Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta II
Disusun oleh:
Kelompok 7
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Kapita Selekta
yang berjudul “PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KOSMETIK SESUAI
DENGAN STANDAR GMP” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Mata Kuliah Kapita Selekta
Program Diploma III Jurusan Farmasi Universitas Pancasila, dalam
pelaksanaan penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan,
bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Prof. Dr. apt, Shirly Kumala M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila.
2. apt, Nurmiftahurrohmah, S.Si.,M.Si. Selaku Ketua Prodi D3 Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila.
3. apt, Sarah Zaidan, S.Si.,M.Si. selaku dosen pembimbing dan penguji
Mata Kuliah Kapita Selekta II
4. Bapak Widiyanto selaku Pembicara pada Kuliah Tamu Kapita Selekta
Prodi D3 Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
Penulis
i
ABSTRAK
Waste (Limbah) merupakan sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang
mengandung Bahan berbahaya dan beracun. Pengelolaan limbah adalah
kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah..
Penelitian ini menggunakan metode penelitian literatur. Teori yang
digunakan bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara mengelola
limbah industri agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan dan
manusia. Hasil penelitian yang di dapat alur pembuangan limbah industri
berbeda beda tergantung jenis limbahnya, seperti limbah cair dilakukan
pembuangan menggunakan suatu alat yang dapat menyaring partikel-
partikel berbahaya yang terdapat di dalam limbah untuk kemudian
dibuang ke lingkungan, oleh karena itu industri kosmetik harus dapat
mengelola limbah dengan baik, dari mulai proses pembuatan sampai
pembuangan harus diperhatikan dengan seksama, agar tidak mencemari
lingkungan. Menurut hasil penelitian yang didapat maka kesimpulan
penelitian ini adalah Prinsip pengolahan limbah terdiri atas Polluter pays
principle, from cradle to grave, minimisasi Limbah B3, dan proximity.
Jenis-Jenis limbah yaitu limbah cair, padat dan limbah B3. Limbah
memiliki karakteristik : Total Solid (TS); Total Suspended Solid (TSS),
warna, kekeruhan. Cara mengatur aliran limbah adalah melihat aliran
material dalam industri dan hubungannya dalam proses. Cara
mengidentifikasi wadah limbah yaitu dengan cara diberi simbol dan label
pada wadah penyimpananseperti tangki dan silo. Cara melakukan
pembuangan limbah adalah dengan menggunakan metode injection well.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Limbah memiliki prinsip: Polluter pays principle, From cradle to
grave, minimisasi limbah B3, dan Proximity. Jenis-jenis yaitu limbah cair,
limbah padat dan limbah B3. Alur limbah di buat untuk beberapa manfaat
salah satunya yaitu untuk memerikan skala prioritas khususnya dalam
penanganan limbah. Tempat penyimpanan memiliki beberapa rancangan
yaitu berupa bangunan, berupa tengki/kontainer, berupa silo, berupa
waste pile, dan waste impoundment. Pembuangan limbah kosmetik
dilakukan dengan metode injection well.
2
BAB II
MATERI POKOK
2.1 Prinsip
1. Polluter pays principle
Penghasil bertanggung jawab terhadap limbah B3 yang dihasilkan
2. From cradle to grave
Pengawasan sejak limbah B3 dihasilkan sampai dengan pengelolaan
akhir
3. Minimisasi limbah B3
Mendahulukan reduksi dan hirarki pengolahan limbah B3 yang
dihasilkan
4. Proximity
Pengelolaan/pengolahan sedekat mungkin dengan tempat yang
dihasilkan
3
b. Total Suspended Solid (TSS).
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada
didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan
membran berukuran 0,45 mikron (Sugiharto,1987).
c. Warna.
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring
dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah
berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan.
Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang
bersifat organik maupun anorganik.
2) Karakteristik Kimia
a. BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya
oksigen dalam ppm atau mg/l yang dipergunakan untuk
menguraikan bahan organik oleh mikroorganisme. (secara
biokimiawi). Pada pengujian sampel BOD perlu
dilakukan inkubasi minimal 5 hari.
b. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen
dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan untuk menguraikan
bahan organik secara kimiawi. Metode analisa ini lebih singkat
waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran
COD dilakukan dengan cara memanaskan sampel di
dalam reaktor khusus COD selama 2 jam.
c. Dissolved Oxygen (DO) adalah kadar oksigen terlarut. Oksigen
terlarut digunakan sebagai derajat pengotoran limbah yang
ada. Semakin besar oksigen terlarut, maka derajat pengotoran
semakin kecil
d. Ammonia (NH3) adalah penyebab iritasi dan korosif,
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu
proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia
4
terdapat dalam larutan berupa senyawa ion ammonium atau
ammonia. tergantung pada pH larutan
e. Derajat keasaman (pH) dapat mempengaruhi kehidupan biologi
dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
mematikan kehidupan mikroorganisme. pH normal untuk
kehidupan air adalah 6– 8.
f. Logam Berat, bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik
sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang
mengandung logam berat.
g. Gas Methan, terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam
kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur
yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak
berwarna dan mudah terbakar
h. Lemak dan minyak, yang terdapat dalam limbah bersumber dari
industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak
bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan.
Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga
membentuk selaput.
3) Karakteristik Biologis
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air
terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih.
Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya
mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
5
c. Salmonella Spp dapat menyebabkan keracunan makanan dan
jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan limbah.
2. Limbah Padat
Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat
kering dan tidak dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah padat
ini biasanya berasal dari sisa makanan, sayuran, potongan kayu,
ampas hasil industri, dan lain-lain. Limbah ini berupa karton, plastik
yang sudah tidak terpakai kemudian limbah tersebut akan dijual ke
pihak ke-3. Sedangkan sampah seperti kertas, plastik kotor, tissue
dan lain-lain akan dibuang dengan cara bekerja sama dengan pihak
ketiga.
3. Limbah B3
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini terbagi atas 2 jenis,
yaitu:
6
a. Padat
Limbah ini merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi
yang kadar airnya kurang dari 70%, yaitu dari sisa hasil produksi
cream, powder dan lipstik. Limbah tersebut akan dikumpulkan
dalam suatu wadah dan kemudian akan diberikan kepada pihak ke-
3 yang mempunyai izin dalam menangani limbah tersebut.
b. Cair
Limbah ini merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi
yang kadar airnya lebih dari 70%, yaitu dari sisa hasil produksi
shampo, hair tonic, toner, parfume, dan lain-lain. Limbah tersebut
kemudian diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Limbah)
7
2.4 Tempat Penyimpanan Limbah
A. Perusahaan harus memiliki Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
Limbah B3 dengan Persyaratan sebagai berikut :
1. Persyaratan Bangunan/Tempat Penyimpanan Limbah Sementara
B3 dan Non B3
a. TPS LB3 merupakan daerah bebas banjir dengan jarak
minimum antara lokasi dengan fasilitas umum 50 meter.
b. Bangunan diberi papan nama (Gudang LB3) dan Koordinat
c. Sistem penyimpanan menggunakan sistem blok/sel yang
dipisahkan masing-masing blok/sel dengan gang/tanggul.
d. Bangunan/tempat penyimpanan limbah B3 terlindungi dari
masuknya air hujan secara langsung maupun tidak langsung
e. Bangunan/tempat penyimpanan memiliki system ventilasi
udara yang memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi
gas didalam ruangan, serta memasang kasa atau bahan lain
berguna untuk mencegah masuknya burung atau binatang
kecil lainnya kedalam ruangan penyimpanan.
f. Bangunan tempat penyimpanan memiliki sistem penerangan
dan stop kontak harus berada diluar ruangan dan apabila
diperlukan agar dilengkapi dengan penangkal petir.
g. Tersedia SOP tanggap darurat, dan perlengkapan antara lain:
1. APAR
2. P3K
3. APD
h. Tata letak saluran drainase untuk pengumpulan limbah bahan
berbahaya dan beracun.
1. Memiliki saluran dan bak penampungan tumpahan (jika
menyimpan LB3)
2. Memiliki tempat bongkar muat yang lantainya kedap air
i. Lokasi penyimpanan limbah B3 berada di dalam penguasaan
perusahaan yang menghasilkan limbah B3 tersebut.
8
j. Kemasan/limbah B3 diberi alas/pallet
TPS limbah B3 harus dilengkapi dengan bak penampung
ceceran atau tumpahan kondisi lantai memiliki kemiringan 3%
ke arah bak penampung ceceran/tumpahan
9
l. Memiliki logbook/catatan untuk mendata/mencatat keluar
masuk limbah limbah B3 yang memuat sumber, nama, jumlah
dan karakteristik limbah B3, pelaksanaan penyimpanan dan
pengelolaan lanjutan.
10
2. Untuk limbah dengan karakteristik mudah meledak, bangunan wajib
memenuhi ketentuan:
a. Konstruksi bangunan, lantai, dinding, dan atap dibuat tahan
ledakan;
b. Lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari konstruksi atap; dan
c. Setiap saat memenuhi ketentuan suhu ruangan; dan
3. Untuk limbah dengan karakteristik reaktif, korosif, dan/atau
beracun, bangunan wajib memenuhi ketentuan:
a. Konstruksi dinding dibuat mudah untuk dilepas; dan
b. Konstruksi atap, dinding, dan lantai harus tahan terhadap korosi
dan api.
C. Rancang Bangun Tempat Penyimpanan Limbah
1. Rancang Bangun Fasilitas Penyimpanan Limbah berupa Bangunan
Fasilitas penyimpanan limbah berupa bangunan harus dirancang
terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan
bahwa setiap bagian penyimpanan hanya digunakan untuk
menyimpan satu karakteristik limbah atau limbah yang saling
cocok. Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus
dibuat batas pemisah/tanggul untuk menghindari tercampurnya
atau masuknya dan harus dilengkapi dengan berbagai sarana
penunjang dan tata ruang yang tepat sehingga. Sarana penunjang
fasilitas penyimpanan limbah antara lain kolam penampungan
darurat dan peralatan penanganan tumpahan.
11
Gambar 2. 4. Contoh Sirkulasi udara dalam
Penyimpanan Limbah
12
Gambar 2. 6. Contoh Tangki Penyimpanan Limbah
13
pemanfaat limbah, pengolah limbah dan/atau penimbun limbah
yang telah memiliki izin, bukan bertujuan untuk membuang atau
menimbun limbah ke media lingkungan selamanya.
14
5. Rancang Bangun Fasilitas Penyimpanan Limbah berupa Waste
Impoundment
Prinsip penyimpanan limbah pada fasilitas penyimpanan limbah
berupa waste impoundment adalah mencegah terjadinya
kebocoran zat pencemar Limbah ke air tanah dan terlimpasnya
limbah yang disebabkan oleh aktivitas pengelolaan atau kejadian
secara alami. Kolam penampung air dibuat lebih rendah dari pada
waste impoundment dengan tujuan air dapat mengalir secara
gravitasi melalui spillway ke kolam penampung air. Contoh rancang
bangun fasilitas penyimpanan limbah B3 berupa waste
impoundment dapat dilihat di bawah ini:
15
2.5 Pembuangan (Disposal)
Hasil pengolahan limbah B3 dari industri kosmetik ini harus di
buang . Salah satunya dengan metode injection well.
16
Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai
pembuangan limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well). Ketentuan
yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam
ketentuan itu disebutkah bahwa:
a. Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi
secara vertical keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik
temu dengan sumberair tanah
b. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti
disebutkan di atas, limbah telah mengalami perubahan higga tidak
lagi bersifat berbahaya dan beracun
17
BAB III
PEMBAHASAN
Limbah menurut WHO yaitu sesuatu yang tidak berguna, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Limbah memiliki prinsip
sebagai berikut :
Limbah memiliki beberapa jenis yaitu, limbah cair atau air limbah
adalah sisa dari suatu hasil usaha dan suatu kegiatan yang berwujud cair
yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan, limbah padat yaitu berupa karton, plastik yang sudah tidak
terpakai kemudian limbah tersebut akan dijual ke pihak ke-3. Sedangkan
sampah seperti kertas, plastik kotor, tissue dan lain-lain akan dibuang
dengan cara bekerja sama dengan pihak ketiga, dan limbah B3 yaitu limbah
berbahaya/beracun. Limbah ini pun memiliki jenis cair dan padat.
18
Tempat penyimpanan limbah wajib memenuhi persyaratan: lokasi
penyimpanan limbah, peralatan penanggulangan keadaan darurat, dan
fasilitas penyimpanan limbah. Kesesuaian rancang bangun dengan
karakteristik limbah dengan karakteristik mudah menyala, bangunan wajib
memenuhi ketentuan: memiliki tembok pemisah dengan bangunan lain yang
berdampingan. Untuk limbah dengan karakteristik mudah meledak,
bangunan wajib memenuhi ketentuan: konstruksi bangunan, lantai, dinding,
dan atap dibuat tahan ledakan; lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari
konstruksi atap; dan setiap saat memenuhi ketentuan suhu ruangan. Dan
untuk limbah dengan karakteristik reaktif, korosif, dan/atau beracun,
bangunan wajib memenuhi ketentuan: konstruksi dinding dibuat mudah untuk
dilepas; dan konstruksi atap, dinding, dan lantai harus tahan terhadap korosi
dan api.
19
karena beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan
kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah.
20
BAB IV
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22