Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI APOTEK SIPIN

Oleh :
1. Ribka Pangaribuan (2048201098)
2. Reren Alfiaturahma Putri (2048201100)

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2023/2024
LEMBARAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


INI TELAH DISETUJUI OLEH
PEMBIMBING INSTITUSI DAN PEMBIMBING LAPANGAN
MAHASISWA SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

JAMBI, 21 Agustus 2023

PEMBIMBING INSTITUSI

(apt. Aisah Dinda Mitra, M.Farm)

PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBING LAPANGAN

(apt.Diana Catur, S.Farm ) (…………………………..)

PEMBIMBING LAPANGAN PEMBIMBING LAPANGAN

(…………………………..) (…………………………..)
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Sipin
Penyusunan laporan ini sebagai bentuk pertanggungjawaban selama Praktik
Kerja Lapangan (PKL) pada tanggal 07 Agustus – 12 Agustus 2022. Praktik
lapangan diselenggarakan dalam rangka memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman dalam pengolahan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik.
Alhamdulillah Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat terlaksana
dengan baik dan lancar tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penyusun ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu apt.Rasmala Dewi, M. Farm selaku Ketua Progam Studi S1 Farmasi
STIKES Harapan Ibu Jambi.
2. Ibu apt.Aisah Dinda Mitra, M.Farm , selaku Pembimbing Institusi di Aptek
Sipin
3. Pemilik Sarana Apotek Sipin
4. Apoteker Apotek sipin
5. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL ini.
Kami ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya
jika ada kesalahan atau kekurangan yang telah dilakukan tanpa kami sadari
selama pelaksanaan PKL di Apotek Sipin. Kami berharap semoga pengetahuan
dan pengalaman yang telah kami dapatkan selama melaksanakan PKL dapat
bermanfaat dan sebagai bekal dalam menjalankan pekerjaan sebagai tenaga
kefarmasian yang berasaskan Pharmaceutical care.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan
banyak kesalahan. Oleh karena itu segala saran dan kritik demi kesempurnaan
sangat kami harapkan. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembacanya
dan semua pihak yang membutuhkan dalam peningkatan wawasan keterampilan
dalam pelayanan kefarmasian di Apotek.

Jambi, 21 Agustus 2023

Penyusun
Daftar isi

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………..

BAB I. PENDAHUUAN …………………………………………………………………………………………..…

1. Latar Belakang PKL ………………………………………………………………………………………


2. Tujuan Dan Manfaat PKL……………………………………………………………………………...
3. Waktu pelaksanaan PKL ……………………………………………………………………………..
BAB II . TINJAUAN ………………………………………………………………………………………………
2.1 Definisi Apotik ………………………………………………………………………………………………..
2.2 Fungsi Apotik ………………………………………………………………………………………………..
2.3 Pekerjaan Kefarmasian ………………………………………………………………………………..
2.4 Standar Pelayanan di Apotik ………………………………………………………………………..
BAB III. PEMBAHASAN …………………………………………………………………..…………………….
BAB IV. PENUTUP …………………..…………………………………………………………………………..
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………..
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL


Tenaga Kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
kesehatan nasional dibidang kesehatan untuk mencapai kesehatan yang
optimal. Dalam bahasan ini, pendidikan tenaga kesehatan adalah suatu
tindakan untuk melatih tenaga kesehatan agar tercapainya bermutu tinggi
yang dapat menyekesaikan tugas-tugas mencapai perubahan dan
pertumbuhan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat
akan pelayanan kesehatan.
Prodi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi menyelenggarakan
pendidikan untuk melatih tenaga pelayanan kesehatan khususnya di
Rumah Sakit, Puskesmas, PBF dan Apotek, sehingga lulusan S1 Farmasi
menjadi terampil, mampu mengembangkan diri menjadi tenaga
kesehatan yang pribadi dan profesional berdasarkan nilai-nilai yang
mendukung usaha. Proses pendidikan untuk mencapai gelar sarjana
farmasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran yang diharapkan
berdampak terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas yang dicapai.
Salah satu pekerjaan yang dapat dikakukan adalah membekali
mahasiswa dengan pengalaman kerja melalui pelatihan kerja yang
disebut Praktek Kerja Lapang (PKL).
Pelatihan intensif yang diberikan laboratorium STIKES Harapan
Ibu Jambi hanya terbatas pada keterampilan dasar kaboratorium farmasi
yaitu keterampilan meracik obat, identifikasi bahan obat dan jumlah akat
kesehatan yang terbatas. Keterampilan lain, seperti pengendalian obat,
konsultasikan obat, penerapan sikap baik sebagai tenaga kesehatan,
komunikasi dengan tenaga kesehatan hal ini memerlukan pendekatan
lapangan yang intensif. Untuk mengatasi masalah yang terjadi di
lapangan, yang hanya diberikan secara teoritik di kampus, maka perlu
untuk dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Praktek Kerja Lapang (PKL) merupakan sarana pengenalan untuk
memberikan kesempatan kerja yang baik untuk mahasiswa. Dengan mengikuti
praktik kerja lapangan, peserta dapat melihat, memahami, menerima dan menyerap
teknologi kesehatan di masyarakat. Dengan kata lain, praktek kerja lapangan
merupakan masa pengenalan bagi mahasiswa sebelum terjun langsung ke
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilaksanakan Praktek Kerja
Lapangan di sarana fasilitas dan pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit,
Puskesmas, PBF dan Apotek.

1.2 Tujuan dan Manfaat PKL


1. Meningkatkan, memperluas dan memperkuat keterampilan dan kemampuan
mahasiswa dalam bentuk praktik kefarmasian dan etika.
2. Menumbuhkan sikap mampu berkomunikasi, memberikan informasi dan
edukasi tentang sedian farmasi dan alat kesehatan.
3. Sesuai dengan peraturan terkait, meningkatkan, memperluas, dan memperkuat
pengetahuan pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai, dan alat
kesehatan.
4. Memberikan kesempatan untuk melatih keterampilan organisasi dalam praktik
profesional
5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk secara komprehensif
memperoleh pengalaman kerja nyata dan langsung dalam pengembangan
berbagai bidang kegiatan pelayanan kefarmasian.
6. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengoptimalkan
penggunaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan.

1.3 Waktu Pelaksanaan PKL


Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi jambi, Puskemas Rawasari, PBF Rajawali Nusindo , Apotek K-24 Simpang
Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa
Medika. PKL dilaksanakan mulai tanggal 07 agustus- 19 Agustus 2022.
BAB II. TINJAUAN

2.1. Definisi Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek definisi apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Standar
Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (Permenkes,
2016).

2.2. Fungsi Apotek


Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 menyebutkan tugas dan fungsi
apotek adalah:

 Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan


sumpah jabatan.
 Sebagai sarana farmasi tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian.
 Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara
lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
 Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada
tenaga kesehatan lain dan masyarakat, termasuk pengamatan dan pelaporan
mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat.
 Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (DEPKES RI, 2009).

2.3. Pekerjaan Kefarmasian

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian mendefinisikan pekerjaan kefarmsian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien
atau masyarakat yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar
dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian).

2.4. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 Tentang Standar Kefarmasian di Apotek.
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit,
pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan

1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
e. Pemusnahan dan penarikan

1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurangkurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
g. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,


Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan
terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi
keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya. Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan
diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.

2. Pelayanan farmasi klinik


1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai obat termasuk obat Resep, Obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan
lain-lain.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali
konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health
Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.

Administrasi
Dokumentasi
BAB III. PEMBAHASAN

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik


kefarmasian oleh Apoteker. Dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, Apoteker dibantu
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
meliputi :
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi :
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan.
2. Pelayanan klinik meliputi : pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat,
konseling, pelayan kefarmasian di rumah (home pharmacy care), pemantauan terapi
obat dan monitoring efek samping obat.

Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di
Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa,
Apotek dan Klinik Syifa Medika berdasarkan metode konsumsi, metode epidemiologi
dan metode campuran yaitu gabungan dari metode konsumsi dan metode
epidemiologi. Setelah dilakukan pertimbangan berdasarkan metode perencanaan,
daftar obat dimasukkan kedalam buku defecta sebagai Rencana Kebutuhan Obat
(RKO) . Perencanaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Apotek K-24 Simpang Rimbo,
Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika
sudah sesuai dengan permenkes 73 tahun 2016 Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di
Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa,
Apotek dan Klinik Syifa Medika harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian. Sebelum
dilakukan pengadaan, daftar obat di dalam buku defecta dimasukkan ke data
komputer atau aplikasi . Surat pemesanan obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat
keras dapat dibuat dalam satu surat pemesanan. Sedangkan surat pesanan Narkotika,
Psikotropika, Obat-obat tertentu dan Prekursor dibuat terpisah/ surat pemesanan
khusus. Surat pemesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk satu jenis narkotika.
PBF yang menyalurkan narkotika wajib memiliki izin khusus dari Menteri sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, pemesanan dapat dilakukan ke PT. Kimia
Farma Trade and Distribution yang merupakan satu-satunya PBF narkotika yang legal
di Indonesia. Surat pemesanan ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab
Apotek (APA), lalu dikirimkan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau sales.
Berdasarkan Permenkes No 73 Tahun 2016 alur pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek
Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika telah
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa,
Apotek dan Klinik Syifa Medika dilakukan oleh Apoteker dan dilakukan pengecekan
yang meliputi : nama obat, zat aktif, kekuatan sediaan, jumlah sediaan, harga.
kegiatan ini bertujuan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima. Selanjutnya surat pesanan ditandatangani dan diberi cap stempel
apotek. Berdasarkan Permenkes No 73 Tahun 2016 alur penerimaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek
Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika telah
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa,
Apotek dan Klinik Syifa Medika dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat serta tersusun secara alfabetis. Semua obat disimpan pada
kondisi yang sesuai sehingga menjamin keamanan dan stabilitasnya. Pengeluaran obat
memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out).
Penyimpanan Prekursor dan Obat-Obat Tertentu disimpan pada lemari khusus.
Penyimpanan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus terbuat dari kayu
atau bahan lain yang kuat, mempunyai dua lapis pintu dan berkunci ganda yang
dipegang oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek atau hanya petugas yang ditunjuk.
Penyimpanan obat LASA (Look Alike Sound Alike) diletakkan tidak berdekatan satu
sama lain dengan diselingi obat lain dan diberi label LASA. Berdasarkan Permenkes
No 73 Tahun 2016 alur penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai di Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin,
Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika telah sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa,
Apotek dan Klinik Syifa Medika karena obat kadaluwarsa atau rusak. Pemusnahan
obat harus sesuai jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika
dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian
lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5
(lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau
cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep,
selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan
Permenkes No 73 Tahun 2016 alur pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai di Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma
Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika telah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan
oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin
edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk
yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. Berdasarkan Permenkes No 73 Tahun 2016
alur penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Apotek
K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek
dan Klinik Syifa Medika telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok dengan cara manual dan elektronik.
Kartu stok memuat nama obat, nama PBF, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran,
sisa persediaan, nomor batch dan expired date (ED). Pengendalian juga dapat
dilakukan dengan return dengan menghubungi pihak PBF atau sales yang
bersangkutan. Obat yang direturn 3-6 bulan sebelum kadaluwarsa atau tergantung
kebijakan PBF yang bersangkutan. Berdasarkan Permenkes No 73 Tahun 2016 alur
pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Apotek
K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek
dan Klinik Syifa Medika telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pencatatan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
dilakukan meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu
stok),pencatatan resep obat narkotik, dan penyerahan (nota atau struk penjualan).
Pelaporan terdiri dari :

1. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan


manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang
2. Pelaporan eksternal yang meliputi pelaporan narkotika dan psikotropika melalui
SIPNAP (Sistem Informasi Penggunaan Narkotika dan Psikotropika)

Kegiatan pengkajian resep di meliputi kajian administrasi, kajian farmasetik


dan pertimbangan klinis. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian
maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan resep dimulai
dari pasien datang membawa resep yang kemudian diterima oleh Apoteker atau
asisten apoteker, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi. Berdasarkan Permenkes No 73 Tahun 2016
alur pengkajian resep di Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma
Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika telah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Kegiatan dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi obat. Obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek dapat diberikan
kepada pasien tanpa resep dokter yang disertai dengan pemberian informasi obat
kepada pasien. Sedangkan obat keras selain OWA, prekursor, OOT, psikotropika dan
narkotika hanya dapat diberikan kepada pasien dengan resep dokter. Berdasarkan
Permenkes No 73 Tahun 2016 kegiatan dispensing di Apotek K-24 Simpang Rimbo,
Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika
telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pelayanan Informasi Obat di Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia
Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika dilakukan pada
setiap pasien yang membeli obat, alat kesehatan dan bahas medis habis pakai yang
akan digunakan oleh pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat di apotek dilakukan
oleh Apoteker atau tenaga kefarmasian yang lain. Informasi meliputi : nama obat,
indikasi, kekuatan sediaan, rute dan metoda pemberian, ketersediaan, dan harga.
Berdasarkan Permenkes No 73 Tahun 2016 pelayanan informasi obat di Apotek K-24
Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan
Klinik Syifa Medika telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Konseling di Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia Farma Beringin,
Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika dilakukan oleh Apoteker.
Dimana kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Kriteria pasien/ keluarga pasien
yang perlu diberi konseling yaitu Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan
fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui), Pasien dengan terapi jangka
panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi), Pasien yang
menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan
tappering down/off), Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin), Pasien dengan polifarmasi yaitu pasien yang menerima
beberapa Obat untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan
dengan satu jenis Obat, dan Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah. Berdasarkan
Permenkes No 73 Tahun 2016 konseling di Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek
Kimia Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika telah
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pelayan kefarmasian di rumah (home pharmacy care), pemantauan terapi obat
dan monitoring efek samping obat di Apotek K-24 Simpang Rimbo, Apotek Kimia
Farma Beringin, Apotek Pelita Jiwa, Apotek dan Klinik Syifa Medika belum
terlaksana.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) di Apotek Sipin dapat


simpulkan bahwa:

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek Sipin sebagian besar telah memenuhi syarat
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

4.2 Saran

Dari pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) di Apotek Sipin dapat


disarankan bahwa perlu meningkatkan sarana, prasarana, maupun sumber daya
manusia dalam peningkatan pekerjaan kefarmasian. Diharapkan agar pada sarana
Apotek kedepannya dapat melakukan pelayanan farmasi klinis seperti konseling
dengan ruang khusus, Home Pharmacy Care, Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan
Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Menkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek

LAMPIRAN – LAMPIRAN (foto kegiatan)


Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai