Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI INSTALASI FARMASI PROVINSI KALIMANTAN


SELATAN
Tanggal 01 Maret – 31 Maret 2021

DISUSUN OLEH :

ADITYA DWI MAHENDRA 1748401110001

BELLA EKA PUTRI 1848401110010

NURUL MAULIDA 1848401110052

SARINAH 1848401110075

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI INSTALASI FARMASI PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN
(Tanggal 01 Maret – 31 Maret 2021)

Disetujui oleh

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Apt.Rizka Mulya Miranti, M.Si apt.Efrin Pujianti, M.Farm.


NIDN. 1128018702 NIDN.19850929 201001 2 014

Mengetahui,

Ketua Program Studi D3 Farmasi

apt. Sri Rahayu, M. Farm.


NIDN. 1115098101
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji syukur Kami panjatkan kehadiran Allah SWT,


karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya jualah Kami dapat melaksanakan tugas
dan menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 01 Maret sampai 31 Maret 2021.
Penulisan laporan ini merupakan suatu bentuk penanggung jawaban terhadap
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL), Program Studi D3 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan


ilmu dan praktek yang diperolehnya selama masa perkuliahan sehingga dapat
menyelesaikan segala pekerjaannya secara langsung di lapangan dan juga
bermaksud untuk memenuhi kurikulum perkuliahan sehingga mahasiswa tidak
hanya mengetahui teori selama perkuliahan tetapi juga aplikasinya di lapangan.

Kami menyadari bahwa Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat terlaksana
dengan baik berkat kerjasama, bantuan, bimbingan, dan dukungan dari banyak
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu diberikan selama
maupun setelah masa pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin.
2. apt. Risya Mulyani. M. Sc. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
3. apt. Sri Rahayu, M. Farm. selaku ketua Program Studi D3 Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
4. apt. Efrin Pujianti, M.Farm.selaku Apoteker Penanggung Jawab di Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan yang telah mendukung dan membantu
dalam penulisan Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan.
5. apt. Rizka Mulya Miranti, M. Si. selaku pembimbing dari pihak kampus yang
terus memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian Laporan
Pengantar Praktek Kerja Lapangan.
6. Seluruh staf Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan yang sudah
memberikan bimbingan dan pelajaran selama menjalankan praktek kerja
lapangan.
7. Seluruh dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin program studi D3
Farmasi.
8. Orang Tua kami dan kepada orang-orang yang selalu memberikan semangat,
doa, dan kepercayaan kepada kami serta semua pihak yang telah membantu
dalam pelaksanaan dan penyusunan Laporan Pengantar Praktek Kerja
Lapangan ini.

Semoga Allah SWT akan selalu meridhoi dan membalas semua bantuan yang
telah diberikan kepada kami. Kami menyadari bahwa selama pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) banyak kekurangan dan kekhilafan yang kami lakukan,
untuk itu kami memohon maaf kepada semua pihak yang terkait. Dan kami
menyadari pula bahwa Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan ini masih jauh
dari kata sempurnadikarenkan keterbatasan pengetahuaan yang kami miliki.
Semoga Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banjarmasin, 2 Maret 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

DAFTAR TABEL......................................................................................................

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Kompetensi Farmasi di Instalasi Farmsi........................................................
C. Tujuan Pengantar Praktek Kerja Lapangan....................................................
D. Manfaat Pengantar Praktek Kerja Lapangan..................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................

A. Definisi, Tugas, Fungsi, dan Persyaratan Instalansi Farmasi.........................


B. Tugas dan Tanggung Jawab TTK di Instalansi Farmasi................................
C. Pengelolaan Instalasi Farmasi........................................................................
D. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)...................................................

BAB III. TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI PROVINSI.......................

A. Instalansi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan............................................


B. Tugas dan Tanggung Jawab Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan
........................................................................................................................
C. Manajemen Perbekalan Farmasi....................................................................
D. Managemen SDM..........................................................................................

BAB IV. PEMBAHASAN.........................................................................................

A. Manajemen Perbekalan Farmasi....................................................................


B. Penjamin Mutu Obat......................................................................................
C. Manajemen SDM ..........................................................................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Suhu Penyimpanan Vaksin........................................................................


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Grafik Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi Provinsi Kalsel
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instalasi Farmsi Provinsi Kalimantan Selatan

Lampiran 2 : Ruangan Tata Usaha

Lampiran 3 : Ruangan Seksi Penyimpanan

Lampiran 4 : Ruangan Seksi Distribusi

Lampiran 5 : Ruang Penyimpanan Obat Logistik Covid-19

Lampiran 6 : Ruangan Penyimpanan Obat APBN

Lampiran 7 : Ruangan Obat Program

Lampiran 8 : Ruangan Bahan Kimia

Lampiran 9 : Ruangan Vaksin

Lampiran 10 : Ruangan Alat Kesehatan/BMHP

Lampiran 11 : Ruangan Penyimpanan Semi Solid dan Liquid

Lampiran 12 : Faktur Obat

Lampiran 13 : berita Acara Pemusnahan Obat

Lampiran 14 : Surat Disposisi

Lampiran 15 : Surat Penyerahan Barang

Lampiran 16 : Berita Acara Serah Terima Barang

Lampiran 17 : Buku Penyerahan SPB

Lampiran 18 : Kartu Stok

Lampiran 19 : Berita Acara Pemeriksaan Obat untuk dihapus

Lampiran 20 : Laporan Mutasi Obat, Vaksin dan BMHP

Lampiran 21 : Penerimaan Vaksin Covid-19

Lampiran 22 : Pengantaran Vaksin ke Kab/kota


Lampiran 23 : Penyerahan Obat ke Kab/kota
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang
tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, obat perlu
dikelola dengan baik, efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan adalah untuk menjamin ketersediaan, pemerataan
dan keterjangkauan obat dengan jenis dan jumlah yang cukup, sehingga
mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Oleh karena itu,
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota memegang
peranan yang sangat penting dalam menjamin ketersediaan, pemerataan
dan keterjangkauan obat untuk pelayanan kesehatan dasar (Anief, 2007).
Instalasi Farmasi merupakan sarana pendukung kegiatan produksi
dan operasi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku,
bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan. Selain untuk
penyimpanan gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan (baku,
pengemas, dan obat jadi) dari pengaruh luar dan binatang pengerat,
serangga, dan melindungi obat dari kerusakan. Agar dapat menjalankan
fungsi tersebut maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara
benar atau yang sering disebut dengan Manajemen Pergudangan. Proses
pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan,
tahap pengadaan, penyimpanan, tahap distribusi dan tahap penggunaan.
Pengadaan obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan dalam
pengelolaan obat. Tujuan pengadaan obat adalah tersedianya obat dengan
jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan dengan mutu yang
terjamin serta dapat diperoleh pada saat yang diperlukan (Bowersox &
Donald, 2006).
Untuk mencapai tujuan tersebut, perencanaan yang merupakan
salah satu fungsi dari pengelolaan obat harus dilaksanakan sebaik mungkin
sehingga obat yang telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan, tepat
sasaran dan tepat guna.Untuk mendukung hal ini, perencanaan obat secara
terpadu antara obat untuk pelayanan kesehatan dasar dengan obat program
merupakan langkah yang harus dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih
dalam perencanaan dan pengadaan obat di sektor publik.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk pendidikan


dengan cara memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa untuk
berpartisipasi dan tugas secara langsung di dunia kerja pada bidang
farmasi seperti di Instalasi Farmasi. PKL akan menambah kemampuan
untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara teori dengan kenyataan
yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
managerial mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan,
baik dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya.

B. Kompetensi Farmasi di Instalasi Farmasi


1. Mampu melakukan praktek kefarmasiaan secara professional dan etis.
2. Mampu mendistribusi sediaan farmasi sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Mampu melakukan dispensing obat.
4. Mampu mengelola dan melakukan layanan farmasi klinis yang berkualitas.

C. Tujuan Praktek Kerja Lapangan


1. Mengetahui apa itu Instalasi Farmasi?
2. Mengetahui tugas dari Instalasi Farmasi?
3. Mengetahui bagaimana pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi
Farmasi?
4. Mengetahui bagaimana cara pencatatan dan pelaporan di Instalasi
Farmasi?

D. Manfaat Praktek Kerja Lapangan


1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan Instalasi
Farmasi
2. Memahami tugas dari Instalasi Farmasi
3. Mahasiswa memahami tentang cara pengelolaan perbekalan farmasi di
Instalasi Farmasi
4. Mahasiswa mampu memahami bagaimana cara pencatatan dan pelaporan
mengenai persediaan dan penggunaan obat, alat kesehatan  dan perbekalan
farmasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Instalasi Farmasi


Menurut PP No 53 Tahun 2010, Instalasi Farmasi adalah unit
pelaksanaan Teknis dari Dinas Kesehatan yang melaksankan tugas
merencankan, menerima, menyimpan, pendistribusian dan pemeliharaan
barang, persedian obat, alat kesehatan lainya yang digunakan untuk
melaksankan program kesehatan.

Menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 72 tahun 1998 tugas Instalasi


Farmasi yaitu:

a. Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan


pendistribusian obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.
b. Melakukan pencacatan dan pelaporan mengenai persediaan dan
penggunaan obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.
c. Melakukaan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara
umum baik yang di dalam persediaan maupun yang akan di
distribusikan.
d. Melakukan tata usaha, keuangan, kepegawaian dan urusan dalam.

Menurut Departemen Kesehatan tahun 2001 fungsi Instalasi Farmasi yaitu:

a. Tempat perencanaan dan pengadaan obat sesuai dengan pola


penyakit di daerah tersebut
b. Penyaluran ke Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
c. Mutu obat harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
BPOM

Menurut Departemen Kesehatan tahun 2003 syarat Instalasi Farmasi yaitu:

a. Cukup luas minimal 3 × 4 m 2


b. Ruangan kering dan tidak lembab
c. Ada ventilasi
d. Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus ada pelindung
untuk menghindari dari cahaya matahari
e. Hindari sudut lantai dan dinding yang tajam
f. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
g. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
h. Tersedia lemari khusus untuk lemari khusus untuk narkotika dan
psikotropika dan pintu selalu dikunci
i. Harus ada pengukur suhu dan hygrometer ruangan

B. Tugas dan Tanggung Jawab TTK di Instalasi Farmasi


a. Mengontrol persediann obat dan menyusun obat pada tempat/ rak
penyimpanan obat.
b. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
c. Memeriksa kebenaran obat yang datang antara suratan pesanan dan isi
barang.
d. Sebagai penaggungjawab masing-masing obat seperti obat bebas, obat
bebas terbatas, narkotika, pkotropika, obat luar, injeksi dan lain
sebagainya.

C. Pengelolaan Instalasi Farmasi


Pengelolaan obat merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai
dari perencanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi yang
salingterkait satu sama lainnya. Kegiatannya mencakup perencanaan ,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pel
aporan, penghapusan serta monitoring dan evaluasi.
a) Perencanaan
Perencanaan adalah seluruh proses pemikiran dan penentuan secara
matang tentang hal –hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ada 3 metode perencanaan perbekalan farmasi, yaitu:
1. Metode konsumsi
Metode konsumsi ini didasarkan atas analisis data konsumsi obat
tahun sebelumnya dengan berbagai penyesuaian dan koreksi
2. Metode Epidemiologi
Metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, data jumlah
kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada.
3. Metode kombinasi
Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi dan
metode epidemiologi
Tahapan perencanaan perbekalan farmasi meliputi :
a. Pemilihan
Fungsi pemilihan untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar di perlukan sesuai dengan jumlah pasien dan pola penyakit di
Puskesmas.
b. Komplikasi Kebutuhan
Fungsi komplikasi kebutuhan untuk mengetahui penggunaan per
bulan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama
setahun dan sebagai data pembanding stok optimum.
c. Evaluasi perencanaan
Evaluasi perencanaan dengan cara analisa ABC, Pertimbangan VEN,
Kombinasi ABC dan VEN, Revisi daftar perbekalan farmasi.
Analisa ABC
1. A (Always) adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi paling besar
(sekitar 80% dari total dana).
2. B (Better) adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi dana sekitar
20% daritotal dana
3. C (Control) adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi dana sekitar
10% dari total dana
Analisa VEN
1. V (vital) yaitu obat yang harus ada yang diperlukan untuk
menyelamatkan kehidupan. Contoh obat yang termasuk  jenis obat
Vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung,
2. E (essensial) yaitu obat yang terbukti efektif untuk menyembuhkan
penyakit atau mengurangi pasien.Contoh obat yang termasuk jenis
obat Essensial adalah antibiotic, obat gastrointestinal, NSAID dan lain
lain.
3. N (non essensial) yaitu meliputi berbagai macam obat yang digunakan
untuk penyakit yang dapat sembuh sendiri, obat yang diragukan
manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis.Contoh obat yang
termasuk jenis obat Non-essensial adalah vitamin, suplemen dan lain-
lain.
b) Pengadaan
Pengadaan adalah proses penyediaan obat yang dibutuhkan di
Instalasi farmasi diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari
manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi.
Metode pengadaan meliputi Pembelian, Kerjasama dan sumbangan.
c) Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Tujuan penerimaan adalah
untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik
spesifikasi mutu, jumlah, maupun waktu kedatangan.
d) Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan
dengan persyaratan kefarmasian.Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan
secara benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan
diberi tanda khusus bahan berbahaya
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas
medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung
gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Sistem penyimpanan berdasarkan

1. Alphabetis
2. Farmakologis
3. Bentuk sediaan obat
4. First in first out (FIFO), dan
5. First expired first out (FEFO).
Cara penyimpanan obat berdasarkan CDOB:

1. Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat harus mematuhi


peraturan perundang-undangan.
2. Kondisi penyimpanan untuk obat dan/atau bahan obat harus sesuai dengan
rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi yang memproduksi
bahan obat standar mutu farmasi.
3. Volume pemesanan obat danatau bahan obat harus memperhitungkan
kapasitas sarana penyimpanan.
4. Obat dan atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain obat
danatau bahan obat dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan
akibat paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal
lain. Perhatian khusus harus diberikan untuk obat danatau bahan obat yang
membutuhkan kondisi penyimpanan khusus.
5. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang diterima harus dibersihkan
sebelum disimpan.
6. Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus
memastikan terpenuhinya kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan dan
memungkinkan penyimpanan secara teratur sesuai kategorinya; obat
dan/atau bahan obat dalam status karantina, diluluskan, ditolak,
dikembalikan, ditarik atau diduga palsu.
7. Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stock sesuai
dengan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah
First Expired First Out (FEFO).
8. Obat dan/atau bahan obat harus ditangani dan disimpan sedemikian rupa
untuk mencegah tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan campur-baur.
Obat dan/atau bahan obat tidak boleh langsung diletakkan di lantai.
9. Obat dan/atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik,
dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara
fisik untuk obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan secara
berkala.
10. Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock opname
secara berkala berdasarkan pendekatan risiko.
11. Perbedaan stok harus diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis yang
ditentukan untuk memeriksa ada tidaknya campur-baur, kesalahan keluar-
masuk, pencurian, penyalahgunaan obat dan/atau bahan obat.
Dokumentasi yang berkaitan dengan penyelidikan harus disimpan untuk
jangka waktu yang telah ditentukan.
Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut
potensi atau daya antigennya.Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyimpanan vaksin adalah suhu, sinar matahari, dan kelembaban.
Penyimpanan Vaksin.
Tabel 2.1 Suhu Penyimpanan Vaksin

Vaksin Suhu
Rubella 2 – 8°c
BCG 2 – 8°c
Covid 19 2 – 8°c
Vaksin Haji 2 - 8 °c
Hepatitis B 2 – 8°c
Polio -2°c

e) Pendistribusian
Distribusi Merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
mennyalurkan/ menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/ pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketetapan waktu.
f) Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Tujuan pengendalian: agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan (Depkes RI, 2008)
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2008 Kegiatan pengendalian
mencakup :
a. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah
stok ini disebut stok kerja.
b. Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/ kekosongan.
c. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima.
g) Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak atau mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan
farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Penghapusa ini akan mengurangi beban penyimpanan dan mengurangi resiko
terjadi penggunaan obat yang sub standar.
h) Pencacatan dan Pelaporan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi pembekalan farmasi yang keluar dan masuk. Adanya pencatatan
akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi mutu
obat yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat
dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan
kepada pihak yang berkepentingan.
Puskesmas wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut permenkes tahun 2015 Pelaporan obat ada beberapa tahap yaitu:
i) nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi;
j) jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
k) tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
l) jumlah yang diterima;
m) tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran;
n) jumlah yang disalurkan; dan
o) nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan
persediaan awal dan akhir.

d. Manajemen SDM
Manajemen Pergudangan memiliki cakupan antara lain:

1. Mengatur orang atau petugas (SDM).


2. Mengatur penerimaan barang
3. Mengatur penataan atau penyimpanan barang.
4. Mengatur pelayanan akan permintaan barang (Priyambodo, 2007).
Adapun sasaran pengelolaan gudang (manajemen pergudangan) adalah:

1. Fasilitas
a. Penyediaan serta pengaturan yang baik terhadap fasilitas
/perlengkapan/peralatan yang dibutuhkan dalam gudang.
b. Pemakaian ruang seefektif mungkin.
c. Memungkinkan pemeliharaan yang baik dan mudah untuk
semua fasilitas gudang.
d. Fleksibilitas terhadap perubahan.
2. Tenaga Kerja
a. Penggunaan tenaga kerja seefektif mungkin.
b. Mengurangi risiko kecelakaan.
c. Memungkinkan pengawasan yang baik
3. Barang
a. Menghindari kerusakan barang ataupun yang mempengaruhi
kualitasnya.
b. Menghindari terjadinya kehilangan barang.
c. Mengatur letak agar hemat tempat atau ruang.
d. Pengaturan aliran keluar-masuknya barang (Priyambodo,
2007).

BAB III
TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN

A. Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan


1. Sejarah Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi adalah untuk menangani pengelolaan obat dan
perbekalan farmasi dipimpin oleh Instalasi Farmasi yang bertanggung
jawab kepada kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.
Nama Instalasi Farmasi awalnya adalah IGFPK. Instalasi Farmasi terletak
dijalan Ahmad Yani Km 21,5 Landasan Ulin Banjarbaru. Instalasi Farmasi
pada awal berdiri hanya dilengkapi dengan bagian tata usaha pada tahun
2003 kemudian pada tahun 2009 diubah menjadi UPT dan dilengkapi
dengan kantor administrasi serta dilengkapi dengan 2 seksi dan 1 tata
usaha.
2. Profil Umum
a. Nama Institusi : Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan
b. Status organisasi : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

3. Instalasi farmasi melakukan pendistribusian ke rumah sakit dan 13


kab/kota yaitu :
a. Kota Banjarmasin
b. Kota Banjarbaru
c. Kabupaten Banjar
d. Kabupaten Tapin
e. Kabupaten Hulu Sungai Selatan
f. Kabupaten Hulu Sungai Tengah
g. Kabupaten Hulu Sungai Utara
h. Kabupaten Balangan
i. Kabupaten Tabalong
j. Kabupaten Barito Kuala
k. Kabupaten Tanah Laut
l. Kabupaten Tanah Bumbu
m. Kabupaten Kotabaru

KEPALA
INSTLASI FARMASI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Rahmadi, SKM., MS
NIP. 19690217 199203 1 006

KELOMPOK
JAFUNG
SUBBAG
TATA USAHA

Alfitriadi, S.Pd., M. Kes


NIP. 19661105 198602 1 001

SEKSI PENYIMPANAN & SEKSI DISTRIBUSI &


PEMELIHARAAN PENGAMANAN

Sudarmo, SKM,S.Kep.,M.Kes
apt. Efrin Pujianti, M.Farm
NIP. 19720415 199101 1 001
NIP. 19850929 201001 2 014
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan

4. Visi dan Misi Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan


a) Visi
Menjadikan Instalasi yang professional dalam pengelolaan sediaan farmasi
dan perlengkapan kesehatan untuk menunjang pelayanan kesehatan yang
bermutu.
b) Misi
a. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan perlengkapan
kesehatan secara professional
b. Mengendalikan keteersediaan sediaan farmasi & perlengkapan
kesehatan sesuai tingkat kecukupan dan jaminan mutu
c. Meningkatkan dan mengembangkan SDM dan sarana pengelolaan
sediaan farmasi & perlengkapan kesehatan

5. Fungsi Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan


a. Penyusunan program dan pedoman teknis operasional
penyelenggaraan instalasi farmasi
b. Penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan penyusunan analisis
kebutuhan,pencacatan dan pelaporan persediaan dan mutase obat dan
perbekalan kesehatan
c. Penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pengamatan terhadap
mutu/kualitas obat dan perbekalan kesehatan secara umum baik yang
ada dalam persediaan maupun yang akan di distribusikan
d. Penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
penggunaan obat da perbekalan kesehatan
e. Pembinaan, pengaturan dan pengendalian ketatausahaan

6. Tugas Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan


a. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana kegiatan seksi penyimpanan
dan pemeliharaan
b. Menyiapkan bahan dan meyusun petunjuk teknis pelayanan,
pelaksaan, penyimpanan, pemeliharaan obat dan perbekalan kesehatan
c. Menyiapkan bahan dan meyususn Standar Operasional Prosedor (SOP)
kegiatan penyimpanan dan pemeliharan obat dan perbekalan kesehatan
d. Menyiapkan bahan dan melaksanakan analisis kebutuhan persediaan
obat dan perbekalan kesehatan
e. Menyiapkan bahan dan melaksanakan administrasi pengadaan,
penerimaan dan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan
f. Menyiapkan bahan dan melaksanakan administrasi mutasi obat dan
perbekalan kesehatan
g. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pemeliharaan mutu atau kualitas
obat dan pembekalan kesehatan
h. Menyiapkan bahan dan melaksanakan administrasi serta pemusnahan
obat dan pembekalan kesehatan yang habis masa pakai atau tidak layak
edar
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugas dan tanggung
jawabnya

B. Manajemen Perbekalan Farmasi


a. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan bertujuan untuk menetapkan jenis dan
jumlah persediaan farmasi dan alat kesehatan yang di butuhkan dalam
pelayanan kesehatan dan pelaksanaan interpensi program kesehatan
dengan mempertimbangkan target dan kemampuan dalam pelaksaan
program kesehatan, ketersediaan anggaran dari berbagai sumber
pendanaan yang sah dan ketersediaan (sisa stock).
Perencanaan kebutuhan merupakan proses yang terpadu antara
stakeholder terkait. Setiap perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan
alat kesehatan disusun oleh Tim Perencanaan Obat Terpadu (TPOT).
TPOT Paling sedikit beranggotakan penanggung jawab kefarmasian
dan alat kesehatan, penanggung jawab instalasi farmasi, penanggung
jawab program kesehatan, dan pelaksana pelayanan kesehatan.
Perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode
diantaranya :
a) Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah perencaan kebutuhan
menggunakan data konsumsi priode sebelumnya.
b) Metode epidemiologi / Morbiditas
Metode epidemiologi adalah perhitungan kebutuhan
obat berdasarkan pola penyakit.
b. Pengadaan
Pengadaan tidak dilakukan di Instalasi Farmasi Provinsi
Kalimantan Selatan, pengadaan hanya dilakukan di Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan.
c. Penerimaan

ALUR PENERIMAAN

Periksa kelengkapan Letakkan diruangan


barang & kodisi fisik karantina

d. Cek dokumen
Cek barang

e.

Cek jenis barang (SOP) Cek faktur

Susun diruang
Jumlah, kualitas sesuai
penyimpanan
d. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiataan menyimpan dan


memelihara dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang diterima pada tempat penyimpanan sesuai dengan
kondisi dipersyaratkan dalam kemasan, yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik. Penyimpanan diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kondisi yang
dipersyaratkan dalam kemasan.

Pada penyusunan obat berdasarkan dari sumber dana, jenis obat


dan alfabetis. Untuk obat program P2PL dan Kesehatan keluarga
penyusunan obat dan alkes dikelompokkan berdasarkan jenis program
penyakit. Penyusunan barang memakai sistem FIFO (First in First Out
). Ketinggian penumpukan kardus harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dimasing-masing kemasan atau paling banyak adalah 8
kardus. Obat harus diletakkan di palet atau rak untuk terhindar dari
kelembapan. Penerimaan obat juga dicatat dalam software ketersediaan
obat

Tujuan penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagai


berikut:

1) Menjamin kelangsungan persediaan


2) Memelihara dan menjamin mutu
3) Menjamin keamanan persediaan
4) Menghindari penyalahgunakan dan penggunaan yang salah
5) Memudahkan dalam melakukan pencarian dan pengawasan

Mekanisme pengelolaan penyimpanan merupakan pelaksanaan


penyimpanan persediaan yang meliputi penerimaan, penyimpanan,
pemeliharaan, pengeluaran dan penghapusan.

Ruang penyimpanan obat dan alat kesehatan di Instalasi


Farmasi dibagi menjadi 6 ruangan diantaranya:
a. Ruang I

Ruang I merupakan ruang penyimpanan obat yang bersumber


dari dana APBD Provinsi Kalimantan Selatan berupa sediaan semi
solid, Liquid, psikotropika dan narkotika.

b. Ruang II

Ruang II merupakan ruang penyimpanan obat berupa sediaan


solid yang bersumber dari dana APBD dan buffer stok APBN.

c. Ruang III

Ruang III merupakan ruang penyimpanan obat program


diantaranya penganggulangan penyakit (TB, Malaria, HIV AIDS,
Kusta, Diare) dan Kesehatan Keluarga (Gizi, Kesehatan ibu,
Kesehatan anak).

d. Ruang IV/ Bahan Berbahaya

Ruang ini merupakan ruang penyimpanan bahan berbahaya


seperti cynof, abate, dll. Ruangan ini dilengkapi dengan Drum Loader
dan pompa bahan bakar untuk memudahkn petugas gudang untuk
mempersiapkan bahan berbahaya dan penyimpanan.

e. Ruang Vaksin

Ruang vaksin dilengkapi dengaan 1 buah Coldroom serta 6


Cold chain. Untuk keamanan penyimpanan vaksin maka ruang vaksin
dilengkapi dengan ruang generator untuk menghindari kerusakan
vaksin akibat padamnya listrik mengingat vaksin harus tetap dijaga
pada suhu yang dipersyaratkan.

f. Ruang Penyimpanan Alkes


Ruang penyimpanan alkes ditujukan untuk menyimpan alat
kesehatan baik dari dana APBD dan APBN yang telah selesai
diperiksa.
e. Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
mendistribusikan sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada satuan
kerja, fasilitas kesehatan, lembaga/organisasi dan/atau perorangan
dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan menggunakan kendaraan
operasional distribusi serta peralatan penunjang penyimpanan dan
distribusi yang dapat memastikan mutu sepanjang jalur distribusi.
Distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1) Terselenggaranya pendistribusian sediaan farmasi dan alat
kesehatan secara teratur dalam jenis dan jumlah yang tepat
sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.
2) Terjaminnya mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan sepanjang
jalur distribusi.
3) Terjaminnya ketersediaan dan pemerataan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.

Kegiataan distribusi ada 2 macam yaitu:

a. Distribusi Rutin
Distribusi rutin diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan pada unit layanan/fasilitas
kesehatan dengan jadwal distribusi yang telah disepakati.
b. Distribusi Khusus

Kegiatan distribusi khusus obat dan perbekalan kesehatan


mencakup distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan pada sat
terjadi bencana, Kejadian Luar Biasa (KLB)/outbreak, maupun
pelaksanaan intervensi Program Kesehatan.

Setiap pengeluaran barang maka akan dicatat di lembar


kartu stock dan buku pengeluaran. Kartu stock dan software system
informasi mutasi obat, vaksin dan perlengkapan kesehatan (SIP
MOVES) obat akan mencatat semua penerimaan dan
pendistribusian baik obat dan alkes APBD maupun APBN ke
Kabupaten/Kota maupun ke instansi terkait lainnya.
f. Pemusnahan

Pemusnahan obat dilakukan tiap tahun di Instalasi Farmasi


Provinsi Kalimantan Selatan untuk menghindari penumpukan obat.
Penumpukan obat bias mengakibatkan meningkatnya biaya penyimpanan
serta menimbulkan resiko penyalahgunaan obat. Obat expired akan
diletakkan diruang yang berbeda dengan ruang penyimpanan obat dan
alkes.

Pada masa pandemi Covid-19 kegiatan pemusnahan tahun 2020


tidak dapat dilakukan dikarenakan kegiatan pemusnahan dilakukan di luar
Provinsi Kalimantan Selatan dan dana yang dialokasikan dialihkan untuk
dana penanggulan Covid-19.

Pemusnahan obat dilakukan ditahun 2019 melibatkan unsur-unsur


lintas sectoral seperti Dinas Kesehatan, Badan Keuangan Daerah, Badan
Lingkungan Hidup serta Balai Besar POM Banjarmasin. Pemusnahan obat
dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu pihak transpoter
dan pengolah limbah.

g. Pencatatan dan Pelaporan

Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan pelaporan dan


pencacatan menggunakan Kartu stok, SIP MOVIES, SITB dan laporan
Mutasi obat, BMHP dan Vaksin. Menerima dan mengagendakan surat
permintaan obat, vaksin dan BMHP menggunakan Surat Permintaan
Obat (SOP). Laporan permintaan obat, BMHP dan vaksin dilakukan
tiap bulan dan tahunan menggunakan data mutasi obat/ SIP MOVIES.
Laporan mutasi obat tiap bulanan dan tahunan untuk dikirim ke pihak
terkait. Aplikasi laporan ketersediaan obat menggunakan E-logistik,
SITB, SIHA, dan Smile.
ALUR SURAT PERMINTAAN

SURAT PERMINTAAN DARI


KABUPATEN/KOTA

DINAS KESEHATAN
PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN

INSTALASI FARMASI

(TU)

SURAT DI ACC DISPOSISI OLEH INSTALASI


FARMASI

KEPALA INSTALASI FARMASI PENYIMPANAN

SURAT PENERIMAAN
PACKING
BARANG

DISTRIBUSI SURAT BERITA ACARA

DISERAHKAN
C. MANAJEMEN SDM

Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan didampingi oleh 1


kepala yang memiliki latar belakang Pendidikan Magister Sains. Sumber
Daya Manusia yang dimiliki terdiri dari 15 orang Pegawai Negeri Sipil an
17 Tenaga Honorer dengan tingkat Pendidikan.

1. Kepala Instalasi farmasi


Tugasnya: mengikuti dan memenuhi petunjuk-petunjuk kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab
memimpin dan mengkoordinasikan semua unsur dilingkungan
Instalasi Farmasi dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi
pelaksanaan tugas bawahannya.

2. Sub bagian tata usaha


Tugasnya: melaksanakan urusan tata usaha, keuangan dan
kepegawaian.
BAB IV

PEMBAHASAN

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Instalansi Farmasi Provinsi Kalimantan


Selatan dilaksanakan mulai dari 01 Maret 2021 - 31 Maret 2021 dengan
jumlah jam kerja tiap harinya adalah 9 jam. Praktek Kerja Lapangan dibagi
menjadi 1 shift, yaitu shift pagi dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00.

Kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan meliputi


manajemen perbekalan farmasi dan menejemen sumber daya manusia. Untuk
manajemen perbekalan farmasi meliputi perencanaan obat, penerimaan obat,
penyimpanan obat, pendistribusian obat, pencatatan dan pelaporan serta
Monitoring dan Evaluasi.

A. Manajemen Perbekalan Farmasi


a. Perencanaan
Sistem Perencanaan di Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan
Selatan dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi yakni
gabungan antara metode epidemiologi dan konsumsi, yaitu dengan melihat
pola penyakit yang ada dan melihat pemakaian obat pada priode
sebelummnya. Agar tidak terjadi kekurangan obat maka buffer stok atau
stok penyangga ditambahkan sebesar 20%, tujuan buffer stok adalah untuk
mencegah kekosongan obat selama proses pengadaan.
b. Penerimaan
Setelah dilakukan tahap pengadaan maka tahap selanjutnya adalah
tahap penerimaan. Penerimaan dilakukan oleh tim penerimaan barang di
Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan yaitu tenaga teknis
kefarmasiaan (TTK). Alasannya karena TTK memiliki wewenang dan
tanggung jawab terhadap obat yang telah diterima dari distributor kecuali
Narkotika dan Psikotropika harus Apoteker yang menerima.

Sebelum dilakukan pengecekan barang maka TTK akan mengecek


antara faktur barang yang datang dengan surat pesanan e-Purchasing.
Apabila sudah sesuai maka dilakukan pengecekan dan di susun sesuai
dengan sumber dana dan jenis obat .

c. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi
Provinsi Kalimantan Selatan dilakukan berdasarkan:
a) Bentuk Sediaan
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan meliputi tablet, salep,
sirup, ampul,vial dan seterusnya. Namun ada juga penyimpanan yang
dipisahkan diruangan khusus seperti infus, obat gigi, narkotik, dan
psikotropik.
b) FEFO dan FIFO
Penyimpanan berdasarkan sistem FEFO maka, obat yang memiliki
ED panjang dan ED pendek diletakkan di tempat yang terpisah disertai
penandaan.Untuk ED panjang diberi kertas diserta tulisan “JANGAN
DIKELUARKAN DULU” Bisa juga diletakkan paling depan atau
ditempat yang mudah terlihat agar dapat digunakan lebih dulu. Untuk
penyimpanan berdasarkan sistem FIFO maka yang lebih dulu barang
datang maka itu yang digunakan atau di distribusikan dengan
memperhatikan ED nya dan obat fast moving.
c) Suhu Penyimpanan
Penyimpanan sediaan dan perbekalan kesehatan di Instalasi
Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan ada 3 suhu penyimpanan yang
dipakai yaitu pada suhu 27°C sampai 29 °C untuk obat tablet, syrup,
infuse sedangkan untuk obat yang memerlukan penyimpanan khusus
seperti vaksin disimpan pada suhu 2-8°C yang diletakan pada cold chain
namun untuk vaksin polio disimpan pada suhu -20°C hal ini karena untuk
menjaga mutu vaksin. Sedangkan untuk obat injeksi dan suppositoria pada
suhu 8°C -15°C diletakkan dalam lemari pendingin.

d) Penyimpanan berdasarkan obat program


Ruangan III untuk mempermudah pencarian obat saat ingin di
distribusikan, ruangan III ada obat program yaitu TB, TB MDR,
HIV/AIDS, Kusta, Diare, Covid 19, Malaria, Hepatitis, dan DBD. Ada
juga kesehatan keluarga ( Gizi, Kesehatan ibu, dan Kesehatan anak ).
e) Alfabetis
Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi
Provinsi Kalimantan Selatan juga berdasarkan alfabetis atau seuai abjad
secara berurutan.

Suhu ruang penyimpanan dijaga sedemikian rupa agar memenuhi


syarat suhu ruangan (<25°C). Begitu pula yang dilakukan di cold room,
suhu ruangan dijaga antara 4-8 °C. Suhu ruangan penyimpanan dipantau
setiap harinya di pagi dan sore hari oleh petugas gudang dan dicatat
dikartu suhu. Pencatatan suhu ini bertujuan untuk memantau kondisi
ruangan dan menentukan kapan perlu dilakukan pemeliharaan alat
pendingin (AC).

Ruangan penyimpanan juga dibersihkan dan disapu setiap hari.


Setiap dilakukan pembersihan maka petugas akan mengisi kartu
pembersihan gudang. Selain untuk menjaga kebersihan ruang
penyimpanan juga bertujuan untuk memantau apakah ada sisa kotoran dari
hewan pengerat yang bisa mengindikasikan adanya hewan pengerat di
dalam ruang penyimpanan. Pest control diperlukan untuk mengendalikan
jumlah hewan pengerat diruang penyimpanan. Untuk pengendalian hewan
pengerat (pest control) Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan
bekerjasama dengan PT. Rentokil Indonesia dan dilakukan pemantauan
pest control secara rutin.

d. Distribusi
Pendistribusian obat dibagi menjadi 2 yaitu pendistribusian Obat
PKD dan pendistribusian Obat Program dan vaksin. Untuk pengeluaran
Obat PKD maka surat permintaan akan dikirim ke Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan dan perlu mendapat persetujuan pengeluaran
dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, sedangkan
untuk Obat Program dan vaksin maka perlu persetujuan pengeluaran dari
pengelola program yang bersangkutan dan Surat Perintah Mengeluarkan
Obat dari pengelola program akan diberikan kepada Instalasi Farmasi.
Setiap pengeluaran barang memerlukan persetujuan mengeluarkan
obat dan alkes dari kepala Instalasi Farmasi, disposisi pengeluaran obat
akan diserahkan ke seksi penyimpanan dan pemeliharaan. Seksi
penyimpanan dan pemeliharaan akan mempersiapkan obat/ BMHP/
Vaksin serta Surat penyerahan barangnya (SPB). Obat/ BMHP/ Vaksin
yang telah dipersiapkan di check kesesuaiannya oleh Seksi distribusi.
Surat Penyerahan Barang (SPB) yang di tandatangani oleh Kepala Seksi
Penyimpanan dan Kepala Seksi Distribusi. Obat dan alkes kemudian
didistribusikan/di serahkan oleh Seksi Distribusi kepada pihak yang
meminta disertai dengan SPB dan Berita Acara Serah Terima (BAST)

e. Pemusnahan
Pemusnahan obat di Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan untuk
menghindari penumpukan obat. Obat ekspired diletakkan sebelah gudang
alkes. Pemusnahan obat yang dilakukan ditahun 2019 melibatkan unsur -
unsur lintas sektoral seperti Dinas Kesehatan, Badan Keuangan Daerah,
Badan Lingkungan Hidup serta Balai Besar POM Banjarmasin.
Pemusnahan obat dilakukan dengan berkerjasama dengan pihak ketiga,
yaitu pihak transpoter dan pengolah limbah.

f. Pencatatan dan Pelaporan


Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan pelaporan dan pencacatan
menggunakan :
1. Kartu stok
Kartu stok berfungsi untuk mengontrol persediaan obat dan
perbekalan kesehatan yang ada di Instalasi farmasi Kalimantan
selatan, untuk mencatat barang masuk dan keluar.
2. SIP MOVES
Sip moves berfungi untuk menyimpan data ketersediaan
barang, laporan mutasi obat untuk rekapan pengeluaran dan
pemasukan obat, pembuatan Surat penyerahan obat untuk
diserahkan ke distribusi dan pembuatan Berita acara serah
terima ke kab/kota.
3. E-logistik
E-logistik berfungsi untuk pengelolaan data Obat dan BMHP
4. SITB
SITB berfungsi untuk perekapan, pemasukan dan
pendistribusian obat Tuberkulosis (TB)
5. SIHA
SIHA berfungsi untuk sistem pencatatan dan pelaporan terkait
obat HIV dan AIDS.
6. Smile
Smile berfungsi untuk menggiring perjalanan vaksin Covid-19
ke fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat
kabupaten/kota yang telah ditentukan. Dengan SMILE
pemantauan logistik rantai dingin vaksin Covid-19 dari tingkat
provinsi hingga fasilitas layanan kesehatan akan terjamin untuk
tiap tahapan vaksin yang akan datang.

B. Penjamin Mutu Obat


Dalam rangka melindungi masyarakat dari bahaya yang
disebabkan oleh sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi
standar dan persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu pada Instalasi
Farmasi Pemerintah perlu dilakukan pengujian terhadap mutu sediaan
farmasi dan alat kesehatan. Selain itu, pengujian terhadap mutu sediaan
farmasi dan alat kesehatan adalah mendukung pemastian mutu sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang diadakan oleh Pemerintah.
Pemantauan mutu dilaksanakan melalui pengujian terhadap mutu sediaan
farmasi dan alat kesehatan mencakup:
1. Pemantauan Rutin
a. Pemantauan rutin dilakukan pada sediaan farmasi dan alat kesehatan
secara organoleptik tanpa merusak kemasan primer;
b. Pemantauan rutin dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
rekonsiliasi persediaan (stock opname);
2. Pengujian Berkala
a. Penyelenggaraan uji mutu obat pada instalasi farmasi pemerintah
dilakukan melalui kegiatan pengambilan sampel (sampling), uji
laboratorium, dan pelaporan hasil uji;
b. Obat yang dijadikan sampel meliputi semua jenis obat terutama obat
yang tercantum dalam formularium nasional dan obat program
kesehatan;
c. Jumlah dan jenis obat yang dijadikan sampel dengan
memperhitungkan aspek ketersediaan obat pada instalasi farmasi
pemerintah; dan
d. Tata cara penyelenggaraan uji mutu obat pada instalasi farmasi
pemerintah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Instalasi Farmasi adalah sarana tempat penyimpanan dan penyaluran
sediaan farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, dalam rangka pelayanan kesehatan sehingga sesuai
dengan Permenkes RI no 75 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Uji
Mutu pada Instalasi Farmasi Pemerintah perlu dilakukan pemeriksaan
mutu secara rutin dan berkala untuk memastikan obat dan alat kesehatan
yang disimpan dan akan didistribusikan.
Pemantauan mutu yang dilakukan dengan melakukan sampling terhadap
obat yang diterima oleh Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan dan
dilakukan pengujian ke Balai Pengawas Obat dan Makanan Banjarmasin.
C. Manajemen SDM
SDM di UPT. Instalasi Farmasi terdiri dari 18 orang yaitu 1 orang apoteker
sebagai kepala UPT; 1 orang sebagai Ka.Subbag TU; 5 orang sebagai Sub
bagian tata usaha yang diantaranya yaitu bendahara operasional,
kepegawaian, umum & perlengkapan, kebersihan dan keamanan; 5 orang
kelompok jabatan fungsional yang diantaranya yaitu perencanaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan & pelaporan dan monitoring
& evaluasi; serta 6 tenaga honor dalam membantu kegiatan di UPT.
Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar. Masing-masing SDM memiliki
tugasnya masing-masing, tetapi dalam pelaksanaan di lapangan
seluruhnya saling membantu satu sama lain.
Dalam pelaksanaan pengelolaan di UPT.Instalasi Farmasi Kabupaten
Banjar selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang berkualitas di
UPT.Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar disamping pendidikan formal,
petugas gudang farmasi juga diikutkan pelatihan-pelatihan, khususnya
masalah kefarmasian baik yang diadakan Dinas Kesehatan Kabupaten
Banjar atau Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan

b. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Lampiran 1. Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan

Lampiran 2. Ruangan Tata Usaha


Lampiran 3. Ruang Seksi Penyimpanan

Lampiran 4. Ruang Seksi Distribusi


Lampiran 5. Ruang Penyimpanan obat Logistik Covid

Lampiran 6. Ruang Penyimpanan Obat APBN


Lampiran 7. Ruang Obat Program

Lampiran 8. Ruang Bahan Kimia


Lampiran 9. Ruang Vaksin

Lampiran 10. Ruang Alat Kesehatan/BMHP

Lampiran 11. Ruang Penyimpanan Semi Solid dan Liquid


Lampiran 12. Faktur obat

Lampiran 13. Berita Acara Pemusnahan Obat


Lampiran 14. Surat Disposisi

Lampiran 15. Surat Penyerahan Obat


Lampiran 16. Berita Acara Serah Terima Barang

Lampiran 17. Buku Penyerahan SPB


Lampiran 18. Kartu Stok

Lampiran 19. Berita Acara Pemeriksaan Obat untuk dihapus


Lampiran 20. Laporan Mutasi Obat, Vaksin dan BMHP

Lampiran 21. Penerimaan Vaksin Covid-19


Lampiran 22. Pengantaran Vaksin ke kab/kota

Lampiran 23. Penyerahan Obat Ke kab/kota

Anda mungkin juga menyukai