APOTEK SUCI
Disusun Oleh :
34180267
YOGYAKARTA
2021
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
APOTEK SUCI
Disusun Oleh :
34180267
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN APOTEK SUCI
NIM : 34180267
Mengetahui,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGATAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
A. TUJUAN.......................................................................................................2
B. MANFAAT...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
A. DEFINISI APOTEK......................................................................................3
B. TUGAS DAN FUNGSI APOTEK................................................................3
C. PENDIRIAN APOTEK.................................................................................3
D. PENGELOLAAN DAN PENYELEGGARAAN.........................................8
BAB III PELAKSANAAN PKL.................................................................................21
A. WAKTU dan TEMPAT PKL......................................................................21
B. KEGIATAN PKL SECARA UMUM.........................................................21
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN........................................................................22
A. SEJARAH APOTEK...................................................................................22
B. TUJUAN DAN VISI MISI APOTEK.........................................................24
C. PENGELOLAAN SUMBER APOTEK.....................................................25
D. PELAYANAN KEFARMASIAN di APOTEK..........................................27
E. PELAYANAN KEFARMASIAN...............................................................30
PENUTUP....................................................................................................................36
A. KESIMPULAN...........................................................................................36
B. SARAN.......................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh apoteker. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah
suatu pelyanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Di apotek masyarakat bisa mendapatkan
pelayanan yang berhubungan dengan obat-obatan, selain itu juga diharapkan
dapat melakukan pengobatan sendiri yaitu melalui obat-obat bebas atau tanpa
resep dokter. Keberadaannya sangat menunjang bagi kelangsungan kesehatan
pasien. Pelayanan yang dilakukan di apotek antara lain adalah pengelolaan obat
yaitu perencanaan pembelian obat, pengadaan, pembelian, pelayanan dan
penyerahan obat kepada pasien serta pelaporan dan administrasi.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di apotek bagi mahasiswa sangatlah
perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri untuk berperan langsung
dalam pengelolaan farmasi di apotek dan juga sebagai wadah untuk
mengaplikasikan ilmu yang selama ini didapatkan dari perkuliahan sesuai
dengan fungsi dan kompetensi Ahli Farmasi. Kegiatan praktek ini sebagai
penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan kefarmasian sehingga
mahasiswa diharapkan terampil dalam bidang kefarmasian di apotek sehingga.
setiap bagian dari kegiatan praktek kerja lapangan tersebut berguna bagi
mahasiswa Akademi Farmasi dan memberikan pengalaman dalam mengetahui
dan memahami tugas sebagai Ahli Madya Farmasi di Apotek.
Mahasiswa yang telah lulus dengan gelar Ahli Madya Farmasi (D3
Farmasi) diharapkan mampu untuk memenuhi pelayanan kesehatan secara
umum dan pemberian konsultasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada
masyarakat dengan optimal, khususnya di pelayanan bidang farmasi
1
A. TUJUAN
a. Mengetahui penggelolaan farmasi mengenai pengadaan, pengelolaan obat,
dan pelayanan perbekalan farmasi dan distribusi obat serta bahan medis habis
pakai
b. Memberikan gambaran pelayanan pembekalan farmasi di Apotek
B. MANFAAT
a. Melatih calon ahli madya farmasi agar mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan kerja.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengenal berbagai macam sediaan obat
dan alat kesehatan yang tersedia di apotek.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI APOTEK
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
tahun 2017 Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
B. TUGAS DAN FUNGSI APOTEK
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 tugas dan fungsi apotek adalah :
a. lokasi :
Pemerintah daerah kabupaten/kota dapat mengatur persebaran apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian (Pasal 5).
b. Bangunan
Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang
cukup serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan dibidang farmasi. Persyaratan teknis bangunan
3
apotek setidaknya terdiri dari (Permenkes No. 9 Tahun 2017):
1. Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
2. Bangunan apotek harus bersifat permanen.
3. Bangunan bersifat permanen dapat merupakan bagian dan/atau
terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah
kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis (Pasal 6).
1. Penerimaan resep;
2. Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
3. Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan;
4. Konseling;
5. Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan; dan
6. Arsip (Pasal 7).
c. Ketenagaan :
1. Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan apotek dapat
dibantu oleh apoteker lain, tenaga teknis kefarmasian dan/atau
tenaga administrasi.
2.Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian sebagaimana dimaksud di
atas wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (Pasal 11).
Personil apotek terdiri dari :
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah
4
memiliki Surat Izin Apotek.
2. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di
samping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada
hari buka apotek.
5
3. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA
selama APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan
secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan
tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
4. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang- undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
sebagai asisten apoteker yang berada di bawah pengawasan
apoteker.
(Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1332/Menkes/SK/2002).
Perizinan
a. Surat Izin Apotek
1) Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
2) Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
3) Izin sebagaimana yang dimaksud berupa SIA.
4) SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan (Pasal 12).
5) Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA sebagaimana
dimaksud, maka penerbitannya bersama dengan penerbitan SIPA
untuk Apoteker pemegang SIA.
6) Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA (Pasal 14).
6
A. Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980 tentang perubahan atas PP
No. 26 tahun 1965 tentang Apotek
B. Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1990 tentang masa bakti Apoteker,
yang disempurnakan dengan PERMENKES Indonesia No.
184/Menkes Per/II/1995
C. Peraturan Pemerintahan No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian.
Peraturan Menteri Kesehatan antara lain
D. Kepmenkes No.278/Menkes/SK/V/1981 tentang Persyaratan Apotek
E. Kepmenkes No.279/Menkes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Perizinan Apotek
F. Kepmenkes No.280/Menkes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pengelolaan Apotek
G. Kepmenkes No.347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek
H. Kepmenkes No. 1176/ Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar OWA No. 3
7
I. Kepmenkes No.1191/Menkes/PSK/IX/2002 tentang Perubahan
atasKepmenkes No.918/Menkes/Per/X/1993 tentang Pedagang Besar
Farmasi
J. Kepmenkes No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Permenkes No. 922/ Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek
K. Kepmenkes No.: 679/MENKES/S/IV/2003 ttg: Registrasi dan Izin
Kerja Asisten Apoteker.
2. Sumpah dan Kode Etik profesi Tenaga Teknis Farmasi terkait bidang Farmasi
di Apotek
Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan
antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Etika berasal dari kata Yunani “ETHOS” yang berarti normanorma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Sumpah TTK menjadi pegangan hidup dalam menjalankan tugas pengabdian
kepada nusa dan bangsa. Oleh karena itu seorang ahli farmasi Indonesia dalam
pengabdian profesinya mempunyai ikatan moral yang tertuang dalam Kode
Etik ahli Farmasi Indonesia
C. PENGELOLAAN DAN PENYELEGGARAAN
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai; dan
b. Pelayanan Farmasi Klinik.
8
D. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First
Out) dan FIFO (First In First Out)
9
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
4. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
e. Pemusnahan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan
Formulir 1 sebagaimana terlampir.
3. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek
dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan
dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir
2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
10
f. Pengendalian
11
E. Pelayanan Farmasi Klinik meliputi:
a. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
Kajian administratif meliputi
1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon dan paraf; dan
3. tanggal penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi
4. bentuk dan kekuatan sediaan;
5. stabilitas; dan
6. kompatibilitas (ketercampuran
Obat). Pertimbangan klinis
meliputi
7. ketepatan indikasi dan dosis Obat;
8. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
9. duplikasi dan/atau polifarmasi;
10. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain);
11. kontra indikasi; dan
12. interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep.
12
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai
berikut:
Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
1. menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep
2. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan
fisik Obat.
Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi
3. warna putih untuk Obat dalam/oral
4. warna biru untuk Obat luar dan suntik
5. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat
yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan
yang salah.
Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:
6. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat (kesesuaian
antara penulisan etiket dengan Resep)
13
7. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
8. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
9. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat
10. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang
terkait dengan Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan Obat dan lain-lain
11. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya tidak stabil
12. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau
keluarganya
13. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
14. Menyimpan Resep pada tempatnya
15. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan
menggunakan Formulir 5 sebagaimana terlampir.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau
pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada
pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan
memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
14
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat
bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi,
terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil
dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga,
sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet,
pemberdayaan masyarakat (penyuluhan);
3. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. melakukan penelitian penggunaan Obat;
5. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
6. melakukan program jaminan mutu.
Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu
penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat dengan
menggunakan Formulir 6 sebagaimana terlampir.
15
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan
Informasi Obat :
1. Topik Pertanyaan
2. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan
3. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon)
4. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain
seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui,
data laboratorium)
5. Uraian pertanyaan
6. Jawaban pertanyaan
7. Referensi
8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan
data Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.
a. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan
perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker
menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan
pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief
Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.
16
Tujuan konseling adalah :
1. Membangun hubungan kepercayaan dengan pasien
2. Menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada pasien
3. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar
4. Meningkatkan kemampuan pasien untuk menyelesaikan masalah
kesehatnnya
5. Mencegah dan mengurangi masalah berkaitan dengan efek samping,
reaksi obat yang merugikan dan ketidakpatuhan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:
TB, DM, AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui
dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan
rendah. Tahap kegiatan konseling:
17
7. Pengenalan
8. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui
Three Prime Questions,
9. Pelaksanaan/konseling
10. Pengujian (verifikasi) dan Penutup
11. Tindak lanjut
Hal-hal yang perlu diperhatikan ssat konseling :
1. Usahakan di tempat privat untuk menghindari barrier komunikasi
2. Perlu tatap muka
3. Orientasi pasien
4. Literatur yang dibutuhkan secukupnya
5. Verbal, non verbal dan audio
b. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis
lainnya. Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan
oleh Apoteker, meliputi :
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan
dengan pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
18
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan
Obat berdasarkan catatan pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah
dengan menggunakan Formulir.
c. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat
yang merugikan.
d. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Kegiatan:
19
1. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
2. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
dengan menggunakan Formulir 10 sebagaimana terlampir.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
e. Edukasi
Merupakan pemberian dan pegembangan informasi untuk memberikan
ketrampilan dan pengetahuan.
20
BAB III
PELAKSANAAN PKL
BAB IV
21
HASIL dan PEMBAHASAN
A. SEJARAH APOTEK
Apotek Suci merupakan Apotek yang masih baru, yang didirikan pada
tanggal 27 juni 2019. Alamat Apotek Suci berada di Jl Jaminahan, No 9
Purwokinanthi,Pakualam, Yogyakarta telp: 0274-5018626. Letaknya tidak jauh
dari Rumah Sakit Bethesda Lempuyangan dan Apotek Hayam Wuruk.. Pendiri
Apotek Suci ialah apt.Kuswardani Dwi Atmini, S.Farm .,M.Sc beliau sekaligus
sebagai apoteker pendamping di Apotek Suci.
B. VISI MISI APOTEK
1. VISI
Kebahagiaan,kebarokahan dan kesejahteraan yang berlimpah serta
kelanjutan peran menjadi teman,pendamping, dan problem salver seorang
pasien dalam meningkatkan kualitas hidupnya melalui bisnis dan alat Kesehatan
ya ng tersistemasi (terkontrol, deengan cashflow yang baik, konsisten dan
terkolaborasi)
2. MISI
a. Sepenuh hati melayani pelanggan agar selalu nyaman dan mendapatkan
keinginan
b. Selalu berusaha menyediakan obat atau alat Kesehatan yang customer
buutuhkan atau alternatifnya
c. Membuat bisnis terkontrol dengan good cashflow, konsisten dan
terkolaborasi
d. Memberi kebahagiaan , kebarokahan, dan kesejahteraan yang berlimpah
serta berkelanjutan untuk owner atau karyawan dalam aspek jiwa/rohani,
mau belajar dalam bekerja dan good attitude di apotek maupun ditempat
lain
PENGELOLAAN SUMBER APOTEK
Persyaratan administrasi:
c. Sertifikat kompetensi
prasarana
h. Ruang konseling
i. Ruang penyimpanan
j. Ruang arsip
2. Perencanaan
a. Pola penyakit, berdasarkan penyalit yang sedang trend saat itu. Pola
konsumsi, dilihat dari jumlah konsumsi sebelumnya.
b. Adanya SP
4. Penerimaan
23
a. Memeriksa faktur dengan kesesuaian SP
5. Gudang/ Penyimpanan
7. Pengendalian
24
Administrasi umum
a. Pembelian
b. Penjualan
c. Gudang
d. Kepegawaian
e. Inventaris
Administrasi khusus
25
d. Memberikan pengetahuan dan keterampikan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi
e. Melakukan penelitian penggunaan obat
g. Melakukan program
3) Orientasi pasien
3) Pelaksanaan / Konseling
26
4) Pengujian (verifikasi) & Penutup
5) Tindak lanjut
27
4. PELAYANAN KEFARMASIAN
A. PELAYANAN RESEP
28
maka Kami akan merekomendasikan obat yang sesuai dengan gejala
dari pasien.
2. Pelayanan resep Psikotropika
- Pasien yang menebus obat psikotropika biasanya langsung ke bagian
pelayanan resep. Ketika akan menebus obat pasien harus membawa
Resep, KTP dan kartu kontrol yang berwarna merah.
29
PBF.
a. Perencanaan
Untuk perencanaan sediaan farmasi, Apotek Suci mempertimbangkan
berdasarkan epidemiologi, kondisi ekonomi, serta modal atau keuangan..
b. Pengadaan
Dalam proses pengadaan, obat dipesan dengan memberikan surat pesanan
terlebih dahulu kepada PBF yang dituju. Surat pesanan obat bebas cukup
satu lembar dan boleh lebih dari satu obat. Sedangkan surat pesanan obat
psikotropika atau prekursor dapat digunakan untuk satu atau beberapa
jenis obat dan dibuat sebanyak dua rangkap. Lembar asli untuk PBF dan
lembar salinan untuk arsip apotek. Untuk surat pesanan narkotika hanya
dapat digunakan untuk satu jenis obat saja dan dibuat sebanyak empat
rangkap. Satu lembar asli dan dua lembar salinan untuk PBF, sedangkan
lembar salinan terakhir untuk arsip apotek.
Dalam perencanaan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan
Bahan Medis Habis Pakai, Apotek Suci sudah sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek yang tertera pada BAB II poin B.
30
c. Penerimaan
Penerimaan barang dari PBF akan di cek terlebih dahulu apakah sesuai
dengan faktur. Ketika menerima dari PBF pastikan cek nomor batch,
tanggal kadaluarsa, tampilan obat, bentuk sediaan, dan jumlah barang
agar tidak terjadi kesalahan. Setelah barang diterima, lalu di tanda tangan
oleh Apoteker atau TTK yang mempunyai SIPA atau SIPTTK selanjutnya
akan di input ke komputer untuk mengetahui harga barang dan jumlah
stok. TTK melakukan penerimaan barang dengan mencocokan hal-hal di
atas, setelah dirasa sesuai meminta Apoteker ataupun AA untuk
menandatangani faktur.
d. Penyimpanan
- Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis
- Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out)
- Untuk obat obat bebas dan bebas terbatas disimpan di etalase depan
- Untuk obat-obat keras baik branded maupun generik disimpan di
etalase belakang
- Untuk obat psikotropika disimpan dilemari bagian belakang di tempat
yang tidak terlihat banyak orang
- Untuk obat dengan bentuk sediaan tertentu seperti suppositoria di
simpan di lemari pendingin
31
- Untuk gudang tidak terdapat gudang khusus di Apotek Suci. Gudang
hanya berupa ruang kosong yang difungsikan sebagai penyimpanan
obat fast moving di bawah dan di atas lemari obat. Penyimpanan obat
hanya untuk obat-obat yang fast moving, untuk obat-obat yang slow
moving di order jika obat sudah habis.
e. Pemusnahan
Cara pemusnahan obat di Apotek Suci di lakukan 5 tahun sekali.
Pemusnahan resep di lakukan oleh apoteker dan di saksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara di bakar atau cara
pemusnahan lain yang di buktikan dengan berita acara pemusnahan resep,
dan selanjutya di laporkan kepada dinas kesehatan kabupaten atau kota.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan prekursor farmasi hanya di
lakukan dalam hal :
- Di produksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan
atau tidak dapat di olah kembali.
- Telah kadaluarsa
- Tidak memenuhi syarat untuk di gunakan pada pelayanan kesehatan
dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan termasuk sisa
penggunaan
- Di batalkan izin edarnya atau
- Berhubungan dengan tindak pidana.
32
Di Apotek Suci obat dengan ED setahun mendatang langsung dipisahkan
tersendiri. Obat yang hampir ED dapat dicegah dan diatasi dengan cara,
antara lain:
- Menjual kepada pasien dengan menawarkan sebagai produk alternatif
dengan kandungan obat yang sama
- Retur ke PFB
- Dimusnahkan
- Untuk obat rusak dapat diretur ke PBF, tetapi ada beberapa obat yang
tidak dapat diretur dan menjadi kerugian apotek.
f. Pengendalian
Pengendalian persediaan di Apotek Suci di lakukan dengan cara
elektronik, yang memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan , jumlah pengeluaran dan sisa sediaan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan di Apotek Suci dilakukan menggunakan alat elektronik
(komputer) meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan ,
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan
dengan kebutuhan. Pelaporan di Apotek Suci meliputi keuangan,barang
dan laporan lainnya.
33
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2021-12 Maret 2021
melalui zoom meeting. Pelayanan di Apotek Suci telah terstandar dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
B. SARAN
a. apotek Suci memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada pasien
b. apotek Suci membuat Gudang agar dalam proses penyimpanan barang lebih
terstruktur
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
36
Gambar.2 kartu stok narkotika
37
Gambar.4 berita acara pemusnahan
38
Gambar.6 SOP apotek
39
Gambar.7 penyimpanan obat
Gambar.8 kulkas
40
Gambar.10 penyimpanan obat
Gambar.11 pallet
41
Gambar.12 surat pesanan
42
Gambar.13 surat pesanan OOT
43