PENDAHULUAN
Untuk itu, apotek sebagai sarana yang bergerak di bidang jasa pelayanan
harus mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu, tidak
hanya memfokuskan diri terhadap pengelolaan obat sebagai komoditas (product
oriented), namun juga harus mengedepankan pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (patient oriented).
Mahasiswa yang telah lulus dari program studi farmasi fakultas ilmu
kesehatan dengan gelar sarjana Farmasi (S1 Farmasi) diharapkan mampu untuk
memenuhi pelayanan kesehatan secara umum dan pemberian konsultasi, informasi
dan edukasi (KIE) kepada masyarakat dengan optimal, khususnya di pelayanan
bidang farmasi.
a) Manfaat Bagi Apotek
1) Apotek dapat mengenal kualitas peserta PKL yang belajar dan bekerja di
tempat PKL.
2) Umumnya peserta PKL telah ikut dalam proses pelayanan secara aktif
sehingga pada pengertian tertentu peserta PKL adalah tenaga kerja yang
memberi keuntungan
3) Apotek dapat memberi tugas kepada peserta PKL untuk kepentingan
pelayanan sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
4) Selama proses pendidikan melalui kerja lapangan, peserta PKL lebih
mudah diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan terhadap peraturan
Apotek. Karena itu, sikap peserta PKL dapat dibentuk sesuai dengan ciri
khas kerja di Apotek.
5) Memberi kepuasan bagi Apotek karena diakui ikut serta menentukan
masa depan anak bangsa melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Menurut Permenkes Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek Pada Bab I Pasal 1
Bahwa Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker.
Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian.
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis Farmasi.
Surat Tanda Registrasi Apoteker yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian kepada
apoteker yang telah diregistrasi.
Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker
sebagai izin untuk menyelenggarakan Apotek.
Surat Izin Praktik Apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
Apoteker sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik
kefarmasian.
Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya disingkat
SIPTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota kepada tenaga teknis kefarmasian sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik
untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan bagi pasien.
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
Organisasi Profesi adalah Ikatan Apoteker Indonesia.
Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya
disebut Kepala Balai POM adalah kepala unit pelaksana teknis di
lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang selanjutnya disebut
Kepala Badan, adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang pengawasan obat dan makanan.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.
Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan
yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kefarmasian dan alat
kesehatan.
Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
B. TUJUAN APOTEK
Pada Pasal 2 Pengaturan Apotek bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek;
2) Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kefarmasian di Apotek;dan
3) Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan kefarmasian di Apotek.
1. Lokasi;
Pasal 5
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kefarmasian.
2. Bangunan;
Pasal 6
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anakanak, dan orang lanjut usia.
Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan,
apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan
yang sejenis.
4. Ketenagaan;
Pasal 11
Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu
oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi.
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
D. PERIZINAN APOTEK
Pasal 12
Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Pasal 13.
Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
menggunakan Formulir 1.
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen
administratif meliputi: fotokopi STRA dengan menunjukan STRA
asli;
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
fotokopi peta lokasi dan denah bangunan;dan
daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima
permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa
untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek
dengan menggunakan Formulir 2.
Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas:
tenaga kefarmasian; dan • tenaga lainnya yang menangani bidang
sarana dan prasarana.
Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan
setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir
3.
Pasal 14
Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6), maka penerbitannya bersama
dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.
Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA. Perubahan Izin
Pasal 15
Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat
dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama
Apotek harus dilakukan perubahan izin.
Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau
perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang
SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan perubahan
izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Terhadap Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang
sama atau perubahan nama Apotek sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak perlu dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa.
Tata cara permohonan perubahan izin bagi Apotek yang melakukan
perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan Apoteker
pemegang SIA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
E. FUNGSI APOTEK
Apotek menyelenggarakan fungsi:
1) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
2) Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.
Administrasi Pelayanan meliputi: pengarsipan resep, pengarsipan
catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
3. Susaantri
Pasal 24
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat:
Mengangkat seorang Apoteker pendamping yang
memiliki SIPA;
Mengganti obat merek dagang dengan obat generik
yang sama komponen aktifnya atau obat merek
dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien; dan
Menyerahkan obat keras, narkotika dan
psikotropika kepada masyarakat atas resep dari
dokter sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 25
Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari
pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan. Dalam hal Apoteker yang
mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik modal maka pekerjaan
kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang
bersangkutan. Ketentuan mengenai kepemilikan Apotek sebagaimana
dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
B. Asisten Apoteker
Asisten Apoteker bertanggung jawab kepada APA sesuai dengan tugas yang
diselesaikannya, tidak boleh adanya kesalahan, kekeliruan, kekurangan,
kehilangan, dan kerusakan. Asisten apoteker memiliki wewenang untuk
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari APA
atau PSA dan semua peraturan perudang-undangan yang berlaku. Asisten
apoteker memiliki tugas dan kewajiban yaitu:
1) Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya sebagai asisten apoteker
seperti:
2) Pelayanan obat bebas dan resep dari pasien.
3) Memelihara buku harga, mengerjakan pembuatan sediaan obat.
4) Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat-obatan.
5) Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal yang dibundel dan
disimpan.
6) Memelihara kebersihan ruang peracikan dan lemari obat.
7) Menyusun obat-obat dan mencatat obat dengan adanya kartu dengan rapi.
8) Memelihara kebersihan gudang, rak obat serta penyusunan obat plus kartu
stok yang rapi serta mengontrolnya.
Dalam hal darurat dapat menggantikan tugas APA apabila berhalangan hadir,
yaitu dalam hal penerimaan resep dan pemberian obat, memberikan layanan
informasi, konseling, edukasi, dan monitoring obat serta mengontrol dan
mengawasi kinerja bawahannya.
b) Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Jadi di Apotik Dimas melakukan pengadaan dengan cara memperoleh
obat dan perbekalan farmasi dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan juga Apotek
lainnya. Obat yang dipesan harus memenuhi ketentuan daftarObat Wajib Apotek.
Surat pesanan obat dan perbekalan kesehatan harus ditandatangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama, dan nomor Surat Izin Kerja Bila
berhalangan hadir maka diwakili oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker
Pengganti. Akan tetapi, karna Apoteker yang ada di Apoti Dimas sering
berhalangan untuk hadir di tempat maka surat pesanan obat dipegang langsung
oleh Pemilik Sarana Apotek dan di cek kembali oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
yang ada di Apoti Dimas tersebut.
c) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Jadi di Apotik Dimas melakukan penerimaan obat dengan menggunakan
faktur obat Yang di cek kembali oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang ada di
Apotik Dimas tersebut.
d) Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO
(First In First Out
Jadi di Apotik Dimas memiliki penyimpanan yang telah sesuai dengan
peraturan menurut golongan dan khasiat/kegunaan tetapi disana tidak tersedia
tempat peyimpanan obat-obatan keras karena Apotik Dimas ini tidak
menyediakan obat-obatan berbahaya seperti Narkotika dan Psikotropika serta
tidak memliki lemari khusus untuk pemakaian seperti disuhu tertentu yaitu
injeksi, suppositoria.
f) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
Jadi di Apotik Dimas telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
pengendalian yang telah diuraikan.
2) Dispensing
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang
berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.
4) Konseling
Kegiatan:
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang terdiri
dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan Obat dan riwayat alergi; melalui
wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain
3. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait Obat antara lain
adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian Obat tanpa indikasi,
pemilihan Obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,
terjadinya reaksi Obat yang tidak diinginkan atau terjadinya interaksi Obat
4. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan
apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi
5. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana
pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan
efek yang tidak dikehendaki
6. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
7. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat dengan
menggunakan Formulir 9 sebagaimana terlampir.
Jadi di Apotik Dimas tidak melakukan Pemantauan Terapi Obat karena
Sulit nya untuk penjangkauan Apoteker untuk berada ditempat karea tugas nya
yang sangat aktif diberbagai daerah sehingga sulit untuk menemui pasien dan
menanyakan langsung penggunaan terapi obat tersebut.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Apotek Dimas Merupakan suatu strategi memberi peluang kepada kami
mengalami proses belajar, dan mencari wawasan melalui bekerja langsung
pada pekerjaan sesungguhnya. Dengan adanya praktek kerja lapangan di
Apotek Dimas, dapat merasakan bagaimana pelaksanaan praktek langsung
di lingkungan dunia kerja yang langsung dibimbing oleh pembimbing
kami di Apotek Dimas. Bahkan kami dapat mengukur sejauh mana
penguasaan ilmu yang didapat.
3 Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di Apotek Dimas
terdiri dari perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, dan pencatatan dan pelaporan.
Pelayanan yang diberikan di Apotek Dimas meliputi pelayanan resep obat
bebas dan obat bebas terbatas, pelayanan Upaya Pengobatan Diri Sendiri
(UPDS).
4.2 Saran
Pada kesempatan ini,ijinkanlah penulis untuk memberikan beberapa saran
kepada pihak kampus yang sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan guna kemajuan dimasa mendatang. Saran-saran itu adalah:
Kampus ini khusus nya prodi S1 Farmasi hendaknya lebih menyiapkan
lagi kemampuan mahasiswa sebelum praktek di dunia kerja.
Adanya kerjasama yang baik antara kampus dengan dunia kerja sehingga
terjadi sinkronisasi materi yang diajarkan di kampus dan proses
pembimbingan di tempat praktek.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini akan lebih terarah apabila
disusun suatu jadwal yang harus dikerjakan Mahasiswa Farmasi selama
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Pihak kampus agar dapat memantau kegiatan Mahasiswa yang sedang
melaksanakan PKL secara intensif yang dapat dijangkau sehingga segala
kesulitan yang timbul dapat dipecahkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA