Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

INFORMASI OBAT PANITIA FARMASI TERAPI


DAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT
DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK X:
NAMA ANGGOTA :
DWI HANDAYANI (19.18.058).
ERNIDA SARI SAGALA (19.18.068)
HENNY FATWA (19.18.093)
JULIA ANATASYA (19.18.112)
PUTRI TIMUR AGUSTINA (19.18.168.)
PUTRI JUWITA (19.18.167)
SARI MARUNE SILALAHI (19.18.190.)
TRI ANGGRENI (19.18.224)
DOSEN PENGAMPU : apt. Delisma Simorangkir, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI PPROGRAM SARJANAFAKULTAS


FARMASI

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan ridho Allah
swt, karena tanpa rahmat dan ridhonya kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada apt. Delisma Simorangkir,
S.Si., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Informasi Obat yang
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami
menjelaskan tentang Informasi Obat Panitia FarmasiTterapi Dan Formularium
Rumah Sakit .
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman –teman
maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Deli tua, 26 februari 2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................5
1.3 TUJUAN........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 PANITIA FARMASI DAN TERAPI............................................................5
2.1.1 Pengertian Panitia Farmasi dan Terapi....................................................5
2.1.2 Tujuan Panitian Farmasi dan Terapi........................................................6
2.1.3 Kegunaan.................................................................................................6
2.1.4 Anggota,Kriteria Keanggotaan, dan Struktur Kepanitian........................6
2.1.5 Fungsi dan Lingkup.................................................................................7
2.2 FORMULARIUM RUMAH SAKIT.............................................................7
2.2.1 Pengertian Formularium Rumah Sakit....................................................7
2.2.2 Standar Pelayanan Rumah Sakit..............................................................8
2.2.3 Pengelolaan Obat.....................................................................................8
2.2.4 Penggunaan Formularium Rumah Sakit..................................................8
BAB III....................................................................................................................9
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................9
3.1 KESIMPULAN............................................................................................10
3.2 SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan
rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Peran
rumah sakit merupakan hal yang urgen, maka dari itu mengenal rumah sakit
tidak saja dilihat dari banyaknya pasien, namun lebih kepada manfaat dan
peran serta fungsinya. Dalam rumah sakit tentunya tidak saja diperlukan
adanya fungsi dan peran, struktur dan yang lainnya, namun rumah sakit juga
memerlukan bentukan panitia yang biasa disebut dengan kepanitian rumah
sakit (Depkes RI, 2004).
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di rumah
sakit adalah farmasi. Pada suatu rumah sakit diperlukan suatu fungsi
pemantauan farmasi dan terapi yang mencakup, pengembangan kebijakan dan
prosedur mengenai seleksi, distribusi, penanganan, penggunaan, dan
pemberian/konsumsi obat dan bahan uji diagnostik. Fungsi pemantauan
farmasi dan terapi tersebut dapat dilakukan oleh suatu komite. Selain itu
keseragaman produk obat yang tersedia, keamanan,dan keefektifan
penggunaanya mengakibatkan suatu rumah sakit memerlukan suatu program
yang baik untuk memaksimalkan penggunaan obat yang rasional. Apoteker
rumah sakit bertanggung jawab memlihara hubungan baik dengan puluhn
bahkan ratusan jumlah dokter dari berbagai SMF (Siregar dan Amalia, 2004).
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian dari Panitia Farmasi dan Terapi?
b. Apa tujuan Panitia Farmasi dan Terapi?
c. Apakah kegunaan Panitia Farmasi dan Terapi?
d. Apa pengertian Formularium?
e. Bagaimanakah Standar Pelayanan Rumah Sakit yang telah memenuhi
standar?
g. Apa manfaat dari penggunaan formularium dalam suatu rumah sakit?
1.3 TUJUAN

a. Untuk mengetahui secara umum mengenai definisi, kegunaan, tujuan,


keanggotaan, kewenangan, fungsi dan lingkup panitia farmasi dan terapi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PANITIA FARMASI DAN TERAPI


2.1.1 Pengertian Panitia Farmasi dan Terapi
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) menurut Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit
dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya
(Achmadi, 2008).
2.1.2 Tujuan Panitian Farmasi dan Terapi
Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi yaitu:
1. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat,
penggunaan obat serta evaluasinya.
2. Melengkapi staf professional dibidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
kebutuhan.
2.1.3 Kegunaan
Kegunaan utama dari PFT adalah:
1. Perumus Kebijakan Prosedur
Panitia Farmasi dan terapi memformulasi kebijakan berkenaan dengan
evaluasi, seleksi, dan penggunaan terapi obat, serta alat yang berkaitan
di rumah sakit.
2. Edukasi
Panitia farmasi dan terapi memberi rekomendasi atau membantu
memformulasi program yang didesain untuk memenuhi kebutuhan staf
professional (dokter, perawat, apoteker, dan praktisi pelayanan
esehatan lainnya) untuk melengkapi pengetahuan mutakhir tentang
obat dan penggunaan obat.
2.1.4 Anggota,Kriteria Keanggotaan, dan Struktur Kepanitian
Susunan anggota PFT beragam pada setiap rumah sakit dan biasanya
bergantung pada kebijakan, lingkup fungsi PFT, dan besarnya tugas dan fungsi
suatu rumah sakit. Keanggotaan PFT terdiri dari 8-15 orang. Anggota panitia
diankat oleh pimpinan rumah sakit atas usul komite medik terdiri dari:
1. Ketua PFT adalah dokter praktisi senior yang dihormati dan disegani
karena pengabdian, prestasi ilmiah, bersikap objektif, dan berperilaku
yang menjadi panutan. Ketua harus memahami benar dan mendukung
kemajuan pelayanan IFRS, dan ia adalah dokter yang mempunyai
pengetahuan mendalam tentang obat.
2. Sekretaris panitia adalah kepala IFRS atau apoteker senior lain yang
ditunjuk oleh kepala IFRS. Apoteker senior dihormati karena
pengabdian, prestasi ilmiah, dan mempunyai sikap dan perilaku yang
menjadi panutan.
3. Susunan anggota PFT harus mencakup dari tiap staf medik fungsional
(SMF) yang besar, misalnya penyakit dalam, bedah, Kesehatan anak,
kebidanan dan penyakit kandungan, penyakit saraf dan Kesehatan
jiwa, dan SMF lain yang dianggap perlu menjadi anggota.
4. Bagian lain yang dapat diwakili ialah jaminan mutu dan manajemen
resiko (jika ada). Jika ada apoteker spesialis informasi obat rumah
sakit, biasanya ia otomatis menjadi anggota ataupun sebagai
narasumber.
2.1.5 Fungsi dan Lingkup
Organisasi dasar tiap rumah sakit dan staf mediknya dapat berpengaruh
pada fungsi dan lingkup PFT, fungsinya yaitu:
1. Berfungsi dalam suatu kapasitas evaluative, edukasi, dan penasehat
bagi staf medik dan pimpinan rumah sakit, dalam hal yang berkaitan
dengan penggunaan obat (termasuk obat investigasi).
2. Mengembangkan dan menetapkan formularium obat yang diterima
untuk digunakan dalam rumah sakit dan mengadakan revisi tetap.
3. Menetapkan program dan prosedur yang membantu memastikan terapi
obat yang aman dan bermanfaat serta berpartisipasi dalam kegiatan
jaminan mutu yang berkaitan dengan distribusi, pemberian, dan
penggunaan obat.
4. Memantau dan mengevaluasi reaksi obat merugikan dalam rumah sakit
dan membuat rekomendasi yang tepat untuk mencegah berulangnya
kembali.
5. Bertanggung jawab pada pengadaan edukasi bagi staf professional
ruumah sakit melalui penerbitan bulletin terapi obat yang disahkan
PFT.
6. Mengevaluasi, menyetujui atau menolak obat yang diusulkan untuk
dimasukkan ke dalam atau dikeluarkan dari formularium rumah sakit.
7. Menetapkan kategori obat yang digunakan dalam rumah sakit dan
menempatkan tiap obat pada suatu kategori tertentu, serta membuat
rekomendasi tentang obat yang disediakan dalam daerah perawatan
penderita.
2.2 FORMULARIUM RUMAH SAKIT
2.2.1 Pengertian Formularium Rumah Sakit
Formularium merupakan suatu dokumen yang secara terus menerus
direvisi, memuat sediaan obat dan informasi penting lainnya yang merefleksikan
keputusan klinik mutakhir dari staf medik rumah sakit (Depkes, 2008).
Rumah sakit adalah suatu unit pelayanan Kesehatan yang memberikan
pelayanan berupa rawat jalan, rawat inap, dimana pelayanan ini didukung oleh
fasilitas diagnostic dan terapi, serta fasilitas penunjang lainnya (Depkes, 2010).
2.2.2 Standar Pelayanan Rumah Sakit
Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Menurut Menteri Kesehatan No.
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari system pelayanan Kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Depkes, 1999).
2.2.3 Pengelolaan Obat
Obat merupakan salah satu unsur penting karena merupakan komponen
tak tergantikan dalam pelayanan Kesehatan. Sikus pengelolaan obat merupakan
rangkaian proses mulai dari seleksi obat, pengadaan, distribusi, penyimpanan, dan
penggunaan obat. Pengelolaan obat yang tidak efisien memberikan pengaruh yang
besar terhadap system keuangan rumah sakit. Pengelolaan obat di farmasi rumah
sakit harus efektif dan efisien karena obat harus ada saat dibutuhkan dalam
jumlah yang cukup, mutu terjamin, dan harga ynag terjangkau (Pudjaningsih,
2006).
Salah satu aspek pengelolaan obat yang diharapkan untuk menekan
peningkatan biaya obat yaitu dengan mendorong penggunaan obat yang rasional.
Dalam konteks pengobatan yang rasional berarti tepat indikasi, tepat dosis, tepat
waktu pemberian, dan juga tepat harga obatnya. Unsur ketepatan memilih obat
dalam kelas terapi memerlukan penguasaan farmakologi, farmakokinetik,
farmakodinamik, farmakoekonomi, sedangkan mengobati secara rasional
memerlukan standar profesi yang tinggi dalam bidang terapeutik maupun
diagnostik (Depkes, 2008).
2.2.4 Penggunaan Formularium Rumah Sakit
Keragaman obat yang tersedia mengharuskan dikembangkan suatu
program penggunaan obat yang rasional di rumah sakit, guna memastikan bahwa
penderita menerima perwatan yang terbaik. Rumah sakit harus mempunyai sistem
formularium yang meliputi kegiatan evaluasi, penilaian, dan pemilihan obat.
Keberadaan formularium di rumah sakit merupakan salah satu pendukung
berlangsungnya pengobatan secara rasional. Tersedianya formularium di rumah
sakit juga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas anggaran yang tersedia
(Depkes, 2008).
Penggunaan formularium mempunyai manfat yaitu:
1. Memudahkan pemilihan obat yang rasional
2. Meminimalkan jenis obat
3. Mengurangi biaya pengobatan
4. Mengoptimalkan pelayanan kepada pasien
5. Memudahkan perencanaan dan penyediaan
6. Meningkatkan efisiensi dana obat di Rumah Sakit
Sistem formularium harus tertera dalam kebijakan internal rumah sakit.
Pengorganisasian yang baik dan dukungan anggota yang kompeten akan
berdampak pada kinerja dari Komite Farmasi dan Terapi. Kemampuan menajerial
dan pendekatan personal antara anggota KFT dengan Staf Medis Fungsional
diharapkan dapat menghasilkan sistem formularium yang baik dan diterima semua
pihak. Pada gilirannya sistem formularium yang terlaksana dengan baik akan
berdampak pada kualitas pengelolaan obat di Rumah Sakit. Secara umum rumah
sakit yang sering melakukan revisi formularium memiliki persentase pengadaan
dan stok obat formularium yang relative rendah yang mengindikasikan
pengelolaan obat menjadi efisien (Yolanda, 2010)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
1. Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004
adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara staf medis dengan
staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-
spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah
Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
2. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat
serta evaluasinya. Melengkapi staf professional dibidang kesehatan dengan
pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
kebutuhan.
3. Sebagai perumus kebijakan prosedur sebagai edukasi
4. Formularium merupakan suatu dokumen yang secara terus menerus direvisi,
memuat sediaan obat dan informasi penting lainnya yang merefleksikan keputusan
klinik mutakhir dari staf medik rumah sakit.
5. Menurut Menteri Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan Kesehatan rumah
sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
6. • Memudahkan pemilihan obat yang rasional
• Meminimalkan jenis obat
• Mengurangi biaya pengobatan
• Mengoptimalkan pelayanan kepada pasien
• Memudahkan perencanaan dan penyediaan
• Meningkatkan efisiensi dana obat di Rumah Sakit
3.2 SARAN
1. Adanya keputusan yang tetap pada KFT dan setiap wakil semua staf medis
fungsional dalam KFT perlu diperhatikan dalam rangka peningkatan
partisipasi SMF dalam penerapan system formularium.

2. Konsep formularium harus dipertegas arah dan tujuan yang ingin dicapai,
peningkatan kualitas terapi obat dengan memperhatikan efek, keamanan
dan cost effective obat menjadi hal utama, pemberlakuan tarif “enterance
fee” perlu dipertimbangkan dengan cermat untuk menjaga objektifitas
komite dalam proses pemilihan obat.

3. Format formularium berbentuk daftar obat yang lebih spesifik memuat


jenis obat yang dibutuhkan masing-masing bagian secara rinci perlu
dipertimbangkan untuk meningkatkan akses penggunaan formularium.

4. Proses penyusunan formularium harus melibatkan secara aktif semua staf


medis di rumah sakit.

5. Pihak manajemen rumah sakit menyiapkan anggaran untuk kegiatan KFT


dan biaya penerbitan buku formularium,

6. Evaluasi Kepatuhan penulisan resep harus di lakukan secara terorganisir


dan terstruktur, agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat
kepada pasien

7. Perlu disusun prosedur dan kebijakan pemutakhiran formularium agar


segala Formularium yang akan di buat dapat menghasilkan produk obat
yang baik pula
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmadi, 2008. Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi
Rumah Sakit. Medan:Universitas Sumatera
Utara.
2. Depkes, 1999. Pedoman Pengelolaan Perbekalan
Farmasi Di
Instalasi Farmasi. Jakarta
3. Depkes, 2004. Standar Pelayanan Rumah Sakit,
Perpustakaan Depkes. Jakarta
4. Depkes, 2008. Pedoman Penyusunan Formularium
Rumah
Sakit. Jakarta
5. Depkes, 2010. Tentang Rumah Sakit. Jakarta
6. Siregar, dan Amelia, 2004. Farmasi Rumah Sakit.
Jakarta
Pudjaningsih, 2006. Pengembangan Indikator
Efisiensi Pengelolaan Obat Di Rumah Sakit.
Surabaya
7. Yolanda, 2010. Evaluasi Implementasi Kebijakan
Kewajiban
Menuliskan Resep Obat Generik Di rumah
Sakit
Umum Daerah Cilegon 2007, Depok

Anda mungkin juga menyukai