LAPORAN AKHIR
PRAKTEK KERJA PROFESI
APOTEKER
DI PEDAGANG BESAR FARMASI
“LESTARI JAYA FARMA”
Oleh:
Dinatur Pratiwi, S. Farm
40119006
i
ii
BUKU 4
LAPORAN AKHIR
PRAKTEK KERJA PROFESI
APOTEKER
DI PEDAGANG BESAR FARMASI
“LESTARI JAYA FARMA”
Oleh:
Dinatur Pratiwi, S. Farm
40119006
i
LEMBAR
PENGESAHAN
(PKP) APOTEKER DI
Disetujui Oleh :
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
ii
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT Lestari Jaya Farma yang
diselenggarakan pada tanggal 5 Agustus 2020.
2. Apt. Dewi Resty Basuki selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
iii
7. Seluruh dosen Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang
telah banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman, dan
pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Faklutas Farmasi.
Penulis
Agustus2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
iv
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................vii
DAFTARLAMPIRAN....................................................................................vii
BAB I ...............................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan PKPA ..............................................................................................2
C. Manfaat PKPA.............................................................................................3
BAB II .............................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................4
A. Pengertian....................................................................................................4
B. Tugas dan Fungsi ........................................................................................5
C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang – Undangan.........................6
D. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker......................................................... 8
BAB III............................................................................................................10
TINJAUAN UMUM PBF...............................................................................10
A. Sejarah PT Lestari Jaya Farma ....................................................................10
B. Visi dan Misi................................................................................................ 10
C. Lokasi, Sarana, dan Prasarana ......................................................................10
D. Struktur Organisasi.......................................................................................12
BABIV...............................................................................................................15
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN ..................................................15
A. Kegiatan Yang Dilakukan ............................................................................15
B. Tugas Yang Dikerjakan Selama PKPA.........................................................16
C. Tinjauan CDOB di PBF PT Lestari Jaya Farma.........................................25
BAB V...............................................................................................................32
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................32
A. Kesimpulan.................................................................................................. 32
B. Saran............................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 33
LAMPIRAN ................................................................................................. 34
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 1 Denah PBF Lestari Jaya Farma ...........................................11
Gambar 2 Struktur Organisasi PT Lestari Jaya Farma ........................12
Gambar 3 Contoh SP............................................................................22
vii
DAFTAR LAMPIRAN
(Formulir 4) ..........................................................................................50
viii
i
BAB I. PENDAHULUAN
Cara distribusi obat yang baik yang selanjutnya disingkat CDOB adalah cara
distribusi/ penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu
sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya.
Suatu PBF harus menerapkan CDOB didalam pelaksaan pekerjaannya.
Dengan melakukan praktek kerja profesi Apoteker (PKPA) lapangan di PBF Lestari
Jaya Farma Kediri, kami dapat memiliki gambaran tentang pekerjaan kefarmasian di
suatu PBF, serta dapat belajar tentang cara order obat di distributor resmi kemudian cara
distribusi obat di perusahaan tersebut serta mengetahui ada suatu laporan yang harus
dibuat oleh seorang apoteker setiap 3 bulan sekali.
1. Mampu merancang dan melakukan pengadaan bahan baku, sediaan farmasi sesuai
ketentuan peraturan perundangan secara efektif dan efisien. Obat-obatan yang
disediakan di PBF Lestari jaya yaitu prekursor dan obat-obat tertentu (OOT). Dengan
melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PBF Lestari Jaya Farma, kami
diharapkan mampu:
a. Menetapkan metode penghitungan kebutuhan pengadaan yang sesuai dengan
pola penggunaan bahan baku, sediaan farmasi.
1
b. Menghitung kebutuhan pengadaan bahan baku, sediaan farmasi dengan tepat.
c. Mengidentifikasi dan menetapkan pemasok dengan memperhatikan ketentuan
perundangan, penjaminan mutu, ketepatan waktu dan aspek ekonomi.
d. Memilih dan menetapkan metode yang sesuai untuk pengadaan bahan baku,
sediaan farmasi.
e. Memilih sistem rantai pasok yang efektif dan efisien.
f. Menjelaskan prosedur dan ketentuan perundangan dalam pengadaan sediaan
farmasi, di PBF Lestari Jaya Farma melakukan pengadaan obat jenis prekursor
dan Obat-Obat Tertentu (OOT)
g. Melakukan pengadaan bahan baku, sediaan farmasi sesuai ketentuan perundang-
undangan.
h. Mendokumentasikan kegiatan pengadaan bahan baku, sediaan farmasi, beserta
segenap data pendukungnya.
2. Mampu merancang dan melakukan penyimpanan serta pendistribusian bahan baku,
sediaan farmasi sesuai ketentuan perundangan secara efektif dan efisien. Dengan
melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PBF Lestari Jaya Farma, kami
diharapkan mampu:
a. Merancang tempat penyimpanan sesuai peraturan perundangan untuk menjamin
kualitas bahan baku farmasi.
b. Merencanakan dan menetapkan penyimpanan bahan baku, sediaan farmasi, alat
kesehatan berdasarkan bentuk sediaan, legalitas, farmakologi, aspek toksik, dan
alfabetis.
c. Melakukan penerimaan bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan berdasar
kriteria dengan baik dan benar sesuai prosedur.
d. Memilih cara transportasi yang mampu menjamin mutu, kemanfaatan serta
keamanan bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan.
e. Memilih metode distribusi yang sesuai dengan kondisi pasien/konsumen di area
pelayanan kefarmasian.
f. Melakukan distribusi bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan sesuai prosedur,
serta menjamin mutu, kemanfaatan serta keamanannya.
2
g. Melakukan pengawasan mutu terhadap bahan baku , sediaan farmasi,
alatkesehatan yang diterima maupun yang disimpan sehingga terjamin mutunya
sesuai standar.
h. Mengendalikan tingkat persediaan bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan
berdasarkan analisis informasi persediaan & rasio yang ditetapkan.
i. Mengidentifikasi dan menetapkan bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan
yang mengalami penyimpangan mutu, kemanfaatan, dan/atau keamanannya.
j. Mengendalikan faktor yang berpengaruh terhadap mutu, kemanfaatan serta
keamanan bahan baku , sediaan farmasi, alat kesehatan.
k. Mendokumentasikan data dan proses penyimpanan dan distribusi bahan baku, dan
sediaan farmasi..
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.(PerPOM 28,2018)
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Bahan Obat
adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan
dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi
termasuk baku pembanding.(Permenkes 1148,2011)
Cara Distribusi Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CDOB adalah
cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk
memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan
tujuan penggunaannya. (Permenks 1148,2011)
Obat-Obat Tertentu adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat
selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi
dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. (PerPOM 28,2018).
4
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan Narkotika dan Psikotropika. Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika. Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. (PP 44,2010)
5
Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menjual obat atau bahan obat secara
eceran. Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menerima dan/atau melayani resep
dokter. PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF atau
PBF Cabang lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. meliputi :
a. apotek;
c. puskesmas;
d. klinik; atau
(1) Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
6
e. menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat melaksanakan
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta dapat menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF;
g. memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain sesuai
CDOB.(pmk 34, 2014).
Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.
(2) Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus mengajukan permohonan kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan,Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM. Permohonan harus
ditandatangani oleh direktur/ketua dan apoteker calon penanggung jawab
disertai dengan kelengkapan administratif sebagai berikut:
b. susunan direksi/pengurus;
7
g. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat harus
melengkapi surat bukti penguasaan laboratorium dan daftar peralatan.(pmk 34,
2014)
(3) Dalam hal terjadi perubahan nama dan/atau alamat PBF serta perubahan
lingkup kegiatan penyaluran obat atau bahan obat, wajib dilakukan
pembaharuan izin PBF. Dalam hal terjadi perubahan izin PBF dan/atau alamat
PBF Cabang wajib dilakukan pembaharuan pengakuan PBF Cabang.(pmk
34,2014)
Setiap PBF dan PBF Cabang harus memiliki apoteker penanggung jawab
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat. Apoteker penanggung
jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
8
Apoteker penanggung jawab dilarang merangkap jabatan sebagai
direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang. Setiap pergantian apoteker penanggung
jawab, direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang wajib melaporkan kepada Direktur
Jenderal atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selambat-lambatnya dalam jangka
waktu 6 (enam) hari kerja.(pmk 1148,2011)
9
BAB III. TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA
A. Sejarah
Lestari Jaya Farma berdiri tahun 2014. Awal berdirinya memiliki Apotek
hingga melebarkan sayapnya dan berkembang menjadi distributor farmasi. Selain
itu Lestari Jaya Farma juga mengembangkan usahanya diberbagai sektor seperti
AHAS group dan cucian mobil. Dari usaha yang dimilikinya Lestari Jaya Farma
memiliki lebih dari 50 karyawan.
Lokasi
PT. LESTARI JAYA FARMA
APJ : Apt. Iqbal Prayogo Hermawan, S. Farm
SIP : 503/1253/SIP-SIK/419.104/2019
No. Izin PBF : FP.01.04/IV/0217-e/2020
Bertempat di Jalan Banjaran Gang 2 No. 44 Kota Kediri.
Tlp. 0354 – 7418787 Wa. 0822 3453 4012
Email. lestarjayafarmaae@ymail.com
Sarana dan Prasarana
1. Gedung perkantoran
10
2. Ruang meeting
3. Gudang display (menjadi satu ruangan)
4. Gudang kartonan (menjadi satu ruangan)
5. Ruang penyimpanan arsip
6. Ruang karantina
7. Kamar mandi
8. Ruang istirahat karyawan
9. Memiliki personalia yang cukup memadai ( Apoteker penanggung jawab,
bagian logistik, bagian penggadaan, bagian Administrasi dan keuangan,
bagian pemasaran, dan bagian Ekspedisi)
10. Memiliki kendaraan untuk ekspedisi (motor/mobil)
11
KETERANGAN :
1 : Penerimaan Barang
2 : Tempat Fakturis
3 : Kursi Tunggu
4 : Meja
5 : Lemari Arsip
6 : Gudang Obat Display
7 : Gudang OOT
8 : Gudang Obat Karton
9 : Gudang Obat Karton
10 : Tempat Istirahat
11 : Mushola
12 : Ruangan
D. Struktur Organisasi
12
Berikut tugas kewajiban dan tanggung jawab setiap jabatan :
c. Bertanggung jawab atas tercapainya target penjualan, target piutang dan target laba
sesuai dengan pertumbuhan dan jumlah yang ditargetkan oleh perusahaan.
d. Bertanggung jawab atas terlaksananya sistem CDOB di PBF PT. Lestari Jaya Farma.
3. Logistik
Penanggung jawab logistik di PBF PT. Lestari Jaya Farma adalah sebagai berikut :
c. Melaksanakan dan mengawasi distribusi barang kepada pelanggan secara tepat efektif.
d. Melaksanakan tata laksana pengelolaan barang yang baik sesuai peraturan yang berlaku.
13
4. Personalia
Penanggung jawab personalia di PBF PT. Lestari Jaya Farma adalah sebagai berikut :
5. Pengadaan
Penanggung jawab pengadaan di PBF PT. Lestari Jaya Farma adalah sebagai berikut :
A. Membuat daftar kebutuhan barang, pengadaan produk obat bebas, bebas terbatas dan
precursor
14
BAB IV. KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN
Selama kami melakukan kegiatan PKPA di PBF Lestari Jaya Farma, kami diberikan
pengarahan tentang pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di perusahaan tersebut. Dimana PBF
lestari jaya ini merupakan salah satu Distributor lokal, yang kita ketahui ada 3 distributor yaitu:
distributor resmi, distributor lokal, dan sub distribusi. PBF Lestari Jaya Farma Menjadi salah
satu distributor lokal di area Kediri, yang memiliki keuntungan sendiri, yaitu PBF bisa
membawa berbagai macam obat dari distribusi resmi dengan syarat tertentu. Misalnya : dapat
menjualkan obat sesuai target pemasaran, tidak terjadi penunggakan dalam hal pembayaran.
Kami melakukan penelusuran di area kerja PBF Lestari jaya. Tempat pertama yang kami
kunjungi yaitu ruang penerimaan faktur, disitu kami dijelaskan bahwa mereka mengerjakan
faktur berdasarkan pemesanan dari apotek/puskesmas maupun toko obat berijin yang dikirimkan
melalui pasan whats apps (WA), yang kemudian setiap sore surat pemesanan dikumpulkan oleh
sales ke PBF. Ruang kedua yang kami kunjungi yaitu gudang display, dimana di gudang display
tersebut terdapat beberapa macam obat jenis obat bebas, prekursor dan obat-obat tertentu (OOT)
mulai dari generik hingga obat paten, diantaranya : Paracetamol, Amoxicilin, Sanmol, Yusimox,
Carbidu, Acyclovir, Demacolin, Ctm, Pimtrakol, OBH Combi, Mefenamic Acid, Alpara,
Laserin, Caladin dll. Penataan gudang display tersebut berdasarkan nomer batch obat. Setiap
pengambilan maupun penambahan barang di gudang tersebut harus tercatat di kartu stok yang
ada disitu, kartu stok terdiri dari kartu stok manual dan kartu stok komputerisasi. Ruang ketiga
yang kami kunjungi yaitu Gudang kartonan gudang kartonan dibagi menjadi dua bagian, yaitu
gudang kartonan tablet, dan kartonan syrup. Barang ditata berdasarkan system FIFO (First In
First Out) barang pertama datang, pertama kali dikeluarkan. Ruang ke empat yang kami
kunjungi yaitu ruang order ke distributor resmi. Di ruangan itu dilakukan pengajuan untuk order
barang-barang yang di butuhkan PBF ke distributor resmi dengan menggunakan surat
pemesanan (SP). Barang-barang yang diajukan tersebut tidak semua di acc oleh distributor
resmi, mereka memilih dan memilah barang-barang yang akan di kirimkan ke BPF Lestari Jaya
Farma.
15
B.Tugas yang dikerjakan selama PKPA
(1) Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
c. memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai penanggung jawab;
d. komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah terlibat baik langsung atau
e. menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat melaksanakan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran obat serta dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi PBF;
g. memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain sesuai CDOB.
Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan. Terhadap permohonan izin PBF dikenai biaya sebagai penerimaan negara
bukan pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan apabila perizinan ditolak,
maka biaya yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali oleh pemohon.(pmk
1148,2011)
16
(2) Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala
Balai POM. Permohonan harus ditandatangani oleh direktur/ketua dan apoteker calon
penanggung jawab disertai dengan kelengkapan administratif sebagai berikut:
b. susunan direksi/pengurus;
d. akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat harus melengkapi surat bukti
penguasaan laboratorium dan daftar peralatan.(pmk 34, 2014)
(3) Dalam hal terjadi perubahan nama dan/atau alamat PBF serta perubahan lingkup kegiatan
penyaluran obat atau bahan obat, wajib dilakukan pembaharuan izin PBF. Dalam hal terjadi
perubahan izin PBF dan/atau alamat PBF Cabang wajib dilakukan pembaharuan pengakuan
PBF Cabang.(pmk 34,2014)
17
b. Pencabutan Izin PBF
c. Gudang PBF
(1) Gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang dapat berada pada lokasi yang terpisah dengan
syarat tidak mengurangi efektivitas pengawasan intern oleh direksi/pengurus dan
penanggung jawab.
(2) Dalam hal gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang berada dalam lokasi yang terpisah
maka pada gudang tersebut harus memiliki apoteker.
(3) PBF dan PBF Cabang dapat melakukan penambahan gudang atau perubahan gudang.
(4) Setiap penambahan atau perubahan gudang PBF harus memperoleh persetujuan dari
Direktur Jenderal.
(5) Setiap penambahan atau perubahan gudang PBF Cabang harus memperoleh persetujuan
dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Gudang PBF di Lestari Jaya terbagi menjadi 2, yaitu gudang Display dan Gudang
kartonan, gudang tersebut masih menjadi satu dengan kantor PBF. Sehingga lebih
efektivitas pengawasan intern oleh direksi/pengurus.
18
d. Penyelenggaraan PBF
Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan berbentuk
badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau
bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (pmk
1148,2011) Dokumen pengadaan terdiri dari surat pesanan dan faktur atau surat jalan dari
pemasok. Pengarsipan faktur harus disatukan dengan surat pesanan yang sekurang-kurangnya
diurutkan berdasarkan nomor surat pesanan untuk memudahkan dalam penelusuran, kecuali
untuk dokumen penggadaan secara elektronik.(perpom 6, 2020)
Setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari Direktur Jenderal. Izin PBF berlaku 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.Untuk memperoleh izin PBF,
c. memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai penanggung jawab;
e. menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat melaksanakan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran obat serta dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas
dan fungsi PBF;
g. memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain sesuai CDOB.
19
e. Pelaporan Kegiatan PBF
(1) Setiap PBF dan cabangnya wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3 (tiga) bulan
sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kepala Balai POM.
(2) Selain laporan kegiatan, Direktur Jenderal setiap saat dapat meminta laporan kegiatan
penerimaan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat.
(3) Setiap PBF dan PBF Cabang yang menyalurkan narkotika dan psikotropika wajib
menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika dan psikotropika sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Laporan dilakukan secara elektronik dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi.
(5) Laporan setiap saat harus dapat diperiksa oleh petugas yang berwenang.
f. Larangan PBF
(1) Pengawasan terhadap PBF dan PBF Cabang sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini dilaksanakan oleh Kepala Badan.
a. menjamin obat dan bahan obat yang beredar memenuhi persyaratan mutu, keamanan
dan kemanfaatan; dan
b. menjamin terselenggaranya penyaluran obat dan bahan obat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(4) Penghentian sementara berlaku paling lama 21 hari kerja dan harus dilaporkan kepada
Direktur Jenderal
20
(5) Dalam hal PBF atau PBF Cabang diberikan sanksi administratif berupa penghentian
sementara kegiatan, pengaktifan kembali izin atau pengakuan dapat dilakukan jika PBF
atau PBF Cabang telah membuktikan pemenuhan seluruh persyaratan administratif dan
teknis sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
(6) Direktur Jenderal berwenang mencabut Izin PBF berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan/atau hasil analisis pengawasan dari Kepala Badan.
(7) Kepala Badan berwenang memberi sanksi administratif dalam rangka pengawasan berupa
Peringatan dan Penghentian Sementara Kegiatan PBF dan/atau PBF Cabang.
(8) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi berwenang memberi sanksi administratif berupa
peringatan, penghentian sementara kegiatan PBF dan/atau PBF Cabang, dan pencabutan
pengakuan PBF Cabang.
(9) Kepala Badan wajib melaporkan pemberian sanksi administrative kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.(pmk 1148,2011)
Pengadaan Bahan Obat dari PBF harus berdasarkan Surat Pesanan. Surat Pesanan (SP),
harus:
c. Mencantumkan nama dan alamat kantor, lokasi sarana, dan lokasi gudang bila berada di
luar sarana, nomor telepon/faksimile, nomor izin sarana;
d. Diberi nomor urut tercetak dan tanggal dengan penulisan yang jelas atau cara lain yang
dapat tertelusur;
21
e. Memberikan tanda pembatalan yang jelas untuk Surat Pesanan yang tidak digunakan
(Perpom 28,2018)
Gambar 3. Contoh SP
22
Gambar 4. Contoh Faktur
Surat pesanan secara elektronik dalam rangka pengadaan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
1. Sistem elektronik harus bisa menjamin otoritas penggunaan system hanya oleh
apoteker penanggung jawab.
2. Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat lengkap
(termasuk nomor telepon/faksimili bila ada) sarana;
5. Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk angka
dan huruf) dan isi kemasan dari obat/bahan obat yang dipesan.
6. Diberikan nomor urut, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas.
23
7. Sistem elektronik yang digunakan harus bisa menjamin ketertelusuran produk
sekurang-kurangnya dalam batas waktu 3 tahun terakhir.
9. sistem pesanan elektronik harus memudahkan dalam evaluasi dan penarikan data
pada saat dibutuhkan oleh pihak yang menerbitkan surat pesanan dan/atau oleh
pihak yang menerima pesanan;
10. pesanan secara elektronik yang dikirimkan ke pemasok harus dipastikan diterima
oleh pemasok, yang dapat dibuktikan melalui adanya pemberitahuan secara
elektronik dari pihak pemasok bahwa pesanan tersebut telah diterima.
Selain secara elektronik, surat pesanan dapat dilakukan menggunakan sistem manual.
Apabila surat pesanan dibuat secara manual, maka surat pesanan harus:
1. asli dan dibuat minimal 2 rangkap. Satu diserahkan ke pemasok dan satu dibuat
arsip
2.ditandatangani oleh Apoteker penanggung jawab dilengkapi nama dan nomer SIPA
3.mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin/sertifikat CDOB) dan
alamat lengkap.
5.Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah dan isi kemasan dari
obat/bahan obat yang dipesan.
6.Diberikan nomor urut, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas.
Untuk surat pemesanan Narkotik, Psikotropika dan prekursor, format mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan.(perpom 6, 2020)
24
C.Tinjauan CDOB di PBF
Menurut PERPOM nomer 6 tahun 2020, pedoman teknis CDOB terdiri dari:
1. Manajemen mutu
Di PBF Lestari Jaya Farma transaksi yang dilakukan selama ini menggunakan transaksi
elektronik, dan melakukan validasi setiap 6 bulan/ satu tahun sekali.
Stok opname dilakukan setiap satu bulan sekali, apabila ada ketidak cocokan barang, maka
dilakukan penelusuran melalui kartu stok manual dan kartu stok elektronik serta surat
pemesanan terhadap barang yang tidak cocok.
Agar obat terjaga selama jalur distribusi maka perlu dilakukan SOP dalam setiap
menjalankan setiap kegiatan dan harus terdokumentasi. Misalnya pembubuhan tanda tangan,
stempel, tanggal dan jam kedatangan pada faktur pengiriman.
25
Peralatan yang digunakan di gudang penyimpanan yaitu : Pallet (untuk mencegah kardus
langsung kontak dengan keramik/tanah), APAR, Thermometer ruangan, alat pengusir
serangga.
4. Operasional
Surat pesanan harus ditandatangani Apoteker Penanggung Jawab(APJ)
(stempel,nama jelas dan SIPA)
SP (surat pemesanan), faktur, surat jalan didokumentasikan jadi satu (No
urut/ tanggal)
Validasi penerimaan, penyaluran, fisik dan dokumen (item, jumlah, nomer
bets, ED)
Pengisian kartu stok
Penyimpanan berdasarkan komoditi
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan
Penyimpanan FIFO/FEFO
26
Dalam operasional penyaluran : Sistem kontrol barang yang keluar gudang oleh
Penanggung Jawab, Kebenaran fisik produk dan bets dengan dokumen, Dokumen
yang harus ada yaitu Surat Pesanan(SP), Faktur, Disalurkan ke sarana yang berhak
Diterima dan dibayar oleh pihak pemesan (Apotek, klinik, puskesmas).
27
Gambar 6. Kartu Stok Manual :
28
Gambar 8. Gudang Kartonan
5.Inspeksi diri
Dibentuk Tim bisa dari dalam atau luar perusahaan (orang yang benar-benar
mengerti), Inspeksi pada semua aspek CDOB, Dilakukan secara independen (oleh
perusahaan sendiri), Jangka waktu yang ditetapkan, Temuan diidentifikasi dan dilakukan
CAPA, Pelaksanaan terdokumentasi (mencegah kesalahan berulang)
29
d. Penyimpanan : disimpan di area karantina dulu, dikunci dan di beri identitas yg
jelas dalam gudang kembalian namun terpisah dari obat lainTransportasi
a. terdapat sarana yg bisa untuk menyampaikan keluhan bisa lisan (melalui sales /
pengiriman), ada juga melalui media sosial WA, email dan bisa juga telefon
b. jika sdh di terima maka di lakukan pengisian form keluhan dan dapat di sertai
bukti pendukung jika email / WA maka bisa di Screen shoot, jika telefon maka
mohon izin untuk di rekam jika lisan mohon izin untuk di catat oleh yg di
berikan keluhan ( sales / pengirman) lalu di tanda tangani sebagi bukti
c. jika sudah maka form tersebut di naikan ke meja HRD untuk di tindak lanjuti dan
evalusi bersama dengan APJ, Manager, dan Direktur untuk menemukan solusi
terbaik
d. jika solusi sdh ditemukan maka dilakukan proses penyelesaian dengan pelanggan
tersebut yg memberikan keluhan.
7. Fasilitas distribusi
Transportasi :
Kendaraan
• Sesuai persyaratan penyimpanan produk
• memberikan Label yang Jelas pada barang yang akan di distribusikan
• Pengemudi kendaraan dilatih CDOB
• Aman dan bebas dari pihak yang tidak sah (membawa surat-surat yang dibutuhkan)
• Dipastikan identitas produk tidak mudah hilang
• Dokumen pengiriman (ttd, identitas, stempel,tanggal dan jam datang)
8. Dokumentasi
Prosedur Tertulis
Operasional Pengadaan dan Penyaluran (SP,Faktur, Kartu Stok)
Catatan Kegiatan(Inspeksi diri, Recall, dll)
30
Data
Data-data disimpan khusus di gudang berkas
9. Ketentuan khusus bahan obat
Di PBF Lestari Jaya Farma tidak memiliki bahan obat, hanya menyediakan obat jadi.
10. Ketentuan khusus produk rantai dingin
Tidak dilaksanakan di PBF Lestari Jaya Farma
11. Ketentuan khusus Narkotik, Psikotropik, dan Prekursor.
Di PBF Lestari Jaya Farma hanya menyalurkan jenis obat prekursor dan Obat-Obat
Tertentu (OOT). SP OOT, Prekusor dan obat bebas lainya memiliki format yang berbeda,
tetapi tetap harus menggunakan tanda tangan Apoteker. Di dalam SP Prekusor dan OOT
terdapat Bahan Aktif yg harus di tulis berserta dosis yang tertera. (contoh SP terdapat dalam
gambar Foto SP)
31
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kegiatan PKL di PBF Lestari Jaya Farma yaitu kegiatan pembelajaran kami
sebagai calon Apoteker dalam hal pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat dari PBF
ke Apotek, klinik maupun Puskesmas. Kami bisa melihat pengaplikasian di lapangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal pelaksanaan PBF.
Pelaksanaan pengadaan barang di PBF Lestari Jaya sudah sesuai dengan PMK
nomer 1148 tahun 2011, PMK nomer 34 tahun 2014 maupun PerPom nomer 28 tahun
2018. Sistem penyimpanan barang berupa gudang display dan gudang kartonan sudah
sesuai dengan PerPom nomer 6 tahun 2020 dan sistem distribusi obat ke konsumen
Apotek, klinik, maupun Puskesmas yang dilakukan di PBF Lestari Jaya Farma juga
sudah sesuai dengan PerPom nomer 6 tahun 2020.
B. Saran
1. Adanya penandaan nama PBF Lestari Jaya Farma yang jelas dan besar diluar
gedung kantor.
32
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat Dan Makanan. PerPom Nomor 6 Tahun 2020. Tentang Perubahan
Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik. BPOM RI : Jakarta
Badan Pengawas Obat Dan Makanan. PBPOM Nomor 28 Tahun 2018. Tentang Pedoman
Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan.BPOM RI : Jakarta
Wiyata, IIK Bhakti. 2020. Buku Panduan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Pedagang
Besar Farmasi (PBF). Kediri: Fakultas Farmasi.
Menteri Kesehatan RI. PMK Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar
Farmasi. MENKES RI : Jakarta
Menteri Kesehatan RI. PMK Nomor 1148 Tahun 2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi.
MENKES RI : Jakarat
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 889/MENKES?
PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
Kementrian Kesehatan RI : Jakarta
Presiden RI. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor. Jakarta
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 1. Formulir Permohonan Izin Pedagang Besar Farmasi (Formulir 1
35
Lampiran 2. Formulir Rekomendasi Pemenuhan Kelengkapan Administratif (Formulir 2)
36
Lampiran 3. Formulir Rekomendasi Hasil Analisis Pemenuhan Persyaratan CDOB (Formulir 3)
37
Lampiran 4. Formulir Penerbitan Izin PBF (Formulir 4)
38
Lampiran 5. Formulir Pernyataan Siap Melaksanakan Kegiatan ( Formulir 5)
39