DI APOTEK FARMARIN
PERIODE AGUSTUS-SEPTEMBER 2016
Disusun oleh:
Denny Willianto, S.Farm. 15/392834/FA/10773
Erlita Prastika Dewi, S.Farm. 15/392838/FA/10777
Fami Rosyadi, S.Farm. 15/392840/FA/10779
Henry Harto, S.Farm. 15/392842/FA/10781
Radhitya Yudhistira, S.Farm. 15/392850/FA/10789
Sekar Galuh, S.Farm. 15/392855/FA/10794
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK FARMARIN
Jalan P. Mangkubumi No.75 Yogyakarta
Periode Agustus-September
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
pada Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Disetujui oleh:
Pembimbing
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Farmarin periode April-Mei 2016.
Pelaksanaan kegiatan PKPA dan penyusunan laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Apoteker (Apt.) di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Penulis menyadari bahwa keseluruhan pelaksanaan PKPA ini dapat berjalan lancar
berkat bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
1. Prof. Dr. Subagus Wahyuono, M.Sc., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
2. Dr. Ika Puspita Sari, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker
3. Prof. Dr. Wahyono, SU., Apt. selaku Dosen Pembimbing PKPA bidang Apotek, yang
4. Wunawar, M.Sc., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek yang telah memberikan izin,
5. Imam N.B.B.S., S.Farm., Apt., selaku Apoteker Pendamping, dan seluruh karyawan
Apotek Farmarin (Mba Diana, Mba Nurul, Mba Rina, Pak Tri, Mas Ilham, dan Pak
Farmarin,
III
6. Teman-teman PKPA periode April – Mei 2016 di Apotek Farmarin Yogyakarta yang
berasal dari UGM, UII dan UAD atas kebersamaan, kerjasama, pengalaman, dan suka
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dan dukungan
yang diberikan sehingga pelaksanaan PKPA dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Penulis menyadari bahwa laporan PKPA ini masih belum sempurna. Saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi penyempurnaan
karya ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui dan
Penulis
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang PKPA ......................................................................................... 1
B. Tujuan PKPA ...................................................................................................... 3
C. Manfaat PKPA .................................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN UMUM APOTEK ................................................................. 5
A. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai . 5
B. Pelayanan Farmasi Klinik ................................................................................... 8
BAB III. KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN .......................................... 10
A. Profil Apotek Farmarin ..................................................................................... 10
1. Sejarah Apotek Farmarin ............................................................................. 10
2. Tujuan Pendirian Apotek Farmarin .............................................................. 12
3. Struktur Organisasi Apotek Farmarin .......................................................... 12
B. Kegiatan Mahasiswa PKPA dalam Kegiatan Manajerial Apotek..................... 14
1. Persyaratan, Permodalan, Pendirian, dan Studi Kelayakan Apotek ............. 14
2. Pengelolaan Sediaan Farmasi ....................................................................... 21
3. Pengelolaan SDM ......................................................................................... 32
4. Administrasi Apotek .................................................................................... 35
5. Perpajakan Apotek ....................................................................................... 44
6. Evaluasi Mutu Pelayanan Apotek ................................................................ 49
7. Pengembangan Apotek ................................................................................. 52
C. Kegiatan Mahasiswa PKPA dalam Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik ......... 54
1. Pengkajian Resep dan Dispensing................................................................ 54
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO) .................................................................. 64
V
3. Konseling dan Dokumentasi Patient Medication Record (PMR) ................ 65
4. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care) ........................ 69
5. Pemantauan Terapi Obat (PTO) ................................................................... 70
6. Monitoring Efek Samping Obat ................................................................... 71
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 72
A. KESIMPULAN ................................................................................................. 72
B. Saran ................................................................................................................. 73
BAB V. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 75
VI
DAFTAR TABEL
VII
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh Penataan Obat di Apotek Farmarin ......................................... 30
Gambar 2. Tipikal Struktur Organisasi Apotek ..................................................... 33
Gambar 3. Contoh Etiket Obat di Apotek Farmarin .............................................. 57
Gambar 4. Contoh Resep di Apotek Farmarin ...................................................... 59
Gambar 5. Alur Pelayanan Resep Pasien Umum di Apotek Farmarin .................. 61
Gambar 6. Alur Pelayanan Swamedikasi .............................................................. 67
VIII
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Permenkes No. 71 tahun 2013 menyebutkan bahwa salah satu syarat
fasilitas kesehatan primer yang dapat bekerja sama dengan BPJS adalah harus bekerja
sama dengan apotek terlebih dahulu. Di era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) ini
di semua tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pada pasal 1 ayat 5 Permenkes No. 71
tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional dijelaskan
bahwa fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
Masyarakat. Ada beberapa tingkatan fasilitas kesehatan yaitu fasilitas kesehatan primer,
rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama, pelayanan kesehatan rujukan
tingkat lanjutan dan pelayanan kesehatan darurat medis (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Permenkes No.922 tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek.
Sebuah Apotek dikelola oleh seorang Apoteker penanggung jawab yang mempunyai 2
peran besar. Peran besar Apoteker di Apotek seperti yang tertera pada Permenkes No.35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah meliputi pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik
1
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan
serta mengatasi masalah terkait Obat (drug related problems), masalah farmakoekonomi,
standar pelayanan untuk mewujudkan hal tersebut. Apoteker juga harus mampu
mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, Apoteker
juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan obat, melakukan evaluasi, serta
Seorang Apoteker harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan juga
pengalaman untuk dapat melakukan tugas-tugas besar yang telah menjadi tanggungjawab
hanya dapat diperoleh dengan praktek atau terjun langsung ke lapangan. Praktek Kerja
Profesi Apoteker atau yang disebut PKPA adalah salah satu sarana memperoleh
pengalaman sebelum menjadi seorang Apoteker yang benar-benar siap mengabdikan diri.
Kegiatan PKPA menjadi sarana belajar bagi mahasiswa untuk dapat berpartisipasi dalam
masyarakat. Melalui PKPA mahasiswa diharapkan dapat mempelajari secara langsung apa
peran dan tugas seorang Apoteker khususnya dalam pengelolaan Apotek dan pelayanan
menjadi teori yang selalu didapat di bangku perkuliahan. Pelajaran yang dialami langsung
2
oleh mahasiswa Apoteker dapat membentuk pandangan ke depan bagaimana cara ideal
B. Tujuan PKPA
dan tanggung jawab sesuai kode etik profesi, peraturan perundang-undangan, serta
C. Manfaat PKPA
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh calon Apoteker dari kegiatan PKPA di
Apotek.
pasien.
3
4. Mendapatkan pengetahuan aspek administrasi dan perundang-undangan, aspek
Apotek.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK
kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh seorang Apoteker
merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien, berkaitan
dengan sedian farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika) yang bertujuan
untuk mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Standar
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, sehingga bila seorang Apoteker
kefarmasian yang berlaku, bila terjadi kesalahan dalam penggunaan obat, maka
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
bersifat manajaerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
A. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
5
medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan
3. Penerimaan
jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam surat pesanan
4. Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa.
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
d. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO
5. Pemusnahan
6
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
Narkotika atau Psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
6. Pengendalian
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat
nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan.
7
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
1. Pengkajian resep
2. Dispensing
obat.
Informasi obat yang perlu disampaikan pada pasien adalah sebagai berikut; dosis,
8
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat
4. Konseling
terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien.
Pelayanan kefarmasian ini ditujukan bagi pasien lansia atau pasien dengan
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat
yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
9
BAB III
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN
yang lengkap dengan kualitas yang terjamin dan memberikan pelayanan kesehatan
kesehatan tersebut hanya berupa praktik dokter yang berkembang dengan berdirinya
Pada awal mula pendirian sebagai unit usaha, pengelolaan Apotek Farmarin
dilakukan oleh PT. Fajar Mekar Indah (FMI). Mulai 1 September 2009 pengelolaan
Apotek Farmarin diserahkan kepada PT. Fajar Farmatama sebagai induk dari PT.
Fajar Mekar Indah (FMI). Hal ini dilakukan untuk memisahkan pengelolaan di
bidang kesehatan yaitu Apotek Farmarin, PBF PT. Farmarin, dan Bidakara Medical
dikelola oleh PT. Fajar Farmatama. Pengelolaan Apotek dipimpin oleh koordinator
10
kefarmasian serta didukung oleh sarana dan prasarana yang modern dan obat yang
lengkap.
juga telah tersebar di beberapa kota besar di Indonesia selain Jakarta antara lain
Malang, dan Makassar. Kini Apotek Farmarin dipadukan dengan klinik Farmatama
yang menyediakan pelayanan dokter umum dan dokter gigi. Selain itu akan
terjadi karena tempat yang kurang strategis dan jumlah kompetitor yang banyak di
sekitar Apotek. Gedung yang ditempati oleh Apotek Farmarin berstatus sewa dan
terdiri dari dua lantai. Gedung lantai kedua digunakan untuk ruang praktik dokter,
ruang pimpinan PT. Fajar Farmatama cabang Yogyakarta dan kantor Bantuan
Kesehatan Pensiunan (BKP) YKKBI. Kantor BKP yang menjadi satu dengan
serta BKP terutama terhadap masalah standarisasi obat untuk pensiunan BI.
11
bentuk administrasi dan transaksi keuangan Apotek Farmarin harus dilaporakan
kepada PT. Fajar Farmatama dan selanjutnya kepada YKKBI. Apotek Farmarin
memiliki formularium yaitu buku standarisasi obat yang digunakan oleh YKKBI.
Formularium tersebut juga rutin dilakukan evaluasi dan direvisi setiap 3 tahun.
obat-obatan yang lengkap dan kualitas terjamin untuk menghasilkan jasa Apotek
tentang obat serta pengobatan yang benar dan rasional, memberi kesempatan dan
peluang kerja bagi masyarakat, dan mendukung kegiatan usaha PT. Fajar Mekar
Apotek Farmarin merupakan unit bisnis dari PT. Fajar Farmatama sebagai
suatu organisasi bisnis dalam bidang usaha farmasi dan medis. Apotek Farmarin
dan PT. Fajar Farmatama memiliki struktur organisasi yang jelas supaya terdapat
jawab, dan pembagian tugas dan wewenang dari tiap unit kerja atau sub unit yang
12
ada dalam organisasi ini.
dan bertindak sebagai perwakilan Pemilik Sarana Apotek (PSA) Farmarin Cabang
tugasnya mengelola Apotek, APA dibantu oleh Apoteker Pendamping (Aping) dan
tenaga lain seperti Asisten Apoteker (AA), reseptir, pembantu umum, kasir, dan
Apoteker yang bekerja di Apotek Farmarin Yogyakarta baik sebagai APA maupun
a. Sari Utami, S.Si., Apt. sebagai Apoteker Pengelola Apotek pada tahun 2002
c. Wunawar, S.Farm., Apt. sebagai Apoteker Pengelola Apotek pada Maret 2008-
13
sekarang.
wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). SIA adalah surat izin yang diberikan oleh
menteri kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk
SIA ini berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih
aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan pekerjaannya, serta masih
agar izin apotek dapat diperoleh, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan
pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,
milik sendiri atau milik pihak lain. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang
14
a. Memiliki atau menggunakan bangunan ber-IMB (Izin Mendirikan bangunan),
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), dan
SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) untuk apoteker. Fotokopi SIPA, fotokopi
menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik atau sewa atau
kontrak, surat pernyataan dari APA bahwa tidak bekerja tetap pada perusahaan
farmasi lain dan tidak menjadi APA di apotek lain, surat pernyataan pemilik
asli dan fotokopi daftar terperinci alat perlengkapan apotek, akte perjanjian
kerjasama APA dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA), asli dan fotokopi surat
izin atasan (bagi pemohon pegawai negeri anggota ABRI, dan pegawai instansi
Pemerintah).
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Pemilihan lokasi juga harus
jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi apotek.
c. Persyaratan Bangunan
memiliki ruang penerimaan resep, ruang pelayanan resep dan peracikan, ruang
15
penyerahan obat, ruang konseling, ruang penyimpanan, dan ruang arsip. Pada
(d) Ventilasi dan sanitasi yang baik, serta memenuhi persyaratan higienis
satu buah, serta buku lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral POM
16
(f) Kumpulan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan pada
apotek
5.) Perbekalan farmasi, terutama obat, sesuai dengan obat generik dari Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN) untuk Rumah Sakit (RS) tipe kelas C
6.) Apotek juga harus memiliki papan nama. Pada lampiran Form Apt-3
minimal panjang 60 cm dan lebar 40 cm, dengan tulisan hitam di atas dasar
putih. Tinggi huruf minimal 15 cm dan tebal 5 cm. Pada pasal 6 ayat 3
disebutkan bahwa papan nama apotek memuat: nama apotek, nama APA,
Modal merupakan salah satu sarana yang penting dalam mendirikan apotek.
Sumber modal yang digunakan dalam mendirikan apotek, yaitu modal sendiri,
saham umum. Usaha apotek biasanya menggunakan modal dari tabungan pribadi,
investor, dan hutang. Modal yang digunakan di apotek ada dua, yaitu:
a. Modal Operasional, yang berupa aktiva lancar, meliputi kas, wesel tagih,
piutang dagang, uang muka sediaan, persediaan, dan beberapa barang yang
dapat diubah menjadi kas dalam waktu kurang dari satu bulan
17
b. Modal Non Operasional, yang berupa aktiva tetap, meliputi tanah, bangunan,
Modal Apotek Farmarin berasal dari dana yang dikeluarkan oleh Yayasan
Kesejahteraan Keluarga Bank Indonesia (YKKBI). Oleh karena itu, segala data
Pendirian suatu apotek perlu adanya persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut
meliputi lokasi, perizinan, sarana dan prasarana, perbekalan farmasi, serta Sumber
Daya Manusia (SDM). Pendirian suatu apotek juga perlu melakukan studi
kelayakan. Studi kelayakan adalah suatu metode perancangan tentang layak atau
tidaknya untuk dilaksanakan proyek atau pendirian suatu usaha. Studi kelayakan
dalam pendirian suatu apotek adalah kelayakan yang berimbang, baik dari segi
bisnis maupun pengabdian profesi dari suatu apotek. Studi kelayakan memuat
kelayakan memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai basic management tools yang
akan memandu arah perusahaan di masa yang akan dating, serta dokumen wajib
a. Aspek Manajemen
18
Aspek manajemen meliputi strategi manajemen (visi, misi, strategi, program
kerja, SOP) bentuk badan usaha, struktur organisasi, jenis pekerjaan, kebutuhan
lokasi yang akan didirikan apotek tersebut strategis atau tidak. Selain itu, lokasi
operasi, volume operasi, mesin dan peralatan, bahan baku dan bahan penolong,
masa hidup produk, struktur pasar, persaingan dan strategi pesaing, ukuran
d. Aspek Keuangan
Aspek modal dan keuangan, meliputi jumlah modal yang dibutuhkan untuk
mendirikan apotek, sumber modal, alokasi modal, dan proses perputaran uang.
bulan, proyeksi pendapatan dan pengeluaran tahun pertama, perkiraan rugi dan
laba tahun pertama, perhitungan Break Even Point (BEP), Return on Invesment
(ROI), dan Pay Back Periode (PBP), kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi
neraca, proyeksi laba rugi, dan proyeksi aliran kas (cash flow).
19
Apotek Farmarin telah memenuhi persyaratan pendirian apotek. Apotek
Farmarin berlokasi pada bangunan yang disewa oleh PT. Fajar Farmatama,
sehingga sudah memiliki NPWP. APA sudah memenuhi persyaratan dan memiliki
SIA yang masih aktif sampai sekarang. Selain itu, Apotek Farmarin juga memenuhi
persyaratan fisik bangunan, yaitu adanya etalase, alat meracik obat, buku-buku
standar, ventilasi, sanitasi, penerangan yang cukup, serta tersedia ruang tunggu,
farmasi yang dimiliki Apotek Farmarin juga sudah melebihi persyaratan minimal,
yaitu 75% dari DOEN. Perbekalan farmasi di Apotek Farmarin terutama ditujukan
bagi pasien BI yang sudah disusun dalam buku standar (Daftar Standar Obat). Obat
khusus narkotika dan psikotropika di Apotek Farmarin juga sudah disimpan secara
terpisah dengan dua pintu yang terkunci, serta sudah dilengkapi blanko pesanan
obat narkotika dan psikotropika, serta kartu stok obat yang diisi oleh apotekernya.
Papan penanda di Apotek Farmarin juga sudah cukup jelas, mencakup nama
apotek, nama APA, nomor SIA, serta alamat dan nomor telepon apotek.
Aspek lokasi Apotek Farmarin sudah dianggap layak karena jumlah apotek
di sekitar Apotek Farmarin tidak terlalu banyak, cukup dekat dengan laboratorium,
dan berada di kawasan wisata. Namun, Apotek Farmarin hanya dapat dijangkau
dari satu arah jalan saja, sehingga kemungkinan konsumen umum membeli obat
seperti perencanaan kerja dan jumlah komoditas yang diperlukan sudah dilengkapi
20
dengan software, sehingga memudahkan dalam proses pengelolaannya dan mampu
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan
RI, 2016).
a. Perencanaan
dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan untuk mendapatkan jenis dan
sebelumnya. Jadi apoteker harus memantau sediaan farmasi yang paling banyak
keluar di periode sebelumnya dalam menentukan obat apa yang akan dibeli
pada periode sekarang. Selain itu, adanya praktik dokter di Apotek Farmarin
21
juga mempengaruhi perencanaan pemenuhan kebutuhan dengan memperhatikan
menggunakan alat bantu berupa buku defecta dan Sistem Informasi Manajemen
(SIM). Buku defecta memuat daftar barang yang habis atau hampir habis,
beserta jumlah stok yang tersisa. Dengan adanya SIM apotek yang
kebutuhan obat. PBF sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu sole distributor dan sub
sedangkan sub distributor adalah distributor yang mengambil barang dari sole
Farmarin menilai dua kriteria, yaitu legalitas dan service atau pelayanan.
1.) Legalitas
tugas dan kewenangan yang sah secara hokum, sehingga terjamin dalam
22
keberizinan usaha PBF dan legalitas obat yang disediakan oleh PBF
tersebut. Setiap PBF yang resmi memiliki nomor izin usaha yang tercantum
PBF yang dapat mengantarkan barang atau obat sesuai dengan jumlah
satu pihak.
(d) Diskon
memberikan diskon yang lebih besar. Hal ini berkaitan dengan volume
23
pembelian sub distributor ke sole distributor. Pembelian melalui sub
PBF yang dipilih merupakan PBF dengan sistem retur yang mudah.
Hal ini untuk mengantisipasi apotek mengalami kerugian jika ada obat-
pesanan apotek.
b. Pengadaan
terbatas, dan Just in Time (JIT). Proses pengadaan spekulatif berlaku untuk
pada obat fast moving dan obat yang memiliki lead time (waktu tunggu)
akan diadakan. Proses pengadaan terbatas berlaku pada obat yang memiliki
harga mahal, lead time pendek, dan slow moving. Selanjutnya, proses
24
Pemesanan barang di Apotek Farmarin menggunakan Surat Pesanan
diserahkan kepada sales PBF yang berkunjung. SP berisi nomor blangko SP,
nama PBF yang dituju, nama barang dan dosisnya, jumlah barang, tanggal
pemesanan, tanda tangan APA, dan stempel apotek. SP obat dibedakan menjadi
1) SP Regular untuk Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Keras
Satu SP diperbolehkan memuat lebih dari satu jenis obat, SP regular terdiri
dari dua rangkap, lembar asli diserahkan kepada PBF, sementara lembar
Satu SP hanya berlaku untuk satu jenis obat dan satu dosis lazim. SP
narkotik dibuat rangkap lima, satu lembar untuk untuk arsip pembelian
Satu SP diperbolehkan memuat lebih dari satu jenis obat dan dosis lazim
PBF (tembusan ke BPOM) dan satu lembar untuk arsip pembelian apotek.
25
Satu SP diperbolehkan memuat lebih dari satu jenis obat dan dosis lazim
c. Penerimaan
melakukan pengecekan kondisi fisik barang dan kesesuaian barang yang dating
mencocokkan barang yang dating dengan faktur dari PBF, meliputi nama obat,
nomor batch, dan tanggal kadaluarsa atau ED. Jika telah sesuai, kemudian
nomor SIPA atau AA yang disertai dengan nomor STRTTK, dan diberi cap
apotek. Selanjutnya, dua kopi faktur terakhir diambil untuk disimpan oleh
apotek, satu lembar untuk arsip apotek sebagai bukti jika diperlukan (saat retur)
dan satu lembar lagi untuk arsip pembelian yang akan dilaporkan. Faktur dalam
rentang satu bulan disimpan dengan urutan sesuai abjad PBF dan tanggal faktur
daftar SP keluar.
d. Penyimpanan
sehingga saat diberikan kepada pasien akan tetap berkhasiat. Persediaan obat
26
dan alat kesehatan disimpan langsung pada etalase atau rak (lemari) obat
tersendiri untuk gudang yang berfungsi sebagai lemari stok. Tetapi, ada juga
yang disimpan langsung pada etalase atau rak obat tersebut dan di bagian
bawah dari etalase atau rak obat yang berfungsi sebagai lemari stok.
kombinasi, yaitu kombinasi metode alfabetis, bentuk sediaan obat, dan efek
1.) Penataan OTC di etalase yang dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan
(a) Sediaan cair (sirup) untuk antipiretik, obat batuk, dan flu
lainnya
(d) Sediaan cair berupa minyak (minyak kayu putih, minyak telon, minyak
27
(g) Sediaan padat multivitamin (effervescent, tablet hisap, dan lainnya)
(h) Sediaan cair untuk luka (betadin, alkohol) dan alat kesehatan untuk
(j) Alat kontrasepsi (kondom) dan tes kehamilan (test pack) berada di
berdasarkan alphabet
(o) Sediaan padat untuk penambah darah dan suplemen berupa tablet dan
kapsul
(b) Madu, Virgin Coconut Oil (VCO), sari kurma, obat kumur, obat bersih
(d) Lain-lain seperti kapas, tissue, tissue basah, dan pembalut wanita
28
3.) Penataan obat di ruang racik, seperti:
(a) Rak almari untuk obat-obat paten dan branded (obat keras dan
(b) Almari untuk sediaan cair (sirup) obat keras paten dan branded
(c) Rak almari khusus untuk antibiotik paten, branded, dan generik
(d) Almari untuk sediaan padat branded dengan pengemas primer botol
(e) Rak almari untuk sediaan steril, seperti tetes mata, tetes telinga, tetes
berdasarkan alfabetis
(g) Rak almari untuk sediaan semi padat (salep dan krim) obat paten
(h) Almari untuk sediaan cair (sirup dan sirup kering) generik
(i) Rak khusus untuk menyimpan pot, botol, serta cangkang kapsul
kosong
(k) Almari dua pintu khusus terkunci untuk sediaan narkotika diurutkan
secara alfabetis
29
(a) Rak almari untuk sediaan padat paten dan branded yang disusun secara
alfabetis
(b) Rak almari untuk sediaan padat generik yang disusun berdasar
alfabetis
untuk sediaan tablet atau dibendel per bentuk sediaan untuk obat-obat dengan
bentuk sediaan khusus dan sediaan cair (seperti sediaan salep mata, salep kulit,
dan sediaan sirup). Tujuan peletakan kartu stok seperti tersebut di atas adalah
e. Pemusnahan
dan dicari fakturnya sebagai bukti pembelian. Untuk obat hampir kadaluarsa
30
perjanjian yang ada dengan pihak PBF, seperti aturan, cara, serta jangka waktu
Obat OTC dan obat keras yang tidak dapat diretur dan telah ED,
Tahun 2002, yaitu dengan cara dibakar, dipendam, atau dimusnahkan dengan
cara yang memadai, dan dibuat berita acara mengenai pemusnahan tersebut.
Apotek Farmarin sampai saat ini belum pernah melakukan pemusnahan obat
f. Pengendalian
komputerisasi yang dicocokkan dengan kartu stok manual dan stok fisik di
etalase. Stock opname dilakukan setiap akhir bulan agar tidak terdapat deviasi
yang terlalu besar antara jumlah barang yang terdapat di komputer dengan
31
Menurut Permenkes No.35 Tahun 2016, pencatatan dilakukan pada
setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alkes, dan bahan medis habis pakai
(nota atau struk penjualan), dan pencatatan lainnya yang disesuaikan dengan
psikotropika.
semua barang-barang yang ada di apotek tersebut dan membuat laporan yang
pengelolaan kefarmasian.
3. Pengelolaan SDM
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 pasal 4 ayat (1) & (2)
kepada keselamatan pasien dimana sumber daya kefarmasian meliputi sumber daya
32
Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin
yang dilakukan di media cetak dan harus melalui tes lebih dulu, yaitu tes tertulis dan
dan akuntansi serta keimanan. Kandidat yang lolos harus mengikuti tes psikologi
33
Karyawan yang telah dinyatakan lolos seleksi, kemudian dipekerjakan
dengan status uji coba selama 3-6 bulan dan akan dilakukan penilaian dari APA
dengan diketahui oleh kepala cabang terhadap kinerja karyawan tersebut. Bila
selama 1 tahun dengan status telah menjadi pegawai tetap. Selama masa kontrak
tahun pertama, bagi karyawan wanita tidak diperbolehkan untuk hamil dan bagi
karyawan secara umum belum memilki hak untuk mengajukan izin cuti selama 12
hari. Masing- masing karyawan memiliki job description yang jelas yang telah
Jam kerja Apotek Farmarin yaitu senin – minggu serta dibagi menjadi dua
shift yaitu pagi dan sore. Pembagian shift dan ketentuan adalah sebagai berikut:
gaji karyawan di Apotek Farmarin ditentukan oleh PT. Fajar Farmatama. Besarnya
34
gaji disesuaikan dengan posisi pekerjaan, tingkat pendidikan, prestasi kerja, uraian
tugas dan besarnya tanggung jawab. Selain itu, untuk meningkatkan kesejahteraan
Hari Raya (THR), pakaian seragam karyawan, dan bagi karyawan yang telah
bekerja selama satu tahun diberi cuti selama dua belas hari.
4. Administrasi Apotek
a. Administrasi khusus
1) Alat administrasi
35
d) Blanko salinan resep
3) Buku acuan
terbaru 1 buah,
36
memuat data pembelian, penjualan, penerimaan kas, pengeluaran kas, daftar
apotek.
dan keuangan yang dibantu oleh kasir dan dilaporkan kepada APA setiap hari.
a) Laporan Harian
37
penjualan dan data komputer. Jika sesuai maka diberi paraf oleh
APA.
itu berakhir dan data disesuaikan dengan nota penjualan. Data yang
dokter penulis resep, nama pasien, nama dan jumlah obat, harga
obat serta total penjualan dari semua resep yang dilayani dalam satu
hari. Selanjutnya data ini dicek oleh APA dan jika sudah sesuai
b) Laporan Bulanan
Buku kas apotek berisi catatan aliran kas masuk dan keluar apotek
buku kas meliputi pemasukan dari hasil penjualan, bonus dari PBF,
keluar kas antara lain gaji karyawan apotek tiap bulan, pembelian
b. Buku Embalage
apotek setiap harinya dari hasil rekap penjualan selama satu bulan
38
oleh komputer. Selanjutnya embalage ini digunakan untuk biaya
dan lainnya.
Selain itu, data tersebut juga dapat digunakan untuk melihat apakah
e. Laporan Cash-flow
a) Laporan Bulanan
39
Pelaporan dilakukan tiap tanggal 6 pada bulan berikutnya ke kantor PT
apotek.
Merupakan laporan yang berisi berapa jumlah uang apotek yang ada
dilakukan oleh BI, YKKBI, Yakes Mandiri, dan PT. Pos Indonesia.
Laporan ini merupakan laporan yang berisi jumlah kas apotek serta
pajak
40
e. Laporan tagihan pembayaran biaya pengobatan kepada Bank
kepada kantor pajak jika pajak keluar lebih besar dari pada pajak
obat.
tiap bulan.
41
i. Penjualan Pencatatan penjualan resep, OTC dan komoditas lain
secara manual.
tersebut.
b) Laporan Tahunan
42
SPT berisi tentang penghitungan atau pembayaran pajak yang
c. Inventarisasi
barang, spesifikasi, kode barang, jumlah barang, harga per unit, dan
b. Administrasi umum
43
5. Perpajakan Apotek
berbadan hukum dan telah dikukuhkan sebagai 42 Pengusaha Kena Pajak (PKP).
iuran yang wajib dibayarkan kepada negara berdasarkan pada hukum yang berlaku.
Dasar hukum tentang perpajakan di Indonesia adalah UU RI No. 6 tahun 1983 yang
a. Pajak Negara
Pajak penghasilan dikenakan kenakan kepada orang pribadi atau badan atas
Istilah 'final' di sini berarti bahwa, jenis pajak ini harus diselesaikan /
lunas dalam masa pajak yang sama seperti mereka diterima, dan tidak
perlu dilaporkan lagi pada akhir tahun pajak. Pemotongan pajak final
b) PPh Pasal 21
44
Besarnya PPh 21 dihitung berdasarkan penghasilan netto dikurangi
c) PPh Pasal 22
termasuk PPN dan tidak final. PPh Pasal 22 adalah bentuk pemotongan
45
umumnya, PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang
d) PPh Pasal 25
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus
sebesar PPh yang terutang pajak tahun lalu, yang dikurangi dengan:
pasal 17 ayat (1) bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi
46
yang dipungut sesuai pasal 22 (pungutan 100% bagi yang tidak
memiliki NPWP)
boleh dikreditkan sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan
PPN yang berlaku untuk Apotek adalah PPN untuk obat-obatan dan
alat kesehatan termasuk dalam barang kena pajak. Apabila pajak keluaran
lebih besar dari pajak pemasukan maka Apotek wajib untuk membayar
47
berlaku untuk dua bulan berikutnya, walaupun pajak pemasukan masih
dapat dilakukan untuk menutup pajak keluaran dua bulan berikutnya. Tarif
barang dari PBF. Pajak keluaran adalah pajak yang dikenakan kepada
berdasarkan nilai pembelian obat dari Apotek. PPN yang telah dihitung
Kantor Pelayanan Pajak paling lama akhir bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir.
b. Pajak Daerah
yang saat ini digunakan sebagai tempat usaha. Besar nilai pajak
48
fasilitas untuk layanan hantar Apotek. Pajak kendaran bermotor merupakan
bermotok.
3) Pajak Reklame
Pajak reklame termasuk pajak daerah kabupaten/kota yang besar nilai pajak
setiap satu tahun sekali. Pajak reklame dikenakan atas papan reklame
bertuliskan Apotek Farmarin dan Nama Dokter Praktik yang terletak di sisi
jalan.
bahan medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau, serta
menjamin bahwa apotek telah mengikuti standar pelayanan kefarmasian yang telah
a. Mutu Manajerial
49
metode evaluasi yang dapat dilakukan untuk menentukan mutu manajerial,
antara lain:
1) Audit
(a) Audit sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
2) Review
3) Observasi
50
Observasi dilakukan oleh apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap
tertera pada kemasan obat, yaitu pada suhu ruangan dan suhu dingin.
misalnya pencatatan pada kartu stok dan pemesanan obat pada buku
defekta.
1.) Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero defect dari medication error
51
Apotek Farmarin belum sepenuhnya melaksanakn evaluasi mutu pelayanan
secara langsung. Mutu pelayanan yang tercermin dari kepuasan pasien hanya dapat
diamati secara tidak langsung yang mana sebagian konsumen konsumen yang telah
pasien terlalu lama menunggu obat dan secara langsung dapat diatasi dengan
memberikan jasa layanan antar obat dana tau memberi penjelasan kepada pasien.
7. Pengembangan Apotek
dan aspek pelayanan farmasi. Kedua aspek ini dikendalikan oleh Apoteker
Pengelola Apotek dan harus berjalan seimbang dan selaras. Serangkaian strategi
dilakukan oleh Apotek Farmarin dalam mengembangkan Apotek Farmarin baik dari
segi bisnis maupun segi pelayanan kefarmasian. Beberapa strategi tersebut antara
lain:
a. No Pharmacist, No Service
dibagi dalam 2 shift kerja sehingga setiap pelayanan kefarmasian selalu dilayani
oleh Apoteker
52
Pilihan obat yang beragam dan lengkap serta stok obat yang terjaga dan juga
harga yang kompetitif membuat Apotek Farmarin menjadi apotek pilihan dan
terpercaya.
c. Diversifikasi Bisnis
Apotek Farmarin tidak hanya menjual obat-obatan saja. Apotek Farmarin juga
instansi tersebut.
e. Praktek dokter
langsung. Praktek dokter ada pada jam-jam tertentu yang telah disepakati
Apotek Farmarin tetap buka pada hari Sabtu dan Minggu disaat banyak apotek
tutup. Hal ini memudahkan masyarakat yang ingin membeli kebutuhan obat
Farmarin.
53
Apotek Farmarin menerima pasien penerima manfaat asuransi “AdMedika”
dan algoritma penyakit. Selain itu Apotek Farmarin juga menyediakan layanan
berikut:
a. Kajian administrasi, meliputi nama dokter, Surat Izin Praktek (SIP), alamat,
nomor telepon dokter, paraf dokter tiap R/, nama pasien, umur pasien, jenis
c. Kajian klinis, meliputi ketepatan indikasi dan dosis, aturan pakai, cara
54
yang tidak digunakan (alergi, efek samping, manifestasi klinis lain),
Jika terdapat ketidaksesuaian dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, maka
a. Penyiapan
sesuai dengan resep dan mengambil obat yang dibutuhkan pada rak
penyimpanan obat dengan memberikan nama obat, dosis obat, dan tanggal
pengambilan obat dari rak penyimpanan obat, kecuali obat narkotika dan
psikotropika.
dosis, jenis, dan jumlah obat yang dibutuhkan. Mahasiswa PKPA diberi
55
Peracikan obat yang sering dilakukan adalah dalam bentuk kapsul dan semi
padat.
3) Pemberian Etiket
Terdapat tiga jenis jenis etiket yang terdapat di Apotek Farmarin, yaitu
kantong plastik klip dengan cetakan tinta warna putih pada keterangan
apotek dan apotek dan background warna putih pada keterangan obat dan
nama pasien (untuk obat dalam jadi: tablet, kaplet, dan kapsul), etiket
kertas berwarna putih (untuk obat dalam: cairan) dan etiket kertas berwarna
biru (untuk obat luar: semi padat). Etiket harus ditulis dengan jelas dan
Nomor SIPA & SIA; tanggal pengambilan obat; nama pasien, aturan pakai,
menulis dan menempel etiket pada sediaan yang sesuai. Plastik klip dengan
cetakan tinta warna putih untuk obat jadi dengan sediaan padat. Etiket
warna putih ditempelkan pada sediaan cair, sedangkan etiket warna biru
56
Gambar 3. Contoh Etiket Obat di Apotek Farmarin
4) Pengemasan Obat
Untuk sediaan obat jadi dalam (tablet, kapsul, dan kaplet) dimasukkan ke
kantong plastik klip dengan cetakan tinta warna putih pada keterangan
apotek dan apotek dan background warna putih pada keterangan obat
b. Penyerahan
57
Merupakan kegiatan penyerahan obat yang dilakukan oleh apoteker
kembali mengenai kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep dalam hal
warna etiket, penulisan nama pasein, cara penggunaan, serta jenis dan jumlah
dipanggil dan memeriksa ulang identitas pasien. Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien, keluarga pasien, atau
kerabat pasien.
obat dan hal-hal yang terkait dengan obat, antara lain manfaat obat, makanan
dan minuman yang diperbolehkan dan yang harus dihindari, kemungkinan efek
58
Gambar 4. Contoh Resep di Apotek Farmarin
dan reser pasien kerjasama. Resep pasien kerjasama terdiri dari resep pasien
pengkajian resep dan dispensing tidak terdapat perbedaan terhadap semua resep.
59
Berikut merupakan alur pelayanan resep yang sesuai dengan masing-masing
kategori resep.
Alur pelayanan resep untuk pasien umum diawali dengan penerimaan resep dari
pasien, kemudian dilakukan skrining resep oleh apoteker atau Asisten Apoteker
yang meresepkan dan pasien. Resep yang telah melalui skrining resep akan
disesuaikan dengan ketersediaan dan jumlah stok obat yang diperlukan untuk
peracikan resep tersedia, maka resep akan diberi harga dan dilakukan
RI, 2016).
60
Gambar 5. Alur Pelayanan Resep Pasien Umum di Apotek Farmarin
Pelayanan resep ini berlaku untuk suami, istri, dan tiga anak yang
Apotek Farmarin, satu lembar formulir berlaku untuk satu lembar resep.
61
administrasi yang berupa kartu YKKBI dan buku kesehatan pensiunan
milik pasien. Buku ini dibawa oleh pasien saat melakukan pemeriksaan ke
bekerja sama dengan apotek (Buku Standar Obat YKKBI). Obat pada resep
yang masuk standar dilayani secara kredit/ piutang yang akan ditagihkan
pada instansi terkait pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan
perjanjian. Bila terdapat obat dalam resep yang di luar standar, dapat
a.) Jika ada obat pengganti dengan zat aktif yang sama, maka pasien
b.) Jika obat dengan zat aktif tidak masuk dalam standar obat, maka
penulis resep. Terdapat pembatasan jumlah obat dalam satu lembar resep,
yaitu maksimal lima R/ obat untuk resep dari dokter umum dan tujuh R/
obat untuk resep dari dokter spesialis dengan ketentuan dua diantaranya
62
harus obat generik, namun tidak ada batasan nominal harga resep. Jika
tanggal 16, 17, atau 18 pada bulan tersebut dan penagihan untuk resep
tanggal 16-30 atau 31 dilakukan setiap tanggal satu, dua, atau tiga pada
tiga anak yang maksimal berumur 25 tahun, belum bekerja, dan belum
YKKBI, sehingga semua obat yang tertulis pada resep dapat ditanggung
oleh BI, kecuali susu, kosmetika, balsam, fitofarmaka, dan minyak gosok
(obat yang tidak ada zat aktifnya), biayanya dibebankan kepada pasien.
Pada pasien BI tidak ada batasan nominal harga resep ataupun jumlah obat
tiap resep.
63
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Apotek, Pelayanan Informasi Obat (PIO) termasuk dalam pelayanan farmasi klinik
yang harus diterapkan di apotek. PIO merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
pemberian informasi obat termasuk untuk obat resep, non resep, obat bebas, dan
herbal.
PIO diberikan saat apotek buka di pagi hari hingga malam hari. Apotek Farmarin
membagi layanan PIO menjadi dua, yaitu PIO untuk obat resep, PIO untuk obat non
resep. Untuk obat resep, PIO yang diberikan sebagian besar berkaitan dengan
yang menyerahkan obat sering melakukan cross check terkait hal – hal yang esensial
pengetahuan pasien. Kegiatan PIO dilakukan oleh Apoteker atau Asistan Apoteker
yang bertanggungjawab pada saat itu. Secara garis besar, komponen informasi obat
yang diberikan meliputi nama obat, dosis, sediaan, indikasi, cara penyimpanan,
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui. Cara pemberian informasi obat
64
disampaikan melalui komunikasi yang baik, seperti Apoteker memilih kata-kata
Pasien dapat terhindar dari cara penggunaan obat yang tidak benar, interaksi obat
yang tidak dikehendaki, dan penggunasalahan sehingga obat dapat bekerja sesuai
pasien dengan obat non resep. Hal ini disebabkan karena sebagian besar obat resep
dimiliki oleh pasien rutin yang telah mendapatkan informasi obat di awal
pengobatannya. Tidak ada ruang khusus untuk melakukan PIO. Kegiatan PIO di
apotek, meliputi:
sesuai dengan aturan yang berlaku. Apoteker melayani pertanyaan pasien baik yang
disampaikan secara lisan maupun tulisan melalui tatap muka langsung, telepon, atau
online.
a. Konseling
65
Konseling merupakan pelayanan farmasi klinis berupa pemberian
edukasi dan intervensi penggunaan obat kepada pasien tertentu. Sesuai dengan
geriatri, pasien pedriatri gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui;
pasien dengan penggunaan obat khusus seperti suppositoria, ovula, tetes telinga,
tetes mata, dan salep mata; pasien rujukan dokter serta pasien dengan
besar pasien sudah cukup mengerti mengenai fungsi dan cara penggunaan dari
obat- obatan yang diterimanya, karena sebagian besar merupakan pasien resep
informasi terkait obat- obatan tersebut yang meliputi nama obat, kandungan/zat
aktif obat, fungsi/indikasi obat, cara penggunaan, jumlah obat yang diterima
b. Swamedikasi
66
Pengobatan sendiri/swamedikasi merupakan upaya masyarakat
masyarakat, seperti batuk, influenza, sakit maag, diare, demam, nyeri, pusing,
baik. Sebagian besar pasien Apotek Farmarin yang datang tanpa resep terlebih
mengalami keluhan tersebut, dan pengobatan yang sudah dilakukan baik obat
67
tradisional maupun obat modern. Selanjutnya apoteker memberikan beberapa
alternatif obat yang bisa digunakan dan tersedia di Apotek Farmarin sehingga
pasien bisa memilih obat mana yang akan digunakan. Selain memberikan
c. Dokumentasi PMR
Dokumen PMR bersifat rahasia dan hanya boleh ditulis serta disimpan oleh
1) Data pasien, meliputi nama pasien, jenis kelamin, alamat, nomor telepon,
dokter yang melakukan pemeriksaan, kasus yang terjadi, terapi obat yang
RI, 2008)
68
Dokumentasi tersebut hanya dilakukan untuk pasien YKKBI karena pasien
YKKBI (pensiunan pgawai BI). Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat
pengobatan
69
Pelayanan yang diberikan Apoteker merupakan pemberian informasi obat
dan penyakit, menanyakan kondisi pasien dan sebagainya. Oleh karena itu,
tahun 2015 sampai saat ini dihentikan karena alasan biaya operasional yang cukup
besar dan tenaga Apoteker yang kurang memadai di Apotek sehingga kegiatan
pelayanan KIE atau konseling via telefon dengan cara merekap nomor telfon semua
pasien.
70
f. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang merugikan
(Anonim, 2014).
buku pegangan pasien YKKBI dan database tiap pasien di komputer. Mayoritas
pasien Apotek Farmarin yang masuk dalam kriteria untuk dipantau terapi obatnya
YKKBI dan database tiap pasien di komputer dapat dipantau obat apa saja yang
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
a. Mengidentifikasi obat dan pasien yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami
71
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Apotek Farmarin memiliki sarana, prasarana, dan manajemen yang cukup baik
2. Calon Apoteker mendapatkan gambaran secara nyata dalam pelaksanaan tugas dan
kewajiban Apoteker sesuai kode etik profesi dan peraturan perundang- undangan
di Apotek.
(MESO). Hal ini dilakukan agar pengobatan pasien mencapai outcome terapi
yang diharapkan.
72
a. Pengadaan logistik di Apotek Farmarin berdasarkan formularium (buku
standarisasi obat) melalui PBF sole distributor maupun sub distributor dengan
time dengan melihat jumlah obat yang tersisa berdasarkan metode konsumsi
e. Pengeluaran obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus
f. Pengendalian obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan
Terapi Obat (PTO) sudah dilakukan di Apotek Farmarin, akan tetapi belum ada
B. Saran
73
2. Perlu adanya penandaan obat LASA (Look Alike and Sound Alike) untuk
74
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Hukum dan HAM RI, 2008. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Peubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, Kementrian Hukum dan HAM Republik
Indonesia, Jakarta