Laporan Praktik Kerja Lapangan ( PKL) ini, Telah dilaksanakan dari tanggal Dan
sebagai Persyaratan Ujian Praktik Kejuruan (UPK)
Kepala Sekolah
SMK Amanah Husada Pemalang
Uripno, SE, M. SI
KATA PENGANTAR
Pemalang, 2022
1.3 Manfaat.
1. Kami dapat memahami tugas serta tanggung jawab dan melaksanakan
tugas.
2. Kami dapat melihat secara langsung kegiatan yang dilaksanakan di
Apotek.
3. Kami mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat digunakan sebagai
bekal untuk menghadapi dunia nyata.
BAB II
TUJUAN UMUM
Fungsi Apotek
Menurut Permenkes RI No. 9 Tahun 2017, tentang penyelenggaraan
menyatakan fungsi Apotek adalah :
1. Melakukan pengelolaan sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habispakai.
2. Melakukan Pelayanan Farmasi Klinik termasuk komunitas.
( http: //eprints.umg.ac.id )
2.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
A. Perencanaan
Perencanaan pembekalan Farmasi merupakan kegiatan pemilihan jenis,
jumlah harga pembekalan Farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran, yang bertujuan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metodeyang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
perencanaan pengadaan ini ada tiga metode yang sering dipakai yaitu:
1) Metode Epidemiologi.
Metode ini berdasarkan pola penyebaran penyakit dan pola
pengobatan penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar.
2) Metode Konsumsi.
Metode ini berdasarkan data pengeluaran barang periode lalu
selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam bentuk Fast Moving
( cepat beredar) maupun slowmoving.
1) Pengadaan rutin.
Pengadaan rutin merupakan cara pengadaan pembekalan farmasi
yangpalingutama. Pembelian rutin adalah pembelian barang kepada
para distributor pembekalanfarmasi untuk obat-obatan yang kosong
berdasarkan data dari buku defekta. Pemesanan dilakukan dengan cara
membuat surat pesanan (SP) dan dikirimkan kepada masing-masing
distributor atau PBF yang sesuai dengan jenis barang yang dipesan.
PBF akan mengirimkan barang-barang yang dipesan ke Apotek beserta
fakturnya sebagai bukti pembelian barang.
3) Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu kerja sama antara Apotek dengan
suatu perusahaan atau distributor yang menitipkan produknya untuk
dijual di Apotek misalnya alat kesehatan, obat-obatan baru, suplemen
kesehatan atau sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang baru
beredar di pasaran. Setiap dua bulan sekali perusahaan yang
menitipkan produknya atau memeriksa produk yang dititipkan di
Apotek, hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah produk
yang terjual padasetiap dua bulannya. Pembayaran yang dilakukan
oleh pihak Apotek sesuai denganjumlah barang yang laku. Jika barang
konsinyasi tidak laku dapat di rektur atau dikembalikan kepada
distributor perusahaan yang menitipkan.
Apotek melakukan kegiatan pengadaan atau pembelian hanya dari
Distributor atau PBF resmi. Pemilihan pemasok didasarkan pada
beberapa Kriteria antara lain; legalitasi PBF, kecepatan dalam
mengirim barang pesanan, jangka waktu pembayaran, harga yang
komperatif, dan untuk obat-obatan golongan narkotika hanya dapat
dipesanke PBF di tunjukkan oleh pemerintah yaitu PBF Kimia
Farmasi. Dokumen yang diperlukan dalam kegiatan pengadaan di
Apotek adalah:
a. Surat pesanan obat bebas, bebas terbatas, dan keras
b. Surat pesanan prekursor
c. Surat pesanan psikotropika
d. Surat pesanan narkotika
( Buku pelayanan farmasi volume 2)
C. Penerimaan
Penerimaan obat merupakan tanggung jawab Apoteker dan karyawan
yang bertujuan untuk menghindari kesalahan pemesanan, penerimaan obat
harus disesuaikan dengan surat pesanan (SP) dengan menyamakan segala
hal yang terdapat dalam obat yang telah dipesan. Tahap penerimaan
barang di Apotek :
4) Jika barang tidak sesuai dengan surat pesanan (SP) atau ada yang rusak
maka bagian pembelian akan melakukan retur barang tersebut ke PBF
yang bersangkutan untuk ditukar dengan barang yang sesuai. Barang
tersebut di retur karena :
Tidak cocok dengan yang dipesan
Kemasan Rusak
Mendekati expired date atau sudah masuk expired date
Dokumen yang diperlukan dalam kegiatan penerimaan di Apotek
adalah :
a. Faktur Pembelian
b. Buku penerimaan barang
c. Buku pembelian
( www.mipo.farmasi.com )
D. Penyimpanan
Tata cara dan pengelolaan penyimpanan obat secara tepat penting
untuk dilakukan karena obat merupakan salah satu faktor terpenting dalam
pelayanan kesehatan. Penyimpanan obat-obatan harus di perhatikan
beberapa hal berikut :
Obat disimpan dalam wadah asli pabrik ( jika obat dipindahkan ke
wadah lain harus dicegah agar tidak terkontaminasi dan ditulis
informasi yang jelas) wadah obat juga harus membuat nomor batch
dan tanggal kadaluwarsa.
semua obat-obatan harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan Stabilitas nya.
Sistem penyimpanan dapat dilakukan dengan memperhatikan kelas
terapi obat, bentuk sediaan ( liquid, semisolid, dan solid), Stabilitas
obat ( dipengaruhi olehsuhu, cahaya, dan kelembapan), serta disusun
berdasarkan abjad.
Pengeluaran obat menggunakan sistem FEFO ( Frist Expire First Out)
dan FIFO( FristIn Frist Out). FEFO yaitu obat yang sudah mendekati
tanggal kadaluwarsa akan dikeluarkan terlebih dahulu, sedangkan
FIFO artinya barang yang datang lebih dulu akan dikeluarkan pertama.
Obat narkotika dan Psikotropika harus disimpan dilemari khusus dua
pintu dengan ukuran 40 × 80 × 100 cm dilengkapi kunci ganda.
Obat narkotika dan psikotropika harus disimpan di lemari khusus,
tidak mudah dipindahkan dengan ukuran 40 × 80 × 100 cm. Lemari
khusus ini di letakkan di tempat yang aman serta tidak terlihat umum
dan kunci lemari dikuasai oleh Apoteker penanggung / Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dipercayakan. Dokumen yang
diperlukan dalam kegiatan penyimpanan di Apotek adalah :
1) Kartu Stok
2) Buku kontrol ED Suhu penyimpanan obat dibedakan menjadi :
- Suhu beku ( kurang dari 20°C)
- Suhu dingin ( 2° - 8°C)
- Suhu sejuk ( 8° - 15°C)
- Suhu kamar ( 15° - 30°C) - Suhu hangat ( 30° - 40°C)
( https : // krakataumedika. com)
E. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan pendistribusian pembekalan farmasi di
Rumahsakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat inap danrawat jalan serta untuk pelayanan medis. Tujuan
pendistribusian adalah tersedianya pembekalan farmasi di unit-unit
pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis danjumlah.
( https : //krakataumedika.com )
1) Tablet Effervescent
Jenis obat yang satu ini harus dikonsumsi dengan cara
dilarutkan terlebih dahuludalam segelas air, kemudian air
tersebut diminum sampai habis. Biasanya, vitamin C adalah
jenis yang harus dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi, contohnya; Supradyn, Siron forte, dan Fluimucil.
2) Tablet Dispersible
Berbeda dengan sebelum nya, tablet yang satu ini dapat
diletakkan diatas lidah sebelum didorong masuk dengan air.
Biasanya tablet Dispersible juga bisa dikonsumsi dengan cara
dilarutkan dalam air, namun jumlahnya dibatasi. Contohnya
adalah Amoxsan 250 mg, Zinc Sulfate Monohydrate.
3) Tablet Sublingual
Cara konsumsi tablet Sublingual sedikit berbeda dan
mungkin tidak banyak orang sudah mencobanya. Tablet yang
satu ini dikonsumsi dengan cara diletakkan di bawah lidah
hingga larut. Contohnya yaitu Buprenophine, Lorazepam,
Asenapine, dan Zolfidemtartrate.
4) Tablet Bukal
Obat steroid atau obat hormon biasanya merupakan obat jenis
Bukal, cara konsumsi nya juga sedikit berbeda dari obat
lainnya, yaitu dengan diletakkan diantara gigi dangusi.
Contohnya yaitu Teokop'SR.
5) Tablet Kunyah
Biasanya saat membelikan vitamin untuk anak, akan
mendapatkan bebagai jenis tablet yang bisa dikunyah, agar zat
aktif di dalamnya dapat dilepaskan, tablet jenis ini memang
harus dikunyah dan tidak boleh ditelan langsung atau
khasiatnya tidak akandidapatkan. Contohnya adalah Redoxon
Kids Vitamin C, dan Youvit Gummy.
6) Tablet Hisab
Adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat, umumnyadenganbahan dasar beraroma dan manis, yang
dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan di mulut.
Contohnya yaitu Dequalium Chioride.
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.
Serbuk dibagi menjadi dua yaitu serbuk terbagi ( Pulveres) dan
serbuk tak terbagi ( Pulvis). Jenis-jenis Serbuk yaitu:
2) Serbuk Adspersorius ( Serbuk ringan) adalah serbuk ringan
bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar.
Umumnya di kemas dalam wadah yang bagianatasnya
berlubang yang berfungi untuk memudahkan penggunaan pada
kulit Contohnya Bedak.
3) Serbuk Dentifricius ( Serbuk gigi) biasanya menggunakan
Carmin sebagai pewarna yang dilarutkan terlebih dahulu salam
Cloroform atau Etanol 90 % , Contohnya yaitu Exopen
( https: //id.scibd.com)
3. Obat Keras
Menurut keputusan Menteri Kesehatan
RI yang menetapkan/memasukkan obat-
obatan kedalam daftar obat keras,
memeberikan peringatan obat keras
adalah Obat-obatan yang ditetapkan
sebagai berikut :
1) Semua obat yang pada bungkus luarnya olehsi pembuat disebutkan
bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata
untuk digunakan secara parental.
3) Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan
telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak
membahayakan kesehatan manusia.
Adapun penandaannya di atur berdasarkan keputusan Menteri
Kesehatan RI NO.02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat
keras daftar G ( Gevorrlijk) adalah" lingkaran bulat berwarna merah
dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh
garis tepi ", dan di penandanya harus dicantumkan kalimat " Harus
Dengan Resep Dokter ". Contohnya : Omestan, Bucafetin, Supertetra,
Tetracycline.
( https: //id.scibd.com)
4. Obat Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman maupun bukan dari
tanaman baik itu secara sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan dan perubahan kesehatan,
mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menyebabkan
ketergantungan. ( UU RI NO 22/1997.
Narkotika terdiri
dari tiga golongan yaitu : 1). Golongan I : Narkotika yang digunakan
hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuandan tidak dipergunakan
untuk terapiterapi, serta memiliki potensi ketergantungansangat tinggi,
Contohnya : Kokain, Ganja, dan Heroin 2). Golongan II : Narkotika
yang digunakan sebagai obat, penggunaan sebagai terapi atau dengan
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta memiliki potensi
ketergantungan sangat tinggi. Contohnya : Morfin, Petidin 3).
Golongan III : Narkotika yang digunakan sebagai obat dan
penggunaannya banyakdipergunakan untuk terapi, serta digunakan
untuk pengembangan ilmu pengetahuandan memiliki potensi
ketergantungan ringan. Contohnya : Codein ( https: //rs.unud.ac.id )