Disusun Oleh
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien
Disusun Oleh:
Mengetahui,
Mengetahui
ProgramStudi Apoteker
Falkutas Farmasi
Ketua,
Dekan,
Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si. apt. Sumardi, S.Si., M.Sc.
NIDN: 0110028603 NIDN: 0107088201
KATA PENGANTAR
kehadirat Allah SWT., atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
Paya Aceh Selatan. Ada pun Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu
di Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan untuk mencapai gelar
Apoteker.
berbagai pihak baik berupa arahan, bimbingan dan masukan. Oleh karena itu
2. Bapak Dr. Irwan Agusnu Putra, S.P., M.P selaku Rektor UniversitasTjut
Nyak Dhien.
3. Ibu Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, M.Si., selaku Dekan Ketua Program Studi
4. Bapak apt. Sumardi, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
5. Ibu apt. Muharni Saputri, S. Farm.M.Si selaku dosen Pembimbing yang telah
Aceh Selatan.
iv
7. Ibu Eka Farwati, A.md Kep, selaku Kepala UPTD. Puskesmas Kampung
8. Ibu apt. Cut Triani, S.Farm. selaku Pembimbing PKPA di UPTD. Puskesmas
Kampung Paya Kluet Utara yang telah banyak mengarahkan penulis dengan
yang tiada terhingga kepada orangtua dan keluarga yang selalu memberikan
cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, motivasi, dorongan
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ------------------------------------------------------------------------ i
HALAMAN JUDUL ------------------------------------------------------- ii
HALAMAN PENGESAHAN ------------------------------------------- iii
KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------- iv
RINGKASAN --------------------------- Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------- vi
DAFTAR TABEL -------------------------------------------------------- viii
DAFTAR LAMPIRAN --------------------------------------------------- ix
BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------- 1
1.1 Latar Belakang ----------------------------------------------------- 1
1.2 Tujuan --------------------------------------------------------------- 3
1.3 Manfaat ------------------------------------------------------------- 3
1.4 Pelaksanaan Kegiatan --------------------------------------------- 3
BAB II TINJAUANUMUM PUSKESMAS --------------------------- 4
2.1 Defenisi Puskesmas------------------------------------------------ 4
2.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang ----- 5
2.2.1 Prinsip penyelenggaraan puskesmas ------------------- 5
2.2.2 Tugas puskesmas ----------------------------------------- 6
2.2.3 Fungsi puskesmas ---------------------------------------- 6
2.2.4 Wewenang puskesmaa ----------------------------------- 6
2.2.5 Organisasi puskesmas ----------------------------------- 7
2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmaa ----------------- 7
2.3.1 Sumber daya manusia ------------------------------------ 7
2.3.2 Sarana dan prasarana------------------------------------- 8
2.3.3 Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai ------ 10
2.3.4.1 Pengkajian dan pelayanan resep ----------------------- 13
2.3.4.2 Pelayanan informasi obat (PIO) ----------------------- 14
2.3.4.3 Konseling ------------------------------------------------ 15
vi
2.3.4.4 Ronde/visite pasien-------------------------------------- 16
2.3.4.5 Monitoring efek samping obat (MESO) -------------- 18
2.3.4.6 Pemantauan terapi obat (PTO) ------------------------- 18
2.3.4.7 Evaluasi penggunaan obat ------------------------------ 19
BAB III TINJAUAN KHUSUS UPTD PUSKESMAS KAMPUNG
PAYA KLUET UTARA -------------------------------------- 20
3.1 Gambaran Umum Puskesmaa ----------------------------------- 20
3.2 Visi dan Misi UPTD. Puskesmas Kluet Utara ----------------- 20
3.3 Upaya Kesehatan-------------------------------------------------- 21
3.4 Sarana Kesehatan ------------------------------------------------- 21
3.5 Tenaga Kesehatan------------------------------------------------- 23
3.6 Pola Penyakit ------------------------------------------------------ 24
3.7 Pekerjaan Kefarmasian di Puskesmas Kampung Paya Kluet
Utara………………………………………………………..25
3.8 Penjabaran Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ---------------- 25
3.9 Penerimaan Resep ------------------------------------------------ 25
3.9.1 Penyerahan obat ------------------------------------------- 26
BAB IV PEMBAHASAN ------------------------------------------------- 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN --------------------------------- 34
5.1 Kesimpulan -------------------------------------------------------- 34
5.2 Saran --------------------------------------------------------------- 34
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------ 35
LAMPIRAN ---------------------------------------------------------------- 40
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Fasilitas Gedung Permanen -------------------------- 22
Tabel 3.2 Tenaga Kesehatan Uptd Puskesmas Kampung Paya ------- 23
Tabel 3.3 Data 10 Besar Penyakit Di Uptd Puskesmas Kampung Paya
-------------------------------------------------------------------- 24
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. UPTD Puskesmas Kampung Paya------------------------- 36
Lampiran 2. Gudang Obat dan Rak Obat -------------------------------- 37
Lampiran 3. Struktur Organisasi ------------------------------------------ 38
Lampiran 4. Resep --------------------------------------------------------- 39
Lampiran 5. Etikek --------------------------------------------------------- 40
Lampiran 6. Kartu Stok ---------------------------------------------------- 41
Lampiran 7. Catatan Dokumen LPLPO ---------------------------------- 42
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006). Pedoman Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 4-126.
1
Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kerja yang ada di
puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Salah satu
tenaga kesehatan yang ada di puskesmas adalah tenaga kefarmasian, dimana yang
termasuk dalam tenaga kefarmasian adalah Apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas dilaksanakan pada
unit pelayanan berupa ruang farmasi yang dipimpin oleh seorang apoteker sebagai
penanggung jawab. Seorang apoteker dituntut dapat mampu mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan mengingat akan tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian. Kehadiran apoteker merupakan salah
satu implementasi dari peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang
mengharuskan adanya perluasan dari paradigm lama yang berorientasi pada
produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien
(patient oriented)2.
Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas harus
memiliki pengetahuan mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat
memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Mengingat akan pentingnya
tugas dan fungsi seorang apoteker di Puskesmas, maka calon apoteker perlu
dibekali melaui Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Pada kesempatan ini
Fakultas Farmasi Sumatera Utara bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Pemda
Aceh Selatan, yaitu UPTD. Puskesmas Kampung Paya Kluet Utara dalam
penyelenggaraan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan pada
tanggal 5 Desember – 31 Desember 2022.
2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
2
1.2 Tujuan
Tujuan praktik kerja profesi Apoteker di Puskesmas adalah:
1 Mahasiswa mampu melakukan praktik pelayanan kefarmasian secara baik
dan etik
2 Mahasiwa mampu melakukan dispensing sediaan farmasi kepada pasien
3 Mahasiswa mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian
obat kepada pasien
1.3 Manfaat
Manfaat praktek kerja profesi apoteker di Puskesmas adalah:
1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Puskesmas
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS
dan masyarakat2.
2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
3
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006).
4
Undang-Undang Nomor 36 Tentang Tenaga Kesehatan.
4
2.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang
2.2.1 Prinsip penyelenggaraan puskesmas
1. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat 5.
2. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
3. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
4. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatanyang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status social, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.
5. Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
6. Keterpaduan dan kesinambungan.
Puskesmas mengintegrasikan dan mengkordinasikan penyelenggaraan UKM
dan UKP lintas program dan lintas sector serta melaksanakan system rujukan
yang di dukung dengan manajemen puskesmas5.
2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
5
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
5
2.2.2 Tugas puskesmas
Tugas Puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat 2.
2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
5
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
6
Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKP adalah untuk:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara koprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif dan
preventif
3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat 3.
2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
3
Norsanah. (2017). Pelaksana Fungsi Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Dalam
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas
7
Kompetensi apoteker di puskesmas sebagai berikut:
1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
2. Mampu mengambil keputusan secara professional.
3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan
lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal.
4. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal,
sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date)
Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan
apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut 2
8
3. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan
penyerahan oabt. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan dengan ruang
penerimaan resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan
pasien, dan lemari arsip, serta 1 (satu) set computer jika memungkinkan.
5. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan kemanan
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin
ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus nerkotka dan
psikotropika, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpandokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian dalam
jangka waktu tertentu.
Istilah ruang disini tidak harus diartkan sebagai wujud ruangan secara
fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan setiap
fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka apat
digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang
jelas antar fungsi.4
4
Undang-Undang Nomor 36 Tentang Tenaga Kesehatan.
9
2.3.3 Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan medis habis pakai
yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi:
1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis
pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang
mendekati kebutuhan;
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas
setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di puskesmas. Proses seleksi obat
dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit,
pola konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat, dan rencana
pengembangan. Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai juga harus
mengacu pada daftar obat esensial nasional (doen) dan formularium nasional.
Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas
seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang
berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang
(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO).
Selanjutnya instalasi farmasi kabupaten/kota akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan
10
pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat,
buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi
kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan bahan medis habis pakai dari instalasi farmasi kabupaten/kota
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar obat yang
diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
puskesmas.
4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di
puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dengan mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar dan
d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan
jaringannya.Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit
11
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Puskesmas Keliling
d. Posyandu; dan
e. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian
obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat
sesuai dengan kebutuhan (floor stock).3
6. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.Tujuannya adalah
agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Pengendalian Obat terdiri dari:
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
7. Administrasi
Administrasi meliputi Pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara
tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
3
Norsanah. (2017). Pelaksana Fungsi Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Dalam
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas.
12
8. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas
maupun pemerataan pelayanan.
b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai.
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan. 5
5
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
13
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlah Obat.
3. Stabilitas dan ketersediaan.
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik
Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi
yang memadai disertai pendokumentasian. Tujuan:
1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.2
2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Nomor 74 Tahun 2016
14
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
2.3.4.3 Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kriteria pasien:
a. Pasien rujukan dokter.
b. Pasien dengan penyakit kronis.
15
c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2. Sarana dan prasarana:
a. Ruangan khusus.
b. Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat
risiko masalah terkait Obat misalnya lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik
Obat, kompleksitas pengobatan, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu
dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang
bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat. 2
2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
16
Kegiatan visite mandiri:
1. Untuk Pasien Baru
a. Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.
b. Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal
pemberian Obat.
c. Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah,
mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan
pasien.
d. Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait
Obat yang mungkin terjadi.
2. Untuk pasien lama dengan instruksi baru
a. Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.
b. Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.
3. Untuk semua pasien
a. Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
b. Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah
dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
1. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan
pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.
2. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga
pasien terutama tentang Obat.
3. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.
4. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat
yang dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.
Hal hal yang perlu diperhatikan:
1. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
2. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.
3. Memahami teknik edukasi.
4. Mencatat perkembangan pasien.
17
itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan
Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.
18
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
19
BAB III
TINJAUAN KHUSUS UPTD. PUSKESMAS KAMPUNG PAYA KLUET
UTARA
3.2 Visi dan Misi UPT. Puskesmas Kampung Paya Kluet Utara
1. Visi UPTD Puskesmas Kampung Paya Kluet Utara
Menjadikan Pusat pelayanan kesehatan terbaik, bersahaja menyeluruh dan
berkualitas prima yang islami di kecamatan Kluet Utara
2. Misi UPT Puskesmas Kampung Paya Kluet Utara
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat.
b. Meningkatkan kualitas SDM yang professional dan berkomitmen yang
tinggi
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana Puskesmas
20
d. Membangun system informasi dan manajemen Puskesmas
e. Meningkatkan kemandirian Masyarakat
21
memiliki 2 lantai dimana untuk pengobatan dasar, rujukan, konsultasi dan
administrasi.
Sarana / Fasilitas Puskesmas Kampung Paya, meliputi :
1. Fasilitas Gedung Permanen
22
4. Fasilitas Administrasi
Dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokonya dalam bidang pencatatan
dan pelaporan data, maka Puskesmas Sering Medan didukung oleh fasilitas
administrasi yang terdiri dari :
a. Meja
b. Kursi
c. Lemari Arsip
d. Kartu Berobat Penderita
e. Formular Laporan Kegiatan
f. Buku catatan
g. Laptop
h. Printer
i. Dll
5. Fasilitas Imunisasi
Fasilitas imunisasi yang dimiliki Puskesmas Kampung Paya adalah :
a. Lemari Es
b. Alat – alat Imunisasi
c. Vaksin seperti: BCG, DPT, Polio, Campak, TT, Hepatitis, Ratavirus
6. Fasilitas Media Penyuluhan
Fasilitas Media Penyuluhan yang dimiliki Puskesmas Kampung Paya adalah:
a. Brousur
b. Leaflet
c. Spanduk
23
4 Bidan puskesmas 14
5 Perawat Gigi 1
6 Bidan desa 4
7 Analis 1
8 Gizi 1
9 Apoteker 1
10 Ners 2
11 Sopir ambulance 1
12 Keamanan & Petugas Kebersihan 3
24
3.7 Pekerjaan Kefarmasian di Puskesmas Kluet Utara
Melaksanakan kegiatan kefarmasian pada praktek kerja lapangan di
Puskesmas Kluet Utara, Mahasiswa jurusan Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien
Medan berjumlah 3 orang sebagai Apoteker. Kegiatan PKPA :
1. Melayani Resep
2. Membuat Etiket
3. Mengecek Obat
4. Meminta data pasien (umur dan alamat) untuk menghindari kesalahn
pemberian obat
5. Menyerahkan obat
6. Memberikan informasi kepada pasien dengan arahan apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian
7. Mengecek stok obat
8. Megisi kartu stok untuk barang masuk dan keluar
9. Menyiapkan obat dengan jumlah tertentu yang sering diresepkan dokter untuk
mempercepat proses pelayanan obat.
25
3.9.1 Penyerahan obat
1. Sebelum obat di serahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
Kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta
jenis dan jumlah obat. Penyerahan obat dalam bentuk sediaan cairan oral
diberikan dengan sendok takar. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan
kesalahan dalam penggunaan obat (kurang tepatnya dosis).
2. Penyerahan obat kepada pasien di lakukan dengan cara yang baik dan sopan,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat.
3. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien dan keluarga nya, jika
pasien lansia dan anak anak sampaikan pada keluarga informasi penggunaan
obat jika dokter belum menjelaskan.
4. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut antara lain, informasi obat, kemungkinan efek samping,
dan cara penyimpanan obat.
26
BAB IV
PELAKSANAAN PKPA
4.1 Hasil
Studi Profesi Apoteker Universitas Cut Nyak Dhien dimulai pada tanggal 05
terjun langsung dalam kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi
Apoteker yaitu:
racikan.
diarsipkan.
27
4.2. Pembahasan
standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan
terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar
Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis
dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan
kesehatan baik medis, paramedis maupun non medis yang memadai dan
apoteker dan kunjungan pasien perhari rata-rata mencapai 40-50 pasien. Dalam
hal ini pelayanan di apotek masih dapat dijalankan dengan baik karena apoteker
4
Undang-Undang Nomor 36 Tentang Tenaga Kesehatan.
28
Standar pelayanan kefarmasian yang harus dimiliki oleh Apoteker di
puskesmas berupa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, serta pelayanan
sumber daya yang meliputi SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan
prasarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
pelaporan dan pengendalian obat. 1Perencanaan obat dan bahan medis habis pakai
di UPTD Puskesmas Kampung Paya Kluet Utara berdasarkan pada pola penyakit
puskesmas.. Formulir LPLPO berisi nomor, nama obat, stok awal, penerimaan,
obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan perencanaan
1
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
5
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
29
Penerimaan obat menjadi tugas apoteker penanggung jawab dan dibantu
dengan asisten apoteker. Dalam proses penerimaan harus diteliti dan disesuaikan
dengan lembar LPLPO yang sudah dibuat. Pengecekan obat yang dilakukan,
meliputi :
2. Jumlah
4. Tanggal kadaluwarsa.
first out) dan FEFO (first expired first out) agar obat yang waktu kadaluarsanya
lebih dekat dapat dipakai terlebih dahulu. Obat LASA diberikan penanda khusus,
untuk meminimalkan kesalahan saat pengambilan obat Sehingga hal ini perlu
disimpan khusus di rak khusus tertutup dan terkunci dan selalu menjadi tanggung
jawab apoteker. Untuk obat-obat yang harus disimpan di suhu dingin, seperti
penyimpanan dilengkapi dengan air conditioner (AC) agar suhu tetap terjaga
Obat yang masuk digudang selalu dicatat di buku stok yang meliputi nama
obat, asal/sumber obat, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, tanggal masuk dan
30
keluar, jumlah masuk dan keluar, serta jumlah sisa stok. Obat yang sudah
Farmasi dan BMHP secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
Kampung Paya dilakukan dari gudang obat ke beberapa subunit seperti Ruang
unit lainnya seperti Poli Gigi, Poli Umum, Poli Gizi, Poli KIA dan KB.
Kampung Paya meliputi pencatatan mutasi obat dalam kartu stok dan pencatatan
pemakaian obat harian yang menjadi data acuan dalam penyusunan LPLPO.
31
3. Laporan indikator peresepan di puskesmas (POR), dilaporkan setiap bulan ke
1. Kartu stok, yang memuat: nama obat, jumlah masuk, jumlah keluar dan sisa
stok.
Selain itu, pelayanan farmasi klinik telah dilakukan dengan cukup baik
yang meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat;
penggunaan obat. UPTD Puskesmas Kampung Paya tidak memiliki fasilitas rawat
inap sehingga pelayanan farmasi klinik dalam bentuk visite pasien tidak dapat
dilakukan.
32
Secara umum pendistribusian obat UPTD Puskesmas Kampung Paya
unit instalasi farmasi yang ada, dengan membawa resep yang didapatkan dari
resep oleh Apoteker, pengkajian resep yang meliputi administrasi, farmasetis dan
klinis terlebih dahulu jika resep sudah lengkap maka selanjutnya adalah penyiapan
resep baik meracik obat maupun pengambilan obat yang sudah jadi. Namun
apabila terdapat kekeliruan atau resep yang ditulis kurang tepat maka petugas
resep tersebut. Lalu asisten apoteker menyiapkan obat, pada saat penyiapan obat
perlu diperhatikan nama obat, dosis dan expired date obat tersebut. Selanjutnya
kesesuaian nama obat, jumlah obat serta aturan pakai sesuai yang tertera di resep.
Kemudian petugas memanggil nama pasien, penyerahan obat kepada pasien harus
disertai dengan pemberian informasi obat yang jelas, obat yang diberikan kepada
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
gudang obat secara teratur untuk menjaga kualitas obat dan alat kesehatan.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 2. Gudang Obat dan Rak Obat
37
Lampiran 3. Struktur Organisasi
38
Lampiran 4. Ruang Apotek Puskesmas Kampung Paya
39
Lampiran 5. Contoh Resep
40
Lampiran 6. Kartu Stok
41
Lampiran 7. Catatan Dokumen LPLPO
42
Lampiran 8. Obat Hight alert
43