Disusun Oleh:
ANGKATAN V
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
PEKANBARU
SEPTEMBER, 2021
Halaman pengesahan
Di Puskesmas Melur
apt. Yulia Darsih, S.Farm Dr. apt. Wira Noviana Suhery, M.Farm
NIP. 19920727201903201 NIDN. 1023118203
Diketahui oleh,
Program Studi Profesi Apoteker
Ketua PSPA
untuk memperoleh gelar Apoteker di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau dengan
Dalam penyelesaian laporan akhir ini tidak terlepas dari do’a, dukungan
terimakasih kepada:
1. Bapak apt. Enda Mora, M. Farm sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Riau.
2. Ibu Dr. apt. Adriani Susanty sebagai Ketua Program Studi Profesi
3. Ibu apt. Tiara Tri Agustini, M. Farm selaku Koordinator Program Studi
i
4. Ibu Dr. apt. Wira Noviana Suhery, M.Farm selaku dosen pembimbing
5. Ibu dr. Inda Wati. MKL sebagai Kepala Puskesmas Melur Pekanbaru yang
6. Ibu apt. Yulia Darsih, S. Farm selaku preseptor di Puskesmas Melur dan
saran, nasehat, pengarahan dan bimbingan serta semua pihak terkait yang
Apoteker.
dan do’a yang tiada hentinya selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini.
yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
laporan akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan
Penulis
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................7
4.1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP)...........................................................................................................51
iii
4.2. Pelayanan Farmasi Klinis...............................................................................58
4.1. Tugas Khusus..................................................................................................60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................68
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................68
5.2. Saran...............................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................69
LAMPIRAN..........................................................................................................70
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2. Struktur Organisasi Puskesmas Melur...............................................72
Lampiran 3. Alur Pelayanan Kesehatan Puskesmas Melur...................................73
Lampiran 4. Alur Penerimaan Resep dan Penyerahan Obat..................................74
Lampiran 5. Gudang Penyimpanan Puskesmas Melur..........................................75
Lampiran 6. Lemari Narkotika dan Psikotropika Puskesmas Melur.....................76
Lampiran 7. Lemari Obat Puskesmas Melur.........................................................77
Lampiran 8. Tampak Depan Apotek......................................................................77
Lampiran 9. LPLPO Puskesmas Melur..................................................................78
Lampiran 10. Contoh Kartu Stock Puskesmas Melur............................................79
Lampiran 11. Berita Acara Serah Terima Obat dan BMHP..................................80
Lampiran 12. SOP Peresepan, Pemesanan, dan Pengelolaan Obat.......................81
Lampiran 13. SOP Pendistribuasian Obat dari Gudang ke Apotek.......................82
Lampiran 14. SOP Pembuatan Puyer.....................................................................83
Lampiran 15. SOP penmgenceran Antibiotik (Sirup Kering)................................84
Lampiran 16. SOP Menjaga Tidak Terjadinya Pemberian Obat Kdaluarsa..........85
Lampiran 17. Peresepan Psikotropika dan Narkotika............................................86
Lampiran 18. Penggunaan Obat yang Di Bawa Sendiri Oleh Pasien/Keluarga....87
Lampiran 19. Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan Obat Psikotropika dan
Narkotika........................................................................................88
Lampiran 20. SOP Penyiapan Obat.......................................................................89
Lampiran 21. SOP Pemberian Informasi Penggunaan Obat..................................90
Lampiran 22. SOP Penanganan Obat Rusak atau Kadaluarsa...............................91
Lampiran 23. Penyuluhan......................................................................................92
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita cita bangsa Indonesia.
Nomor 36 Tahun 2009, dinyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
menyediakan data dan informasi obat dan pengelohan obat yang meliputi kegiatan
7
Berdasarkan PMK Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
(Anonim, 2016).
penganggung jawab unit pelayanan farmasi, maka sebagai seorang Apoteker harus
8
kefarmasian baik dalam teori maupun prakteknya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau bekerja sama dengan
pelayanan di puskesmas.
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau
etik.
kesehatan
masyarakat.
kesehatan.
9
1.3. Manfaat
Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas yaitu:
Puskesmas.
2021, dengan jadwal 6 hari kerja dimulai pada pukul 07.30-14.30 WIB.
10
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah kesatuan organisasi kesehatan fungsional pusat
kecamatan terdapat lebih dari satu, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
2014) :
11
1. Puskesmas Kawasan Perkotaan
kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat)
a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor
b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius
2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel
c. Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik.
12
Puskesmas kawasan pedesaan merupakan puskesmas yang wilayah
kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat)
1. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris
2. Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak
dimaksud pada huruf seperti : sekolah, pasar, perkotaan dan rumah sakit.
a. Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil,
13
b. Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh
pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam,
dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca
stabil
tenaga kesehatan
f. Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau
14
3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
(Anonim, 2004).
15
1. Pusat pemberdayaan masyarakat.
kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas
16
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
a. Lokasi
1. Geografis
3. Kontur tanah
4. Fasilitas parkir
5. Fasilitas keamanan
8. Tidak didirikan di area sekitar saluran udara tegangan tinggi dan saluran
b. Bangunan
17
dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan
juga memiliki bangunan rumah dinas tenaga kesehatan dan bangunan lainnya
kesehatan.
c. Prasarana
atas :
2. Sistem pencahayaan
4. Sistem kelistrikan
5. Sistem komunikasi
9. Sarana evakuasi
18
d. Peralatan kesehatan
undangan
e. Ketenagaan
1. Dokter gigi
laboratorium medik.
puskesmas.
f. Persyaratan Kefarmasian
19
perlengkapan dan peralatan, serta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
g. Persyaratan Laboratorium
a. Perizinan Puskesmas
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
melampirkan dokumen :
a. Fotokopi sertifikat tanah atau bukti lain kepemilikan tanah yang sah
b. Kajian kelayakan
perundang-undangan
20
d. Fotokopi surat keputusan dari Bupati/Wali Kota terkait kategori
operasional
berkas permohonan yang telah lengkap atau memberikan informasi apabila berkas
dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan
(empat belas) hari kerja setelah bukti penerimaan berkas diterbitkan, pemberi izin
Registrasi diajukan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah izin
puskesmas ditetapkan.
21
dengan melampirkan izin puskesmas dan surat keputusan dari Bupati/Walikota
verifikasi dan penilaian kelayakan puskesmas dalam jangka waktu paling lambat
lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah melakukan penilaian. Kepala Dinas Kesehatan
b. Surat rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Daerah Provinsi dan hasil
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak surat permohonan registrasi
22
Pendanaan di puskesmas ditujukan dengan mengutamakan penyelenggaraan
a. paradigma sehat
b. pertanggungjawaban wilayah
c. kemandirian masyarakat
23
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
Puskesmas.
penanggulangan penyakit.
24
6. Melaksanakan rekam medis.
Tenaga Kesehatan.
Sistem Rujukan.
Sistem Rujukan.
meliputi :
Pelayanan gizi
25
2. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan
masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
horizontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama (Anonim,
2004).
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apoteker
adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
No. 30, 2014). Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan
untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
26
Peran Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut PMK
2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan obat
dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia (SDM) beserta
Puskesmas.
tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
2. Dokter gigi
3. Perawat
4. Bidan
27
5. Tenaga kesehatan masyarakat
8. Tenaga gizi,dan
9. Tenaga kefarmasian.
a. Kepala Puskesmas
pelayanan kesehatan.
Puskesmas.
28
memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Anonim,
2016).
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
a. Perencanaan kebutuhan
Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam
29
melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan sediaan obat Puskesmas
stok berlebih.
1. Pemilihan
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan
yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan dan perawat, serta
Puskesmas :
Pertama (FKTP).
menguntungkan penderita.
30
f. Memiliki rasio manfaat biaya (benefit cost ratio) yang tertinggi
g. Obat yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines).
2. Pengadaan
mandiri (pembelian).
a. Permintaan
adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
setempat.
b. Pengadaan Mandiri
31
b) Jika letak puskesmas jauh dari apotek, puskesmas dapat menggunakan SP
c. Penerimaan
diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang
bentuk fisik obat.Setiap obat yang diterima harus dicatat jenis, jumlah dan
32
permintaan dapat dilakukan penerimaan setelah mendapatkan persetujuan dari
kerusakan obat. Setiap penambahan obat dicatat dan dibukukan pada buku
d. Penyimpanan
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
c. Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet, teratur
d. Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First Expired
First Out (FEFO), high alert dan life saving (obat emergency).
33
e. Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci dan
dikuasakan.
khusus dan terpisah dari obat lain. Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-
lain.
dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya.
cadangan (genset).
dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat agar bisa digunakan terlebih
Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat
34
- Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
antidiabetik oral.
sama (look alike) dan bunyi ucapan sama (sound alike) biasa disebut
LASA, atau disebut juga Nama Obat dan Rupa Ucapan Mirip (NORUM).
0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40% atau lebih.
e. Pendistribusian
Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
ada diwilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang
Puskesmas Pembantu.
Puskesmas Keliling.
Posyandu.
Polindes.
35
a. Jarak distribusi.
mempertimbangkan:
b. Sisa stok
c. Pola penyakit
puskesmas.
36
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ ketentuan
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin
b) Pemusnahan Resep
kesehatan lain dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
g. Pengendalian
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
Pengendalian persediaan.
Pengendalian penggunaan.
37
h. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat,
38
untuk tujuan keselamatan dan menjamin kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
3. Tanggal resep
3. Duplikasi pengobatan
4. Kontra indikasi
5. Efek adiktif
39
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuannya ialah:
memadai)
c. Konseling
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling
pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan
c. Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi
d. Pasien geriatrik
40
e. Pasien pediatrik
dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari
penggunaan obat
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan
c. Adanya multidiagnosis
41
Evaluasi Penggunaan Obat merupakan kegiatan untuk mengevaluasi
yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Tujuan:
setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
rangka tercapainya outcome terapi pasien yang optimal, apoteker dituntut agar
memberikan pelayanan farmasi klinik pada pasien dengan efektif dan efisien,
serta tepat sasaran, perlu dilakukan seleksi terhadap pasien. Kriteria pasien yang
2016) :
42
1. Pasien pediatri
2. Pasien geriatri
3. Pasien polifarmasi
perhari.
43
Apoteker. Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
2. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien.
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan
44
3. Ruang penyerahan obat
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari
formulir catatan pengobatan pasien dan lemari arsip (filling cabinet), serta
6. Ruang arsip
dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan
45
2.15. Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian
a. Monitoring
kefarmasian.
b. Evaluasi
barang.
dengan kebutuhan.
46
Langsung (data primer), yaitu data diperoleh secara langsung dari
47
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
wilayah Kecamatan Sukajadi dengan wilayah kerja yang terdiri dari 4 Kelurahan.
Luas wilayah kerja Puskesmas Melur adalah 1,7 km2, yang terdiri dari 75 RT dan
18 RW dengan perincian :
b. Misi
Misi Puskesmas Melur yaitu :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan
1. Klinik Umum
3. Klinik Usila
4. Klinik Anak
48
5. Klinik KIA/KB
6. Klinik Konsultasi:
a) Gizi
b) Sanitasi
c) Kesehatan Jiwa
g. Klinik TB
h. Klinik VCT/IMS
1. Pelayanan laboratorium
2. Pelayanan Farmasi
49
BAB IV
PELAKSANAAN PKPA
penting dari proses pembelajaran calon apoteker yang merupakan tahap transisi
untuk mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
kesahatan dan berkarya sesuai dengan bidang kerjanya. Kesiapan lulusan apoteker
memasuki dunia kerja juga perlu dievaluasi sebagai masukan untuk perbaikan
kurikulum dan proses belajar. Salah satu tempat dalam praktek kerja profesi
pukul 07.30 WIB s/d pukul 14.30 WIB untuk hari Senin sampai dengan Kamis,
pukul 07.30 s/d 11.30 WIB untuk hari Jum’at dan pukul 07.30 s/d 13.00 WIB
untuk hari Sabtu. Puskesmas Melur memiliki beberapa poli yang terdiri dari Poli
Umum, Poli Usila, Poli KIA, Poli Gigi dan Poli Gizi, Poli TB, Poli IMS dan juga
50
Setiap Puskesmas harus memiliki Apoteker Penanggung Jawab yang
apt. Yulia Darsih, S.Farm dan Tenaga Teknis Kefarmasian adalah Salsiah,
meliputi kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP serta pelayanan farmasi
klinis, yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016
4.1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP)
A. Perencanaan
farmasi/obat yang ada di apotek menjadi lebih efektif dan efisien dan sesuai
pembelian memenuhi beberapa ketentuan antara lain: jumlah obat sesuai dengan
kebutuhan, pembelian mampu melayani jenis obat yang diperlukan pasien dan
tahun sekali, dengan menggunakan metode konsumsi dan sesuai dengan Rencana
51
Jawab Puskesmas. RKO diajukan ke DINKES dan dibuat berpedoman pada
formularium Puskesmas.
Perencanaan ini dilakukan tiap 2 bulan sekali atau enam kali dalam setahun.
B. Pengadaan
yang akan diterima dengan interval 2 bulan sekali. Permintaan obat adalah jumlah
pemesanan kepada distributor menggunakan aplikasi atau e-katalog dan bisa juga
lewat pihak ketiga dengan dana dari BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).
52
C. Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat dan BMHP dari
(IFLK) sesuai dengan permintaan yang telah diajukan dan disesuaikan dengan
stok yang ada di IFLK. Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima
dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Penerimaan obat dan
dengan surat tanda terima obat atau Berita Acara Serah Terima (BAST) yang telah
sediaan, jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Tenaga Kefarmasian dalam
pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai
diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga
D. Penyimpanan
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
53
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Menurut
3. Menjaga ketersediaan
sediaan dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
pakai yang penamaan dan penampilannya mirip LASA (Look Alike Sound Alike)
obat, FIFO, FEFO, suhu penyimpanan, alfabetis, alkes, BMHP. Tetapi Puskesmas
standar yang ada dikarenakan kurangnya tempat penyimpanan dan tidak adanya
Melur hal ini dikarenakan, lemari yang kecil untuk penyimpanan obat di apotek.
Oleh Karena itu penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP belum maksimal.
54
memenuhi persyaratan seperti didalam ketentuan Permenkes No. 3 tahun 2015
pintu dan 2 kunci yang dipegang oleh apoteker dan tenaga kefarmasian yang
bertanggung jawab. Dimana golongan obat ini disimpan di lemari double lock dan
di tempat yang tidak mungkin bisa berpindah tempat dan belum ada pemantauan
E. Pendistribusian
UGD. Semua obat yang keluar dari gudang penyimpanan harus dicatat di kartu
stok dan Form SBBK atau Surat Bukti Barang Keluar agar memudahkan dalam
F. Pemusnahan
medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
dan untuk pemusnahan sediaan farmasi, Alkes dan BMHP yang sudah kadaluarsa
G. Pengendalian
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
55
kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit
1. Pengendalian persediaan
2. Pengendalian penggunaan
menggunakan kartu stok. Stock opname dilakukan 1 kali dalam sebulan yaitu
setiap akhir bulan. Pada kegiatan ini dilakukan pencatatan obat dengan
menggunakan kartu stok obat, yang meliputi nama obat, bentuk sediaan, jumlah
obat, masa expired date dan kondisi fisik dari sediaan farmasi. Untuk obat-obat
yang ditemukan akan mendekati waktu kadaluwarsa atau sudah kadaluarsa akan
stok sudah berjalan semestinya karena obat-obat ini nantinya akan dilakukan
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan
56
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
farmasi, alkes dan BMHP mulai dari surat permintaan barang dan kartu stok.
dilaporkan satu kali dalam satu bulan. Pelaporan tersebut dilakukan oleh Apoteker
pemakaian harian obat pada buku pengeluaran obat berdasarkan resep yang keluar
yang mencakup semua pemakaian obat dan permintaan obat seperti jumlah stok
awal, jumlah sediaan farmasi yang diterima, dan pemakaian obat dari apotek serta
jumlah sisa stok yang tersedia. Semua arsip di Puskesmas Melur diarsipkan dan
Puskesmas Melur yang dilaporkan setiap bulannya terdiri atas dua jenis pelaporan
Melur hanya melampirkan nama pasien, umur dan nama dokter, adapun yang
57
seharusnya, pengkajian resep meliputi nama pasien, umur pasien, jenis
kelamin pasien, berat badan pasien, alamat pasien, nama dokter, nomor Surat
Izin Praktik (SIP) dokter, alamat dokter, paraf dokter, dan tanggal penulisan
tercantum pada resep yaitu bentuk dan kekuatan sediaan dari obat yang
kajian klinis yaitu tepat indikasi, dosis, aturan pakai, cara dan lama
penggunaan obat, menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan dan tidak
B. Dispensing
pengkajian resep selesai, obat disiapkan oleh apoteker atau tenaga kerja
Puskesmas Melur yaitu pertama adalah menyiapkan obat. Pada tahap ini perlu
diperhatikan nama obat dan dosis serta masa kadaluarsa dari obat tersebut
agar menghindari terjadinya efek yang tidak diinginkan. Pada tahap yang
kedua yaitu meracik obat untuk obat yang racikan seperti obat puyer, salep
racikan. Tahap yang ketiga yaitu memberi etiket, etiket putih untuk obat
dalam dan etiket biru untuk obat luar seperti krim, salep dan bedak tabor,
namun di puskesmas melur hanya terdapat etiket putih saja. Tahap yang
58
pasien dengan memeriksa kembali obat yang telah disiapkan dengan yang
kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain
leaflet. Tujuannya agar pasien lebih paham tentang obat dan untuk
D. Konseling
dengan tingkat kepatuhan rendah, dan pasien pulang sesuai dengan kriteria
di atas.
59
2. Sarana dan prasarana dengan tersedianya ruangan khusus dan Kartu
pasien/catatan konseling.
berisikan satu set meja dan kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi
sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling,
(lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika
memungkinkan.
a. Study Case
kesehatan yang terdiri dari beberapa poli seperti poli umum, usila, anak, kb, kia,
gigi dan farmasi. Dimana puskesmas Melur melayani beberapa resep seperti :
resep umum dan resep BPJS. Resep tersebut berasal dari poli-poli yang ada di
beberapa obat diresep yang mengalami kekosongan. Hal ini dikarenakan proses
perencanaan obat di puskesmas melur belum sesuai dengan kebutuhan yang ada.
60
Contoh beberapa obat yang ditemukan kosong selama proses pelayanan di
puskesmas :
sarana kesehatan puskesmas kurang baik, maka jumlah kebutuhan obat tidak
dapat diprediksi. Hal ini berakibat pada jumlah produksi yang terbatas.
untuk pengadaan obat. Tidak hanya jenis obat dan jumlah, tapi juga merek obat
dan Pabrik produsen obatnya. Sistem BPJS yang menerapkan formularium ini
untuk menghindari kekosongan obat yang ada di instalasi farmasi dan logistik
kesehatan (IFLK).
Ketiga kurangnya informasi dari pihak apotek kepada dokter terkait obat
yang sudah masuk. Hal ini disebabkan kurang taunya dokter terhadap obat yang
61
sudah masuk sehingga dokter meresepkan obat yang kosong atau sedang tidak
- Skrining Resep
Lembar resep melampirkan nama pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien,
berat badan pasien, tinggi badan pasien, alamat pasien, nama dokter, nomor
Surat Izin Praktik (SIP) dokter, alamat dokter, paraf dokter dan tanggal
penulisan resep.
tercantum pada resep yaitu nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas
dan kompatibilitas dari obat yang diresepkan. Pengkajian klinis dari hasil
pengamatan yaitu ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan pakai, cara
yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain),
62
Contoh lembar resep di puskesmas melur :
Puskesmas Melur terbatas hanya pada data yang ada diresep. Karena hal ini
resep dengan format skrining resep yang tepat, dengan contoh sebagai
berikut:
63
Gambar 3. Lembar Tilik Resep
- Checklist PIO (Pemberian Informasi Obat)
Apoteker untuk meningatkan kerasionalan dalam penggunaan obat. Dalam hal ini
disampaikan beberapa informasi obat meliputi : nama obat, indikasi, cara pakai,
kepada pasien sehingga pasien akan lebih faham dalam penggunaan obat yang
form yaitu berupa lembar checklist pio dengan beberapa informasi obat serta
64
format keterangan dari nama pasien, usia, poli, diagnosa serta data penunjang
dimana form ini akan diisi harian sebagai bentuk pelayanan dalam farmasi klinis.
obat secara langsung yaitu dengan penyampaian nama obat, indikasi serta aturan
pakai dari obat kepada pasien. Untuk efek samping serta cara penggunaan secara
detail belum disampaikan secara optimal. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan
yang tidak mendukung seperti kondisi pasien yang teburu-buru lalu kondisi
pandemi sehingga untuk pemberian informasi secara detail kurang bisa dilakukan.
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarkat. Kegiatan pelayanan
masyarakat (penyuluhan)
65
7. Melakukan program jaminan mutu
a. Topik pertanyaan
d. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti
laboratorium)
e. Uraian pertanyaan
f. Jawaban pertanyaan
g. Referensi
penggunaan obat yang lebih rasional oleh pasien. Selain itu bentuk kegiatan
66
dibahas yaitu tentang penggunaan antibiotik yang bijak dilakukan pada
pekejaan sesuai dengan fungsi tertentu. SOP merupakan dokumen yang berisi
obat dan BMHP, SPO pelayanan obat dan BMHP, SPO penyiapan dan
penyerahan resep racikan, SPO penyiapan dan penyerahan sirup kering, SPO
67
BAB V
5.1. Kesimpulan
Kegiatan PKPA yang dilaksanakan selama 14 hari yang dimulai pada tanggal
poli yang terdiri dari Poli umum, Poli Usila, Poli KIA-KB dan Imunisasi, Poli
gigi, Poli gizi, Poli TB dan juga Puskesmas Melur melayani Unit Gawat Darurat
(UGD), Radiologi, Ruang Promosi Kesehatan, Ruang KIR dan Klinik Sanitasi,
5.2. Saran
1. Dalam hal ketersediaan obat sebaiknya pihak puskesmas melengkapi
dan gudang obat dan penambahan kotak obat dalam penyimpanan agar
68
DAFTAR PUSTAKA
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Struktur Organisasi Puskesmas Melur
Kepala Puskesmas
dr. Inda Wati. MKL
71
Lampiran 2. Alur Pelayanan Kesehatan Puskesmas Melur
Pasien Datang
Pendaftaran
Pemanggilan
Pasien
Pemeriksaan
Pasien dan Laboratorium
tindakan
Kasir Apotek
Pasien Pulang
72
Lampiran 3. Alur Penerimaan Resep dan Penyerahan Obat
Kesesuaian
Skrining Resep
Farmasetik
Konsultasikan Pertimbangan
kedokter (apabila Klinis
ada keraguan)
Menyerahkan Obat
beserta Memberikan
Skrining Ulang
Informasi
73
Lampiran 4. Gudang Penyimpanan Puskesmas Melur
74
Lampiran 5. Lemari Narkotika dan Psikotropika Puskesmas Melur
75
Lampiran 6. Lemari Obat Puskesmas Melur
76
Lampiran 7. Tampak Depan Apotek
77
Lampiran 8. LPLPO Puskesmas Melur
78
Lampiran 9. Contoh Kartu Stock Puskesmas Melur
79
Lampiran 10. Berita Acara Serah Terima Obat dan BMHP
80
Lampiran 11. SOP Peresepan, Pemesanan, dan Pengelolaan Obat
81
Lampiran 12. SOP Pendistribuasian Obat dari Gudang ke Apotek
82
Lampiran 13. SOP Pembuatan Puyer
83
Lampiran 14. SOP penmgenceran Antibiotik (Sirup Kering)
84
Lampiran 15. SOP Menjaga Tidak Terjadinya Pemberian Obat Kdaluarsa
85
Lampiran 16. Peresepan Psikotropika dan Narkotika
86
Lampiran 17. Penggunaan Obat yang Di Bawa Sendiri Oleh Pasien/Keluarga
87
Lampiran 18. Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan Obat Psikotropika dan
Narkotika
88
Lampiran 19. SOP Penyiapan Obat
89
Lampiran 20. SOP Pemberian Informasi Penggunaan Obat
90
Lampiran 21. SOP Penanganan Obat Rusak atau Kadaluarsa
91
Lampiran 22. Penyuluhan
92
Gambar 28. Penyuluhan DAGUSIBU
93