan kefarmasian di Apotek.

C. PERSYARATAN PENDIRIAN APOTEK


Pada pasal 4 tercantum bahwa Pendirian Apotek harus memenuhi
persyaratan,meliputi:

1. Lokasi;
Pasal 5
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kefarmasian.

2. Bangunan;
Pasal 6
 Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anakanak, dan orang lanjut usia.
 Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
 Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan,
apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan
yang sejenis.

3. Sarana, prasarana, dan peralatan;


Pasal 7
Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 paling sedikit
memiliki sarana ruang yang berfungsi:
 Penerimaan Resep;
 Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
 Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
 Konseling;
 Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;dan
 Arsip.
Pasal 8
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
 instalasi air bersih;
 instalasi listrik;
 sistem tata udara;dan
 sistem proteksi kebakaran.
Pasal 9
Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
 Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi rak
obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi,
komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan
pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
 Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi
dan/atau Alat Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan
pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien.

4. Ketenagaan;
Pasal 11
 Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu
oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi.
 Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. PERIZINAN APOTEK
Pasal 12
 Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
 Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
 Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
 SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Pasal 13.
 Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
menggunakan Formulir 1.
 Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen
administratif meliputi: fotokopi STRA dengan menunjukan STRA
asli;
 fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
 fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
 fotokopi peta lokasi dan denah bangunan;dan
 daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
 Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima
permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa
untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek
dengan menggunakan Formulir 2.
 Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas:
 tenaga kefarmasian; dan • tenaga lainnya yang menangani bidang
sarana dan prasarana.
 Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan
setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir
3.
Pasal 14
 Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6), maka penerbitannya bersama
dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.
 Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA. Perubahan Izin
Pasal 15
 Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat
dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama
Apotek harus dilakukan perubahan izin.
 Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau
perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang
SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan perubahan
izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
 Terhadap Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang
sama atau perubahan nama Apotek sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak perlu dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa.
 Tata cara permohonan perubahan izin bagi Apotek yang melakukan
perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan Apoteker
pemegang SIA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

E. FUNGSI APOTEK
Apotek menyelenggarakan fungsi:
1) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
2) Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.
Administrasi Pelayanan meliputi: pengarsipan resep, pengarsipan
catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

2.1.2 LANDASAN HUKUM APOTEK


 Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang apotek antara lain:
 Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
 Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
 Undang-undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropik
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
 Peraturan Pemerintah RI No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi
 Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 919/MENKES/SK/X/1993 tentang
Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 924/MENKES/SK/X/1993 tentang
Obat Wajib Apotek No. 2
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 925/MENKES/SK/X/1993 tentang
Daftar Perubahan Golongan Obat No. 1
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 688/MENKES/SK/X/1997 tentang
Peredaran Psikotropik
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 889/MENKES/SK/X/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990
tentang Obat Wajib Apotek No. 1
 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1176/MENKES/VII/1999 tentang
Obat Wajib Apotek No. 3

2.2 NAMA DANS SEJARAH SINGKAT


2.2.1 NAMA TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertempat di Apotek Dimas yang
beralamat di  Jl.Suryahadi Nipah Panjang 2 Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Dimas ini dilakukan secara tunggal
atau individu yang bernama Siti Fatimah Sultan dimana terdiri dari dua
pembagian waktu shiftt yaitu, shift 1 itu waktu pagi dan shift 2 itu waktu
malam.
Pembagian shift adalah shift pagi yang waktu prakteknya dilaksanakan
mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 dan shift malam yang waktu
prakteknya dilaksanakan mulai pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.30.
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada tanggal 19 April
sampai dengan  tanggal 09 Mei.
2.2.2 SEJARAH SINGKAT
Apotek Dimas Awalnya merupakan sebuah Toko Obat yang berdiri pada
tanggal 08 September 1998. Setelah itu, berubah menjadi sebuah Apotek yang
diresmikan pada tanggal 01 Januari 2010 dengan berbagai persyaratan  maka
di syah kan apotek sendiri yang sebelum nya sudah melewati
pemeriksaan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Secara detail Apotek Dimas
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nama APA           : Apt. Dharma Satria, S.Farm., M.E
STRA No :19770722/STRA-UNJANI/2012/18463
SIPA No                : 04/SIPA/DINKES/2013
Alamat Apotek     :Jl.Suryahadi Nipah Panjang Kab.TanjungJabnugTimur
Adapun tujuan pendirian apotek dimas yaitu meliputi:
1. Dalam rangka ikut mendukung program pemerintah di bidang kesehatan,
khususnya menjamin ketersediaan obat yang baik dan bermutu.
2. Dalam rangka mendekatkan pelayanan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan lainnya pada masyarakat.
3. Memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat pengguna layanan dalam
menjamin kepuasan layanan.
4. Memperluas jangkauan komunikasi dan informasi kepada mayarakat
perihal obat dan penyakit sehingga dapat meningkatkan kesadaran hidup
sehat bagi masyarakat.

2.3 STRUKTUR ORGANISASI PERSONALIA DAN DESKRIPSI TUGAS


2.3.1 STRUKTUR ORGANISASI APOTEK DIMAS
Bidang-bidang kerja/Job Description Apotek Dimas:
PSA :Sutikno

Manager : 1. Putri Rahayu

2. Siti Nur Sahara Dewi

3. Susaantri

Apoteker :Apt. Dharma Satria, S.Farm., M.E


Asisten Apoteker : 1. Fianti Dhamasyithah, Amd., .Farm
2. Aziz Ahmad Danita, S.Farm

2.3.2 DESKRIPSI TUGAS APOTEK DIMAS


A. Apoteker Pengelola Apotek
Pasal 23
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 harus menetapkan Standar Prosedur Operasional. Standar
Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus
meneruus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
farmasi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 24
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat:
 Mengangkat seorang Apoteker pendamping yang
 memiliki SIPA;
 Mengganti obat merek dagang dengan obat generik
 yang sama komponen aktifnya atau obat merek
 dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
 pasien; dan
 Menyerahkan obat keras, narkotika dan
 psikotropika kepada masyarakat atas resep dari
 dokter sesuai dengan ketentuan peraturan
 perundang-undangan.

Pasal 25
Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari
pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan. Dalam hal Apoteker yang
mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik modal maka pekerjaan
kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang
bersangkutan. Ketentuan mengenai kepemilikan Apotek sebagaimana
dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

B. Asisten Apoteker
Asisten Apoteker bertanggung jawab kepada APA sesuai dengan tugas yang
diselesaikannya, tidak boleh adanya kesalahan, kekeliruan, kekurangan,
kehilangan, dan kerusakan. Asisten apoteker memiliki wewenang untuk
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari APA
atau PSA dan semua peraturan perudang-undangan yang berlaku. Asisten
apoteker memiliki tugas dan kewajiban yaitu:
1) Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya sebagai asisten apoteker
seperti:
2) Pelayanan obat bebas dan resep dari pasien.
3) Memelihara buku harga, mengerjakan pembuatan sediaan obat.
4) Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat-obatan.
5) Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal yang dibundel dan
disimpan.
6) Memelihara kebersihan ruang peracikan dan lemari obat.
7) Menyusun obat-obat dan mencatat obat dengan adanya kartu dengan rapi.
8) Memelihara kebersihan gudang, rak obat serta penyusunan obat plus kartu
stok yang rapi serta mengontrolnya.
Dalam hal darurat dapat menggantikan tugas APA apabila berhalangan hadir,
yaitu dalam hal penerimaan resep dan pemberian obat, memberikan layanan
informasi, konseling, edukasi, dan monitoring obat serta mengontrol dan
mengawasi kinerja bawahannya.

2.4 TUGAS DAN FUNGSI INSTANSI/LEMBAGA


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian dijelaskan bahwa tugas dan fungsi apotek adalah:
a) Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan.
b) Apotek berfungsi sebagai sarana pelayanan yang dapat dilakukan
pekerjaan kefarmasian berupa peracikan, pengubahan benuk, pencampuran
dan penyerahan obat.
c) Apotek berfungsi sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus
menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata
Apotek berfungsi sebagai tempat pelayanan informasi meliputi:
a) Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun
kepada masyarakat.
b) Pelayanan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat
serta perbekalan farmasi lainnya.
2.5 DENAH LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2.5.1 Lokasi
Apotek Dimas terletak pada tepi Jalan Suryahadi Nipah panjang 2. Lokasi
apotek ini sangat strategis dan mudah diakses karena dapat dilewati oleh
banyak kendaraan. Daerah disekitar Apotek Dimas merupakan daerah pasar
yang cukup ramai, dimana lokasinya terletak di dipinggir jalan pasar tersebut.
Bagian depan Apotek Dimas terdapat tempat parkir yang cukup luas yang
dapat menampung kendaraan roda dua. Dimana tempat parkir ini dikhususkan
untuk pelanggan apotek dan para karyawan Apotek Dimas..

2.5.2 Bangunan dan Tata Ruang


Bangunan Apotek Dimas terdiri dari dua lantai, untuk kegiatan pelayanan
apotek dan sistem jual beli seperti koperasi kebutuhan hidup terletak pada lantai
satu, lantai dua merupakan gudang dimana tempat untuk penyimpanan stock jika
habis dilantai satu seperti penjualan susu bayi.
Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat dalam apotek antara
lain:
a) Ruang Tunggu Ruang ini dilengkapi dengan pendingin ruangan, dan
televisi sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pasien yang
menunggu.
b) Tempat Penyerahan Resep dan Penyimpanan Resep Tempat ini dibatasi
oleh suatu sekat yang tingginya +/- 70 cm.
c) Ruang Penunjang Ruangan tempat ibadah, toilet dan gudang
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 PROGRAM BIDANG PROFESI


3.1.3 STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DIAPOTEK
Pada Permenkes No 73 Tahun 2016 Pasal 2 tentang Pengaturan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Pada Pasal 3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
dan
b. pelayanan farmasi klinik.

A. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN


BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. perencanaan;
b. pengadaan;
c. penerimaan;
d. penyimpanan;
e. pemusnahan;
f. pengendalian; dan
g. pencatatan dan pelaporan
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a) Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
Jadi di Apotek Dimas telah memenuhi persyaratan ketiga metode tersebut
sepertipola konsumsi, budaya, dan kemampuan masyarakat yang gunanya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat didaerah tersebut.

b) Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Jadi di Apotik Dimas melakukan pengadaan dengan cara memperoleh
obat dan perbekalan farmasi dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan juga Apotek
lainnya. Obat yang dipesan harus memenuhi ketentuan daftarObat Wajib Apotek.
Surat pesanan obat dan perbekalan kesehatan harus ditandatangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama, dan nomor Surat Izin Kerja Bila
berhalangan hadir maka diwakili oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker
Pengganti. Akan tetapi, karna Apoteker yang ada di Apoti Dimas sering
berhalangan untuk hadir di tempat maka surat pesanan obat dipegang langsung
oleh Pemilik Sarana Apotek dan di cek kembali oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
yang ada di Apoti Dimas tersebut.

c) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Jadi di Apotik Dimas melakukan penerimaan obat dengan menggunakan
faktur obat Yang di cek kembali oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang ada di
Apotik Dimas tersebut.

d) Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO
(First In First Out
Jadi di Apotik Dimas memiliki penyimpanan yang telah sesuai dengan
peraturan menurut golongan dan khasiat/kegunaan tetapi disana tidak tersedia
tempat peyimpanan obat-obatan keras karena Apotik Dimas ini tidak
menyediakan obat-obatan berbahaya seperti Narkotika dan Psikotropika serta
tidak memliki lemari khusus untuk pemakaian seperti disuhu tertentu yaitu
injeksi, suppositoria.

e) Pemusnahan dan penarikan


1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat
izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Jadi pemusnahan yang di lakukan oleh Apotik Dimas adalah biasanya
mengikuti pemusnahan yang ada dipuskesmas daerah Nipah Panjang dengan cara
dibakar atau cara lain oleh Apotekr sekurang-kurangnya petugas apotek. Berita
acara pemusnahan dikirimkan ke Dinas Kesehatan kota dengan tembusan Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan Propinsi.

f) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
Jadi di Apotik Dimas telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
pengendalian yang telah diuraikan.

g) Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya. Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan
diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
Jadi di Apotik Dimas telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
pencatatan akan tetapi untuk pelaporan seperti pada pelaporan eksternal yaitu di
apotik ini tidak tersedia karena tidak memperjualbelikan obat-obatan berbahaya
seperti Narkotika dan Psikotropika karena masih ragu untuk menjual ke
masyarakat sekitar daerah Apotik Tersebut.

B. PELAYANAN FARMASI KLINIK


Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. pengkajian dan pelayanan Resep;
2. dispensing;
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
4. konseling;
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

1) Pengkajian dan Pelayanan Resep


Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
Kajian administratif meliputi:
1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf;
3. tanggal penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. bentuk dan kekuatan sediaan;
2. stabilitas; dan
3. kompatibilitas (ketercampuran Obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3. duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi klinis
lain);
5. kontra indikasi; dan
6. interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan Resep dimulai dari
penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication
error). Petunjuk teknis mengenai pengkajian dan pelayanan Resep akan diatur
lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
Jadi di Apotik Dimas memiliki sebahagian Resep yang mana Skrining
Resep nya sangat banyak sekali kefatalan yang terjadi karena beberapa sebab
seperti kurangnya Tenaga Medis di daerah Tersebut hanya ada 3 dokter dan
Apoteker yang tidak ada sama sekali dikarenakan tugas ditempat lain jadi sangat
jarang untuk memberikan resep di Apotik Dimas tersebut. Dan sangat kurang
tersedia nya peralatan peracikan yang tersedia di Apotik Dimas itulah sebab nya
tidak ada Resep yang sering masuk di Apotik tersebut.

2) Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi Obat.


Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep;
b. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. warna putih untuk Obat dalam/oral;
b. warna biru untuk Obat luar dan suntik;
c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.

4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang
berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.

Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:


1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat;
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait dengan
Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain;
6. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;
7. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau keluarganya;
8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh Apoteker
(apabila diperlukan);
9. Menyimpan Resep pada tempatnya;
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan menggunakan Formulir
5 sebagaimana terlampir.
Jadi di Apotik Dimas sangat jarang sekali untuk menerima resep karena
disebabkan oleh beberapa faktor, juga karena tempat tinggal nya yang sangat
minim untuk sediaan obat-obatan dan tenaga medis yang sangat terbatas.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat
bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
Di Apotik Dimas memang selalu melayani Swamedikasi karena memang
itu udah dianggap yang paling mudah untuk dijangkau oleh pasien.

3) Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker


dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat
termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat
(penyuluhan);
3. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang
sedang praktik profesi;
5. melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. melakukan program jaminan mutu.

Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu


penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat dengan menggunakan
Formulir 6 sebagaimana terlampir.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan Informasi Obat :
1. Topik Pertanyaan;
2. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan;
3. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon);
4. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat
alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium);
5. Uraian pertanyaan;
6. Jawaban pertanyaan;
7. Referensi;
8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data Apoteker yang
memberikan Pelayanan Informasi Obat.
Jadi untuk Pelayanan Informasi Obat di Apotik Dimas memang sering
dilakukan jika pasien yang datang membeli obat menanyakan tentang
khasiat/kegunaan yang cocok untuk dikonsumsi bagi penggunanya dan yang
sering melayani itu adalah Apoteker dan petugas Tenaga Teknis Kefarmasian
yang ada disana memberikan informasi terkait penyakit yang diderita.

4) Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan


pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien
dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker
harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
Obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,
ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu
Obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime
Questions, yaitu: a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?
c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda
menerima terapi Obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan Obat,
5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan
pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam
konseling dengan menggunakan Formulir 7 sebagaimana terlampir.
Jadi di Apotik Dimas sudah sangat jarang sekali untuk melakukan
konseling karena pasien yang datang ke Apotik Dimas ini langsung membawa
contoh struk/bks obat yang ingin dibeli tanpa dikonseling terlebih dahulu
terkadang juga pasien yang sudah mengetahui tentang obat yang digunakan
sebelumnya dan yang memberikan konseling juga seperti Apoteker karena
Apoteker sulit ada ditempat disebabkan tugas nya yang sangat padat dan kondisi
nya yang sangat jauh untuk ke Apotik, maka pasien yang datang tidak pernah
melakukan konseling terlebih dahulu selain Apoteker jika tidak ada.Dan juga
tempat untuk Konseling yang tidak memadai.

5) Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)


Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker,
meliputi :
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya
cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah dengan
menggunakan Formulir 8 sebagaimana terlampir.
Jadi Apotik Dimas Tidak Pernah untk mengadakan kegiatan Home Care
dikarenakan Apoteker yang sulit untuk berada ditempat karena kegiatan yang
ditugasi udah cukup padat waktu nya dan tempat nya yang tidak spesifik untuk
dijangkau dengan mudah. Dan kurang nya Tenaga Medis yang ada didaerah
Tersebut terutama bagian kefarmasian.

6) Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan


terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.

Kegiatan:
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang terdiri
dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan Obat dan riwayat alergi; melalui
wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain
3. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait Obat antara lain
adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian Obat tanpa indikasi,
pemilihan Obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,
terjadinya reaksi Obat yang tidak diinginkan atau terjadinya interaksi Obat
4. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan
apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi
5. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana
pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan
efek yang tidak dikehendaki
6. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
7. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat dengan
menggunakan Formulir 9 sebagaimana terlampir.
Jadi di Apotik Dimas tidak melakukan Pemantauan Terapi Obat karena
Sulit nya untuk penjangkauan Apoteker untuk berada ditempat karea tugas nya
yang sangat aktif diberbagai daerah sehingga sulit untuk menemui pasien dan
menanyakan langsung penggunaan terapi obat tersebut.

7) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan


atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis.
Kegiatan:
1. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping Obat.
2. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional dengan
menggunakan Formulir 10 sebagaimana terlampir.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
Jadi di Apotik Dimas tidak melakukan Monitoring Efek Samping obat
dikarenakan masih terbatas nya waktu buat Apoteker untuk stand by ditempat
apotik untuk melakukan monitoring terhadap pasien hanya saja setiapoteker
berada ditepat barulah pasien dimonitor langsung oleh Apoteker.

3.2 PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESI


3.2.1 DEFINISI APOTEKER
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (PERMENKES, 2016). Apoteker
pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi surat izin apotek
(SIA).
Apoteker pengelola apotek harus memenuhi persyaratan yang sudah
ditentukan:
 Persyaratan administrasi:
1) Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi.
2) Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). 11
3) Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku.
4) Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
5) Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
6) Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
7) Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan
diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan
atau mandiri.
8) Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang-undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar
pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang
berlaku.(PERMENKES, 2016).

3.2.2 KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB APOTEKER


1) Apoteker mempunyai Standar Kompetensi Profesi yaitu (Pengurus Pusat
IAI, 2016):
2) Praktik kefarmasian secara professional dan etik
3) Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
4) Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
5) Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
6) Formulasi dan produksi sediaan farmasi
7) Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat 12
8) Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
9) Komunikasi efektif
10) Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
11) Peningkatan kompetensi diri PERMENKES No. 9 pasal 19 (2017)
menuliskan setiap Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar
pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
kepentingan pasien.

3.2.3 TUJUAN PENDIRIAN APOTEK DIMAS


Tujuan didirikan apotek Dimas adalah sebagai tempat pengabdian profesi
apoteker yang berperan sebagai apoteker pengelola apotek di apotek Dimas dan
juga pengabdian profesi tenaga teknis kefarmasian (ttk) sebagai tempat pelayanan
untuk melayani kebutuhan obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi lainnya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan berorientasi kepada kepentingan dan
kepuasan pasien sebagai implementasi kompetensi profesi farmasi seperti
apoteker dan TTK di apotek Dimas. Selain itu juga dapat memberikan dan
menyediakan informasi, edukasi dan konsultasi kesehatan kepada masyarakat
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,
khususnya obat dan cara pengobatan yang tepat.

3.2.4 PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Kegiatan PKL di Apotek Dimas dilaksanakan selama 21 hari, dimulai dari
tanggal 19 april hingga 09 mei dengan jumlah jam kerja tiap harinya tergantung
dari instansi/lembaga masing-masing.. Peserta PKL yang ada didaerah
jambikarena peserta terdiri hanya satu orang maka dapat melaksanakan praktek
dengan bergantian waktu mulai dari shift pagi atau shift malam tergantung dari
instansi/lembaga masing-masing. pelaksanaaan PKL jika dilaksanakan pada pagi
hari dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00 kemudian apabila dilaksanakan
pada malam hari dimulai dari pukul 19.00 hingga 21.30.
Kegiatan yang dilakukan selama peserta mengikuti praktek meliputi
berbagai pembelajaran mengenai pengelolaan apotek yang meliputi pengelolaan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan lainnya. Peserta dituntut untuk menguasai manajerial farmasi seperti
pemesanan obat, penyimpanan obat, stock opname, pencatatan barang, peresepan,
maupun pelaporan. Manajerial farmasi diperlukan untuk menjamin bahwa setiap
produk obat yang masuk maupun keluar tercatat dengan rapi sehingga dapat
dipastikan bahwa harga produk yang dibebankan kepada asien tidak lebih rendah
daripada harga pembelian dari Pedagang Besar Farmasi (PBF).

3.2.5 STRATEGI PENGEMBANGAN APOTEK DIMAS


Dalam mengembangkan strategi pengembangan apotek Dimas, pelayanan
dari petugas yang cepat dan ramah adalah strategi yang paling utama dalam
pengembangan apotek Dimas. Di ruang tunggu di sediakan televisi sebagai
hiburan, diberikan kipas angin agar udara lebih sejuk dan untuk menjaga suhu
ruangan agar tetap stabil untuk menyimpan obat, menjual minuman dingin, serta
selalu menjaga kebersihan apotek.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Apotek Dimas Merupakan suatu strategi memberi peluang kepada kami
mengalami proses belajar, dan mencari wawasan melalui bekerja langsung
pada pekerjaan sesungguhnya. Dengan adanya praktek kerja lapangan di
Apotek Dimas, dapat merasakan bagaimana pelaksanaan praktek langsung
di lingkungan dunia kerja yang langsung dibimbing oleh pembimbing
kami di Apotek Dimas. Bahkan kami dapat mengukur sejauh mana
penguasaan ilmu yang didapat.
3   Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di Apotek Dimas
terdiri dari perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, dan pencatatan dan pelaporan.
 Pelayanan yang diberikan di Apotek Dimas meliputi pelayanan resep obat
bebas dan obat bebas terbatas, pelayanan Upaya Pengobatan Diri Sendiri
(UPDS).

4.2 Saran
Pada kesempatan ini,ijinkanlah penulis untuk memberikan beberapa saran
kepada pihak kampus yang sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan guna kemajuan dimasa mendatang. Saran-saran itu adalah:
 Kampus ini khusus nya prodi S1 Farmasi hendaknya lebih menyiapkan
lagi kemampuan mahasiswa sebelum praktek di dunia kerja.
 Adanya kerjasama yang baik antara kampus dengan dunia kerja sehingga
terjadi sinkronisasi materi yang diajarkan di kampus dan proses
pembimbingan di tempat praktek.
 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini akan lebih terarah apabila
disusun suatu jadwal yang harus dikerjakan Mahasiswa Farmasi selama
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
 Pihak kampus agar dapat memantau kegiatan Mahasiswa yang sedang
melaksanakan PKL secara intensif yang dapat dijangkau sehingga segala
kesulitan yang timbul dapat dipecahkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

ISO Indonesia Volume 45, tahun 2010-2011.


Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Peraturan Pemerintah Kesehatan No. 9 Tentang Apotek
Peraturan Pemerintah Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
PP RI No. 51 tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai