DI APOTEK LATIVA
Disusun Oleh :
DI APOTEK LATIVA
Diajukan guna melengkapi tugas Praktek Kerja Profesi Apoteker dan memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Profesi Apoteker dan
mencapai gelar Apoteker
Disusun Oleh :
ii
LEMBAR PEGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI
APOTEK LATIVA
JL. LETJEN PANJAITAN NO. 16 JEMBER
12 DESEMBER 2019– 18 JANUARI 2020
Disetujui Oleh:
Indah Purnama Sary, S.Si., M.Farm., Apt Esti Indriati, S.Si., Apt.
NIP. 198304282008122004 19790508/SIPA 35.09/2016/2297
Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Lativa yang berlangsung mulai tanggal 12 Desember 2019 hingga 18 Januari
2020 dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Melalui kegiatan ini calon Apoteker
diharapkan mendapat pengalaman, pengetahuan dan wawasan dalam seluruh aspek
pelayanan kefarmasian di Apotek untuk mempersiapkan diri sebagai calon Apoteker
yang dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Terlaksananya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Lativa tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, sehingga kami
menyampaikan Terima Kasih kepada:
1. Ibu Lestyo Wulandari, S.Si., Apt., M.Farm selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Jember.
2. Ibu Lidya Ameliana, S.Si., Apt., M.Farm. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jember.
3. Ibu Esti Indriati, S.Si., Apt. selaku Preseptor Praktek Kerja Profesi Apoteker
di Apotek Lativa yang penuh kesabaran dalam membimbing kami..
4. Ibu Indah Purnama Sary, S.Si., M.Farm., Apt selaku dosen pembimbing
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) atas arahan, nasehat dan
bimbingannya selama ini.
5. Bapak Hadi, Mbak Fitra, Mbak Ika, Mbak Uli, Mbak Opi, Mbak Novi, Mbak
Wahyu, Bu Mevi, dr. M. Andri Novrianto dan Mas Dedi serta pasien Apotek
Lativa yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Apotek Lativa.
6. Seluruh dosen Program Studi Profesi Apoteker yang telah memberikan
banyak pengetahuan kepada kami
7. Orang tua dan keluarga kami tercinta yang telah memberikan doa dan
iv
dukungan kepada kami.
8. Teman-teman Program Studi Profesi Apoteker angkatan XI Universitas
Jember.
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu atas bantuan dan
dukungan yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
Kami menyadari dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki sehingga laporan ini masih jauh dari sempurna. Sehingga, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan kemajuan di masa
mendatang. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama PKPA di
Apotek Lativa dapat berguna bagi calon apoteker untuk terjun ke masyarakat dalam
rangka pengabdian profesi dan laporan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya bidang Farmasi Komunitas.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan PKPA Apotek ..................................................................................... 3
1.3 Manfaat PKPA di Apotek............................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
2.1 Pengertian Apotek .......................................................................................... 4
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek ............................................................................... 4
2.3 Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang- undangan ................................ 5
2.3.1 Persyaratan Apotek ................................................................................. 7
2.3.2 Pendirian Apotek ..................................................................................... 7
2.3.3 Tujuan Apotek......................................................................................... 9
2.3.4 Surat Izin Apotek (SIA) .......................................................................... 9
2.4 Tugas dan Tanggung jawab Apoteker .......................................................... 13
BAB III. TINJAUAN UMUM APOTEK LATIVA ............................................... 16
3.1 Sejarah Apotek Lativa .................................................................................. 16
3.2 Visi dan Misi Apotek Lativa ........................................................................ 17
3.3 Fasilitas, Sarana dan Prasarana di Apotek Lativa ........................................ 17
3.4 Struktur Organisasi ....................................................................................... 19
BAB 4. KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN ............................................... 23
4.1. Kegiatan PKPA ............................................................................................ 23
4.1.1 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai ............................................................................................. 23
4.1.2 Kegiatan Farmasi Klinik ........................................................................... 36
4.2. Tugas SelamaPKPA ..................................................................................... 39
vi
4.3. Pembahasan .................................................................................................. 39
4.3.1 Kegiatan di Apotek ..................................................................................... 40
4.3.2Tugas SelamaPKPA .................................................................................... 45
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 50
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 50
5.2 Saran ............................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 52
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1. Struktur Organisasi di Apotek Lativa ........................................................... 21
4.1. Alur Pengelolaan Sediaan Farmasi ............................................................... 25
4.2. Alur Pelayanan Obat .................................................................................... 39
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Foto Dokumentasi....................................................................................... 52
B. Tugas Yang Dikerjakan Selama PKPA…………………………………60
1. Menulis Copy Resep dan Etiket ................................................................ 60
2. Pengelompokkan Obat Generik di Apotek Lativa .................................... 68
3. Penggolongan dan Contoh Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas ............ 73
4. Penggolongan dan Contoh Obat Narkotika, Psikotropika Dan Obat – Obat
Tertentu ..................................................................................................... 77
5. Penggolongan dan Contoh Obat Wajib Apotek (OWA) ........................... 83
6. Skrining Resep .......................................................................................... 86
ix
BAB I. PENDAHULUAN
Apotek termasuk perizinan yang diatur didalamnya melalui sistem OSS. Telah
disebutkan pada pasal 30 yaitu:
1. Apotek diselenggarakan oleh pelaku usahaperseorangan.
2. Pelaku Usaha perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu apoteker.
3. Persyaratan untuk memperoleh Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf x terdiriatas:
a. STRA;
b. surat izin praktikapoteker;
c. denahbangunan;
d. daftar sarana dan prasarana;
e. berita acarapemeriksaan.
Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) merupakan bukti tertulis yang
diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009, Pasal 40. Seorang apoteker untuk
memperoleh harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki ijazahapoteker;
b. memiliki sertifikat kompetensiprofesi;
c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker;
d. mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik;
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
2. Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan
alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek,
wajib mengajukan permohonan perubahan izin kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
3. Terhadap apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau
perubahan nama apotek tidak perlu dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim
pemeriksa.
4. Tata cara permohonan perubahan izin bagi apotek yang melakukan perubahan
alamat dan pindah lokasi atau perubahan apoteker pemegang SIA mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
2. Pengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh
apoteker. Apoteker dapat menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien.
3. Komunikator
Komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan harus terwujud, demi tercapainya
terapi pasien, sehingga apoteker harus mampu berkomunikasi yang baik dengan
pasien maupun profesi kesehatan.
4. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang
empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil
keputusan.
5. Pengelola
Apoteker harus dapat mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan
informasi secara efektif, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi informasi
dan bersedia berbagi informasi tentang obat dan hal lain yang berhubungan
dengan obat.
6. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan profesi
melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing Professional Development/ CPD).
7. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam mengumpulkan
informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian dan memanfaatkannya
dalam pengembangan dan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian.
melalui pelayanan yang meliputi pemberian informasi obat dan konseling kepada
pasien yang membutuhkan. Dalam hal tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik
sesuai standar pelayanan.
Selain itu, dalam pengobatan Apoteker harus memahami dan menyadari
kemungkinan adanya ketidaktepatan pengobatan (medication error), apoteker harus
dapat mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah terkait obat (drug
relatedproblems), farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio-
pharmacoeconomy).Apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan
obat, evaluasi penggunaan obat serta mendokumentasikan aktivitas kegiatannya.
Adanya perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam
bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari
pengelolaan Obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif
(pharmaceutical care), sehingga seorang apoteker harus mampu tidak saja sebagai
pengelola Obat namun mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung
penggunaan Obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan Obat untuk
mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan.
Apoteker harus mampu melakukan pengembangan usaha apotek agar apotek
dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara
meningkatkan penjualan dan mengadakan pembelian yang sah dan penggunaan biaya
seefisien mungkin Selain itu, apoteker penanggung jawab apotek, harus mampu
bertanggung jawab terhadap keberlanjutan apotek yang dipimpinnya, juga kepada
pemilik modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek.
16
APA/PSA
Esti Indriati S.Si., Apt
Manajer Operasional
Manajer Keuangan
Hadi Marsono
Mevi Widiati
Tenaga Teknis
Kefarmasian
1. Ika Agustin
Umum Hadiawati Kasir
(Gudang dan 2. Fitrah Sri Opi Nihaya
Administrasi) Wahyuni
1. Wahyu Rohmania 3. Novi Dwi
2. Triana Yulianti Christianti
farmasi lainnya.
5. Kasir dalam suatu apotek memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. Menjalankan proses penjualan dan pembayaran.
b. Melakukan pencatatan atas semua transaksi.
c. Membantu pelanggan dalam memberikan informasi mengenai
suatuproduk.
d. Melakukan proses transaksi pelanyanan jual beli serta melakukan
pembungkusan.
e. Melakukan perhitungan secara teliti agar tidak terjadi selisih antara produk
dan uang yang ada dengan laporan yang dibuat.
f. Mampu berkomunikasi dengan baik dan benar.
6. Bagian umum memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Menerima faktur dan mencocokkan dengan barang yang datang.
b. Mengisi stok obat yang kosong.
c. Melayani pembeliaan obat bebas dan bebas terbatas.
d. Membantu peracikan obat resep.
23
4.1.1 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai
1. Perencanaan
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan
diApotek Lativa yaitu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73
Tahun2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek diantaranya
pengelolaan sediaan Farmasi, alat kesehatan dan BMHP serta pelayanan
farmasi klinik.Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan untuk menentukan
jenis, jumlah dan waktu pemesanan sehingga mencegah adanya kekosongan
atau kekurangan sediaan farmasi.Perencanaan sediaan farmasi
dimenggunakan metode kombinasi yaitu menurut pola konsumsi masyarakat,
pola penyakit berdasarkan cuaca, persediaan/ stok, harga barang dan pola
penulisan resep oleh dokter. Asisten apoteker telah diberi wewenang dan
24
Pesan
Barang datang
Penyimpanan barang
2. Pengadaan
Sumber pengadaan di Apotek Lativa dilakukan melalui 3 macam cara yaitu:
1. Pembelian melalui PBF
Pengadaan sediaan farmasi melalui PBF merupakan pengadaan barang
yang dipesan melalui pencatatan berdasarkan buku defekta. Obat yang
akan dipesan ditulis dalam surat pesanan (SP). Surat pesanan tersebut
berisi tanggal pemesanan, nama PBF, nomor, nama barang, kemasan,
dan dosis yang dimaksud, jumlah barang, harga, tanda tangan pemesan
dan stempel apotek. Selain itu, pemesanan obat juga dapat dilakukan
melalui telepon ataupun whatsapp, sedangkan SP diberikan pada saat
kurir datang mengantarkan barang.
Ada beberapa kriteria pemilihan PBF:
a. Legal, memiliki nomer ijin yang terdaftar dan memiliki sertifikat
CDOB.
b. Menyediakan obat dengan lengkap, kualitas baik, dalam jumlah
26
3. Penerimaan
Kegiatan penerimaan mempunyai tujuan untuk menjamin kesesuaian
jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Pada saat
penerimaan juga dilakukan pemeriksaan nama dan alamat apotek yang
tertera dalam faktur untuk memastikan bahwa faktur tersebut ditujukan pada
apotek yang dituju, kemudian dilakukan pencocokan faktur dengan surat
pesanan yang telah ditandatangi apoteker yang meliputi nama barang,
jumlah barang, dan kekuatan sediaan. Selain itu juga dilakukan pencocokan
barang sesuai dengan faktur yang meliputi nama, jumlah, kekuatan, nomor
batch, volume, tanggal kedaluwarsa serta tampilan fisik barang yang
diterima. Apabila terdapat barang yang datang tidak sesuai dengan surat
pesanan, ada kerusakan fisik dan barang yang sudah mendekati dengan
tanggal kadaluarsa atau expired date (ED) maka dapat dilakukan retur
barang. Untuk barang yang sudah sesuai maka dilakukan penandatanganan
faktur dan stempel apotek, kemudian dilakukan penyimpanan barang sesuai
dengan tempatnya, dan dilakukan pencatatan barang di kartu stok untuk obat
narkotika, psikotropika, OOT, dan prekursor. Sedangkan untuk obat-obatan
lainnya dilakukan penginputan data di komputer. Faktur diinput dalam
komputer kasir kemudian faktur disimpan dan diarsipkan serta dilakukan
pencatatan pada buku faktur. Apabila terdapat perubahan harga, naik atau
turun dapat dilakukan perubahan pada komputer kasir.Selanjutnya
29
dilakukan pembayaran, jika telah dilakukan secara tunai maka faktur asli
langsung diberikan ke apotek, jika pembayaran secara kredit maka salinan
faktur yang diberikan, faktur asli akan diberikan setelah pembayaran telah
lunas.
4. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi bertujuan untuk menjaga stabilitas seperti
suhu, kelembaban, cahaya dan legalitas obat terutama golongan narkotika
dan psikotropika. Metode penyimpanan di Apotek Lativa dilakukan
berdasarkan beberapa hal berikut:
a. Obat generik dan obat branded
Penyimpanan kedua obat ini di rak/etalase yang berbeda.
b. Alfabetis
Penyimpanan semua obat disusun secara alfabetis A sampai Z.
c. Stabilitas Obat
Stabilitias obat yang diperhatikan saat penyimpnan terkait suhu,
kelembapan dan cahaya. Contoh untuk obat yang memutuhkan
penyimpanan khusus seperti suppositoria, ovula dan probiotik harus
disimpan dikulkas khusus obat tanpa tercampur dengan makanan dan
bahan lain yang dapat mengkontaminasi sediaan farmasi. Hal ini
dilakukan agar dapat menjamin mutu sediaan farmasi dan terhindar sari
kerusakan obat.
d. Golongan obat
1. Obat bebas dan bebas terbatas sering juga disebut obat over the
counter (OTC) disimpan di rak penyimpanan yang terlihat oleh
konsumen dan penyimpanannya berdasarkan farmakologinya.
2. Obat keras disimpan dirak penyimpanan yang tidak terlihat oleh
konsumen.
30
5. Pemusnahan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2020, pemusnahan
dilakukan untuk obat dan resep. Pemusnahan obat di Apotek Lativa
dilaksanakan untuk obat-obat yang sudah kadaluwarsa dan dalam jumlah
yang sedikit. Hal tersebut dikarenakan strategi pengadaan obat dalam
jumlah sedikit namun jenis yang banyak sehingga meminimalisir kegiatan
pemusnahan. Sedangkan proses pemusnahan resep dilakukan setiap 5 tahun
sekali dan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
6. Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi bertujuan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan dan menghindari adanya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Kegiatan pengendalian di Apotek Lativa tidak
31
2. Surat pesanan
Surat Pesanan (SP) merupakan surat yang dibuat oleh pembeli dalam
(apotek) kepada penjual (Perusahaan Besar Farmasi/PBF atau
subdistributor) dalam rangka memesan obat-obat yang dibutuhkan di
apotek. SP dibedakan menjadi beberapa macam yaitu SP umum/regular
yang biasanya digunakan untuk pemesanan obat bebas, obat bebas
terbatas dan obat keras. SP obat-obat tertentu digunakan untuk
pemesanan obat-obat tertentu seperti SP obat prekursor digunakan untuk
pemesanan obat-obat yang mengandung prekursor seperti
pseudoefedrine, phenylpropanolamine, dan ephedrine. SP narkotik
digunakan untuk pemesanan obat yang mengandung narkotik seperti
codeine. SP psikotropika digunakan untuk pemesanan obat yang
mengandung psikotropika seperti diazepam dan chlordiazepoxide
(Lampiran A3). SP regular, OOT dan prekursor dapat digunakan untuk
pemesanan beberapa macam dan SP narkotika hanya 1 macam obat saja,
serta SP psikotropika dapat digunakan untuk pemesanan 2-5 jenis
psikotropika. Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 rangkap.
3. Buku faktur / pembelian
Buku faktur atau buku pembelian berisikan nama PBF, nomor faktur,
jumlah tagihan, jatuh tempo pembayaran, dan tanggal pelunasan. Apotek
Lativa menyimpan faktur selama 5 tahun, kemudian dapat dilakukan
pemusnahan.
4. Kwitansi
Kwitansi diberikan apabila pasien memerlukan bukti pembayaran atas
resep yang dibelinya. Format kwitansi di Apotek Lativa yaitu memuat
nama pasien/ pelaku transaksi dan jumlah pembayaran, sedangkan di
lembar baliknya memuat turunan resep/ copy resep.
5. Turunan resep
Turunan resep merupakan salinan tertulis dari suatu resep. Salinan resep
34
oleh masyarakat namun di apotek belum tersedia. Buku defekta ini dapat
digunakan untuk mengontrol barang yang hampir habis dan sebagai
dasar penentuan pembelian barang ke PBF.
8. Buku pengeluaran
Buku pengeluaran merupakan buku yang digunakan untuk mencatat
semua pengeluaran yang dibayarkan pada tanggal tersebut. Pengeluaran
yang dimaksudkan meliputi pengeluaran yang dibayarkan untuk PBF,
listrik dan fee dokter.
9. Buku pencatatan kas
Buku pencatatan kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat
pendapatan tiap shift dalam sehari, selain itu juga digunakan untuk
mencatatan pengeluaran pada saat itu seperti pengeluaran untuk
pembayaran ke PBF.
10. Faktur pajak
Faktur pajak merupakan dokumen yang berisikan tentang jumlah pajak
yang harus dibayarkan oleh Apotek Lativa kepada dinas perpajakan
melalui PBF sebesar 10% terhadap total belanja obat dalam setiap
pembeliansediaan farmasi.
11. Dokumen pemusnahan
Dokumen pemusnahan untuk perbekalan farmasi maupun obat
yang sudah tidak dapat digunakan baik karena kadaluwarsa, rusak,
ataupun tidak memenuhi persyaratan yang berupa dokumen berita acara
pemusnahan perbekalan farmasi. Berita acara memuat keterangan
tanggal dan tempat pelaksanaan, nama apotek, alamat, nama APJ dan
nomor SIPA, daftar obat yang dimusnahkan dan daftar saksi.
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan
36
b. Obat yang sudah selesai disiapkan selanjutnya diberi etiket meliputi warna
putih untuk obat dalam/ oral, warna biru untuk obat luar dan suntik serta
menempelkan label kocok dahulu pada sediaan suspensi/ emulsi.
c. Sebelum melakukan penyerahan obat kepada pasien wajib dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket
denganresep).
d. TTK atau apoteker menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan
pemberian informasi yang diperlukan seperti nama obat, kegunaan obat
dan aturan pakaiobat.
(a)
39
(b)
Gambar 4.2 Alur pelayanan obat (a) resep, (b) non resep
1. Mencatat dan membuat daftar obat generik yang ada di Apotek Lativa,
terdapat di Lampiran B Tugas 2.
40
2. Menyebutkan definisi, dan logo dari obat bebas, obat bebas terbatas dan
obat keras sesuai peraturan perundang-undangan serta menyebutkan
contoh dari masing-masing jenis obat tersebut yang ada di Apotek Lativa,
terdapat di Lampiran B Tugas 3.
4. Menyebutkan definisi dan logo obat dari obat wajib apotek (OWA) serta
menyebutkan masing-masing contoh obat tersebut yang ada di Apotek
Lativa, terdapat di Lampiran B Tugas 5.
b. Tugas Individu
1. Membuat etiket, turunan resep dari resep pasien yang ada di apotek
Lativa, terdapat di Lampiran B Tugas 1.
2. Melakukan skrining resep, dan pemantauan terapi obat pada pasien secara
online melalui (whatsapp), terdapat di Lampiran B Tugas 6.
4.3. Pembahasan
4.3.1 Kegiatan di Apotek
1. Kegiatan manajerial di apotek
Standar pelayanan tidak hanya terpaku dan terfokus pada pelayanan
klinik saja, melainkan pelayanan yang harus tertata pada pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pelayanan dan
41
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
Apotek Lativa sudah sesuai dengan peraturan kementerian kesehatan RI
nomor 73 tahun 2016. Pengelolaan yang dimaksud pada permenkes terseut
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan
Kegiatan perencanaan yang dilakukan di Apotek Lativa sudah berjalan
baik dengan memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat. Hal tersebut dapat dianalisis dari resep untuk
mendapatkan pola penyakit, dari masyarakat secara langsung terkait
permintaan obat yang diinginkan oleh pasien secara langsung. Pemenuhan
terkait berbagai jenis obat di apotek ini sangat diperhatikan ketika beberapa
pasien menanyakan terkait suatu obat tetapi tidak tersedia dan selalu
ditanyakan oleh beberapa pasien lagi, maka apotek ini berusaha untuk
melengkapi kebutuhan yang diinginkan oleh beberapa pasien tersebut yang
selalu mencari obat tertentu tersebut. hal ini menjadi titik kritis yang sangat
baik, bahwa apotek ini sangat memperhatikan kebutuhan pasien dan tidak
hanya dari keinginan dari pihat apotek saja sehingga pasien juga turut dalam
membantu perkembangan apotek ini. Namun perlu dilakukan pengecekan
berkala untuk menyesuaikan data antara di komputer dan barang secara fisik
agar perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi dapat lebih efektif dan
efisien sesuai dengan SOP (Standart Operational Procedur).
Pengadaan yang dilakukan oleh Apotek Lativa juga telah sesuai
dengan Permenkes 73 tahun 2016. Untuk menjamin kualitas pelayanan
kefarmasian dari apotek ini telah melakukan pengadaansediaan farmasi
melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Seleksi
ketat terkait pemilihan produk yang akan dipasarkan sangat diperhatikan.
Semua produk yang dipasarkan di apotek ini telah memiliki nomor izin edar
dari BPOM, melakukan penolakan terhadap produk yang tidak jelas terkait
nomor izin edarnya. Apotek Lativa memiliki strategi yang cukup efektif dan
42
tidak sesuai dengan fraktur atau pemesanan, kondisi fisik jelek, dan memiliki
ED dekat, secara langsung akan diproses untuk mendapatkan barang yang
sesuai dengan permintaan. Barang yang memiliki ED dekat, oleh pegawai
apotek akan langsung meminta barang yang sama dengan ED yang lebih
panjang. Hal ini dilakukan untuk menjamin kualitas barang agar dapat
bertahan lebih lama.
Penyimpanan sediaan farmasi di Apotek Lativa telah berjalan baik dan
sesuai dengan peraturan. Jumlah persediaan obat yang beraneka macam
memerlukan ruang penyimpanan yang lebih besar. Ruang penyimpanan yang
lebih besar dapat membuat obat tersusun lebih rapi, mempermudah proses
pengontrolan obat dan mencegah obat yang rawan terselip, serta mencegah
kesalahan dalam pengambilan obat. Selain itu, penandaan obat LASA (Look
Alike Sound Alike) secara jelas dirasa perlu diterapkan, hal tersebut mengingat
Apotek Lativa memiliki jumlah pasien yang banyak sehingga menyebabkan
mobilitas yang tinggi dari karyawan dapat menimbulkan kesalahan dalam
pengambilan barang sewaktu-waktu. Penyimpanan obat-obat khusus yang
perlu disimpan di lemari pendingin telah dilakukan dengan baik di Apotek
Lativa. Obat-obat tersebut disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2-
8oC, contoh obat-obat yang perlu disimpan di lemari pendingin agar terjaga
stabilitasnya yaitu L-Bio, Lacto-B, sirup kering Co-Amoxiclav, Flagystatin,
dll.
Namun untuk kegiatan pencatatan di Apotek Lativa belum berjalan
dengan baik. Obat-obat selain narkotika dan psikotropika di Apotek Lativa
menggunakan sistem pencatatan secara komputerisasi belum menggambarkan
keadaan sebenarnya, karena ketidaksesuaian antara jumlah obat secara fisik
dengan jumlah yang ada di komputer. Perbedaan jumlah stok dapat terjadi
karena ketidakteraturan dalam menginput data obat yang telah terjual. Apabila
terjadi perbedaan jumlah stok dalam data di komputer, maka data tersebut
diperbaiki secara manual.
44
2. Menyebutkan definisi, dan logo dari obat bebas, obat bebas terbatas dan obat
keras serta menyebutkan contoh dari masing-masing jenis obat tersebut
Tujuan dari tugas ini adalah agar mahasiswa mampu
mendefinisikangolongan obat dan logo obat dari masing-masing golongan
menurut perundang-undangan, serta mengetahui contoh masing-masing
golongan obat tersebut yang ada di Apotek Lativa. Menurut Permenkes No
2380/A/SK/IV/83 disebutkan bahwa logobulatan berwarna hijau dengan garis
tepi hitam merupakan logo obat bebas, sedangkan obat bebas terbatas ditandai
denganlogo bulatan berwarna biru. Menurut Permenkes No
02396/A/SK/111/86 Obat keras ditandai dengan huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi hitam.
46
OWA 2 diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No 924 tahun 1993, dan
OWA 3 yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No 1176 tahun
1999. Contoh obat wajib apotek yang ada di .Apotek Lativa dapat dilihat pada
lampiran B Tugas 5.
5. Membuat etiket, turunan resep dari resep pasien yang ada di Apotek Lativa
Tujuan dari tugas ini untuk melatihkemampuan mahasiswa PKPA di
apotek supaya lebih memahami cara penulisan etiket dan salinan resep dengan
benar. Salinan resepmerupakan salinan yang dibuat apoteker atau TTK yang
memuat semua keteranganyang terdapat dalam resep asli meliputi nama dan
alamat apotek, SIA,tanda tangan atau paraf APA, det/detur untuk obat yang
sudah diserahkanatau ne detur untuk obat yang belum diserahkan, nomor
resep, dan tanggal pembuatan. Etiket merupakan kertas atau label yang berisi
petunjuk cara penggunaan obat yang ditujukan kepada pasien
tentangpenggunaan obat dalam satu hari.
Dalam menulis etiket di Apotek Lativa nomor resep diisi bulan dan
tahunresep serta empat digit dari nomor resep yang masuk, misal nomor resep
0120100 dua digit pertama merupakan bulan yang berarti bulan ke 1 yaitu
bulan Januari, dua digit kedua merupakan tahun yaitu tahun 2020 sedangkan
empat digit terakhir resep yaitu nomor urut resep yang berarti resep ke-100.
Tanggal diisi tanggal peracikan obat kemudian untuk namadituliskan ditengah
dengan jelas. Keterangan yang tertera pada etiket dipilihdengan cara
dilingakari sedangkan yang tidak diperlukan dicoret, sedangkanuntuk
keterangan yang paling bawah diisikan indikasi obat.Salinan resep ditulis
sesuai dengan isi resep yang meliputi nama dokter,tanggal resep, tanggal
dibuat copy resep, nomor resep, nama pasien,kemudian nama obat dan dosis
sesuai dengan resep, keterangan obat det/nedetatau did dan tanda tangan
apoteker atau TTK serta stempel apotek.
48
6. Skrining resep
Skrining resep adalah kegiatan mengkaji resep yang meliputi
pengkajian administrasi, farmasetik dan klinis. Skrining resep mempunyai
manfaat yaitu dapat mengurangi terjadinya kesalahan pengobatan misalnya
tidak sesuai dengan kondisi pasien, jenis obat atau jumlah dosis yang
dibutuhkan tidak sesuai. Apabila terdapat ketidaksesuaian dari hasil
pengkajian maka apoteker harus menghubungi dokter penulis resep. Resep
yang ditebus di Apotek Lativa sebagian besar diperoleh dari dokter yang
berpraktek di Apotek Lativa namun juga terdapat beberapa resep dari dokter
lain. Sumber resep yang lain misalnya dari puskesmas sumber sari dan dokter-
dokter lain yang berpraktek di area kota Jember. Dalam melakukan skrining
resep dibutuhkan beberapa data, data tersebut salah satunya bersumber dari
pasien. Dalam praktiknya, untuk dapat mengetahui informasi dari pasien,
dilakukan penggalian informasi secara lengkap terkait keluhan dan gejala
yang dialami oleh pasien, pengobatan sebelumnya, dan informasi yang telah
diperoleh dari dokter terkait penyakit yang dialami. Setelah penggalian
informasi dan penyerahan obat, kami meminta izin kepada pasien untuk
melakukan pemantauan terapi melalui whatsapp.
7. Mengisi Daftar Tilik Skrining Resep (DTSR)
DTSR merupakan suatu formulir yang digunakan oleh apoteker dalam
pengkajian resep meliputi administrasi, farmasetik, dan klinis. Tujuan dari
pengisian Daftar Tilik Skrining Resep (DTSR) agar mahasiswa PKPA
memahami dan mempunyai kemampuan dalam pengisian formulir DTSR
secara baik dan benar. Pengisian formulir DTSR penting dilakukan oleh
apoteker dikarenakan untuk menjamin keamanan suatu obat sebelum
diserahkan kepada pasien. Pengisian formulir DTSR ini juga dapat
meminimalisir adanya kesalahan pengobatan yang tidak sesuai dengan
keadaan pasien sehingga dapat menunjang tercapainya efektivitas terapi yang
diinginkan. Kegiatan pengisian formulir DTSR di Apotek Lativa tidak
49
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
telah dilakukan di Apotek Lativa pada tanggal 12 Desember 2019 – 18 Januari
2020 maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Mahasiswa calon apotekertelah memahami tentang peran, fungsi, posisi,
dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Mahasiswa calon apoteker telah memiliki wawasan, pengetahuan,
ketrampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
3. Mahasiswa calon apoteker melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-
kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek
farmasi komunitas di apotek.
4. Mahasiswa calon apoteker telah siap memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Mahasiswa calon apoteker telah mendapatkan gambaran nyata tentang
permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek.
5.2 Saran
1. Pengadaan dua komputer untuk memudahkan transaksi atau dengan
adanya data harga produk farmasi maupun non-farmasi dalam bentuk
label pada produk untuk memudahkan pelayanan bagi pasien dan
mengefisiensikan waktu pelayanan. Berdasarkan pengamatan, sebagian
besar pasien selalu menanyakan harga produk tersebut sebelum membeli
sedangkan daftar harga produk tersebut hanya terdapat di komputer.
51
2. Adanya meja konseling atau penyediaan ruangan khusus untuk KIE oleh
apoteker kepada pasien, sehingga mampu meningkatkan pelayanan
kefarmasian di Apotek.
52
DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy, C., Amstrong, L., Goldman, M. and Lance, L.L. 2009.
Drug Information Handbook 17th Edition. American
PharmacistAssociation.
Gitawati, Retno. 2014. Bahan Aktif Dalam Kombinasi Obat Flu Dan
Batuk-Pilek dan Pemilihan Obat Flu yang Rasional. Media
Litbangkes. Vol. 24 No. 1.
Pramono, Annisa Shafira, dan dr. Tri Umiana Sholeha, M.Kes. 2018.
Pitiriasis Vesikolor: Diagnosis dan Terapi. Jurnal Agromedecine.
Vol. 5 No. 1.
54
LAMPIRAN
A. FOTO DOKUMENTASI
1. Kegiatan – kegiatan Apotek
Pemusnahan Obat
55
3. Dokumen Apotek
RESEP 2
64
RESEP 2
66
RESEP 2
68
RESEP 2
70
BentukSediaan&
KelasTerapi NamaObat Volume Dosis
Amoxicillin tablet 500 mg
trihidrate sirupkering 60ml 125 mg/5 ml
tablet 500 mg
Ampicillin
sirupkering 60ml 125 mg/5 ml
Azithromycin tablet 500 mg
kapsul 500 mg
Cefadroxil
sirupkering 60ml 125 mg/ 5 ml
kapsul 100 mg, 200 mg
Cefixime
sirupkering 60ml 100 mg/5 ml
Ciprofloxacine tablet 500 mg
Clindamycin kapsul 150 mg, 300 mg
kapsul 250 mg
Cloramphenicol
sirupkering 60ml 125 mg/ 5 ml
Co Amoxyclav tablet 625 mg
Tablet 80 mg, 400 mg
Cotrimoxazole
ANTIBIOTIK sirupkering 60ml 240 mg/ 5 ml
Doxycycline kapsul 100 mg
kapsul 500 mg
Erythromycine
sirupkering 60ml 200 mg/ 5ml
Gentamisin sulfat salep 0,1%
Levofloxacine tablet 500 mg
Metronidazole tablet 500 mg
Mupirocin salep 10 g 2%
Ofloxacine tablet 400 mg
Oxytetracycline krim 3,5 g 1%
Rifampicine tablet 450 mg
Spiramycin tablet 500 mg
Tetracyclin tablet 500 mg
krim5 g, 10 g,15 g 2%
ANTI FUNGI Griseofulvin tablet 125 mg
Miconazole nitrate krim 10 g 2%
Clotrimazole krim 10 g 1%
tablet 10 mg
Cetirizin
sirup 60 ml 5 mg/ 5 ml
ANTIHISTAMI Ctm tablet 4 mg
N
Antasida tablet 200 mg
suspensi 60 ml
Cimetidine tablet 200 mg
Famotidine tablet 20 mg
GASTRITIS Lansoprazole kapsul 30 mg
Omeprazole kapsul 20 mg
Ranitidine tablet 150 mg
72
tablet 10 mg
Domperidone
sirup 60 ml 5 mg/ 5 ml
ANTI EMETIK Ondansentron tablet 4 mg
Loperamid tablet 2 mg
ANTI DIARE
tablet 30 mg
Ambroxol
sirup 60 ml 15 mg/ 5 ml
MUKOLITIK Acetylsistein kapsul 200 mg
Erdostein tablet 300 mg
Furosemid tablet 40 mg
DIURETIK Spironolactone tablet 25 mg
Haloperidol tablet 5 mg
Amitriptyline tablet 25 mg
73
1 mg, 2 mg,
Glimepirid tablet 3 mg, 4mg
DIABETES
Glibenclamid tablet 5 mg
MELITUS
Metformin tablet 500 mg
Asam
ANTI Traneksamat tablet 500 mg
74
FIBRINOLITK
JERAWAT Benzoyl Peroxide gel 2.5%, 5%
Ursodeoxycholic
BATU EMPEDU tablet 250 mg
Acid
75
TUGAS 3. Penggolongan dan Contoh Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas dan
Obat Keras
Logo Narkotika
Contoh Sediaan Narkotika yang ada di Apotek Lativa:
1) Codikaf (Codein phosphate 20 mg)
2) Codipront (codeine anhydrate 30 mg dan phenyltoloxamine 10 mg)
3) Coditam (Codein 30 mg dan Paracetamol 500 mg)
2. Psikotropika
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997,
definisi “Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental danperilaku”.
Logo dari psikotropika sendiri biasanya menggunakan logo obat keras yang
ditandai dengan huruf K tercetak hitam tebal dalam lingkaran berwarna
merah dengan tepi hitam.
Contoh obat golongan psikotropika yang ada di Apotek Lativa:
1) Alena (estazolam)
2) Alprazolam
3) Analsik (diazepam, methampyrone)
4) Atarax (Alprazolam)
5) Bamgetol (Carbamazepine)
6) Braxidin (chlordiazepoxide, clidinium Br)
7) Clixid (chlordiazepoxide)
8) Clobazam
9) Elgran (estazolam)
10) Esilgan (Estazolam)
11) Frisium (clobazam 10 mg)
12) Melidox (Clidinium Br)
13) Melopam (Lorazepam)
14) Proneuron (diazepam, methimazole)
15) Sanmaag (Papaverine HCl, chlordiazepoxide)
16) Valisanbe (diazepam)
3. Prekursor
Menurut peraturan badan pengawas obat dan makanan (BPOM) no. 4
tahun 2018 tentang pengawasan pengelolaan obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian Pasal 1
ayat 5 tertulis bahwa “Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau
bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk
keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine,
norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau Potasium
81
7. Piperidine.
8. Sulphuric Acid.
9. Toluene.
e. Nystatin
1. Analisis Resep
a. Skrining Administrasi
Keterangan
No. Uraian Penyelesaian
Ada Tidak
Tanggal penulisan resep (Inscriptio)
Identitas dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Dokter √
4. Nomor Telepon Dokter √
5. Tempat dan tanggal penulisan √
Resep
Invocatio
6. Tanda awal penulisan resep √
(R/)
Prescriptio
7. Nama Obat √
8. Bentuk sediaan √
9. Kekuatan Obat √
10. Jumlah obat √
Signatura
11. Nama Pasien √
12. Umur pasien √
13. Alamat pasien √ Bertanya
14 Berat Badan pasien √ kepada pasien
Subscriptio
15. Tanda tangan / paraf dokter √
Kesimpulan:
Keterangan resep kurang lengkap (tidak ada tanda tangan atau paraf dokter,
tidak ada data berat badan pasien, dan alamat pasien).
Penyelesaian:
Informasi yang kurang lengkap tersebut dapat di tanyakan kepada pasien.
89
b. Skrining Farmasetik
Bentu
No Obat Stabilitas Obat BUD Cara dan Lama
k
Pemberian
Sedian
1. Rhelafen forte Sirup Untuk sediaan Diberikan 3 x sehari 1
obat jadi sendok takar (5ml).
mengikuti ED Obat tidak perlu
dari pabrik diminum lagi apabila
Simpan pada pasien sudah tidak
suhu ruang mengeluhkan demam
(20-250C), atau nyeri.
2. Ancefa Puyer terlindung Untuk sediaan Obat diberikan dalam
Nalgestan dari cahaya puyer BUD 3 satu racikan puyer
Mucos matahari bulan dengan dosis pemakaian
Ketricin 3 x sehari 1 puyer. Obat
harus dihabiskan karena
mengandung antibiotik
c. Skrining Klinis
Dosis Anak
Dosis Literatur Antipiretik: anak usia 6 bulan -12 tahun:
5-10 mg / kgBB / dosis diberikan setiap 6-
8 jam; dosis harian maksimum: 40 mg /kg /
hari
Analgesik : 4-10mg/kgBB diberikan setiap
6-8 jam (DIH Edisi 17)
Perhitungan
Antipiretik
Dosis min : 5mgx15kg = 75mg/hari
Dosis max: 10mgx15kg = 150mg/hari
Analgesik
Dosis min : 4mgx15kg = 60mg/hari
Dosis max : 10mgx15kg = 150mg/hari
600 mg sehari
Dosis Resep Dosis dalam resep memenuhi rentang
persyaratan literatur.
Dosis Pediatrik
30 mg / kgBB terbagi dalam dua dosis
pemberian dalam sehari.
Dosis max = 2 g / hari (DIH,Edisi 17)
Dosis Dewasa
1-2 g/ hari (DIH, Edisi 17)
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Interaksi Obat Tidak ada
DRP Tidak ada
Penyelesaian Tidak ada
2. Pengambilan Obat
a. Rhelafen Forte sirup (Ibuprofen forte)
Obat yang diambil sebanyak 1botol
b. Ancefa 350 mg (Cefadroxil)
Obat yang tersedia dengan kandungan 500mg
Perhitungan : x15
: 10,5
Obat yang diambil sebanyak 10,5 tablet
c. Nalgestan ½ ( Phenylpropanolamin HCl + CTM)
Perhitungan: ½ x 15
: 7,5
Obat yang diambil sebanyak 7,5 tablet
d. Mucos 1/3 (Ambroxol)
Perhitungan : 1/3 x15
:5
Obat yang diambil sebanyak 5 tablet
96
: 15
Obat yang diambil sebanyak 15 tablet
f. Sirplus
Obat yang diambil sebanyak 1 botol
3. Etiket Obat
a. Rhelafen Forte
b. Racikan Puyer
c. Sirplus sirup
4. KIE
Sebelum memulai KIE, saya memanggil pasien dan mencocokkan
identitas pasien berdasarkan resep. Memperkenalkan diri dan meminta
waktu sebentar pada pasien untuk menjelaskan terkait obat dalam resep,
kemudian disampaikan kepada pasien :
1. Rhelafen forte sirup obat ini digunakan untuk pereda demam dan nyeri.
Diminum 3 x sehari 1 sendok takar, diminum setelah makan atau
bersama dengan makanan. Obat dapat dihentikan apabila keluhan
demam dan nyeri sudah sembuh.
2. Racikan obat ancefa, nalgestan, mucos, dan ketricin sebanyak 15
puyer. Obat ini digunakan untuk mengobati batuk dan pilek. Obat ini
harus dihabiskan karena mengandung antibiotik.
3. Sirplus sirup digunakan bersama dengan puyer, berfungsi sebagai
pemanis puyer. Cara penggunaannya yaitu dengan mencampurkan
puyer ke dalam 1 sendok takar sirplus.
4. Simpan obat di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari
langsung
5. Konsumsi obat ini sesuai dengan petunjuk penggunaan
5. Pembahasan
Skrining resep atau pengkajian resep merupakan kegiatan mengkaji
98
Riwayat Alergi :
Tanggal Jenis Alergi Karena Obat Sebab lain Intensitas (deskripsi umum)
- - - - -
Riwayat Pengobatan :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
02 Januari Rhelafen forte dr. AN ,Sp. A DIH, 17th Demam, Sakit Kepala
2020 Racikan puyer Basic Batuk, Pilek
(Ancefa, Nalgestan, Pharmacology and
Mucos, Ketricin, ) Drug Notes, 2017
Drugs.com
Riwayat Copy Resep :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
- - - - -
Riwayat Konseling :
Tanggal Target/Topik DRP Capaian, rcn monitoring, intervensi, rcn home
care
- - - -
102
RESEP 2
1. Analisis Resep
a. Skrining Administrasi Resep
Keterangan
No. Uraian Penyelesaian
Ada Tidak
Tanggal penulisan resep (Inscriptio)
Identitas dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Dokter √
4. Nomor Telepon Dokter √
5. Tempat dan tanggal penulisan √
Resep
Invocatio
6. Tanda awal penulisan resep √
(R/)
Prescriptio
7. Nama Obat √
8. Bentuk sediaan √
9. Kekuatan Obat √
10. Jumlah obat √
Signatura
11. Nama Pasien √
12. Umur pasien √
13. Alamat pasien √ Bertanya
14 Berat Badan pasien √ kepada pasien
Subscriptio
15. Tanda tangan / paraf dokter √
Kesimpulan:
Keterangan resep kurang lengkap tidak ada data berat badan pasien dan
alamat pasien
Penyelesaian:
Informasi yang kurang lengkap tersebut dapat ditanyakan kepada pasien.
104
c. Skrining Klinis
Kontraindikasi Hipersensitif
Interaksi Obat Tidak ada
DRP Tidak ada
Penyelesaian Tidak ada
Kontraindikasi Hipersensitif
Interaksi Obat -Menggunakan chlordiazepoxide bersama
dengan chlorpheniramine (CTM) dapat
meningkatkan efek samping
seperti pusing , kantuk, kebingungan, dan
kesulitan berkonsentrasi. Beberapa orang,
terutama orang tua, mungkin juga
mengalami gangguan dalam pemikiran,
penilaian, dan koordinasi motorik
(drugs.com)
-Menggunakan chlordiazepoxide bersama
dengan dextromethorphan dapat
meningkatkan efek samping
seperti pusing , kantuk, kebingungan, dan
kesulitan berkonsentrasi (drugs.com)
-Menggunakan chlorpheniramine bersama
dengan clidinium dapat meningkatkan efek
samping seperti kantuk, penglihatan kabur,
mulut kering, intoleransi panas,
pembilasan, penurunan keringat, kesulitan
buang air kecil, kram
perut, sembelit , detak jantung tidak teratur,
kebingungan, dan masalah memori. Efek
samping mungkin lebih mungkin terjadi
pada orang tua atau orang-orang dengan
kondisi yang melemahkan (drugs.com)
2. Peracikan Obat
g. Cefixime 200mg
Obat yang diambil sebanyak 10 tablet
h. Sumagesic (Parasetamol 600mg)
Obat yang diambil sebanyak 10 tablet
i. Clixid ( Chlordiazepoxide + Clidinium)
Obat yang diambil sebanyak 10 tablet
j. Domperidone
Obat yang diambil sebanyak 10 tablet
k. Dextral ( Dextromethorphan HBr 10mg + Guaifenesin +
Phenylpropanolamin HCl 12,5mg + CTM 1mg )
Obat yang diambil sebanyak 10 tablet
3. Etiket Obat
a. Cefixime
IAS
b. Racikan Kapsul
IAS
112
c. Domperidone
IAS
d. Dextral
IAS
4. KIE
Sebelum memulai KIE, saya memanggil pasien dan mencocokkan
identitas pasien berdasarkan resep. Memperkenalkan diri dan meminta waktu
sebentar pada pasien untuk menjelaskan terkait obat dalam resep, kemudian
disampaikan kepada pasien :
1. Cefixime sebanyak 10 tablet. Obat ini merupakan antibiotik. Diminum 2
kali sehari, setelah makan. Obat ini harus dihabiskan untuk mencegah
terjadinya resistensi. Jika pasien tanpa sengaja lupa untuk meminum obat,
saat ingat segera untuk meminumnya asalkan jeda waktu meminum obat
tidak terlaludekat.
2. Racikan obat sumagesic dan clixid, sebanyak 10 kapsul. Obat ini
digunakan untuk mengobati demam dan nyeri perut. Diminum 3x sehari 1
kapsul setelah makan. Apabila keluhan nyeri perut dan demam sudah
sembuh, maka pengobatan dapat dihentikan.
3. Domperidone, merupakan obat yang digunakan untuk mual dan muntah.
113
5. Pembahasan
Berdasarka hasil pengkajian secara administratif, resep ini telah memenuhi
persyaratan namun masih ada kekurangan yaitu alamat pasien. Hal ini dapat
diatasi dengan menanyakan langsung kepada pasien saat pasien menebus obat.
Pada skrining farmasetis tidak terdapat permasalahan, semua sudah sesuai
dengan persyaratan farmasetis.
Pada skrining klinis terdapat permasalahan, yaitu adanya interaksi moderate
antara chlordiazepoxide dengan dextromethorphan, chlordiazepoxide dengan
chlorpheniramine dan chlorpeniramine dengan clidinium. Pada kasus ini pasien
mengeluhkan dema, nyeri sampai ke bagian belakang panggul, mual dan batuk.
Saat melakukan periksa, dokter mendiagnosa pasien mengalami infeksi saluran
kemih. Kemudian dokter meresepkan beberapa obat yaitu cefixime, kapsul
racikan (clixid dan sumagesic), domperidone, dan dextral. Cefixime diindikasikan
untuk mengatasi adanya infeksi bakteri, kapsul racikan (clixid dan sumagesic)
diindikasikan untuk nyeri perut pasien, digunakan sumagesic (parasetamol
114
Kondisi umum : Demam, batuk, nyeri sampai ke bagian belakang atau panggul
Pasien
Riwayat Alergi :
Tanggal Jenis Alergi Karena Obat Sebab lain Intensitas (deskripsi umum)
- - - - -
Riwayat Pengobatan :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
07 Januari Cefixime dr. Mxx DIH, 17th Infeksi
2020 Racikan kapsul Basic Nyeri perut
(sumagesic, clixid, ) Pharmacology and
Drug Notes, 2017
Domperidone Mual
Drugs.com
Dextral. Batuk
Riwayat Konseling :
Tanggal Target/Topik DRP Capaian, rcn monitoring, intervensi, rcn home
care
- - - -
117
dr. MAN
Personal Practicioner
SIP. Xxx/xxx.DU/xxx/2016
Praktek
Apotek Lxx
Jl. Lxx Pxxx no. X Jember
Telp. xxx
Bismillahirrahmanirrahim
Jember,………..
R/ Befixime X
S 2dd1
R/ Tremenza 1/5
Triamcinolon 4 mg
Talion 1/2
Mucos 1 tb
GG 1 tb
Codikaf 8 mg
Mf caps dtd no X
S 2dd1
R/ Profenal X
S 3 dd1
1. Analisis Resep
a. Administrasi Resep (Kelengkapan resep)
Keterangan
No Uraian Penyelesaian
Ya Tidak
Inscriptio
Identitas dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Dokter √
4. Nomor Telepon Dokter √
5. Tempat dan tanggal penulisan resep √
Invocatio
6. Tanda awal penulisan resep (R/) √
Prescriptio
7. Nama Obat √
8. Bentuk sediaan √
9. Kekuatan sediaan √ Pakai kekuatan
terkecil
10. Jumlah obat √
Signatura
11. Nama Pasien √
12. Umur Pasien √ Bertanya kepada
13. Alamat Pasien √ pasien
14 Aturan Pemakaian Obat √
Subscriptio
14. Tanda tangan/paraf dokter √
Kesimpulan:
- Resep belum memenuhi kelengkapan administratif
- Resep belum memuat bentuk sediaan, kekuatan sediaan,, umur pasien, dan alamat
pasien
Penyelesaian:
- Kekuatan sediaan menggunakan kekuatan terkecil
- Kelengkapan identitas pasien dikonfirmasikan kepada pasien
120
Kesimpulan: Terdapat permasalahan pada stabilitas obat yang sudah dikeluarkan dari wadah
aslinya sehingga harus diperhatikan lama penyimpanannya.
sesuai literatur.
ESO Jatang: Efek gastrointestinal ringan, reaksi
alergi (pionas.pom.go.id)
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap ambroksol
Interaksi obat Tidak ada
DRP Tidak ada
Penyelesaian Tidak ada
GG (Gliseril Indikasi Membantu melonggarkan dahak dan sekresi
Guaiakolat/ bronkus yang tipis untuk membuat produksi
Guafenesin) batuk (Basic Pharmacology and Drug Note,
2017).
Mekanisme Diperkirakan bertindak sebagai ekspektoran
dengan mengiritasi mukosa lambung dan
merangsang sekresi saluran pernapasan,
meningkatkan volume cairan pernapasan dan
mengurangi viskositas lender (DIH, 17th)
Dosis literature Dewasa: 200-400 mg tiap 4 jam; maksimal
2.4 g/hari (Basic Pharmacology and Drug
Note, 2017)
Dosis resep 1 tab x 100 mg= 100 mg x 3= 300 mg/ hari
dosis sesuai literatur.
ESO Jarang: mual, kantuk, sakit kepala (Basic
Pharmacology and Drug Note, 2017).
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap Guafenesin (Basic
Pharmacology and Drug Note, 2017).
Interaksi obat Tidak ada
DRP Tidak ada
Penyelesaian Tidak ada
Codikaf Indikasi Pengobatan nyeri ringan hingga sedang;
(mengandung antitusif dalam dosis rendah (DIH, 17th)
codein 20 mg) Mekanisme Mengikat reseptor opiat di SSP,
menyebabkan penghambatan jalur nyeri yang
meningkat, mengubah persepsi dan respons
terhadap nyeri; menyebabkan supresi batuk
dengan aksi sentral langsung di medulla
(DIH, 17th)
Dosis literatur Dewasa:
Antitufsif: 10-20 mg setiap 4-6 jam;
maksimal: 120 mg/hari
Analgesik: 30 mg setiap 4-6 jam (DIH, 17th)
Dosis resep 8 mg x 3 = 16 mg / hari dosis sesuai
literatur.
ESO Konstipasi (>10%); Kantuk (>10%) (DIH,
17th)
Kontraindikasi Hipersensitifitas codein, kehamilan (DIH,
124
17th)
Interaksi obat Tidak ada
DRP Tidak ada
Penyelesaian Tidak ada
Profenal Indikasi Antipiretik (penurun deman) dan Analgesik
(mengandung (pereda nyeri) dan antiinflamasi ringan
paracetamol 350 Mekanisme Ibuprofen menghambat enzim
mg dan ibuforen cyclooxygenase-1 dan 2 (COX-1 dan 2)
150 mg) secara reversibel, yang menghasilkan
penurunan pembentukan prekursor
prostaglandin; memiliki sifat antipiretik,
analgesik, dan antiinflamasi (DIH, 17th)
Ibuprofen:
Dewasa: Analgesik/ nyeri/ demam: Oral :
200-400 mg setiap 4-6 jam; maksimal 1.2 g/
hari (DIH, 17th)
Dosis resep Paracetamol:
350 mg x 3 = 1050 mg/ hari dosis sesuai
literature.
Ibuprofen:
150 mg x 3= 450 mg/ hari dosis sesuai
literatur.
ESO Mual (3-9%) tukak lambung (3-9%),
penglihatan kabur (3-9%) (DIH, 17th)
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap paracetamol,
ibuprofen, aspirin atau obat NSAID lain;
penderita tukak lambung (DIH, 17th)
Interaksi obat Tidak ada
DRP Tidak ada
Penyelesaian Tidak ada
125
2. Peracikan Obat
a. Menyiapkan obat yang dibutuhkan
b. Menghitung kebutuhan obat racikan kapsul: Tremenza sebanyak (1/5
tab x 10)= 2 tablet, Triamcinolon sebanyak (4 mg x 10 : 4 mg)= 10
tablet, Talion sebanyak (1/2 tab x 10)= 5 tablet, Mucos sebanyak (1 tab
x 10)= 10 tablet, GG sebanyak (1 tab x 10)= 10 tablet, Codikaf
sebanyak (8 mg x 10: 20 mg)= 4 tablet. Melakukan peracikan
Tremenza, Triamcinolon, Talion, Mucos, GG, Codikaf dibuat menjadi
10 kapsul.
c. Befixime 100 mg sebanyak 10 kaplet
d. Profenal sebanyak 10 kaplet
e. Memberikan etiket berwarna putih pada tiap obat sesuai dengan resep
dimana antibiotik harus diberi keterangan dihabiskan.
f. Mengecek ulang obat dengan resep sebelum diberikan kepada pasien.
3. Penulisan Etiket
Befixime 100 mg
Racikan kapsul
126
Profenal 500 mg
4. KIE
Langkah pertama yaitu memanggil nama pasien dan mencocokan
identitas pasien dengan resep. Setelah itu, memperkenalkan diri dan
meminta waktu sebentar pada pasien untuk menjelaskan terkait obat dalam
resep sebagai berikut:
a. Obat yang diterima ada 3 jenis.
b. Pertama obat berbentuk kapsul yaitu antibiotik diminum sehari 2 kali 1
kapsul sesuadah makan dan wajib dihabiskan.
c. Kedua obat racikan berbentuk kapsul diminum sehari 2 kali 1 kapsul
sesudah makan, berfungsi untuk obat batuk dan pilek.
d. Ketiga obat berbentuk tablet diminum 3 kali 1 tablet sesudah makan,
berfungsi untuk meredakan nyeri.
e. Obat disimpan ditempat tertutup rapat dan kering, jauhkan dari
jangkauan anak-anak
f. Obat racikan kapsul dapat disimpan maksimal 6 bulan setelah waktu
peracikan.
g. Disarankan memperbanyak istirahat, minum air putih, menjaga
kebersihan makanan dan kurangi minum es atau makanan berminyak.
h. Apabila obat sudah habis dan belum sembuh maka sebaiknya kembali
ke dokter untuk pemeriksaan kembali
127
5. Pembahasan
Screening resep meliputi screeningadministratif, farmasetis dan
klinis. Resep berasal dari dokter umum yang praktek mandiri. Berdasarkan
pemeriksaan secara administraif, resep ini memenuhi persyaratan, namun
masih ada kekurangan umur pasien, alamat pasien, bentuk sediaan dan
kekuatan sediaan. Konfirmasi ulang terkait identitas pasien dilakukan
dengan bertanya langsung kepada pasien untuk melengkapi identitas
pasien. Sedangkan bentuk dan kekuatan sediaan bisa ditanyakan kepada
dokter atau menggunakan kekuatan sediaan terkecil.
Pada screening farmasetis tidak ada permasalahan, hanya terkait
stabilitas sediaan racikan kapsul saat penyimpanan perlu diperhatikan
yaitu penyimpanan maksimal 6 bulan setelah waktu peracikan. Pasien
mengeluhkan tenggorokan sakit, batuk pilek panas dan sakit kepala
sehingga berdasarkanscreening klinis sudah sesuai dengan keluhan pasien.
Menurut Association dalam Annisa (2017), tanda klinis faringitis yang
disebabkan oleh bakteri adalah demam lebih tinggi dari 38oC, batuk-
batuk, nodus arterior yang membengkak dikarenakan bakteri sehingga
pemberian antibiotik befixime berisi cefixim digunakan untuk mengatasi
keluhan pasien berupa batuk, pilek dan demam. Menurut DIH edisi 17,
Cefixim digunakan untuk infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh S.
pneumonia, S. pyogenes, dan H. influenza. Pada kemasan sekunder
diberikan etiket “dihabiskan (antibiotik)”.
Keluhan lain yang diderita pasien adalah batuk pilek. Menurut
Gitawati (2014), Komposisi utama obat flu kombinasi tetap adalah
antihistamin dan dekongestan, dengan komponen tambahan lainnya yang
bervariasi antara lain analgesik-antipiretik, antitusif, ekspektoran dan
stimulan. Pada resep ini dokter meresepkan obat racikan yang komponen
obatnya sesuai dengan kombinasi pengobatan ISPA yang rasional yaitu
tremenza sebagai dekongestan, triamcinolone dan talion sebagai
antihistamin, mucos sebagai mukolitik/pengencer dahak, GG sebagai
ekspektoran/perangsang pengeluaran dahak, dan codikaf sebagai
128
Riwayat Alergi :
Tanggal Jenis Alergi Karena Obat Sebab lain Intensitas (deskripsi umum)
- - - - -
Riwayat Pengobatan :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
02 Januari Befixime 100 mg dr. MAN DIH, 17th Faringitis
2020 Profenal Basic Sakit Kepala
Racikan (Tremenza, Pharmacology and Batuk, Pilek
Triamcinolon, Mucos, Drug Notes, 2017
GG, Talion, Codikaf) pionas.pom.go.id
Riwayat Copy Resep :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
- - - - -
Riwayat Konseling :
Tanggal Target/Topik DRP Capaian, rcn monitoring, intervensi, rcn home
care
- - - -
131
Resep 2
dr. MAN
Personal Practicioner
SIP. Xxx/xxx.DU/xxx/2016
Praktek
Apotek Lxx
Jl. Lxx Pxxx no. X Jember
Telp. Xxx
Bismillahirrahmanirrahim
Jember,………..
R/ Ketoconazole XX
S 1dd1
R/ Ketoconazole I
Hidrokortison I
mf la da in pot
S 2dd1
1. Analisis Resep
a. Administrasi Resep (Kelengkapan resep)
Keterangan
No Uraian Penyelesaian
Ya Tidak
Inscriptio
Identitas dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Dokter √
4. Nomor Telepon Dokter √
132
Simpan pada
suhu ruang
(20-250C),
2. Ketoconazol Krim terlindung Untuk sediaan Obat diberikan dalam
krim 2% dari cahaya tablet BUD 30 satu racikan krim
Hidrokortison matahari hari bulan sejak dengan dosis pemakaian
kri 2,5% peracikan 2 x sehari 1 kapsul.
Obat dioleskan setelah
mandi dan tangan
bersih.
133
Kesimpulan: Terdapat permasalahan pada stabilitas sediaan krim (topikal) yang sudah
dikeluarkan dari wadah aslinya sehingga harus diperhatikan lama penyimpanannya.
2. Peracikan Obat
a. Menyiapkan obat yang dibutuhkan.
b. Ketoconazole 100 mg sebanyak 20 kaplet.
c. Melakukan peracikan 1 tube Ketoconazole krim dan 1 tube
Hidrokortison krim dicampur di dalam 1 wadah. Memberikan etiket
135
berwarna putih pada obat yang diminum dan etiket berwarna biru pada
obat topikal.
d. Mengecek ulang obat dengan resep sebelum diberikan kepada pasien.
3. Penulisan Etiket
Ketoconazol 200 mg
Racikan krim
4. KIE
Langkah pertama yaitu memanggil nama pasien dan mencocokan
identitas pasien dengan resep. Setelah itu, memperkenalkan diri dan
meminta waktu sebentar pada pasien untuk menjelaskan terkait obat dalam
resep sebagai berikut:
a. Obat yang diterima ada 2 jenis yaitu obat minum dan obat oles.
b. Pertama obat minum berbentuk tablet diminum sehari 1 kali 1 tablet
sesudah makan dan dihabiskan.
136
5. Pembahasan
Screening resep meliputi screeningadministratif, farmasetis dan
klinis. Resep berasal dari dokter umum yang praktek mandiri. Berdasarkan
pemeriksaan secara administraif, resep ini memenuhi persyaratan, namun
masih ada kekurangan umur pasien, alamat pasien, bentuk sediaan dan
kekuatan sediaan. Konfirmasi ulang terkait identitas pasien dilakukan
dengan bertanya langsung kepada pasien untuk melengkapi identitas
pasien. Sedangkan bentuk dan kekuatan sediaan bisa ditanyakan kepada
dokter atau menggunakan kekuatan sediaan terkecil.
Pada screening farmasetis tidak ada permasalahan, hanya terkait
stabilitas sediaan racikan krim saat penyimpanan perlu diperhatikan yaitu
penyimpanan maksimal 30 hari setelah waktu peracikan. Pasien
mengeluhkan gatal di paha bagian dalam sudah kambuh sembuh selama 1
tahun sehingga berdasarkanscreening klinis sudah sesuai dengan keluhan
pasien. Menurut Pramono (2018), Salah satu infeksi jamur dapat berupa
makula, plak, atau papul folikular dengan beragam warna, hipopigmentasi,
hiperpigmentasi, sampai eritematosa, berskuama halus di atasnya,
dikelilingi kulit normal. Lokasinya dapat ditemukan di bagian dada,
meluas ke lengan atas, paha, leher, punggung, dan tungkai atas atau
137
Efek samping meningkat pada pengobatan lebih dari satu bulan dan pada
pasien berusia lebih dari 60 tahun (BPOM, 2015). Terapi oral infeksi
jamur lain yang dapat digunkan meliputi itrakonazol, flukonazol, dan
pramikonazol. Pengobatan infeksi jamur yaitu obat ketoconazol oral harus
dihabiskan dan jangan berhenti sampai waktu yang ditentukan dokter
untuk mencegah kekambuhan karena walaupun infeksi terlihat sudah
sembuh, jamur tetap berpotensi tumbuh kembali. Selain itu pengobatan
topikal/krim digunakan saat bagian yang terinfeksi sudah dibersihkan dan
dikeringkan. Tangan dicuci sebelum dan setelah mengoleskan obat untuk
menghindari penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang lain atauke orang
lain.
.
139
Kondisi umum : Pasien mengeluhkan gatal di paha bagian dalam sudah sering sembuh
Pasien dan kambuh lagi selama 1 tahun
Riwayat Alergi :
Tanggal Jenis Alergi Karena Obat Sebab lain Intensitas (deskripsi umum)
- - - - -
Riwayat Pengobatan :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
02 Januari Ketoconazol 200 mg dr. MAN DIH, 17th Infeksi jamur
2020 Racikan (Ketoconazol Basic
krim 2% dan Pharmacology and
Hidrocortison krim Drug Notes, 2017
2,5%) pionas.pom.go.id
Riwayat Copy Resep :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
- - - - -
Riwayat Konseling :
Tanggal Target/Topik DRP Capaian, rcn monitoring, intervensi, rcn home
care
- - - -
141
A. Analisis Resep
a. Skrinning Administratif (Kelengkapan Resep)
Pada Resep
No Uraian
Ada Tidak
Identitas Penulisan Resep (Increptio)
1 Nama Dokter
2 SIP Dokter
3 Alamat
4 No. Telepon Dokter
Tanggal Penulisan Resep
1 Tanggal penulisan Resep
Identitas Pasien
1 Nama pasien
2 Usia
3 Jenis Kelamin
4 No. Telepon
5 Alamat
6 Berat badan
Superscriptio
1 Garis dan tanda R/
Inscriptio
1 Nama Obat
2 Bentuk Sediaan
3 Kekuatan Obat
Subscriptio
1 Perintah Penyiapan Obat sesuai kebutuhan
pasien
Signatura
1 Aturan Pakai Obat
Paraf Penulis Resep
1 Paraf Dokter
Kesimpulan:
Keterangan resep kurang lengkap meliputi: tanggal resep, usia pasien, jenis
kelamin, no telepon, umur, berat badan dan alamat pasien
Penyelesaian:
Informasi yang kurang lengkap dapat ditanyakan kepada pasien. Tanggal resep
disesuaikan dengan tanggal pembayaran resep karena pasien melakukan
penebusan resep selesai dari pemeriksaan dokter.
144
Bentuk
No Obat Stabilitas BUD Cara dan Lama
Sediaan
Obat Pemberian
1. Vastigo Tablet
Disampaikan Obat diberikan dalam
kepada pasien satu racikan kapsul
bahwa obat racikan dengan dosis
kapsul boleh pemakaian 3 x sehari 1
digunakan dan kapsul setelah makan.
disimpan maksimal Apabila vertigo pasien
6 bulan sejak sudah sembuh, obat
Simpan peracikan dapat dihentikan.
2. Simcobal Kapsul pada suhu
3. Proneuron Tablet ruang (20- Obat diberikan 3x
250C), sehari 1 tablet,
terlindung Untuk sediaan obat sesudah makan.
dari cahaya jadi mengikuti ED Apabila nyeri pasien
matahari dari pabrik sudah sembuh, obat
dapat dihentikan.
c. Skrinning Klinis
2. Peracikan Obat
a. Vastigo (Betahistine mesylate) 12 mg
Obat yang tersedia Vastigo 6 mg
Perhitungan: x 10 = 20
3. Penulisan Etiket
Vastigo + Simcobal
Proneuron
Ny. SXXX
Vometraz
Ny. SXXX
149
4. KIE
5. Pembahasan
gangguan pada sistem vestibular yang dapat disebabkan oleh kerusakan atau
disfungsi labirin, saraf vestibular, atau vestibural sentral didalam otak. Secara
umum, vertigo diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu vertigo perifer dan
vertigo sentral. Vertigo sentral disebabkan oleh gangguan pada otak
sedangkan vertigo perifer banyak disebabkan oleh gangguan pada telinga
bagian dalam atau pada saraf kranial vestibulocochlear (VIII) (Gnerre et. al,
2015). Gejala yang paling umum terjadi pada vertigo perifer meliputi
gangguan pendengaran, mual , muntah, ketidakseimbangan tubuh, pusing
seperti berputar putar. Sedangkan pada vertigo sentral tidak disertai gangguan
pendengaran. Terapi farmakologis untuk vertigo menggunakan betahistin
mesilat 6-16 mg 3 kali sehari sebagai terapi utama, selanjutnya dapat
menggunakan cinnarizine 15-30 mg 3 kali sehari atau proklorperazin untuk
efek cepat dalam meredakan gejala saja (Sura dan Newell, 2010). Informasi
yang didapatkan dari pasien menunjukkan bahwa pasien merasakan sakit
kepala seperti berputar putar sejak 3 hari terakhir disertai rasa mual. Dokter
meresepkan obat racikan meliputi vastigo yang mengandung betahistin mesilat
dan mecobalamin yang merupakan vitamin saraf. Kapsul diracik berjumlah 10
kapsul dan diminum tiga kali sehari. Mekanisme kerja dari betahistin mesilate
yaitu memeperlebar spinchler prekapiler sehingga meningkatkan aliran darah
pada telinga bagian dalam. Betahistine mengatur permeabilitas kapiler pada
telinga bagian dalam dengan demikian menghilangkan endolymphatic hydrops
(gangguan pada sistem vestibular pada telinga bagian dalam karena terdapat
fluktuasi abnormal dalam cairan endolymphatic yang mengganggu
pendengaran dan keseimbangan). Betahistine juga memperbaiki sirkulasi
serebral dan meningkatkan aliran darah arteri karotis interna (BMJ, 2015).
Mecobalamin merupakan obat pilihan yang berfungsi untuk melindungi sistem
saraf serta berperan penting dalam merubah bentuk homosistein menjadi
metionin, yang berfungsi untuk membentuk protein. Defisiensi B-12 dapat
menimbulkan anemia yang biasanya berhubungan dengan sakit kepala hebat
atau vertigo. Mecobalamin merupakan vitamin syaraf yang diperlukan untuk
mencegah anemia karena membantu regulasi asam folat dalam pembentukan
152
sel darah merah dan zat besi (Phyllis, 2006). Dokter mengkombinasi vastigo
dengan mecobalamin dengan alasan kepatuhan pasien. Penggunaan obat yang
banyak dikhawatirkan membuat pasien tidak patuh minum obat dan
mengakibatkan vertigo pasien tidak teratasi dengan baik. Kombinasi antara
betahistin mesilat dan mecobalamin sudah sesuai indikasi yaitu untuk vertigo.
Betahistin mesilat dengan mecobalamin tidak dikombinasikan dengan obat
lainnya yakni proneuron dan vometraz karena umumnya penggunaan
proneuron dengan vometraz hanya secara pro re nata. Dosis obat racikan
tersebut sudah tepat sesuai dengan dosis lazim.
Pasien juga menerima proneuron sebagai penghilang sakit kepala yang
diderita pasien dan memberikan efek penenang. Hal tersebut bertujuan agar
pasien dapat beristirahat dengan cukup untuk menghilangkan vertigo.
Selain itu pasien juga menerima obat vometraz yang mengandung
ondansetron 8 mg. Ondansetron termasuk kelompok obat Antagonis serotonin
5-HT3, yang bekerja dengan menghambat secara selektif serotonin 5-
hydroxytriptamine (5HT3) berikatan pada reseptornya yang ada di CTZ
(chemoreseceptor trigger zone) dan di saluran cerna. (Medscape.com).
Serotonin 5-hydroxytriptamine (5HT3) merupakan zat yang akan dilepaskan
jika terdapat toksin dalam saluran cerna, berikatan dengan reseptornya dan
akan merangsang saraf vagus menyampaikan rangsangan ke CTZ dan pusat
muntah dan kemudian terjadi mual dan muntah. Ondansetron merupakan obat
untuk indikasi mual muntah yang umumnya digunakan pada pasien pasca
operasi maupun kemoterapi sehingga penggunaan ondansetron tidak tepat
indikasi. Sehingga, mual dan muntah pasien dapat diobati menggunakan
antihistamin (meclizine, dipenhidramin). Antihistamin mempunyai efek
supresif pada pusat muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah
(Setiawati, 2016).
Setelah obat disiapkan dan pasien diberikan KIE, beberapa hari
kemudian dilakukan pemantauan terapi obat via online pasien menyatakan
bahwa setelah obat dikonsumsi secara teratur sakit yang dikeluhkan telah
sembuh. Namun, setelah sepekan pasien datang kembali dengan keluhan yang
153
sama. Dokter memberikan resep yang sama dan menyarankan agar pasien
melakukan cek darah. Hal tersebut bertujuan untuk untuk mengukur jumlah
sel darah merah dan putih dalam tubuh pasien. Apabila jumlah sel darah tidak
normal, hal itu dapat menandakan adanya gangguan pada tubuh, seperti
peradangan atau infeksi yang dapat menjadi penyebab vertigo.
154
Skrining 6 (Analisis Pertimbangan Klinis) Sandingkan dengan PMR Pasien pada kunjungan2 sebelumnya
24. Adanya riwayat alergi pada pasien Ada √ Tidak ada
25. Reaksi atas efek samping penggunaan Ada / Pernah √ Tdk Ada / Tdk Pernah
26. Interaksi antar komponen obat Ada masalah √ Tdk ada masalah
27. Kesesuaian dosis dengan kondisi pasien v Sesuai Tidak sesuai
28. Hal-hal khusus terhadap pasien √ Tidak ada Ada, sebutkan
Sikap Apoteker Hasil komunikasi
29. Konfirmasi ke dokter Ya, Perlu
30. Komunikasi ke pasien Ya, perlu
Keputusan Apoteker √ Lanjut Ditunda Ditolak
Catatan Tambahan
155
Riwayat Alergi :
Tanggal Jenis Alergi Karena Obat Sebab lain Intensitas (deskripsi
umum)
- - - - -
Riwayat Pengobatan :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
th
2 Januari Vastigo dr. MAN DIH, 17 Vertigo
2020 Simcobal Basic
Pharmacology and Nyeri
Drug Notes, 2017
Proneuron Mual, muntah
pionas.pom.go.id
Vometraz
Riwayat Konseling :
Tanggal Target/Topik DRP Capaian, rcn monitoring, intervensi, rcn home
care
- - - -
156
RESEP 2
DR. MAN
General Practitioner
XXX/YYY.DU/XXX/2016
Praktek
Apotek Lativa
Jl. Letjen Panjaitan 16
Telp. 0331-xxxxxx Jember
HP. 08XXXXXXXX
Bismillahirrahmanirrahim
Jember, _________________
R/ Sefadroksi No. X
S2dd1
R/ Triamcinolon 4 mg
Cetirizine 1/2
Mf.caps.dtd No.XV
S2dd1
R/ Desoximetasone 0.25%
S3dd1
R/ Sanmag No. X
S3dd1
R/ Proneuron No. X
S3dd1
Pro : Ny. AM
Umur : 53 tahun
Alamat : P
A. ANALISIS RESEP
a. Skrinning Administratif (Kelengkapan Resep)
Pada Resep
No Uraian
Ada Tidak
Identitas Penulisan Resep (Increptio)
1 Nama Dokter
2 SIP Dokter
3 Alamat
4 No. Telepon Dokter
Tanggal Penulisan Resep
1 Tanggal penulisan Resep
Identitas Pasien
1 Nama pasien
2 Usia
3 Jenis Kelamin
4 No. Telepon
5 Alamat
6 Berat badan
Superscriptio
1 Garis dan tanda R/
Inscriptio
1 Nama Obat
2 Bentuk Sediaan
3 Kekuatan Obat
Subscriptio
1 Perintah Penyiapan Obat sesuai kebutuhan
pasien
Signatura
1 Aturan Pakai Obat
Paraf Penulis Resep
1 Paraf Dokter
Kesimpulan:
Keterangan resep kurang lengkap meliputi: tanggal resep, usia pasien, jenis
kelamin, no telepon, umur, berat badan dan alamat pasien.
Penyelesaian:
Informasi yang kurang lengkap dapat ditanyakan kepada pasien. Tanggal resep
disesuaikan dengan tanggal pembayaran resep karena pasien melakukan
penebusan resep selesai dari pemeriksaan dokter.
158
2. Peracikan Obat
a. Sefadroksil 500 mg
Obat yang diambil sebanyak 10 tablet
b. Triamcinolon 4 mg
Perhitungan: 4 mg : 4mg x 16 = 16
Obat yang diambil sebanyak 16 tablet
c. Cetirizine ½
Perhitungan: ½ tablet x 16 = 8
Obat yang diambil sebanyak 8 tablet
d. Desoximetason 0,25%
Obat yang diambil Desoximetason 0,25% 15 gram (1 tube)
e. Sanmag
Obat yang diambil sebanyak 10 tablet
164
f. Proneuron
Obat yang diambil sebanyak 10 tablet
3. Penulisan Etiket
a. Sefadroksil b. Triamcinolon + Cetirizine
c. Desoximetasone d. Sanmag
e. Proneuron
165
4. KIE
Perkenalan diri dan meminta waktu sebentar pada pasien untuk
menjelaskan terkait obat dalam resep, kemudian disampaikan kepada pasien:
a. Menanyakan three prime question kepada pasien
b. Menanyakan tanda dan gejala
c. Menanyakan riwayat penggunaan obat, riwayat penyakit dan apakah ada
riwayat alergi
d. Menjelaskan mengenai penggunaan dan kegunaan obat sebagai berikut :
- Obat Sefadroksil diminum 2 kali sehari satu tablet sesudah makan dan
harus dihabiskan
- Obat racikan sebanyak 16 kapsul diminum 2 kali sehari 1 kapsul
sesudah makan.
- Obat maagh diminum 3 kali sehari 1 tablet diminum 1 jam sebelum
makan.
- Obat nyeri diminum 3 kali sehari 1 tablet diminum sesudah makan
- Krim yang didapat dioleskan tipis pada bagian yang diperlukan
sebanyak 3 kali sehari.
b. Menjelaskan kepada pasien agar menjaga pola makan, teratur minum
obat, istirahat yang cukup, menghindari stress, menghindari tidur
terlalu larut malam, dan menjauhi makanan yang dapat menyebabkan
sakit asam lambung naik, seperti makanan yang pedas, masam atau
minuman bersoda. Pasien disarankan untuk kembali kontrol ke dokter
apabila keluhan masih berlanjut.
a. Menjelaskan cara menyimpan obat yaitu disimpan di tempat kering,
terhindar sinar matahari langsung, jauh dari jangkauan anak-anak dan
dimasukkan ke dalam plastik klip.
b. Jika obat habis dan belum sembuh atau keluhan tidak berkurang segera
ke dokter untuk melakukan pemerikasaan kembali
166
5. Pembahasan
Screening resep meliputi screening administratif, farmasetis dan
klinis. Resep berasal dari dokter umum yang praktek mandiri. Berdasarkan
pemeriksaan secara administatif, resep ini memenuhi persyaratan, namun
masih ada kekurangan umur pasien, alamat pasien, nomer telepon dan
berat badan. Konfirmasi ulang terkait identitas pasien dilakukan dengan
bertanya langsung kepada pasien untuk melengkapi identitas pasien.
Pada screening farmasetistidak ada permasalahan. Pasien mengeluhkan
sakit kepala, nyeri pada ulu hati dan gatal sehingga berdasarkan screening
klinis sudah sesuai dengan keluhan pasien. Pasien meresepkan antibiotik
Cefadroxil merupakan antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat
pembentukan dinding sel bakteri sehingga bakteri mengalami lisis (MMN,
2017). Berdasarkan Pharmacotherapy Handbook 9th Ed (2015) terapi
pertama dapat diberikan antibiotik Penisilin V, Penisilin G, dan
Amoksisilin. Namun, bagi pasien yang memiliki alergi Penisilin dapat
diberikan antibiotik Cefaleksin atau Cefadroksil. Dokter meresepkan
antibiotik Cefadroksil dibandingkan dengan Penisilin untuk
meminimalkan reaksi obat yang tidak diinginkan.. Pemberian Cefadroksil
dan dosis sudah sesuai literatur. Cefadroksil juga diberikan karena pasien
mengeluhkan alergi yang disertai dengan adanya luka sehingga diberikan
antibiotik sebagai profilaksis terjadinya infeksi.
Pasien juga mengeluhkan gatal, sehingga diagnosa dari dokter
pasien mengidap alergi sehingga diberikan triamcinolone dan cetirizine
dimana mekanisme dari triamcinolon adalah dengan mengurangi
peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
mengembalikan peningkatan permeabilitas kapiler; menekan sistem
kekebalan dengan mengurangi aktivitas dan volume sistem limfatik;
menekan fungsi adrenal pada dosis tinggi (DIH, Ed 17) Cetirizine adalah
metabolit aktif dari hidroksizin dengan kerja kuat dan panjang. Merupakan
antihistamin selektif, antagonis reseptor H1 periferal dengan efek sedative
yang rendah pada dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat tambahan
167
Skrining 6 (Analisis Pertimbangan Klinis) Sandingkan dengan PMR Pasien pada kunjungan2 sebelumnya
24. Adanya riwayat alergi pada pasien Ada √ Tidak ada
25. Reaksi atas efek samping penggunaan Ada / Pernah √ Tdk Ada / Tdk Pernah
26. Interaksi antar komponen obat Ada masalah √ Tdk ada masalah
27. Kesesuaian dosis dengan kondisi pasien v Sesuai Tidak sesuai
28. Hal-hal khusus terhadap pasien √ Tidak ada Ada, sebutkan
Sikap Apoteker Hasil komunikasi
29. Konfirmasi ke dokter Ya, Perlu
30. Komunikasi ke pasien Ya, perlu
Keputusan Apoteker √ Lanjut Ditunda Ditolak
Catatan Tambahan
170
Riwayat Alergi :
Tanggal Jenis Alergi Karena Obat Sebab lain Intensitas (deskripsi
umum)
- - - - -
Riwayat Pengobatan :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
th
3 Januari Sefadroksil dr. MAN DIH, 17 Antibiotik
2020 Triamcinolon Basic Alergi
Desoximetason Pharmacology and Gatal
Drug Notes, 2017
Sanmaag Maagh
pionas.pom.go.id
Proneuron
Nyeri
Riwayat Copy Resep :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
- - - - -
Riwayat Konseling :
Tanggal Target/Topik DRP Capaian, rcn monitoring, intervensi, rcn home
care
- - - -
171
SIP: XXX/XXXX/XX
An. Sxxx
1. Analisis Resep
a. Skrining Administrasi Resep (kelengkapan resep)
Keterangan
No. Uraian Penyelesaian
Ada Tidak
Tanggal penulisan resep (Inscriptio)
Identitas dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
173
3. Alamat Dokter √
4. Nomor Telepon Dokter √
5. Tempat dan tanggal penulisan √
Resep
Invocatio
6. Tanda awal penulisan resep √
(R/)
Prescriptio
7. Nama Obat √
8. Bentuk sediaan √
9. Kekuatan Obat √
10. Jumlah obat √
Signatura
11. Nama Pasien √
12. Umur pasien √
13. Alamat pasien √ Bertanya
14 Berat Badan pasien √ kepada pasien
Subscriptio
15. Tanda tangan / paraf dokter √
Kesimpulan:
Keterangan resep kurang lengkap (tidak ada tanda tangan atau paraf dokter,
tidak ada data berat badan pasien, dan alamat pasien).
Penyelesaian:
Informasi yang kurang lengkap tersebut dapat di tanyakan kepada pasien.
c. Skrining Klinis
Sanmol Drop Demam (antipiretik), anti nyeri
Indikasi
(analgetik)
Bekerja pada pusat pengatur suhu di
hipotalamus untuk menurunkan suhu
tubuh dan menghambat sintesis
Mekanisme prostaglandin sehingga mengurangi nyeri
ringan sampai sedang
Diberikan tiap 6 jam
Dosis Literatur 0–2 bulan (60 mg); < 3 bulan (10
mg/kgBB); 3 bulan – 1 tahun (60 – 120
mg); 1-5 tahun (120 – 250 mg); 6–12
tahun (250-500 mg) (MIMS; ISO).
Dosis Resep 0,8 ml 3 x sehari
Reaksi alergi, ruam kulit, kelainan darah,
Efek Samping
hipotensi, kerusakan hati (Medscape)
Hipersensitivitas, pasien gangguan fungsi
Kontraindikasi hepar (Medscape)
Interaksi Obat -
DRP -
Penyelesaian -
Nalgestan Untuk meringankan bersin-bersin atau
Indikasi
(Phenylpropanolamin hidung tersumbat karena pilek.(DIH,
HCl + CTM) Edisi 17)
Phenylpropanolamin : stimulator alpha-
adrenergik dengan beta-adrenergik yang
Mekanisme menyebabkan vasokonstriksi arteriol
mukosa dan konjungtiva hidung (DIH,
Edisi 17)
Chlorpheniramine: Berikatan dengan
reseptor H1 (histamin) pada sel efektor di
saluran pencernaan, pembuluh darah, dan
saluran pernapasan (DIH, Edisi 17)
Dosis Dewasa : 3-4 x sehari 1 tablet
Dosis Literatur Dosis Anak : sesuai resep dokter (DIH 17)
Perhitungan dosis Phenylpropanolamin
berdasar
Usia bayi (16 bulan)
Dosis min : 16/150 x 45mg= 4,8 mg/hari
Dosis max: 16/150 x 60mg= 6,4 mg/hari
Berat badan 9 kg
Dosis min : 9/70x45mg= 5,78 mg/hari
Dosis max : 9/70x60mg = 7,71 mg/hari
175
2. Pengambilan Obat
a. Sanmol drop (Paracetamol )
Obat yang diambil sebanyak 1botol
b. Spirasin (Spiramicyn)
Obat yang tersedia dengan kandungan 500mg
Perhitungan : x15
: 4,5
Obat yang diambil sebanyak 4,5 tablet
c. Nalgestan 1/5 ( Phenylpropanolamin HCl + CTM)
Perhitungan: 1/5 x 15
:3
Obat yang diambil sebanyak 3 tablet
d. Mucos 1/6 (Ambroxol)
Perhitungan : 1/6 x15
: 2,5
Obat yang diambil sebanyak 2,5 tablet
180
: 11,25
Obat yang diambil sebanyak 11,25 tablet
f. Salbutamol
Perhitungan : x15
: 3,25
3. Etiket Obat
a. Sanmol drop
An. Sxxx
b. Racikan Puyer
An. Sxxx
181
4. KIE
5. Pembahasan
Screening resep meliputi screening administratif, farmasetis dan
klinis. Resep berasal dari dokter umum yang praktek mandiri. Berdasarkan
pemeriksaan secara administraif, resep ini memenuhi persyaratan, namun
masih ada kekurangan jenis kelamin pasien, alamat pasien,nomer telepon
dan berat badan. Konfirmasi ulang terkait identitas pasien dilakukan
dengan bertanya langsung kepada pasien untuk melengkapi identitas
pasien.
Pada screening farmasetis ada permasalahan karna peracikan puyer
selain mengandung obat-obat lain juga mengandung antibiotik sehingga
harus dihabiskan kemudian terkait stabilitas sediaan racikan puyer saat
penyimpanan perlu diperhatikan yaitu penyimpanan maksimal 6 bulan
setelah waktu peracikan. Pasien mengeluhkan batuk, pilek, panas dan
sakit kepala sehingga berdasarkan screening klinis sudah sesuai dengan
keluhan pasien. Pada kemasan sekunder diberikan etiket “dihabiskan
(antibiotik)”.
Keluhan lain yang diderita pasien adalah batuk pilek. Menurut
Gitawati (2014), Komposisi utama obat flu kombinasi tetap adalah
antihistamin dan dekongestan, dengan komponen tambahan lainnya yang
bervariasi antara lain analgesik-antipiretik, antitusif, ekspektoran dan
stimulan. Pada resep ini dokter meresepkan obat racikan yang komponen
obatnya sesuai dengan kombinasi pengobatan ISPA yang rasional.
Kemudian dokter meresepkan obat sanmol untuk nyeri sakit kepala dan
demam yang dikeluhkan pasien. Berdasarkan pembahasan diatas,
penggunaan obat-obat tersebut tidak mengalami interaksi obat dan aman
dikonsumsi pasien An. Saxxx untuk pengobatan namun ada daripada dari
resep racikan tersenut yakni dimana antibiotik spiramicyn bukan
merupakan first line bagi pengobatan pasien ISPAdirekomendasikan
sebaiknya penggunaan spirasin diberikan kepada pasien jika pasien
mengalami alergi terhadap golongan penicillin dan apabila mengalami
ISPA maka direkomendasikan pemberian antibiotik golongan penicilin
183
seperti Amoxicillin sebagai first line terapinya (Dipiro ed. 9). Masalah
dalam resep juga terjadi pada perhitungan dosis, untuk dosis nalgestan dan
mucos terlalu tinggi, pada perhitungan dosis bayi dengan menggunakan
rumus Dilling didapatkan bahwa dosis nalgestan untuk
phenylpropanolamin yaitu berkisar antara 4,8-6,4 mg/hari. Perhitungan
dosis menurut berat badan didapatkan perhitungan sebesar 5,78-7,71
mg/hari dan pada resep diperoleh perhitungan dosis phenylpropanolamin
sebesar 9 mg/hari sehingga perlu penurunan dosis nalgestan menjadi 1/6
tab dan diperoleh phenylpropanolamin sebesar 7,5 mg/hari. Dosis CTM
menurut perhitungan usia anak diperoleh perhitungan dosis sebesar 0,64-
0,85 mg/hari, dan sesuai dengan perhitungan berat badan didapatkan dosis
sebesar 0,77-1,02 mg/hari. Sedangkan pada resep diperoleh perhitungan
CTM sebesar 1,2 mg/hari, dan setelah diturunkan menjadi 1/6 tab
diperoleh perhitungan CTM sebesar 1 mg/hari. Setelah dilakukan skrining,
resep tersebut dapat dinyatakan rasional sebagai terapi pengobatan pada
pasien An. SZ.
184
Riwayat Alergi :
Tanggal Jenis Alergi Karena Obat Sebab lain Intensitas (deskripsi umum)
- - - - -
Riwayat Pengobatan :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
03 Januari Sanmol drop 60 mg dr. AN DIH, 17th Sakit Kepala dan demam
2020 Racikan (Nalgestan, Basic
Ketricin, Mucos, Pharmacology and Batuk, Pilek
Salbutamol,Spiracyn) Drug Notes, 2017
pionas.pom.go.id
Riwayat Copy Resep :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
- - - - -
Riwayat Konseling :
Tanggal Target/Topik DRP Capaian, rcn monitoring, intervensi, rcn home
care
- - - -
186
RESEP 2
dr. XXXX
XXX/YYY.DU/XXX/2016
JL.XXX
Informasi pasien:
1. Analisis Resep
a. Skrining Administrasi Resep (kelengkapanresep)
Keterangan
No. Uraian Penyelesaian
Ada Tidak
Tanggal penulisan resep (Inscriptio)
Identitas dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Dokter √
4. Nomor Telepon Dokter √
187
tablet
Kesimpulan: Pada screening farmasetis tidak terdapat masalah pada cara pemberian
Penyelesaian : -
c. Skrinning Klinis
Sanmaag Hiperasiditas GI, gastritis, GI &spasme
Indikasi
pilorik, ulkus peptikum dan duodenum,
dispepsia neurogenik, hipermotilitas usus,
perut kembung. Mengurangi gejala
hiperasiditas lambung misalnya, mual,
nyeri lambungdan epigastrium, perut
kembung dan sensasi penuh di perut.
Mengobati gangguan pada saluran
pencernaan seperti gastritis, perut kembung,
Mekanisme maag, dispepsia, hiatus hernia, tukak
lambung dan tukak usus duabelas jari.
1-2 tablet. Obat digunakan saat perut
Dosis Literatur kosong, yaitu diantara waktu makan dan
sebelum tidur.
Dosis Resep 2 kali sehari 1 tablet (dosis sudah
memenuhi rentang pada literatur)
Obat Chlordiazepoxide juga
Efek Samping
menyebabkan withdrawal
syndrome. Semakin tinggi dosis dan
semakin lama obat diminum,
semakin besar risikonya mengalami
gejala withdrawal syndrome yang
tidak menyenangkan. Bahkan gejala
withdrawal syndrome dapat terjadi
pada dosis standar dan juga
penggunaan jangka pendek.
Chlordiazepoxide juga
menyebabkan efek samping berupa
mengganggu kinerja psikomotor,
agresi (pada individu yang memiliki
kecenderungan tersebut terutama
jika pasien juga menggunakan
alkohol).
Efek samping yang umum dari obat
kelas benzodiazepine seperti
Chlordiazepoxide adalah efek
sedasi. (Medscape)
Kontraindikasi Hipersensitif. Gangguan ginjal berat.
189
Caviplex Indikasi
tidak mudah sakit
2. Pengambilan Obat
a. Proneuron (Diazepam, metamizole)
Obat yang diambil sebanyak 1strip
b. Sanmaag
Obat yang diambil sebanyak 1 strip
c. Caviplex
Obat yang diambil sebanyak 1 strip
191
3. Etiket Obat
a. Sanmaag
Ny. Sxxx
b. Proneuron
Ny. Sxxx
c. Caviplex
Ny. Sxxx
192
4. KIE
Perkenalan diri dan meminta waktu sebentar pada pasien untuk
menjelaskan terkait obat dalam resep, kemudian disampaikan kepada
pasien:
a. Menanyakan three prime question kepadapasien
b. Menanyakan tanda dan gejala
c. Menanyakan
riwayatpenggunaanobat,riwayatpenyakitdanapakahadariwayat alergi
d. Menjelaskan mengenai penggunaan dan kegunaan obat sebagai
berikut:
e. Obat Sanmaag yang didapat sebanyak 10 tablet, diminum sehari 2
kali sekali minum 1 tablet 1 jam sebelum makan, obat berfungsi
untuk mencegah gangguan lambung yang dapat diakibatkan oleh
asamlambung.
f. Obat proneuron yang didapat sebanyak 10 tablet, diminum sehari 2
kali sekali minum 1 tablet 15 menit sesudah makan, obat berfungsi
sebagai anti nyeri pada nyeri kepala yang dialami pasien, obat
diminum secara teratur selama 1 minggu.
g. Obat caviplex yang didapat sebanyak 10 tablet, diminum sehari 1
kali sesudah makan, obat berfungsi sebagai vitamin untuk
memelihara kesehatan tubuh, obat diminum secarateratur.
h. Menanyakan intensitas nyeri pasien
i. Menginformasikan kepada pasien jika nyeri yang dirasa tidak
berlebihan, disarankan untuk tidak mengkonsumsiproneuron.
j. Menjelaskan cara menyimpan obat yaitu disimpan di tempat kering,
terhindar sinar matahari langsung, jauh dari jangkauan anak-anak
dan dimasukkan kedalam plastik klip.
k. Disarankan agar istirahat dan tidak melakukan aktivitas yang
terlaluberat serta tidak mengonsumsi makanan asam, pedas yang
memicu maag kambuh.
l. Jikaobathabisdanbelumsembuhataukeluhantidakberkurangsegeraked
193
5. Pembahasan
Screening resep meliputi screening administratif, farmasetis dan
klinis. Resep berasal dari dokter umum yang praktek mandiri. Berdasarkan
pemeriksaan secara administraif, resep ini memenuhi persyaratan, namun
masih ada kekurangan umur pasien, alamat pasien,nomer telepon dan berat
badan. Konfirmasi ulang terkait identitas pasien dilakukan dengan
bertanya langsung kepada pasien untuk melengkapi identitas pasien.
screening farmasetisntidak ada permasalahan. Pasien mengeluhkan
sakit kepala dan maagh sehingga berdasarkan screening klinis sudah
sesuai dengan keluhan pasien.. Pada resep ini dokter meresepkan obat anti
nyeri dan maagh yang salah satu bahan dari kedua obat tersebut terjadi
interaksi yakni chlordiazepoxide didalam sanmaag dan diazepam dalam
proneuron yang memili interaksi dapat meningkatkan sedasi. Penyelesaian
dari DRP tersebut adalah dengan memperhatikan aturan pakaidari obat
tersebut yakni sanmaag diminum 2 kali sehari pagi dan sore hari sebelum
makan dan proneuron diminum pada siang dan malam hari 1 jam sesudah
makan.
194
Riwayat Alergi :
Tanggal Jenis Alergi Karena Obat Sebab lain Intensitas (deskripsi umum)
- - - - -
Riwayat Pengobatan :
Tanggal Diberikan Obat Dokter penulis R/ Ref. Skrining R/ Indikasi (catatan khusus)
7 Januari Sanmaag dr. AN DIH, 17th Maagh
2020 Proneuron Basic
Pharmacology and Nyeri
Caviplex Drug Notes, 2017 Vitamin
pionas.pom.go.id
Riwayat Konseling :
Tanggal Target/Topik DRP Capaian, rcn monitoring, intervensi, rcn home
care
- - - -
196