Anda di halaman 1dari 27

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KOSMETIK

SESUAI DENGAN STANDAR GMP

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta II

Dosen Penguji: apt. Sarah Zaidan, S.Si., M.Farm

Disusun oleh:
Kelompok 7

Evi Novara Putri 2019130051


Yusianti 2019130054
Viesta Olivia T.G 2019130055
Meiliani 2019130056
Putri Yuliansih 2019130057

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Kapita Selekta
yang berjudul “PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KOSMETIK SESUAI
DENGAN STANDAR GMP” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Mata Kuliah Kapita Selekta
Program Diploma III Jurusan Farmasi Universitas Pancasila, dalam
pelaksanaan penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan,
bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada:

1. Prof. Dr. apt, Shirly Kumala M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila.
2. apt, Nurmiftahurrohmah, S.Si.,M.Si. Selaku Ketua Prodi D3 Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila.
3. apt, Sarah Zaidan, S.Si.,M.Si. selaku dosen pembimbing dan penguji
Mata Kuliah Kapita Selekta II
4. Bapak Widiyanto selaku Pembicara pada Kuliah Tamu Kapita Selekta
Prodi D3 Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu, kami merharapkan saran dan kritik yang membangun demi
karya yang lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, November 2021

Penulis

i
ABSTRAK

Waste (Limbah) merupakan sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang
mengandung Bahan berbahaya dan beracun. Pengelolaan limbah adalah
kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah..
Penelitian ini menggunakan metode penelitian literatur. Teori yang
digunakan bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara mengelola
limbah industri agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan dan
manusia. Hasil penelitian yang di dapat alur pembuangan limbah industri
berbeda beda tergantung jenis limbahnya, seperti limbah cair dilakukan
pembuangan menggunakan suatu alat yang dapat menyaring partikel-
partikel berbahaya yang terdapat di dalam limbah untuk kemudian
dibuang ke lingkungan, oleh karena itu industri kosmetik harus dapat
mengelola limbah dengan baik, dari mulai proses pembuatan sampai
pembuangan harus diperhatikan dengan seksama, agar tidak mencemari
lingkungan. Menurut hasil penelitian yang didapat maka kesimpulan
penelitian ini adalah Prinsip pengolahan limbah terdiri atas Polluter pays
principle, from cradle to grave, minimisasi Limbah B3, dan proximity.
Jenis-Jenis limbah yaitu limbah cair, padat dan limbah B3. Limbah
memiliki karakteristik : Total Solid (TS); Total Suspended Solid (TSS),
warna, kekeruhan. Cara mengatur aliran limbah adalah melihat aliran
material dalam industri dan hubungannya dalam proses. Cara
mengidentifikasi wadah limbah yaitu dengan cara diberi simbol dan label
pada wadah penyimpananseperti tangki dan silo. Cara melakukan
pembuangan limbah adalah dengan menggunakan metode injection well.

Kata Kunci: waste, limbah, bahaya dan beracun, pembuangan limbah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

ABSTRAK ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2

1.3 Tujuan Makalah ................................................................................ 2

BAB II MATERI POKOK ................................................................................ 3

2.1 Prinsip ............................................................................................... 3

2.2 Jenis Limbah ..................................................................................... 3

2.3 Alur (Flow) ........................................................................................ 7

2.4 Tempat Penyimpanan Limbah .......................................................... 8

2.5 Pembuangan (Disposal) ................................................................. 16

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 18

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Contoh Tempat Limbah .................................................................. 9


Gambar 2.2. Contoh Simbol Limbah B3 ............................................................. 9
Gambar 2.3. Contoh LOG BOOK PENYIMPANAN LIMBAH ........................ 10
Gambar 2.4. Contoh Sirkulasi udara dalam Penyimpanan Limbah ............. 12
Gambar 2.5. Contoh Tata ruang Penyimpanan Limbah................................. 12
Gambar 2.6. Contoh Tangki Penyimpanan Limbah ........................................ 13
Gambar 2.7. Contoh Penyimpanan Limbah dengan Silo ............................... 13
Gambar 2.8. Contoh Penyimpanan Limbah berupa Waste Pile ................... 14
Gambar 2.9. Contoh Bak Penampung Tumpahan .......................................... 14
Gambar 2.10. Contoh Tempat Penyimpanan Limbah berupa Waste
impoundment ................................................................................. 15
Gambar 2.11. Contoh Metode Injection Well ..................................................... 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian limbah menurut WHO yaitu sesuatu yang tidak
berguna, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari
berbagai macam industri yang menghasilkan limbah, keberadaan limbah
yang bersumber dari industri kosmetik juga cukup mengkhawatirkan.
Industri kosmetik, saat ini lebih terfokus pada upaya untuk melakukan
efisiensi seiring makin melambungnya biaya produksi. Sehingga mau tak
mau akan menomorduakan persoalan pembuangan limbahnya. Apalagi
pengolahan limbah memerlukan biaya tinggi. Padahal limbah industri
kosmetik sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran.
Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan
baku industri kosmetik dimana bahan beracun dan berbahaya dari
limbah ini dapat ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri,
baik dari jumlah maupun kualitasnya. Menurut PP 18/99 pasal 1, limbah
B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau merusak
lingkungan hidup sehingga membahayakan kesehatan serta
kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya. Beberapa kriteria
bahan berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah
terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan
radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain. Dalam
jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan
kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga
perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan
pada waktu tertentu.

1
Limbah memiliki prinsip: Polluter pays principle, From cradle to
grave, minimisasi limbah B3, dan Proximity. Jenis-jenis yaitu limbah cair,
limbah padat dan limbah B3. Alur limbah di buat untuk beberapa manfaat
salah satunya yaitu untuk memerikan skala prioritas khususnya dalam
penanganan limbah. Tempat penyimpanan memiliki beberapa rancangan
yaitu berupa bangunan, berupa tengki/kontainer, berupa silo, berupa
waste pile, dan waste impoundment. Pembuangan limbah kosmetik
dilakukan dengan metode injection well.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip-prinsip pengolahan limbah industri?
2. Apa saja jenis-jenis limbah?
3. Bagaimana cara mengatur aliran limbah yang baik agar tidak
mempengaruhi produk?
4. Bagaimana cara mengidentifikasi wadah limbah yang tepat?
5. Bagaimana cara melakukan pembuangan limbah yang tepat?

1.3 Tujuan Makalah


Untuk mengetahui apa saja prinsip pengolahan limbah yang baik, apa
saja jenis-jenis limbah, bagaimana cara mengatur aliran limbah, cara
mengidentifikasi wadah limbah, cara melakukan pembuangan limbah
yang tepat agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.

2
BAB II
MATERI POKOK

2.1 Prinsip
1. Polluter pays principle
Penghasil bertanggung jawab terhadap limbah B3 yang dihasilkan
2. From cradle to grave
Pengawasan sejak limbah B3 dihasilkan sampai dengan pengelolaan
akhir
3. Minimisasi limbah B3
Mendahulukan reduksi dan hirarki pengolahan limbah B3 yang
dihasilkan
4. Proximity
Pengelolaan/pengolahan sedekat mungkin dengan tempat yang
dihasilkan

2.2 Jenis Limbah


1. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair (PP No. 82 tahun 2001). Limbah cair atau air limbah
adalah sisa dari suatu hasil usaha dan suatu kegiatan yang berwujud
cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan
kualitas lingkungan.
Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya:
a. Total Solid (TS).
Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan
organik maupun anorganik yang larut, mengendap, atau
tersuspensi dalam air.

3
b. Total Suspended Solid (TSS).
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada
didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan
membran berukuran 0,45 mikron (Sugiharto,1987).
c. Warna.
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring
dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah
berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan.
Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang
bersifat organik maupun anorganik.

2) Karakteristik Kimia
a. BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya
oksigen dalam ppm atau mg/l yang dipergunakan untuk
menguraikan bahan organik oleh mikroorganisme. (secara
biokimiawi). Pada pengujian sampel BOD perlu
dilakukan inkubasi minimal 5 hari.
b. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen
dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan untuk menguraikan
bahan organik secara kimiawi. Metode analisa ini lebih singkat
waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran
COD dilakukan dengan cara memanaskan sampel di
dalam reaktor khusus COD selama 2 jam.
c. Dissolved Oxygen (DO) adalah kadar oksigen terlarut. Oksigen
terlarut digunakan sebagai derajat pengotoran limbah yang
ada. Semakin besar oksigen terlarut, maka derajat pengotoran
semakin kecil
d. Ammonia (NH3) adalah penyebab iritasi dan korosif,
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu
proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia

4
terdapat dalam larutan berupa senyawa ion ammonium atau
ammonia. tergantung pada pH larutan
e. Derajat keasaman (pH) dapat mempengaruhi kehidupan biologi
dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
mematikan kehidupan mikroorganisme. pH normal untuk
kehidupan air adalah 6– 8.
f. Logam Berat, bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik
sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang
mengandung logam berat.
g. Gas Methan, terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam
kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur
yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak
berwarna dan mudah terbakar
h. Lemak dan minyak, yang terdapat dalam limbah bersumber dari
industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak
bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan.
Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga
membentuk selaput.
3) Karakteristik Biologis
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air
terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih.
Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya
mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

a. Virus menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis.


Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan
banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent)
pengolahan air.

b. Vibrio Cholera menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan


penyebaran melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran
manusia yang mengandung vibrio cholera.

5
c. Salmonella Spp dapat menyebabkan keracunan makanan dan
jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan limbah.

d. Shigella Spp adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak


terdapat pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya
adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia
maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.

e. Basillus Antraksis adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat


pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan.

f. Mycobacterium Tuberculosa adalah penyebab penyakit


tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang
berasal dari sanatorium.

2. Limbah Padat
Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat
kering dan tidak dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah padat
ini biasanya berasal dari sisa makanan, sayuran, potongan kayu,
ampas hasil industri, dan lain-lain. Limbah ini berupa karton, plastik
yang sudah tidak terpakai kemudian limbah tersebut akan dijual ke
pihak ke-3. Sedangkan sampah seperti kertas, plastik kotor, tissue
dan lain-lain akan dibuang dengan cara bekerja sama dengan pihak
ketiga.
3. Limbah B3
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini terbagi atas 2 jenis,
yaitu:

6
a. Padat
Limbah ini merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi
yang kadar airnya kurang dari 70%, yaitu dari sisa hasil produksi
cream, powder dan lipstik. Limbah tersebut akan dikumpulkan
dalam suatu wadah dan kemudian akan diberikan kepada pihak ke-
3 yang mempunyai izin dalam menangani limbah tersebut.
b. Cair
Limbah ini merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi
yang kadar airnya lebih dari 70%, yaitu dari sisa hasil produksi
shampo, hair tonic, toner, parfume, dan lain-lain. Limbah tersebut
kemudian diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Limbah)

2.3 Alur (Flow)


Material Flow Analisis:
1. Untuk melihat aliran material dalam perusahaan dan hubungan-
hubungannya dalam proses
2. Untuk track back limbah/emisi darai suatu material yang digunakan
3. Untuk melihat weak point (pemborosan suatu proses) inefisiensi
4. Untuk mengelaborasi suatu evaluasi
5. Untuk data akurat saat ini bagi pengambil keputusan
6. Untuk memerikan skala prioritas khususnya dalam penanganan
limbah atau emisi

7
2.4 Tempat Penyimpanan Limbah
A. Perusahaan harus memiliki Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
Limbah B3 dengan Persyaratan sebagai berikut :
1. Persyaratan Bangunan/Tempat Penyimpanan Limbah Sementara
B3 dan Non B3
a. TPS LB3 merupakan daerah bebas banjir dengan jarak
minimum antara lokasi dengan fasilitas umum 50 meter.
b. Bangunan diberi papan nama (Gudang LB3) dan Koordinat
c. Sistem penyimpanan menggunakan sistem blok/sel yang
dipisahkan masing-masing blok/sel dengan gang/tanggul.
d. Bangunan/tempat penyimpanan limbah B3 terlindungi dari
masuknya air hujan secara langsung maupun tidak langsung
e. Bangunan/tempat penyimpanan memiliki system ventilasi
udara yang memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi
gas didalam ruangan, serta memasang kasa atau bahan lain
berguna untuk mencegah masuknya burung atau binatang
kecil lainnya kedalam ruangan penyimpanan.
f. Bangunan tempat penyimpanan memiliki sistem penerangan
dan stop kontak harus berada diluar ruangan dan apabila
diperlukan agar dilengkapi dengan penangkal petir.
g. Tersedia SOP tanggap darurat, dan perlengkapan antara lain:
1. APAR
2. P3K
3. APD
h. Tata letak saluran drainase untuk pengumpulan limbah bahan
berbahaya dan beracun.
1. Memiliki saluran dan bak penampungan tumpahan (jika
menyimpan LB3)
2. Memiliki tempat bongkar muat yang lantainya kedap air
i. Lokasi penyimpanan limbah B3 berada di dalam penguasaan
perusahaan yang menghasilkan limbah B3 tersebut.

8
j. Kemasan/limbah B3 diberi alas/pallet
TPS limbah B3 harus dilengkapi dengan bak penampung
ceceran atau tumpahan kondisi lantai memiliki kemiringan 3%
ke arah bak penampung ceceran/tumpahan

Gambar 2. 1. Contoh Tempat Limbah

k. Tempat penyimpanan harus diidentifikasi (diberi simbol dan


label) dan memiliki perlengkapan pemadam api yang
memadai.

Gambar 2. 2. Contoh Simbol Limbah B3

9
l. Memiliki logbook/catatan untuk mendata/mencatat keluar
masuk limbah limbah B3 yang memuat sumber, nama, jumlah
dan karakteristik limbah B3, pelaksanaan penyimpanan dan
pengelolaan lanjutan.

Gambar 2. 3. Contoh LOG BOOK PENYIMPANAN


LIMBAH

B. Kesesuaian rancang bangun dengan karakteristik limbah meliputi:


1. Untuk limbah dengan karakteristik mudah menyala, bangunan wajib
memenuhi ketentuan:
a. Memiliki tembok pemisah dengan bangunan lain yang
berdampingan;
b. Jika bangunan penyimpanan limbah dibangun terpisah dari
bangunan lain, diberi jarak dengan bangunan lain paling sedikit 6
(enam) meter;
c. Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah
menyala, konstruksi atap dibuat ringan, dan mudah hancur bila
terjadi kebakaran; dan
d. Diberikan penerangan yang tidak menyebabkan
ledakan/percikan listrik (explotion proof).

10
2. Untuk limbah dengan karakteristik mudah meledak, bangunan wajib
memenuhi ketentuan:
a. Konstruksi bangunan, lantai, dinding, dan atap dibuat tahan
ledakan;
b. Lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari konstruksi atap; dan
c. Setiap saat memenuhi ketentuan suhu ruangan; dan
3. Untuk limbah dengan karakteristik reaktif, korosif, dan/atau
beracun, bangunan wajib memenuhi ketentuan:
a. Konstruksi dinding dibuat mudah untuk dilepas; dan
b. Konstruksi atap, dinding, dan lantai harus tahan terhadap korosi
dan api.
C. Rancang Bangun Tempat Penyimpanan Limbah
1. Rancang Bangun Fasilitas Penyimpanan Limbah berupa Bangunan
Fasilitas penyimpanan limbah berupa bangunan harus dirancang
terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan
bahwa setiap bagian penyimpanan hanya digunakan untuk
menyimpan satu karakteristik limbah atau limbah yang saling
cocok. Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus
dibuat batas pemisah/tanggul untuk menghindari tercampurnya
atau masuknya dan harus dilengkapi dengan berbagai sarana
penunjang dan tata ruang yang tepat sehingga. Sarana penunjang
fasilitas penyimpanan limbah antara lain kolam penampungan
darurat dan peralatan penanganan tumpahan.

11
Gambar 2. 4. Contoh Sirkulasi udara dalam
Penyimpanan Limbah

Gambar 2. 5. Contoh tata ruang Penyimpanan Limbah

2. Rancang Bangun Fasilitas Penyimpanan Limbah berupa Tangki


dan/atau Kontainer
Tangki dan/atau kontainer adalah peralatan tertutup yang
difungsikan sebagai fasilitas penyimpanan ;imbah secara permanen
dengan tujuan untuk menyimpan limbah, bukan untuk membuang
dan/atau menimbun limbah. Tangki dan/atau kontainer harus selalu
dijaga agar tetap berada dalam kondisi baik sehingga tidak akan
retak, pecah, atau bocor.

12
Gambar 2. 6. Contoh Tangki Penyimpanan Limbah

3. Rancang Bangun Fasilitas Penyimpanan Limbah berupa Silo


Penyimpanan Limbah dengan menggunakan silo ditujukan untuk
menyimpan limbah secara sementara, sebelum dilakukan
pengolahan limbah dan/atau pemanfaatan limbah. Limbah yang
disimpan dan/atau dikumpulkan merupakan limbah B3 fase padat
dengan ukuran butir 0,5-300 μm.

Gambar 2. 7. Contoh Penyimpanan


Limbah dengan Silo

4. Rancang Bangun Fasilitas Penyimpanan Limbah berupa tempat


tumpukan Limbah (waste pile)
Penyimpanan limbah pada tempat tumpukan limbah (waste pile)
dilakukan dengan tujuan untuk menyimpan sementara limbah
sebelum dilakukan pemanfaatan limbah dan/atau pengolahan
limbah oleh penghasil limbah, atau sebelum diserahkan kepada

13
pemanfaat limbah, pengolah limbah dan/atau penimbun limbah
yang telah memiliki izin, bukan bertujuan untuk membuang atau
menimbun limbah ke media lingkungan selamanya.

Gambar 2. 8. Contoh Penyimpanan Limbah berupa Waste Pile

Gambar 2. 9. Contoh Bak Penampung Tumpahan

14
5. Rancang Bangun Fasilitas Penyimpanan Limbah berupa Waste
Impoundment
Prinsip penyimpanan limbah pada fasilitas penyimpanan limbah
berupa waste impoundment adalah mencegah terjadinya
kebocoran zat pencemar Limbah ke air tanah dan terlimpasnya
limbah yang disebabkan oleh aktivitas pengelolaan atau kejadian
secara alami. Kolam penampung air dibuat lebih rendah dari pada
waste impoundment dengan tujuan air dapat mengalir secara
gravitasi melalui spillway ke kolam penampung air. Contoh rancang
bangun fasilitas penyimpanan limbah B3 berupa waste
impoundment dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 2. 10. Contoh Tempat Penyimpanan Limbah


berupa Waste impoundment

15
2.5 Pembuangan (Disposal)
Hasil pengolahan limbah B3 dari industri kosmetik ini harus di
buang . Salah satunya dengan metode injection well.

Gambar 2. 11. Contoh Metode Injection Well

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah


struktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat.
Limbah B3 diinjeksikan dalam suatu formasi berpori yang berada jauh di
bawah lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut
harus terdapat lapisan impermeable seperti shule atau tanah liat yang
cukup tebal sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman
sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah. Tidak semua
jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa
jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur
dan formasi penerima limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak
memasukkan limbah yang dapat mengalami presipitasi, memiliki partikel
padatan, dapat membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat,
bersifat aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang
lebih rendah daripada cairan alami dalam formasi geologi.

16
Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai
pembuangan limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well). Ketentuan
yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam
ketentuan itu disebutkah bahwa:
a. Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi
secara vertical keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik
temu dengan sumberair tanah
b. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti
disebutkan di atas, limbah telah mengalami perubahan higga tidak
lagi bersifat berbahaya dan beracun

17
BAB III
PEMBAHASAN

Limbah menurut WHO yaitu sesuatu yang tidak berguna, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Limbah memiliki prinsip
sebagai berikut :

1. Polluter pays principle


Penghasil bertanggung jawab terhadap limbah B3 yg dihasilkan
2. From cradle to grave
Pengawasan sejak limbah B3 dihasilkan sampai dengan pengelolaan
akhir
3. Minimisasi Limbah B3
Mendahulukan reduksi dan hirarki pengolahan limbah B3 yg dihasilkan
4. Proximity
Pengelolaan/pengolahan sedekat mungkin dengan tempat dihasilkan

Limbah memiliki beberapa jenis yaitu, limbah cair atau air limbah
adalah sisa dari suatu hasil usaha dan suatu kegiatan yang berwujud cair
yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan, limbah padat yaitu berupa karton, plastik yang sudah tidak
terpakai kemudian limbah tersebut akan dijual ke pihak ke-3. Sedangkan
sampah seperti kertas, plastik kotor, tissue dan lain-lain akan dibuang
dengan cara bekerja sama dengan pihak ketiga, dan limbah B3 yaitu limbah
berbahaya/beracun. Limbah ini pun memiliki jenis cair dan padat.

Alur limbah memiliki tujuan untuk melihat aliran material dalam


perusahaan dan hubungan-hubungannya dalam proses, untuk track back
limbah/emisi darai suatu material yang digunakan, untuk melihat weak point
(pemborosan suatu proses) inefisiensi, untuk mengelaborasi suatu evaluasi,
untuk data akurat saat ini bagi pengambil keputusan, untuk memerikan skala
prioritas khususnya dalam penanganan limbah atau emisi.

18
Tempat penyimpanan limbah wajib memenuhi persyaratan: lokasi
penyimpanan limbah, peralatan penanggulangan keadaan darurat, dan
fasilitas penyimpanan limbah. Kesesuaian rancang bangun dengan
karakteristik limbah dengan karakteristik mudah menyala, bangunan wajib
memenuhi ketentuan: memiliki tembok pemisah dengan bangunan lain yang
berdampingan. Untuk limbah dengan karakteristik mudah meledak,
bangunan wajib memenuhi ketentuan: konstruksi bangunan, lantai, dinding,
dan atap dibuat tahan ledakan; lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari
konstruksi atap; dan setiap saat memenuhi ketentuan suhu ruangan. Dan
untuk limbah dengan karakteristik reaktif, korosif, dan/atau beracun,
bangunan wajib memenuhi ketentuan: konstruksi dinding dibuat mudah untuk
dilepas; dan konstruksi atap, dinding, dan lantai harus tahan terhadap korosi
dan api.

Rancangan tempat penyimpanan limbah mempunyai beberapa macam


yaitu rancang bangun fasilitas penyimpanan limbah berupa bangunan,
rancang bangun fasilitas penyimpanan limbah berupa tangki dan/atau
kontainer, rancang bangun fasilitas penyimpanan limbah berupa Silo,
rancang bangun fasilitas penyimpanan limbah berupa tempat tumpukan
limbah (waste pile), dan rancang bangun fasilitas penyimpanan limbah
berupa waste Impoundment.

Hasil pengolahan limbah B3 dari industri kosmetik ini harus di buang.


Salah satunya dengan metode injection well. Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah struktur dan kestabilan geologi
serta hidrogeologi wilayah setempat. Limbah B3 diinjeksikan dalam suatu
formasi berpori yang berada jauh di bawah lapisan yang mengandung air
tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat lapisan impermeable seperti
shule atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan limbah tidak dapat
bermigrasi kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan
tanah. Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi

19
karena beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan
kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah.

20
BAB IV
KESIMPULAN

1. Prinsip pengolahan limbah adalah polluter pays principle, from cradle to


grave, minimisasi limbah B3, dan proximity.
2. Jenis-Jenis limbah yaitu limbah cair, padat dan limbah B3. Limbah
memiliki karakteristik: Total Solid (TS), Total Suspended Solid (TSS),
warna, kekeruhan.
3. Cara mengatur aliran limbah adalah melihat aliran material dalam industri
dan hubungannya dalam proses.
4. Cara mengidentifikasi wadah limbah yaitu dengan cara diberi simbol dan
label pada wadah penyimpanan seperti tangki dan silo.
5. Cara melakukan pembuangan limbah adalah dengan menggunakan
metode injection well.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ir. Bakri, E. (n.d.). Pengolahan Limbah B3 Secara 3R (Reduce, Reuse, dan


Recycled). Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 9, 11.
Nurbaya, S. (2020). PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN. Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
9-10, 31-36.
Nurjannah, I. (2015). Teknik Lingkungan. Pengolahan Limbah Cair Industri
Kosmetik, 12-13.
Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3. (n.d.). Standar Operasional
Prosedur, 6-9.

22

Anda mungkin juga menyukai