Anda di halaman 1dari 95

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

TENTANG SWAMEDIKASI OBAT ANALGESIK


SAKIT KEPALA DI RW 05 KELURAHAN RAGUNAN KOTA
JAKARTA SELATAN PERIODE
DESEMBER 2019 – JANUARI 2020

Karya Tulis Akhir


Untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi

Disusun oleh :

Pesty Nurhidayanti

17071

AKADEMI FARMASI BHUMI HUSADA JAKARTA

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Akhir

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT


TENTANG SWAMEDIKASI OBAT ANALGESIK
SAKIT KEPALA DI RW 05 KELURAHAN RAGUNAN KOTA
JAKARTA SELATAN PERIODE
DESEMBER 2019 – Januari 2020

Diajukan oleh:
Pesty Nurhidayanti
17071

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Okkyana K P.M. Farm. Tanggal

Pembimbing II

Mira Husni Sanjaya, SKM., MPH Tanggal

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Akhir ini yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Tentang Pengobatan Sendiri (swamedikasi) Obat

Analgesik Sakit Kepala di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta

Selatan Periode Desember 2019 – Januari 2020”.

Penulisan karya tulis akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu

syarat mencapai gelar Ahli Madya Farmasi (A.Md. Farm) pada program

studi D3 Farmasi Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta.

Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Chusun, M. Kes., Apt., selaku Direktur Akademi Farmasi Bhumi

Husada Jakarta.

2. Ibu Okkyana K P.M.Farm., selaku ketua program studi di Akademi

Farmasi Bhumi Husada Jakarta sekaligus selaku dosen pembimbing I

yang senantiasa memberikan motivasi sehingga penelitian dan

penyusunan karya tulis akhir ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Mira Husni Sanjaya, SKM., MPH, selaku pembimbing II yang

senantiasa memberikan motivasi sehingga penelitian dan penyusunan

Karya Tulis Akhir ini dapat diselesaikan.

iii
4. Orang tua dan keluarga yang sangat berperan penting dan selalu

memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil.

5. Suami tercinta Akhmad Fauzi yang selalu memberikan doa, dan

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir ini.

6. Karyawan dan Staf Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta yang telah

turut membantu selama pembuatan Karya Tulis Akhir ini.

7. Teman – teman angkatan 2017 Akademi Farmasi Bhumi Husada

Jakarta, terimakasih atas motivasi dan bantuannya.

8. Sahabat – sahabat wanita idaman mertua (Heny, jayanti, rohmah,

shakila, winda) terimakasih atas support dan bantuannya.

9. Masyarakat RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan yang telah

bersedia menjadi responden.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam menyusun Karya Tulis Akhir ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat

membangun karena penulisan Karya Tulis ini masih banyak kekurangan.

Semoga Karya Tulis Akhir ini bermanfaat bagi pihak yang membaca

dan membutuhkan.

Jakarta, November 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................ii

KATA PENGANTAR...................................................................................iii

DAFTAR TABEL........................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................................

C. Tujuan Penelitian.....................................................................................

D. Ruang Lingkup.........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7

A. Pengetahuan............................................................................................

B. Swamedikasi..........................................................................................

C. Sakit Kepala...........................................................................................

D. Analgetik.................................................................................................

E. Obat........................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................29

A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian...........................................

B. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................

C. Kerangka Konsep..................................................................................

D. Hipotesis.................................................................................................

v
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.....................................

F. Populasi dan Sampel............................................................................

G. Pengumpulan Data................................................................................

H. Cara Pengolahan Data.........................................................................

I. Analisis Data..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................40

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga RW 05 Kelurahan Ragunan............

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Penandaan Obat Bebas................................................................

Gambar 2 Penandaan Obat Bebas Terbatas................................................

Gambar 3 Penandaan Tanda Peringatan......................................................

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data..................................................42

Lampiran 2 Lembar Naskah Penjelasan Kuisioner....................................43

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .............................44

Lampiran 4 Lembar Soal Kuisioner ...........................................................45

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomis.4 Kesehatan merupakan aspek

penting dalam kehidupan manusia. Sehat menurut WHO adalah

keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan spiritual dan tidak

hanya bebas dari penyakit dan kecacatan. 3 Perlu kesadaran yang tinggi

agar masyarakat tetap berada dalam kondisi sehat. 19

Menurut WHO, peningkatan kesadaran untuk perawatan sendiri

ataupun pengobatan sendiri (swamedikasi) diakibatkan oleh beberapa

faktor, yaitu faktor sosial ekonomi, gaya hidup, kemudahan

memperoleh obat, faktor kesehatan lingkungan, dan faktor ketersediaan

produk baru.

Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

menunjukkan bahwa 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk

swamedikasi. Lebih dari 60% masyarakat mempraktekkan self-

medication ini, dan lebih dari 80% di antara mereka mengandalkan obat

modern.18 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta

tahun 2018 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mengobati

1
sendiri selama sebulan terakhir 67,06% dan sisa nya memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan.2

Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan,

pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah

perawatan dokter. Sedangkan keuntungannya aman apabila digunakan

sesuai dengan petunjuk, efektif, hemat waktu dan biaya. 21

Pada pelaksanaan swamedikasi justru dapat menimbulkan sumber

terjadinya kesalahan pengobatan (medication error). Seringkali dijumpai

bahwa pengobatan sendiri menjadi sangat boros karena

mengkonsumsi obat-obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan atau

malah bisa berbahaya, misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai

dengan aturan pakai. Hal ini terjadi karena kesadaran untuk membaca

label pada kemasan obat masyarakat yang rendah dan keterbatasan

pengetahuan masyarakat tentang obat dan penggunaannya.

Apabila dilakukan dengan tepat dan benar, swamedikasi dapat

menjadi sumbangan yang besar bagi pemerintah, terutama dalam

pemeliharaan kesehatan secara Nasional. Namun jika sebaliknya,

swamedikasi dapat menyebabkan permasalahan kesehatan akibat

kesalahan penggunaan, tidak tercapainya efek pengobatan, timbulnya

efek samping yang tidak diinginkan, penyebab timbulnya penyakit baru,

kelebihan pemakaian obat (overdosis) karena penggunaan obat yang

mengandung zat aktif yang sama secara bersama, dan sebagainya. 6

2
Rasa sakit merupakan tanda atau gejala bahwa kesehatan

seseorang terganggu. Rasa sakit dapat di kelompokkan ke dalam tiga

golongan, yaitu rasa sakit di permukaan, rasa sakit di dalam, dan rasa

sakit somatik.19 Secara global, telah diperkirakan bahwa prevalensi di

antara orang dewasa dari gangguan sakit kepala saat ini (gejala

setidaknya satu kali dalam setahun terakhir) adalah sekitar 50%. 25

Data yang dihimpun oleh World Health Organization (WHO) pada

tahun 2016 setengah hingga tiga perempat orang dewasa berusia 18-

65 tahun di dunia menderita sakit kepala pada tahun lalu dan, di antara

orang-orang itu, 30% atau lebih telah melaporkan migrain. Sakit kepala

pada 15 hari atau lebih setiap bulan memengaruhi 1,7– 4% populasi

dewasa dunia. Meskipun variasi regional, gangguan sakit kepala adalah

masalah di seluruh dunia, yang mempengaruhi orang-orang dari segala

usia, ras, tingkat pendapatan dan wilayah geografis. WHO menerbitkan

Atlas gangguan sakit kepala pada tahun 2011, menggambarkan beban

akibat gangguan sakit kepala dan sumber daya yang tersedia untuk

menguranginya.25

Berdasarkan hal tersebut diatas penulis ingin melakukan penelitian

tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang

Pengobatan Sendiri (swamedikasi) Obat Analgesik Sakit Kepala di

RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan Periode

Desember 2019 – Januari 2020”.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Ragunan tentang

swamedikasi obat analgesik sakit kepala”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengetahuan masyarakat tentang pengobatan sendiri

(swamedikasi) terhadap Obat Analgesik Sakit Kepala di RW 05

Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat

pendidikan, status pekerjaan, dan tingkat penghasilan dengan

pengobatan sendiri (swamedikasi) sakit kepala.

b. Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang analgesik.

c. Mengetahui sumber informasi yang diperoleh masyarakat untuk

melakukan swamedikasi.

d. Mengetahui jenis obat sakit kepala apa yang banyak digunakan

di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan.

e. Mengetahui sumber tempat mendapatkan obat yang diperoleh

orangtua untuk melakukan swamedikasi.

4
f. Mengetahui hubungan antara umur, tingkat pendidikan, status

pekerjaan dan tingkat penghasilan dengan pengetahuan

masyarakat tentang swamedikasi obat analgesik sakit kepala di

RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan.

D. Ruang Lingkup

Penulis melakukan penelitian di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota

Jakarta Selatan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan

penelitian. Sebagai media pembelajaran bagi peneliti agar lebih

mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi

obat analgesik sakit kepala. Dapat menerapkan materi yang telah

didapat selama mengikuti perkuliahan dan mengaplikasikannya di

lapangan.Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya

Farmasi.

2. Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan dokumentasi dan memberikan informasi serta

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarkat tentang

pengobatan sendiri (swamedikasi) obat analgesik sakit kepala di

RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan.

5
3. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat

dengan memberdayakan masyarakat di bidang pengobatan melalui

program edukasi yang dilakukan dengan meningkatkan

keterampilan dalam memilih obat bebas yang menekankan tentang

pentingnya membaca informasi tentang obat yang terdapat dalam

kemasan penandaan obat dalam rangka swamedikasi yang sesuai

aturan.

4. Bagi Akademik

Memberikan gambaran tentang kondisi kesehatan di

masyarakat untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat,

menjadi masukan dalam pengembangan kurikulum farmasi

komunitas dan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

referensi yang bermanfaat bagi mahasiswa yang melakukan

penelitian terkait pengobatan sendiri yang dilakukan oleh

masyarakat.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “ tahu “, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 1

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2007) mempunyai enam tingkatan, yatu : 15

a. Tahu (knows)

Tahu diartkan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.15

7
b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi

materi tersebut secara benar.15

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi yan dimaksud dapat diartikan aplikasi

atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain. 15

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.15

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian – bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.15

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian – penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

8
telah di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria

yang telah ada.15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik

formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan di mana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut

semakin luas pengetahuannya. Pengetahuan seseorang tentang

suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan

negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan

sikap seseorang terhadap objek tertentu. 16

b. Informasi / media massa

Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada

pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan.

Informasi dapat dijumpai dalam kehidupan sehari – hari, yang

diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita,

serta diteruskan melalui komunikasi. Informasi yang diperoleh

baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan.16

9
c. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang – orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menetukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

memperngaruhi pengetahuan seseorang. 16

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

setiap individu.16

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.16

f. Usia

10
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian

responden. Kedalaman pengetahuan yang akan diukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan – tingkatan di atas. 16

B. Swamedikasi

1. Pengertian

Swamedikasi terdiri dari dua kata yaitu Swa yang berarti

sendiri, dan Medikasi yang artinya pengobatan.16 Swamedikasi

atau pengobatan sendiri adalah tindakan yang dilakukan untuk

mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat –

obatan yang dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dokter. 13 Obat –

obatan yang digunakan untuk swamedikasi biasa disebut dengan

obat tanpa resep (OTR) atau obat bebas atau obat OTC (over the

counter).8

Di Indonesia yang termasuk OTR meliputi Obat Wajib Apotik

(OWA) atau obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker

kepada pasien di apotek tanpa resep dokter, obat bebas terbatas

(obat yang akan aman dan manjur apabila digunakan sesuai

petunjuk penggunaan dan peringatan yang terdapat pada label),

11
dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa

pengawasan).8

Untuk melakukan self-medication secara benar, masyarakat

mutlak memberikan informasi yang jelas dan dapat dipercaya,

dengan demikian penentuan jenis obat yang diperlukan harus

berdasarkan kerasionalan. Pelaku self-medication dalam

“mendiagnosis“ penyakitnya, harus mampu:

a. Mengetahui jenis obat yang diperlukan.

b. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat

mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya.

c. Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian)

dan mengetahui batasa kapan mereka harus menghentikan self-

medication yang kemudian segera minta pertolongan petugas

kesehatan.

d. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat

memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian,

merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat.

e. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut,

terkait dengan kondisi seseorang.6

2. Kondisi untuk Melakukan Swamedikasi

a. Perawatan simptomatik minor, seperti rasa tidak enak badan dan

cedera ringan.

12
b. Penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan bertambahnya daya

tahan tubuh, seperti flu.

c. Profilaksis / pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan,

seperti mabuk perjalanan dank utu air.

d. Penyakit kronis yang sebelumnya sudah pernah di diagnosis

dokter atau tenaga medis professional lainnya, seperti asma dan

artritis.

e. Keadaan yang mengancam jiwa dan perlu penanganan segera. 8

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Swamedikasi

Beberapa faktor yang mempengaruhi swamedikasi antara lain:

a. Kondisi ekonomi, mahal dan tidak terjangkaunya pelayanan

kesehatan merupakan salah satu penyebab masyarakat mencari

pengobatan yang lebih murah untuk penyakit – penyakit yang

relatif ringan dengan melakukan swamedikasi.

b. Berkembangnya kesadaran arti penting kesehatan bagi

masyarakat sehinga meningkatkan pengetahuan untuk

melakukan swamedikasi.

c. Promosi obat bebas dan obat bebas terbatas dari produsen

melalui media cetak maupun elektronik sampai beredar ke

pelosok – pelosok desa.

d. Semakin tersebarnya distribusi obat melalui Puskesmas dan

warung obat desa yang berperan dalam peningkatan pengenalan

dan pengobatan obat, terutama OTR dalam swamedikasi.

13
e. Kampanye swamedikasi yang rasional di masyrakat mendukung

perkembangan farmasi komunitas

f. Semakin banyak obat yang dahulu termasuk obat keras, dan

harus diresepkan dokter, dalam perkembangan ilmu kefarmasian

yang ditinjau dari khasiat dan keamanan obat diubag menjadi

OTR sehingga memperkaya pemilihan masyarakat terhadap

obat.8

4. Keuntungan Swamedikasi

Swamedikasi yang dilakukan dengan tanggung jawab akan

memberikan manfaat yaitu:

a. Aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk.

b. Efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80 % sakit bersifat

self-limiting.

c. Biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya

pelayanan kesehatan.

d. Hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas kesehatan.

e. Kepuasan ikut berperan aktif dalam mengambil keputusan terapi.

f. Membantu pemerintan untuk mengatasi keterbatasan jumlah

tenaga kesehatan pada masyarakat.21

5. Kerugian Swamedikasi

Apabila dalam penatalaksanaan swamedikasi tidak rasional,

maka akan menimbulkan kerugian, seperti:

14
a. Obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan

sesuai dengan aturan.

b. Pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat

c. Penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang

lengkap dari iklan obat.

d. Dapat menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan seperti

sensivitas, alergi, efek samping, atau resistensi maupun

ketidakefektifan akibat salah diagnosis dan pemilihan obat. 21

C. Sakit Kepala

1. Pengertian

Sakit kepala adalah suatu nyeri yang dirasakan sebagai

tekanan, sukar dilokalisasi dan kebanyakn menyebar ke sekitarnya.

Sakit kepala termasuk ke dalam nyeri somatik, rasa nyeri ini terasa

di bagian dalam sehingga disebut sebagai nyeri somatik dalam

(nyeri yang datang mendadak). Sakit kepala sering dianggap

sebagai tanda adanya kerusakan organ tubuh atau adanya suatu

hal yang tidak mengenakkan.23

2. Patofisiologi

Mediator nyeri seperti histamin, bradikinin, leukotrien dan

prostaglandin merangsang reseptor nyeri di ujung-ujung saraf

bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian

menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang – kejang.

15
Reseptor nyeri juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh,

terkecuali di sistem saraf pusat. Dari tempat ini rangsangan

disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron

dengan sangat banyak sinaps sumsum belakang, sumsum lanjutan

dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke

pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. 23

3. Jenis Sakit Kepala dan Gejalanya

Sakit kepala beragam jenisnya, mulai dari gejala yang ringan sampai

berat dengan berbagai kekhususannya. Berikut beberapa gejala dan

tanda yang dapat menerangkan jenis dari sakit kepala:

a. Sakit kepala menekan (tension)

Sakit kepala jenis ini terjadinya hilang timbul, tidak terlalu

berat dan dirasakan di kepala bagian depan dan belakang, atau

penderita merasakan kekakuan diseluruh kepala. 11

b. Sakit kepala sebelah (migrain)

Nyeri biasanya dimulai di dalam dan sekitar mata atau

pelipis, lalu menyebar ke salah satu atau kedua sisi kepala.

Sifatnya berdenyut dan disertai hilangnya nafsu makan, mual,

dan muntah.11

c. Sakit kepala karena tekanan darah tinggi (hipertensi)

Sifatnya berdenyut, dirasakan di kepala bagian belakang

atau di puncak kepala.11

d. Sakit kepala karena sinus

16
Nyeri bersifat akut atau sub akut (tidak menahun), dirasakan

dikepala bagian depan, bersifat tumpul atau berat. Biasanya

memburuk di pagi hari dan membaik di siang hari atau

memburuk dalam keadaan dingin atau lembab. 11

D. Analgetik

Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem

saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit

tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetik bekerja dengan

meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit. Berdasarkan

mekanisme kerja pada tingkat molekul, analgetik dibagi menjadi

dua golongan yaitu analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. 20

1. Analgetik Narkotik

Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi

sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi

rasa sakit, yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit yang

disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah

operasi dan kolik usus atau ginjal. Aktivitasnya jauh lebih besar

disbanding golongan analgetik non narkotik, sehingga disebut juga

analgetik kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan euphoria

sehingga banyak disalahgunakan.20

2. Analgetik Non Narkotik

17
Analgetik non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit

yang ringan sampai moderat, sehingga sering disebut analgetik

ringan, juga untuk menurunkan suhu badan pada keadaan panas

badan yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan

rematik. Obat golongan ini mengadakan potensiasi dengan obat -

obat penekan sistem saraf pusat.20

E. Obat

1. Pengertian

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk

biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Dalam penggunaannya,

obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua obat mempunyai

karakteristik dan tujuan sendiri.17

2. Penggolongan Obat

Di Indonesia yang termasuk OTR meliputi: (1) Obat wajib

apotek (OWA) atau obat keras yang dapat diserahkan oleh

apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter; (2) obat

bebas terbatas atau obat yang akan aman dan manjur apabila

digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan yang

terdapat pada label, dan; (3) obat bebas yaitu obat yang relatif

aman digunakan tanpa pengawasan. 17

18
Obat yang digunakan dalam swamedikasi adalah OTR.

Menurut Permenkes No. 919/ MENKES/PER/X/1993 pasal 2

adalah sebagai berikut:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,

anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Swamedikasi dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko

pada kelanjutan penyakit.

c. Penggunaanya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus

yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya

tinggi di Indonesia.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang

dapat dipertanggung jawabkan untuk swamedikasi. 8

Berdasarkan kriteria OTR terdapat dua hal yang harus

dipenuhi oleh sediaan OTR, yaitu:

a. Terjamin aman

b. Terjamin manjur/berkhasiat.

Tolak ukur untuk OTR aman mempunyai kriteria sebagai

berikut:

a. Indeks terapi lebar atau rasio dosis toksis dan dosis terapi

rentangnya lebar.

b. Tidak menimbulkan kecanduan.

c. Penggunaannya sederhana.

19
d. Pengguna-salahnya tidak menimbulkan efek samping obat

(ESO) yang merugikan atau rasio angka kesembuhan dan angka

timbulnya ESO besar.

e. Tidak mendorong penyalahgunaan.

f. Penggunaannya tidak perlu pemantauan.8

Kelompok obat yang baik digunakan untuk swamedikasi

adalah obat-obat yang termasuk dalam obat Over the Counter

(OTC) dan Obat Wajib Apotek (OWA). Obat OTC terdiri dari

obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep dokter, meliputi

obat bebas, dan obat bebas terbatas. Sedangkan untuk Obat

Wajib Apotek hanya dapat digunakan dibawah pengawasan

Apoteker.

1) Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran

dan dapat di beli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada

kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau

dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: Paracetamol,

vitamin dan mineral.6

Seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1

20
Penandaan obat Bebas
2) Obat Bebas Terbatas

Obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih

dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan

disertai tanda peringatan obat bebas terbatas atau obat yang

termasuk ke dalam daftar “W”. Menurut Bahasa Belanda “W”

artinya “Waarschuwing” artinya peringatan. Tanda khusus

pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah

lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh:

CTM.6

Seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2
Penandaan Obat Bebas Terbatas

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat

bebas menurut ketetapan Menteri Kesehatan (Depkes,2006)

terdiri dari enam macam, yaitu P No.1 s/d 6, sebagai berikut:

21
Gambar 3.
Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas6

3) Obat Wajib Apotek

Obat Wajib Apotek adalah golongan obat yang wajib

tersedia di apotek. Merupakan obat keras yang dapat

diperoleh tanpa resep dokter. Obat ini aman dikonsumsi bila

sudah melalui konsultasi dengan apoteker. Tujuan

digolongkannya obat ini adalah untuk melibatkan apoteker

dalam praktik swamedikasi. sesuai ketetapan Menteri

Kesehatan No.347/MenKes/SK/VII/1990 tentang DOWA 1;

No. 924/MenKes/PER/X/1993 tentang DOWA 2; No.

1176/MenKes/SK/X/1999 tentang DOWA 3 diberikan Daftar

Obat Wajib Apotek untuk mengetahui obat mana saja yang

dapat digunakan untuk swamedikasi. obat wajib apotek

terdiri dari kelas terapi oral kontrasepi, obat saluran cerna,

obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang

22
mempengaruhi sistem neuromuscular, anti parasit dan obat

kulit topikal.6

3. Penggunaan Obat Rasional

Menurut WHO tahun 1985 penggunaan obat rasional bila

pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya, periode

waktu yang kuat, dan harga yang terjangkau. Batasan penggunaan

obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria berikut:

a. Tepat diagnosis

b. Tepat indikasi penyakit

c. Tepat pemilihan obat

d. Tepat dosis

1) Tepat jumlah

2) Tepat cara pemberian

3) Tepat interval waktu pemberian

4) Tepat lama pemberian

e. Waspada terhadap efek samping6

Kriteria lain untuk kerasionalan penggunaan obat dapat terdiri

dari beberapa aspek, antara lain ketepatan indikasi, kesesuaian

dosis, ada tidaknya kontra indikasi, ada tidaknya efek samping

dan interaksi obat, serta ada tidaknya polifarmasi. 12

4. Label Obat

Penggunaan obat bertujuan agar dapat memperoleh

kesembuhan dari penyakit yang diderita. Label pada kemasan obat

23
perlu diperhatikan agar pemakaian obat tepat sesuai ketentuan dan

rasional, sebab bila terjadi kesalahan dapat menimbulkan hal-hal

yang tidak diinginkan. Persyaratan label:

a. Sesuai dengan kenyataan, tidak palsu dan tidak menyesatkan.

b. Sesuai dengan isian formulir pendaftaran yang disetujui.

c. Tulisan, pernyataan atau keterangan dalam label harus jelas dan

mudah dibaca.

d. Dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah rusak karena air,

gesekan, pengaruh udara atau sinar matahari.

5. Informasi dalam Kemasan, Etiket dan Brosur

a. Nama Obat

Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan

nama zat aktif yang terkandung di dalamnya. Contoh: nama

dagang (Panadol), nama zat aktif (Parasetamol/acetaminophen).

b. Komposisi Obat

Informasi tentang zat aktif yang terkandung di dalam suatu

obat, dapat merupakan zat tunggal atau kombinasi dari berbagai

macam zat aktif dan bahan tambahan lain.

c. Indikasi

Informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit

d. Aturan Pakai

Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi

waktu dan berapa kali obat tersebut digunakan.

24
e. Peringatan Perhatian

Tanda peringatan yang harus diperhatikan pada setiap

kemasan obat bebas.

f. Tanggal Kadaluarsa

Tanggal yang menunjukkan berakhirnya masa kerja obat.

g. Nama Produsen

Nama industry farmasi yang memproduksi obat.

h. Nomor batch/lot

Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh industri farmasi.

i. Harga Eceran Tertinggi

Harga jual obat tertinggi yang diperbolehkan oleh

pemerintah.

j. Nomor Registrasi

Tanda izin edar abash yang diberikan oleh pemerintah. 5

6. Cara Pemilihan Obat

Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu

diperhatikan:

a. Gejala atau keluhan penyakit

b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia,

diabetes mellitus dan lain-lain.

c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap

obat tertentu.

25
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek

samping dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau

brosur obat.

e. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada

interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.

f. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap,

tanyakan kepada apoteker.

7. Cara Penggunaan Obat

a. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.

b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket

dan brosur.

c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak

diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker

dan dokter.

d. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala

penyakit sama.

e. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih

lengkap tanyakan kepada Apoteker.

f. Cara pemakaian obat yang tepat.

g. Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat

yang tepat dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan

anjuran.5

26
8. Efek Samping Obat dalam Swamedikasi

Efek samping obat adalah efek tidak diinginkan dari

pengobatan dengan pemberian dosis obat yang digunakan untuk

profilaksis, diagnosis maupun terapi. Beberapa reaksi efek samping

obat dapat timbul pada semua orang, sedangkan ada beberapa

obat yang efek sampingnya hanya timbul pada orang tertentu.

Pada swamedikasi, efek samping yang biasa terjadi, yaitu pada

kulit berupa rasa gatal, timbul bercak merah atau rasa panas, pada

kepala terasa pusing, pada saluran pencernaan terasa mual dan

muntah, serta diare. Pada saluran pernafasan terjadi sesak nafas

dan pada jantung terasa dada berdetak kencang (berdebar-debar),

urin berwarna merah sampai hitam.5

9. Tanggal Kadaluarsa

Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan

tangga yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih

tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan

dalam bulan dan tahun. Obat rusk merupakan merupakan obat

yang mengalami perubahan mutu.6

10. Dosis

Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah

gram atau volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat

sesuai umur dan berat badan pasien.6

11. Tempat Penjualan Obat

27
Adalah orang atau badan hukum Indonesia yang memiliki izin

untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat terbatas untuk dijual

secara eceran di tempat tertentu sesuai dengan syarat izinnya.

Obat yang dijual harus bermutu baik dan berasal dari industry dan

Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah mendapatkan izin dari

Kemenkes. Tempat penjualan terbagi atas:

a. Apotek

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 bahwa apotek adalah suatu

tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat.

b. Pedagang Eceran Obat (PEO)

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 133/Menkes/SK/2002 bahwa pedagang eceran obat

adalah orang atau badan hukum Indonesia yang memiliki izin

untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas

untuk dijual secara ditempat tertentu sesuai dengan yang

tercantum dalam surat izin.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif yang

digunakan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan

masyarakat terhadap penggunaan obat swamedikasi analgesik sakit

kepala. Studi penelitian yang digunakan adalah desain cross-sectional

yaitu pengukuran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap

penggunaan obat swamedikasi analgesik sakit kepala dilakukan dalam

periode tertentu.16 Pendekatan secara kuantitatif pada penelitian ini

yaitu dengan pengisian kuisioner dan hasilnya berupa analisis data

dengan chi-square.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat RW 05 Kelurahan

Ragunan Kota Jakarta Selatan, pada bulan Desember 2019 sampai

dengan Januari 2020.

29
C. Kerangka Konsep

Variabel independen (bebas) Variabel dependen (terikat)

Faktor Internal
 Umur
} Jenis kelamin Pengobatan sendiri
 Tingkat pendidikan (swamedikasi analgesik
sakit kepala)
} Status pekerjaan
 Tingkat penghasilan

D. Hipotesis

Adanya hubungan antara umur, tingkat pendidikan, status

pekerjaan dan penghasilan responden dalam pengobatan sendiri

(swamedikasi) obat analgesik sakit kepala.

30
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Kriteria Skala


Penelitian Ukur
1 Umur Umur responden dihitung Kuisioner 1. 18-65 tahun Ordinal
berdasarkan ulang tahun
terakhir pada saat penelitian
dilakukan
2 Jenis kelamin Perbedaan antara laki-laki dan Kuisioner 1. Laki-laki Nominal
perempuan secara biologis 2. Perempuan
sejak seseorang lahir
3 Tingkat Pendidikan formal terakhir Kuisioner 1. SD Ordinal
pendidikan serta tingkatan tertinggi yang 2. SMP
ditempuh oleh responden 3. SMA/sederajat
hingga dinyatakan lulus. 4. D3
5. Sarjana
4 Status Kegiatan tetap yang dilakukan Kuisioner 1. Tidak Bekerja Nominal
Pekerjaan responden sehari-hari. 2. Wiraswasta
3. Pegawai Swasta
4. Pegawai Negeri
5. Ibu Rumah Tangga
5 Tingkat Jumlah pendapatan yang Kuisioner 1. < Rp 4.200.000 Ordinal
Penghasilan berasal dari pekerjaan dalam 2. ≥ Rp 4.200.000
sebulan
6 Pengetahuan Tingkat pengetahuan Kuisioner Menurut Arikunto kriteria Ordinal
pengobatan resonden meliputi hal-hal yang pengetahuan dibagi
sendiri/ berkaitan dengan penggunaan menjadi :1
swamedikasi obat yang digunakan pada a. Kurang < 56%
swamedikasi b. Cukup (56%75%)
c. Baik (76%-100%)
7 Pengetahuan Pengetahuan responden Kuisioner a. Kurang < 56% Ordinal
Analgesik sakit terkait jenis obat yang b. Cukup (56%75%)
kepala digunakan untuk sakit kepala c. Baik (76%-100%
8 Sumber Segala hal yang dapat Kuisioner 1. Keluaga Nominal
Infomasi menambah wawasan 2. Tetangga atau teman
responden atau sumber berita 3. Tenaga Kesehatan
dari luar terkait pengobatan 4. iklan
sendiri untuk sakit kepala
9 Tempat Sumber tempat dimana Kuisioner 1. Apotek Nominal
mendapatkan responden mendapatkan obat 2. Toko obat
obat (modern/tradisional) untuk 3. Warung
pengobatan sendiri sakit 4. Supermaket
kepala 5. Minimarket

F. Populasi dan Sampel

Populasi target dalam penelitian ini adalah masyarakat yang

bertempat tinggal di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan.

31
Populasi tersebut bukan termasuk tenaga kesehatan maupun tenaga

medis. Responden yang diambil dari populasi terjangkau dengan

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

A. Kriteria Inklusi:

a. Seseorang yang bersedia menjadi responden (bersedia mengisi

kuisioner)

b. Responden yang tinggal di RW 05 Kelurahan Ragunan (paling

lama 1 tahun terakhir) dan tidak mengontrak.

c. Berusia 18-65 tahun

d. Pernah atau sedang melakukan swamedikasi sakit kepala.

B. Kriteria Ekslusi:

a. Tidak bersedia menjadi responden (tidak bersedia mengisi

kuisioner).

b. Salah satu pertanyaan tidak di jawab.

Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah

responden menggunakan Rumus Slovin.

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Sampel yang dibutuhkan

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan sebesar 5% (0,05)

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 650 kepala

keluarga, sehingga persentase yang digunakan 5% dari hasil perhitungan

32
dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Adapun perhitungannya

sebagai berikut:

650
n=
1+ 650¿ ¿

650
n= = 247,6 responden ≈ 248 responden
1+ 650(0,0025)

Setelah dihitung menggunakan rumus slovin, di peroleh responden

sebanyak 248 responden, maka dihitung jumlah sampel minimal tiap RT,

dengan rumus:

¿
ni = N x n

Keterangan :

ni = Jumlah sampel

NI = Jumlah populasi setiap RT

N = Jumlah populasi keseluruhan (650)

n = Sampel yang dibutuhkan (248)

Berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan:

33
Tabel 1.
Jumlah Kepala Keluarga (KK) RW 05 Kelurahan Ragunan
Tahun 2019

No RT Jumlah KK Jumlah Sampel


1 001 25 10
2 002 25 10
3 003 80 30
4 004 74 28
5 005 58 22
6 006 25 10
7 007 89 33
8 008 33 13
9 009 28 11
10 010 53 20
11 011 63 24
12 012 34 13
13 013 34 13
14 014 29 11
Total 650 248

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-random

sampling secara purposive berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi yang disesuaikan dengan karakteristik populasi dan tujuan

penelitian, sehingga jumlah sampel yang didapat representatif untuk

diamati dan dianalisis.

G. Pengumpulan Data

1. Pengurusan Izin Penelitian

a. Pengurusan izin penelitian di lakukan pertama dari tingkat

Kampus Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta yang

memberikan surat pengantar untuk ditujukan kepada ketua RW

34
05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan yang akan

digunakan sebagai tempat pengambilan data.

b. Peneliti mengunjungi masing-masing responden di wilayah

tempat dilakukan penelitian. Peneliti memperkenalkan diri lalu

menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.

Kemudian peneliti meminta responden yang bersedia

berpartisipasi dalam penelitian untuk menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden (informed content). Peneliti

menyebarkan kuisioner kepada responden yang telah memenuhi

kriteria inklusi dan bersedia mengisi kuisioner.

c. Responden menjawab pertanyaan pada lembar kuisioner yang

telah disediakan oleh peneliti. Responden dapat bertanya

kepada peneliti apabila mengalami kesulitan dalam pengisian

kuisioner

d. Setelah lembar kuisioner selesai diisi maka dikumpulkan kepada

peneliti dan di cek kembali kelengkapan jawabannya dan peneliti

menjamin kerahasiaannya.

e. Penelitian ini menggunakan pertanyaan – pertanyaan tertutup

dan menggunakan kuisioner langsung. Pengumpul data dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dilaksanakan pada

bulan Desember 2019 sampai dengan Januari 2020.

2. Pembuatan Instrument

35
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam

penelitian ini untuk pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan

kuisioner sebagai instrument penelitian. Kuisioner merupakan alat

ukur berupa angket atau kuisioner dengan beberapa pertanyaan.

Dalam penelitian ini menggunakan kuisioner tertutup sehingga

responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban

yang sudah ada.10 Peneliti menggunakan kuisioner yang diambil

dari Skripsi yang berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Terhadap Penggunaan Obat Analgetik dalam

Swamedikasi di Masyarakat Desa Rancabango Kabupaten Garut

tahun 2019, yang sudah dimodifikasi.

Kuisioner ini menggunakan skala jenis skala Guttman. Skala

Guttman merupakan skala penelitian yang memiliki hanya dua

pilihan jawaban ya atau tidak, benar atau salah, positif atau negatif,

dan pernah atau tidak pernah. Skala Guttman ini pada umumnya

dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor

benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisisnya dapat

dilakukan seperti skala Likert.9

H. Cara Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul di dalam tahap pengumpulan data,

kemudian perlu diolah kembali agar data lebih sederhana. Sehingga

data yang telah terkumpul dan menyajikannya sudah tersusun dengan

baik dan rapi kemudian baru dianalisis. Tahap-tahap pengolahan data:

36
1. Penyuntingan (editing)

Editing adalah proses pemeriksaan data mulai dari pemeriksaan

kelengkapan data, kesinambungan data hingga keseragaman data

yang akan digunakan peneliti dalam penelitian.

2. Pengkodean (coding)

Coding adalah suatu proses pengkodean jawaban yang diberikan

oleh responden yang bertujuan untuk mempermudah proses

pengolahan data. Cara pengkodean adalah jika pertanyaan terbuka

maka peneliti melakukan proses kesimpulan data, kemudian

kelompokkan berdasarkan kategori tertentu lalu yang terakhir

dilakukan pengkodean dalam bentuk symbol angka. Jika pertanyaan

tertutup maka tiap kategori langsung diberikan kode berupa angka

untuk setiap jawaban yang ditetapkan.

3. Memasukkan data (Data Entry)

Memasukkan data kedalam tabel-tabel dan mengatur angka-

angka sehingga dapat dihitung jumlah jawaban dari berbagai

kategori.

4. Membersihkan data (Cleaning)

Mengoreksi kembali data yang sudah diklasifikasikan untuk

memastikan bahwa data tersebut sudah baik dan benar serta siap

untuk dianalisa.10

37
I. Analisis Data

Analisis data berperan untuk mengubah suatu data menjadi

informasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Analisis statistik dapat

berbentuk deskriptif dan analitik. Analisis data pada penelitian ini

menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social

Science) for windows versi 25 melalui tahap sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap satu

variabel secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan

dengan variabel lainnya. Analisis univariat ini menggunakan statistik

deskriptif untuk mendapatkan gambaran distribusi karakteristik

sosiodemografi responden (usia, jenis kelamin, status pendidikan,

pekerjaan, dan penghasilan) dan mengetahui tingkat pengetahuan

tentang swamedikasi analgesik sakit kepala.9

2. Analisis Bivariat

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan Uji Chi-

Square. Chi square adalah salah satu uji statistik non parametrik

yang melihat hubungan antara 2 variabel. Data dua variabel

merupakan data dalam bentuk kategorik dengan skala ukur nominal.

Interpretasi data dilihat dari nila signifikan yang diperoleh. Jika nilai

signifikan yang di dapat < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

antara variabel 1 dan variabel 2 memiliki hubungan yang kuat dan

sebaliknya.

38
Syarat chi square dapat digunakan yaitu:

a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut

juga Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).

b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 x 2, maka tidak boleh ada 1

cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga

expected count (Fh) kurah dari 5.

c. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, missal 2 x 3, maka

jumlah cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak

boleh lebih dari 20%.9

39
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan di wilayah RW 05 Kelurahan Ragunan

yang terletak di Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan

dengan batas-batas wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan

Kelurahan Cilandak Timur, sebelah barat berbatasan Kecamatan

Cilandak, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Jatipadang,

sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jagakarsa. Kelurahan

Ragunan memiliki luas wilayah 2,90 Km 2 yang terdiri dari 11 Rukun

warga (RW) dan 145 Rukun Tetangga (RT).

B. Hasil Penelitian Analisis Univariat

Pada penelitian univariat bertujuan untuk mengetahui karakteristik

responden, pengetahuan swamedikasi, pengetahuan obat analgesik

sakit kepala, sumber informasi, alasan melakukan swamedikasi, dan

jenis obat analgesik sakit kepala yang digunakan responden. Adapun

hasil penelitian dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

40
1. Gambaran pengetahuan swamedikasi analgesik sakit kepala

berdasarkan umur responden

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi frekuensi umur

responden yang melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi)

analgesik sakit kepala di RW 05 Kelurahan Ragunan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.
Distribusi responden berdasarkan umur

No Kategori Umur Jumlah %

1 18-40 tahun 163 65,7


2 41-65 tahun 85 34,3
Jumlah 248 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa distribusi umur

responden diketahui bahwa sebanyak 163 responden (65,7%)

berusia 18-40 tahun, dan sebanyak 85 responden (34,3%) berusia

41-65 tahun.

2. Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi frekuensi jenis

kelamin responden yang melakukan pengobatan sendiri

(swamedikasi) analgesik sakit kepala di RW 05 Kelurahan

Ragunan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

41
Tabel 3.
Distribusi respoden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-laki 84 33,9
2 Perempuan 164 66,1
Jumlah 248 100

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa distribusi jenis

kelamin responden diketahui bahwa sebanyak 84 responden

(33,9%) adalah laki-laki, dan sebanyak 164 responden (66,1%)

adalah perempuan.

3. Gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi frekuensi tingkat

pendidikan responden yang melakukan pengobatan sendiri

(swamedikasi) analgesik sakit kepala di RW 05 Kelurahan

Ragunan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 SD 11 4,4
2 SMP 15 6,0
3 SMA/sederajat 174 70,2
4 Perguruan Tinggi 48 19,4

42
Jumlah 248 100

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa distribusi tingkat

pendidikan responden dapat diketahui bahwa sebanyak 11

responden (4,4%) dengan tingkat pendidikan SD, sebanyak 15

responden (6%) dengan tingkat pendidikan SMP, sebanyak 174

responden (70,2%) dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat, dan

sebanyak 48 responden (19,4%) dengan tingkat pendidikan

Perguruan Tinggi.

4. Gambaran responden berdasarkan status pekerjaan

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi frekuensi status

pekerjaan responden yang melakukan pengobatan sendiri

(swamedikasi) analgesik sakit kepala di RW 05 Kelurahan

Ragunan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.
Distribusi responden berdasarkan status pekerjaan

No Status Pekerjaan Jumlah %


1 Tidak Bekerja 102 41,1
2 Wiraswasta 22 8,9
3 Pegawai Swasta 90 36,3
4 Pegawai Negeri 34 13,7
Jumlah 248 100

43
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa distribusi status

pekerjaan responden dapat diketahui bahwa sebanyak 102

responden (41,1%) tidak bekerja, ada 22 responden (8,9%)

wiraswasta, ada 90 responden (36,3%) Pegawai Swasta, dan ada

34 responden (13,7%) Pegawai Negeri.

5. Gambaran responden berdasarkan tingkat penghasilan

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi frekuensi tingkat

penghasilan responden yang melakukan pengobatan sendiri

(swamedikasi) analgesik sakit kepala di RW 05 Kelurahan

Ragunan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6.
Distribusi responden berdasarkan tingkat penghasilan

No Tingkat Penghasilan Jumlah %

1 < Rp.4.200.000 172 69,4


2 > Rp.4.200.000 76 30,6
Jumlah 248 100

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa distribusi tingkat

penghasilan responden dapat diketahui bahwa sebanyak 172

responden (69,4%) yang berpenghasilan di bawah UMR dan ada

sebanyak 76 responden (30,6%) yang berpenghasilan di atas

UMR.

44
6. Gambaran pengetahuan responden tentang pengobatan

sendiri (Swamedikasi)

Dari hasil penelitian, diperoleh gambaran pengetahuan

responden tentang pengobatan sendiri (swamedikasi) di RW 05

Kelurahan Ragunan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
tentang swamedikasi di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota
Jakarta Selatan

No Gambaran Pengetahuan Jumlah %


Swamedikasi
1 Kurang 22 8,9
2 Cukup 149 60,1
3 Baik 77 31,0
Jumlah 248 100

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sebanyak 22

responden (8,9%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang

swamedikasi, sebanyak 149 responden (60,1%) memiliki

pengetahuan cukup baik tentang swamedikasi, dan sebanyak 77

responden (31,0%) memiliki pengetahuan yang baik tentang

swamedikasi.

7. Gambaran pengetahuan responden tentang analgesik sakit

kepala

45
Dari hasil penelitian, diperoleh gambaran pengetahuan

responden tentang analgesik sakit kepala di RW 05 Kelurahan

Ragunan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 8.
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
tentang analgesik di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta
Selatan

No Pengetahuan Analgesik Jumlah %


1 Kurang 15 6,0
2 Cukup 115 46,4
3 Baik 118 47,6
Jumlah 248 100

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa sebanyak 15

responden (6,0%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang

analgesik sakit kepala, ada sebanyak 115 responden (46,4%)

memiliki pengetahuan cukup baik tentang analgesik sakit kepala,

dan sebanyak 118 responden (47,6%) memiliki pengetahuan yang

baik tentang analgesik sakit kepala.

8. Gambaran sumber informasi obat yang didapatkan

responden

Dari hasil penelitian, diperoleh didstribusi frekuensi sumber

informasi obat yang didapatkan responden untuk melakukan

46
swamedikasi analgesik sakit kepala di RW 05 Kelurahan Ragunan

yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 9.
Distribusi responden berdasarkan sumber informasi obat
tentang swamedikasi analgesik sakit kepala di RW 05
Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan

No Sumber Informasi Jumlah %


1 Keluarga 97 39,1
2 Tetangga/Teman 52 21,0
3 Tenaga Kesehatan 58 23,4
4 Iklan 41 16,5
Total 248 100

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa sebanyak 97 responden

(39,1%) memperoleh informasi tentang pengobatan sendiri

analgesik sakit memperoleh informasi dari keluarga, ada

sebanyak 52 responden (21,0) memperoleh informasi dari

tetangga/teman, sebanyak 58 responden (23,4%) memperoleh

informasi dari tenaga kesehatan (Dokter /Apoteker /Petugas

Apotek), dan sebanyak 41 responden (16,5%) memperoleh

informasi dari iklan di media cetak maupun elektronik.

9. Gambaran tempat mendapatkan obat untuk melakukan

swamedikasi

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi frekuensi tempat

responden mendapatkan obat untuk melakukan swamedikasi

analgesik sakit kepala di RW 05 Kelurahan Ragunan yang dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

47
Tabel 10.
Distribusi responden berdasarkan tempat mendapatkan obat
untuk swamedikasi analgesik di RW 05 Kelurahan Ragunan
Kota Jakarta Selatan

No Tempat Mendapatkan Jumlah %


Obat
1 Apotek 107 43,1
2 Toko Obat 19 7,7
3 Warung 110 44,4
4 Supermaket 3 1,2
5 Minimarket 9 3,6
Jumlah 248 100

Berdasarkan tabel 10 dapat di lihat bahwa sebanyak 97

responden (39,1%) memperoleh obat dari Apotek, ada sebanyak

23 responden (9,3%) memperoleh obat dari toko obat, 109

responden (44%) memperoleh obat dari warung, 3 responden

(1,2%) memperoleh obat dari supermarket, dan sebanyak 16

responden (6,5%) memperoleh obat dari minimarket.

10. Alasan melakukan swamedikasi

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi frekuensi alasan

responden melakukan swamedikasi dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 11.
Distribusi alasan responden melakukan pengobatan sendiri
(swamedikasi)

48
No Alasan Swamedikasi Jumlah %
1 Pengalaman pemakaian 68 27,4
obat sebelumnya
2 Lebih murah 73 29,4
3 Penyakit ringan 74 29,8
4 Lebih cepat 33 13,3
Jumlah 248 100

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa alasan melakukan

swamedikasi dengan obat analgesik yang didapatkan dari

responden di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan

karena dari pengalaman pemakaian obat sebelumnya sebanyak

68 responden (27,4%), sebanyak 73 responden (29,4%) karena

lebih murah, sebanyak 74 responden (29,8%) karena penyakit

ringan, dan sebanyak 33 responden (13,3%) melakukan

swamedikasi karena lebih cepat.

11. Obat analgesik sakit kepala yang banyak digunakan

Dari hasil penelitian, dperoleh distribusi frekuensi obat

analgesik yang paling banyak digunakan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 12.
Distribusi responden obat analgesik sakit kepala

No Jenis Obat Analgesik Jumlah %


1 Panadol 103 41,5
2 Paramex 52 21,0
3 Paracetamol 61 24,6

49
4 Bodrex 22 8,9
5 Sumagesic 10 4.0
Jumlah 248 100

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa obat analgesik sakit

kepala di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan paling

banyak digunakan adalah Panadol sebanyak 103 responden

(41,5%), dan paling sedikit digunakan yaitu Sumagesic sebanyak

10 responden (4%), sisa nya ada 52 responden yang

menggunakan obat Paramex sebanyak 52 responden (21%),

sebanyak 61 responden (24,6%) menggunakan obat Paracetamol,

dan sebanyak 22 responden (8,9%) menggunakan obat Bodrex

sebagai upaya melakukan pengobatan sakit kepala.

C. Hasil Penelitian Analisis Bivariat

Pada penelitian bivariat bertujuan untuk melihat adanya hubungan

antara dua variabel yaitu dependen dan independen, dengan menggunakan

uji statistic Chi Square. Adapun hasil penelitian penelitian dari masing-

masing bagian adalah sebagai berikut:

1. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Swamedikasi

50
Dari hasil penelitian, diperoleh analisis bivariat hubungan umur

dengan pengetahuan pengobatan sendiri (swamedikasi) dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 13.
Distribusi respondenberdasarkan hubungan umur dengan
pengetahuan pengobatan sendiri (swamedikasi) di RW 05
Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan

Pengetahuan Swamedikasi
P
Umur Kurang Cukup Total
Baik Value
Responden Baik Baik
n % n % n % n %
18-40 tahun 16 9,8 88 54,0 59 36,2 159 100
0,040
41-65 tahun 6 7,1 60 70,6 19 22,4 89 100
Jumlah 22 8,9 148 59,7 78 31,5 248 100

Berdasarkan tabel 13 dapat di lihat hasil analisis hubungan

antara umur dengan pengetahuan swamedikasi, diperoleh bahwa

responden dengan umur 18-40 tahun sebanyak 59 responden

(36,2%) memiliki pengetahuan yang baik tentang pengobatan

sendiri (swamedikasi), sebanyak 88 responden (54,0%) memiliki

pengetahuan yang cukup baik, dan 16 responden (9,8%) memiliki

pengetahuan yang kurang baik.

Responden dengan umur 41-65 tahun sebanyak 19 responden

(22,4%) memiliki pengetahuan yang baik tentang pengobatan

sendiri (swamedikasi), sebanyak 60 responden (70,6%) memiliki

51
pengetahuan yang cukup baik, dan 6 responden (7,1%) memiliki

pengetahuan yang kurang baik.

Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat P value 0,040 < 0,05 maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara umur

responden terhadap pengetahuan tentang pengobatan sendiri

(swamedikasi).

2. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Swamedikasi Analgesik

Sakit Kepala

Dari hasil penelitian, diperoleh analisis bivariat hubungan

umur dengan pengetahuan pengobatan sendiri obat analgesik sakit

kepala dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 14.
Distribusi respondenberdasarkan hubungan umur dengan
pengetahuan pengobatan sendiri analgesik sakit kepala di RW
05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan

Pengetahuan Obat Analgesik


Sakit Kepala P
Umur Total
Kurang Cukup Value
Responden Baik
Baik Baik
n % n % n % n %
18-40 tahun 11 6,7 71 43,6 81 49,7 163 100
41-65 tahun 4 4,7 44 51,8 37 43,5 85 100 0,440

11
Jumlah 15 6,0 115 46,4 47,6 248 100
8

52
Berdasarkan tabel 14 dapat di lihat hasil analisis hubungan

antara umur dengan pengetahuan swamedikasi obat analgesik

sakit kepala, diperoleh bahwa responden dengan umur 18-40 tahun

sebanyak 81 responden (49,7%) memiliki pengetahuan yang baik

tentang pengobatan sendiri obat analgesik sakit kepala, sebanyak

71 responden (43,6%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan

11 responden (6,7%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden dengan umur 41-65 tahun sebanyak 37 responden

(43,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang pengobatan

sendiri obat analgesik sakit kepala, sebanyak 44 responden

(51,8%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 4 responden

(4,7%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat P value 0,440 > 0,05 maka

dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur

responden terhadap pengetahuan tentang pengobatan sendiri obat

analgesik sakit kepala.

3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan

Swamedikasi

Dari hasil penelitian, diperoleh analisis bivariat hubungan

tingkat pendidikan dengan pengetahuan pengobatan sendiri

(swamedikasi) dilihat pada tabel dibawah ini:

53
Tabel 15.
Distribusi respondenberdasarkan hubungan tingkat
pendidikan dengan pengetahuan pengobatan sendiri
(swamedikasi) di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta
Selatan

Pengetahuan Swamedikasi
Tingkat P
Kurang Cukup Total
Pendidikan Baik Value
Baik Baik
Responden
n % n % n % n %
SD 2 18,2 7 63,6 2 18,2 11 100
SMP 1 6,7 10 66,7 4 26,7 15 100
SMA/sederajat 15 8,6 114 65,5 45 25,9 174 100 0,004

Perguruan
4 8,3 17 35,4 27 56,3 48 100
Tinggi
Jumlah 22 8,9 148 59,7 78 31,5 248 100

Berdasarkan tabel 15 dapat di lihat hasil analisis hubungan antara

tingkat pendidikan dengan pengetahuan pengobatan sendiri

(swamedikasi), diperoleh bahwa responden dengan tingkat

pendidikan terakhir SD sebanyak 2 responden (18,2%) memiliki

pengetahuan yang baik tentang pengetahuan pengobatan sendiri

(swamedikasi), sebanyak 7 responden (63,6%) memiliki

pengetahuan yang cukup baik, dan 2 responden (18,2%) memiliki

pengetahuan yang kurang baik.

Responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak

2 responden (18,2%) memiliki pengetahuan yang baik tentang

pengobatan sendiri (swamedikasi), sebanyak 7 responden (63,6%)

54
memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 2 responden (6,7%)

memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA/sederajat

sebanyak 45 responden (25,9%) memiliki pengetahuan yang baik

tentang pengobatan sendiri (swamedikasi), sebanyak 114

responden (65,5%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 15

responden (8,6%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden dengan tingkat pendidikan terakhir Perguruan

Tinggi sebanyak 27 responden (56,3%) memiliki pengetahuan yang

baik tentang pengobatan sendiri (swamedikasi), sebanyak 17

responden (35,4%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 4

responden (8,3%) memiliki pengetahuan yang kurang baik

Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat P value 0,004 < 0,05 maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pendiidkan responden terhadap pengetahuan tentang pengobatan

sendiri (swamedikasi).

4. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Swamedikasi Analgesik

Sakit Kepala

Dari hasil penelitian, diperoleh analisis bivariat hubungan

tingkat pendidikan dengan pengetahuan pengobatan sendiri obat

analgesik sakit kepala dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 16.
Distribusi respondenberdasarkan hubungan tingkat
pendidikan dengan pengetahuan pengobatan sendiri obat

55
analgesik sakit kepala di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota
Jakarta Selatan

Pengetahuan Obat Analgesik


Sakit Kepala P
Tingkat Total Valu
Pendidikan Kurang Cukup e
Baik
Responden Baik Baik
n % n % n % n %
27, 45, 27, 10
SD 3 5 3 11
3 5 3 0
13, 53, 33, 10
SMP 2 8 5 15
3 3 3 0
SMA/ 50, 45, 17 10 0,04
7 4,0 88 79
sederajat 6 4 4 0
Perguruan 29, 64, 10
3 6,3 14 31 48
Tinggi 2 6 0
1 11 46, 11 47, 24 10
Jumlah 6,0
5 5 4 8 6 8 0

Berdasarkan tabel 16 dapat di lihat hasil analisis hubungan

antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan pengobatan sendiri

obat analgesik sakit kepala, diperoleh bahwa responden dengan

tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 3 responden (27,3%)

memiliki pengetahuan yang baik tentang pengetahuan pengobatan

sendiri obat anlgesik sakit kepala, sebanyak 5 responden (45,5%)

memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 3 responden (27,3%)

memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak

5 responden (33,3%) memiliki pengetahuan yang baik tentang

56
pengobatan sendiri obat analgesik sakit kepala, sebanyak 8

responden (53,3%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 2

responden (13,3%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA/sederajat

sebanyak 79 responden (45,4%) memiliki pengetahuan yang baik

tentang pengobatan sendiri obat analgesik sakit kepala, sebanyak

88 responden (50,6%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan

7 responden (4,0%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden dengan tingkat pendidikan terakhir Perguruan

Tinggi sebanyak 31 responden (64,6%) memiliki pengetahuan yang

baik tentang pengobatan sendiri obat analgesik sakit kepala,

sebanyak 14 responden (29,2%) memiliki pengetahuan yang cukup

baik, dan 3 responden (6,3%) memiliki pengetahuan yang kurang

baik

Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat P value 0,004 < 0,05 maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan responden terhadap pengetahuan tentang pengobatan

sendiri obat analgesik sakit kepala.

5. Hubungan Status Pekerjaan dengan Pengetahuan

Swamedikasi

Dari hasil penelitian, diperoleh analisis bivariat hubungan status

pekerjaan dengan pengetahuan pengobatan sendiri (swamedikasi)

dilihat pada tabel dibawah ini:

57
Tabel 17.
Distribusi respondenberdasarkan hubungan status pekerjaan
dengan pengetahuan pengobatan sendiri (swamedikasi) di RW
05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan

Pengetahuan Swamedikasi
Status P
Kurang Cukup Total
Pekerjaan Baik Value
Baik Baik
Responden
n % n % n % n %
Tidak
6 5,9 77 75,5 19 18,6 102 100
Bekerja
Wiraswasta 2 9,1 8 36,4 12 54,5 22 100
Pegawai 0,00
10 11,1 52 57,8 28 31,1 90 100
Swasta
Pegawai
4 11,8 11 32,4 19 55,9 34 100
Negeri
Jumlah 22 8,9 148 59,7 78 31,5 248 100

Berdasarkan tabel 17 dapat di lihat hasil analisis hubungan

antara status pekerjaan dengan pengetahuan pengobatan sendiri

(swamedikasi), diperoleh bahwa responden yang tidak bekerja

sebanyak 19 responden (18,6%) memiliki pengetahuan yang baik

tentang pengetahuan pengobatan sendiri (swamedikasi), sebanyak

77 responden (75,5%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan

6 responden (5,9%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 12

responden (54,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang

58
pengobatan sendiri (swamedikasi), sebanyak 8 responden (36,4%)

memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 2 responden (9,1%)

memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden yang bekerja sebagai Pegawai Swasta sebanyak

28 responden (31,1%) memiliki pengetahuan yang baik tentang

pengobatan sendiri (swamedikasi), sebanyak 52 responden

(57,8%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 11 responden

(32,4%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri sebanyak 19

responden (55,9%) memiliki pengetahuan yang baik tentang

pengobatan sendiri (swamedikasi), sebanyak 11 responden

(32,4%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 4 responden

(11,8%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat P value 0,00 < 0,05 maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara status

pekerjaan responden terhadap pengetahuan tentang pengobatan

sendiri (swamedikasi).

6. Hubungan Status Pekerjaan dengan Swamedikasi Analgesik

Sakit Kepala

Dari hasil penelitian, diperoleh analisis bivariat hubungan status

pekerjaan dengan pengetahuan pengobatan sendiri obat analgesik

sakit kepala dilihat pada tabel dibawah ini:

59
Tabel 18.
Distribusi responden berdasarkan hubungan status pekerjaan
dengan pengetahuan pengobatan sendiri obat analgesik sakit
kepala di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan

Pengetahuan Obat Analgesik


Sakit Kepala P
Status Total
Pekerjaan Kurang Cukup Value
Baik
Responden Baik Baik
n % n % n % n %
Tidak
7 6,9 52 51,0 43 42,2 102 100
Bekerja
Wiraswasta 3 13,6 13 59,1 6 27,3 22 100
Pegawai 0,041
3 3,3 41 45,6 46 51,0 90 100
Swasta
Pegawai
2 5,9 9 26,5 23 67,6 34 100
Negeri
11
Jumlah 15 6,0 115 46,4 47,6 248 100
8

Berdasarkan tabel 18 dapat di lihat hasil analisis hubungan

antara status pekerjaan dengan pengetahuan pengobatan sendiri

obat analgesik sakit kepala, diperoleh bahwa responden yang tidak

bekerja sebanyak 43 responden (42,2%) memiliki pengetahuan

yang baik tentang pengetahuan pengobatan sendiri obat analgesik

sakit kepala, sebanyak 52 responden (51,0%) memiliki

pengetahuan yang cukup baik, dan 7 responden (6,9%) memiliki

pengetahuan yang kurang baik.

60
Responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 6

responden (27,3%) memiliki pengetahuan yang baik tentang

pengobatan sendiri obat analgesik sakit kepala, sebanyak 13

responden (59,1%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 3

responden (13,6%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden yang bekerja sebagai Pegawai Swasta sebanyak

46 responden (51,1%) memiliki pengetahuan yang baik tentang

pengobatan sendiri (swamedikasi) obat analgesik sakit kepala,

sebanyak 41 responden (45,6%) memiliki pengetahuan yang cukup

baik, dan 3 responden (3,3%) memiliki pengetahuan yang kurang

baik.

Responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri sebanyak 23

responden (67,6%) memiliki pengetahuan yang baik tentang

pengobatan sendiri (swamedikasi) obat analgesik sakit kepala,

sebanyak 9 responden (26,5%) memiliki pengetahuan yang cukup

baik, dan 2 responden (5,9%) memiliki pengetahuan yang kurang

baik.

Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat P value 0,041 < 0,05 maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara status

pekerjaan responden terhadap pengetahuan tentang pengobatan

sendiri obat analgesik sakit kepala.

7. Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Pengetahuan

Swamedikasi

61
Dari hasil penelitian, diperoleh analisis bivariat hubungan

tingkat penghasilan dengan pengetahuan pengobatan sendiri

(swamedikasi) dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 19.
Distribusi responden berdasarkan hubungan tingkat
penghasilan dengan pengetahuan pengobatan sendiri
(swamedikasi) di RW 05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta
Selatan

62
Pengetahuan Swamedikasi
Tingkat P
Kurang Cukup Total
Penghasilan Baik Value
Baik Baik
Responden
n % n % n % n %
<Rp.4.200.00 1 17
7,0 115 66,9 45 26,2 100
0 2 2
>Rp.4.200.00 1 13, 0,004
34 44,7 32 42,1 76 100
0 0 2
2 24
Jumlah 8,9 149 60,1 77 31,0 100
2 8

Berdasarkan tabel 19 dapat di lihat hasil analisis hubungan

antara tingkat penghasilan dengan pengetahuan pengobatan

sendiri (swamedikasi), diperoleh bahwa responden yang

berpenghasilan dibawah UMR (<Rp.4.200.000) sebanyak 45

responden (26,2%) responden memiliki pengetahuan yang baik

tentang pengetahuan pengobatan sendiri (swamedikasi), sebanyak

115 responden (66,9%) memiliki pengetahuan yang cukup baik,

dan 12 responden (7,0%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Responden yang berpenghasilan di atas UMR (>Rp.4200.000)

sebanyak 32 responden (42,1%) memiliki pengetahuan yang baik

tentang pengobatan sendiri (swamedikasi), sebanyak 34 responden

(44,7%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, dan 10 responden

(13,2%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

63
Berdasarkan tabel 19 dapat dilihat P value 0,04 < 0,05 maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara status

pekerjaan responden terhadap pengetahuan tentang pengobatan

sendiri (swamedikasi).

8. Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Swamedikasi

Analgesik Sakit Kepala

Dari hasil penelitian, diperoleh analisis bivariat hubungan

tingkat penghasilan dengan pengetahuan pengobatan sendiri obat

analgesik sakit kepala dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 20.
Distribusi responden berdasarkan hubungan tingkat
penghasilan dengan pengetahuan pengobatan sendiri
(swamedikasi) obat analgesik sakit kepala di RW 05 Kelurahan
Ragunan Kota Jakarta Selatan

Pengetahuan Obat Analgesik


Sakit Kepala P
Tingkat Total
Penghasilan Kuran Cukup Value
Baik
Responden g Baik Baik
n % n % n % n %
48, 17
<Rp.4.200.000 10 5,8 84 78 45,3 100
8 2
0,503
40,
>Rp.4.200.000 5 6,6 31 40 52,6 76 100
8
46, 24
Jumlah 15 6,0 115 118 47,6 100
4 8

Berdasarkan tabel 20 dapat di lihat hasil analisis hubungan

antara tingkat penghasilan dengan pengetahuan pengobatan

sendiri (swamedikasi) obat analgesik sakit kepala, diperoleh bahwa

64
responden yang berpenghasilan dibawah UMR (<Rp.4.200.000)

sebanyak 78 responden (45,3%) memiliki pengetahuan yang baik

tentang pengetahuan pengobatan sendiri (swamedikasi) obat

analgesik sakit kepala, sebanyak 84 responden (48,8%) memiliki

pengetahuan yang cukup baik, dan 10 responden (5,8%) memiliki

pengetahuan yang kurang baik.

Responden yang berpenghasilan di atas UMR (>Rp.4200.000)

sebanyak 40 responden (52,6%) memiliki pengetahuan yang baik

tentang pengobatan sendiri (swamedikasi) obat analgesik sakit

kepala, sebanyak 31 responden (40,8%) memiliki pengetahuan

yang cukup baik, dan 5 responden (6,6%) memiliki pengetahuan

yang kurang baik.

Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat P value 0,503 > 0,05 maka

dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara

tingkat penghasilan responden terhadap pengetahuan tentang

pengobatan sendiri (swamedikasi) obat analgesik sakit kepala.

D. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Pada penelitian ini responden merupakan masyarakat RW 05

Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan. Responden yang

didapat adalah sebanyak 248 orang. Teknik pengambilan sampel

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan

65
pertimbangan tertentu. Ada empat karakteristik responden yang

digunakan pada penelitian ini yaitu usia, tingkat pendidikan, status

pekerjaan, dan tingkat penghasilan.

Berdasarkan karakteristik usia pada penelitian ini dibagi

menjadi dua kelompok yaitu usia 18-40 tahun (dewasa awal) dan

usia 41-65 tahun (separuh baya). Dari hasil penelitian diperoleh

kelompok usia 18-40 tahun sebanyak 56 responden (36,2%)

memiliki pengetahuan yang baik tentang pengobatan sendiri

(swamedikasi) dibandingkan dengan kelompok usia 41-65 tahun

sebanyak 19 responden (22,4%).

Dengan metode chi square diketahui adanya hubungan bermakna

antara usia responden dengan pengetahuan pengobatan sendiri

(swamedikasi) karena dari hasil uji statistik nilai P value yang

didapat 0,040 dimana p < 0,05. Usia mempengaruhi daya tangkap

dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperolehnya akan semakin membaik. Hal ini

sejalan dengan penelitian Hilda Suherman dan Dina Febrina yang

dilakukan di Kota Purwokerto (2018) bahwa rentang usia 18-40

tahun merupakan kategori usia prima yang idealnya telah bekerja.

Oleh karena itu, obat-obta bebas lebih dipilih sebagai pengobatan

untuk mengatasi penyakit ringan yang dialami disela-sela

aktivitasnya karena obat bebas mudah diperoleh.

66
Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan pada penelitian ini,

responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik hanya yang

mempunyai tingkat pendidikan Perguruan Tinggi dengan

persentase (64,6%). Kemudian diikuti oleh tingkat pendidikan SMA

(50,6%) yang kebanyakan masuk ke dalam kategori cukup baik dan

selanjutnya tingkat pendidikan SMP (13,3%) dan SD (27,3%) yang

kebanyakan masuk dalam kategori kurang baik. Namun dari hasil

penelitian dengan metode Chi Square diketahui terdapat hubungan

bermakna antara tingkat pendidikan responden dengan

pengetahuan pengobatan sendiri (swamedikasi) karena hasil uji

statistik P value yang didapat 0,004 dimana p < 0,05.

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi.

Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun media massa.

Berdasarkan karakteristik status pekerjaan pada penelitian ini,

menunjukkan bahwa responden yang bekerja sebagai Pegawai

Negeri memiliki pengetahuan yang baik (67,6%%), yang tidak

bekerja memiliki pengetahuan cukup baik (51,0%), wiraswasta

67
memliki pengetahuan yang cukup baik juga (59,1%), Pegawai

Swasta juga memiliki pengetahuan yang cukup baik (45,6%). Dari

hasil uji chi square diketahui adanya hubungan yang signifikan

antara orang yang bekerja melakukan swamedikasi lebih banyak

dibandingkan yang tidak bekerja. karena hasil uji statistik P value

yang didapat 0,041 dimana p < 0,05.

Hal ini sesuai dengan penelitian Steven Victoria Halim, Antonius

Adji Prayitno, dan Yosi Irawati Wibowo yang dilakukan di 7

Kecamatan dan 6 Kelurahan Kota Surabaya Jawa Timur, bahwa

terbukti adanya hubungan antara status pekerjaan responden

dengan pengetahuan swamedikasi. Hal tersebut dapat disebabkan

oleh tingkat stress pada orang yang bekerja melakukan

swamedikasi lebih sering dibandingkan dengan yang tidak bekerja.

Berdasarkan karakteristik tingkat penghasilan pada penelitian

ini dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori dibawah UMR

(<Rp.4.200.000) dan kategori diatas UMR (>Rp.4.200.000)

(pembulatan dari UMR atau upah minimum regional Kota Jakarta

tahun 2019, yaitu +Rp.4.267.349). Dari hasil penelitian, kategori

dibawah UMR (66,9%) memiliki pengetahuan yang cukup baik

tentang pengobatan sendiri (swamedikasi) dibandingkan dengan

yang berpenghasilan di atas UMR (44,7%) memiliki pengetahuan

yang kurang baik.

68
Dengan metode chi square diketahui terdapat hubungan bermakna

antara tingkat penghasilan responden dengan pengetahuan

swamedikasi karena hasil uji statistik P value yang didapat 0,004

dimana p < 0,05. Hal tersebut dapat disebabkan oleh keterbatasan

biaya pada orang dengan penghasilan rendah untuk pergi ke

fasilitas kesehatan selain Apotek.

2. Responden yang melakukan swamedikasi

Hasil penelitian masyarakat RW 05 Kelurahan Ragunan Kota

Jakarta Selatan yang bersedia diwawancara dan juga pernah atau

sedang melakukan pengobatan sendiri obat analgesik, dapat dilihat

bahwa pengetahuan responden tentang swamedikasi cukup baik

yaitu sebanyak 149 responden (60,1%), demikian juga

pengetahuan responden terhadap analgesik sakit kepala yaitu

sebanyak 115 responden (46,4%).

3. Sumber Informasi Obat

Hasil penelitian menunjukkan sumber informasi tentang

swamedikasi analgesik sakit kepala didapatkan responden paling

banyak dari keluarga sebanyak 97 responden (39,1%),

mendapatkan informasi dari tetangga/ teman sebanyak 52

responden (21,0), mendapatkan sumber informasi dari tenaga

kesehatan sebanyak 58 responden (23,4%), dan mendapatkan

informasi dari iklan di media cetak maupun elektronik sebanyak 41

responden (16,5%).

69
4. Tempat memperoleh obat

Hasil penelitian ini menunjukkan tempat memperoleh obat

yang digunakan secara swamedikasi oleh responden bervariasi.

Tempat memperoleh obat paling banyak di warung sebanyak 109

orang (44%), Apotek 97 orang (39,1%), toko obat 23 responden

(9,3%), dari supermarket 3 responden (1,2%), dan sebanyak 16

responden (6,5%) memperoleh obat dari minimarket.

Hal ini sesuai dengan penelitian Ulfa Fathia Mutmaina yang

dilakukan di Desa Rancabango Kabupaten Garut tahun 2019

bahwa sumber memperoleh obat-obat yang digunakan responden

paling banyak dilakukan di warung (50%). Faktor kemudahan

untuk menjangkaunya merupakan alasan pembelian obat untuk

swamedikasi.

Menurut WHO tahun 1988 kemudahan akses pada produk

obat merupakan salah satu faktor yang meningkatkan prilaku

swamedikasi dikatakan bahwa konsumen lebih memilih produk

obat yang tersedia (obat Over The Counter) daripada harus ke

klinik atau fasilitas kesehatan lainnya.

5. Alasan melakukan swamedikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan responden

melakukan pengobatan sendiri adalah karena penyakit ringan

yaitu sebanyak 74 responden (29,8%), karena menurut responden

keluhan-keluhan yang dialami tidak sampai mengganggu aktivitas

70
sehari-hari dan tidak berbahaya sehingga mengutamakan

membeli obat sendiri dibandingkan harus ke fasilitas kesehatan.

6. Obat analgetik yang paling banyak digunakan

Hasil penelitian yang dilakukan, obat yang paling banyak

digunakan oleh responden adalah Panadol yaitu sebanyak 103

responden (41,5%). Hal ini menunjukkan bahwa responden

cenderung lebih menggunakan obat bebas yang beredar dan

cenderung lebih mudah didapatkan daripada memilih

menggunakan jamu atau obat tradisional lainnya untuk menangani

sakit kepala yang mereka alami.

Pemilihan dan pengambilan keputusan untuk menggunakan

obat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Situasi yang

mengindikasikan ketersediaan obat tanpa resep sebaiknya dilihat

dalam konteks semakin banyaknya pilihan individu untuk

melakukan swamedikasi tanpa melakukan konsultasi dengan

tenaga professional, termasuk dalam pemilihan merk obat.

71
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terhadap

Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang pengobatan sendiri

(swamedikasi) untuk obat analgesik sakit kepala maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik demografi masyarakat secara mayoritas yaitu

tingkat pendidikan terakhir lulus SMA, dengan pekerjaan ibu

rumah tangga dan pendapatan kurang dari Rp.4.200.000

perbulan.

72
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur responden

dengan pengetahuan swamedikasi. Responden dengan usia

dewasa awal (18-40 tahun) memiliki pengetahuan yang baik

tentang pengobatan sendiri (swamedikasi). Dari hasil uji statistik

diperoleh nilai p value 0,040 < 0,05 sehingga terbukti adanya

hubungan yang signifikan anatar umur dengan pengobatan

sendiri (swamedikasi)

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan

responden dengan pengetahuan swamedikasi. Responden yang

berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan lebih baik

dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Dari hasil uji

statistik diperoleh nila p value 0,004 < 0,05 sehingga terbukti

adanya hubungan yang signifikan anatar umur dengan

pengobatan sendiri (swamedikasi).

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan responden

melakukan pengobatan sendiri adalah karena penyakit masih

ringan yaitu sebanyak 74 responden (29,8%) karena menurut

masyarakat mengobati rasa sakit (analgetik) masih dianggap

ringan dan bias disembuhkan dengan pengobatan sendiri dan

dengan membeli obat di warung atau apotek terdekat.

5. Sumber informasi obat untuk melakukan pengobatan sendiri

paling banyak didapatkan dari keluarga yaitu sebanyak 97

responden (39,1%), sedangkan tempat paling banyak untuk

73
mendapatkan obat bersumber dari warung (44%) dan obat

analgesik sakit kepala yang paling banyak digunakan

masyarakat untuk pengobatan sendiri analgesik sakit kepala

adalah Panadol sebanyak 103 responden (41,5%).

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Perlunya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pengobatan sendiri dan pengetahuan tentang obat analgesik

sakit kepala. Terutama jenis atau klasifikasi sakit kepala, gejala

dan tanda serta cara swamedikasi untuk sakit kepala yang

benar.

2. Bagi Institusi

Disarankan pada penelitian selanjutnya, peneliti dapat

melakukan penelitian dan edukasi bagi masyarakat terhadap

peningkatan kerasionalan penggunaan obat bebas dan bebas

terbatas untuk sakit kepala.

74
DAFTAR PUSTAKA

1.
Arikunto, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
2. Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat . (2018). Statistik Indonesia Tahun
2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik .
3. Chandra, B. (2006). Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta:
EGC.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas
dan Bebas Terbatas. Jakarta.
6. Departemen Kesehatan RI. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. (2008). Pedoman Penggunaan Obat Rasional. Jakarta.
7. Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No.
919/MENKES/PER/IX/1993 tentang Kriteria Obat yang dapat
Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta.
8. Djunarko, I., & Hendrawati, D. (2011). Swamedikasi yang Baik dan
Benar. Yogyakarta: Citra Aji Pratama.
9. Fathnur, S. (2017). Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan
Eksperimental. Yogyakarta: Deepublish.
10. Hidayat, AA. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
11. Junaidi, I. (2007). Sakit Kepala, Migrain, & Vertigo. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer.
12. Kristina, S., Pribandari, Y., & Sudjaswadi, R. (2007). Perilaku
Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat. Berita
Kedokteran Masyarakat.
13. Manan El. (2014). Buku Pintar Swamedikasi Cetakan ke satu.
Yogyakarta: Saufa.
14. Medexpress. (2009). Seri Penyembuhan Alami bebas Sakit Kepala.
Yogyakarta: Kanisius.

75
15. Notoatmodjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
16. Notoatmodjo. (2011). Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
17. Peraturan Menteri Kesehatan No.73. (2016). Pelayanan Kefarmasian
di Apotek.
18. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Hasil Utama Riskesdas.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian RI.
19. Sartono. (1996). Apa yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat-
obat Bebas dan Bebas Terbatas Edisi kedua. Jakarta: Gramedia.
20. Siswandono, & Bambang. (1995). Kimia Medisinal. Cetakan Pertama.
Surabaya: Airlangga University Press.
21. Supardi, S., & Notosiswoyo, M. (2005). Pengobatan Sendiri Sakit
Kepala, Demam, Batuk, dan Flu pada Masyarakat di Desa Ciwalen,
Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. II.
22. Swarjana Ketut. (2017). Ilmu Kesehatan Masyarakat - Konsep,
Strategi dan Praktik Edisi ke satu. Yogyakarta: Andi.
23. Tjay, HT; Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting Khasiat,
penggunaan, dan efek-efek Sampingnya Edisi keenam. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
24. Trihendradi, C. (2010). In Step by Step SPSS 18 Analisis Data
Statistik (pp. 86-87). Yogyakarta: ANDI.
25. World Health Organization. (2017). Mental Health of Older Adults.

76
77
Lampiran 1: Surat Izin Pengambilan Data

78
Lampiran 2: Lembar Naskah Penjelasan Kuisioner

NASKAH PENJELASAN

Saya dari Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta akan

melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan

masyarakat tentang swamedikasi analgesik sakit kepala di RW 05

Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan Periode Desember 2019 –

Januari 2020.

Pada penelitian ini Bapak/Ibu akan diberikan sejumlah pertanyaan

yang harus dijawab dalam beberapa lembar kertas. Keikutsertaan

Bapak/Ibu dalam kegiatan ini adalah sukarela dan bila tidak berkenan

sewaktu-waktu dapat menolak tanpa dikenakan sanksi apapun. Semua

informasi yang didapatkan dari Bapak/Ibu akan dirahasiakan dan

disimpan oleh penulis dan hanya digunakan untuk tujuan akademik

dalam rangka penyusunan karya tulis ilmiah. Untuk itu, sudilah kiranya

Bapak/Ibu menjawab seluruh pertanyaan ini sesuai petunjuk dan

79
dijawab dengan sejujur-jujurnya. Atas perhatian dan kerjasama

Bapak/Ibu, saya mengucapkan terima kasih.

Lampiran 3: Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Setelah sebelumnya mendengarkan uraian yang disampaikan

penulis sebelum kegiatan berlangsung, menyatakan dengan ini saya

bersedia ikut berpartisipasi sebagai responden pada penelitian yang

dilakukan oleh Mahasiswa Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta

dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang

Pengobatan Sendiri (swamedikasi) Obat Analgesik Sakit Kepala di RW

05 Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan Periode Desember 2019 –

Januari 2020”. Demikian persetujuan ini saya tandatangani dengan

sukarela tanpa unsur paksaan.

Jakarta, November 2019

80
( )

Lampiran 4. Soal Kuesioner

AKADEMI FARMASI BHUMI HUSADA


JAKARTA

KUESIONER

“Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengobatan

Sendiri (swamedikasi) Obat Analgesik Sakit Kepala di RW 05

Kelurahan Ragunan Kota Jakarta Selatan Periode Desember 2019 –

Januari 2020”.

Petunjuk Pengisian:

1. Isilah dan berilan tanda silang (X) pada Data Demografi anda

dalam kuisioner ini

2. Mohon untuk mengisi jawaban dengan jujur dan apa adanya

3. Terimakasih atas partisipasi anda

A. Karakteristik Responden

1. Umur responden:
a. 18-40 tahun
b. 41-65 tahun

81
2. Jenis kelamin responden:
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Pendidikan terakhir responden:
a. SD
b. SMP
c. SMA/sederajat
d. Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan responden saat ini:
a. Tidak bekerja
b. Wiraswasta
c. Pegawai Swasta
d. Pegawai Negeri
e. Lainnya….

5. Penghasilan rata-rata responden setiap bulan:


a. < Rp. 4.200.000
b. > Rp. 4.200.000

Petunjuk Pengisian point B, C, dan D

Lingkarilah jawaban yang Anda anggap paling benar dan sesuai

dengan keadaan Anda yang sebenarnya.

Keterangan:

o Jika saya menjawab Tidak, menyatakan bahwa pernyataan

tersebut tidak sesuai dengan pengetahuan yang saya miliki.

o Jika saya menjawab Ya, menyatakan bahwa pernyataan

tersebut sesuai dengan pengetahuan yang saya miliki.

B.

Pengetahuan Swamedikasi

82
1. Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah tindakan untuk

mengobati penyakit tanpa resep dokter

a. Ya

b. Tidak

2. Pengobatan mandiri sifatnya sementara dan umumnya

dilakukan untuk mengobati penyakit

a. Ya

b. Tidak

3. Efek samping adalah efek yang tidak diinginkan dan muncul

ketika obat digunakan pada takaran normal

a. Ya

b. Tidak

4. Obat harus disimpan dalam kemasan aslinya

a. Ya

b. Tidak

5. Jika dosis obat 3 kali sehari, obat seharusnya diminum setiap

8 jam

a. Ya

b. Tidak

C. Pengetahuan Analgesik

1. Analgesik merupakan obat yang mampu meredakan atau

mengurangi nyeri

a. Ya

83
b. Tidak

2. Analgesik hanya mampu mengurangi nyeri

a. Ya

b. Tidak

3. Analgesik boleh digunakan secara terus menerus meski rasa

sakit telah hilang

a. Ya

b. Tidak

4. Penggunaan analgesik secara terus menerus tidak dapat

menyebabkan kerusakan pada ginjal

a. Ya

b. Tidak

5. Analgesik tidak boleh digunakan bersamaan dengan kopi dan

alkohol

a. Ya

b. Tidak

D. Pengetahuan Sakit Kepala

1. Sakit kepala sering diikuti rasa mual, berkeringat dan malas

dalam melakukan kegiatan.

a. Ya

b. Tidak

2. Sakit kepala merupakan penyakit ringan dan tidak berbahaya

a. Ya

84
b. Tidak

3. Paracetamol adalah obat sakit kepala yang dapat dibeli tanpa

resep dokter

a. Ya

b. Tidak

E. Berikan tanda checklist (√) pada kotak yang tersedia yang

menurut Anda paling sesuai dengan keadaan Anda dan boleh

memilih lebih dari satu jawaban!

1. Ketika terserang sakit kepala, obat apa yang biasanya anda

minum:

 Panadol

 Paramex

 Paracetamol

 Bodrex

 Lainnya….

2. Darimana anda mendapat informasi terkait obat sakit kepala

yang anda gunakan dalam pengobatan sendiri?

 Keluarga

 Tetangga/teman

 Tenaga Kesehatan

 iklan

3. Dimana anda biasanya membeli obat sakit kepala:

 Apotek

85
 Toko obat

 Warung

 Supermaket

 Minimarket

4. Alasan anda melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi)

untuk obat analgesik sakit kepala?

 Pengalaman pemakaian obat sebelumnya

 Lebih murah

 Penyakit ringan

 Lebih cepat
(Sumber: Kuisioner Ulfa Fathia Mutmaina, Prodi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung).

Terima Kasih-

86

Anda mungkin juga menyukai