““
PENGELOLAAN KELAS
Dosen pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 7
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Prinsip-prinsip
Pengelolaan Kelas” dengan baik walaupun masih banyak kekurangan didalamnya. Serta kami
juga berterima kasih kepada Prof. Dr. Hj. Aslamiah, M. Pd, Ph.D dan Rizky Amelia, M. Pd
Selaku Dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan Kelas yang sudah memberikan
kepercayaan menyelasaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan kita mengenai Pengelolaan Kelas. Kami pun menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang sudah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................6
A. Teori Pembelajaran Piaget.........................................................................................................6
B. Teori Pembelajaran Bruner........................................................................................................8
C. Teori Pembelajaran Dienes........................................................................................................9
D. Teori Pembelajaran skemp.......................................................................................................10
E. Teori Belajar William Brownel Matematika............................................................................10
F. Teori Belajar William Brownel................................................................................................10
G. Teori Belajar Menurut Skinner................................................................................................10
H. Teori Pembelajaran Thorndike.................................................................................................11
I. Teori Pembelajaran Van Hiele.................................................................................................15
J. Problematika Pembelajaran Matematika Di SD Berdasarkan Tujuan Pembelajaran
Matematika......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AAAAAA
B. Rumusan Masalah
1.
C. Tujuan Penulisan
1.
D. Manfaat Penulisan
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Pembelajaran Piaget
Teori Piaget menekankan pada proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap
perkembangan kognitif dari anak tersebut (disesuaikan dengan umur anak). Proses
belajar menurut Piaget ini terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan
equilibrasi.
Dikatakan proses asimilasi jika ada pengintegrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada di dalam benak siswa. Akomodasi yaitu penyesuaian struktur
kognitif ke dalam situasi baru, sedangkan equilibrasi yaitu penyesuaian secara
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Sebagai contoh, seorang siswa yang sudah memahami perkalian, jika gurunya
memperkenalkan tentang pembagian maka proses pengintegrasian antara perkalian yang
sudah didapat dengan pembagian sebagai informasi baru, inilah yang dinamakan
asimilasi. Jikasiswa diberikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan pembagian
maka situasi ini dikatakan proses akomodasi. Agar siswa dapat terus berkembang dan
menambah ilmunya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam diri siswa tersebut
diperlukan suatu proses penyeimbang (equilibrasi). Proses penyeimbang antara dunia
luar dan dunia dalam, tanpa proses ini perkembangan kognitif siswa akan tersendat-
sendat [ CITATION Roh20 \l 1057 ].
Proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir
intelektual konkrit ke abstrak menurut Piaget melalui empat periode berikut:
1. Periode sensorikmotor (0–2 tahun), karakterisktik periode ini merupakan gerakan-
gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan. Rangsangan itu timbul
karena anak melihat dan meraba objek-objek.
2. Periode pra-operasional (2–7 tahun). Pada periode ini berpikir anak secara kualitatif
lebih maju jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perbedaan yang jelas
dengan periode sebelumnya adalah kemampuannya menggunakan simbol. Walaupun
demikian, anak-anak pada periode ini belum bisa memusatkan perhatian pada dua
dimensiyang berbeda secara nyata, tetapi proses berpikirnya didasarkan atas
keputusan yang dapatdilihat seketika.
3. Periode operasi konkret (7–11/12tahun). Periode ini ditandai dengan permulaan
berpikir matematika logis. Berpikir logis didasarkan atas manipulasi fisik terhadap
objek-objek. Dengan kata lain, periode operasi konkret adalah suatu transisi antara
periode pra-operasional dengan periodeoperasi formal. Anak-anak pada periode
operasi konkrit mulai dapat menerima pandangan orang lain, bahasa yang digunakan
sudah komunikatif, sanggup melakukan transformasi. Anak pada masa ini telah
mengembangkan tiga macam proses yang disebut operasi-operasi,yaitu:
(a) Reversibilitas merupakan kriteria utama untuk berpikir operasional,
(b) Asosiativitasyaitu kombinasi antara dua unsur atau lebih dapat dipertukarkan
urutan pengerjaannya,
(c) Identitas, adalah suatu operasi dimana diantara unsur-unsur suatu kelompok
terdapat suatuunsur nol.
Dengan menggunakan operasi-operasi tersebut, anak pada operasi konkret dapat
mengembangkan prinsip-prinsip konservasi yang berkenaan dengan kesadaran
bahwa kuantitas seperti massa, berat, luas dan volume adalah tetap, tanpa
menghiraukan perubahan.
Dalam segala aspek dari kuantitas itu. Prinsip konservasi bidang telah dimiliki
pada usia 10-11 tahun, sehingga bagaimanapun bentuk dan posisi bangun telah
mempengaruhi konsepsisiswa tentang suatu bangun.
4. Periode operasi formal (11 atau 12 tahun ke atas). Periode ini disebut juga periode
operasi hipotek deduktif yang merupakan tahap tertinggo dalam perkembangan
intelektual (Hudoyo, 1999: 160) dalam [ CITATION Mur16 \l 1057 ].
Tahap-tahap berpikir yang dikemukakan oleh Piaget itu adalah pasti dan spontan.
Namun umur kronologis yang diberikan itu fleksibel, terutama selama masa transisi
dariperiode satu ke periode berikutnya. Dengan kata lain, setiap anak pasti akan melalui
setiap periode walaupun dengan kecepatan yang berbeda-beda. Misalnya,anak yang
berumur 5 tahun mungkin telah ada pada tahun operasional konkrit, sedangkan
barangkali ada anak yang sudah berumur 7 tahun masih berada pada tahap pra-
operasional. Namun demikian urutan tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui
sama untuk semua anak.Agar seseorang berkembang dari satu periode ke periode
berpikir yang lebih tinggi,Piaget mengemukakan bahwa ada 5 faktor yang
mempengaruhi transisi ini, yaitu:kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman logika
matematika, transmisi sosial dan proseskeseimbangan (Dahar, 2011: 157) dalam
[ CITATION Mur16 \l 1057 ].
Berdasarkan penelitiannya tentang bagaimana anak-anak memperoleh pengetahuan,
Piaget mengatakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak.
Peningkatanpengetahuan memerlukan tindakan peserta didik dan interaksinya dengan
lingkungan,namun harus melalui konstruksi anak itu sendiri melalui operasi-operasi
(Orthon, 1993: 67) dalam [ CITATION Mur16 \l 1057 ]. Salah satu cara untuk
membangun operasi ialah dengan ekuilibrasi.
Berdasarkan teori Piaget tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengajar
matematika perlu memperhatikan faktor kesiapan siswa. Disisi lain, anak dikatakan
siapapa bila keterampilan berpikir dan pengetahuan yang dimilikinya telah sesuai dengan
tuntutan materi yang akan dipelajarinya. Dengan demikian,mengajar bukan hanya
sebagai proses dimana gagasan-gagasan guru dipindahkan pada siswa melainkan sebagai
prosesuntuk mengubah gagasan siswa yang mungkin ”salah” melalui konstruksi anak itu
sendiri. Disamping itu juga dipertimbangkan adanya kesempatan bertukar pikiran dan
bekerja samaantara siswa, sebab siswa tidak akan pernah sampai kepada pembentukan
operasi yang saling bersangkut paut yang menjadi suatu keseluruhan bila mereka tidak
saling bekerja sama (Hudoyo, 1999: 98) dalam [ CITATION Mur16 \l 1057 ].
B. Teori Pembelajaran Bruner
a. Konsep teori belajar menurut Bruner
Teori bruner dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning) sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik [ CITATION Sir16 \l 1057 ].
Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada
dirinya (Aisyah, 2007: 1.5) dalam [ CITATION Rah16 \l 1057 ]. Bruner dalam
[ CITATION Rah16 \l 1057 ] berpendapat bahwa setiap individu pada waktu
mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan
cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya,
yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau
dikenalnya. Bruner juga mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya
diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara
khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika.
Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana
keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya
itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan intuitif yang telah
melekat pada dirinya (Aisyah 2007: 1.6) dalam [ CITATION Rah16 \l 1057 ].
b. Tahapan teori belajar menurut Bruner
Brunner dalam [ CITATION Sul19 \l 1057 ] menyatakan bahwa belajar adalah
upaya memberi kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri, menemukan sesuatu
dengan caranya sendiri (discovery). Brunner dikenal dengan 3 tahap kognitif, yaitu 1)
enaktif (0-3tahun), 2) ikonik (3-8 tahun), 3) simbolik (lebih dari 8 tahun).
1) Tahap enaktif atau tahap kegiatan (Enactive) yaitu tahap belajar yang berhubungan
dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya.
2) Tahap ikonik atau tahap gambar bayangan (Iconic) yaitu tahap belajar ketika anak
telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk
bayangan mental. Dengan kata lain, anak dapat membayangkan kembali
ataumemberikangambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang
dialami.
3) Tahap simbolik (Symbolic) yaitu tahap belajar ketika anak dapat mengutarakan
bayangan mental dalam bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia bertemu dengan
suatu simbol, maka bayangan mental yang ditandai oleh simbol itu akan dapat
dikenalinya kembali”.
Pembelajaran matematika dengan menerapkan teori belajar Bruner menekankan
pembelajaran yang disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa, yaitu
tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik, sehingga siswa dapat memahami
konsep dengan baik. Teori belajar Bruner dapat membangkitkan motivasi dan
membuat siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran [ CITATION Mar18 \l 1057 ].
C. Teori Pembelajaran Dienes
Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika
yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini
mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan
sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pelajaran matematika. Jika
matematika diajarkan dengan teori Dienes (permainan), maka siswa akan lebih tertarik
untuk belajar. Teori Dienes terdapat enam tahap berurutan dalam belajar matematika,
yaitu:(1) Permainan bebas (free play),(2) Permainan yang menggunakan aturan (games),
(3) permainan mencari kesamaaan sifat (searching for comunities),(4) Permainan dengan
representasi (representation),(5) Permainan dengan simbulisasi (symbulizaion),(6)
Formalisasi (formalization).
D. Teori Pembelajaran skemp
Pemahaman matematis merupakan dasar yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketercapaian
kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi bangun ruang kelas V. Terdapat
dua faktor penghambat yang menyebabkan rendahnya pemahaman matematis yaitu
faktor internal dan eksternal. Skemp mengkategorikan dua macam pemahaman
berdasarkan tingkat kemampuan siswa, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman
relasional. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui pemahaman matematis siswa
berdasarkan teori pemahaman Skemp dan faktor penghambatnya ditinjau dari
kemampuan siswa. Metode yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 6 siswa kelas V. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa tes tertulis kemampuan pemahaman matematis, wawancara dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa 4 dari 6 siswa berada pada
kategori pemahaman instrumental dan 2 siswa berada dalam kategori relasional maupun
instrumental. Siswa sebaiknya lebih sering diberikan soal beragam yang dapat
merangsang ide berpikir relasional agar mampu menyelesaikan masalah dengan
pemahamannya. Sehingga minat, antusiasme siswa pada pelajaran matematika
meningkat dan pengetahuan yang diperoleh menjadi optimal serta membuat
pembelajaran lebih bermakna.
Marlina, L., Margiati, K. Y., & Sabri, T. (2018). Pengaruh Penerapan Teori Bruner Terhadap
Hasil Belajar Matematika Kelas III Sekolah Dasar.
Mursalin. (2016). Pembelajaran Geometri Bidang Datar di Sekolah Dasar Berorientasi Teori
Belajar Piaget. Jurnal Dikma Vol. 4 No. 2.
Rahayu, E. (2016). Keefektifan Pendidikan Matematika Realistik Berbasis Teori Belajar
Bruner Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Datar Siswa Kelas III
SDN Manyaran 01 Kota Semarang . Semarang: Tidak Diterbitkan.
Rohaendi, S., & Laelasari, N. I. (2020). Penerapan Teori Piaget dan Vygotsky Ruang
Lingkup Bilangan dan Aljabar pada Siswa Mts Plus Karangwangi. Jurnal Prisma Vol.
9 No. 1.
Siregar, S. U. (2016). Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menurut
Teori Belajar Bruner dan Teori Belajar Vygotsky pada Kompetensi Dasar
Menghitung Luas dan Keliling Bangun Datar Kelas V Semester 2 SDN 114375
Binaraga Rantauprapat. Jurnal Sigma Vol. 2 No. 2, 51-53.
Sulistiawati. (2019). Pembellajaran Matematika Gasing Ditinjau dari Berbagai Perspektif
Teori Belajar. Jurnal Teorema Teori dan Riset Matematika Vol 4 No 1, 41-54.
Yolanda, Murshalina Putri. 2020. Meningkatkan Aktivitas, Disiplin Dan Hasil Belajar
Muatan Matematika Materi Volume Kubus Dan Balok Menggunakan Model Patin
Pada Siswa Kelas V Sdn Kuin Cerucuk 1 Banjarmasin: Fkip Ulm Banjarmasin
Ukhti Raudhatul Jannah Jurnal Kependidikan 8 (2), 2013
Annisa Mustika Universitas Pendidikan Indonesia, 2019
file:///C:/Users/W10N/Downloads/354-Article%20Text-1819-1-10-20190717.pdf
https://www.academia.edu/download/62468175/Teori_Behaviorisme20200324-92458-
wgwfxv.pdf
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/1026/980
https://bdksemarang.e-journal.id/Ed/article/view/12/6