Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

APOTEK KIMIA FARMA

DISUSUN OLEH :

MAVITA AYU RETNANI

NIM.30320035

PROGAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

APOTEK KIMIA FARMA

PEMBIMBING PKL PEMBIMBING LAPANGAN

(apt. Krisna Kharisma P., M.Sc.,) (apt. Siti Bahrina Ilmi, S.Farm.)

KETUA PROGAM STUDI DEKAN

(apt. Dewy Resty Basuki, M.Farm.,) (apt. Evi Kurniawati, M.Farm.,)

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma. Laporan ini penulis

susun untuk memberikan informasi mengenai kegiatan Praktik Kerja Lapangan

yang penulis lakukan di Apotek Kimia Farma.

Kegiatan yang penulis lakukan mengenai pelayanan kefarmasian sehingga

penulis mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Apotek. Semoga laporan

ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pelayanan kefarmasian dan

dapat menumbuhkan rasa semangat untuk terjun ke dunia kerja bidang farmasi.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan kegiatan Praktik Kerja

Lapangan di Apotek, rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan

kepada :

1. Dra. Ec. Lianawati., M.B.A selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti

Wiyata Kediri.

2. Prof. Dr. apt. Muhamad Zainuddin selaku Rektor Institut Ilmu

Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan

kepada kami untuk menyelesaikan pendidikan.

3. Ibu apt. Evi Kurniawati, M.Farm., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

4. Ibu apt. Dewy Resty Basuki, M.Farm., selaku Ketua Prodi D3 Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

iii
5. Ibu apt. Krisna Kharisma P., M.Sc., selaku Pembimbing PKL di

Apotek Kimia Farma Trenggalek.

6. Ibu apt. Siti Bahrina Ilmi, S.Farm. selaku Apoteker Pengelola Apotek

Kimia Farma Trenggalek.

7. Para TTK dan SPG yang telah membimbing dan membantu

mengarahkan selama PKL di Kimia Farma Trenggalek.

8. Orang tua dan keluarga yang dengan ikhlas mendoakan

terselesaikannya laporan ini.

9. Dan kepada pihak-pihak lain yang turut membantu penulis dalam

melaksanakan kegiatan PKL yang telah memberikan dukungan,

semangat, informasi, dan pengetahuan.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan Laporan Praktik

Kerja Lapangan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik serta saran yang

membangun supaya laporan ini dapat diperbaiki dengan sebaik-baiknya di masa

yang akan datang.

Demikianlah laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini penulis buat,

mohon maaf jika masih terdapat kesalahan kata atau penulisan maupun

kekurangan dalam laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini. Akhir kata penulis

ucapkan terima kasih.

Trenggalek, 23 Maret 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKL)................................................1

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)............................................................. 1

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL)........................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

A. Tinjauan Umum Apotek....................................................................................3

B. Fungsi dan Peranan Apotek...............................................................................3

C. Starndar Pelayanan Kefarmasian Apotel...........................................................5

BAB III KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN.....................................11

A. Sejarah Berdirinya Kimia Farma.......................................................................11

B. Tujuan dan Fungsi.............................................................................................11

v
C. Visi dan Misi..................................................................................................... 13

D. Lokasi Apotek Tempat PKL..............................................................................13

E. Pengelola Apotek.............................................................................................. 13

F. Struktur Organisasi dan Personalia................................................................... 14

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................20

A. Hasil PKL..........................................................................................................20

B. Evaluasi............................................................................................................. 23

C. Masalah dan Hambatan..................................................................................... 23

D. Alternatif Pemecahan Masalah..........................................................................24

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan PKL..................................... 24

BAB V PENUTUP....................................................................................................25

A. Kesimpulan........................................................................................................25

B. Saran..................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................27

LAMPIRAN..............................................................................................................28

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Tantangan dunia kerja khususnya di bidang kesehatan menurut

Pendidikan vokasi untuk menghasilkan lulusan siap kerja dengan daya saing

tinggi, yang didukung oleh kualitas Pendidikan dan Latihan kerja yang

diterapkan selama masa perkuliahan. Salah satu faktor kesiapan lulusan

dalam bersaing didunia kerja adalah kompetensi dan pengalaman serta

wawasan saat terlibat langsung dalam praktek kerja lapangan.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) sangat memberi manfaat dan

berperan bagi mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang

didapat selama mengenyam pendidikan di Akademi Farmasi. Kegiatan

praktek ini sebagai penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan

kefarmasian sehingga mahasiswa di harapkan terampil dalam bidang

kefarmasian di apotek sehingga setiap bagian dari kegiatan praktek kerja

lapangan tersebut berguna bagimahasiswa Akademi Farmasi dan memberikan

pengalaman dalam mengetahui dan memahami tugas sebagai Ahli Madya

Farmasi di Apotik. Mahasiswa yang telah lulus dari Akedemi Farmasi dengan

gelar Ahli Madya Farmasi (D3 Farmasi) diharapkan mampu untuk memenuhi

pelayanan kesehatan secara umum dan pemberian konsultasi, informasi (KIE)

keapada masyarakat dengan optimal, khususnya dibidang farmasi.

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017

Tentang Apotek dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016

1
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Dalam Permenkes

tersebut juga menjelaskan bahwa Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga

yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang

terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analisis Farmasi.

Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 dan Nomor 9 Tahun 2017 menjadi

landasan dalam pengembangan PKL mahasiswa Program Studi D3 Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kedri.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di Apotek Kimia

Farma bertujuan untuk :

1. Mengetahui pelayanan kefarmasian, pengadaan obat, pengelolaan

obat, dan pelayanan pembekalan farmasi di apotek yang meliputi

manajerial, dan klinis pelayanan kesehatan, serta komunikasi,

informasi, edukasi sehingga diharapkan dapat memahami peran Ahli

Madya Farmasi di apotek.

2. Mengetahui pelaksanaan pelayanan kefarmasian khususnya konsultasi

dan konseling di Apotek Kimia Farma.

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Praktik Kerja Lapangan ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

a. Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan berupa teori yang

didapat di Akademi yang digunakan di dalam kegiatan Praktik

Kerja Lapangan mengetahui pelaksanaan pelayanan kefarmasian di

Apotek Kimia Farma.

2
b. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di apotek,

untuk dijadikan gambaran dan pembelajaran bagi mahasiswa dan

menghadapi dinamika lapangan kerja kemudian hari.

2. Bagi Institusi

a. Dapat menjadi tolok ukur pencapaian kinerja program studi

khususnya untuk mengevaluasi hasil pembelajaran oleh instansi

tempat PKL.

b. Dapat menjalin kerjasama dengan instansi tempat PKL.

3. Bagi Apotek Kimia Farma

Adanya mahasiswa yang melakukan kegiatan Praktik Kerja

Lapangan diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan

kualitas yang lebih baik dalam pelayanan kefarmamasian di Apotek

Kimia Farma.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

praktik kefarmasian oleh Apoteker. Dalam menjalankan pekerjaan

kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian yang

bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin

kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan

masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka

keselamatan pasien (PerMenKes No. 73, 2016). Menurut kemenkes RI

tentang Perubahan Permenkes No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan

apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan

kefarmasian, jasa perbekalan farmasi kepada masyarakat.

B. Fungsi dan Peranan Apotek

Tugas dan peranan apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 51

tahun 2009 sebagai berikut :

1. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan Apoteker.

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan

farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan

kosmetika.

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,

4
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan

obat tradisional.

C. Organisasi Apotek

Pengorganisasian di Apotik merupakan sebuah proses menciptakan

hubungan antara pekerjaan kefarmasian , SDM dan sarana ( investasi tetap

dan investasi tidak tetap , pembekalan farmasi ) agar semua pekerjaan yang

dilakukan bermanfaat serta terarah pada suatu tujuan. Berdasarkan PP no 51

Tahun 2009 (Apoteker)

a. Tugas

1. Melakukan pekerjaan kefarmasian (pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan, dan pendistribusi atau penyaluranan obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional).

2. Membuat dan memperbaharui SOP (Standard Operational

Procedure) diindustri farmasi.

3. Harus memenuhi ketentuan cara distribusi yang baik saat

melakukan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran

sediaan farmasi, termasuk pencatatan segala sesuatu yang berkaitan

dengan proses distribusi atau penyaluran sediaan farmasi.

5
4. Apoteker wajib menyerahkan obat keras, narkotika, dan

psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Peran

1. Sebagai penanggung jawab di industri farmasi pada bagan

pemastian mutu (Quality Assurance), produksi, dan pengawasan

mutu (Quality Control).

2. Sebagai penanggung jawab Fasilitas Pelayanan Kefarmasian yaitu

di Apotek, di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), puskesmas,

klinik, toko obat, atau praktek bersama.

3. Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik

yangsama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain

ataspersetujuan dokter dan/atau pasien.

4. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas

pelayanankefarmasian, apoteker dapat mengangkat seorang

Apoteker pendampingyang memiliki SIPA.

c. Tanggung Jawab

1. Melakukan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) di apotek

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sediaan farmasi

dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan

masyarakat, juga untuk melindungi masyarakat dari bahaya

penyalahgunaan atau penggunaan sediaan farmasi yang tidak

tepat dan tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan

kemanfaatan. Pelayanan kefarmasian juga ditujukan pada perluasan

6
dan pemerataan pelayanan kesehatan terkait dengan penggunaan

farmasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

2. Menjaga rahasia kefarmasian di industri farmasi dan di apotek

yangmenyangkut proses produksi, distribusi dan pelayanan dari

sediaan farmasi termasuk rahasia pasien.

3. Harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB) yangditetapkan oleh Menteri dalam melakukan pekerjaan

kefarmasian dalamproduksi sediaan farmasi, termasuk di dalamnya

melakukan pencatatansegala sesuatu yang berkaitan dengan proses

produksi dan pengawasan mutu sediaan farmasi pada fasilitas

produksi sediaan farmasi.

4. Tenaga kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian

padafasilitas produksi sediaan farmasi harus mengikuti

perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi di bidang produksi

dan pengawasan mutu.

5. Menerapkan standar pelayanan kefarmasian dalam menjalankan

praktikkefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian.

6. Wajib menyelenggarakan program kendali mutu dan kendali biaya,

yangdilakukan melalui audit kefarmasian.

7. Menegakkan disiplin dalam menyelenggarakan pekerjaan

kefarmasian yang dilakukan sesuai dengan ketentuan aturan

perundang- undangan.

C. Program Pokok Apotek

1. Pelayanan Resep

7
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer

73 Tahun 20016 Tentang Apotek, pelayanan Resep dimulai dari

penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat,

pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap

alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan

pemberian Obat (medication error). Tahapan pelayanan resep dokter

meliputi :

a. Penerimaan Resep Dokter. Pasien datang ke Apotek dengan

membawa resep dari Dokter kemudian diserahkan kepada Apoteker

Penanggung jawab setelah itu dilakukan skrining resep dengan cara

memperhatikan dari kop resep, tanggal penulisan resep, tanda

tangan atau paraf dokter jika dalam resep tercantum obat Narkotika

atau Psikotropika, dan melihat apakah obat yang tercantum dalam

resep jumlahnya rasional atau tidak.

b. Peracikan obat. Sebelum dilakukan peracikan Apoteker atau

Asisten Apoteker melakukan penghitungan jumlah obat terlebih

dahulu kemudian mengambil obat yang dibutuhkan dengan jumlah

yang sesuai dan melakukan pemberian etiket. Peracikan dilakukan

setelah obat disiapkan semua dan etiket sudah sesuai dengan resep

kemudian dilakukan peracikan obat.

c. Pengetiketan obat. Etiket harus jelas, mudah dibaca dan memuat

informasi yang dibutuhkan pada pasien. pengetiketan untuk setiap

barang/obat sesuai dengan signa dalam resep tersebut, etiket

8
berwarna biru untuk obat-obat luar seperti salep, tetes mata,

suppositoria, dll. Sedangkan etiket berwarna putih untuk obat-obat

oral seperti tablet, sirup, kaplet, dll.

d. Pemeriksaan obat. Setelah pengerjaan resep selesai dilakukan

pemeriksaan secara keseluruhan sebelum diserahkan ke pasien

meliputi, bentuk sediaan obat, jumlah obat, kelengkapan etiket

(tanggal penulisan resep, no resep, nama pasien, aturan pakai,

nama obat, jumlah obat).

e. Penyerahan obat. Penyerahan kepada pasien dengan tahapan :

1. Pasien dipanggil sesuai nama dan alamat untuk menghindari

terjadinya kesalahan penyerahan obat jika kebetulan ada pasien

dengan nama yang sama.

2. Penyerahan obat disertai dengan KIE oleh Apoteker atau

Asisten Apoteker.

Berdasarkan KepMenkes No. 1027/Menkes/sk/IX/2004, standar

pelayanan kefarmasian di apotek meliputi :

a. Pelayanan resep.

Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

1. Persyaratan administratif :

a. Nama, SIP dan alamat dokter.

b. Tanggal penulisan resep.

c. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.

d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat

badan pasien.

9
e. Nama obat, potensi, dosis, jumlah minta.

f. Cara pemakaian yang jelas.

g. Informasi lainnya.

2. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan,dosis, potensi,

stabilitas obat, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

3. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping,

kesesuaian (dosis,durasi,jumlah obat dan lain-lain).

b. Penyiapan obat

1) Peracikan adalah kegiatan yang dilakukan seperti

menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan

memberi etiket pada wadah. Dalam melakukan peracikan

obat harus membuat prosedur tetap dengan

memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat dan penulisan

etiket dengan benar.

2) Etiket sendiri harus jelas penulisannya dan dapat dibaca.

3) Kemasan obat yang diserahkan kejuaraan dikemas dengan

rapi dalam kemasan yang sesuai dengan sediannnya

sehingga terjaga kualitas obatnya.

4) Penyerahan obat kepada pasien terlebih dahulu melewati

pemeriksaan kesesuaian obat dengan resep. Dan

penyerahan obat dilakukan oleh apoteker langsung.

5) Informasi obat yaitu memberikan informasi yang benar,

jelas dan mudah dipahami. Informasi terkait cara

pemakaian obat, penyimpanan obat, jangka waktu

10
pengobatan, aktifitas serta makanan dan minuman yang

harus dihindari selama terapi.

6) Konseling kepada pasien untuk memberikan edukasi

terkait terapi yang sedang dijalani, sehingga meningkatkan

kualitas hidup pasien dan terhindar dari bahaya bahaya

sediaan farmasi serta edukasi kesehatan lainnya.

7) Pemantauan penggunaan obat dilakukan untuk memantau

penggunaan obat, terutama untuk pasien yang memerlukan

perhatian khusus seperti diabetes, TBC, kardiovaskuler,

dan penyakit kronis lainnya.

Sarana dan prasarana apotek yang ditetapkan dalam KepMenKes

No.1027/Menkes/SK/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

apotek menyebutkan bahwa sebuah apotek harus memiliki :

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

b. Tempat untuk menampilkan informasi bagi pasien, termasuk

penempatan brosur.

c. Ruang tertutup untuk konseling bagi pasien, yang dilengkapi

dengan meja dan kursi serta lemari untuk catatan menyimpan

obat-obatan pasien

d. Ruang racikan.

e. Keranjang sampah.

2. Pelayanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor

a. Pengelolaan Narkotika

Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk

11
menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut.

Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek meliputi :

1. Pemesanan Narkotika

Pemesanan sediaan narkotika menggunakanSurat Pesanan

Narkotik yangditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek

(APA). Pemesanan dilakukan ke PT. Kimia Farma Trade and

Distribution (satu satunya PBF narkotika yang legal di

indonesia)dengan membuat surat pesanan khusus narkotika

rangkap empat. Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar

salinan Surat Pesanan diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi

yang bersangkutan sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan

sebagai arsip di apotek, satu surat pesanan hanya boleh memuat

pemesanan satu jenis obat (item) narkotik misal pemesanan

pethidin satu surat pesanan dan pemesanan kodein satu surat

pesanan juga, begitu juga untuk item narkotika lainnya.

2. Penerimaan Narkotika

Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA

atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan

menandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya dilakukan

pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan

pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang

dipesan.

3. Penyimpanan Narkotika

12
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek

disimpan pada lemari khusus yang terbuat dari kayu (atau bahan

lain yang kokoh dan kuat) yang ditempel pada dinding, memiliki 2

kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu, satu untuk pemakaian

sehari hari seperti kodein, dan satu lagi berisi pethidin, morfin dan

garam garamannya. Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak

diketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh Asisten

Apoteker yang bertugas dan penanggung jawab narkotika.

4. Pelayanan Narkotika

Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari resep

asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek itu sendiri yang

belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek

tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau

pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika

yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis merah di

bawah obat narkotik.

5. Pelaporan Narkotika

Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan.

Laporan penggunaan obat narkotika di lakukan melalui online

SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten

apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan narkotika

dan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data terinput data

tersebut di import (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan

13
berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk

bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan,

satuan, persediaan awal bulan), pasword dan username didapatkan

setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.

6. Pemusnahan Narkotika

Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :

a. APA membuat dan menandatangani surat permohonan

pemusnahan narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika

yang rusak atau tidak memenuhi syarat.

b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA

dikirimkan ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan.

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan akan menetapkan

waktu dan tempat pemusnahan.

c. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari

APA, Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala

Suku Dinas Kesehatan Kabutapten/Kota setempat.

d. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita

Acara Pemusnahan yang berisi :

 Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya

pemusnahan.

 Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

 Cara pemusnahan

14
 Petugas yang melakukan pemusnahan

 Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek

Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan :

 Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

 Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

DKI Jakarta.

 Arsip apotek.

b. Pengelolaan Psikotropika

Selain pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika

juga diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan

untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat

tersebut. Pelaksanaan pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi:

1. Pemesanan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap

diperbolehkan lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan,

boleh memesan ke berbagai PBF.

2. Penerimaan Psikotropika

Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA

atau dilakukan dengan sepengetahuan APA.Apoteker akan

menandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya dilakukan

pencocokan dengan surat pesanan. Padasaat diterima dilakukan

pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah Psikotropika yang

15
dipesan.

3. Penyimpanan Psikotropika

Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang

terbuat dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari

tersebut mempunyai kunci (tidak harus terkunci) yang dipegang

oleh Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab yang diberi

kuasa oleh APA.

4. Pelayanan Psikotropika

Apotek hanya melayani resep psikotropika dari resep asli

atau salinan resep yang dibuat sendiri oleh Apotek yang obatnya

belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek

tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep atau

pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.

5. Pelaporan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap

bulannya melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan

Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya menginput data

penggunaan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data

terinput data tersebut di import. Laporan meliputi laporan

pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor

urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan).

pasword dan username didapatkan setelah melakukan registrasi

pada dinkes setempat.

16
6. Pemusnahan Psikotropik

Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara

pemusnahan narkotika.

c. Pengelolaan Prekursor

1. Pengadaan prekursor

a. Pengadaan Prekursor dilakukan melalui produksi dalam negeri

dan impor. Prekursor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya dapat digunakan untuk tujuan industri farmasi, industri

non farmasi, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

b. Alat-alat potensial yang dapat disalahgunakan dalam

pengadaan dan penggunaan Prekursor sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh menteri dan/atau menteri

terkait sesuai dengan kewenangannya.

2. Peredaran prekursor

a. Prekursor untuk industri non farmasi yang diproduksi dalam

negeri hanya dapat disalurkan kepada industri non farmasi,

distributor, dan pengguna akhir.

b. Prekursor untuk industri non farmasi yang diimpor hanya

dapat disalurkan kepada industri non farmasi, dan pengguna

akhir.

c. Prekursor untuk industri farmasi hanya dapat disalurkan

17
kepada industri farmasi dan distributor.

d. Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi, distributor atau importir

terdaftar dapat menyalurkan Prekursor kepada lembaga

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Setiap kegiatan penyaluran Prekursor sebagaimana dimaksud

pada bagian (1) sampai dengan bagian (4) harus dilengkapi

dengan dokumen penyaluran.

f. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran Prekursor

sebagaimana dimaksud pada bagian (1) sampai dengan bagian

(5) diatur oleh menteri dan/atau menteri terkait sesuai dengan

kewenangannya.

3. Pelayanan Farmasi Klinis

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

73 Tahun 2016 Tentang Apotek, pelayanan farmasi klinis meliputi:

a. Pengkajian dan pelayanan resep. Kegiatan pengkajian Resep

meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan

klinis.

b. Dispensing. Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan, dan

pemberian informasi obat.

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO). Pelayanan Informasi Obat

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam

pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,

dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala

aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien,

18
atau masyarakat.

d. Konseling. Konseling merupakan proses interaktif antara

apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan

pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga

terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan

menyelesaikan masalah ang dihadapi pasien.

e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care).

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat

melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan

rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan

pengobatan penyakit kronis lainnya.

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO). Merupakan proses yang

memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat

yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efeksi dan

meminimalkan efek samping.

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO). . Merupakan kegiatan

pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau

tidak diharapkan yang terjadi pada dosis noermal yang

digunakan pada manusia unutk tujuan profiklasis, diagnosis, dan

terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

19
BAB III

KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Data Umum Apotek Kimia Farma

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di

Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama

perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp &

Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di

masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia

melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan

Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus

1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas,

sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).

Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani

resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter,

praktek, dan pelayanan HV (Swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat.

Apotek Kimia Farma dipimpin oleh Tenaga Apoteker yang bekerja full timer

sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.

PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit

Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi

bisnis manager dan apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi

yang dilakukan. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek melakukan perubahan

struktur (restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan Sumber Daya

Manusia (SDM) dengan pendekatan efisiensi, produktifitas, kompetensi, dan

komitmen dalam rangka megantisipasi perubahan yang ada.

20
Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek

Administrator yang sekarang disebut sebagai Business Manager (BM) dan

Apotek Pelayanan. Apotek BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang

berada dalam suatu wilayah. Apotek BM bertugas melayani pembelian,

penyimpanan barang, dan administrasi apotek pelayanan yang berada

dibawahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan

keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien,

demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang

menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah.

1. Tujuan

Tujuan dari PT. Kimia Farma adalah turut serta dalam

melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah di

bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya

kegiatan usaha di bidang industri kimia, farmasi, biologi dan kesehatan

serta industri makanan dan minuman.

2. Fungsi

Fungsi dari PT. Kimia Farma adalah :

a. Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah dibidang pengadaan

obat, mengingat PT. Kimia Farma merupakan salah satu badan usaha

milik negara dalam bidang industri farmasi.

b. Memupuk laba demi kelangsungan usaha.

c. Sebagai “agent of development” yaitu menjadi pelopor perkembangan

kefarmasian di Indonesia.

3. Makna Simbol PT. Kimia Farma

21
PT. Kimia Farma mempunyai LOGO yang menggambarkan

matahari terbit berwarna orange dan tulisan kimia farma berwarna biru di

bawahnya. Simbol tersebut memiliki arti :

a. Simbol matahari terbit

Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan

yang lebih baik. Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi,

cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam

menjalankan bisnis. Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam di

barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya

komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang

diemban oleh kimia farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.

Matahari sebagai sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma

baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan

masyarakat. Warna orange berarti semangat, warna biru berarti

keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu

makna yaitu semangat yang abadi.

b. Tulisan Kimia Farma

Memperlihatkan kimia farma sebagai perusahaan terbesar dalam

bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan

perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. Dengan jenis

huruf Italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme. Dengan

jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia

22
Farma dalam melayani konsumennya dalam konsep apotek jaringan.

4. Visi dan Misi

a) Visi

Visi kimia Farma adalah Menjadi perusahaan Healthcare pilihan

utama yang terintegrasi dan menghasilkan nilai yang

berkesinambungan.

b) Misi

Misi dari Kimia Farma Yaitu :

1) Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan

farmasi, perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi, dan

layanan kesehatan sertaoptimalisasi aset.

2) Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan

operationalexcellence didukung oleh Sumber Daya Manusia

(SDM) profesional.

3) Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder.

Budaya Perusahaan (Core Values) Berdasarkan Surat Edaran

KBUMN No. SE- 7/MBU/07/2020 tanggal 1 Juli 2020 tentang

Nilai- Nilai Utama (CoreValues) Sumber Daya Manusia Badan

Usaha Milik Negara, maka Perseroan menetapkan AKHLAK

sebagai budaya kerja (core values) Kimia Farma Grup

menggantikan ICARE. Adapun akronim dari core values

AKHLAK yaitu Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif

dan Kolaboratif yang dijadikan sebagai identitas dan perekat

budaya kerja yang mendukung peningkatan kinerja secara

23
berkelanjutan di setiap BUMN. Untuk mempercepat pemahaman

tentang nilai-nilai AKHLAK, manajemen melakukan

implementasi terhadap seluruh Insan Kimia Farma dengan

berbagai media offline maupun online.

5. Lokasi Apotek Tempat PKL

Apotek Kimia Farma Trenggalek berlokasi di Jl. Sukarno Hatta

No.217, Ngasinan, Kelutan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten

Trenggalek, Jawa Timur. Apotek Kimia Farma Trenggalek memiliki lokasi

yang mudah di akses oleh masyarakat, ini terlihat dari lokasinya yang

berada di dekat jalan raya, dimana jalur lalu lintas kendaraan umum

maupun pribadi juga sangat ramai sehingga memudahkan transportasi bagi

pasien.

6. Pengelola Apotek

Apotek Kimia Farma Trenggalek dipimpin oleh seorang Apoteker

Pengelola Apotek (APA) yang bernama Ibu apt, Siti Bahrina Ilmi, S.Farm

selain itu juga memiliki 3 orang Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga kerja

Apotek Kimia Farma Trenggalek bekerja secara bergantian dibagi menjadi

3 shift yakni shift 1 pukul (06.30-13.30), shift 2 yakni pukul (08.30-

15.30), dan shift Sore pukul (15.00-22.00) buka setiap hari senin-minggu

serta hari besar.

B. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma

1. Struktur Organisasi

Pengelolaan sebuah apotek yang baik akan membawa apotek

tersebut pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengelolaan ini bisa

24
berjalan dengan baik jika di dukung dengan adanya wewenang dan

anggung jawab yang jelas, saling mengisi, dan pembagian kerja yang

jelas. Demikian juga apotek yang membutuhkan beberapa tenaga dari

berbagai cabang keilmuan yang harus dipadukan agar tujunnya

tercapai dan memberikan hasil yang memuaskan. Apotek Kimia

Farma Trenggalek memiliki karyawan yang terdiri dari Apoteker, dan

Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Tugas, kewajiban serta tanggung

jawab masing- masing bagian adalah sebagai berikut :

Apt. Siti Bahrina Ilmi, S.Farm


Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Mia Anggraeni Amd.Farm M. Ilham Akbar Amd.Farm


( TTK) (TTK)

Elzha Wiam Mentari


(TTK)

25
c. Kegiatan Pengelolaan Obat di Apotek Kimia Farma

1. Pegelolaan Obat

a. Arus Obat Masuk

Tata cara pemesanan dan penerimaan obat bebas, bebas

terbatas, dan keras. Obat bebas, bebas terbatas, dan keras dapat

dipesan dengan satu surat pesanan dan dapat dipesan dalam satu

waktu sekaligus. Berikut adalah proses pemesanan obat di apotek :

1) Apoteker/Asisten Apoteker melakukan pengecekan stok obat

2) Setelah pengecekan, Apoteker/Asisten Apoteker melakukan

pesanan obat dengan dua rangkap surat, satu diberikan

kepada distributor, dan satunya disimpan sebagai arsip di

apotek

3) Selanjutnya, surat pesanan diserahkan kepada sales PBF

4) Setelah itu, pesanan akan diproses oleh PBF. Nantinya PBF

akan memberikan pemesanan beserta faktur penjualan yang

harus disimpan dengan arsip pemesanan

5) Proses penerimaan akan diterima oleh Apoteker Pengelola

Apotek/Asisten Apoteker dengan memberikan stempel apotek

dan tanda tangan pada faktur.

b. Tata Cara Pemesanan dan Penerimaan Obat Psikotropika

1) Pemesanan. Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan

rangkap 2, diperbolehkan lebih dari 1 item obat dalam satu

surat pesanan, boleh memesan ke berbagai PBF.

26
2) Penerimaan. Penerimaan Psikotropika dari PBF harus

diterima oleh APA atau dilakukan dengan sepengetahuan

APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah

sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan.

Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis

dan jumlah Psikotropika yang dipesan.

c. Tata Cara Pemesanan dan Penerimaan Obat Narkotika

1) Pemesanan. Pemesanan sediaan narkotika menggunakan

surat pesanan narkotika yang ditandatangani oleh Apoteker

Pengelola Apotek (APA). Pemesanan dilakukan ke PT. Kimia

Farma (satu satunya PBF narkotika yang legal di indonesia)

dengan membuat surat pesanan khusus narkotika rangkap

empat. Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar

salinan Surat Pesanan diserahkan kepada PBF yang

bersangkutan sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan

sebagai arsip di apotek, satu surat pesanan hanya boleh

memuat pemesanan satu jenis obat (item) dan satu kekuatan

(dosis) narkotik misal pemesanan pethidin satu surat pesanan

dan pemesanan kodein satu surat pesanan juga, begitu juga

untuk item narkotika lainnya.

2) Penerimaan. Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima

oleh APA atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. Pada

saat penerimaan APA akan melakukan kecocokan dengan

surat pesanan meliputi jenis dan jumlah obat narkotika yang

27
dipesan. Setelah itu APA menandatangani faktur dan

memberikan stempel.

d. Arus Obat Keluar

Obat-obatan di apotek keluar melalui penjualan non resep

dan pelayanan obat dengan resep dokter.

2. Penyimpanan Obat

a. Penyimpanan Obat Bebas, Bebas Terbatas, dan Keras

1) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang

sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

2) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk

sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.

3) FIFO (First In First Out) yang artinya barang yang datang

terlebih dahulu, dikeluarkan pertama. Biasanya penyimpanan

obat dengan menggunakan sistem FIFO ini digunakan untuk

menyimpan obat tanpa memperhatikan tanggal kadaluarsa.

4) FEFO (First Expiry First Out) yang artinya barang yang lebih

dahulu kadaluarsa (ED), yang akan dikeluarkan terlebih

dahulu. Obat ditempatkan dengan tanggal kadaluarsa yang

lebih pendek di depan obat yang berkadaluarsa lebih lama. Bila

obat mempunyai tanggal kadaluarsa sama, tempatkan obat

yang baru diterima di belakang obat yang sudah berada di atas

rak.

5) Fast Moving adalah penyimpanan obat untuk jenis obat

28
golongan narkotika dan psikotropika yang masing-masing

dalam lemari khusus dan terkunci. Serta obat obatan seperti

vaksin.

b. Penyimpanan Obat Psikotropika Dan Narkotika

Obat ini disimpan pada lemari khusus yang terbuat dari

kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat) yang ditempel pada

dinding, memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu. Lemari

tersebut terletak di tempat yang tidak diketahui oleh umum, tetapi

dapat diawasi langsung oleh Asisten Apoteker yang bertugas dan

penanggung jawab narkotika.

(1) Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor

Farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus.

(2) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk

menyimpan barang selain Narkotika.

(3) Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk

menyimpan barang selain Psikotropika.

29
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengelolaan

sediaan farmasi di Apotek Kimia Farma Trenggalek dilakukan menurut

prosedur yang terdiri dari pengeloaan obat, penyimpanan obat, dan

Penyimpanan Obat Psikotropika Dan Narkotika.

1. Pegelolaan Obat

a. Arus Obat Masuk

b. Tata Cara Pemesanan dan Penerimaan Obat Psikotropika

c. Tata Cara Pemesanan dan Penerimaan Obat Narkotika

d. Arus Obat Keluar

2. Penyimpanan Obat

a. Penyimpanan Obat Bebas, Bebas Terbatas, dan Keras

3. Penyimpanan Obat Psikotropika Dan Narkotika

B. Saran

Dengan meningkatkan pelayanan terhadap pemeberian informasi

obat dan konseling kepada pasien, memberikan edukasi farmasi kepada

pasien. Meningkatkan kualitas kerja sama yang baik dengan Institut Ilmu

Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dan semoga bisa tetap berlanjut untuk tahun-

tahun berikutnya. Dalam menerima resep petugas atau karyawan lebih teliti

dalam kelengkapan resep.

30
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek. Jakarta: Depkes RI. 2004.

Depkes R1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan

Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi. Jakarta: Depkes RI.

2015.

Depkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1332/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/

MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Apotek. Jakarta: Depkes RI. 2002. Depkes RI. Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jakarta: Depkes

RI 2016.

Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2017 Tentang Apotek. Jakarta: Depkes RI. 2017.

Depkes RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Depkes RI. 2009.

31
Narendra, M. P., Skarayadi, O., Duda, M., & Adirestuti, P. (2017).Analisis Tingkat

Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Di Apotek Kimia Farma

Gatot Subroto Bandung. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(1), 31-37.

Nabella, S. D. (2021). ANALISA LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI ALAT

UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PT

KIMIA FARMA TBK. BENING, 8(2), 306-313.

Royyana, A. (2018). Strategi transformasi digital pada pt. Kimia farma (persero)

tbk. Journal of Information Systems for Public Health, 5(2), 15-32.

Sudarsono, A., & Sunarsi, D. (2020). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Varian

Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada Laboratorium Klinik

Kimia Farma-Bintaro. Value: Jurnal Manajemen dan Akuntansi,

15(1), 16-26.

32
LAMPIRAN

1. Etiket

33
2. Surat Penerimaan Barang

3. Surat Pesanan

4. Surat Pesanan Narkotika

34
5. Surat Pesanan Psikotropika

35
6. Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor

7. Surat Pesanan Obat Tertentu

36
8. Kartu STOK

37

Anda mungkin juga menyukai