Anda di halaman 1dari 24

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

(Diajukan untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti laporan praktek kerja lapangan)

DISAHKAN

OLEH

DISETUJUI OLEH :

Pembimbing DU/DI

SIFA RISMAWATI S.,Farm.Apt

Guru Pembimbing Pembimbing Institusi Sekolah

Nina Apriyaningsih A.Md.Farm Ratna Marwah S.,Farm.Apt

Mengetahui,

Kepala sekolah SMK Bhakti Husada Kuningan

Sambas S.Ag

NIP :
KATA PENGANTAR

Segala puja  dan  puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat melaksanakan
prakerin dan juga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

    Laporan PKL ini kami susun berdasarkan pengalaman dan data-data yang kami peroleh
selama melaksanakan PKL di KIMIA FARMA SUDIRMAN. Laporan ini di susun sedemikian
rupa dengan tujuan dapat diterima dan dipahami oleh pembimbing serta dapat dipakai
sebagai usulan adik-adik kelas yang nantinya juga akan melaksanakan PKL dan menyusun
laporan.

Dalam pelaksanaan PKL maupun ketika penyusunan laporan ini, penyusunan banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun
material. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :

1. Bapak Sambas S.Ag ,selaku kepala sekolah SMK Bhakti Husada Kuningan
2. Ibu Ratna Marwah S.,Farm.Apt selaku kordinator PKL SMK BHK
3. Ibu Nina Apriyaningsih A.md.Farm selaku pembimbing sekolah
4. Ibu Sifa Rismawati S.,Farm.Apt selaku apoteker apotek kimia farma sudirman
5. Seluruh guru dan staf tata usaha SMK BHK
6. Seluruh staf karyawan apotek kimia farma sudirman yang telah membantu
membimbing selama PKL
7. Dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penyusun sadar bahwa walau telah berupaya keras untuk memperoleh hasil terbaik
dalam praktek dan penyusunan laporan ini, tentu masih banyak kekurangan yang
ditemui dalam laporan ini. Ketidaksempurnaan ini penulis sadari sebagai keterbatasan
yang tidak terbantahkan sebagai insan tuhan yang penuh dengan kekurangan.

Kuningan, Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

BAB 2 TINJAUN UMUM


2.1 Apotek

A. Pengertian Apotek
B. Tugas dan Fungsi Apotek
C. Pengelolaan Apotek
D. Sarana dan Prasarana
E. Persyaratan Apotek
F. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker Pengelola Apotek
G. Tata Cara Pendirian Apotek
H. Studi Kelayakan Pendirian Apotek

2.2.Obat

A. Pengertian Obat
B. Penggolongan Obat

2.3. Resep

A. Pengertian Resep
B. Resep yang Lengkap
C. Salina Resep

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KF SUDIRMAN


3.1. Sejarah Apotek Kimia Farma Sudirman

3.2. Struktur Organisasi Apotek


3.3. Pengelolaan Apotek

A. Pengelolaan Obat
B. Pengelolaan Resep
C. Administrasi Apotek Kimia Farma Sudirman
D. SDM Apotek

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.Pembahsan

A. Pengelolaan Obat
B. Pengelolaan Resep
C. Administrasi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB 2 TINJAUAN UMUM


2.1.Apotek
A. Pengertian Apotek
Menurut Keputusan Menkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Apotek
merupakan suatu tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran obat kepada masyarakat.
Definisi Apotek menurut PP 51 Tahun 2009. Apotek merupakan suatu
tempatatau terminal distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh
apoteker sesuai standar dan etika kefarmasian.
B. Tugas dan Fungsi Apotek
Apotek memiliki tugas dan fungsi sebagai
Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan
Sarana farmasi untuk melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
Sarana penyaluran perbekalan farmasi dalam menyebarkan obat – obatan
yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
C. Pengelolaan Obat
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan/perundang-
undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat
nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasny
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
4. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out).
e. Pemusnahan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan resep menggunakan formulir 2 sebagaimana
terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindarterjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan)
dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan
yang
digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi keuangan, barang
dan
laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat
untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
meliputi pelaporan narkotika dan pelaporan psikotropika (Menkes, RI., 2014).
D. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh apotek adalah:
1. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat.
2. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata
apotek.
3. Apotek harus dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
4. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko
kesalahan penyerahan.
5. Masyarakat diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk
memperoleh informasi dan konseling.
6. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, apotek harus bebas dari
hewan pengerat, serangga.
7. Apotek mempunyai suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari
pendingin.
8. Apotek harus memiliki:
a. ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
b. tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk
penempatan brosur/materi informasi
c. ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi
dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan
medikasi pasien
d. ruang racikan
e. tempat pencucian alat
9. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan
obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu,
kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi
ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan ( Menkes RI, 2004).
E. Persyaratan Apotek

Berdasarkan Permenkes RI No. 26/MENKES/PER/X/1981 dan Keputusan


Menteri
Kesehatan RI No. 278/MENKES/SK/V/1981, dinyatakan bahwa persyaratan
minimal yang
harus dipenuhi untuk mendirikan suatu apotek adalah adanya lokasi,
bangunan, perlengkapan
apotek, perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan, dan pelayanan apotek.
Artinya untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja
sama dengan pemilik sarana
yang telah memenuhi persyaratan minimal, harus telah siap dengan tempat,
perlengkapan
termasuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi, serta
tenaga
kesehatan.
a) Lokasi
Menurut menteri kesehatan RI NO. 278 Tahun 1981
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lokasi apotek adalah
tempat bangunan apotek didirikan , lokasi apotek yang baru
atau berpindah, jumlah dan jarak minimal antar apotek
ditetapkan oleh menteri kesehatan. Penentu lokasi yang harus
menjadi pertimbangan segi penyebaran dan pemerataan
pelayanan kesehatan adalah jumlah penduduk, jumlah dokter
yang praktek, sarana pelayanan kesehatan lainnya, hygiene
lingkungan dan factor-faktor yang terkait setelah adanya
otonomi daerah maka factor jarak sudah dipermasalahkan
lagi.
b) Bangunan
Bangunan apotek adalah bangunan gedung yang dipergunakan
untuk mengelola apotek. Berdasarkan keputusan Menkes No.
278 Tahun 1981, bangunan apotek harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Bangunan apotek mempunyai ukuran sekurang
-kurangnya 50 meter terdiri dari ruang tunggu, ruang
peracikan, dan penyerahan resep, ruang administrasi,
ruang penyimpanan obat, tempat pencucian alat dan
toilet.
b. Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis
seperti berikut :
1) Dinding harus kuat dan tahan air,
permukaan sebelah dalam rata, tidakmudah
mengelupas dan mudah dibersihkan.
2) Langit-langit harus terbuat dari bahan yang
tidak mudah rusak dan permukaan sebelah
dalam berwarna terang.
3) Atap tidak boleh bocor, terbuat dari
genteng, sirap atau bahan lain yang
memadai.
4) Lantai boleh lembab, terbuat dari ubin atau
bahan lain yang memadai.
c. Aptek yang memiliki sumber air yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
d. Bangunan apote harus memiliki pentilasi dan sanitasi
yang baik, serta memenuhi persyaratan hiegene
lainnya.
e. Harus memiliki penerangan yang cukup sehingga dapat
menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek dengan
baik.
f. Harus ada alat pemdam kebakaran sekurang kurangnya
2 buah dan mangsi berfungsi dengan baik.
g. Apotek harus memasang papan nama yang terbuata
dari seng atau bahan lainnya yang memadai dengan
ukuran minimal 60cm, tebal 5cm dan lebar 55cm,
papan nama harus memuat nama apotek. Nama APA,
Nomor surat ijin apotek (SIA), nomor telepon apotek.
F. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker Pengelola Apotek
Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 5, Apoteker
Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai Apoteker.
c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan
tugasnya sebagai Apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola Apotek di Apotek lain.
Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang
dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja
sama dengan pemilik sarana apotek.
Tugas dan Kewajiban Apoteker di apotek adalah sebagai berikut :
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non
teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang
berlaku.
b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.
c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil
yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,
mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.
d. Melakukan pengembangan usaha apotek.
Waktu kerja APA adalah selama apotek itu memulai aktivitas pelayanan
sesuai dengan jam kerja setiap harinya (8jam/hari) dan jika APA berhalangan
hadir, Apoteker Pendamping dapat menggantikan jam kerja dari APA
tersebut.
Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk yaitu pengelolaan bisnis (non
teknis kefarmasian) dan pengelolaan dibidang pelayanan/teknis kefarmasian.
Untuk dapat melaksanakan usahanya dengan sukses seorang APA harus
melakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa
tersedia dan diserahkan kepada yang membutuhkan
b. Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek
menyediakan pelbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara lengkap.
c. Menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing.
d. Mempromosikan usaha apoteknya melalui pelbagai upaya.
e. Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan.
f. Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengan cepat
nyaman dan ekonomis.
Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi:
a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan di apotek
b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan di apotek
c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan di apotek
d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai di apotek.
G. Tata Cara Pendirian Apotek
 Persyaratan ini yang berhubungan dengan bangunan atau tempat
usaha Anda.
 Memiliki HO (Hindae Ordonantie). Yaitu surat keterangan izin tempat
usaha yang diperoleh dari Biro Perekonomian di Pemerintah Daerah
setempat.
 Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dapat diperoleh
dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian.
 Harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA) bagi apotek maupun apoteker.
 Memiliki NPWP
 Dari segi bangunan, harus ada IMB dan status tanah harus jelas.
 Memiliki perlengkapan dan peralatan apotek termasuk alat peracik
obat.

syarat dokumen yang harus dipersiapkan sebagai berikut :

 Menyediakan salinan Surat Izin Kerja Apoteker


 Salinan denah bangunan
 Salinan ijazah dan sumpah apoteker
 STRTTK , SIKTTK dan Foto Copy Ijazah yang dilegalisir
 Salinan surat identitas pribadi (KTP)
 Surat penyataan yang menyatakan status kepemilikan bangunan
yang ditempati.
 Data asisten apoteker jika apotek akan dikelola dengan beberapa
pegawai apoteker. Data ini berupa data diri, domisili lengkap
hingga nomor surat izin kerja.
 Salinan daftar sarana dan prasarana yang dimiliki
 Surat pernyataan dari apoteker yang menjelaskan bahwa sedang
tidak bekerja dengan pihak (apotek/perusahaan farmasi) lain.
 Salinan surat izin dari atasan. Ini berlaku jika Anda adalah orang
biasa (bukan dibidang farmasi) dan ingin memiliki usaha apotek.
Misalnya saja pegawai negeri atau pegawai instansi pemerintah.
 Surat perjanjian antara apoteker pengelola dengan pihak yang
menyediakan sarana apotek

2.2 Obat

A. Pengertian Obat

1. Pengertian Obat Menurut Ansel

Defenisi menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk
diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan.

2. Pengertian Obat Menurut Kebijakan Obat Nasional

Menurut Kebijakan Obat Nasional (KONAS), obat adalah sediaan yang


digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau
kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit, dan/atau penyakit,
untuk meningkatkan kesehatan, dan kontrasepsi.

3. Pengertian Obat Menurut Katzung

Dalam pengertian umum, obat menurut Katzung (2007) adalah suatu


substansi yang melalui efek kimianya membawa perubahan dalam fungsi
biologic

4. Pengertian Obat Menurut Gunawan

Obat didefinisikan sebagai sebagai senyawa yang digunakan untuk


mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan
suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang interfile, atau
melumpuhkan otot rangka selama pembedahan (Gunawan, 2007).
5. Pengertian Obat Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, pengertian


obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.

6. Pengertian Obat Menurut Depkes RI (2007)

Definisi obat adalah bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan
dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,
mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan.

7. Pengertian Obat Menurut WHO

Pada dasarnya, pengertian obat yang sebenarnya menurut WHO


adalah substansi atau produk yang digunakan atau dengan sengaja digunakan
untuk memodifikasi atau mengeksplorasi sistem fisiologis atau kondisi
patologis yang bermanfaat bagi penerima obat tersebut.

B. Penggolongan Obat

Obat Bebas

Obat bebas adalah obat OTC (over the counter) atau obat yang dijual
secara bebas di pasaran. Artinya, Kamu bisa sangat mudah dan bebas
menemukan dan membeli obat ini, tanpa harus menggunakan resep dokter.
Obat yang tergolong dalam kategori bebas adalah obat yang memiliki efek
samping rendah serta kandungan bahan-bahan yang relatif aman. Namun
meski tidak memerlukan pengawasan dokter, Kamu tetap harus memenuhi
petunjuk dan dosis yang tertera di kemasan ketika mengonsumsinya.

Obat bebas biasanya memiliki gambar lingkaran berwarna hijau dan


bergaris tepi hitam. Simbol tersebut tertera di kemasan obat. Kebanyakan
obat bebas adalah obat-obat untuk mengobati penyakit ringan, seperti batuk,
flu, atau demam. Obat bebas juga bisa berupa vitamin atau suplemen nutrisi.
Contoh obat bebas adalah parasetamol.

Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas memiliki kesamaan dengan obat bebas, yaitu


keduanya dijual bebas di pasaran. Namun, obat bebas terbatas termasuk
obat yang lebih keras ketimbang obat bebas, meski obat dalam golongan ini
juga bisa dikonsumsi tanpa resep dari dokter. Dalam jumlah tertentu, obat ini
masih bisa dijual di apotek mana saja

Obat jenis bebas terbatas juga memiliki simbol tertentu di


kemasannya, yaitu lingkaran biru bergaris tepi hitam. Tidak hanya itu, pada
kemasan obat bebas terbatas juga tertulis peringatan-peringatan seperti:

P1: Awas! Obat Keras! Baca Aturan Pakainya.

P2: Awas! Obat Keras! Baca Aturan Pakainya.

P3: Awas! Obat Keras! Hanya untuk Bagian Luar Tubuh.

P4: Awas! Obat Keras! Hanya untuk Dibakar.

P5: Awas! Obat Keras! Tidak Boleh Ditelan.

P6: Awas! Obat Keras! Obat Wasir, Jangan Ditelan.

Obat bebas terbatas bisa digunakan untuk mengobat penyakit dari


yang tergolong ringan hingga serius. Kalau Kamu belum sembuh juga, meski
sudah mengonsumsi obat dengan golongan bebas terbatas, lebih baik
berhenti mengonsumsinya dan periksakan diri ke dokter.

Obat Keras

Obat keras sudah termasuk obat yang tidak bisa dibeli bebas di apotek
tanpa resep dokter, meski dijual legal di apotek. Tanpa resep dokter dan jika
pemakaiannya tidak sesuai, dikhawatirkan obat ini bisa memperparah
penyakit, meracuni tubuh, bahkan menyebabkan kematian. Simbol obat
keras yang ada di kemasan obat adalah lingkaran merah bergaris tepi hitam
dan terdapat huruf K di dalamnya.

Pada umumnya, banyak obat-obat tertentu yang termasuk dalam


golongan ini, seperti:

Obat generik.

Obat Wajib Apotek (OWA).


Psikotropika.

Obat yang mengandung hormon, seperti obat penenang atau obat


diabetes.

Antibiotik, seperti tetrasiklin, penisilin, ampisilin, sefalosporin.

Untuk psikotropika, obat-obatan jenis ini memengaruhi susunan


sistem saraf pusat, sehingga bisa menimbulkan perubahan pada mental dan
perilaku orang yang mengonsumsinya. Maka dari itu, obat psikotropika hanya
bisa dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.

Bahkan, psikotropika juga dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan


bahaya dampaknya pada tubuh manusia. Psikotropika golongan I adalah obat
yang tidak boleh digunakan untuk terapi. Psikotropika golongan I hanya boleh
dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan, karena memiliki potensi yang
kuat untuk menyebabkan ketergantungan pada penggunanya.

Lain dari psikotropika golongan I, psikotropika golongan II bisa


digunakan untuk pengobatan maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Namun, psikotropika golongan II tetap memiliki potensi kuat untuk
menyebabkan ketergantungan.

Psikotropika golongan III lebih banyak digunakan untuk pengobatan,


meski obat jenis ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ilmu
pengetahuan. Risiko ketergantungan pada psikotropika golongan III
cenderung rendah. Selain itu, sama seperti golongan III, risiko
ketergantungan psikotropika golongan IV juga rendah. Psikotripika golongan
IV banyak digunakan untuk pengobatan maupun keperluan ilmu
pengetahuan.

Psikotropika golongan III lebih banyak digunakan untuk pengobatan,


meski obat jenis ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ilmu
pengetahuan. Risiko ketergantungan pada psikotropika golongan III
cenderung rendah. Selain itu, sama seperti golongan III, risiko
ketergantungan psikotropika golongan IV juga rendah. Psikotripika golongan
IV banyak digunakan untuk pengobatan maupun keperluan ilmu
pengetahuan.

Karena bersifat keras, psikotropika dan obat keras berada di dalam


kategori yang sama. Keduanya juga memiliki simbol yang sama. Contoh obat
keras adalah loratadine, pseudoeedrin, bromhexin HCL, alprazolam,
clobazam. Sementara itu, contoh obat psikotropika adalah ekstasi,
phenobital, sabu-sabu, diazepam.

Obat Narkotika

Narkotika adalah obat-obatan yang bisa berasal dari tanaman


maupun tidak. Narkotika juga bisa berupa sintesis atau semi sintesis. Sama
seperti psikotropika, narkotika menimbulkan efek ketergantungan,
khususnya jenis yang bisa mengurangi rasa sakit, nyeri, dan tingkat
kesadaran. Obat narkotika hanya boleh dijual di apotek, namun harus di
bawah resep dokter. Obat narkotika memiliki simbol lambang palang merah
yang tertera di kemasannya.

Mirip dengan psikotropika, narkotika juga memiliki golongan-


golongan tertentu. Narkotika golongan I hanya digunakan untuk ilmu
pengetahuan, namun tidak bisa digunakan untuk pengobatan. Pasalnya,
golongan I memiliki risiko ketergantungan yang tinggi.

Untuk narkotika golongan II, bisa digunakan untuk pengobatan dan


kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, biasanya dokter hanya memberi
resep narkotika golongan II sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan.
Pasalnya, golongan II juga bisa menyebabkan kertegantungan yang kuat.

Sementara itu, narkotika golongan III bisa digunakan untuk


kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan karena memiliki risiko yang
ringan untuk menyebabkan ketergantungan. Contoh obat narkotika adalah
opium, ganja, dan heroin. Untuk golongan II, contohnya tebakon, morfina,
dan peptidina. Sementara untuk golongan III, contohnya adalah kodeina,
nikokodina, dan nikodikodina

2.3 Resep

A. Pengertian Resep

Resep menurut Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 adalah


permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Resep merupakan aspek yang penting
untuk menunjang kualitas hidup pasien. Untuk meningkatkan kualitas
peresepan di rumah sakit, resep yang ditulis oleh dokter harus memenuhi
syarat antara lain: kelengkapan resep, penulisan obat dengan nama generik,
obat termasuk dalam FRS, dan tidak ada efek samping yang membahayakan.

B. Resep yang Lengkap

Suatu resep yang lengkap harus memuat :

 Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau
dokter hewan

 Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi


obat

 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep

 Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik hewan

 Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung


obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Pembagian suatu resep yang lengkap :

1). Tanggal dan tempat ditulisnya resep ( inscriptio )

2). Aturan pakai dari obat yang tertulis ( signatura )

3). Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep ( subcriptio )

4). Tanda buka penulisan resep dengan R/ ( invecatio )

5). Nama obat, jumlah dan cara membuatnya ( praescriptio atau


ordinatio )

Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada
pengobatan gigi dan mulut) dan dokter hewan (terbatas pada
pengobatan hewan). Dokter gigi diberi ijin menulis resep dari segala
macam obat untuk pemakaian melalui mulut, injeksi (parentral) atau
cara pemakaian lainnya, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan
mulut.

Resep untuk pengobat segera

Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat


memberi tanda :

Cito : segera

Urgent : penting

Statim : penting

P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda.


pada bagian atas kanan resep, apoteker harus mendahulukan
pelayanan resep ini termasuk resep antidotum .

Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep
ditulis Iteratie. Dan ditulis berapa kali resep boleh diulang. Misalkan
iteratie 3 X, artinya resep dapat dilayani 1 + 3 kali ulangan = 4 X .
Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat ditulis iteratie
tetapi selalu dengan resep baru

C. Salina Resep

Salinan resep adalah salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh
apotek

Istilah lain dari salinan resep: copy resep; apograph; exemplum; afchirft

Salinan resep memuat:

Semua keterangan yang ada dalam isi resep

Nama dan alamat apotek

Nama dan surat ijin pengelola apotek

Tanda tangan atau paraf APA

Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan

Tanda ne det atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan

Nomor resep dan tanggal peresepan

Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker dengan


mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan

Resep & salinan resep harus dirahasiakan.

Resep & salinan resep bersifat rahasia

Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika

Apabila resep narkotika baru dilayani sebagian atau belum dilayani


sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep
tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep aslinya

Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh
dilayani sama sekali (dokter tidak boleh menuliskan iter untuk resep yang
mengandung narkotika).
Resep dari luar propinsi harus mendapat persetujuan dari dokter setempat.

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan
Penyusun melakukan praktek kerja lapangan (PKL) 2 bulan dimulai tanggal 15
november 2020 sampai 15 januari 2021 di Apotek KIMIA FARMA SUDIRMAN selama
menjalankan PKL kami sebagai penyusun mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman
tambahan yang sebelumnya belum pernah kami peroleh. Berikut adalah kegiatan dan
pengetahuan serta pengalaman yang diperoleh penyusun selama PKL di Apotek KIMIA
FARMA SUDIRMAN.

A. Pengelolaan Obat
1. Perencanaan
a) Mencatat ketersediaan obat di Apotek
b) Mencatat obat yang mendekati buffer stop pada buku de facta
2. Pengadaan
a) Menulis obat yang akan dipesan pada surat pemesanan (SP)
b) Memilih Pengusaha Besar Farmasi (PBF) yang sesuai untuk
melakukan pemesanan
3. Penyimpanan
a) Mengecek kesesuaian faktur dengan barang yang dipesan,
antara lain meliputi : nama barang, jumlah barang, nomor
batch, expire date.
b) Menginput faktur pembelian barang
c) Menyimpan barang kegudang sesuai dengan First Expire First
Out (FEFO), First In First Out (FIFO), Afabetis, Farmakologi dan
jenis sediaan.
4. Pendistribusian
a) Mengalami obat dari gudang ke ruang racik/OTC (mutasi antar
gudang).
B. Pengelolaan Resep
1. Penerimaan Resep
2. Skrining resep; dimulai dari administrasi hingga kesesuaian farmasetika
3. Menghitung harga resep dan menginformasikan harga resep kepada
pasien
4. Menyiapkan obat yang tertulis pada resep
5. Merubah bentuk sediaan, seperti membuat pulvis dan kapsul
6. Membuat etiket yang sesuai dengan resep
7. Membuat salinan resep (bila diperlukan/jika resep diambil sebagian)
8. Menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi
mengenai obat sesuai kebutuhan.
H. Administrasi
1. Memisahkan antara resep umum dan resep yang mengandung obat
psikotropika dan dibindel reser-resep dimaksud
2. Mencatat ulang resep-resep yang mengandung obat-obatan
psikotropika ke dalam buku pengeluaran obat psikotropika
3. Menyimpan resep-resep yang telah dibindel pada tempat yang
ditentukan
4. Mempelajari cara pelaporan psikotropika dan narkotika

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembahasan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Maksudnya adalah bahwa tingkat kondisi dan situasi serta
kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus
selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Berbagai
upaya yang perlu dilakukan yaitu dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, diantaranya dengan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat secara luas dan terdistribusi secara
merata.

Kesehatan adalah kondisi sejahtera dan badan, jiwa dan social


yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan
ekonomis. Setiap manusia berusaha menjaga agar hidupnya tettap
sehat dan sejahtera. Dan bagaimana kita ketahui bahwa pelayanan
sangatlah bermanfaat dan diperlukan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan perlu ditinjau secara khusus.

Pendidikan kesehatan melalui pembinaan kesehatan ternyata


paling efektif karena seolah-olah potensinya tinggi, terorganisir, peka
terhadap pendidikan dan dapat menyebabkan kesehatan yang
modernisasi.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


A. Tujuan Umum
Penyelenggaraan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertujuan untuk :
a) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian
professional (dengan tingkat pengetahuan keterampilan dan
etos kerja yang sesuai dengan tuntuan lapangan kerja )
b) Memperkokoh “ Link and Macth” antara pihak sekolah dengan
instansi dan dunia kerja.
c) Meningkatkan system proses pendidikan dan pelatiahan
tenaga kerja yangberkualitas dan professional
d) Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap
pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan
e) Memberikan pemahaman mengenai tugas dan tanggung
jawab seorang asisten apoteker
f) Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup kerja dan
tanggung jawab seorang Tenaga Teknis Kefarmasian di apotek
g) Untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan dan
keterampilan tentang pembuatan, penyimpanan, dan
penyerahan obat atau bahan obat serta perbekalan farmasi
lainnya.
B. Tujuan Khusus
a) Sebagian acuan dasar umtuk pengalaman yang bermanfaat.
b) Memahami cara mengelola apotek yang baik
c) Umtuk menghasilkan Tenaga Kefarmasian yang profesional,
jujur dan bertanggung jawab dalam hal pelayanan kefarmaian
kepada masyarakat

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan


Adapun manfaat dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan
(PKL) adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan citra dan kemandirian profesi Asisten Apoteker
b) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat
c) Meningkatkan kualitas dan tanggung jawab yang tinggi
d) Meningkatkan hasil profesi yang baik
e) Memberikan gambaran sebagaimana dunia kerja secara nyata
f) Mampu berkomunikasi dengan lingkungan kerja

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. KESIMPULAN
1. Sese

5.2. Saran

Anda mungkin juga menyukai