Anda di halaman 1dari 141

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK PAHALA KETINTANG


RUKO SAKURA REGENCY O-2 KETINTANG
SURABAYA
30 MEI 2022 – 2 JULI 2022

PERIODE LIX

DISUSUN OLEH:
PUTU ENA SASMITHA, S.Farm.
NPM. 2448721120

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK PAHALA KETINTANG
RUKO SAKURA REGENCY O-2 KETINTANG SURABAYA
30 MEI – 2 JULI 2022

DISUSUN OLEH:
PUTU ENA SASMITHA, S.Farm.
NPM. 2448721120

MAHASISWA PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


PERIODE LIX
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

DISETUJUI OLEH:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Apt. Dyah Ayu Herlina, S.farm Dr. apt. Martha Ervina, S.Si., M.Si.
APJ Apotek Pahala Ketintang NIK. 241.98.0351
SIPA : 19950512/SIPA_35.2021/22231

v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
LAPORAN PKPA

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, kami sebagai mahasiswa


Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya:
Nama : Putu Ena Sasmitha, S.Farm.
NPM : 2448721120

Menyetujui laporan PKPA kami:


Tempat : Apotek Pahala Ketintang
Alamat : Ruko Sakura Regency O-2 Ketintang, Surabaya
Waktu pelaksanaan : 30 Mei – 02 Juli 2022

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain,


yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-
Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi laporan PKPA ini kami
buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 02 Juli 2022

Putu Ena Sasmitha, S.Farm.

vi
NPM. 2448721120

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat, kebaikan, serta hikmat-Nya sehingga Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Apotek Pahala yang telah dilaksanakan pada tanggal 30
Mei 2022 – 02 Juli 2022 ini dapat terselesaikan. Laporan ini diajukan
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Profesi Apoteker
dari Program Studi Profesi Apoteker Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat terselesaikan tidak tidak
terlepas dari bantuan, bimbangan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai, melindungi dan
memberkati penulis mulai dari awal penyusunan hingga
terselesaikannya laporan ini.
2. Bapak apt. Drs. Kuncoro Foe, Ph.D., selaku Retor Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah menyediakan fasilitas
sehingga proses dalam menempuh Pendidikan Profesi Apoteker di
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dapat berjalan
dengan baik.
3. Ibu apt. Sumi Wijaya, S.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan dalam pelaksanaan PKPA.
4. Ibu apt. Restry Sinansari, S.Farm., M.Farm. selaku Kepala
Program Studi Profesi Apoteker Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
dalam pelaksanaan PKPA.

i
5. Ibu apt. Dyah Ayu Herlina, S.Farm. selaku Pembimbing I PKPA
Apotek dan juga Apoteker Pemilik Apotek Pahala atas bimbingan,
ilmu pengetahuan, saran, waktu dan tenaga yang telah banyak
diberikan kepada penulis selama pelaksanaan kegiatan PKPA
Apotek hingga proses penyusunan laporan PKPA Apotek.
6. Dr. Apt. Martha Ervina, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing II PKPA
Apotek atas bimbingan, ilmu pengetahuan, saran, waktu dan tenaga
yang telah banyak diberikan kepada penulis selama pelaksanaan
kegiatan PKPA Apotek hingga proses penyusunan laporan PKPA
Apotek.
7. Bapak apt. Qisti Robani, S.Farm. yang senantiasa memberikan
kami bimbingan, ilmu pengetahuan, saran, waktu, serta softskills
yang banyak dari Apotek Pahala Ketintang.
8. Seluruh pegawai di Apotek Pahala yang telah sabar mengajar serta
senantiasa memberikan bantuan, dukungan, semangat serta hiburan
dalam pelaksanaan PKPA.
9. Teman-teman Program Studi Profesi Apoteker Periode LIX
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah bersama-
sama melakukan kegiatan PKPA di Apotek pahala pusat dan
pahala ketintang yang telah berbagi ilmu dan juga berkoordinasi
selama pembelajaran Praktek Kerja Profesi ini.
10. Pihak-pihak lain yang telah memberikan dukungan dan bantuan
selama proses pengerjaan laporan ini yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.

ii
Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik serta saran yang dapat membangun sangat diharapkan demi perbaikan
di masa mendatang. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang tertulis
dalam Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak dalam memperoleh pengetahuan dan informasi.

Surabaya, 02 Juli 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................viii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................1
1.3 Manfaat............................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN UMUM APOTEK........................................................4
2.1 Definisi Apotek................................................................................4
2.2 Pendirian Apotek.............................................................................5
2.2.1 Persyaratan Pendirian Apotek...........................................5
2.2.2 Alur Pendirian Apotek.......................................................5
2.2.3 Alur Pengurusan SIA.........................................................6
2.2.4 Alur Pengurusan STRA.....................................................6
2.2.5 Alur Pengurusan SIPA......................................................7
2.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai................................................................6
2.4 Pelayanan Kefarmasian Klinik........................................................6
BAB 3. TINJAUAN APOTEK PAHALA................................................. 28
3.1 Sejarah dan Perkembangan Apotek Pahala...................................28
3.2 Struktur Organisasi di Apotek Pahala...........................................28
3.3 Lokasi dan Bangunan Apotek Pahala Ketintang...........................28
3.4 Sarana dan Prasarana Penunjang di Apotek Pahala Ketintang......28

iv
3.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
di Apotek Pahala Ketintang...........................................................28
3.5.1 Perencanaan.....................................................................28
3.5.2 Pengadaan........................................................................29
3.5.3 Penerimaan......................................................................31
3.5.4 Penyimpanan...................................................................32
3.5.5 Pengendalian...................................................................33
3.5.6 Pencatatan dan Pelaporan................................................33
3.5.7 Pemusnahan.....................................................................34
3.6 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pahala Ketintang....................34
BAB 4. PEMBAHASAN ........................................................................... 34
4.1 Pembahasan Resep Anak...............................................................35
4.1.1 Skrining Administrasi Resep Anak ................................35
4.1.2 Skrining Farmasetik Resep Anak ...................................35
4.1.3 Skrining Klinis Resep Anak ...........................................36
4.1.4 Perhitungan Dosis Resep Anak.......................................36
4.1.5 Alur Pelayanan Resep Anak............................................37
4.1.6 Etiket dan Copy Resep Anak...........................................38
4.1.7 Pembahasan Resep Anak.................................................38
4.1.8 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Resep Anak..........38
4.2 Pembahasan Resep Non Communicable Disease (NCD)..............39
4.2.1 Skrining Administrasi Resep NCD ................................39
4.2.2 Skrining Farmasetik Resep NCD ...................................40
4.2.3 Skrining Klinis Resep NCD ...........................................40
4.2.4 Perhitungan Dosis Resep NCD.......................................41
4.2.5 Alur Pelayanan Resep NCD ...........................................41
4.2.6 Etiket dan Copy Resep NCD...........................................42

v
4.2.7 Pembahasan Resep NCD.................................................43
4.2.8 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Resep NCD..........44
4.3 Pembahasan Resep Gigi ...............................................................45
4.3.1 Skrining Administrasi Resep Gigi ..................................46
4.3.2 Skrining Farmasetik Resep Gigi .....................................46
4.3.3 Skrining Klinis Resep Gigi .............................................47
4.3.4 Perhitungan Dosis Resep Gigi.........................................47
4.3.5 Alur Pelayanan Resep Gigi ............................................48
4.3.6 Etiket dan Copy Resep Gigi............................................49
4.3.7 Pembahasan Resep Gigi..................................................50
4.3.8 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Resep Gigi...........51
4.4 Pembahasan Resep Infeksi ...........................................................52
4.4.1 Skrining Administrasi Resep Infeksi...............................52
4.4.2 Skrining Farmasetik Resep Infeksi..................................53
4.4.3 Skrining Klinis Resep Infeksi..........................................54
4.4.4 Perhitungan Dosis Resep Infeksi.....................................55
4.4.5 Alur Pelayanan Resep Infeksi.........................................56
4.4.6 Etiket dan Copy Resep Infeksi .......................................56
4.4.7 Pembahasan Resep Infeksi .............................................56
4.4.8 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
Resep Infeksi.................................................................. 57
4.5 Pembahasan pelayanan Non Resep atau Swamedikasi.................57
4.5.1 Kasus Swamedikasi ........................................................57
4.5.2 Assesment terhadap Pasien .............................................58
4.5.3 Tinjauan tentang Obat ....................................................59
4.5.4 KIE Pada Pasien..............................................................59
4.6 Tugas Khusus dari Apotek............................................................60

vi
4.6.1 Brosus Tetes Mata dan Tetes Telinga ............................60
4.6.2 Presentasi tentang Skabies ..............................................60
BAB 5. KESIMPULAN ............................................................................ 61
5.1 Kesimpulan ...................................................................................61
5.2 Saran .............................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................63
LAMPIRAN.................................................................................................63

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Metode WWHAM.................................................................28


Tabel 3.2 Metode SAMPEL OPQRST.................................................29
Tabel 4.1 Skrining Administrasi Resep Anak ......................................36
Tabel 4.2 Skrining Farmasetik Resep Anak..........................................43
Tabel 4.3 Kesesuaian Dosis Resep Anak .............................................45
Tabel 4.4 Perhitungan Dosis Racikan Resep Anak ..............................53
Tabel 4.5 Skrining Administrasi Resep NCD ......................................53
Tabel 4.6 Skrining Farmasetik Resep NCD .........................................53
Tabel 4.7 Kesesuaian Dosis Resep NCD .............................................45
Tabel 4.8 Perhitungan Dosis Resep NCD.............................................46
Tabel 4.9 Skrining Administrasi Resep Gigi .......................................36
Tabel 4.10 Skrining Farmasetik Resep Gigi ..........................................36
Tabel 4.11 Kesesuaian Dosis Resep Gigi ..............................................45
Tabel 4.12 Perhitungan Dosis Resep Gigi..............................................45
Tabel 4.13 Skrining Administrasi Resep Infeksi....................................36
Tabel 4.14 Skrining Farmasetik Resep Infeksi ......................................36
Tabel 4.15 Kesesuaian Dosis Resep Infeksi...........................................45
Tabel 4.16 Perhitungan Dosis Resep Infeksi..........................................46

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Apotek Pahala..............................................................29


Gambar 3.2 Struktur Organisasi Apotek Pahala.......................................32
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Apotek Pahala Ketintang......................33
Gambar 3.4 Apotek Pahala Ketintang.......................................................33
Gambar 4.1 Resep Anak...........................................................................29
Gambar 4.2 Etiket Resep Racikan 1.........................................................32
Gambar 4.3 Etiket Resep Racikan 2.........................................................33
Gambar 4.4 Copy Resep Anak..................................................................54
Gambar 4.5 Resep NCD............................................................................55
Gambar 4.6 Etiket Allopurinol..................................................................56
Gambar 4.7 Etiket Amlodipin...................................................................58
Gambar 4.8 Copy Resep NCD..................................................................59
Gambar 4.9 Resep Gigi.............................................................................63
Gambar 4.10 Etiket Prolic..........................................................................65
Gambar 4.11 Etiket Arcoxia.......................................................................65
Gambar 4.12 Copy Resep Gigi...................................................................66
Gambar 4.13 Resep Infeksi.........................................................................66
Gambar 4.14 Etiket Cefadroxil...................................................................29
Gambar 4.15 Etiket Ibuprofen....................................................................32
Gambar 4.16 Etiket Antasida Doen............................................................33
Gambar 4.17 Copy Resep Infeksi...............................................................54

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar 50 Obat di Apotek Pahala Ketintang.........................71


Lampiran 2 Persyaratan Permohonan Izin Apotek...................................72
Lampiran 3 Tata Ruang Apotek Pahala Ketintang...................................73
Lampiran 4 Brosur Tetes Mata Dan Tetes Telinga..................................74
Lampiran 5 Presentasi Tentang Skabies...................................................75
Lampiran 6 Copy Resep............................................................................76
Lampiran 7 Kwitansi................................................................................77
Lampiran 8 Etiket.....................................................................................78
Lampiran 9 Kartu Stok.............................................................................79
Lampiran 10 Surat Pesanan Reguler...........................................................80
Lampiran 11 Surat Pesanan Prekursor........................................................81
Lampiran 12 Surat Pesanan Psikotropika...................................................84
Lampiran 13 Surat Pesanan Narkotika.......................................................85
Lampiran 14 Contoh Faktur Penerimaan Barang.......................................86

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, sprititual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan menjadi kebutuhan utama manusia dan salah satu hal
yang sangat penting, mengingat semakin hari semakin banyak variasi
penyakit contohnya seperti Pandemi Covid-19 yang membuat banyak
masyarakat merasa takut dan khawatir sehingga beramai-ramai untuk
mengupayakan hidup yang sehat. Hal ini dapat ditunjang salah satunya
dengan adanya pelayanan kefarmasian yang baik dan berkualitas serta
menyajikan informasi yang mudah dipahami. Pelayanan kefarmasian dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 merupakan suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kefarmasian, yang
merupakan tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Apoteker sendiri merupakan sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Setiap
Apoteker harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan kepentingan pasien (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2017). Apoteker dalam praktiknya harus menjalankan pekerjaan
kefarmasian seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51

1
Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016
Apoteker harus dapat memahami dan juga menyadari kemungkinan terjadi
kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan
mengindetifikasi, mencegah serta mengatasi masalah terakit obat (drug
related problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio-
pharmacoeconomy). Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan
tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung
penggunaan obat yang rasional. Dalam melakukan praktik tersebut,
Apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan obat,
melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya.
Untuk melaksanakan semua kegiatan tersebut, seorang Apoteker harus
berpedoman dan menerapkan standar pelayanan kefarmasian sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016.
Dalam hal ini, mahasiswa Program Profesi Apoteker di Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya diwajibkan untuk menjalani Praktik
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan selama 5 minggu di
Apotek Pahala Ketintang dengan harapan melalui kegiatan PKPA ini para
mahasiswa yang nantinya akan bekerja sebagai Apoteker mendapat
pengalaman secara langsung bagaimana peran, fungsi, tugas dan juga
tanggung jawab seorang Apoteker dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian di Apotek sehingga mahasiswa dapat lebih siap untuk terjun ke
dunia kerja nantinya sebagai seorang Apoteker yang profesional.

2
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Pahala
Ketintang memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker mengenai peran, fungsi,
dan tanggung jawab Apoteker dalam praktik pelayanan kefarmasian di
Apotek.
2. Membekali calon Apoteker agar memiliki pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
dalam rangka pengembangan praktik farmasi komunitas di Apotek.
4. Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
5. Memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek.

1.3 Manfaat
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Pahala
Ketintang memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam
mengelola Apotek dengan berpraktik secara nyata.
2. Mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktik
mengenai pekerjaan kefarmasian di Apotek.
3. Mengetahui, memahami strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan dalam pengembangan praktis kefarmasian di Apotek.

3
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker profesional.
5. Mendapatkan pengalaman nyata mengenai permasalahan pekerjaan
kefarmasian di Apotek.

4
BAB 2
TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Definisi Apotek


Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian, dimana merupakan
tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apotek sendiri
berfungsi dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis
habis pakai dan pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas (Menteri
Kesehatan, 2017). Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Apotek wajib
mengikuti standar pelayanan kefarmasian sebagaimana yang telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2017 dengan tujuan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian
hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien
(Menteri Kesehatan, 2016).

2.2 Pendirian Apotek


Apotek dapat didirikan oleh pelaku usaha perseorangan atau
nonperseorangan. Dalam hal ini pelaku usaha perseorangan adalah
Apoteker, sedangkan pelaku usaha nonperseorangan berupa perseroan
terbatas, yayasan dan/atau koperasi. Bagi pelaku usaha nonperseorangan
harus melampirkan dokumen surat perjanjian kerjasama dengan Apoteker
yang disahkan oleh notaris (Menteri Kesehatan, 2021). Dalam hal ini, jika
seorang Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik
modal, maka pekerjaan kefarmasian harus tetap sepenuhnya dilakukan oleh
Apoteker tersebut (Menteri Kesehatan, 2017).

5
2.2.1 Persyaratan Pendirian Apotek
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017
pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan khusus, meliputi:
1) Lokasi
Lokasi Apotek harus memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian (Menteri Kesehatan, 2017).
Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan dan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi (misalnya di
pusat perbelanjaan, apartemen, perumahan) dengan tetap memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota setempat (Menteri Kesehatan, 2021).
2) Bangunan
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada
pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia. Bangunan Apotek
harus bersifat pernanen, dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari
pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah
susun, dan bangunan yang sejenis (Menteri Kesehatan, 2017)
3) Sarana, prasarana, dan peralatan
Pada Apotek seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 paling sedikit memiliki sarana ruang
yang berfungsi sebagai penerimaan resep, pelayanan resep dan
peracikan (produksi sediaan secara terbatas), penyerahan sediaan
farmasi dan alat kesehatan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi
dan alat kesehatan dan arsip. Prasarana Apotek paling sedikit terdiri

6
atas instalasi air bersih, instalasi listrik, sistem tata udara dan sistem
proteksi kebakaran. Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian seperti rak obat,
alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi
dan sebagainya.
4) Ketenagaan
Apoteker pemegang Surat Izin Apotek (SIA) dalam
menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh Apoteker lain, tenaga
teknis kefarmasian dan/atau tenaga administrasi (Menteri Kesehatan,
2017). Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi berupa Surat Tanda
Registrasi Apoteker (STRA) bagi Apoteker dan Surat Tanda Registrasi
Tenaga Teknik Kerfarmasian (STRTTK) bagi Tenaga Teknis
Kefarmasian (Menteri Kesehatan, 2011).

2.2.2 Alur Pendirian Apotek


Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri. Menteri
melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Izin sebagaimana yang dimaksud berupa SIA. SIA berlaku
5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA
melebihi jangka waktu, Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan
Apotek degan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA. Dalam hal
Pemerintah Daerah menerbitkan SIA, maka penerbitannya bersama dengan
penerbitan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) untuk Apoteker pemegang
SIA. (Menteri Kesehatan, 2017)

7
2.2.3 Alur Pengurusan SIA
SIA (Surat Izin Apotek) wajib dimiliki untuk pendirian apotek.
SIA berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan. Masa berlaku untuk SIA mengikuti masa berlaku dari SIPA.
Untuk mendapatkan SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota disertai dengan kelengkapan
dokumen administratif meliputi :
1. Fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli.
2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).
3. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker.
4. Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan.
5. Daftar prasarana, sarana dan peralatan
Pelaku usaha wajib mengajukan permohonan izin usaha dan izin
komersial/operasional melalui OSS. OSS (Online Single Submission) atau
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik merupakan perizinan
berusaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS atas nama menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada pelaku usaha melalui
sistem elektronik yang terintegrasi.
Permohonan SIA dapat dilakukan dengan sistem OSS-RBA atau dengan
Surabaya Single Window (SSW) melalui
(https://ssw.surabaya.go.id/index.php) jika berada di Surabaya. Persyaratan
untuk permohonan izin apotek berdasarkan surat edaran nomor
FY.01.01/1/785/2021 tentang implementasi PMK Nomor 14 tahun 2021
pada proses perizinan berusaha apotek dan toko obat melalui sistem
perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik (Online Single Submission)

8
dapat dilihat pada Lampiran 2. Cara Permohonan SIA dengan Sistem OSS
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2017) :

1. Registrasi User OSS dan Pendaftaran Usaha


Membuat akun pada melalui (https://oss.go.id/). Pemohon izin berusaha
akan diarahkan untuk melengkapi data baik untuk usaha perorangan atau
dalam bentuk badan usaha lain.
2. Penerbitan NIB (Normor Induk Berusaha)
Lembaga OSS menerbitkan NIB setelah pelaku usaha melengkapi data yang
diperlukan.
3. Penyampaian Persyaratan Izin
Pelaku Usaha yang telah memiliki NIB dan memenuhi komitmen mengenai
pelayanan perizinan terintegrasi secara elektronik wajib memenuhi
komitmen izin apotek paling lama 6 bulan.
4. Verifikasi
Sistem OSS meneruskan kepada dinas penanaman modal dan pelayanan
terpadu satu pintu (DPMPTSP) kabupaten/ kota untuk diIakukan verifikasi.
DPMTPSP meneruskan ke dinkes kabupaten/ kota untuk diiakukan
verifikasi. Pemeriksaan lapangan dilakukan paling lama 6 hari sejak pelaku
usaha memenuhi komitmen. Setelah melakukan pemeriksaan, dinkes
kabupaten/ kota membuat BAP.
5. Sertifikasi
Dinkes menyampaikan hasiI verifikasi kepada DPMPTSP apakah
memenuhi persyaratan atau tidak. Dinkes kabupaten/ kota menerbitkan
Sertifikat Standar Apotek jika memenuhi syarat.
6. Notifikasi dan penerbitan izin usaha apotek

9
DPMPTSP melakukan notifikasi hasiI verifikasi melalui sistem OSS.
Notifikasi disampaikan paling lama 3 hari melalui sistem OSS. Jika
berdasarkan BAP tidak terdapat perbaikan, maka izin diterbitkan melalui
sistem OSS. Jika berdasarkan BAP diperlukan perbaikan, hasil evaluasi
disampaikan kepada pelaku usaha melalui sistem OSS dan pelaku usaha
wajib melakukan perbaikan dan menyampaikan perbaikan tersebut melalui
sistem OSS paling lama 1 bulan sejak diterimanya hasil evaluasi. Jika
berdasarkan perbaikan yang disampaikan oleh pelaku usaha dan dinyatakan
tidak terdapat perbaikan, maka izin diterbitkan melalui sistem OSS. Jika
hasil evaluasi menyatakan pelaku usaha tidak memenuhi komitmen, akan
disampaikan notifikasi penolakan melalui sistem OSS.
Perpanjangan izin apotek harus melengkapi persyaratan berupa dokumen
izin apotek yang berlaku, seluruh dokumen persyaratan umum dan khusus,
self-assessment penyelenggaraan apotek dan pelaporan terakhir. Jika terjadi
perubahan Apoteker penanggung jawab, perubahan nama apotek, perubahan
alamat/lokasi, atau perubahan nama pelaku usaha maka harus dilakukan
perubahan izin dengan mengajukan permohonan perubahan izin kepada
pemerintah daerah kabupaten/ kota. Terhadap apotek yang melakukan
perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan nama apotek tidak
perlu dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa. Tata cara
permohonan perubahan izin bagi apotek yang melakukan perubahan alamat
dan pindah lokasi atau perubahan Apoteker pemegang SIA mengikuti
ketentuan seperti yang disebutkan diatas. Untuk perubahan izin apotek
harus melengkapi persyaratan dokumen izin apotek yang berlaku, data
dokumen yang mengalami perubahan, self-assessment penyelenggaraan
apotek dan pelaporan terakhir (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2017; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2021).

10
2.2.4 Alur Pengurusan STRA
Surat Tanda Registrasi Apoteker atau yang biasa disingkat dengan
STRA merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia kepada Apoteker yang telah diregistrasi (Menteri
Kesehatan, 2021). Untuk memperoleh STRA, Apoteker mengajukan
permohonan kepada Komite Farmasi Nasional (KFN). Surat permohonan
STRA harus melampirkan:
a. Fotokopi ijazah Apoteker;
b. Fotokopi surat sumpah/janji Apoteker;
c. Fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku;
d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik;
e. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi; dan
f. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
Permohonan STRA dapat diajukan dengan menggunakan teknologi
informatika secara online melalui website KFN. KFN harus menerbitkan
STRA paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima
dan dinyatakan lengkap. Permohonan STRA diajukan oleh perguruan tinggi
secara kolektif setelah memperoleh sertifikat kompetensi profesi 2 (dua)
minggu sebelum pelantikan dan pengucapan sumpah Apoteker baru. STRA
berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang selama
memenuhi persyaratan. Registrasi ulang harus dilakukan minimal 6 (enam)
bulan sebelum STRA habis masa berlakunya (Menteri Kesehatan, 2011).

11
2.2.4 Alur Pengurusan SIPA
Surat Izin Praktik Apoteker atau yang biasa disingkat dengan SIPA
merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktik kefarmasian (Menteri Kesehatan, 2021). SIPA wajib
dimiliki oleh Apoteker penanggung jawab dan Apoteker pendamping di
fasilitas pelayanan kefarmasian. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di
fasilitas pelayanan kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat
pelayanan fasilitas kefarmasian sedangkan SIPA bagi Apoteker pendamping
dapat diberikan paling banyak untuk 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan
kefarmasian. Untuk memperoleh SIPA, Apoteker mengajukan permohonan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA harus melampirkan:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari
pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran;
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4
sebanyak 2 (dua) lembar.
Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus
dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan
kefarmasian pertama, kedua atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA paling lama 20 (dua puluh) hari
kerja sejak permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.

12
2.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian disebutkan bahwa standar
pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
meliputi:

a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Dalam menjamin kualitas pelaynan kefarmasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
 Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengeualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-

13
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kedaluwarsa.
 Semua Obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
 Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
 Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
 Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First Out)
dan FIFO (First In First Out).
e. Pemusnahan dan penarikan
 Obat kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kedaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
 Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara
dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita
Acara Pemusnahan Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

14
 Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik
izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.
 Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
g. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan mesdis habis pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau

15
struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan
lainnya.

2.4 Pelayanan Kefarmasian Klinik


Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian menyebutkan bahwa
pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari
pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi
klinik meliputi:
a. Pengkajian dan pelayanan resep
Kegiatan dalam pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
1) Kajian administrasi:
 Nama Pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan
 Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon dan paraf
 Tanggal penulisan resep

16
2) Kajian kesesuaian farmasetik:
 Bentuk dan kekuatan sediaan
 Stabilitas
 Kompaktibilitas (ketercampuran obat)
3) Pertimbangan klinis:
 Ketepatan indikasi dan dosis obat
 Aturan, cara dan lama penggunaan obat
 Duplikasi dan/atau polifarmasi
 Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manisfestasi klinis lain)
 Kontraindikasi
 Interaksi
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan, ketersediaan,
penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan
upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication
error). Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian
maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep, maka dilakukan
hal-hal berikut:
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
 Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep

17
 Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kedaluwarsa dan
keadaan fisik obat.
2) Melakukan peracikan obat bila perlu
3) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
 Warna putih untuk obat dalam/oral
 Warna biru untuk obat luar dan suntik
 Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi
4) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
Setelah melakukan penyiapan obat, selanjutkan dilakukan hal-hal
berikut:
 Sebelum obat diserahkan kepada pasien, maka harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian
antara penulisan etiket dengan resep);
 Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
 Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
 Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;
 Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat dan lain-lain;
 Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya;
18
 Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan);
 Menyimpan resep pada tempatnya;
 Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
PIO adalah kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian
informasi mengenai obat meliputi obat resep, obat bebas dan obat
herbal. Informasi yang disampaikan mengenai dosis, bentuk sediaan,
formulasi khusus, rute dan metode pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan
pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan sebagainya.
Kegiatan pelayanan informasi obat di Apotek meliputi:
 Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
 Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pembedayaan
masyarakat (penyuluhan);
 Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
 Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi;
 Melakukan penelitian penggunaan obat;
 Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
 Melakukan program jaminan mutu.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
19
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan Three Prime
Question. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang
perlu diberi konseling:
 Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui)
 Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:
TB, DM, AIDS, Epilepsi).
 Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
 Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
 Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis obat.
 Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
 Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
 Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui
Three Prime Question, yaitu:
 Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
 Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat
anda ?

20
 Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah anda menerima terapi obat tersebut?
 Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan
kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan
obat.
 Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan
masalah penggunaan obat.
 Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman
pasien.
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis
lainnya. Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan
oleh Apoteker, meliputi:
 Penilaian/pencarian (assesment) masalah yang berhubungan
dengan pengobatan.
 Identifikasi kepatuhan pasien
 Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin
 Konsultasi maslaah obat atau kesehatan secara umum
 Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan
obat berdasarkan catatan pengobatan pasien.
 Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

21
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien yang harus dilakukan pemantauan terapi obat:
 Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
 Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
 Adanya multidiagnosis.
 Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
 Menerima obat dengan indeks terapi sempit
 Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat
yang merugikan
Kegiatan:
 Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
 Mengambil data yang dibutuhkan, yaitu riwayat pengobatan pasien
yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat dan
riwayat alergi; melalui wawancara dengan pasien atau keluarga
pasien atau tenaga kesehatan lain.
 Melakukan identifikasi masalah terkait obat. Masalah terkait obat
antara lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian
obat tanpa indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu
tinggi atau rendah, terjadinya reaksi obat yang tidak diinginkan
atau terjadinya interaksi obat.
 Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan
menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan
terjadi

22
 Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi
rencana pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek
terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki
 Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga
kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
 Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi obat.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis. Kegiatan yang dilakukan
berupa:
 Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat
 Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
 Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional

23
BAB 3
TINJAUAN APOTEK PAHALA

3. 1 Sejarah dan Perkembangan Apotek Pahala


Apotek Pahala pertama kali di didirkan pada tanggal 1 Januari
2010 dan diresmikan pada tanggal 2 Januari 2010 yang beralamat di Jalan
Taman Pondok Jati Blok C Nomor 2, Sidoarjo. Nama “Pahala” ini
terinspirasi dari nama toko bangunan milik orang tua pak Agung
Kurniawan, dimana Pak Agung Kurniawan ini berniat untuk meneriskan
usaha dari orang tuanya di bidang yang lain, sehingga memberi nama
apoteknya dengan nama yang sama, yaitu “Apotek Pahala”. Saat ini, apotek
Pahala telah memiliki 4 cabang, dengan apotek yang pertama kali didirikan
yaitu, Apotek Pahala Taman Pondok Jati (Apotek Pusat). Apotek Pahala
Ketintang (cabang pertama) beralamat di Ruko Sakura Regency O-2 yang
diresmikan dan mulai beroperasi pada Desember 2018, Apotek Pahala
Kalijaten (cabang kedua), Apotek Pahala Pacuan Kuda (cabang ketiga),
Apotek Pahala Bukti Palma (cabang keempat).
Apotek Pahala Ketintang merupakan tempat dilaksanakannya
Praktek Kerja Profesi yang menjadi acuan dalam menyusun laporan ini.
Berikut pada gambar 3.1 dapat dilihat logo dari Apotek Pahala.

Gambar 3.1 Logo Apotek Pahala

24
3. 2 Struktur Organisasi di Apotek Pahala
Struktur organisasi apotek Pahala Pusat dan struktur organisasi
cabang apotek Pahala Ketintang (tempat dilaksanakannya praktek kerja
profesi Apoteker) dapat dilihat pada gambar 3.2 dan 3.3. Struktur organisasi
ini dibentuk dengan harapan, karyawan dapat memahami pembagian tugas
dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga segala aktivitas di apotek
dan pelayanan terhadap pasien dapat terlaksana dengan baik. Struktur
organisasi yang terdapat di apotek Pahala Ketintang dengan Apotek Pahala
Pusat prinsipnya sama, tetapi karena luas apotek yang lebih kecil maka
jumlah personil yang terdapat di apotek Pahala Ketintang tidak sebanyak
yang terdapat pada Apotek pahala pusat.

Gambar 3.2 Struktur Organisasi di Apotek Pahala

25
Gambar 3.3 Struktur Organisasi di Apotek Pahala Ketintang
Posisi tertinggi dalam struktur organisasi ini adalah Apoteker
Penanggung Jawab Apotek (APA). Apoteker penanggung jawab apotek
bertugas dalam melakukan penyerahan dan pelayanan obat baik berdasarkan
resep dokter maupun swamedikasi yang mencakup penggalian informasi
pasien, komunikasi informasi dan edukasi (KIE), mengelola dan mengawasi
persediaan obat dan alat kesehatan di apotek untuk memastikan
ketersediaan barang sesuai dengan kebutuhan, membuat laporan berkala
tentang penggunaan obat narkotika dan psikotropika tiap bulan, melakukan
pemesanan obat dan alat kesehatan kepada distributor atau sub distributor.
Apoteker Penanggung Jawab Apotek dibantu oleh seorang Apoteker
pendamping dalam melakukan tugasnya. Apoteker Penanggung Jawab
Apotek dan Apoteker pendamping membawahi 3 divisi berbeda (bagian

26
layanan depan, layanan resep, bagian administrasi dan umum) yang
memiliki masing-masing koordinator divisi yang bertanggung jawab kepada
Apoteker dalam mendukung kegiatan operasional apotek agar dapat
berjalan dengan baik.
Divisi layanan depan bertugas untuk melayani pasien non resep,
mengecek kesesuaian antara permintaan barang yang dibeli, fisik barang
dan nota pembelian, serta melakukan serah terima ke pasien. Selain itu,
layanan depan juga terdiri dari SPG/sales yang membantu bagian layanan
depan dan juga melakukan penawaran obat seperti multivitamin secara
langsung kepada pengunjung apotek. Divisi selanjutnya yaitu divisi layanan
resep yang bertugas untuk melakukan penerimaan resep, melakukan input
resep, mengambil obat dan bahan obat yang tertera dalam resep, membantu
meracik resep dan membungkus obat di bawah pengawasan Apoteker.
Divisi yang ke-3 yaitu divisi Administrasi dan Umum yang bertugas untuk
melakukan input faktur, order pengadaan, mengurus hutang pasien dan
pemesanan melalui aplikasi halodoc, menyelesaikan pembayaran pasien,
berhubungan dengan bank dan mengurus pembayaran pemesanan obat
melalui secara online. Selain itu, bagian umum terdiri juga dari driver yang
bertugas dalam melakukan pengantaran obat ke rumah pasien.

3. 3 Lokasi dan Bangunan Apotek Pahala Ketintang


Apotek Pahala Ketintang terletak di Jalan Raya Ketintang Nomor 2
Gayungan Surabaya. Tepatnya di kawasan Ruko Sakura Regency.
Bangunan Apotek pahala kentintang berupa bangunan permanen yang
memiliki ukuran kurang lebih 4 x 11 meter dengan tiga lantai. Lantai
pertama merupakan area apotek, lantai kedua merupakan tempat arsip dan
gudang, dan lantai ketiga kosong. Lokasi apotek pahala ketintang cukup

27
strategis karena dekat dengan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
seperti rumah sakit bhayangkara, klinik adi hayati dan juga rumah sakit
mata masyrakat jawa timur. Selain itu apotek pahala ketintang terletak dekat
dengan perumahan sakura regency dan jalan raya ketintang yang merupakan
jalan dengan situasi yang ramai untuk dilewati. Lokasi apotek pahala
ketintang dapat dilihat pada gambar 3.4.
Apotek Pahala Ketintang buka setiap hari kecuali pada saat hari
raya sesuai kalender nasional, apotek tutup. Apotek buka pukul 07.00-22.00
sehingga pembagian shift ditentukan berdasarkan jam buka apotek yaitu,
shift pertama dimulai pukul 07.00-16.00 wib dan shift kedua dimulai pukul
14.00-22.00 wib. Setiap karyawan dalam seminggu bekerja 6 hari dan libur
1 hari diluar libur hari raya sesuai kalender nasional, karyawan dapat bebas
menentukan waktu libur nya dihari apapun. Hal ini dilakukan agar jadwal
masuk setiap personil dapat diatur dengan baik, sehingga jumlah personil
yang dapat melayani pasien di apotek setiap harinya tercukupi.

Gambar 3.4 Apotek Pahala Ketintang

3. 4 Sarana dan Prasarana Penunjang di Apotek Pahala Ketintang


Sarana dan Prasarana di Apotek diperlukan untuk menjamin mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta
kelancaran praktik pelayanan kefarmasian seperti yang tercantum pada

28
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Apotek pahala ketintang memiliki
sarana dan prasana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di Apotek yang meliputi tempat pelayanan resep/non resep,
penyerahan obat dan kasir, komputer dan printer dengan software untuk
melayani penjualan obat, QR Code dan mesin Electronic Data Capture
(EDC) Bank BCA dan Mandiri untuk pembayaran non-tunai, handphone
apotek yang membantu dalam pelayanan pasien secara online/telefarmasi,
sepeda motor untuk layanan pengiriman obat ke rumah pasien, kipas angin
untuk menjaga suhu dalam apotek, lemari khusus dengan pintu ganda yang
terkunci untuk penyimpanan obat narkotika dan psikotropika, laci khusus
untuk penyimpanan obat – obat prekursor dan obat – obat tertentu (OOT),
lemari dengan suhu dingin untuk penyimpanan obat khusus pada suhu
dingin, loker untuk penyimpanan barang karyawan, meja untuk peracikan
resep, alat peracikan (mortir, stamper, blender, alat sealing, beaker glass,
gelas ukur, sendok tanduk, dan lain sebagainya), wadah pengemas dan
pembungkus seperti plastik pengemas, dokumen apotek (copy resep, etiket,
kwitansi, surat pesanan, kartu stok, buku defekta, buku catatan narkotika
dan psikotropika, buku kasur, buku halodoc, buku pengecekan darah
pasien), stempel, lem, staples dan alat tulis, buku-buku penunjang seperti
ISO, Wifi yang terhubung pada komputer sehingga dapat membantu dalam
mengakses internet untuk memperoleh informasi yang di butuhkan apotek,
wastafel dan toilet yang bersih.

3. 5 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan di Apotek


Pahala Ketintang
3.5.1 Perencanaan

29
Di Apotek Pahala Ketintang perencanaan dilakukan dengan
melihat catatan defekta atau stok obat di komputer. Pencatatan buku defekta
ini dilakukan dengan tujuan untuk mendata barang apa saja yang telah
mencapai stok minimal atau bahkan mendata barang yang sudah habis
stoknya. Data yang tercantum didalam buku defekta meliputi daftar nama
alat kesehatan dan sediaan farmasi disertai dengan jumlah akhir yang
tersedia di Apotek. Jika jumlah obat yang tersisa sedikit, akan dilakukan
pemesanan obat kembali. Perencaan obat berdasarkan data penggunaan obat
periode sebelumnya, pola penyakit, kondisi lingkungan, pola peresepan
dokter dan permintaan dari pasien terhadap obat yang belum ada.

3.5.2 Pengadaan
Di Apotek Pahala Ketintang pengadaan obat-obatan dilakukan
setiap hari sedangkan alat kesehatan dilakukan setiap minggu, hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi kekurangan stok yang berakibat terhadap
tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang datang ke apotek.
Pengadaan obat dilakukan oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek dan
bagian order berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya,
termasuk pencatatan pada buku defekta. Pengadaan dilakukan dengan cara
apotek cabang mengirimkan catatan list obat yang akan dipesan kepada
apotek pusat, kemudian apotek pusat akan melakukan pemesanan obat
melalui aplikasi whatsapp kepada distributor atau subdistributor. PBF akan
memberi penawaran dan PBF dengan penawaran terbaik yang akan dipilih
(dilakukan dengan sistem lelang). Faktor yang menentukan pemilihan PBF
adalah harga dan diskon, kecepatan pengiriman, kelengkapan obat, layanan
purna jual, legalitas serta waktu untuk pembayaran. Contoh distributor
seperti APL (Anugerah Pharmindo Lestari), AMS (Antarmitra Sembada),

30
AAM (Anugerah Argon Medica), dan Millennium Pharmacon International
(MPI). Contoh subdistributor Javafarma, Sentral, SakaJaya, Sribuana,
Datheo. Setelah melakukan pesanan, blanko SP (Surat Pesanan) diisi
dengan menuliskan tanggal, nama obat, bentuk sediaan, kekuatan obat,
jumlah obat yang dipesan dan menuliskan nama distributor ataupun
subdistributornya. obat-obat psikotropika dibuat tiga rangkap dan obat-obat
narkotikan dibuat empat rangkap. Obat-obat reguler dan prekursor SP
dibuat sebanyak dua rangkap, dimana nantinya SP asli dan faktur asli akan
diserahkan dalam bentuk fisik ke pihak distributor atau subdistributor dan
salinan SP diperuntukkan bagi apotek dan digunakan untuk mengecek
kesesuaian antara barang yang datang dengan barang yang dipesan saat
penerimaan barang.

3.5.3 Penerimaan
Penerimaan obat-obat dan alat kesehatan yang datang dari
distributor maupun subdistributor dapat dilakukan oleh Apoteker
Penanggungjawab Apotek, namun bisa juga dilakukan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian dengan pengawasan Apoteker Penanggungjawab Apotek.
Setiap obat-obatan, dan alat kesehatan yang diterima wajib dilakukan
pemeriksaan kembali dengan tujuan untuk mengantisipasi ketidaksesuaian
antara kebutuhan barang yang tercantum dalam surat pesanan dengan
barang yang datang ke apotek. Pemeriksaan tersebut meliputi kondisi fisik
barang yang sekiranya dapat mempengaruhi mutu dan kualitas barang,
kesesuaian nama barang, bentuk sediaan, kekuakatan sediaan, jumlah
barang yang dipesan, nomor batch dan expired date abtara SP dengan obat
yang diterima. Setelah sesuai semua, SP dan faktur diberi tanggal, tanda

31
tangan, dan nama terang kemudian diberi stempel. Selanjutkan SP dan
faktur yang asli diberikan kepada distributor maupun subdistributor.

3.5.4 Penyimpanan
Semua obat yang terdapat di apotek harus disimpan pada kondisi
yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya (Menteri
Kesehatan RI, 2016). Penyimpanan obat di Apotek Pahala diletakkan pada
rak terpisah berdasarkan golongan obatnya seperti obat generik, obat paten,
obat prekursor, dan obat penyimpanan khusus yang di simpan pada suhu 2-
8℃, seperti insulin, suppositoria, prebiotik, ovula. Obat – obat tersebut
disusun berdasarkan alfabetis dan jenis bentuk sediaan. Masing-masing obat
diletakkan pada wadah yang memuat identitas obat meliputi nama obat dan
kekuatan sediaan untuk memudahkan dalam pencarian obat saat akan
mengambilnya. Obat-obat yang penampilan fisik dan namanya mirip
diberikan stiker LASA (Look Alike Sound Alike) berwarna kuning dengan
tulisan berwarna merah. Pemberian stiker LASA bertujuan untuk
menghindari terjadinya medication errors. Berbeda dengan obat-obatan
golongan lainnya, khusus untuk obat golongan narkotika dan psikotropika
disimpan pada lemari khsusus sesuai yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi. Setiap wadah yang berisi masing-masing obat, terdapat
kartu stok yang digunakan untuk pencatatan obat yang masuk dan yang
keluar yang berfungsi untuk mengontrol stok obat. Selain itu, kartu stok
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya obat yang mendekati
kadaluwarsa, dan menentukan obat tersebut fast moving atau slow moving
yang dapat menjadi acuan dalam melakukan pengadaan berikutnya.

32
3.5.5 Pengendalian
Pengendalian dilakukan dalam rangka mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan yang dibutuhkan dalam pelayanan, melalui pengaturan
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.
Pengendalian memiliki tujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan (Menteri Kesehatan RI, 2016). Pengendalian
persediaan yang ada di Apotek Pahala Ketintang dilakukan menggunakan
kartu stok manual dan juga secara elektronik. Kartu stok ini wajib diisi
ketika menata obat yang baru datang dan juga ketika mengambil obat untuk
diberikan ke pasien. Kartu stok manual terdapat pada masing-masing kotak
tempat penyimpanan obat dan memuat data seperti nama obat, tanggal,
keterangan, jumlah barang masuk, jumlah barang keluar, jumlah sisa barang
dan tanda tangan penanggung jawab. Sebelumnya, setiap personil yang ada
di apotek diberi tanggung jawab untuk mengelola masing-masing bagian
dari rak-rak obat yang ada di apotek agar tidak jadi terjadi selisih barang
atau obat-obatan menjadi rusak karena telah mencapai expired date. Kartu
stok elektronik berupa sistem di komputer yang dapat melakukan update
data barang masuk (jumlah dan masa expired date) setiap kali melakukan
input saat penerimaan barang, sedangkan data pengeluaran barang akan
otomatis terupdate ketika melakukan transaksi pembayaran di sistem
komputer kasir. Selain itu, Apotek Pahala Ketintang melakukan stock
opname secara rutin setiap 1 bulan sekali. Stock opname dilakukan dengan
mengecek kesesuaian data stok obat atau alat kesehatan yang ada di
komputer dengan stok fisiknya. Dengan dilakukanya stock opname
diharapkan dapat mengidentifikasi barang-barang yang mendekati expired

33
date sehingga dapat segera ditretur atau didahulukan penjualannya,
mengidentifikasi secara cepat apabila terjadi kekeliruan dalam melakukan
pengelolaan obat atau alat kesehatan agar segera dapat diatasi permasalah
tersebut.

3.5.6 Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan yang dilakukan di Apotek Pahala Ketintang yaitu
pencatatan stok obat untuk mengetahui stok obat, untuk menjaga
ketersediaan stok dan menghindari kelebihan stok, catatan defekta untuk
mencatat obat yang sudah habis maupun yang hampir habis, pencatatan
pada buku resep yang terdiri dari resep umum, narkotika, psikotropika.
Pencatatan resep ini bertujuan untuk memudahkan dalam pencarian resep di
kemudian hari apabila pernah terjadi permasalahan yang berkaitan dengan
resep.
Pelaporan obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan secara
online melalui SIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika) pada link https://sipnap.kemkes.go.id/ Password dan
username
didapatkan setelah melakukan registrasi pada Dinas Kesehatan setempat.
Data penggunaan narkotika dan psikotropika diinput melalui SIPNAP
paling lambat sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya. Hal yang
dilaporkan adalah pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi
nomor urut,
nama bahan/sediaan, satuan, stok awal bulan, penggunaan dan stok akhir
bulan).

3.5.7 Pemusnahan

34
Pemusnahan obat dilakukan untuk obat-obat yang telah mencapai
masa kadaluwarsa/expired date atau untuk obat-obat yang telah rusak.
Menurut Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, obat kadaluwarsa
atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Berikut ini adalah cara pemusnahan obat yang ada di Apotek Pahala
berdasarkan jenis dan bentuk sediaanya:
1. Obat dengan bentuk sediaan padat.
Dihancurkan atau digerus terlebih dahulu dan dibuang ke saluran air
mengalir.
2. Obat dengan bentuk sediaan cair.
Diencerkan terlebih dahulu dan kemudian dibuang ke saluran air
mengalir. Khusus untuk obat yang memiliki kandungan antibiotika
tidak perlu dikeluarkan isinya ke saluran air mengalir setelah
diencerkan, hal ini untuk mencegah terjadinya resistensi di alam.
Informasi yang terdapat pada label obat tersebut wajib dilepaskan
untuk mencegah penyalahgunaan oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab.
Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat
izin praktik atau surat izin kerja, sedangkan pemusnahan obat yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan narkotika
dan psikotropika yang dilakukan di Apotek Pahala merujuk pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Pemusnahan yang dilakukan tidak

35
mencemari lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Tahapan alur pemusnahanya adalah sebagai berikut:
1. Penanggung jawab fasilitas pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah
Apoteker Penganggung Jawab menyampaikan surat pemberitahuan
dan permohonan saksi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat menetapkan petugas di
lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan surat
permohonan sebagai saksi.
3. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan.
4. Narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi dalam bentuk bahan
baku, produk antara, dan produk ruahan dilakukan sampling untuk
kepentingan pengujian oleh petugas yang berwenang sebelum
dilakukan pemusnahan.
5. Narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi dalam bentuk obat jadi
dilakukan pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum
dilakukan pemusnahan.
6. Apabila pemusnahan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi
dilakukan oleh pihak ketiga, wajib disaksikan oleh pemilik narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi dan saksi.
7. Penanggung jawab fasilitas yang melaksanakan pemusnahan
narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi harus membuat Berita
Acara Pemusnahan. Berita Acara Pemusnahan memuat informasi
seperti: keterangan waktu (hari, tanggal, bulan, dan tahun
pemusnahan), tempat pemusnahan, nama penanggung jawab fasilitas
pelayanan kefarmasian, nama dan jumlah narkotika, psikotropika, dan

36
prekursor farmasi yang dimusnahkan, cara pemusnahan dan tanda
tangan penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian. Berita
Acara Pemusnahan dibuat dalam rangkap tiga dan tembusannya
disampaikan kepada Direktur Jenderal dan Kepala Badan/Kepala
Balai.
Resep yang ada di Apotek Pahala Ketintang belum pernah
dilakukan pemusnahan, hal ini dikarenakan apotek baru beroperasi selama 3
tahunan. Resep rencananya akan disimpan dalam jangka waktu lima tahun
sesuai undang-undang yang berlaku. Menurut Peraturan Meteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, nantinya resep yang telah disimpan melebihi jangka
waktu lima tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh
Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek
dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan dengan berita
acara pemusnahan resep kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3. 6 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pahala Ketintang


Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek pahala ketintang
meliputi pelayanan resep yaitu meliputi penyerahan obat keras, narkotika,
dan psikotropika dan pelayanan non resep meliputi penyerahan obat bebas,
bebas terbatas dan obat wajib apotek. Pelayanan resep maupun non resep
saat ini juga dapat dilakukan dengan aplikasi online yaitu Halodoc dan
Whatsapp dengan melampirkan resep, dimana resep tersebut harus
diserahkan ketika melakukan pengambilan obat. Pelayanan obat dan alat
kesehatan tanpa resep dilakukan berdasarkan permintaan pasien secara

37
langsung berdasarkan hasil konsultasi pasien dengan Apoteker ataupun
secara online melalui aplikasi.
1. Pelayanan Resep
Alur pelayanan resep di Apotek Pahala Ketintang sebagai berikut:
 Menerima resep dan melakukan skrining resep.
 Mengecek ketersediaan obat yang dibutuhkan.
 Memberi tahu pasien mengenai obat apa saja yang tersedia di
apotek. Ketika obat yang diminta tidak ada, dapat menawarkan
obat lain dengan kandungan dan dosis yang sama, namun harus
mengkonfirmasi hal ini kepada pihak pasien sebagai pengambil
keputusan.
 Menghitung total biaya yang harus dibayar pasien untuk menebus
obat dalam resep dan menanyakan ke pasien apakah ingin ditebus
semua atau hanya sebagian.
 Meminta pasien untuk menunggu dan dimulai proses penyiapan
obat. Diawali dengan menghitung dosis, menulis etiket,
mengambil obat dengan jumlah yang sesuai, diracik (apabila obat
racikan), menempel etiket pada masing-masing obat, membuat
copy resep.
 Setelah proses penyiapan obat selesai, wajib dilakukan double
check terhadap kesesuaian obat yang diminta dalam resep dengan
obat yang diberikan beserta etiketnya.
 Menyerahkan obat dan pemberian KIE kepada pihak pasien.
2. Pelayanan non resep
Alur pelayanan non resep di Apotek Pahala Ketintang sebagai berikut:
 Menyapa pasien dan menanyakan kebutuhan pasien.

38
 Melakukan assesment dengan metode WWHAM atau SAMPLE
OPQRST. Penjelasan terkait assesment dengan metode
WWHAM dapat dilihat pada tabel 3.1 dan penjelasam terkait
assesment dengan metode SAMPLE OPQRST dapat dilihat pada
tabel 3.2.
Tabel 3.1 Metode WWHAM
Metod
Keterangan
e
Who is the patient ?
W
(siapa pasiennya?)
What are the symptoms ?
W
(Apa saja gejala yang muncul?)
How long have the symptoms been present?
H
(Sudah berapa lama gejala muncul?)
Action taken?
A
(Tindakan apa yang sudah dilakukan?)
Medication taken?
M
(Obat apa yang saat ini digunakan?)

Tabel 3.2 Metode SAMPLE OPQRST


Metod
Keterangan
e
Sign/Symptoms
S
(Gejala dan keluhan apa yang dirasakan oleh pasien?)

39
Allergies
A (Apakah ada alergi terhadap obat, makanan atau
lingkungan?)
Medication
M
(Obat apa yang pernah/sedang di minum?)
Past Medical History
P
(Apakah ada riwayat penyakit?)
Last Meal
L (Kapan terakhir makan? Apakah yang dimakan saat
itu?
Even
E
(Apa yang dilakukan saat gejala muncul?)
Onset of Event
O (Kapan gejala mulai muncul? Apakah gejala muncul
mendadak atau perlahan?)
Provocation
(Apa yang menyebabkan gejala semakin
P
parah/berkurang? Apakah dengan istirahat gejala
menghilang?)
Quality of Pain
Q (Deskripsi mengenai rasa nyeri yang muncul seperti
apa?)
Radioation
R (Apakah gejala hanya pada 1 bagian tubuh? Apakah
menjalar pada bagian lain?)
Severity
S (Dengan skala 1-10, seberapa parah gejala yang
dirasakan?)
T Time

40
(Sudah berapa lama terjadi keluhan? Apakah keluhan
semakin parah/berkurang/menghilang?)

 Memberikan dan mejelaskan beberapa pilihan obat yang dapat


digunakan oleh pasien untuk terapi. Terapi untuk pasien
ditentukan oleh Apoteker. Dari gejala yang sudah diceritakan
oleh pasien, lakukan pemilihan obat OTC/OWA yang cocok
dengan keluhan yang dialami pasien. Dalam kondisi apabila
pasien memiliki gejala yang parah atau sudah berlangsung lama,
disarankan untuk pergi ke dokter.
 Lakukan konfirmasi harga kepada pasien dan jika pasien setuju
maka obat diambil.
 Melakukan transaksi pembayaran dan memberikan obat pilihan
pasien disertai konseling farmakologi maupun non farmakologi.
3. Pelayanan melalui aplikasi (halodoc)
 Pihak apotek menerima orderan pasien yang memuat informasi
seperti identitas pasien, alamat, nomor telepon, nama dan dosis
obat, jumlah obat melalui handphone atau sistem komputer.
 Mengecek kesesuaian harga yang tercantum di aplikasi dan
mengecek ketersediaan stok obat yang diminta oleh pasien.
Apabila permintaan ada yang tidak sesuai maka permintaan dapat
dibatalkan.
 Menyiapkan dan menyerahkan permintaan obat ke driver Grab
atau Gojek yang bertugas mengambil dan menghantarkan obat ke
alamat pasien.

41
BAB 4
PEMBAHASAN

Terdapat banyak pembelajaran yang diperoleh selama 5 minggu


melakukan PKPA di Apotek Pahala Ketintang seperti cara menentukan
lokasi Apotek, sistem pelayanan di Apotek mulai dari sistem pengelolaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan hingga pelayanan farmasi klinis baik
pelayanan resep maupun non resep. Sebelum menentukan lokasi Apotek,
sebaiknya dilakukan survei terkait lokasi terlebih dahulu terutama akses
lokasi yaitu kemudahan untuk mencapai lokasi, lahan parkir, lokasi yang
dekat dengan fasilitas kesehatan. Selanjutnya perlu diperhatikan terkait
kepadatan penduduk di sekitar Apotek. Seperti Apotek Pahala Ketintang
yang letaknya strategis di ruko sakura regency dipinggir jalan raya dekat
dengan perumahan warga sekitar, dekat dengan rumah sakit, dan klinik
tempat dokter berpraktek, sehingga apotek Pahala Ketintang ramai
dikujungi karena mudah diakses oleh masyarakat sekitar.
Faktor utama yang dapat mendukung perkembangan Apotek
adalah adanya SDM yang kompak dan mampu bekerja. Selain itu dalam
sistem pengadaan obat hal yang dipelajari ketika memilih PBF, yaitu terkait
dengan perizinan/leglitas dari suatu PBF, service purna jual, penawaran
harga dari PBF, kelengkapan obat, lokasi PBF dan waktu pembayaran (cash
on delivery, kredit, transfer, atau metode lainnya). Dalam hal pelayanan
farmasi klinis, Apoteker wajib melakukan dokumentasi kegiatan
swamedikasi untuk menjadi perlindungan hukum dan sebagai tanggung
jawab Apoteker untuk kemudian melakukan follow-up. Di Apotek ada 2
jenis cara untuk meningkatkan penjualan, yaitu up-selling dan cross-selling.
Tujuan dari metode up-selling adalah meningkakan jumlah/ukuran dari

42
barang yang dibeli pasien, contohnya ketika pasien membeli minyak kapak
dengan ukuran 10 ml, ditawarkan ukuran 75 ml yang lebih ekonomis atau
saat pasien ingin membeli tolak angin 5 sachet ditawarkan untuk membeli 1
box (12 sachet). Sedangkan metode cross-selling meningkatkan penjualan
dengan cara menawarkan barang omplementer dari barang yang dicari oleh
pasien. Contohnya seperti saat pasien mengalami hipertensi dapat
ditawarkan juga alat untuk mengukur tekanan darah. Selain itu saat pasien
mengalami demam, batuk dan flu dapat ditawarkan juga vitamin untuk
meningkatkan imunitasnya.
Pada bab ini akan dibahas terkait resep yang terdapat di Apotek
Pahala Ketintang meliputi resep anak, resep NCD, resep gigi, dan resep
saluran pencernaan, layanan swamedikasi dan permintaan sediaan OWA
(Obat Wajib Apotek). Pembahasan resep melipti skrining, perhitungan
dosis, alur pelayanan resep hingga etiket. Pembahasan pelayanan non resep
atau swamedikasi meliputi penggalian informasi yang diperoleh dari pasien,
pemilihan terapi berserta alasannya.

43
4.1 Pembahasan Resep Anak

dr. A. F, Sp.A.
SIP : XXX

Surabaya, 17 Juni 2022


R/ Rhinofet/Tremenza 1/3
Ketricin/Kenacort 1/3
Mf Pulv dtd No. XV
S 3 dd pulv I
(pilek)
R/ Asvex 1/3
Salbutamol 1 mg
Mf Pulv dtd No. XV
S 3 dd Pulv 1
(batuk)
Pro : An. S (3 th/18 kg)

Gambar 4.1 Resep Anak

4.1.1 Skrining Administrasi Resep Anak


Tabel 4.1 Skrining Administrasi Resep Anak
Kelengkapan Ada Tidak
Nama Dokter 
SIP Dokter 
Alamat dan No. Telp Dokter 
Tempat dan Tanggal Penulisan Resep 
Paraf Dokter 
Nama Pasien 
Alamat Pasien 
Umur/BB Pasien 
Nama Obat 
Jumlah Obat 
44
Aturan Pakai 

4.1.2 Skrining Farmasetik Resep Anak


Tabel 4.2 Skrining Farmasetik Resep Anak
Skrining Obat 1 Obat 2
Farmasetik Tremenza Kenacort Asvex Salbutamol
Bentuk
Tablet Tablet Tablet Tablet
Sediaan
Pseudoephedrine HCl
Komposisi Tipepidine
60 mg dan Triamcinolone Salbutamol
dan Dosis Hibenzate
Triprolidine HCl 4 mg 2 mg
Resep 33,21 mg
2,5 mg
Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari 3 kali sehari 3 kali sehari
Stabilitas Suhu ruang Suhu ruang Suhu ruang Suhu ruang
Cara
Oral Oral Oral Oral
Pemberian
Lama
5 hari 5 hari 5 hari 5 hari
Pemberian

4.1.3 Skrining Klinis Resep Anak


1) Tinjauan tentang Tremenza:
a. Komposisi:
Pseudoephedrine HCl 60 mg dan Triprolidine HCl 2,5 mg.
b. Indikasi:
Pseudoephedrine HCl: Meringankan gejala flu berfungsi
sebagai dekongestan atau meredakan hidung tersumbat
(Medscape, 2022).
Triprolidine HCl: Bisa untuk alergi rinitis seperti bersin, hidung
gatal, demam atau alergi saluran pernapasan atas (Medscape,
2022).
c. Kontraindikasi:
Pseudoephedrine HCl: Hipersensitivitas, hipertensi berat, CAD
berat (Medscape, 2022).

45
Triprolidine HCl: Pasien yang menggunakan obat penenang,
hipersensitivitas (Medscape, 2022).

d. Farmakodinamik:
Pseudoephedrine HCl: Pseudoephdrine menyebabkan
vasokonstriksi ke efek dekongestan. Memiliki durasi kerja yang
pendek jika diformulasikan sebagai produk pelepasan yang
diperpanjang (Drugbank, 2022).
Triprolidine HCl: Triprolidine HCl merupakan antagonis
histamin H1 yang bersaing dengan histamin untuk reseptor H1
normal pada sel efektor saluran pencernaan, pembuluh darah
dan saluran pernapasan. Triprolidine HCl memiliki efek
antikolinergik dan sedatif (Drugbank, 2022).
e. Farmakokinetik:
Pseudoephedrine HCl: Onset of action sekitar 30 menit secara
per oral, puncak plasmanya sekitar 1,97 jam. Dimetabolisme di
hati. Waktu paruhnya sekitar 9-16 jam pada dewasa dengan pH
urine 8, diekskresikan melalui urin (Medscape, 2022).
Triprolidine HCl: Waktu plasma puncak sekitar 1,5-2 jam.
Konsentrasi plasma puncak sekitar 5,5-6 ng/ml. Onset of action
sekitar 15-60 menit. Durasi sekitar 4-6 jam. Waktu paruh
sekitar 3,2 jam (Medsacpe, 2022).
f. Efek samping:
Pseudoephedrine HCl: Tremor, insomnia, mual, muntah,
hipertensi, atrial fibralas dan infark miokard (Medscape, 2022).
Triprolidine HCl: Penglihatan kabur, sedasi, sembelit
(Medscape, 2022).

46
g. Interaksi obat:
-

2) Tinjauan tentang Kenacort:


a. Komposisi:
Triamcinolone 4 mg.
b. Indikasi:
Gangguan endokrin, gangguan reumatik, penyakit kolagen,
penyakit dermatologis, keadaan alergi, penyakit mata, penyakit
pernapasan, kelainan hematologik, keganasan, keadaan edema,
penyakit gastrointestinal (IAI, 2019).
c. Kontraindikasi:
Hipersensitif, inefeksi jamur sistemik (IAI, 2019).
d. Farmakodinamik:
Triamcinolone termasuk dalam kortikosteroid memiliki sifat
antiinflamasi. Untuk mengobati peradangan pada kondisi yang
mempengaruhi berbagai organ dan jaringan (Drugbank, 2022).
e. Farmakokinetik:
Penyerapan terjadi secara perkutan dengan steroid topikal.
Waktu paruh sekitar 18-36 jam. Diekskresikan melalui urine
40% dan feses 60% (Medscape, 2022).
f. Efek samping:
Atrofi kulit, perubahan pigmentasi (Medscape, 2022).
g. Interaksi obat:
-

47
3) Tinjauan tentang Asvex:
a. Komposisi:
Tipepidine Hibenzate 33,21 mg.

b. Indikasi:
Batuk dan sukar mengeluarkan dahak karena flu, gangguan
saluran napas bagian atas (faringitis, laringitis, nasal, catarch),
bronkitis akut, bronkitis kronik, pneumonia, tuberkulosa paru-
paru, bronchiestasis (IAI, 2019).
c. Kontraindikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap obat (IAI, 2019).
d. Farmakodinamik:
Tipepidine hibenzate bekerja terpusat di medula oblongata
dengan meningkatkan ambang batuk (cough threshold) (Takai
et al., 2018).
e. Farmakokinetik:
-
f. Efek samping:
Mengantuk, insomnia, sakit kepala, anorexia, konstipasi, sakit
perut, gatal-gatal, rasa haus (IAI, 2019).
g. Interaksi obat:
-

4) Tinjauan tentang Salbutamol:


a. Komposisi:
Salbutamol 4 mg.

48
b. Indikasi:
Untuk mengobati asma, bronkitis, COPD, serta mencegah
bronkospasme (Drugbank, 2022).
c. Kontraindikasi:
Hipersensitif (IAI, 2019).

d. Farmakodinamik:
Salbutamol adalah simpatomimetik dengan aktivitas β-
adrenergik dan selektif pada reseptor β2 (Brayfield, 2014).
e. Farmakokinetik:
Efek obat mulai muncul dalam dalam 30 menit, dengan durasi
obat hingga 8 jam. Makanan mengurangi kecepatan absorpsi
obat. Distribusi obat melewati plasenta. Obat dimetabolisme
secara ekstensif di dinding usus dan hati menjadi metabolit
tidak aktif. Sekitar 76% dari dosis diekskresikan dalam urin
selama 3 hari, dan 4% diekskresikan dalam tinja. T1/2 5-7.2
jam (McEvoy, 2011).
f. Efek samping:
Pada pemakaian dosis besar kadang ditemukan terjadinya
tremor, palpitasi, kejang otot, takikardia, sakit kepala dan
ketegangan (IAI, 2019).
g. Interaksi obat:
-

4.1.4 Perhitungan Dosis Resep Anak


Tabel 4.3 Kesesuaian Dosis Resep Anak
Nama
Dosis Resep Dosis Pustaka Keterangan
Obat
49
Pseudoephedrine Anak usia 2-5
HCl : 1/3 tablet x tahun : 15 mg setiap
Dosis sesuai
60 mg = 20 mg x 3 4–6
= 60 mg/hari jam (McEvoy, 2011)
Tremenza
Triprolidine HCl : Anak usia 2 – 4
1/3 tab x 2,5 mg = tahun : 0,625 mg
Dosis sesuai
0,83 mg x 3 = 2,5 setiap 4 – 6 jam
mg/hari (McEvoy, 2011)
Pada pasien
pediatri : 0,117 –
Triamcinolone : 1/3
1,66 mg/kgBB
Kenacort tab x 4 mg = 1,3 mg Dosis sesuai
dalam 4 dosis
x 3 = 3,9 mg/hari
terbagi (McEvoy,
2011)
Tipepidine Anak dibawah 6
Hibenzate : 1/3 tab tahun : 2,2
Asvex x 33,21 mg = 11.07 mg/kgBB/hari dalam Overdoses
mg x 3 = 33, 21 3 dosis terbagi (IAI,
mg/hari 2019)
Anak 2 – 6 tahun : 1
Salbutamol Salbutamol : 1 mg – 2 mg sehari 3-4 Sesuai
kali (IAI, 2019)

Tabel 4.4 Perhitungan Dosis Racikan Resep Anak


Jumlah yang
Nama Obat Dosis Obat
diambil
Tremenza 1/3 tab x 15 = 5 tablet 5 tablet
Kenacort 1/3 x 15 = 5 tablet 5 tablet
Asvex 1/3 x 15 = 5 tablet 5 tablet
Salbutamol 1 mg / 2 mg x 15 = 7,5 tablet 7,5 tablet

4.1.5 Alur Pelayanan Resep Anak:


1) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2) Menerima resep dan melakukan skrining administrasi,
farmasetik dan klinis.
3) Dilakukan perhitungan dosis dan kebutuhan obat.

50
4) Memeriksa ketersediaan obat, jika ada penggantian obat,
harus berdasarkan persetujuan pasien.
5) Menghitung biaya total resep dan resep dikerjakan apabila
pasien telah sepakat dengan harga.
6) Menyiapkan obat.
7) Obat racikan pertama yaitu mengambil Tremenza sebanyak 5
tablet, dan kenacort sebanyak 5 tablet untuk menjadi 15
bungkus serbuk puyer, obat racikan kedua, yaitu mengambil
Asvex sebanyak 5 tablet dan salbutamol sebanyak 7,5 tablet
(ambil 8 tablet, dimana nantinya satu tablet dipatahkan
menggunakan alat menjadi 2 bagian).
8) Masing-masing obat dikeluarkan dari kemasannya kemudian
dimasukkan ke dalam blender lalu ditambahkan glukosa dan
dihaluskan.
9) Setelah tercampur rata, serbuk dibagi menjadi 15 bagian
secara visual, lalu dimasukkan ke dalam kemasan, kemasan di
tutup daan diberi etiket berwarna putih.
10) Dilakukan pemeriksaan pada obat yang telah disiapkan
sebelum diserahkan kepada pasien.
11) Dilakukan penyerahan obat ke pasien disertai dengan KIE.

4.1.6 Etiket dan Copy Resep Anak


Apotek PAHALA KETINTANG Apotek PAHALA KETINTANG
Sakura Regency O-2 Telp (031) 8297980 Sakura Regency O-2 Telp (031) 8297980
No : 01 Tgl :17/06/2022 No : 01 Tgl :17/06/2022
An. S An. S
3 x sehari 1 bungkus 3 x sehari 1 bungkus
(Pilek) (Batuk)
Sebelum / sesudah makan Sebelum / sesudah makan

Gambar 4.2 Etiket Resep Racikan 1 Gambar 4.3 Etiket Resep Racikan 2
51
Gambar 4.4 Copy Resep Anak

4.1.7 Pembahasan Resep Anak


Resep yang tercantum pada gambar 4.1 adalah resep yang diracik
menjadi bentuk sediaan puyer karena akan dikonsumsi oleh anak-anak yang
belum bisa menelan obat dalam bentuk tablet. Dokter meresepkan 4 obat
yang diracik menjadi 2. Racikan pertama mengandung Tremenza dan
Kenacort sedangkan racikan kedua mengandung Asvex dan Salbutamol.
Tremenza merupakan obat yang termasuk dalam golongan Prekursor karena
mengandung pseudoephedrine HCl. Prekursor merupakan zat atau bahan
pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan
baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau
52
produk antara, ruangan dan produk jadi (PERBPOM, 2018). Tremenza
dengan kandungan pseudoephedrine HCl dan Triprolidine digunakan untuk
meringankan gejala flu dan alergi rinitis seperti bersin, hidung gatal
(Medscape, 2022). Pseudoephedrine bekerja sebagai agonis reseptor
adrenergik yang menghasilkan vasokonstriksi yang digunakan sebagai
dekongestan sedangkan triprolidine bekerja dengan cara berikatan pada
reseptor histamin H1 sehingga memblok aksi histamin sehingga membantu
mengatasi gejala negatif yang disebabkan oleh histamin (Drugbank, 2022).
Kenacort merupakan obat dengan kandungan Triamcinolone yang termasuk
dalam kortikosteroid yang memiliki sifat antiinflamasi. Asex merupakan
obat dengan kandungan Tipepidine Hibenzate, yang memiliki efek menakan
refleks batuk sehingga dapat menghentikan gejala batuk. Salbutamol
merupakan agonis reseptor adrenergik beta-2 yang digunakan untuk
mengobati asma, bronkitis, COPD serta mencegah bronkospasme akibat
olahraga (Drugbank, 2020). Pada racikan ditambahkan glukosa agar saat
pasien meminum obat tidak terasa pahit sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien dalam penggunaan obat, karena jika kepatuhan pasien
rendah maka pengobatan tidak mencapai tujuan terapi yang diinginkan.
Dosis yang digunakan dalam resep sudah sesuai dengan dosis pustaka.
Tetapi dosis Asvex sedikit lebih tinggi dari dosis pustaka sehingga perlu
untuk dikonfirmasi ulang kepada dokter penulis resep terlebih dahulu.

4.1.8 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Resep Anak


1. Dilakukan perkenalan diri oleh Apoteker kepada pasien.
2. Dilakukan penggalian informasi dari pasien/keluarga pasien
dan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien.
3. Ditanyakan three prime questions, yaitu:

53
 Apa yang dokter katakan mengenai penyakit pasien?
 Obat apa yang diberikan dokter dan bagaimana cara pakai
obat?
 Harapan dokter dari pengobatan yang diberikan untuk
pasien?
4. Cara penggunaan obat dijelaskan oleh Apoteker:
 Racikan Tremenza dan Kenacort : diminum 3 kali sehari 1
bungkus pada pagi, siang dan malam hari sesudah makan
untuk mengatasi gangguan pernafasan seperti gejala flu.
 Racikan Asvex dan Salbutamol : diminum 3 kali sehari 1
bungkus pada pagi, siang dan malam hari untuk mengatasi
batuk berdahak dan sesak napas.
5. Cara penyimpanan obat yang baik dan benar dijelaskan oleh
Apoteker, yaitu cukup pada suhu ruangan.
6. Pasien diingatkan untuk meminum obat secara rutin agar tujuan
pengobatan dapat tercapai. Apabila obat telah habis dan
keluhan tetap ada, disarankan untuk kembali konsultasi ke
dokter.
7. Pasien diminta untuk mengulangi kembali cara penggunaan dan
cara penyimpanan obat yang telah diberikan untuk memastikan
pasien telah paham apa yang sudah dijelaskan.
8. Apoteker menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan
ucapan terima kasih dan semoga lekas sembuh.

54
4.2 Pembahasan Resep Non Communicable Disease (NCD)

dr. F.
SIP : XXX

Surabaya, 03 Februari 2022


R/ Allopurinol 300 mg No. XX
S 0-0-1 (malam)

R/ Amlodipine 10 mg No. XX
S 0-0-1

Pro : Tn. B

Gambar 4.5 Resep NCD

4.2.1 Skrining Administrasi Resep NCD


Tabel 4.6 Skrining Administrasi Resep NCD
Kelengkapan Ada Tidak
Nama Dokter 
SIP Dokter 
Alamat dan No. Telp Dokter 
Tempat dan Tanggal Penulisan Resep 
Paraf Dokter 
Nama Pasien 
Alamat Pasien 
Umur/BB Pasien 
Nama Obat 
Jumlah Obat 
55
Aturan Pakai 

4.2.2 Skrining Farmasetik Resep NCD


Tabel 4.7 Skrining Farmasetik Resep NCD
Obat 1 Obat 2
Skrining Farmasetik
Allopurinol Amlodipin
Bentuk Sediaan Tablet Tablet
Komposisi dan Dosis Amlodipin Besylate
Allopurinol 300 mg
Resep 10 mg
1 kali sehari 1 tablet di 1 kali sehari 1 tablet
Frekuensi
malam hari di malam hari
Stabilitas Suhu ruang Suhu ruang
Cara Pemberian Oral Oral
Lama Pemberian 20 hari 20 hari

4.2.3 Skrining Klinis Resep NCD:


1) Tinjauan tentang Allopurinol:
a) Komposisi:
Allopurinol 300 mg.
b) Indikasi:
Hiperurisemia primer (gout), hiperurisemia sekunder
(mencegah pengendapan asam urat dan kalsium oksalat) (IAI,
2019).
c) Kontraindikasi:
Hipersensitivitas (McEvoy, 2011).
d) Farmakodinamik:
Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan
mengehentikan reaksi biokimia. Allopurinol menurunkan asam
urat dan meredakan gejala asam urat yang mungkin termasuk
56
tofi yang menyakitkan, nyeri sendi, peradangan, kemerahan,
dan pembengkakan (Drugbank, 2022).
e) Farmakokinetik:
Sekitar 80-90% diserap setelah pemberian oral dengan
konsentrasi plasma puncak 1,5 jam. Allopurinol didistribusikan
secara merata dalam jaringan total kecuali di otak dimana
konsentrasinya kira-kira 50% dari jaringan lain. Allopurinol
tidak terikat pada protein plasma. Allopurinol cepat
dimetabolisme oleh Xanthine oxidase, dimetabolisme menjadi
metabolit aktif yaitu oxypurinol. Allopurinol diekresikan dalam
urin sebagai oxypurinol dalam waktu 48 – 72 jam (McEvoy,
2011).
f) Efek samping:
Pasien dengan riwayat reaksi parah terhadap allopurinol
(Medscape, 2022).
g) Interaksi obat:
-

2) Tinjauan tentang Amlodipin:


a) Komposisi:
Amlodipin 10 mg.
b) Indikasi:
Untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik (IAI, 2019).
c) Kontraindikasi:
Hipersensitif (McEvoy, 2011).
d) Farmakodinamik:

57
Amlodipin memiliki afinitas yang kuat untuk membran sel,
memodulasi masuknya kalsium dengan menghambat saluran
kalsium (Drugbank, 2022).
e) Farmakokinetik:
Bioavailabilitas sekitar 64-90%, onset of action 24-96 jam
dengan durasi 24 jam. Waktu puncak plasma 6-12 jam. Tingkat
plasma stabil setelah 7-8 hari pemberian dosis yang
berkelanjutan. Ikatan protein 93-98%, volume distribusi 21
L/kg. Dimetabolisme di hati oleh CYP3A4 berupa piridin.
Waktu paruh 30-50 jam. Diekskresi di urine 10%, metabolit
tidak aktif 60% (Medscape, 2022).
f) Efek samping:
Aritmia, edema, bradikardia, vertigo, anoreksia, fatigue, mual
dan diare (IAI, 2019)
g) Interaksi obat:
-

4.2.4 Perhitungan Dosis Resep NCD


Tabel 4.7 Kesesuaian Dosis Resep NCD
Nama Obat Dosis Resep Dosis Pustaka Keterangan
Dewasa : 300 –
600 mg dalam
300 mg x 1 = dosis terbagi,
Allopurinol maksimal 300
Sesuai
300 mg
mg dosis tunggal
(BNF, 2021)
Dewasa : 5 mg
10 mg x 1 = 10 sehari sekali,
Amlodipin maksimal 10 mg
Sesuai
mg
per hari

Tabel 4.8 Perhitungan Dosis Resep NCD


58
Nama Obat Dosis Obat Jumlah yang diambil
Allopurinol 300 mg 20 tablet
Amlodipin 10 mg 20 tablet

4.2.5 Alur Pelayanan Resep NCD:


1) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2) Menerima resep dan melakukan skrining administrasi,
farmasetik dan klinis.
3) Dilakukan perhitungan dosis dan kebutuhan obat.
4) Memeriksa ketersediaan obat, jika da penggantian obat, harus
berdasarkan persetujuan pasien.
5) Menghitung biaya total resep dan resep dikerjakan apabila
pasien telah sepakat dengan harga.
6) Menyiapkan obat.
7) Obat yang disiapkan, yaitu mengambil Allopurinol sebanyak
20 tablet, dan Amlodipin sebanyak 20 tablet.
8) Masing-masing obat dikemas dan diberi etiket berwarna
putih.
9) Dilakukan pemeriksaan pada obat yang telah disiapkan
sebelum diserahkan kepada pasien.
10) Dilakukan penyerahan obat ke pasien disertai dengan KIE.

4.2.6 Etiket dan Copy Resep NCD


Apotek PAHALA KETINTANG Apotek PAHALA KETINTANG
Sakura Regency O-2 Telp (031) 8297980 Sakura Regency O-2 Telp (031) 8297980
No : 01 Tgl :03/02/2022 No : 01 Tgl :03/02/2022
Tn. B Tn. B
1 x sehari 1 tablet 1 x sehari 1 tablet
Malam hari Malam hari
Sebelum / sesudah makan Sebelum / sesudah makan

59
Gambar 4.6 Etiket Allopurinol Gambar 4.7 Etiket Amlodipin

APOTEK “PAHALA“ Ketintang


Ruko Sakura Regency O – 2 Ketintang, Surabaya
Telp. (031) 829 7980
Apoteker : Qisti Robani, S.Farm., Apt
SIPA :
APOGRAPH
COPY RESEP

Salinan dari resep No. Tgl. : 03 Feb 2022


Dari : dr. F.
Dibuat tanggal : 03 Februari 2022
Untuk : Tn. B No.
R/ Allopurinol 300 mg No. XX
S 0-0-1 (malam)
det
R/ Amlodipine 10 mg No. XX
S 0-0-1
det

Pcc.
TTD dan Stempel

Gambar 4.8 Copy Resep NCD

4.2.7 Pembahasan Resep NCD


Resep yang tercantum pada gambar 4.5 adalah resep NCD atau
yang disebut dengan penyakit tidak menular. Pasien menerima 2 jenis obat
yaitu Allopurinol dan Amlodipin. Allopurinol adalah obat yang digunakan
untuk penyakit asam urat. Allopurinol bekerja sebagai penghambat Xantine
okdisade, dimana Xantine oksidase merupakan enzim yang berperan
sebagai katalisator dalam proses oksidasi hipoxantin menjadi xantin dan
kemudian menjadi asam urat. Asam urat sendiri merupakan produk dari
metabolisme purin yang mengendap di persendian dan membetuk kristal
sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan kaku, menyebabkan
60
pembesaran dan penonjolan sendi (Pertamawati dan Mutia, 2015).
Amlodipin meruapakan obat yang digunakan untuk penyakit hipertensi.
Amlodipin merupakan golongan obat Calcium Channel Blockers (CCB)
yang bekerja dengan cara memblok kanal kalsium sehingga mencegah
kontraksi pembuluh darah, lalu terjadi penurunan resistensi perifer,
penurunan tekanan darah, penurunan kontraktilitas dan denyut jantung
(Dipiro, 2016). Dosis obat yang diresepkan semua sudah sesuai dengan
dosis pustaka.

4.2.8 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Resep NCD


1. Dilakukan perkenalan diri oleh Apoteker kepada pasien.
2. Dilakukan penggalian informasi dari pasien/keluarga pasien
dan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien.
3. Ditanyakan three prime questions, yaitu:
 Apa yang dokter katakan mengenai penyakit pasien?
 Obat apa yang diberikan dokter dan bagaimana cara pakai
obat?
 Harapan dokter dari pengobatan yang diberikan untuk
pasien?
4. Cara penggunaan obat dijelaskan oleh Apoteker:
 Allopurinol: diminum 1 kali sehari 1 tablet pada malam hari
yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat.
 Amlodipin: diminum 1 kali sehari 1 tablet pada malam hari
yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah
yang tinggi.
5. Cara penyimpanan obat yang baik dan benar dijelaskan oleh
Apoteker, yaitu cukup pada suhu ruangan.

61
6. Pasien diingatkan untuk meminum obat secara rutin agar tujuan
pengobatan dapat tercapai. Apabila obat telah habis dan
keluhan tetap ada, disarankan untuk kembali konsultasi ke
dokter.
7. Pasien diminta untuk mengulangi kembali cara penggunaan dan
cara penyimpanan obat yang telah diberikan untuk memastikan
pasien telah paham apa yang sudah dijelaskan.
8. Apoteker memberikan obat kepada pasien dan memberikan
ucapan terima kasih dan semoga lekas sembuh.

4.3 Pembahasan Resep Gigi

drg. D.
SIP : XXX

Surabaya, 14 April 2022


R/ Prolic Cap 300 mg No. X
S 2 dd I

R/ Arcoxia Cap 90 mg No. X


S 2 dd I

Pro : Tn. S

Gambar 4.9 Resep Gigi

62
4.3.1 Skrining Administrasi Resep Gigi
Tabel 4.9 Skrining Administrasi Resep Gigi
Kelengkapan Ada Tidak
Nama Dokter 
SIP Dokter 
Alamat dan No. Telp Dokter 
Tempat dan Tanggal Penulisan Resep 
Paraf Dokter 
Nama Pasien 
Alamat Pasien 
Umur/BB Pasien  (BB tidak ada)
Nama Obat 
Jumlah Obat 
Aturan Pakai 

4.3.2 Skrining Farmasetik Resep Gigi


Tabel 4.10 Skrining Farmasetik Resep Gigi
Skrining Obat 1 Obat 2
Farmasetik Prolic Arcoxia
Bentuk Sediaan Kapsul Kapsul
Komposisi dan
Clindamycin 300 mg Etoricoxib 90 mg
Dosis Resep
Frekuensi 2 kali sehari 1 kapsul 2 kali sehari 1 kapsul
Stabilitas Suhu ruang Suhu ruang
Cara Pemberian Oral Oral
Lama Pemberian 5 hari 5 hari

4.3.3 Skrining Klinis Resep Gigi


1) Tinjauan tentang Prolic:
a) Komposisi:
Clindamycin 300 mg.

63
b) Indikasi:
Infeksi tulang, sendi, kulit dan infeksi jaringan lunak (BNF,
2021).

c) Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap klindamisin atau linkomisin, riwayat
enteritis regional, kolitis ulserativa, atau kolitis terkait
antibiotik, tidak diindikasikan untuk jerawat inflamasi
(Medscape, 2022).
d) Farmakodinamik:
Clindamycin memberikan efek bakteriostatik melalui
penghambatan sintesis protein mikroba. Clindamycin aktif
melawan sejumlah bakteri aerob Grab positif serta anaerob
Gram positif dan Gram negatif (Drugbank, 2022).
e) Farmakokinetik:
Sekitar 90% dari dosis oral Clindamycin diserap dari saluran
gastrointestinal, konsentrasi puncak dicapai dalam waktu 45-60
menit, didistribusikan ke banyak jaringan dan cairan tubuh,
93% berikatan dengan protein plasma, dieksresikan dalam urin,
empedu dan feses, waku paruh clindamycin pada orang dewasa
dan anak-anak dengan fungsi ginjal yang normal 2-3 jam
(McEvoy, 2011).
f) Efek samping:
Sakit perut, mual, muntah dan diare (IAI, 2019).
g) Interaksi obat:
-
2) Tinjauan tentang Arcoxia:

64
a) Komposisi:
Etoricoxib 90 mg
b) Indikasi:
Menghilangkan gejala pada pengobatan osteoartritis,
menghilangkan nyeri kronik muskuloskeletal, menghilangkan
nyeri akut pada pembedahan pengobatan gigi, menghilangkan
nyeri artritis gout akut (IAI, 2019).
c) Kontraindikasi:
Penyakit radang usus, hipertensi yang tidak terkontrol (terus
menerus diatas 140/90 mmHg), penyakit serebrovaskular, gagal
jantung ringan sampai berat (BNF, 2021).
d) Farmakodinamik:
Penghambat selektif COX-2 (Medscape, 2022).
e) Farmakokinetik:
Bioavailabitilas 100% rute oral, ikat protein 92%,
dimetabolisme di hati melalui CYP3A4, waktu paruh sekitar 22
jam (Drugbank, 2022).
f) Efek samping:
Fatigue, pusing, edema, HTN, dispepsia, rasa panas dalam
perut, nausea, sakit kepala (IAI, 2019)
g) Interaksi obat:
-

4.3.4 Perhitungan Dosis Resep Gigi


Tabel 4.11 Kesesuaian Dosis Resep Gigi
Nama Obat Dosis Resep Dosis Pustaka Keterangan
Prolic 300 mg x 2 = 600 mg Dewasa : Sesuai
150 – 300 mg

65
setiap 6 jam
(IAI, 2019)
Arcoxia 90 mg x 2 = 180 mg Dewasa : 1 kali Overdoses
sehari 120
mg(IAI, 2019)
Tabel 4.12 Perhitungan Dosis Resep Gigi
Nama Obat Dosis Obat Jumlah yang diambil
Prolic 300 mg 10 tablet
Arcoxia 10 mg 10 tablet

4.3.5 Alur Pelayanan Resep Gigi:


1) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2) Menerima resep dan melakukan skrining administrasi,
farmasetik dan klinis.
3) Dilakukan perhitungan dosis dan kebutuhan obat.
4) Memeriksa ketersediaan obat, jika ada penggantian obat,
harus berdasarkan persetujuan pasien.
5) Menghitung biaya total resep dan resep dikerjakan apabila
pasien telah sepakat dengan harga.
6) Menyiapkan obat.
7) Obat yang disiapkan yaitu mengambil Prolic sebanyak 10
tablet, dan Arcoxia sebanyak 10 tablet.
8) Masing-masing obat dikemas dan diberi etiket berwarna
putih.
9) Dilakukan pemeriksaan pada obat yang telah disiapkan
sebelum diserahkan kepada pasien.
10) Dilakukan penyerahan obat ke pasien disertai dengan KIE

66
4.3.6 Etiket dan Copy Resep Gigi
Apotek PAHALA KETINTANG Apotek PAHALA KETINTANG
Sakura Regency O-2 Telp (031) 8297980 Sakura Regency O-2 Telp (031) 8297980
No : 01 Tgl :14/04/2022 No : 01 Tgl :14/04/2022
Tn. S Tn. S
2 x sehari 1 kapsul 2 x sehari 1 kapsul

Sebelum / sesudah makan Sebelum / sesudah makan

Gambar 4.10 Etiket Prolic Gambar 4.11 Etiket Arcoxia

APOTEK “PAHALA“ Ketintang


Ruko Sakura Regency O – 2 Ketintang, Surabaya
Telp. (031) 829 7980
Apoteker : Qisti Robani, S.Farm., Apt
SIPA :
APOGRAPH
COPY RESEP

Salinan dari resep No. Tgl. : 14 April 2022


Dari : drg. D.
Dibuat tanggal : 14 April 2022
Untuk : Tn. S No.
R/ Prolic cap 300 mg No. X
S 2 dd I
det
R/ Arcoxia 90 mg No. X
S 2 dd I
det

Pcc.
TTD dan Stempel

Gambar 4.12 Copy Resep Gigi

4.3.7 Pembahasan Resep Gigi

67
Resep yang tercantum pada gambar 4.9 adalah resep gigi. Pasien
menerima 2 obat yaitu Prolic dan Arcoxia. Prolic merupakan sediaan
berbentuk kapsul dengan kandungan Clindamycin dan Arcoxia merupakan
sediaan kapsul yang mengandung Etoricoxib. Clindamycin merupakan
antibiotik spektrum luas (McEvoy, 2011) yang digunakan untuk mengatasi
infeksi, seperti Infeksi pada tulang, sendi, kulit dan infeksi jaringan lunak
(BNF, 2021). Etoricoxib yang terkandung dalam arcoxia digunakan untuk
menghilangkan nyeri akut pada pembedahan pengobatan gigi (IAI, 2019).
Dilihat dari penulis resep diketahui bahwa pasien mengalami gangguan
pada gigi. Untuk dosis resep yang digunakan pada obat Prolic sudah sesuai
dengan dosis pustaka, namun pada obat Arcoxia dosis pada resep lebih
tinggi daripada dosis pustaka. Dosis Arcoxia pada dewasa yaitu 1 kali sehari
120 mg (IAI, 2019), tetapi pada resep ditulis Arcoxia 90 mg yang diminum
2 kali sehari, sehingga total konsumsi obat dalam sehari adalah 180 mg. Hal
ini dapat di konfirmasi ulang pada dokter penulis resep terlebih dahulu.

4.3.8 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Resep Gigi


1. Dilakukan perkenalan diri oleh Apoteker kepada pasien.
2. Dilakukan penggalian informasi dari pasien/keluarga pasien
dan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien.
3. Ditanyakan three prime questions, yaitu:
 Apa yang dokter katakan mengenai penyakit pasien?
 Obat apa yang diberikan dokter dan bagaimana cara pakai
obat?
 Harapan dokter dari pengobatan yang diberikan untuk
pasien?
4. Cara penggunaan obat dijelaskan oleh Apoteker :

68
Prolic : diminum 2 kali sehari 1 kapsul sesudah makan. Obat
ini dapat digunakan untuk mengatasi infeksi pada gigi.
5. Arcoxia : diminum 2 kali sehari 1 kapsul sesudah makan. Obat
ini dapat digunakan untuk mengatasi nyeri pada gigi.
6. Cara penyimpanan obat yang baik dan benar dijelaskan oleh
Apoteker, yaitu cukup pada suhu ruangan.
7. Pasien diingatkan untuk meminum obat secara rutin agar tujuan
pengobatan dapat tercapai. Apabila obat telah habis dan
keluhan tetap ada, disarankan untuk kembali konsultasi ke
dokter.
8. Pasien diminta untuk mengulangi kembali cara penggunaan dan
cara penyimpanan obat yang telah diberikan untuk memastikan
pasien telah paham apa yang sudah dijelaskan.
9. Apoteker memberikan obat kepada pasien dan memberikan
ucapan terima kasih dan semoga lekas sembuh.

4.4 Pembahasan Resep Infeksi

dr. S. S. Y.
SIP : XXX

Surabaya, 23 Maret 2022


R/ Cefadroxil 500 mg No. X
S 3 dd I p.c.

R/ Ibuprofen No. X
S 3 dd I p.c.

R/ Antasida Doen No. X


S 3 dd I a.c.

Pro : Tn. M
69
Gambar 4.13 Resep Infeksi

4.4.1 Skrining Administrasi Resep Infeksi


Tabel 4.13 Skrining Administrasi Resep Infeksi
Kelengkapan Ada Tidak
Nama Dokter 
SIP Dokter 
Alamat dan No. Telp Dokter 
Tempat dan Tanggal Penulisan Resep 
Paraf Dokter 
Nama Pasien 
Alamat Pasien 
Umur/BB Pasien  (Kurang BB)
Nama Obat 
Jumlah Obat 
Aturan Pakai 

4.4.2 Skrining Farmasetik Resep Infeksi


Tabel 4.14 Skrining Farmasetik Resep Infeksi
Obat 1 Obat 2 Obat 3
Skrining
Antasida
Farmasetik Cefadroxil Ibuprofen
Doen
Bentuk Tablet salut Tablet salut
Tablet
Sediaan selaput film
Aluminium
Hydroxide
Cefadroxil
Komposisi dan Ibuprofen 200 mg
Monohydrate
Dosis Resep 400 mg Magnesium
500 mg
Hydroxide
200 mg
70
3 kali sehari 1 3 kali sehari 1 3 kali sehari
Frekuensi
tablet tablet 1 tablet
Stabilitas Suhu ruang Suhu ruang Suhu ruang
Cara
Oral Oral Oral
Pemberian
Lama
4 hari 4 hari 4 hari
Pemberian

4.4.3 Skrining Klinis Resep Saluran Pencernaan


1. Tinjauan tentang Cefadroxil:
a) Komposisi:
Cefadroxil monohydrate 500 mg.
b) Indikasi:
Sebagai antibakteri sefalosporin generasi pertama digunakan
dalam pengobatan ringan sampai sedang pada bakteri Gram
positif dan Gram negatif yang rentan infeksi (Brayfield, 2014).
c) Kontraindikasi:
Hipersensitivitas (Medscape, 2022).
d) Farmakodinamik:
(Drugbank, 2022).
e) Farmakokinetik:
Cefadroxil hampir sepenuhnya diserap dari saluran pencernaan.
Konsentrasi plasma puncak masing-masing sekitar 16-30 µg/ml
setelah 1,5 sampai 2 jam. Waktu paruh plasma sekitar 1,5 jam
dan berkepanjangan pada pasien gangguan ginjal.
Didistribusikan secara luas ke jaringan dan cairan tubuh.
Melintasi plasenta dan dalam ASI. Lebih dari 90% dapat
diekskresikan tidak berubah dalam urine dalam waktu 24 jam
oleh glomerulus filtrasi dan sekresi tubulus. Konsentrasi

71
puncak urine sekitar 1,8 µg/ml pada dosis 500 mg (Brayfield,
2014).
f) Efek samping:
Diare, dispepsia, urtikaria, mual, muntah, ruam, neutropenia
(Medscape, 2022).
g) Interaksi obat:
-

2. Tinjauan tentang Ibuprofen:


a) Komposisi:
Ibuprofen 400 mg.
b) Indikasi:
Ibuprofen digunakan dalam pengelolaan ringan sampai rasa
sakit dan peradangan seperti dismneroe, sakit kepala termasuk
migrain, nyeri pasca operasi, sakit gigi, gangguan
muskuloskeletal dan sendi (Brayfield, 2014).
c) Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap ibuprofen, NSAID lain, aspirin
(Medscape, 2022).

d) Farmakodinamik:
Ibuprofen menghambat sintetis prostanoid oleh COX-1 dan
COX-2 (Drugbank, 2022).
e) Farmakokinetik:

72
Ibuprofen diserap dari saluran pencernaan dan konsentrasi
plasma puncak sekitar 1 sampai 2 jam setelah proses menelan.
(Brayfield, 2014).
f) Efek samping:
Pusing, sembelit, mual, ruam, edema, sakit kepala, muntah
(Medscape, 2022).
g) Interaksi obat:
-

3. Tinjauan tentang Antasida Doen:


a) Komposisi:
Alumunium Hydroxide 200 mg, Magnesium Hydroxide 200 mg.
b) Indikasi:
Aluminium Hydroxide: Untuk meredakan sakit maag dan asam
lambung (Drugbank, 2022).
Magnesium Hydroxide: Untuk meredaakn mulas, sakit perut,
asam lambung atau gangguan pencernaan (Drugbank, 2022).
c) Kontraindikasi:
Alumunium Hydroxide: Hipersensitivitas terhadap garam
aluminium (Medscape, 2022).
Magnesium Hydroxide: Gagal ginjal, obstruksi atau perforasi
usus, sakit perut yang tidak terdiagnosis (Medscape, 2022).
d) Farmakodinamik:
Alumunium Hydroxide: Bekerja dengan mengembalikan
keseimbangan asam-basa, melemahkan aktivitas pepsin dan
meningkatkan sekresi bikarbonat dan prostaglandin (Drugbank,
2022).

73
Magnesium Hydroxide: Magnesium hydroxide dapat
menetralkan asam lambung dengan bereaksi dengan asam
klorida dalam lambung untuk membentuk magnesium klorida
dan air. Menurunkan efek iritasi asam lambung dan
meningkatkan pH di lambung yang menyebabkan inaktivasi
pepsin. Magnesium Hydroxide meningkatkan integritas
penghalang mukosa lambung serta meningkatkan tonus sfingter
lambung dan esofagus (Drugbank, 2022).
e) Farmakokinetik:
Alumunium Hydroxide: Aluminium yang diserap dieliminasi
dalam urine (0,1-0,5 mg dalam antasida yang mengandung
aluminium diserap dari antasida. Diekskresikan melalui feses
(Medscape, 2022).
Magnesium Hydroxide: Bereaksi relatif cepat dengan asam
klorida di perut untuk membentuk magnesium klorida dan air.
Sekitar 30% dari ion magnesium diserap dari usus kecil
(Brayfield, 2014).
f) Efek samping:
Alumunium Hydroxide: Mual, muntah, sembelit, keram perut
(Medscape, 2022).
Magnesium Hydroxide: Kram perut, diare, hipotensi, depresi
pernapasan (Medscape, 2022).
g) Interaksi obat:
-

4.4.4 Perhitungan Dosis Resep Infeksi


Tabel 4.15 Kesesuaian Dosis Resep Infeksi

74
Nama Obat Dosis Resep Dosis Pustaka Keterangan
Cefadroxil 500 mg x 3 = 500 – 1000 mg 2 Sesuai
1500 mg kali sehari (BNF,
2021)
Ibuprofen 200 mg x 3 = Dewasa : 600 mg – Sesuai
600 mg 1,2 gram sehari
(Brayfield, 2014)
Antasida Doen Aluminium Dewasa : 1-2 tablet sesuai
Hydroxide 200 3-4x sehari (IAI,
mg 2019)
Magnesium
Hydroxide 200
mg

Tabel 4.16 Perhitungan Dosis Racikan Resep Infeksi


Nama Obat Dosis Obat Jumlah yang diambil
Cefadroxil 500 mg 10 tablet
Ibuprofen 200 mg 10 tablet
Aluminium
Hydroxide 200 mg
Antasida Doen 10 tablet
Magnesium
Hydroxide 200 mg

4.4.5 Alur Pelayanan Resep Saluran Pencernaan


1) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2) Menerima resep dan melakukan skrining administrasi,
farmasetik dan klinis
3) Dilakukan perhitungan dosis dan kebutuhan obat
4) Memeriksa ketersediaan obat, jika ada penggantian obat,
harus berdasarkan persetujuan pasien
5) Menghitung biaya total resep dan resep dikerjakan apabila
pasien telah sepakat dengan harga
75
6) Menyiapkan obat
7) Obat yang disiapkan yaitu mengambil Prolic sebanyak 10
tablet, dan Arcoxia sebanyak 10 tablet
8) Masing-masing obat dikemas dan diberi etiket berwarna
putih.
9) Dilakukan pemeriksaan pada obat yang telah disiapkan
sebelum diserahkan kepada pasien
10) Dilakukan penyerahan obat ke pasien disertai dengan KIE

4.4.6 Etiket dan Copy Resep Saluran Pencernaan


Apotek PAHALA KETINTANG Apotek PAHALA KETINTANG
Sakura Regency O-2 Telp (031) 8297980 Sakura Regency O-2 Telp (031) 8297980
No : 01 Tgl :23/03/2022 No : 01 Tgl :23/03/2022
Tn. M Tn. M
3 x sehari 1 tablet 3 x sehari 1 tablet

Sebelum / sesudah makan Sebelum / sesudah makan

Gambar 4.14 Etiket Cefadroxil Gambar 4.15 Etiket Ibuprofen


Apotek PAHALA KETINTANG
Sakura Regency O-2 Telp (031) 8297980
No : 01 Tgl :03/02/2022
Tn. B
3 x sehari 1 tablet

Sebelum / sesudah makan

Gambar 4.16 Etiket Antasida Doen

76
APOTEK “PAHALA“ Ketintang
Ruko Sakura Regency O – 2 Ketintang, Surabaya
Telp. (031) 829 7980
Apoteker : Qisti Robani, S.Farm., Apt
SIPA :
APOGRAPH
COPY RESEP

Salinan dari resep No. Tgl. : 03 Feb 2022


Dari : dr. F.
Dibuat tanggal : 03 Februari 2022
Untuk : Tn. M No.
R/ Cefadroxil 500 mg No. X
S 3 dd I p.c.
det
R/ Ibuprofen No. X
S 3 dd I p.c.

Antasida Doen No. X


S 3 dd I a.c. det

PCC
TTD dan Stempel

Gambar 4.17 Copy Resep Infeksi

4.4.7 Pembahasan Resep Saluran Pencernaan


Resep yang tercantum pada gambar 4.13 adalah resep infeksi.
Pasien menerima 3 obat yaitu Cefadroxil, Ibuprofen dan Antasida Doen.
Cefadroxil merupakan antibiotik golongan sefalosporin golongan pertama
(McEvoy, 2011) yang digunakan dalam pengobatan ringan sampai sedang
pada bakteri gram positif dan gram negatif (Brayfield, 2014). Ibuprofen
merupakan obat golongan Non-Steroidal Antiinflamatory Drug (NSAID)
yang bekerja dengan cara Menghambat sintesis prostaglandin dalam
jaringan tubuh dengan menghambat setidaknya 2 isoenzim siklooksigenase
(COX), COX-1 dan COX-2. Ibuprofen dapat menghambat kemotaksis,
mengubah aktivitas limfosit, menurunkan aktivitas sitokin proinflamasi, dan
77
menghambat agregasi neutrofil, efek ini dapat berkontribusi pada aktivitas
anti-inflamasi (Medscape, 2022). Antasida doen merupakan obat dengan
kandungan Aluminium Hydroxide untuk meredakan sakit maag dan asam
lambung. Magnesium Hydroxide untuk meredakan mulas, sakit perut, asam
lambung atau gangguan pencernaan (Drugbank, 2022). Untuk dosis resep
yang digunakan pada obat prolic sudah sesuai dengan dosis pustaka.

4.4.8 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Saluran Pencernaan


1. Dilakukan perkenalan diri oleh Apoteker kepada pasien.
2. Dilakukan penggalian informasi dari pasien/keluarga pasien
dan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien.
3. Ditanyakan three prime questions, yaitu:
 Apa yang dokter katakan mengenai penyakit pasien?
 Obat apa yang diberikan dokter dan bagaimana cara pakai
obat?
 Harapan dokter dari pengobatan yang diberikan untuk
pasien?
4. Cara penggunaan obat dijelaskan oleh Apoteker:
 Obat Cefadroxil : diminum 2 kali sehari 1 tablet pada pagi
dan malam hari sesudah makan untuk mengatasi infeksi
 Obat Ibuprofen : diminum 2 kali sehari 1 tablet pada pagi
dan malam hari sesudah makan untuk mengatasi demam
 Obat Antasida Doen : diminum 3 kali sehari 1 tablet
sebelum makan untuk mengatasi gangguan pada lambung
5. Cara penyimpanan obat yang baik dan benar dijelaskan oleh
Apoteker, yaitu cukup pada suhu ruangan.

78
6. Pasien diingatkan untuk meminum obat secara rutin agar tujuan
pengobatan dapat tercapai. Apabila obat telah habis dan
keluhan tetap ada, disarankan untuk kembali konsultasi ke
dokter.
7. Pasien diminta untuk mengulangi kembali cara penggunaan dan
cara penyimpanan obat yang telah diberikan untuk memastikan
pasien telah paham apa yang sudah dijelaskan.
8. Apoteker memberikan obat kepada pasien dan memberikan
ucapan terima kasih dan semoga lekas sembuh.

4.5 Pembahasan Pelayanan Non Resep atau Swamedikasi


4.5.1 Kasus Swamedikasi
Seorang wanita dengan datang ke apotek ingin membeli obat untuk
keluhan gatal-gatal berwarna merah pada bagian paha bawah (lipatan paha).
Pasien bertanya kepada apoteker obat apa yang sebaiknya ia gunakan.
Selanjutnya apoteker melakukan assesment pada pasien dengan metode
WWHAM.

4.5.2 Assesment terhadap Pasien


Assesment Hasil
Who is the patient? Wanita, berumur 50 tahun
What is the symptoms? Gatal-gatal berwarna merah pada
bagian paha bawah (lipatan paha)
How long have the symptom been Dari satu bulan yang lalu
present ?
Action already taken by the Sudah pernah menggunakan obat
patient ? salep tetapi pasien lupa dengan

79
nama obatnya
Medication already taken by the Hanya minum obat minyak
patient ?

Dari penggalian yang dilakukan Apoteker, pasien mengalami


infeksi jamur dengan gajala gatal-gatal berwarna merah pada bagian paha
bawah (lipatan paha) dari satu bulan yang lalu. Pasien sebelumnya sudah
pernah menggunakan obat salep dan sembuh tetapi saat ini pasien
mengalami kembali gejala yang sama dan ingin membeli obat tetapi pasien
lupa dengan nama obat yang dia gunakan saat itu. Saat ini pasien hanya
mengkonsumsi minyak ikan. Kemudian wanita tersebut diberikan pilihan
obat untuk mengatasi jamur. Pilihan obat yang diberikan adalah Myco Z
ointment, daktarin, dan termisil. Lalu pasien memilih Myco Z karena pada
saat melihat kemasan obatnya, pasien ingat bahwa dulu dia menggunakan
salep Myco Z.

4.5.3 Tinjauan tentang Obat


Tinjauan tentang salep Myco Z.
a. Komposisi
Nystatin 100000 units, Zinc Oxide 200 mg
b. Indikasi
Nystatin : sebagai antijamur (McEvoy, 2011)
Zinc Oxide : sebagai antijamur dan mengatasi ruam
kemerahan (Drugbank, 2022).
c. Kontraindikasi
Hipersensitivitas (Medscape, 2022).
d. Farmakodinamik

80
Nystatin merupakan antijamur yang bersifat fungistatik dan
fungisida pada berbagai macam jamur. Efek antijamur
melalui gangguan membran sel jamur. Nystatin tidak
memberikan aktivitas yang signifikan terhadap bakteri,
protozoa, atau virus (Drugbank, 2022).
e. Farmakokinetik
Tidak ada konsentrasi plasma yang terdeteksi setelah
pemberian topikal. Nistatin tidak diserap ke dalam sirkulasi
sistemik dan karena itu Nystatin tidak terikat pada protein
plasma. Karena tidak diserap ke dalam sirkulasi sistemik,
maka Nystatin tidak dimetabolisme (Drugbank, 2022).
f. Efek Samping
Reaksi hipersensitivitas seperti rasa terbakar, gatal, ruam dan
nyeri (McEvoy, 2011)
g. Interaksi Obat
-

4.5.4 KIE pada Pasien


1) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2) Dilakukan penggalian informasi dari pasien/keluarga pasien
dan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien.
3) Apoteker menjelaskan cara penggunaan obat yang diterima
oleh pasien. Obat salep digunakan 2 atau 3 kali sehari selama
2 minggu (McEvoy, 2011).
4) Apoteker menjelaskan cara menyimpan obat yang baik dan
benar.

81
5) Apoteker mengingatkan agar pasien menggunakan obat
secara rutin agar tujuan pengobatan dapat tercapai. Bila
setelah 2 minggu belum membaik, disarankan untuk pergi ke
dokter.
6) Apoteker memastikan bahwa pasien telah paham dengan
penjelasan yang diberikan mengenai cara penggunaan dan
cara penyimpanan obat yang benar, dengan meminta pasien
untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
dan mengakhiri KIE dengan kata terima kasih dan semoga
lekas sembuh.

4.6 Tugas Khusus dari Apotek


4.6.1 Brosur Tetes Mata dan Tetes Telinga
Desain brosur serta pembagian brosur kepada masyarakat dapat
dilihat pada lampiran 4.

4.6.2 Presentasi tentang Skabies


Presentasi yang disajikan berupa penjelasan terkait penyebab
terjadinya skabies, mekanisme kerja dari obat skabie serta contoh dan nama
dagang dari obat skabie. Slide Powerpoint dan juga dokumentasi saat
presentasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Berikut untuk pertanyaan saat
presentasi:
1. Apabila ada seorang ibu-ibu membawa resep permetrin untuk
anaknya yang bersekolah di pesantren, sediaan obat yang ada di
apotek bernama apa ? KIE yang dilakukan kepada pasien seperti ?
dan assesment pasien menggunakan metode WWHAM seperti
apa ? dan bagaimana terapi non farmakologinya?

82
Jawab :
Sediaan yang tersedia di Apotek pahala dengan kandungan
permethrin 5% untuk mengatasi skabies adalah Scabimite,
Medscabe. KIE yang diberikan kepada pasien yaitu menjelaskan
terkait cara penggunaan obat (obat Scabimite maupun Medscabe
digunakan dengan cara dioleskan ke seluruh permukaan kulit dari
leher hingga ujung kaki sebanyak 1x pada malam hari. Dapat
diulang setelah 7 – 14 hari jika gejala masih timbul). Menjelaskan
terkait efek samping yang timbul seperti rasa tidak nyaman di kulit
(lengket). Menjelaskan terkait penyimpanan obat (obat dapat
disimpan pada suhu ruangan). Menjelaskan terapi non farmakologi
pada pasien seperti Rajin menjaga kebersihan rumah dan badan
seperti kebersihan kuku tangan, kebersihan kaki dan kulit, Pakian,
sprei dan handuk harus dicuci dengan air panas minimal 2 kali
seminggu untuk mematikan tungau, selanjutnya dijemut dibawah
sinar matahari minimal 30 menit lalu disetrika, Tidak
menggunakan alat pribadi seperti handuk, sprei, pakaian bersama –
sama dengan orang lain, Mandi dengan teratur minimal 2 kali
sehari menggunakan air mengalir dan sabut serta membersihkan
area genital dan mengeringkannya dengan handuk bersih, Hindari
kontak yang lama dengan penderita scabies seperti tidur bersama di
atas satu Kasur. Melakukan assesment kepada pasien dengan
bertanya seperti obat ini untuk siapa?, gejela yang dialami apa saja,
gejala nya sudah berapa lama? apakah sudah pernah menggunakan
obat sebelumnya? obat apa yang saat ini sedang dikonsumsi?

2. Kenapa obat skabies digunakan pada malam hari?

83
Jawab :
Karena tungau aktif dalam menggali terowongan di malam hari,
sehingga waktu yang terbaik untuk menggunakan obat skabies di
malam hari. Selain itu agar selama beraktivitas tidak merasa
terganggu dengan rasa tidak nyaman (lengket) akibat penggunaan
salep di seluruh tubuh.

3. Apa Peditox bisa di pakai untuk mengatasi Tungau ?


Tidak, untuk mengatasi tungau pada penyakit skabies
menggunakan permethrine dengan kandungan 5% sedangkan
peditox yang digunakan untuk membunuh kutu pada rambut hanya
mengandung permethrine 1%.

4. Gejala skabies kan gatal-gatal, apakah boleh bila ditambahkan obat


antihistamin ?
Jawab :
Boleh. Obat antihistamin yang dapat diberikan seperti CTM dan
Cetirizine yang merupakan antihistamin oral, lalu dapat juga
diberikan kortikosteroid topikal seperti hidrokortison untuk
mengurangi keluhan gatal.

84
85
BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Pahala mulai tanggal 30 Mei 2022 hingga 2 Juli 2022,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Kegiatan PKPA yang dilakukan dapat membuat calon Apoteker
memiliki gambaran nyata sehingga mengerti terkait peran serta
tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Apotek.
2. KegiatanPKPA yang dilakukan dapat membuat calon Apoteker
memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek.
3. Kegiatan PKPA di Apotek dapat mempersiapkan calon Apoteker
dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang ahli
4. Kegiatan PKPA yang dilakukan membuat calon Apoteker melihat,
dan mempelajari strategi serta kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pengembangan praktik kefarmasian di Apotek.

5.2 Saran
1. Calon Apoteker diharapkan dapat mempelajari dan meningkatkan
ilmu komunikasi agar mampu berkomunikasi dengan pasien
dan/atau tenaga kesehatan lainnya secara baik dan benar.

2. Sebelum melakukan PKPA di Apotek, calon Apoteker diharapkan


lebih banyak lagi dalam membekali diri dengan pengetahuan
tentang Apotek, peraturan kefarmasian, pelayanan kefarmasian
serta cara manajemen Apotek.
3. Calon Apoteker diharapkan untuk lebih aktif lagi selama PKPA
berlangsung agar dapat mendapatkan ilmu pengetahuan lebih
banyak lagi.

87
88
DAFTAR PUSTAKA

BNF, 2021, British National Formulary 81st Ed, London: BMJ Group.

Brayfield, A. (Ed.), 2014, Martindale: The Complete Drug Reference, 38th


Ed. London: Pharmaceutical Press.

Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM.
Pharmacotherapy a pathophysiologic approach 10th ed. New York:
The McGraw-Hill Companies.

Drugbank, 2021, Drugbank Online Drug Interaction Checker. Diakes pada


20 Juni 2022 : https://go.drugbank.com/drug-interaction-checker.

Ikatan Apoteker Indonesia, 2017, ISO - Informasi Spesialite Obat


Indonesia, Volume 51 2017 s/d 2018. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.

McEvoy, G.K., 2011, AHFS Drug Information, American Society of Health


System Pharmacists, Maryland.

Medscape, 2021 Drug Interaction Checker. Diakes pada 20 Juni 2022:


https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, da Prekurso
Farmasi.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

89
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 36 Tahun 2017.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2021, Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar
Kegiatan Usaha Dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan.

Pertamawati dan mutia, 2015, Uji Penghambatan Aktivitas Enzim Xantin


Oksidase Terhadap Ekstrak Kulit Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L.), Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(2) : 12-17.

Takai, H., Kato, I., Mitsunaga, K., Hara, M., Kodama, T., Kanazawa, M.
dan Terai, M., 2018, A pediatric case of anaphylactic shock
induced by tipepidine hibenzate (Asverin), Asia Pacific Allergy,
8(4).

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 Pasal 36 tentang


Kesehatan.

90
LAMPIRAN 1
DAFTAR 50 OBAT DI APOTEK PAHALA KETINTANG

Bentuk
No. Nama Obat Kandungan Pabrik Golongan Obat Kelas Terapi Penyimpanan
Sediaan

Isosorbide
1. Cedocard Darya-Varia Tablet Keras Antiangina <30℃
Dinitrat 5 mg

Tablet
2. Crestor Rosuvastatin Astrazeneca Keras Anti Dislipidemia <30℃
Salut Film

Metildopa 25 Tablet
3. Dopamet Actavis Keras Anti Hipertensi <30℃
mg Salut Film

Amlodipin
4. Norvask Pfizer Tablet Keras Anti Hipertensi <30℃
Besilat 5 mg
1
9

Antikonvulsan dan
5. Valisanbe Diazepam Sanbe Farma Tablet Psikotropika <30℃
Ansiolitik

Cazetin 15 Nistatin Drops


6. IFARS Keras Infeksi Jamur <30℃
ml 100.000 IU/ml (oral)

Clortrimazole
Baycuten-N 10 mg
7. Bayer Krim Keras Infeksi Jamur <25℃
5 gram Dexamethason
e 0,4 mg
Bentuk
No. Nama Obat Kandungan Pabrik Golongan Obat Kelas Terapi Penyimpanan
Sediaan

Cefixime 100 Sirup


8. Cefspan Kalbe Farma Keras Infeksi Bakteri <30℃
mg/5 ml Kering

Metronidazole Aventis Tablet


9. Flagyl Forte Keras Infeksi Bakteri/Parasit <30℃
500 mg Pharma Salut Film

Neomisin 5 mg
10. Nebacetin Bacitracin 250 Pharos Serbuk Keras Infeksi Bakteri <30℃
IU

Ethambutol
250 mg
Isoniazid 100
11. Santibi Plus Sanbe Farma Tablet Keras Infeksi Bakteri <30℃
mg
Pyridoxin 6
mg

Glimepiride 3 Aventis
12. Amaryl Tablet Keras Anti Diabetes Melitus <30℃
mg Pharma

Metformin Tablet
13. Glucophage Merck Keras Anti Diabetes Melitus <30℃
HCL 500 mg Salut Film

Tablet
Thiamazole 5
14. Thyrozol Merck Salut Keras Anti Tiroid <30℃
mg
Selaput

Bentuk
No. Nama Obat Kandungan Pabrik Golongan Obat Kelas Terapi Penyimpanan
Sediaan

92
Allopurinol
15. Puricemia Sanbe Farma Tablet Keras Anti Asam Urat <30℃
300 mg

Fluticasone Suspensi
Glaco Anti Radang Saluran
16. Avamys Furoate 27,5 (Nasal Keras <30℃
Wellcome Nafas
µg Spray)

Pseudoephedri
Dexa
17. Rhinos Neo ne HCl 7,5 Drop Bebas Terbatas Dekongestan <30℃
Medica
mg/0,8 ml

Pseudoephedri
ne HCl
18. Tremenza Sanbe Farma Tablet Prekursor Dekongestan <30℃
Tripolidine
HCl

Acetylcysteine Effervesce
19. Fluimucil Zambon Keras Mukolitik <30℃
600 mg nt

Docusate Tetes
20. Forumen Sanbe Farma Bebas Tinnitus <30℃
Sodium 5 mg Telinga

Chloramphenic
ol 10% Tetes
21. Colme Interbat Keras Infeksi Telinga <30℃
Lidocaine HCl Telinga
4%

93
Bentuk
No. Nama Obat Kandungan Pabrik Golongan Obat Kelas Terapi Penyimpanan
Sediaan

22. Salbutamol 4
Lasal LAPI Kapsul Keras Asma <30℃
mg

Tiap 5 ml :
Aluminium
Hydroxide 200
mg
Dexanta 100 Dexa
23. Magnesium Suspensi Bebas Dispepsia <30℃
ml Medica
Hydroxide 200
mg
Simethicone
20 mg

Pseudoephedri
ne HCl
24. Tremenza Sanbe Farma Tablet Prekursor Dekongestan <30℃
Tripolidine
HCl

Kapsul
Lansoprazole
25. Lancid Kalbe Farma Lepas Keras Dispepsia <30℃
30 mg
Lambat

Codein Kimia
26. Codein Tablet Narkotika Antitusif <30℃
Phosphate Farma

94
Bentuk
No. Nama Obat Kandungan Pabrik Golongan Obat Kelas Terapi Penyimpanan
Sediaan

Lactulax 60 Lactulose 3,35 IKA


27. Sirup Bebas Konstipasi <30℃
ml g/5 ml Pharmindo

Dutasteride 0,5 Glaxo Smith Kapsul


28. Avodart Keras BPH <30℃
mg Kline Lunak

Tablet
Salut Film
Harnal Tamsulosine Astellas dengan
29. Keras BPH <30℃
OCAS HCl 40 µg Pharma Pelepasan
diperpanja
ng

Spironolactone Tablet
30. Carpiaton Fahrenheit Keras Diuretik <30℃
25 mg Salut Film

Levodopa 100
mg
31. Levoben Mersifarma Tablet Keras Parkinson <30℃
Benserazide 25
mg

Betamethasone
32. Benoson Benofarm Krim Keras Antiinflamasi <30℃
Falerate 0,1%

95
Bentuk
No. Nama Obat Kandungan Pabrik Golongan Obat Kelas Terapi Penyimpanan
Sediaan

Sulpiride 50
33. Dogmatil SOHO Kapsul Keras Antipsikotik <30℃
mg

Cinnarizine 25
34. Stugeron Janssen Tablet Keras Antiemetik <30℃
mg

Apolar 10 Dosenide 0,5


35. Actavis Krim Keras Radang Kulit <25℃
gram mg

Surya Larutan
Ketomed 60 Ketokonazole
36. Dermato (Scalp Bebas Terbatas Anti Ketombe <30℃
ml 2%
Medica Solution)

Cooling 5
Novell Larutan
plus Benzocaine
37. Pharmaceuti (Throot Bebas Terbatas Analgesik (gigi) <30℃
Orange 15 Phenol
cal Spray)
ml

Serbuk
Kalium
Cataflam untuk
38. Diklofenak 50 Novartzs Keras Analgesik <30℃
Fast larutan
mg
oral

96
Bentuk
No. Nama Obat Kandungan Pabrik Golongan Obat Kelas Terapi Penyimpanan
Sediaan

Dequalinium Cairan
Novell
Clorida 5 mg untuk
39. Efisol 10 ml Pharmaceuti Bebas Terbatas Infeksi Mulut <30℃
Thymol 2,5 dioleskan
cal
mg (mulut)

Cendo Cendo
Acyclovir 30 Salep
40. Hervis 3,5 Pharmacueti Keras Iritasi Mata <30℃
mg Mata
gram cal

Larutan
Distilled Witch
41. Y-rins Fahrenheit Pembersih Bebas Iritasi Mata <30℃
Hazel 13%
Mata

Medroxyproge
steron Asetat
Concept
25 mg
42. Cyclofem Foundation - Injeksi Keras Kontrasepsi <30℃
Estradiol
Thailand
Cypionate 5
mg

Cyproterone 2
Triyasa Tablet
mg
43. Neynna Nagamas Salut Keras Hormon <30℃
Cthymilestrodi
Farma Selaput
o

97
Bentuk
No. Nama Obat Kandungan Pabrik Golongan Obat Kelas Terapi Penyimpanan
Sediaan

Noreths Terone Dexa


44. Norelut Tablet Keras Hormon <30℃
5 mg Medica

Natrium
Laktat, NaCl,
OTSU-RL Larutan
45. KCl, CaCl2, Otsuka Keras Infus elektrolit <30℃
500 ml infus
dan air hingga
500 ml

Eperisone HCl Tablet


46. Eprinoc Sanbe Farma Keras Antispasmodik <30℃
50 mg Salut Gula

Carbamazepin
47. Bamgetol Mersifarma Tablet Keras Epilepsi <30℃
e 200 mg

Asam
48. Urdafalk Ursodeoxychol Darya Varia Kapsul Keras Batu Empedu <30℃
ic 250 mg

Cairan
Surya
yang
49. Regrou Minoxidil 2% Dermato Keras Kebotakan <30℃
dioleskan
Medica
(kepala)

Methilpredniso
50. Lameson LAPI Kaplet Keras Anti Radang <30℃
lone 8 mg

98
LAMPIRAN 2
PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN APOTEK

1. Administrasi
a. Surat permohonan dari pelaku usaha Apoteker (untuk
perseorangan) atau pimpinan PT/Yayasan/Koperasi (untuk
nonperseorangan).
b. Surat perjanjian kerjasama dengan Apoteker yang disahkan oleh
notaris (untuk pelaku usaha Apotek nonperseorangan).
c. Dokumen SPPL.
d. Seluruh dokumen yang mengalami perubahan (untuk
permohonan perubahan izin).
e. dokumen izin yang masih berlaku (untuk perpanjangan izin).
f. Self-assessment penyelenggaraan Apotek melalui aplikasi
SIMONA (simona.kemkes.go.id) (untuk perpanjangan dan
perubahan izin).
g. Pelaporan terakhir (untuk perpanjangan dan perubahan izin).
h. Surat pernyataan komitmen untuk melaksanakan registrasi
apotek di aplikasi SIPNAP (sipnap.kemkes.go.id).
i. Bukti pembayaran PAD (sesuai kebijakan pemda).
2. Lokasi
a. Informasi geotag Apotek.
b. Informasi terkait lokasi apotek (misalnya di pusat perbelanjaan,
apartemen, perumahan).
c. Informasi bahwa Apotek tidak berada di dalam lingkungan
Rumah Sakit.

99
3. Bangunan Denah bangunan yang menginformasikan pembagian
ruang dan ukuran ruang apotek.
4. Sarana, Prasarana dan Peralatan
a. Data sarana, prasarana dan peralatan.
b. Foto Papan nama Apotek dan posisi pemasangannya.
c. Foto papan nama praktik Apoteker dan posisi pemasangannya.
5. SDM
a. Struktur Organisasi SDM yang ditetapkan oleh penanggung
jawab Apotek, memuat paling sedikit informasi tentang SDM
Apotek serta tugas pokok dan fungsi masing-masing SDM,
meliputi: Apoteker Penanggung Jawab, Direktur (untuk pelaku
usaha non perseorangan) dan Apoteker lain dan/atau TTK, Asisten
Tenaga Kefarmasian dan/atau Tenaga Administrasi jika ada.
b. Data Apoteker Penanggung Jawab WNI (KTP, STRA, dan
SIPA). c. Informasi paling sedikit 2 (dua) orang Apoteker untuk
Apotek yang membuka layanan 24 jam.
d. SIP untuk seluruh Apoteker dan/atau TTK yang bekerja di
Apotek.

100
101
LAMPIRAN 3
TATA RUANG APOTEK PAHALA KETINTANG

102
LAMPIRAN 3
TATA RUANG APOTEK PAHALA KETINTANG (LANJUTAN)

Keterangan:
A: Tempat parkir M: Rak dan lemari obat keras
B: Area masuk-keluar (generik bermerk)
C: Tempat penerimaan resep N: Rak dan lemari obat keras
dan penyerahan obat (generik)
D: Kasir O: Lemari es (penyimpanan
E: Rak dan lemari OTC obat suhu dingin)
F: Rak dan lemari OTC P: Gudang obat
G: Rak dan lemari OTC Q: Lemari narkotika dan
H: Rak dan lemari Alkes Psikotropika
I: Rak dan lemari tetes mata, tetes telinga, R: Meja racik
tetes hidung, sirup, alat tes kehamilan S: Meja admin dan lemari
J: Meja input faktur prekursor dan OOT
K: Rak dan lemari obat keras (merk paten) T: Tempat cuci tangan
L: Rak dan lemari obat keras (merk paten) U: Tempat makan
V: Toilet

103
104
LAMPIRAN 4
BROSUR TETES MATA DAN TETES TELINGA

105
LAMPIRAN 4
BROSUR TETES MATA DAN TETES TELINGA (LANJUTAN)

106
LAMPIRAN 4
BROSUR TETES MATA DAN TETES TELINGA (LANJUTAN)

107
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES

108
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES (LANJUTAN)

109
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES (LANJUTAN)

110
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES (LANJUTAN)

111
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES (LANJUTAN)

112
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES (LANJUTAN)

113
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES (LANJUTAN)

114
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES (LANJUTAN)

115
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES (LANJUTAN)

116
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES (LANJUTAN)

117
LAMPIRAN 5
PRESENTASI TENTANG SKABIES (LANJUTAN)

118
LAMPIRAN 6
COPY RESEP

119
LAMPIRAN 7
KWITANSI

120
LAMPIRAN 8
ETIKET

a. Etiket Obat Oral (Padat)

b. Etiket Obat Oral


(Cair)

c. Etiket Obat Luar

121
LAMPIRAN 9
KARTU STOK

122
LAMPIRAN 10
SURAT PESANAN REGULER

123
LAMPIRAN 11
SURAT PESANAN PREKURSOR

124
LAMPIRAN 12
SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

125
LAMPIRAN 13
SURAT PESANAN NARKOTIKA

126
LAMPIRAN 14
CONTOH FAKTUR PENERIMAAN BARANG

127

Anda mungkin juga menyukai