DISUSUN OLEH :
SARINAH 1848401110075
FAKULTAS FARMASI
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI INSTALASI FARMASI PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN
(Tanggal 01 Maret – 31 Maret 2021)
Disetujui oleh
Mengetahui,
Kami menyadari bahwa Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat terlaksana
dengan baik berkat kerjasama, bantuan, bimbingan, dan dukungan dari banyak
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu diberikan selama
maupun setelah masa pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
Semoga Allah SWT akan selalu meridhoi dan membalas semua bantuan yang
telah diberikan kepada kami. Kami menyadari bahwa selama pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) banyak kekurangan dan kekhilafan yang kami lakukan,
untuk itu kami memohon maaf kepada semua pihak yang terkait. Dan kami
menyadari pula bahwa Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan ini masih jauh
dari kata sempurnadikarenkan keterbatasan pengetahuaan yang kami miliki.
Semoga Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Kompetensi Farmasi di Instalasi Farmsi........................................................
C. Tujuan Pengantar Praktek Kerja Lapangan....................................................
D. Manfaat Pengantar Praktek Kerja Lapangan..................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Gambar 3.1 : Grafik Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi Provinsi Kalsel
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang
tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, obat perlu
dikelola dengan baik, efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan adalah untuk menjamin ketersediaan, pemerataan
dan keterjangkauan obat dengan jenis dan jumlah yang cukup, sehingga
mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Oleh karena itu,
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota memegang
peranan yang sangat penting dalam menjamin ketersediaan, pemerataan
dan keterjangkauan obat untuk pelayanan kesehatan dasar (Anief, 2007).
Instalasi Farmasi merupakan sarana pendukung kegiatan produksi
dan operasi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku,
bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan. Selain untuk
penyimpanan gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan (baku,
pengemas, dan obat jadi) dari pengaruh luar dan binatang pengerat,
serangga, dan melindungi obat dari kerusakan. Agar dapat menjalankan
fungsi tersebut maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara
benar atau yang sering disebut dengan Manajemen Pergudangan. Proses
pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan,
tahap pengadaan, penyimpanan, tahap distribusi dan tahap penggunaan.
Pengadaan obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan dalam
pengelolaan obat. Tujuan pengadaan obat adalah tersedianya obat dengan
jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan dengan mutu yang
terjamin serta dapat diperoleh pada saat yang diperlukan (Bowersox &
Donald, 2006).
Untuk mencapai tujuan tersebut, perencanaan yang merupakan
salah satu fungsi dari pengelolaan obat harus dilaksanakan sebaik mungkin
sehingga obat yang telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan, tepat
sasaran dan tepat guna.Untuk mendukung hal ini, perencanaan obat secara
terpadu antara obat untuk pelayanan kesehatan dasar dengan obat program
merupakan langkah yang harus dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih
dalam perencanaan dan pengadaan obat di sektor publik.
1. Alphabetis
2. Farmakologis
3. Bentuk sediaan obat
4. First in first out (FIFO), dan
5. First expired first out (FEFO).
Cara penyimpanan obat berdasarkan CDOB:
Vaksin Suhu
Rubella 2 – 8°c
BCG 2 – 8°c
Covid 19 2 – 8°c
Vaksin Haji 2 - 8 °c
Hepatitis B 2 – 8°c
Polio -2°c
e) Pendistribusian
Distribusi Merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
mennyalurkan/ menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/ pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketetapan waktu.
f) Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Tujuan pengendalian: agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan (Depkes RI, 2008)
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2008 Kegiatan pengendalian
mencakup :
a. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah
stok ini disebut stok kerja.
b. Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/ kekosongan.
c. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima.
g) Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak atau mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan
farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Penghapusa ini akan mengurangi beban penyimpanan dan mengurangi resiko
terjadi penggunaan obat yang sub standar.
h) Pencacatan dan Pelaporan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi pembekalan farmasi yang keluar dan masuk. Adanya pencatatan
akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi mutu
obat yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat
dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan
kepada pihak yang berkepentingan.
Puskesmas wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut permenkes tahun 2015 Pelaporan obat ada beberapa tahap yaitu:
i) nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi;
j) jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
k) tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
l) jumlah yang diterima;
m) tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran;
n) jumlah yang disalurkan; dan
o) nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan
persediaan awal dan akhir.
d. Manajemen SDM
Manajemen Pergudangan memiliki cakupan antara lain:
1. Fasilitas
a. Penyediaan serta pengaturan yang baik terhadap fasilitas
/perlengkapan/peralatan yang dibutuhkan dalam gudang.
b. Pemakaian ruang seefektif mungkin.
c. Memungkinkan pemeliharaan yang baik dan mudah untuk
semua fasilitas gudang.
d. Fleksibilitas terhadap perubahan.
2. Tenaga Kerja
a. Penggunaan tenaga kerja seefektif mungkin.
b. Mengurangi risiko kecelakaan.
c. Memungkinkan pengawasan yang baik
3. Barang
a. Menghindari kerusakan barang ataupun yang mempengaruhi
kualitasnya.
b. Menghindari terjadinya kehilangan barang.
c. Mengatur letak agar hemat tempat atau ruang.
d. Pengaturan aliran keluar-masuknya barang (Priyambodo,
2007).
BAB III
TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN
KEPALA
INSTLASI FARMASI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Rahmadi, SKM., MS
NIP. 19690217 199203 1 006
KELOMPOK
JAFUNG
SUBBAG
TATA USAHA
Sudarmo, SKM,S.Kep.,M.Kes
apt. Efrin Pujianti, M.Farm
NIP. 19720415 199101 1 001
NIP. 19850929 201001 2 014
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan
ALUR PENERIMAAN
d. Cek dokumen
Cek barang
e.
Susun diruang
Jumlah, kualitas sesuai
penyimpanan
d. Penyimpanan
b. Ruang II
c. Ruang III
e. Ruang Vaksin
a. Distribusi Rutin
Distribusi rutin diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan pada unit layanan/fasilitas
kesehatan dengan jadwal distribusi yang telah disepakati.
b. Distribusi Khusus
DINAS KESEHATAN
PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN
INSTALASI FARMASI
(TU)
SURAT PENERIMAAN
PACKING
BARANG
DISERAHKAN
C. MANAJEMEN SDM
PEMBAHASAN
c. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi
Provinsi Kalimantan Selatan dilakukan berdasarkan:
a) Bentuk Sediaan
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan meliputi tablet, salep,
sirup, ampul,vial dan seterusnya. Namun ada juga penyimpanan yang
dipisahkan diruangan khusus seperti infus, obat gigi, narkotik, dan
psikotropik.
b) FEFO dan FIFO
Penyimpanan berdasarkan sistem FEFO maka, obat yang memiliki
ED panjang dan ED pendek diletakkan di tempat yang terpisah disertai
penandaan.Untuk ED panjang diberi kertas diserta tulisan “JANGAN
DIKELUARKAN DULU” Bisa juga diletakkan paling depan atau
ditempat yang mudah terlihat agar dapat digunakan lebih dulu. Untuk
penyimpanan berdasarkan sistem FIFO maka yang lebih dulu barang
datang maka itu yang digunakan atau di distribusikan dengan
memperhatikan ED nya dan obat fast moving.
c) Suhu Penyimpanan
Penyimpanan sediaan dan perbekalan kesehatan di Instalasi
Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan ada 3 suhu penyimpanan yang
dipakai yaitu pada suhu 27°C sampai 29 °C untuk obat tablet, syrup,
infuse sedangkan untuk obat yang memerlukan penyimpanan khusus
seperti vaksin disimpan pada suhu 2-8°C yang diletakan pada cold chain
namun untuk vaksin polio disimpan pada suhu -20°C hal ini karena untuk
menjaga mutu vaksin. Sedangkan untuk obat injeksi dan suppositoria pada
suhu 8°C -15°C diletakkan dalam lemari pendingin.
d. Distribusi
Pendistribusian obat dibagi menjadi 2 yaitu pendistribusian Obat
PKD dan pendistribusian Obat Program dan vaksin. Untuk pengeluaran
Obat PKD maka surat permintaan akan dikirim ke Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan dan perlu mendapat persetujuan pengeluaran
dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, sedangkan
untuk Obat Program dan vaksin maka perlu persetujuan pengeluaran dari
pengelola program yang bersangkutan dan Surat Perintah Mengeluarkan
Obat dari pengelola program akan diberikan kepada Instalasi Farmasi.
Setiap pengeluaran barang memerlukan persetujuan mengeluarkan
obat dan alkes dari kepala Instalasi Farmasi, disposisi pengeluaran obat
akan diserahkan ke seksi penyimpanan dan pemeliharaan. Seksi
penyimpanan dan pemeliharaan akan mempersiapkan obat/ BMHP/
Vaksin serta Surat penyerahan barangnya (SPB). Obat/ BMHP/ Vaksin
yang telah dipersiapkan di check kesesuaiannya oleh Seksi distribusi.
Surat Penyerahan Barang (SPB) yang di tandatangani oleh Kepala Seksi
Penyimpanan dan Kepala Seksi Distribusi. Obat dan alkes kemudian
didistribusikan/di serahkan oleh Seksi Distribusi kepada pihak yang
meminta disertai dengan SPB dan Berita Acara Serah Terima (BAST)
e. Pemusnahan
Pemusnahan obat di Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Selatan untuk
menghindari penumpukan obat. Obat ekspired diletakkan sebelah gudang
alkes. Pemusnahan obat yang dilakukan ditahun 2019 melibatkan unsur -
unsur lintas sektoral seperti Dinas Kesehatan, Badan Keuangan Daerah,
Badan Lingkungan Hidup serta Balai Besar POM Banjarmasin.
Pemusnahan obat dilakukan dengan berkerjasama dengan pihak ketiga,
yaitu pihak transpoter dan pengolah limbah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN