PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
MARICE SIMATUPANG
NIM. 1800119
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas izin, rahmat serta hidayah-Nya, penulisan proposal penelitian yang
berjudul “Gambaran Pengelolaan Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Dumai” dapat diselesaikan.
Penulisan proposal penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat Program D-III pada Jurusan Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Pekanbaru.
Dalam penyajian proposal penelitian ini penulis menyadari masih belum
mendekati kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan koreksi
dan saran yang sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat
demi perbaikan dan peniingkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari berhasilnya studi dan penyusunan proposal penelitian ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan semangat dan
doa kepada penulis dalam menghadapi setiap tantangan, sehingga sepatutnya
melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesaikannya proposal penelitian ini.
Akhir kata semoga proposal penelitian ini dapat dimanfaatkan dan dapat
memberikan sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pengetahuan bagi
penulis maupun bagi pihak yang berkepentingan.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Obat yang tidak
disimpan dengan baik akan mudah rusak , berkurang atau hilang khasiatnya, serta
yang paling mengkhawatirkan yaitu akan melewati batas kadaluarsa dan menjadi
toksik atau racun bagi yang menggunakannya4.
Obat yang sudah kadaluarsa tidak boleh digunakan karena dapat
mengurangi efektifitas obat, misalnya antibiotik yang sudah kadaluarsa dapat
menimbulkan turunnya potensi yang mengakibatkan resistensi mikroba.
Resistensi mikroba berdampak terhadap mahalnya biaya pengobatan. Beberapa
obat kadaluarsa juga dapat terurai menjadi substansi-substansi yang toksik,
contohnya Tetrasiklin dari serbuk warna kuning dapat berubah menjadi warna
coklat yang toksik (Mangindara, 2012).
Pengelolaan penyimpanan obat yang baik dapat mengurangi terjadinya obat
rusak, hilang dan kadaluarsa sehingga dana alokasi yang tersedia untuk pelayanan
kesehatan dasar dapat digunakan lebih efektif dan efisien, dan dapat menghindari
kekosongan obat serta pasien dapat terlayani dengan baik.
Dinas Kesehatan Kota Dumai berdasarkan Peraturan Daerah Kota Dumai
Nomor 16 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Dumai yang dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota
melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu
walikota dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Walikota Dumai Nomor 19 Tahun 2013, tentang
Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Kesehatan Kota Dumai, bahwa Dinas
Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis penanganan dibidang kesehatan.
2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum dibidang kesehatan.
3. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas dalam lingkup tugas dan
fungsinya
4. Pembinaan umum dibidang kesehatan meliputi pendekatan, pencegahan,
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.
2
5. Perencanaan sistem kesehatan daerah, akreditasi dan sertifikasi kesehatan
serta peningkatan sumber daya manusia kesehatan berdasarkan kebijakan
teknis.
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai penerapan
standar pengelolaan penyimpanan obat di instalasi farmasi Dinas Kesehatan Kota
Dumai.
3
melakukan langkah-langkah perbaikan dalam pelaksanaan pengelolaan
penyimpanan obat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2 Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Persediaan
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan,
dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian. Pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang
efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya.
6
a. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu Obat.
b. Persyaratan pemasok.
c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
d. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
2. Produksi Sediaan Farmasi
Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila :
a. Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran.
b. Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri.
c. Sediaan Farmasi dengan formula khusus.
d. Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking.
e. Sediaan Farmasi untuk penelitian.
f. Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru
(recenter paratus).
2.2.2 Penerimaan
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Penerimaan merupakan kegiatan
untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan
baik.
7
penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, dan
memudahkan pencarian dan pengawasan (Dirjen Bina Kefarmasian dan alat
Kesehatan, 2010).
Komponen yang harus diperhatikan antara lain :
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang.
f. lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa obat disimpan secara benar
dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu :
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas
medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan
tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First
Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
8
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan obat.
9
d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau
b+c atau a + c.
10
penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode
waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13