FAKULTAS FARMASI
Disusun oleh:
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK JOVITA
JL.RAYA PABUARAN NO.26, PABUARAN BOJONG GEDE KABUPATEN
BOGOR
PERIODE 01 NOVEMBER – 30 NOVEMBER 2021
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, kasih, dan anugerah-Nya
sehingga Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Jovita yang
beralamat di Jl. Raya Pabuaran No. 26, Pabuaran Bojong Gede, Kab. Bogor dan
berlangsung pada tanggal 01 November - 30 November 2021 dapat diselesaikan dengan
baik.
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dengan harapan
agar kami sebagai calon apoteker mendapatkan gambaran secara jelas mengenai
pekerjaan kefarmasian di Apotek yang merupakan salah satu tempat pengabdian profesi
apoteker.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini beserta penyusunan laporannya
tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, petunjuk,
bimbingan, saran serta berbagai fasilitas dan kemudahan bagi kami. Pada kesempatan ini
kami ngin mengucapkan terimakasih terutama kepada Ibu apt. Desi Natalia, S.Farm.
selaku pembimbing PKPA di Apotek Jovita dan Ibu apt. Sarah Zaidan, S.Si. M.Farm.
selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi Universitas Pancasila yang telah meluangkan
waktu, pikiran dan tenaganya dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan sarannya selama
proses Pelatihan Praktek Kerja Profesi Apoteker. Pada kesempatan ini izinkanlah kami
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. apt. Shirly Kumala, M.Biomed. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila.
2. apt. Hesty Utami, M.Clin, PhD. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila
3. Seluruh dosen pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Pancasila atas
kesempatan dan dukungan yang diberikan untuk mengikuti perkuliahan dan pogram PKPA
4. Ibu apt. Desi Natalia, S.Farm. selaku Apoteker Penanggungjawab Apotek Jovita yang
telah memberikan kesempatan, bimbingan, serta dukungan selama pelaksanaan PKPA.
5. Seluruh staf dan karyawan Apotek Jovita yang telah memberikan bimbingan dan
kerjasama selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
iii
6. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan semangat baik secara
moril maupun materil.
7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Profesi Apoteker Angkatan 68 Universitas
Pancasila dan seluruh teman-teman di luar lingkungan Universitas Pancasila atas segala
bantuan yang telah diberikan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
B. TUJUAN.................................................................................................................................................2
C. MANFAAT ........................................................................................................................ 3
A. APOTEK ............................................................................................................................ 4
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai .......... 11
C. PENGGOLONGAN OBAT............................................................................................ 19
G.SWAMEDIKASI ............................................................................................................. 29
1. Lokasi.......................................................................................................................... 31
2. Bangunan ................................................................................................................................ 31
v
2. Tugas dan Tanggung Jawab Personalia ..................................................................... 34
1. Perencanaan ..................................................................................................................... 36
2. Pengadaan......................................................................................................................... 37
3. Penerimaan ................................................................................................................. 38
4. Penyimpanan ................................................................................................................................ 38
5. Pemusnahan ........................................................................................................................... 38
6. Pengendalian .......................................................................................................................... 39
3. Konseling........................................................................................................................... 41
1. Pengelolaan Narkotika............................................................................................... 41
2. Pengelolaan Psikotropika........................................................................................... 41
2. Penerimaan............................................................................................................................. 44
3. Penyimpanan ................................................................................................................................ 44
5. Pengendalian ............................................................................................................... 45
vi
9. Pelaksanaan konseling .............................................................................................. 47
A. SIMPULAN ................................................................................................................................. 48
B. SARAN ................................................................................................................................... 48
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan menurut UU No. 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktive secara sosial dan ekonomis (1). Kesehatan saat ini dipandang
sebagai suatu hal yang sangat penting dan menjadi kebutuhan primer sehingga
banyak masyarakat yang menginginkan untuk mendapatkan pelayanan dan
informasi tentang kesehatan dengan baik dan mudah terjangkau. Oleh sebab itu
fasilitas pelayanan kesehatan termasuk fasilitas pekerjaan kefarmasian juga harus
terus ditingkatkan kualitasnya. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun
2009 tentang pekerjaan kefarmasian, yang termasuk dalam fasilitas pekerjaan
kefarmasian adalah Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik,
dan Toko obat (2).
Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker. Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien.
Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian informasi obat dan
konseling kepada pasien yang membutuhkan (2).
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker sebagai penanggung jawab sebuah apotek
memiliki peranan yang besar dalam menjalankan fungsi apotek berdasarkan nilai
bisnis maupun fungsi sosial, terutama perannya dalam menunjang upaya kesehatan
dan sebagai penyalur perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apoteker dituntut
untuk dapat menyelaraskan kedua fungsi tersebut. Kondisi masyarakat yang
semakin kritis terhadap kesehatan mereka dan dengan adanya kemudahan dalam
mengakses informasi menjadi tantangan tersendiri bagi apoteker di masa depan.
Kunjungan masyarakat ke apotek kini tak sekedar membeli obat, namun untuk
mendapatkan informasi lengkap tentang obat yang diterimanya.
Fasilitas kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk
1
2
B. TUJUAN
1. Mampu memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam pengelolaan
Apotek serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dan etika yang berlaku.
2. Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan
praktik kefarmasian di Apotek.
3. Memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian serta
mempelajari strategi dan kegiatan - kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktek kefarmasian.
3
C. MANFAAT
1. Memperoleh pemahaman mengenai peran dan fungsi Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di apotek
2. Memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis terkait
pelayanan kefarmasian di Apotek.
3. Memperoleh gambaran nyata mengenai permasalahan praktik kefarmasian
dan strategi atau kegiatan yang dapat diterapkan dalam rangka
pengembangan praktek kefarmasian di Apotek.
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN RUANG LINGKUP
APOTEK
A. APOTEK
1. Definisi Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tentang Apotek, yang dimaksud dengan
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker (4). Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien (3).
2. Landasan Hukum Apotek
Ketentuan mengenai apotek diatur dalam:
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
e. Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017
tentang Apotek.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 tentang standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2015 tentang
peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
h. Peraturan Menter Kesehatan RI Nomor 31 Tahun 2016 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin
Kerja.
3) Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun
profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh
karena itu, harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang
baik.
4) Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi
pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian
mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan
mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
5) Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,
anggaran dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti
kemajuan teknolog informasi dan bersedia berbagi informasi
tentang Obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Obat.
6) Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan profesi melalui pendidikan berkelanjutan
10
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
12
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1) Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa
2) Semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan kualitasnya.
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
5) Pengeluaran bat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO
(First In First Out)
e. Pemusnahan dan Penarikan
1) Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita
13
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep;
a) Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan Resep
b) Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
obat.
15
1. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia dan International Non-Proprietary Name (INN) untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya, selain itu obat generik dapat juga merupakan obat
yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua
perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Terdapat dua jenis obat generik,
yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan
dengan merek kandungan zat aktifnya. Penulisan obat generik menunjukkan:
a) Nama generik lebih informatif dari pada nama dagang
b) Memberi kemudahan pemilihan produk.
c) Produk obat generik pada dasarnya lebih murah dari pada produk
nama dagang.
d) Resep/order dengan nama generik mempermudah substitusi produk
yang sesuai.
2. Obat Nama Dagang adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar
atas nama pembuat atau yang dikuasakannya, dan dijual dalam bungkus
asli pabrik yang memproduksinya. Sedangkan obat palsu adalah obat jadi
yang diproduksi oleh pabrik obat yang tidak terdaftar, obat yang tidak
terdaftar atau obat jadi yang kadarnya menyimpang 20 % atau lebih dari
persyaratan yang ditentukan. Penggolongan obat dilakukan untuk
meningkatkan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan
distribusinya yang dapat dibedakan atas obat bebas, obat bebas terbatas,
obat keras, psikotropika dan narkotika. Dalam penggunaannya di
masyarakat, penandaan khusus berupa warna dengan bentuk tertentu harus
tertera secara jelas pada etiket wadah dan bungkus luar obat jadi sehingga
penggolongan obat jadi tersebut dapat segera dikenali oleh masyarakat (6).
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh:
Parasetamol
c. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di Apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: Asam
Mefenamat
d. Psikotropika
Psikotropika adalah obat keras, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Contoh: Diazepam, Fenobarbital. Psikotropika
digolongkan menjadi empat golongan, yaitu psikotropika golongan I, II,
III, dan IV (7).
1) Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, dan
metilendioksi metilamfetamin (MDMA).
2) Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, deksamfetamin,
metamfetamin, dan fensiklidin.
3) Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi mengakibatkan
sindroma ketergantungan sedang. Contoh: amobarbital,
pentobarbital, dan siklobarbital.
4) Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam,
estazolam, etilamfetamin, alprazolam.
e. Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh:
Morfin, Petidin. Obat narkotika ditandai dengan simbol palang medali atau
23
E. PENGELOLAAN NARKOTIKA
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (8).
Peraturan tentang Narkotika diatur dalam:
1. PP No.25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu
Narkotika
2. PP No.40 tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU 35 tahun 2009 tentang
Narkotika
3. PMK No.10 tahun 2013 tentang Impor dan Ekspor Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
4. PMK No.26 tahun 2014 tentang Rencana Kebutuhan Tahunan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
5. PMK N0.3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,
dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor.
F. PENGELOLAAN PSIKOTROPIKA
Psikotropika dalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Peraturan tentang Psikotropika diatur dalam:
1. Undang-Undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika
2. PMK No. 10 tahun 2013 tentang Impor dan Ekspor Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
3. PMK No.26 tahun 2014 tentang Rencana Kebutuhan Tahunan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
4. PMK No.3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,
28
2. Penyimpanan psikotropika
Aturan mengenai tempat penyimpanan psikotropika di Apotek sama
dengan narkotika, yaitu pada lemari khusus. Dalam peraturan perundang–
undangan disebutkan bahwa lemari khusus tempat penyimpanan
psikotropika berada dalam penguasaan APA.
3. Penyerahan psikotropika
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada
apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit,
instalasi farmasi klinik, dokter, dan kepada pasien berdasarkan resep
dokter yang diterima.
4. Pelaporan psikotropika Pabrik obat, PBF, sarana penyimpanan sediaan
farmasi Pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,
dokter, lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan, wajib membuat
dan menyimpan catatan mengenai kegiatan masing-masing yang
29
G. SWAMEDIKASI
Swamedikasi (self medication) merupakan upaya pengobatan sendiri tanpa
didasari resep dokter. Pengobatan swamedikasi menurut WHO ditujukan
untuk menangani gejala dan penyakit yang mampu didiagnosis oleh pasien
sendiri atau penggunaan obat yang telah digunakan secara terus-menerus
untuk penanganan gejala kronis (4). Masyarakat membutuhkan penyuluhan
yang jelas dan tepat mengenai penggunaan secara aman dari obat-obatan yang
dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter di apotek. Swamedikasi
umumnya dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan mulai dari
batuk pilek, demam, sakit kepala, maag, gatal-gatal hingga iritasi ringan pada
mata.
Beberapa faktor yang mempengaruhi berkembangnya swamedikasi
dikalangan masyarakat, diantaranya (11):
a. Promosi atau iklan obat-obatan di televisi
b. Biaya pengobatan yang relatif tinggi
c. Riwayat pendidikan
30
Agar pemilihan obat tepat pada pasien tertentu saat melakukan pelayanan
swamedikasi, konseling pra layanan swamedikasi dapat dilakukan oleh
Apoteker kepada pasien dengan arahan 5 pertanyaan penuntun sebagai
berikut:
1) W (Who): Untuk siapa obat tersebut?
2) W (What symptoms): Gejala apa yang dirasakan?
3) H (How long): Sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung?
4) A (Action): Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala
tersebut?
5) M (Medicine): Obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien?
Beberapa kriteria berikut harus dipenuhi sehingga obat dapat diserahkan
tanpa resep dokter dalam swamedikasi.
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
OTC terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas dan beberapa alat
kesehatan, produk atau obat-obatan herbal dan kosmetik, madu,
minyak angin, koyo, plester, kapas, sabun dan bedak bayi, dan lain
sebagainya. Selain itu pada bagaian depan terdapat meja
penerimaan dan penyerahan resep dokter atau tempat konseling,
serta kursi tunggu untuk pasien.
b. Bagian belakang Apotek
Bagian belakang merupakan tempat penyimpanan obat-obat keras,
obat-obat yang mengandung prekursor, golongan obat narkotik dan
psikotropik, serta terdapat meja peracikan obat, wastafel untuk
mencuci alat racik obat, dan toilet khusus karyawan di apotek.
Selain itu juga terdapat tempat atau rak penyimpanan untuk stok obat-
obatan bebas, bebas terbatas, dan alat kesehatan. Penyimpanan obat
yang terdapat di lemari atau rak yang disusun berdasarkan indikasi dan
efek terapi obat, bentuk sediaan obat (kapsul, tablet, sirup/larutan, tetes
mata, drops, salep, krim ataupun gel). Untuk obat-obat yang tidak stabil
terhadap panas, seperti suppositoria atau ovula, insulin dan beberapa
macam obat oral disimpan di lemari pendingin. Pengelompokkan obat
tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam penyimpanan dan
penyiapan obat, serta meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat.
Obat narkotika, psikotropika, dan Obat Obat Tertentu (OOT)
disimpan dalam lemari khusus yang tergantung di tembok, terbuat dari
kayu dan memiliki kunci ganda. Area peracikan obat terletak di
samping rak- rak penyimpanan obat dan berdekatan dengan meja
penyiapan obat. Area ini dilengkapi dengan alat racik, seperti
timbangan, lumpang, alu, sudip, cangkang kapsul, kertas perkamen, pot
obat, botol, gelas ukur, dan lain-lain.
dan dilengkapi dengan rak obat dan meja peracikan, serta alat-
alat yang dibutuhkan dalam peracikan obat, seperti kemasan
obat, etiket, dan lain-lain. Ruang ini juga telah diatur
sedemikian rupa agar mendapatkan sirkulasi udara yang cukup
dan tidak terkena sinar matahari langsung. Berdasarkan fasilitas
tersebut, maka area pelayanan resep dan peracikan yang
terdapat di Apotek Jovita sudah sesuai dengan standar.
3) Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
Area penyerahan obat di Apotek Jovita menjadi satu dengan
area penerimaan resep yang terletak pada bagian depan apotek,
kecuali penyerahan obat dengan resep dokter, dilakukan di meja
khusus yang terletak di dekat pintu masuk. Dengan posisi
penyerahan yang telah tertata tersebut, area penyerahan obat atau
sediaan farmasi ini dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan
standar apotek.
4) Konseling dan Pemberian Informasi Obat (PIO)
Apotek Jovita memiliki area untuk konseling dan PIO, sehingga
area yang digunakan adalah tempat yang sama dengan tempat
penyerahan obat resep dokter.
5) Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
Kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi, dan
pemisahan pada area penyimpanan di Apotek Jovita sangat
diperhatikan untuk menjamin mutu dan keamanan. Ruang
penyimpanan Apotek Jovita juga telah dilengkapi dengan rak atau
lemari obat, lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus obat
narkotika, psikotropika, dan OOT (Obat-Obat Tertentu), dan
pengukur suhu juga pendingin udara.
6) Arsip
Pengarsipan di Apotek Jovita dilakukan di bagian belakang apotek.
Dokumen seperti faktur maupun surat-surat serta dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan apotek diletakkan di lemari khusus
yang terdiri dari nama PBF dan masing-masing bulan jatuh tempo
pembayaran, sehingga dipisahkan dalam kotak file biru Bantex dan
dipisahkan berdasarkan PBF, sehingga memudahkan pencarian
34
apabila dibutuhkan.
b. Prasarana
Apotek Jovita memiliki instalasi air bersih, listrik, dan sistem tata
udara yang baik.
c. Peralatan
Apotek Jovita sudah memiliki berbagai peralatan yang dibutuhkan
dalam pelayanan kefarmasian, seperti kulkas, meja racik, alat
meracik, etiket, copy resep (salinan resep), dan lain-lain.
B. STRUKTUR ORGANISASI
Apotek Jovita dipimpin oleh Ibu apt. Desi Natalia, S.Farm sebagai
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggungjawab dalam kegiatan
manajerial dan kefarmasian di Apotek. APA Apotek Jovita telah memiliki
Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA). Jumlah Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) atau Asisten Apoteker di
Apotek Jovita, yaitu terdapat enam orang.
C. PENGELOLAAN DI APOTEK
1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai di Apotek Jovita didasarkan beberapa hal,
diantaranya yaitu kebutuhan masyarakat. Perencanaan pembelian di
Apotek Jovita mengikuti Standar Prosedur Operasional yang dijabarkan
sebagai berikut :
37
b. Informasi obat atau alat kesehatan yang akan dipesan diperoleh dari
sisa stok yang dicek setiap hari dan dari sistem komputer.
2. Pengadaan
Pengadaan barang di Apotek Jovita menggunakan jalur resmi dengan
melakukan pemesanan kepada PBF (Pabrik Besar Farmasi). Beberapa
faktor yang dipertimbangkan dalam pemilih PBF sebagai supplier
sediaan farmasi Apotek Jovita, yaitu :
a. Legalitas PBF yaitu berasal dari distributor resmi yang memiliki
izin usaha dan pembelian barang oleh apotek dilengkapi faktur
pembelian dari PBF. Hal ini untuk menjamin kualitas dan
pertanggung jawaban terhadap barang yang didistribusikan.
barang datang. Surat Pesanan (SP) ke kantor PBF dicetak rangkap dua. SP
Reguler, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor, dan OOT dibuat di formulir
khusus.
3. Penerimaan
Barang yang datang diterima oleh apoteker atau TTK yang
didelegasikan di apotek untuk menerima barang dan diperiksa keseuaian
barang dengan faktur dan surat pesanan (SP). Pemeriksaan meliputi
jumlah dan spesifikasi jenis barang, nomor batch, dan tanggal
kadaluwarsa. Jika sudah sesuai, faktur ditandatangani oleh Apoteker
dan diberi stempel apotek serta tanggal penerimaan faktur. Jika tidak
sesuai, dicatat di tembusan SP atau barang dikembalikan ke PBF.
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN UMUM
Kegiatan PKPA di Apotek Jovita diawali dengan kegiatan orientasi dari
Apoteker Pengelola Apotek (APA). Tujuan kegiatan orientasi, yaitu pengenalan
dan pembekalan kepada mahasiswa PKPA mengenai prosedur pelayanan farmasi di
Apotek. Sumber daya manusia di Apotek Jovita terdiri dari 1 APA dibantu oleh 6
(enam) orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Apotek Jovita beroperasi setiap
hari dan tetap melakukan pelayanan pada hari libur nasional, Apotek mulai
beroperasijam 07.30 – 22.00 WIB yang terbagi dalam 2 shift. Apotek Jovita juga
menyediakan pengecekan tekanan darah serta pengecekan sederhana untuk
mengukur kadar glukosa darah, asam urat, dan kolesterol guna meningkatkan
mutu pelayanan Apotek. Seluruh kegiatan operasional Apotek mulai dari
pemesanan obat hingga penyerahan dan penjualan obat dipimpin dan diatur oleh
seorang APA.
B. PEMBAHASAN KHUSUS
Menurut PMK No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek, ada 2 kegiatan utama yang wajib dilaksanakan oleh setiap Apotek
yaitu Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis Habis
Pakai dan Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek. Kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi:
1. Perencanaan dan pengadaaan
Berdasarkan PMK No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, kegiatan perencanaan yang dilakukan dengan
memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya, dan kemampuan
masyarakat serta kegiatan pengadaan dilakukan melalui jalur resmi untuk
menjamin kualitas pelayanan kefarmasian. Kegiatan perencanaan di
Apotek Jovita berdasarkan kebutuhan masyarakat yang mengurutkan
perencanaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP berdasarkan cost benefit
(aspek ekonomi) dan kebutuhan terapi (aspek medis). Kegiatan pengadaan
di apotek Jovita dilakukan melalui jalur resmi yaitu melalui Pedagang
43
44
B. SARAN
1. Perihal pencatatan kartu stok disarankan untuk lebih dilakukan lagi untuk
menghindari perbedaan stok antara stok fisik dengan stok (sistem komputer).
2. Pelaksanaan pelayanan Home Pharmacy Care sudah mulai jarang dilakukan,
diharapkan kegiatan tersebut kembali dilakukan dengan tetap mematuhi dan
menjalankan Protokol Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah guna
menghindari penyebaran pandemi covid-19.
48
DAFTAR PUSTAKA
49
DAFTAR LAMPIRAN
50
51
Lampiran 2. Etiket
Lampiran 5. Faktur
Dewasa
Demam & Demam & Batuk Pilek Batuk tidak Batuk Demam, batuk,
batuk Pilek berdahak berdahak pilek
Anak
Demam & Demam & Batuk Pilek Batuk tidak Batuk Demam, batuk
batuk Pilek berdahak berdahak & pilek
pilek
Pacdin Cough, Termorex Alcoplus Actifed Plus Lapifed Pim-Tra-Kol
Coparcetin, Plus, DMP, Cough Syrup, Syrup, Pim-
Etaflusin Decolgen Decolsin, Supresant Lapisiv Syrup Tra-Kol
Kids OBH Combi expectorant, Syrup Kids,
Anak, Allerin Bodrexin Flu
Anacetin, Expectorant, & Batuk PE,
Anakonidin, Actifed Paratusin PE,
Anakonidin (Warna Coldrexin
OBH orange) Suspensi,
Citocetin
Suspensi,
Hufagrip
Hijau,
Hufagrip
Kuning
57