net/publication/312154143
CITATIONS READS
9 4,042
3 authors, including:
Amelia Lorensia
Universitas Surabaya
79 PUBLICATIONS 75 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Amelia Lorensia on 08 January 2017.
Abstrak
Aminofilin adalah obat yang umum digunakan untuk mengobati asma di Indonesia dan merupakan
obat dengan rentang terapi sempit. Meskipun harganya terjangkau, data tentang keamanan penggunaan
aminofilin masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keamanan aminofilin berdasarkan
terjadinya Adverse Drug Reaction (ADR) pada pasien rawat inap di rumah sakit. Penelitian ini meng-
gunakan desain retrospektif untuk data pasien di rumah sakit selama 2 tahun. Sampel dikumpulkan
dengan menggunakan metode purposive sampling yang menggunakan aminofilin dalam terapi asma.
ADR yang terjadi dicatat dan dianalisis berdasarkan literatur, kemudian dievaluasi dengan Naranjo
Scale yang merupakan alat untuk mengidentifikasi kemungkinan ADR terkait obat. Pasien yang terlibat
dalam penelitian ini adalah 41 orang yang menggunakan aminofilin untuk pengobatan eksaserbasi asma.
Ditemukan satu kasus yang diduga kemungkinan ADR obat yang terjadi dalam penelitian ini, yaitu hi-
pertensi dengan takikardi. Secara umum semua gejala asma pada pasien rawat inap membaik. Penelitian
ini menunjukkan bahwa aminofilin aman digunakan untuk pengobatan asma meskipun hanya terdapat
satu insiden diduga ADR yang direkam selama pengamatan. Hal tersebut masih perlu diamati untuk
melihat kemungkinan terjadinya ADR. Observasi dari hasil laboratorium, wawancara dengan pasien dan
tenaga kesehatan lain dibutuhkan untuk penelitian lebih lanjut.
154
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012
155
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012
Data dikumpulkan dari rekam medik kemu- dibandingkan Khamer algoritm dan Jones al-
dian dianalisis keamanan (safety) penggunaan gorithm dalam menilai ADRs sehingga lebih
aminofilin, dengan menggunakan pustaka- disukai dalam penggunaannya.14
pustaka pendukung seperti Martindale, Bri-
tish National Formulary, Drug Information Hasil
Handbook, dan lain-lain. Setiap prediksi Ad-
verse Drug Reaction (ADR) aktual yang ter- Data distribusi karakteristik sampel penelitian
jadi akan dihitung menggunakan Naranjo dari pasien asma rawat inap dan rawat jalan
scale untuk menilai ADR yang terjadi. Nara- yang menggunakan terapi aminofilin dapat
njo Scale juga dapat digunakan untuk menya- dilihat pada Tabel 2. Pasien asma yang dirawat
makan kesepakatan dalam penilaian ADR. inap selama 2 tahun sebanyak 50 orang pasien,
Metode sistematis tersebut menawarkan cara 41 orang diantaranya mendapatkan terapi ami-
yang sensitif untuk memantau ADR dan dapat nofilin (82%) dalam pengobatan eksaserbasi
digunakan untuk surveilans obat di pasaran asma.
(Tabel 1).13 Naranjo scale memiliki kelebihan Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
yaitu lebih mudah dan tidak memakan waktu 41 orang yang terdiri dari 53,66% laki-laki dan
156
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012
46,34% perempuan. Usia sampel yang terba- peningkatan tekanan darah. Dugaan kejadian
nyak yaitu usia 40–49 tahun sebesar 41,46% ADR tersebut diprediksi aktualitasnya dengan
dengan rata-rata total usia sebesar 41,46 ta- menggunakan Naranjo scale. Hasil dari per-
hun. Semua pasien keluar rumah sakit dalam hitungan Naranjo scale menunjukkan bahwa
kondisi membaik dengan rata-rata lama di- semua ADR yang terjadi memiliki nilai 4 ter-
rawat di rumah sakit selama 3,92 hari (Tabel masuk dalam kategori possible ADR (Tabel 3)
2). dengan total nilai dari Naranjo scale (Tabel 1)
Kejadian ADR terjadi pada satu orang dari poin ke 1, 2, dan 10 adalah “yes”, sedangkan
sampel penelitian (2,44%) yang menggu- poin nomor lainnya tidak dapat dihitung kare-
nakan aminofilin berupa gejala takikardi dan na data pendukung yang belum memadai.
Tabel 3 Dugaan kejadian adverse drug reaction pada penggunaan aminofilin pada
sampel penelitian
Dugaan Adverse Drug Reaction Total Kejadian Perhitungan Naranjo Scale
Takikardia 1 4 (possible ADR)
Peningkatan tekanan darah (hipertensi) 1 4 (possible ADR)
157
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012
Tabel 4 Obat asma lain yang digunakan bersamaan dengan aminofilin pada sampel
penelitian
Obat Asma Lain Jumlah Pasien Kejadian Adverse Drug
(n=41) Reaction (ADR)
Combiven® (Ipratropium+Salbutamol) 6 1
Combiven® (Ipratropium+Salbutamol) + Flex- 8 0
otide® (Fluticasone)
Combiven® (Ipratropium+Salbutamol) + Flex- 1 0
otide® (Fluticasone) +
Cortidex® (dexamethasone) inj.
Combiven® (Ipratropium+Salbutamol) + Flex- 16 0
otide® (Fluticasone) +
Medixon®/ Somerol® (methylprednisolone)
inj.
Combiven® (Ipratropium+Salbutamol) + 3 0
Metilprednisolon inj.
Combiven® (Ipratropium+Salbutamol) + 1 0
Somerol® (methylprednisolone) inj.
Combiven® (Ipratropium+Salbutamol) + Pul- 4 0
micort® (budesonide)
Combiven® (Ipratropium+Salbutamol) + Pul- 1 0
micort® (budesonide) + Methylprednisolone
inj.
Cortidex (dexamethasone) inj. 1 0
Pada penelitian ini semua pasien yang erita jika tidak mengalami perbaikan setelah
mendapatkan aminofilin tidak hanya mendapat- 1–2 jam terapi awal.2 Teofilin diklasifikasikan
kan aminofilin sebagai obat asma tunggal, sebagai bronkodilator, namun penggunaan
tetapi juga mendapatkan obat asma lain (Ta- pada asma telah berkurang karena penggu-
bel 4). Obat tambahan tersebut dapat meme- naannya diasosiasikan dengan keparahan dan
ngaruhi adverse drug reaction dari aminofilin efek samping yang potensial dan efektivitas
karena disebabkan terjadinya interaksi obat. relatif rendah. Golongan methylxanthine me-
Walaupun pada penelitian ini hanya ditemukan miliki efikasi yang lebih rendah dibandingkan
satu dugaan kejadian ADR karena aminofilin. kortikosteroid inhalasi dan β-2 agonis kerja
panjang dan merupakan bronkodilator poten
Pembahasan dengan aksi antiinflamasi yang ringan.2,15,16
Teofilin merupakan penghambat reseptor
Penggunaan aminofilin (methylxanthine) pada adenosin (reseptor A1 dan A2) poten yang
penelitian ini digunakan di awal terapi, walau- dapat memberikan efek bronkodilator.17 Teo-
pun pemberian pada awal terapi bukan meru- filin juga terbukti memiliki aksi imunomodu-
pakan pilihan yang tepat karena obat golongan lator pada neutrofil apoptosis melalui me-
methylxanthine dapat diberikan pada pend- kanisme antagonis A2a, namun kurang pada
158
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012
eosinofil.18 Namun berdasarkan penelitian Efek yang dapat terjadi adalah efek pada heart
yang dilakukan oleh Landells et al., yang ber- rate atau kadar kalium. β-2 agonis dapat me-
tujuan mengetahui peran reseptor adenosin nyebabkan hipokalemia terutama ketika di-
A2b pada aksi antiproliferasi teofilin pada sel berikan secara parenteral atau nebulasi. Efek
mononuklear darah perifer (human periph- penurunan kadar kalium dari interaksi obat ini
eral blood mononuclear cells/HPBMC) dari tidak diketahui.21-23
pasien asma dan pasien sehat. Pada penelitian Selain mengamati kejadian aminofilin,
itu disimpulkan bahwa adenosin endogenus pengobatan untuk asma yang didapatkan
dan eksogenus memiliki efek yang kecil pada oleh sampel tersebut terlihat beberapa inter-
proliferasi HPBMC, baik pada pasien asma aksi obat potensial. Aminofilin/teofilin dapat
maupun pasien sehat. Hal ini menunjukkan menyebabkan efek hipotensi atau hipertensi
bahwa efek teofilin dengan konsentrasi tinggi dengan meningkatkan tingkat katekolamin
tidak berkaitan dengan antagonis reseptor yang beredar dengan menstimulasi reseptor
adenosin.19 Efek dari antagonis adenosin pada β-2 adrenergik vaskular dengan penurunan
teofilin tersebut dapat menyebabkan beberapa resistensi pembuluh darah perifer. Vasodila-
adverse effect, seperti stimulasi sistem saraf tasi perifer dan hipotensi terjadi pada toksisi-
pusat, aritmia jantung, hipersekresi gastrik, tas teofilin signifikan. Intraseluler pergeseran
GERD (gastro-esophageal reflux), dan diure- hasil kalium dalam hipokalemia.24 Interaksi
sis.17 obat antara salbutamol (β-2 agonis) dan teo-
ADRs yang umumnya ditemukan pada filin terjadi dapat menyebabkan terjadinya hi-
aminofilin atau teofilin adalah iritasi gastro- pokalemia dan takikardi, terutama pada peng-
intestinal dan stimulasi SSP (Sistem Saraf gunaan teofilin dosis tinggi. Efek yang dapat
Pusat). Kadar teofilin yang lebih besar dari tejadi adalah efek pada heart rate atau kadar
20 mcg/ml (110 mikromol/L) berkaitan den- kalium. β-2 agonis dapat menyebabkan hipo-
gan adanya peningkatan risiko adverse event, kalemia terutama ketika diberikan secara pa-
namun ADRs jarang terjadi pada kadar serum renteral atau nebulasi. Efek penurunan kadar
teofilin 5–10 mcg/mL. Tingkat keparahan um- kalium dari interaksi obat ini tidak diketahui21,
umnya berkorelasi dengan usia, penyakit yang sehingga methylxanthine dapat berpotensi me-
mendasari (underlying disese), dan kadar teo- nyebabkan hipokalemia yang disebabkan oleh
filin dalam darah.20 penggunaan β-2 agonis dan kortikosteroid.20
Namun berbeda dengan penelitian ini yang
dilakukan pada penderita asma usia dewasa Simpulan
yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit
Delta Surya Sidoarjo selama Januari 2010– Keamanan penggunaan teofilin/aminofilin
Desember 2011, hanya ditemukan dugaan pada pasien asma rawat inap sebagian besar
terjadinya adverse drug reactions dari peng- dapat dikatakan aman, karena hanya ditemu-
gunaan aminofilin terhadap satu subjek pene- kan satu kasus dugaan ADR pada penggu-
litian (2,44%), yaitu gejala takikardi dan pe- naannya dan termasuk ADR yang tergolong
ningkatan tekanan darah. ringan.
Penggunaan golongan β-2 agonis dan teo- Pada penelitian ini terdapat kekurangan
filin berguna untuk terapi asma namun ber- data pendukung berupa data laboratorium (ka-
potensi terjadi adverse effect walaupun pada lium) dan keterangan kondisi klinis pasien ter-
dosis terapi, kondisi yang paling serius adalah kait ADRs pada teofilin, serta tidak diketahui
terjadinya hipokalemia dan takikardia teru- bagaimana kadar teofilin dalam darah sebagai
tama pada penggunaan teofilin dosis tinggi. monitoring dalam TDM (Therapeutic Drug
159
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012
160
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012
treatment of asthma and chronic obstruc- 21. Polasek TM, Miners JO. Macrolide–the-
tive pulmonary disease. Zhongguo Yi Xue ophylline interactions: no role for the in-
Ke Xue Yuan Xue Bao, 2004, 26(3): 319– hibition of cytochrome P4501A2. British
322. Journal of Clinical Pharmacology, 2008,
17. Momeni A, Mohammadi MH. Respira- 66(6): 898–900.
tory delivery of theophylline by size-tar- 22. Gennari FJ. Disorders of potassium ho-
geted starch microspheres for treatment meostasis: hypokalemia and hyperkale-
of asthma. Journal of Microencapsulation, mia. Critical Care Clinics, 2002, 18(2):
2009, 26(8): 701–710. 273–288.
18. Barnes PJ. Theophylline.American Jour- 23. Nagdeote AN, Pawade YR. The effect of
nal of Respiratory and Critical Care Medi- oral salbutamol on the metabolism of elec-
cine, 2003, 167(6): 813–818. trolytes in asthmatic children. Journal of
19. Landells LJ, Jensen MW, Orr LM, Spina Clinical and Diagnostic Research, 2011,
D, O’Connor BJ, Page CP. The role of ad- 5(2): 176–178.
enosine receptors in the action of theoph- 24. Chan TY, Gomersall CD, Cheng CA, Woo
ylline on human peripheral blood mono- J. Overdose of methyldopa, indapamide
nuclear cells from healthy and asthmatic and theophylline resulting in prolonged
subjects. British Journal of Pharmacology, hypotension, marked diuresis and hypo-
2000, 129(6): 1140–1144. kalaemia in an elderly patient. Pharma-
20. Sweetman S. Martindale: The complete coepidemiol Drug Safety, 2009, 18(10):
drug reference. 36th Edition. Pharmaceuti- 977–979.
cal Press: USA. 2009.
161