Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT

PRAKTIKUM I

“Instalasi Farmasi Rumah Sakit”

Disusun Oleh :

Nama : Nur Ika Sari

NIM : 34180258

Golongan : A2

Instruktur : Apt. Dyah Anggaraini, M. Farm.,M.Sc

Tgl/Hari : Kamis, 24 September 2020

A/DF/V

PROGRAM STUDI D3 FARMASI STIKES SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2020
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………………… ii
Tujuan Praktikum ………………………………………………….….. 1
Dasar Teori ……………………………………………………………. 2
Hasil …………………………………………………………………… 4
Pembahasan …………………………………………………………… 6
Kesimpulan ……………………………………………………………. 10
Daftar Pustaka ………………………………………………………… 11
PRAKTIKUM I
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

I. Tujuan Praktikum
- Diharapkan para mahasiswa memahami define dari Instalasi Farmasi Rumah
Sakit
- Agar mahasiswa mengetahui struktur organisasi Farmasi Rumah Sakit dan tugas-
tugasnya
- Agar mahasiswa mengetahui definisi dari Farmasi Klinik dan macam-macam
pelayanan Farmasi Klinik.
II. Dasar Teori

Instalasi farmasi rumah sakit merupakan bagian dari proses penyelenggara


pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan,
pendidikan, pelatihan dan pemeliharaan sarana rumah sakit (Siregar dan Amalia,
2004).

Pekerjaan kefarmasian yang meliputi pembuatan, termasuk pengendalian


mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan, dan distribusi obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Larasati dkk, 2013).

Instalasi Farmasi rumah sakit (IFRS) merupakan salah satu bagian rumah sakit
yang berada di bawah pengawasan dan koordinasi wakil direktur penunjang medik,
Kegiatan di Instalasi farmasi rumah sakit akan berjalan dengan baik jika didukung
oleh sistem informasi yang baik.

Sistem informasi merupakan sistem di dalam organisasi yang mempertemukan


kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi
yang bersifat managerial dengan kegiatan strategi untuk menyediakan data data yang
diperlukan (Sutabri, 2003).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupan bagian dari organisasi Rumah Sakit,
Penunjang Medik yang juga harus berbenah diri untuk mendukung output layananya.
Kesadaran, profesionalisme masing-masing profesi kesehatan, terutama apoteker di
Rumah Sakit sanggatlah diperlukan untuk mencapai hasil keluaran yang optimal
tersebut. Instalasi Farmasi Rumah Sakit hendaknya juga dapat merubah paradigma
yang melekat padanya selama ini. IFRS selama ini hanya terjebak di pelayanan stock,
harus segera berbenah diri ke bentuk pelayanan pasien dan bangsal dengan tanpa
mengurangi perannya sebelumnya. Pemerintah mendukung paradigma farmasis ini
dengan menetapkan KepMenKes Standar Pelayanan Rumah Sakit dan KepMenKes
Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit.

Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di


rumah sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan di
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien. Di banyak Rumah Sakit
pelayanan farmasi atau di Instalasi Faramasi Rumah Sakit menyumbangkan profit di
urutan ke-3 bahkan ada yang menduduki urutan ke-2 bagi managerial Rumah Sakit.
Salah satu bentuk pendekatan, peningkatan bentuk layanan yang galak dikembangkan
oleh farmasi atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah Pelayanan Informasi Obat
dan Pelayanan Farmasi Klinis. Pada dasarnya Pelayanan Informasi Obat merupankan
salah satu bagian, cabang dari Pelayanan Farmasi Klinis. Pelayanan informasi obat
dan pelayanan farmasi klinis menanggapi keprihatinan terhadap masyarakat akan
mortalitas dan morbiditas yang terkait dengan pengunaan obat, kerasionalan
pengunaan obat, semakin meningkatnya biaya perawatan pasien dikarenakan makin
meningkatnya biaya obat dan makin tingginya harapan masyarakat, ledakan medis
serta ilmiah.

Pelayan farmasi klinis merupan kerja tim, apoteker dengan profesi kesehatan
lain untuk memecahkan kasus perawatan pasien untuk menghasilkan outcome, hasil
yang maksimal untuk pasien. Pelayanan Farmasi Klinis memerlukan pengetahuan
terapi tinggi bagi apotekernya, kemampuan komonikasi, monitoring respon obat ke
pasien, pelayanan informasi obat. Pelayanan Farmasi Klinis lebih ditekankan
dipelayanan rawat inap rumah sakit dan berorientasi lebih ke pasien dari pada produk.
Berbagai manfaat dapat dihasilkan dari pelayan informasi obat dan praktek Pelayanan
Farmasi Klinis tersebut, baik untuk rumah sakit, farmasis, maupun masyarakat.
Pelayanan Farmasi Klinis untuk memulainya juga tidaklah ringan, diperlukan
komitmen yang cukup tinggi dari berbagai profesi yang ada terlebih apoteker,
disampint tantangan lainnya yang cukup beragam dari masyarakat dan managerial
rumah sakit. Disamping itu faktor-faktor keberhasilan pelayanan faramsi klinis
lainnya, seperti komite farmasi klinis, sofeware, sumber daya manusia yang ada di
Rumah Sakit juga perlu disiapkan baik kualitas dan kuantitasnya. Metode evaluasi
bagaimana yang akan diterapkan bagi komite farmasi klinis, managerial Rumah Sakit
juga perlu ditetapkan.

Suatu mutu layanan yang optimal, terukur niscaya tidak akan tercapai,
terwujud jika kesadaran masing-masing profesi kesehatan untuk mengembangkan
diri, profesional yang ada terlalu minim. Suatu tujuan bersama mustahil tercapai jika
masing-masing profesi kesehatan yang ada hanya berdiri sendiri-sendiri, minim
kesadarannya untuk bekerjasama. Suatu tujuan tidak akan terwujut tanpa dimulai,
dirintis dari proses yang sedini mungkin.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit
tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan
untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud
adalah kegiatan yang menyangkut pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengelolaan perbekalan farmasi (perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan, pemusnahan/penghapusan),
pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, farmasi klinik di ruangan.
IFRS merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan produk yaitu sediaan farmasi, perbekalan kesehatan dan gas medis habis
pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO, Konseling, Meso, Monitoring
Terapi Obat, Reaksi Merugikan Obat) bagi pasien atau keluarga pasien.
IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah pimpinan
seorang Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan kompeten secara profesional, yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna,
mencakup perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat
inap dan rawat jalan; pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan farmasi
klinis (Siregar dan Amalia, 2004).

III. Hasil Praktikum


a) Struktur organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tipe B
b) Struktur organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tipe C
c) Struktur organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Khusus

IV. Pembahasan
Tugas-tugas :
1. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
- Menyusun program kerja
- Mengatur pelaksanaan pelayanan obat
- Megatur pelaksanaan penyediaan stock obat
- Mengatur pelaksanaan pelayanan resep rawat jalan
- Mengatur pelaksanaan pelayanan resep rawat inap
- Mengatur pelaksanaan peracikan obat
- Mengatur pelaksanaan pengawasan pelayanan instalasi farmasi
- Mengatur pelaksanaan pengawasan pelayanan kebutuhan obat
- Menyusun kebutuhan instalasi farmasi
2. Administrasi Farmasi
- Membuat laporan penjualan, laporan obat kedaluarsa
- Membuat laporan Farmasi Rumah Sakit
- Membuat laporan pengambilan obat ke apotek rekanan
- Membuat surat dan penyimpanan arsip
- Mencatat barang-barang inventaris
- Membuat laporan keuangan bulanan dan tahunan
3. Sub IF Pengelolaan Perbekalan Farmasi
- Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien di Instalasi Farmasi
4. Unit produksi
- Menjamin ketersediaan produksi obat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit
5. Unit Distribusi
- Menjaga kelancaran dan ketetapan waktu pelayanan obat dan alat kesehatan,
penjagaan mutu pelayanan, penjagaan kualitas dan kualitas obat dan alat kesehatan.
6. Unit Penyimpanan
- Menjaga ketetapan dan keamanan penyimpanan perbekalan Farmasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
7. Sub IF Farmasi Klinik
- Menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai dengan indikasi, efektif, dan
aman untuk pasien melalui kerjasama dengan tenaga kesehatan professional terkait di
rumah sakit.
8. Sub IF Manajemen Mutu Farmasi
- Mengawasi mutu produk dan pelayanan farmasi sesuai dengan standar pelayanan
farmasi rumah sakit yang sudah ditetapkan.
(Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004)

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004 tentang Standar Pelayanan


Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi rumah sakit adalah sebagai berikut:
a. melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi
c. melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE
d. memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan farmasi
e. melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah
sakit
Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.
1197MENKESSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit adalah
sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara
a. pengelolaan perbekalan farmasi
b. pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
(Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004)

Pelayanan  farmasi  klinik  merupakan  pelayanan  langsung  yang


diberikan   Apoteker   kepada   pasien   dalam   rangka   meningkatkan
outcome  terapi  dan  meminimalkan  risiko  terjadinya  efek  samping karena   Obat,  
untuk   tujuan   keselamatan   pasien     (patient  safety) sehingga kualitas hidup pasien
(quality of life) terjamin.

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:

1) Pengkajian dan pelayanan Resep


Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait
obat, bila ditemukan masalah terkait oleh harus konsultasikan kepada dokter
penulis resep, apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
2) Penelusuran riwayat penggunaan Obat

3) Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan  Informasi  Obat  merupakan  kegiatan  yang  dilakukan  oleh


Apoteker  dalam  pemberian  informasi  mengenai  Obat  yang  tidak memihak, 
dievaluasi  dengan  kritis  dan  dengan  bukti  terbaik  dalam segala  aspek 
penggunaan  Obat  kepada  profesi  kesehatan  lain,  pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.

Informasi  meliputi  dosis,  bentuk  sediaan,  formulasi  khusus,  rute  dan


metoda  pemberian,  farmakokinetik,  farmakologi,  terapeutik  dan alternatif,
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-
lain.

4) Konseling

Konseling  merupakan  proses  interaktif  antara  Apoteker  dengan


pasien/keluarga  untuk  meningkatkan  pengetahuan,  pemahaman, kesadaran 
dan  kepatuhan  sehingga  terjadi  perubahan  perilaku  dalam penggunaan  Obat 
dan  menyelesaikan  masalah  yang  dihadapi  pasien. Untuk  mengawali 
konseling,  Apoteker  menggunakan  three  prime questions.  Apabila  tingkat 
kepatuhan  pasien  dinilai  rendah,  perlu dilanjutkan  dengan  metode  Health 
Belief  Model.  Apoteker  harus melakukan  verifikasi  bahwa  pasien  atau 
keluarga  pasien  sudah memahami Obat yang digunakan.

5) Visite
6) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
8) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
9) Dispensing sediaan steril
V. Kesimpulan

- Instalasi Farmasi rumah sakit (IFRS) merupakan salah satu bagian rumah sakit yang
berada di bawah pengawasan dan koordinasi wakil direktur penunjang medik,
Kegiatan di Instalasi farmasi rumah sakit akan berjalan dengan baik jika didukung
oleh sistem informasi yang baik.
- IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah pimpinan seorang
Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan kompeten secara profesional, yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan
farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat
jalan; pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan farmasi klinis (Siregar dan
Amalia, 2004).
- Pelayanan  farmasi  klinik  merupakan  pelayanan  langsung  yang
diberikan   Apoteker   kepada   pasien   dalam   rangka   meningkatkan
outcome  terapi  dan  meminimalkan  risiko  terjadinya  efek  samping karena   Obat,  
untuk   tujuan   keselamatan   pasien     (patient  safety) sehingga kualitas hidup
pasien (quality of life) terjamin.
DAFTAR PUSTAKA

Allah SWT.
Undang – Undang Ri No.44. Rumah Sakit Tahun 2009
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 119/Menkes/SK/X/2004.
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

Prof. dr. Charles, J.P, Siregar, M.Sc, 2004. Farmasi Rumah Sakit. EGC

Siregar, Charles, 2006. Farmasi Klinik. Teori dan Penerapan. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai