Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PUSKESMAS KEBUN HANDIL

Disusun Oleh :

1. ANGGI JULIETA SARI (18007)

2. DIO GILANG PERMANA (18027)

3. MAWAR MIRZA (18056)

4. PUTRI RAHMA ASTUTI (18066)

5. SALSI JUNIARTI PUTRI (18079)

6. YUNITA APRAYOGA (18096)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


PUSKESMAS KEBUN HANDIL

Dibuat untuk memenuhi ketentuan sebagai bagian dari praktik kerja lapangan

Di puskesmas kebun handil kota jambi

Pada Tanggal 12 Maret – 22 maret 2021

Disusun Oleh :
Kelompok Puskesmas Kebun Handil

Menyetujui:

Pembimbing Lahan PKL Pembimbing Institusi I

//
SIPA : NIP :
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Puskesmas Kebun Handil 2021 tepat pada waktunya.

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dimaksud untuk memenuhi


salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan jenjang Diploma III Farmasi
Poltekkes Kemenkes Jambi.

Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan Laporan


Praktek Kerja Lapangan ini banyak mengadapi kesulitan, namun berkat kemauan
dan kerja keras serta bimbingan, bantuan dan dukunngan dari berbagai pihak
maka laporan ini dapat terselesaikan.

Tersusunnya laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini tidak lepas dari
bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :

1. Bapak Supriyadi, S.Si.,M.Farm.,Apt selaku Kepala Jurusan Farmasi


Poltekkes Kemenkes jambi

2. Bapak Andy Brata selaku ketua pelaksana Praktek Kerja Lapangan

3. Bapak Defirson selaku pembimbing institusi Praktek Kerja Lapangan di


puskesmas kebun Handil

4. Bapak Hisran selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan


bimbingan serta arahan selama penulis menyusun Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL)

5. Ibu Maria Inge Jamin selaku Kepala Puskesmas kebun Handil


6. Ibu Juni selaku pembimbing lahan di Puskesmas Kebun Handil yang telah
memberikan kesempatan kepada panulis untuk melakukan Praktek Kerja
Lapangan (PKL)

7. Ibu Ulvi selaku Apoteker Puskesmas Kebun Handil

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jambi yang
telah membantu dan mengajarkan ilmu selama masa pendidikan

9. Terima kasih kepada keluarga, terutama orang tua yang selalu mendoakan
disetiap sholat dan memberikan dukungan baik moral maupun material.

10. Rekan-reka mahasiswa prodi farmasi poltekkes kemenkes jambi angkatan


2018 yang telah memberikan dukungan bagi keberhasilan penyusunan
laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) jauh


dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi penambahan kesempurnaan laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini.

Semoga laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat memberikan


manfaat bagi pembaca.

Jambi, April 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan sarana pengenalan lapangan


kerja bagi Mahasiswa. Dengan mengikuti Praktek Kerja Lapangan dapat melihat,
mengetahui, menerima dan menyerap teknologi kesehatan yang ada di masyarakat
dan merupakan masa orientasi bagi mahasiswa sebelum bekerja langsung di
masyarakat. Untuk itu Praktek Kerja Lapangan merupakan wadah yang tepat
untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh dari
proses belajar megajar (PBM) sehingga dapat mengembangkan diri sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

Praktek Kerja Lapangan dilakukan berdasarkan kurikulum program


pendidikan Diploma III farmasi. Adapun lahan praktek kerja lapangan yang
dilakasankan berdasarkan program Diploma III di antaranya Rumah sakit,
Puskesmas, dan Apotek. Salah satu tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) untuk
pengembangan diri yang akan dibahas adalah Puskesmas.

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah


unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI,
2016).

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak


terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian
di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial
berupa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia dan sarana dan prasarana (Depkes RI, 2016).
Upaya meningkatkan pelayanan kefarmasian di puskesmas dibutuhkan
tenaga kefarmasian yang terampil dan terlatih, maka diperlukan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan (PKL). Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Jambi
menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) untuk menghasilkan tenaga
pelayanan kesehatan khususnya dibidang farmasi agar Tenaga Kefarmasian
mampu meningkatkan, memperluaskan dan menetapkan keterampilan yang
didapatkan dari dunia kerja, sehingga memiliki bekal untuk menjadi calon tenaga
kefarmasian khususnya Tenaga Kefarmasian yang profesional.

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus sesuai


dengan Permenkes nomor 74 tahun 2016. Sebagai calon tenaga kesehatan perlu
mendapatkan gambaran apakah standar pelayanan kefarmasian sudah
dilaksanakan di puskesmas, oleh karena itu mahasiswa perlu melaksanakan PKL
yang bertujuan untuk mengetahui apakah pelayanan kefarmasian di puskesmas
telah sesuai dengan standar yang berlaku.

1.2 Kompetensi Mahasiswa

Mahasiswa yang melaksanakan PKL merupakan calon Ahli Madya


Farmasi yang telah menempuh seluruh mata kuliah teori dan praktek hingga
semester ke-V perkuliahan, berdasarkan kurikulum Jurusan Farmasi Poltekkes
kemenkes Jambi tahun 2016. Dengan demikian, mahasiswa telah memiliki dasar
kompetensi dalam bidang pengelolaan dan pelayanan farmasi :

1. Melaksanakan peracikan dan penyerahan obat sesuai dengan ketentuan


yang berlaku
2. Melaksanakan penatalaksanaan sediaan obat
3. Melaksanakan pelayanan informasi obat khususnya obat OTC
4. Melaksanakan pengelolaan di bidang pergudangan sediaan obat
5. Melaksanakan teknik pendistribusian dan pemasaran sediaan farmasi
6. Melaksanakan penyuluhan dan sumber informasi kesehatan di bidang
farmasi
7. Memahami dan melaksanakan undang-undang dan etika kefarmasian
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Penyelenggaraan praktek kerja lapangan bertujuan untuk :

1. Untuk membentuk sikap / mental sebagai tenaga kesehatan yang


profesional untuk menyelesaikan masalah – masalah pada bidang
kefarmasian yang ada dalam dunia kerja dengan bekal ilmu yang diperoleh
selama masa kuliah.

2. Untuk mengamati secara langsung bagaimana proses pelayanan


kefarmasian yang dilaksanakan di puskesmas apakah sesuai dengan
pedoman / teori

1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Manfaat yang dapat diperoleh dalam pelaksanaan PKL antara lain sebagai
berikut :

1. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan wawasan keilmuan secara


langsung dari dunia kerja yang sesungguhnya.
2. Mahasiswa mendapat kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu,
keterampilan dan keahliannya secara langsung pada dunia kerja.
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja secara nyata dalam bidang
farmasi.
4. Mahasiswa lebih dapat mempelajari dan memahami konsep – konsep non-
akademis dan non-teknis terkait perencanaan, pelaksanaan dan
pengelolaan kegiatan dalam bidang Pelayanan Farmasi.

1.4.2 Bagi Lahan PKL

Manfaat yang ditawarkan pada lahan PKL :

1. Terbantu dalam menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan dilahan PKL sesuai


yang disepakati.
2. Sarana untuk menjembatani Institusi pendidikan dengan lahan PKL
khususnya dalam mencari tenaga kerja yang memenuhi syarat.
1.5 Pelaksanaan Praktek kerja Lapangan (PKL)

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 01


Maret sampai dengan 01 April 2021. Adapun lahan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dan Apotek. Kemudian dikelompokkan
menjadi 3 gelombang, seperti tabel dibawah ini.

Tabel 1.5 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Tanggal Pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan (PKL)

Gelombang 1
01 Maret – 10 Maret 2021
Rumah Sakit, Puskesmas, dan Apotek
Gelombang II
12 Maret – 22 Maret 2021

Gelombang III
22 Maret – 01 April 2021
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah


fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya (Permenkes No
43 Th 2019).

Berdasarkan Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat, Puskesmas adalah unit pelaksana teknik Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan kesehatan di suatu
wilayah kerja (Permenkes No 74 tahun 2016).

Berdasarkan Permenkes nomoor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas, Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.

2.2 Sumber Daya Manusia


2.2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sumber daya manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi dan non
profesi serta tenaga pendukung atau penunjang kesehatan yang terlibat dan
bekerja mengabdikan dirinya dalam upaya kesehatan dan manajemen kesehatan
(Depkes RI, 2015).

Sumber daya manusia dipuskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan non
kesehatan. Jenis dan jumlahnya dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk
dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja pembagian
waktu kerja (Depkes RI, 2015).

Jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri atas :


a. Dokter atau dokter layanan primer
b. Dokter gigi
c. Perawat
d. Bidan
e. Tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku
f. Tenaga sanitasi lingkungan
g. Nutrisionis
h. Tenaga apoteker dan/atau tenaga teknik kefarmasian
i. Ahli teknologi laboratorium medic

Tenaga non kesehatan harus dapat membantu kegiatan ketatausahaan,


adminstrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di
puskesmas.

Tenaga kesehatan di puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar


profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

2.2.2 Sumber Daya Kefarmasian

Pekerjaan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung


jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (PP No 51
Th 2009).

Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam


menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi dan Analis Farmasi (Depkes RI, 2016).

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas minimal harus


dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenga Apoteker sebagai penanggung jawab
dibantu dengan tenaga teknis kefarmasian sesuai kebutuhan. Semua tenaga
kefarmasian di Puskesmas melaksanakan pelayanan kefarmasian berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SOP) yang dibuat secara tertulis, disusun oleh
kepala ruang farmasi, dan ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut
diletakkan ditempat yang mudah dilihat (Depkes RI, 2016).

2.3 Sarana dan Prasarana

Sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung
terkait dengan pelayanan kefarmasian. Sedangkan prasarana adalah tempat,
fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan
kefarmasian. Dalam mendukung pelayanan kefarmasian dipuskesmas diperlukan
sarana dan prasarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat
inap, jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien. Sarana dan
prasarana yang harus dimiliki puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian adalah sebagai berikut :

1. Ruang penerimaan resep


Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep 1 (satu)
set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer jika memungkinkan. Ruang
penerimaan resep ditempatkan paling depan dan mudah terlihat oleh
pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air minum
untuk pengencer,sendok obat, bahan pengemas obat,lemari
pendingin,termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat,
buku catatann pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai
kebutuhan, serta alat tulis secukupnya.
3. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku
pencatatan penyerahan dan pengeluaran obat. Ruang penyerahan obat
dapat digabung dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari
buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi
obat(lampiran), formulir catatan pengobatan pasien(lampiran) dan lemari
arsip.
5. Lemari penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan yang baik perlu
dilengkapi dengan rak/lemari obat, pailet, pendingin ruangan(AC), lemari
pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan
pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
2.4 Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan puskesmas terdiri dari 6 yaitu :
1. UKM Esensial, yaitu :
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. Pelayanan gizi KIA-KIB
d. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
e. Surveilans dan Sentinel SKDR
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
2. UKM pengembangan, antara lain:
a. Upaya kesehatan sekolah(UKS)
b. Kesehatan jiwa
c. Kesehatan gizi masyarakat
d. Kesehatan tradisional dan komplementer
e. Kesehatan olahraga
f. Kesehatan kerja
g. Kesehatan indera
h. Kesehatan lanjut usia
i. Pelayanan kesehatan lainnya sesuai kebutuhan puskesmas
3. UKP antara lain:
a. Kunjungan puskesmas
b. Pelayanan umum
c. Kesehatan gigi dan mulut
d. Rawat inap,UGD,kematian
e. Pelayanan kesehatan masyarakat
f. Pelayanan laboratorium
g. Pelayanan kefarmasian
2.5 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas diatur oleh Permenkes No 74 tahun


2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang terdiri dari
pengelolaan obat dan pelayanan farmasi klinis di dukung oleh tersedianya sumber
daya kefarmasian dan standar operasional prosedur.

2.5.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai di


Puskesmas

Pengelolaan Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas


meliputi Perencanaan dan Permintaan Obat, Penerimaan, Penyimpanan dan
Distribusi Obat, Pencatatan Dan Pelaporan Obat dan Evaluasi Pengelolaan Obat.

1. Perencanaan dan Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Menurut Permenkes 74 tahun 2016, perencanaan merupakan kegiatan
seleksi obat dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah
obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas.
Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya,
data mutasi obat dan perencanaan pengembangan. Proses seleksi sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini
harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas seperti dokter,
dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan
dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi per tahun di lakukan
secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan laporan pemakaian dan lembar
permintaan obat (LPLPO).
Tujuan perencanaan adalah :
a. Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis
pakai yang mendekati kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Selanjutnya instalasi farmasi kebupaten/kota akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan sediaan farmasi puskesmas di
wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stovk, serta menghindari
stok berlebih.
Untuk menghitung kebutuhan obat, variable yang harus diketahui
adalah :
a. Permintaan
1) Permintaan dari pustu dan sub unit ke puskesmas
2) Permintaan dari puskesmas ke instalasi farmasi
Permintaan dirumuskan sebagai berikut :

Permintaan = SO – SS

Stok Optimum (SO) yang dirumuskan sebagai berikut :


SO = SK + SWK + SWT + SP

Keterangan :
SO = Stok Optimum
SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan)
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang di butuhkan pada waktu tunggu
SP = Stok Penyangga
SS = Sisa stok
2. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Menurut Permenkes 74 tahun 2016, penerimaan obat dan bahan medis


habis pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada pengelola
dibawahnya.

Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan bertanggng


jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan
penggunaan obat dan bahan medis habis pakai berikut kelengkapan catatan
yang menyertainya. Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan
terhadap obat yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan
jumlah obat, bentuk oabt sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditanda
tangani oleh petugas penerima, dan diketahui oleh kepala puskesmas. Bila
tidak memenuhi syarat maka petugas penerima dapat mengajukan keberatan.

3. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Menurut Permenkes nomor 74 tahun 2016, penyimpanan obat dan
bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap obat
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Kegiatan penyimpanan obat meliputi :


1) Penyiapan sarana penyimpanan
Ketersediaan sarana yang ada di unit pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan bertujuan untuk mendukung jalannya organisasi.
Adapun sarana yang minimal tersedia adalah sebagai berikut :
a. Gedung dengan luas 300 m² - 600 m²
b. Kendaraan roda dua dan roda empat, dengan jumlah 1-3 unit
c. Komputer + printer dengan jumlah 1-3 unit
d. Telepon dan facsimile dengan jumlah 1 unit
e. Sarana penyimpanan :
1) Rak : 10-15 unit
2) Pallet : 40-60 unit
3) Lemari : 5-7 unit
4) Lemari khusus
5) Cold chain (medical refrigerator)
6) Cold box
7) Cold pack
8) Generator
f. Sarana administrasi umum :
1) Brankas : 1 unit
2) Komputer : 1-2 unit
3) Lemari arsip :1-2 unit
g. Sarana administrasi obat dan perbekalan kesehatan :
1) Kartu stok
2) Kartu persediaan obat
3) Kartu induk persediaan obat
4) Buku harian pengeluaran barang
5) SBBK (surat bukti barang keluar)
6) LPLPO (Laporan pemakaian dan laporan permintaan obat)
7) Kartu rencana diskusi
8) Lembar bantu penentuan proposal stok optimum
2) Pengaturan tata ruang
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan obat, maka diperlukan tata ruang gudang
dengan baik. Pengaturan tata ruang selain harus memperhatikan
kebersihan dan menjaga gudang dari kebocoran dan hewan pengerat juga
harus diperhatikan ergonominya.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang
gudang adalah sebagai berikut :
a. Kemudahan bergerak
Maka gudang perlu ditata sebagai berikut :
1) Gudang jangan menggunakan sekat-sekat karena akan
membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,
perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah
gerakan.
2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang
gudang dapat ditata berdasarkan sistem :
a) Arus garis lurus
b) Arus U
c) Arus L
3) Sirkulasi udara yang baik dan cukup akan memaksimalkan
stabilitas obat sekaligus bermanfaat dalam memperbaiki kondisi
kerja petugas. Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun
biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas.
Alternative lain adalah menggunakan kipas angin/
ventilator/rotator. Perlu adanya pengukur suhu diruangan
penyimpanan obat dan dilakukan pencatatan suhu.
b. Rak dan pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulasi udara dan pemindahan obat.
Penggunaan pallet memberikan keuntungan :
1) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir,
serangan serangga (rayap)
2) Melindungi sediaan dari kelembaban
3) Memudahkan penanganan stok
4) Dapat menampung obat lebih banyak
5) Pallet lebih murah daripada rak
c. Kondisi penyimpanan khusus
1) Vaksin dan serum memerlukan cold chain khusus dan harus
dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik(harus
tersedianya generator)
2) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari
khusus dan selalu terkunci dengan pengaturan yang berlaku
3) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol, eter dan peptisida
harus disimpan dalam ruangan khusus,sebaiknya disimpan
dibangunan khusus terpisah dari gudang induk
d. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang
mudah terbakar seperti dus, karton dan lain-lain. Alat pemadam
kebakaran harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan
dalam jumlah yang cukup. Contohnya bak pasir, tabung pemadam
kebakaran, karung goni, galah berpengait besi
3) Pengaturan stok obat

Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis.

Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah


sebagai berikut :

a. Gunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) dan First In
First Out(FIFO) dalam penyusunan obat yaitu masa kadaluwarsanya
lebih awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan lebih awal
sebab umumnya obat yang datang lebih awal biasanya juga
diproduksi lebih awal dan umumnya relatif lebih tua dan masa
kadaluwarsanya mungkin lebih awal.

b. Susun obat dalam kemasan besar diatas pallet secara rapi dan teratur.
Untuk obat kemasan kecil dan jumlahnya sedikit disimpan dalam rak
dan dipisahkan antara obat dalam dan obat untuk pemakaian luar
dengan memperhatikan keseragaman nomor batch.

c. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika

d. Simpan obat yang stabilitasnya dapat dipengaruhi oleh temperatur,


udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
Perhatikan obat yang perlu penyimpanan khusus.

e. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.

f. Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap


dalam box masing-masing.

4) Pengamatan mutu obat

Mutu obat yang disimpan diruang penyimpanan dapat mengalami


perubahan baik fisik maupan kimiawi yang dapat diamati secara visual,
jika dari pengamatan visual diduga ada kerusakan yang tidak dapat
ditetapkan dengan cara organoleptis, harus dilakukan sampling untuk
pengujian laboratorium.

Tanda-tanda perubahan mutu obat :

a. Tablet

1) Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa

2) Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, retak dan


atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab

3) Kemasan rusak sehingga dapat mempengaruhi mutu obat

b. Kapsul
1) Perubahan warna isi kapsul\
2) Kapsul terbuka,kosong,rusak atau melekat satu dengan
lainnya
c. Tablet salut
1) Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
2) Basah dan lengket satu dengan yang lainnya
3) Kemasan rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
d. Cairan
1) Menjadi keruh atau timbul endapan
2) Konsistensi berubah
3) Warna atau rasa berubah
4) Botol-botol plastik rusak atau bocor
e. Salep
1) Warna berubah
2) Pot atau tube rusak atau bocor
3) Bau berubah
f. Injeksi
1) Kebocoran wadah (vial,ampul)
2) Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi
3) Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada
endapan
4) Warna larutan berubah
Tindak lanjut terhadap obat yang terbukti rusak/kadaluwarsa
adalah :
a. Dikumpulkan, inventarisasi dan disimpan terpisah dengan
penandaan/label khusus
b. Dikembalikan/diklaim sesuai aturan yang berlaku
c. Dihapuskan sesuai aturan yang berlaku serta dibuat berita
4. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis habis Pakai

Menurut Permenkes nomor 74 tahun 2016, pendistribusian obat dan


bahan medis habis pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan
obat dan bahan medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi di puskesmas.

Sub-sub unit di puskesmas dan jaringannya meliputi :


a. Puskesmas pembantu
b. Puskesmas keliling
c. Posyandu
d. Polindes
5. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Menurut Permenkes 74 tahun 2016, pengendalian obat dan bahan


medis habis pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat
di unit pelayanan kesehatan dasar.

Pengendalian obat terdiri dari :


a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. Pengendalian obat hilang,rusak atau kadaluwarsa
6. Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan
Menurut Permenkes 74 tahun 2016, pencatatan, pelaporan, dan
pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam rnagka penatalaksanaan
obat dan bahan medis habis pakai secara tertib, baik obat dan bahan medis
habis pakai yang diterima, disimpan, diditribusikan dan digunakan di
Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Jenis pencatatan dan pelaporan
adalah buku harian, register, dan laporan.
Berdasarkan frekuensinya pencatatan dan pelaporan dibagi menjadi
harian (pemakaian obat, kunjungan resep), bulanan (LPLPO, laporan PIO,
POR), laporan triwulan, tahunan (penyusunan profil laporan obat, laporan
tahunan).
Berdasarkan tempat laporan dibuat :
1. Apotek (catatan harian pemakaian obat, catatan harian penerimaan resep)
2. Gudang (kartu stok, LPLPO)
7. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat
Menurut permenkes 74 tahun 2016, pemantauan dan evaluasi
pengelolaan obat dan abhan medis habis pakai dilakukan secara periodik
dengan tujuan untuk :
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas
maupun pemerataan pelayanan;
b. Memberikan secara terus-menerus pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai; dan
c. Memberikan penilaian terhadap pencapaian kinerja pengelolaan.
2.5.2 Pelayanan farmasi klinik meliputi :
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian
yang berlangsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat
dan bahan medis habis pakai dengn maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
1. Pengkajian resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat.
Dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik
dan persyaratan klinis baik untuk rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi :
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
b. Nama dan paraf dokter
c. Tanggal resep
d. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi :
a. Bentuk dan kekuatan sediaan
b. Dosis dan jumlah obat
c. Stabilitas dan ketersediaan
d. Aturan dan cara penggunaan
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat)
Persyaratan klinis meliputi :
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu pemberian
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi, interaksi dan efek samping obat
d. Kontra indikasi
e. Efek adiktif
Kegiatan penyerahan dan pemberian informasi obat merupakan
kegiatan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat, memberikan
label/etiket, menyerahkan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai
disertai pendokumentasian.
Dengan tujuan pasien memperoleh informasi obat sesuai dengan
kebutuhan klinis/pengobatan serta pasien mampu memahami tujuan
pengobatan dan memahami instruksi pengobatan.
2. Pelayanan informasi obat
PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien
Tujuan :
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan di
lingkungan puskesmas, pasien dan masyarakat
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obat(contoh : kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpangan yang
memadai).
c. Menunjang penggunaan obat yang rasional
Kegiatannya :
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktif dan pasif
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka
c. Membuat buleti, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
serta masyarakat
e. Melakukan pendidikan sdan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian obat terkait obat dan kegiatan pelayanan
kefarmasian
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan
dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang
benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
4. Visite
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:
a. Memeriksa Obat pasien.
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
c. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
Obat.
d. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan
dokumentasi dan rekomendasi.
5. Monitoring efek samping obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan:
a. Menganalisis laporan efek samping Obat.
b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping.
7. Evaluasi penggunaan obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara


terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).

2.6 Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian intruksi kerja


tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai proses penyelenggaraan
adminstrasi atau instansi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh
siapa dilakukan.
Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas melaksanakan pelayanan
kefarmasian berdasarkan standar operasional prosedur yang dibuat secara tertulis,
disusun oleh penanggungjawab farmasi dan ditetapkan oleh kepala puskesmas,
SOP tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Pengamatan di puskesmas harus berdasarkan dengan standar pelayanan


dipuskesmas, dalam praktek yang dilakukan oleh mahasiswa bertujuan untuk
membandingkan pelaksanaan pelayanan kefarmasian di puskesmas kebun handil
dengan standar yang telah ditetapkan. Dari hasil pengamatan akhir, maka akan
dihitung berapa presentase pencapaian dipuskesmas yang telah sesuai dengan
standar.

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan


3.1.1 Tempat PKL

Lahan praktek kerja lapangan (PKL) dilakukan di Puskesmas Kebun


Handil yang terletak di Jl.

3.1.2 Waktu PKL

Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) mahasiswa jurusan


farmasi poltekkes kemenkes jambi dilaksanakan pada tanggal 01 Maret – 01 April
2021.

3.2 Sejarah Singkat dan Company Profile

3.2.1 Gambaran Umum Puskesmas Kebun Handil

Puskesmas Kebun Handil merupakan salah satu Puskesmas Non


Perawatan yang dalam Operasionalnya di bawah pengawasan Dinas Kesehatan
Kota Jambi yang terletak di Kelurahan Handil Jaya, Kecamatan Jelutung, Pada
Tahun 2015 Puskesmas Kebun Handil melayani pelayanan kesehatan 24 jam
pelayanan rawat jalan. Puskesmas Kebun Handil berdiri pada tahun 1994.
Puskemas kebon handil merupakan pelayanan kesehatan yang mempunyai
tiga wilayah kerja yaitu : kelurah kebon handil, kelurahan jelutung, kelurahan
handil jaya dengan luas wilayah 4,2 km2, berdiri tepat di pinggir jalan raya
dengan alamat jalan yunus sanis rt 05 kelurahan handil jaya kecamatan jelutung.

3.2.2 Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di wilayah Puskesmas Kebon Handil sangat padat


penduduk di mana di masing- masing kelurahan mempunyai penduduk yang
sangat ramai yaitu dengan jumlah penduduk :
 Wilayah Kelurahan Kebon Handil terdiri dari 7.965 Jiwa
 Wilayah Kelurahan Handil Jaya terdiridari 8.759 Jiwa
 Wilayah Kelurahan Jelutung terdiri dari 14.961 Jiwa

3.2.3 Keadaan Ketenaga Kerjaan Puskesmas Kebun Handil

Tabel 3.2.3 Ketenaga Kerjaan di Puskesmas Kebun Handil


No JENIS KETENAGAAN ASN KONTRAK BLUD BOK TKS
1  Kepala puskesmas 1         
2  Kepala tata usaha  1        
3  Dokter umum  2        
4  Dokter gigi  1        
5  Profesi ners  -        
6  SKM  3    1    
7  S.Kep      1    
 D3 keperawatan /
8  4    1    1
AKPER
9  SPK  1        
10  D3.Kebidann / AKBID  7        3
11  D1 Bidan  1        
12  D4.Kes Gi  1        
13  AKG  2        
14  AKFAR  2        
15  SMF  1        
16  S1.Gizi  1     1   
17  D1 gizi  1        
18  D3. Kesling/AKL  1        
19  D3.Analis / AAK  3        
20  S1 Akutansi        1  
21  SMA   1  1     
22  LCPK-SMA  1        
23  SD    1      
JUMLAH 34  2 4  2  4 

3.3 Visi dan Misi Puskesmas Kebun Handil

Visi uptd puskesmas kebon handil :


“ Terwujudunya pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, unggul dan
mandiri demi tercapainya masyarakat sehat”
Misi uptd puskesmas kebon handil :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan
2. Meningkatkan mutu sumber daya puskesmas
3. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
4. Melaksanakan sistem informasi kesehatan yang cepat dan tepat
3.4 Struktur Organisasi

KEPALA PUSKESMAS
dr. Maria Inge Jammin

KEPALA TATA USAHA


Syafriana, Amkg

KEPALA RUANGAN FARMASI


Juni Daryatyi Bancin, S.Farm

PENANGGUNGJAWAB APOTEKER TENAGA TEKNIK


PENCATATAN Apt. Ulvi Zasvia, KEFARMASIAN
Minarti, Amd.Farm S.Farm 1. Minarti, Amd.Farm
2. Azriati Zuina,
Amd.Farm
3.5 Pengamatan Data Dasar di Puskesmas

Berdasarkan praktek kerja lapangan di Puskesmas Kebon Handil


didapatkan data dasar sebagai berikut :

No. Data dasar Jumlah


1. Status Akreditas Memiliki Akreditas utama sejak maret
2018
2. a. Wilayah 1. Wilayah Kelurahan Kebon Handil
2. Wilayah Kelurahan Handil Jaya
3. Wilayah Kelurahan Jelutung
b. Jumlah 1. Wilayah Kelurahan Kebon Handil
penduduk terdiri dari 7.965 Jiwa
2. Wilayah Kelurahan Handil Jaya
terdiridari 8.759 Jiwa
3. Wilayah Kelurahan Jelutung terdiri
dari 14.961 Jiwa

3. Jumlah sarana
a. Pustu a. 1 unit
b. Posyandu b. 27 unit
c. Polindes c. –
d. Puskesmas d. -
keliling
4. Sumber daya
menusia a. 4
a. Dokter b. 1
b. Dokter gigi c. 10
c. Perawat d. 17
d. Bidan e. 3
e. Tenaga
kesehatan f. –
masyarakat
f. Tenaga g. 3
kesehatan
lingkungan h. 1
g. Ahli i. 1
teknologi j. 3
laboratorium
dan medik
h. Tenaga gizi
i. Apoteker
j. Asisten
apoteker

5. Kunjungan resep
perbulan
a. BPJS a. 2.745 resep
b. UMUM b. 1.004 resep
c. SKTM c. 319 resep

3.6 Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kebun


Handil Sesuai Standar

Pelayanan kefarmasian mengambarkan tentang pengololaan obat dan


pelayanan kefarmasian sesuai standar, ditunjang oleh tersedianya sumber daya
menusia kefarmasian yang cukup termasuk standar prosedur operasional.

3.6.1 Pengelolaan Obat dan BMHP


pengololaan obat di puskesmas meliputi perencanna, permintaan,
penyimpaan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi.
a. Perencanaan
Berdasarkan praktek kerja lapangan di Puskesmas didapatkan data
perencanaan kebutuhan obat sebagai berikut :

Tabel data perencanaan kebutuhan obat

Variable Standar variable Hasil pengamatan Ket

Perencanaan Adanya Adanya LPLPO dari Lampiran


kebutuhan obat perencanaan pustu /sub unit(1) 2
berdasarkan laporan permintaan
permintaan dari laporan permintaan
pustu dan sub obat dari pustu dan
pustu LPOLPO sub unit

Metode Metode konsumsi Puskesms Tidak


perencanaan obat dan epidemiologi menggunakan terlampir
metode komsumsi
terapi perhitunannya
tidak sesuai teori(0,5)

Perhitungan Adanya Perencanaan obat Tidak


perencanaan obat perencanaan obat dilakukan tiap per 1 terlampir
dilakukan tiap dilakukan tiap bulan (-)
triwulan triwulan

Pemilihan obat Tersedia buku Tersedianya buku Lampiran


berdasarkan FORNAS FORNAS dipuskes 3
fornas kebun handil (1)

Jumlah persentase 2,5/4 x 100% = 62,5


%

Tabel data pemilihan obat


No Variabel Standar Hasil ket
variabel pengamatan

1. Tahap Berdasarkan Berdasarkan lampiran


pemilihan FORNAS, DOEN formularium
obat dan formularrium puskesmas yang
puskesmas disusun atas
FORNAS dan
DOEN

2. Perencanaan Perencanaan Perencanaan obat Lampiran


kebutuhan kekbutuhan obat berdasarkan
obat berdasarkan permintaan tiap
permintaan tiap pustu dan sub unit
pustu dan sub unit puskesmas
(LPLPO sub unit)

Perencanaan Menggunakan Lampiran


kebutuhan obat metode konsumsi
berdasarkan dan pola penyakit
metode konsumsi (tidak terdapat
dan pola penyakit dokumen)

Perhitungan
kebutuhan obat
berdasarkan
metode konsumsi
dan pola penyakit

Perhitungan
perencanaan obat
dilakukan tiap
triwulan

% kesesuaian dengan standar =


b. Penyimpanan
Berdasarkan praktek kerja lapangan di puskesmas didapatkan data
penyimpanan sebagai berikut :

No variabel Standar variabel Hasil pengamatan ket


1. Persyaratan a. Luas minimal a. Luas 3 x 4
gudang 3 x 4 m2 m2
b. Ruangan b. Ruangan
kering kering
c. Memiliki c. Memiliki
cahaya yang lampu
cukup dengan
pencahayaan
yang cukup
d. Memiliki d. Memiliki
palet pallet
e. Memiliki rak e. Memiliki lampiran
obat lemari
f. Dinding di f. Dinding lampiran
cat warna dicat warna
merah hijau
g. Gudang g. Gudang lampiran
khusus hanya
penyimpanan khusus
obat untuk
menyimpan
obat
h. Pintu h. Pintu hanya
memiliki terdiri dari 1
kunci ganda pintu dengan
1 buah kunci
i. Memiliki i. Memiliki lampiran
lemari lemari khusu
khusus narkotika
narkotik dan dan
psikotropika psikotropika
j. Memiliki j. Memiliki lampiran
termometer sebuah
ruangan termometer
dan
dilengkapi
dengan
daftar check
list suhu dan
kelembapan
2. Pengaturan a. Obat disusun a. Obat lampiran
penyimpana alfabetis dan disusun
n obat bentuk sesuai
sediaan sediaan
b. Penyimpanan b. Penyimp
sistem FIFO anan
dan FEFO dengan
sistem
FIFO
dan
FEFO
c. Tumpukan c. Tumpuk
dus an dus
berdasarkan sesuai
standar standar
d. Sediaan obat d. Sediaan
cairan obat
dipisahkan tablet
dengan dan cair
sediaan diletakka
padatan n
dilemari
yang
berbeda (
di apotek
)
e. Memiliki e. memiliki Lampiran
lemari lemari
pendingin pendingi
n
f. Memiliki f. tidak
tempat khusu Memiliki
lisol dan tempat
desinfektan khusu
lisol dan
desinfekt
an
3. Tata cara a. Penerapa a. Menerapkan
penyusunan n sitem sitem FEFO
obat FEFO dan FIFO
dan FIFO
b. Memiliki b. Campur
penyimpa karena
nan obat keterbatasan
golongan
lemari
antibiotik
c. Memiliki c. Tidak
penyiapa Memiliki
n vakin penyiapan
dan
vakin dan
serum
serum
d. Memiliki d. Memiliki
penyimpa penyimpanan
nan obat obat injeksi
injeksi
e. Untuk e. Untuk cairan
cairan diletakan dirak
diletakan bagian bawah
dirak
bagian
bawah
4. Pengamatan a. Tablet
4 mutu
b. kapsul
c. cairan
d. salep
e. injeksi
5 Pengendalia Dilakukan
n persediaan pengendalian
berdasarkan persediaan
metode ABC berdasarkan
& VEN metode ABC
& VEN
% Kesesuaian dengan standar =
c. pendistribusian
berdasarkan praktek kerja lapangan dipuskesmas didaptkan data
pendistribusian sebagai berikut :

No. Variabel Standar variabel Hasil Ket


pengamatan
1 Buku rencana Terdapat buku
distibusi rencana distribusi

2 Buku rekap Terdapat buku


permintaan rekap permintaan
puskesmas puskesmas

3 Perhitungan Terdapat
tingkat kesesuaian perhitungan
obat yang kesesuaian obat
didistribusikan yang
dengan permintaan didistribusikan
sub unit dengan permintaan
sub unit
4 Membuat jadwal Terdapat notulen/
distribusi catatan
penjadwalan
distribusi

% kesesuaian dengan standar =


d. pencatatan dan pelaporan

No variabel Standar variabel Hasil ket


pengamatan

1 Petugas mengisi : c. terdapat buku


a. buku harian harian
pemakaian pemakaian
obat obat
b. buku rekap d. terdepat buku
penggunaa rekap
n obat penggunaan
puskesmas obat
( seluruh puskesmas
unit) e. terdapat buku
c. buku harian harian
kujungan kunjungan
resep resep
( gudang )
a. kartu stok
induk
b. buku
a. terdapat kartu
rencana
stok induk
distribusi
b. terdapat buku
rencana
distribusi
2 Petugas membuat LPLPO sesuai dengan
LPLPO puskesmas standar yang
& LPLPO sub unit bersumber dari buku
pelatihan manajemen
kefarmasian di
puskesmas tahun
2010

3 Petugas membuat Terdapat catata harian


catatan harian penggunaan obat
penggunaan obat

4 Petugas membuat Terdapat laporan


pelaporan narkotika &
Narkotika & psikotropika
psikotropika

5 Laporan PIO Terdapat register


pelayanan informasi
obat (PIO)

%kesesuaian dengan standar =

3.6.2 pelayanan Farmasi Klinik

a. pelayanan resep

Dalam pelayanan resep harus memenuhi persyaratan sesuai standar. Data-


data persyaratannya dapat dilihat pada tabel berikut :

No Variable Standar variabel Hasil Ket


pengamatan
1 Skrining resep a. Tanggal penulisan
resep
A. Kelengkapan b. Nama obat
administrasi c. Jumlah obat
d. Nama pasien
e. Aturan pakai
f. Nama dokter
g. No SIP
h. Paraf dan tanda
tangan dokter
i. BB pasien
j. Umur pasien
k. Jenis kelamin
l. Alamat dan no.
Telpon pasien

B. Kesesuaian a. Bentuk sediaan


b. Dosis dan jumlah
farmasetik
c. Stabilitas dan
ketesediaan
d. Aturan dan cara
penggunaan
e. inkompatibilita
C. pertimbangan a. kesesuaian
indikasi
klinik
b. alergi
c. efek samping
d. interaksi dan
kesesuaian dosis
D. konsultasi Berkonsultasi dengan
dengan dokter dokter apabila ada
apabila ada keraguan pada resep atau
keraguan pada obat yang tersedia
resep atau obat
yang tersedia
2 Penyiapan obat a. menghitung
kebutuhan jumlah
obat dengan resep
b. mengambil obat
dengan
memperhatikan nama
obat, ED, keadaan
fisik obat.
c. Melakukan peracikan
bila perlu
d. Memberi etiket biru
untuk obat luar dan
etikat putih untuk
obat oral
e. Menempel label “
kocok dahulu” untuk
sediaan sirup
f. Memasukan obat
kedalam wadah
secara terpisah
3 Penyerahan obat a. Sebelum obat
diserahkan kepasien
dilakukan pengecekan
kembali penulisan
nama pasien, pada
etiket, cara
penggunaan serta
jenis dan jumlah obat
b. Memanggil nama dan
nomor tunggu pasien
c. Memeriksa ulang
identitas dan alamat
pasien
d. Menyerahkan obat
dengan disertai
pemberian informasi
obat
e. Penyerahan obat
kepada pasien
f. Memastikan bahwa
yang menerima obat
adalah pasien /
keluarga pasien
g. Menyiapkan resep
pada tempatnya dan
mendokumentasikann
ya
h. Membuat salinan
resep sesuai dengan
resep asli dan di paraf
apoteker
% kesesuaian dengan standar =

b. Pelayanan informasi obat


Pelayanan informasi obat dilakukan untuk memberikan informasi obat
secara akurat dan jelas. Data data PIO dapat dilihat pda tabel berikut :

No Variabel Dilakukan Tidak ket


dilakukan
1 indikasi
2 Waktu penggunaan obat
3 Lama penggunaan obat
4 Cara penggunaan
5 Efek samping
6 Interaksi obat
7 Kontra indikasi
8 keracunan
9 Cara penyimpanan
10 Expired date
% kesesuaian dengan standar =

3.7 Standar Prosedur Operasional


standar prosedur oprasional di puskesmas kebon handil sebagai berikut :
3.7.1 Standar Prosedur Operasional Akreditasi
Daftar standar prosedur oprasional akreditasi yang terdapat dipuskesmas
kebun handil sebagai berikut :
1. SOP penyediaan dan penggunaan obat
2. SOP penilaian, pengendalian, dan penggunaan obat
3. SOP penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat
4. SOP evaluasi kesesuaian peresepan terhadap formularium
5. SOP peresepan, pemesanan, dan pengelolaan obat
6. SOP jaminan tidak terjadi pemberian obat kadaluarsa
7. SOP peresepan psikotropika dan narkotika
8. SOP pengawasan dan pengendalian obat psikotropika dan narkotika
9. SOP penyimpanan obat
10. SOP pemberian obat pada pasien dan pelabelan
11. SOP pemberian informasi penggunaan obat
12. SOP pemberian informasi tentang efek sampng obat atau efek yang tidak
diharapkan
13. SOP penyimpanan obat dirumah
14. SOP penanganan obat kadaluarda
15. SOP pelaporan efek samping obat
16. SOP pencatatan, pemantauan, pelaporan efek samping obat dan ktd
17. SOP tindak lanjut efek samping obat dan ktd
18. SOP indentifikasi dan pelaporan kesalahan pemberian obat dan KMC
19. SOP Penyediaan obat emergency di unit pelayanan
20. SOP penyimpanan obat emergency di unit pelayanan
21. SOP monitoring obat emergency diunit kerja
3.7.2 Rasio antara kunnjungan resep puskesmas dengan jumlah penduduk

dari hasil pengamatan yang dilakukan puskesmas kebon handil yang


ditemukan : rasio antara kunjungan resep puskesmasa dengan jumlah penduduk

1. Jumlah kunjungan resep BPJS : 552


2. Jumlah kunjungan resep umum : 288
3. Jumlah kunjungan resep SKTM :-
4. Total kunjungan resep per bulan : 840
5. Jumlah penduduk : 31.685 jiwa

= x 12

= x 12

= 0,318131608
Dari data tersebut dapat dihitung rasio antara kunjungan puskesmas
dengan jumlah penduduk. Yaitu sebesar 0,318131608. Itu artinya rasio kunjungan
puskesmas dengan jumlah penduduk sesuai dengan harapan atau telah memenuhi
standar. Karena jika rasio antara kunjungan puskesmas dengan jumlah penduduk
lebihndari 1 makan dapat dikatakan bahwa akses masyarakat sudah menjadi
puskesmas kebun handil sebagai sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan.
BAB IV

PELAYANAN KEFARMASIAN
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENANGGUNGJAWAB
PENCATATAN
Minarti, Amd.Farm

Anda mungkin juga menyukai