PUSKESMAS JAGALEMPENI
Oleh :
2019
i
PENGESAHAN
PUSKESMAS JAGALEMPENI
Oleh :
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kerja lapangan
NIDN. 0611058001
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
iii
Ibu Wiwi Hidayati selaku pembimbing di Puskesmas Jagalempeni.
Seluruh Karyawan dan Staf Puskesmas Jagalempeni yang telah memberikan
bimbingan dan membantu dalam praktek kerja lapangan.
Segenap rekan-rekan yang telah memberikan dukungan.
iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua nikmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, serta sholawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga dapat menyelesaikan laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Jagalempeni yang dilaksanakan tanggal 29
Juli 2019 – 31 Agustus 2019 dapat terselesaikan.
Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian laporan ini, terutama kepada :
Penyusun
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Halaman Persembahan ..................................................................................... iii
Prakata .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 7
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 7
1.2 Tujuan PKL Puskesmas ............................................................................. 8
1.3 Fungsi PKL Puskesmas .............................................................................. 9
1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan PKL ......................................................... 9
BAB II TINJAUAN UMUM ........................................................................... 10
2.1 Pengertian puskesmas ............................................................................... 10
2.2 Tugas dan fungsi puskesmas ..................................................................... 10
2.3 Tujuan puskesmas ..................................................................................... 12
2.4 Persyaratan puskesmas .............................................................................. 12
2.5 Pengelolaan puskesmas ............................................................................. 14
2.6 Pelayanan puskesmas ................................................................................ 14
2.7 Peraturan perundang-undangan puskesmas .............................................. 15
BAB III PUSKESMAS JAGALEMPENI ....................................................... 16
3.1 Sejarah puskesmas jagalempeni ................................................................ 16
3.2 Tata ruang puskesmas ............................................................................... 17
3.3 Struktur organisasi .................................................................................... 17
3.3.1 Struktur unit pelayanan farmasi ........................................................ 19
3.3.2 Asisten apoteker ................................................................................ 19
3.3.3 Administrasi ...................................................................................... 21
3.4 Kegiatan unit pelayanan farmasi puskesmas jagalempeni ........................ 21
3.5 Pengelolaan unit pelayanan farmasi puskesmas jagalempeni ................... 24
3.5.1 Pelayanan resep ................................................................................. 29
3.5.2 Pelayanan resep narkotik dan psikotropik ........................................ 30
vi
3.5.3 Pengenalan tempat obat .................................................................... 30
3.5.4 Administrasi ...................................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 37
5.1 Simpulan ................................................................................................... 37
5.2 Saran .......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39
LAMPIRAN ..................................................................................................... 40
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... 50
Gambar 1.1 Penyimpanan obat ........................................................................ 50
Gambar 1.2 Lemari penyimpanan obat ............................................................ 50
Gambar 1.3 Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik ................... 51
Gambar 1.4 Tempat pelayanan obat................................................................. 51
Gambar 1.5 Tempat peracikan obat ................................................................. 51
Gambar 1.6 Tempat pendataan dan pemanggilan pasien ................................. 52
Gambar 1.7 Tempat penyerahan obat .............................................................. 52
Gambar 1.8 Gudang obat ................................................................................. 53
Gambar 1.9 Temperatur gudang obat............................................................... 53
vii
BAB I
PENDAHULUAN
viii
Dalam pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi tidak
terbatas dalam kampus saja. Pengajaran yang berlangsung pada pendidikan ini lebih
ditekankan pada pengajaran yang menerobos di luas kampus, bahkan di luar
institusi pendidikan seperti lingkungan kerja atau kehidupan masyarakat.
dalam hal ini praktek kerja lapangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem program pengajaran serta merupakan wadah yang tepat untuk
mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh pada Proses
Belajar Mengajar (PBM).
Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang praktek kefarmasian, maka pekerjaan
apoteker dan tenaga teknik kefarmasian/asisten apoteker meliputu, industry farmasi
(industri obat, obat tradisional, makanan dan minuman, kosmetika dan lat
kesehatan) Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat, Rumah Sakit,
Puskesmas, dan Instalasi Farmasi Kabupaten.
Dengan demikian sebagai seorang DIII Farmasi dirasa perlu membekali diri
dengan pengetahuan mengenai apotek dan puskesmas. Oleh sebab itu pelaksaan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) apotek dan puskesmas bagi mahasiswa DIII
Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal sangatlah perlu dilakukan dalam
rangka mempersiapkan diri untuk berperan langsung dalam pengelolaan sesuai
fungsi dan kompetensi DIII Farmasi.
ix
1.3 Fungsi PKL Puskesmas
1. Mahasiswa dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat.
2. Mahasiswa dapat mempersiapkan langkah selanjutnya untuk terjun ke dunia
bisnis kefarmasian.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kondisi di Puskesmas.
4. Mahasiswa mendapatkan ilmu yang tidak diperoleh dari pendidikan formal.
5. Mahasiswa dapat mengetahui tentang dunia kerja.
6. Mahasiswa dapat membina hubungan kerja sesame rekan kerja secara
profesional.
7. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang di dapat dari kampus ke dunia
kerja yang lebih nyata.
8. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam melakukan pelayanan jasa
kefarmasian.
x
BAB II
TINJAUAN UMUM
xi
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait.
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan.
i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf b, Puskesmas berwenang untuk:
a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif.
c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi.
f. melaksanakan rekam medis.
g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan.
h. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.
i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya.
xii
j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
xiii
d. fasilitas parker.
e. fasilitas keamanan.
f. ketersediaan utilitas public.
g. pengelolaan kesehatan lingkungan.
h. kondisi lainnya.
2. Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendirian
Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan
gedung negara.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Pasal 11 sebagai
berikut :
1. Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja,
serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain.
c. menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan perlindungan
keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan
bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan
lanjut usia.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Pasal 13 sebagai
berikut :
1. Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri
atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi).
b. sistem pencahayaa.
c. sistem sanitasi.
d. sistem kelistrikan.
e. sistem komunikasi.
xiv
f. sistem gas medik.
g. sistem proteksi petir.
h. sistem proteksi kebakaran.
i. sistem pengendalian kebisingan.
j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai.
k. kendaraan Puskesmas keliling; dan l. kendaraan ambulans.
2.5 Pengelolaan Puskesnmas
Yang termasuk kedalam pengelolaan puskesmas sebagai berikut :
1. Pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan,
dan penyerahan obat atau bahan obat.
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya.
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.
xv
jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas.
6. Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bidan yang
ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu desa dalam wilayah kerja
Puskesmas.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan jaringan pelayanan
Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), (4), (5), dan (6) tercantum
dalam Lampiran yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
2.7 Peraturan perundang-undangan bidang puskesmas
a. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
b. UU RI No. 23 tahun 2014 tentang kesehatan
c. PP RI No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
d. PP RI No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah, Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
e. PP RI No. 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
f. PP RI No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
g. PerMenKes No. 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perseorangan
h. PerMenKes No. 37 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Pusat Kesehatan Masyarakat
i. PerMenKes No. 6 tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang Tidak Diminati
j. PerMenKes No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
xvi
BAB III
xvii
memiliki Sistem Kesehatan Sendiri, maka demikian karena jumlah pasien yang
berobat pada pustu jagalempeni meningkat dan jarak antara pustu dengan
puskesmas wanasari cukup jauh sehingga dinas kesehatan daerah memutuskan
pustu jagalempeni pada tahun 1986 menjadi puskesmas Jagalempeni.
1 2 3
7 4
14
6 5
8
15
13 13 13
9
10
11 12
Keterangan :
1. Meja Swamedikasi
2. Meja penerimaan resep dari pasien
3. Meja peracikan
4. Meja computer
5. Lemari penyimpanan obat pelayanan
6. Lemari pendingin
7. Lemari penyimpanan dokumen
8. Lemari psikotropika dan narkotika
9. Lemari penyimpanan obat gudang berdasarkan FIFO dan FEFO
10. Lemari penyimpanan obat gudang berdasarkan alfabetis
xviii
11. Lemari penyimpanan obat gudang berdasarkan alfabetis
12. Lemari penyimpanan obat luar
13. Palet untung kardus obat
14. Ruang pelayanan
15. Ruang gudang
xix
a) Mortir dengan stamper kecil dan sedang
b) Spantel/sudip untuk membantu mencampur dan membersihkan
c) Spantel/sendok untuk menghitung tablet atau kapsul
d) Baki/wadah lain tempat mengitung tablet atau kapsul
e) Lap/serbet yang bersih masing-masing untuk salep dan serbuk
f) Kertas pembungkus, kantong plastik, dan etiket
xx
yang disampaikan kepada yang bersangkutan dan didokumentasikan secara
rahasia. Hasil penilaian kinerja ini akan digunakan sebagai pertimbangan untuk
memberikan penghargaan dan sanksi (reward and punishment).
Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan
meningkatkan kompetensinya. Upaya peningkatan kompetensi tenaga
kefarmasian dapat dilakukan melalui pengembangan profesional berkelanjutan.
Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dibuat
secara tertulis, disusun oleh Kepala Ruang Farmasi, dan ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat. Jenis SPO
dibuat sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang dilakukan pada Puskesmas
yang bersangkutan.
3.3.3 Administrasi
1) Tata cara pencatatan.
xxi
Pencatatan dilakukan berdasarkan tanggal pemakaian dan berapa
jumlah resep yang masuk dan dijumlahkan pada akhir bulan.
2) Tata cara penyimpanan arsip resep
Menyimpan bandal resep pada tempat yang ditentukan secara
berurutan berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep.
1. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang
meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan
resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan
resep dilakukan sebagai berikut :
a) Penerimaan resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor
surat izin praktek (SIP), paraf dokter, tanggal, penulisan resep, nama obat,
xxii
jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin
pasien
Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian
dosis.
Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau
obatnya tidak tersedia.
b) Peracikan obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan
alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan
fisik obat.
Peracikan obat.
Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru
untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat
dalam bentuk larutan
Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
c) Penyerahan obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat.
Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik
dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya
kurang stabil.
Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
xxiii
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dll
(Depkes RI,2006).
d) Pelayanan informasi obat
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya
penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah
Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO),
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta
buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan
atau brosur obat yang berisi :
Nama dagang obat jadi
Komposisi
Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
Dosis pemakaian
Cara pemakaian
Khasiat atau kegunaan
Kontra indikasi (bila ada)
Tanggal kadaluarsa
Nomor ijin edar/nomor registrasi
Nomor kode produksi
Nama dan alamat industry
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :
1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,
apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk
apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan.
2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai
xxiv
cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu
seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot
hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.
xxv
Permintaan obat adalah suatu proses untuk memperoleh perbekalan
kesehatan obat yang dibutuhkan oleh unit - unit pelayanan kesehatan
dipuskesmas sesuai dengan pola penyakit yang terdapat diwilayah kerjanya.
Permintaan obat yang dilakukan dipuskesmas yaitu:
a. Menyusun daftar permintaan obat sesuai dengan kebutuhan unit – unit
pelayanan kesehatan dipuskesmas.
b. Mengajukan permintaan kepada kepala dinas kesehatan atau instalasi
farmasi kabupaten Brebes menggunakan LPLPO yang telah
ditandatangani oleh kepala puskesmas.
4. Penerimaan
Penerimaan obat adalah kegiatan dalam menerima obat dari instalasi
farmasi yang selanjutnya digunakan untuk menunjang pelayanan
dipuskesmas. Tujuan dari penerimaan obat yaitu agar obat yang diterima
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang telah diajukan
puskesmas. Pada saat penerimaan obat, petugas puskesmas berkewajiban
mengadakan pengecekan terhadap obat – obatan yang diterima meliputi:
a. Mengecek obat yang diterima harus sesuai dengan LPLPO.
b. Mengecek keadaan obat yang diterima dalam kondisi baik atau rusak.
c. Mengecek tanggal kadaluarsa dari obat – obatan tersebut.
Jika keadaan obat tidak sesuai dengan yang dikehendaki, maka
petugas yang menerima obat segera memberitahu ke instalasi farmasi
kabupaten dengan membuat berita acara yang telah ditandatangani oleh
kepala puskesmas.
5. Penyimpanan
Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap
obat - obatan yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia, dan mutu obat tetap terjamin. Adapun tujuan melakukan
penyimpanan obat:
a. Memelihara mutu obat.
b. Menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab.
c. Menjaga kelangsungan persedian obat.
xxvi
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan obat.
Agar mutu obat tetap terjamin dan memudahkan dalam pencarian
serta pengawasannya, maka ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan dalam proses penyimpanan meliputi:
a) Persyaratan gudang
Ruangan cukup luas minimal berukuran 3x4 m2
Ruangan kering dan tidak lembab
Terdapat ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab atau panas
Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai
pelindung untuk menghindari adanya cahaya langsung dan
berteralis.
Lantai dari tegel atau semen yang tidak memungkinkan
bertumpuknya depu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan
(palet).
Dinding dibuat licin
Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
Gudang yang digunakan khusus untuk penyimpanan obat dan alat
kesehatan
Pintu dilengkapi dengan kunci ganda
Tersedia lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika dan selalu
terkunci
Sebaiknya ada pengukur suhu udara.
xxvii
Vaksin, supositoria disimpan pada lemari pendingin.
b. Kelembaban
Udara lembab dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:
Jendelaharus dibuka sehingga ventilasi baik,
Obat dan alat kesehatan diletakan ditempat yang kering
Wadah ditertutup rapat, tidak terbiarkan terbuka
Menggunakan AC dengan suhu di bawah 250 C untuk menjaga
kelembapan ruangan.
c. Sinar matahari
Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari antara lain:
Menggunakan wadah botol atau vial yang bewarna gelap (coklat)
Botol atau vial tidak boleh diletakan diudara terbuka
Obat yang penting dapat disimpan didalam lemari
Jendela – jendela diberi gorden
Kaca jendela dicat putih.
d. Kerusakan fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan upaya sebagai
berikut:
Dus obat dan alat kesehatan tidak ditumpuk terlalu tinggi
Penumpukan dus obat dan alat kesehatan sesuai dengan petunjuk
Menghindari kontak dengan benda - benda yang tajam.
e. Kontaminasi bakteri
Untuk mencegah kontaminasi bakteri, maka wadah obat harus selalu
tertutup rapat.
6. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan
obat secara merata dan teratur dari gudang obat puskesmas untuk memenuhi
kebutuhan dari sub – sub unit pelayanan kesehatan dipuskesmas (kamar
obat lab, pustu, pusling, PKD). Kegiatan distribusi yang dilakukan meliputi:
a. Menetapkan dasar penyerahan atau pengiriman obat ke sub unit
pelayanan kesehatan dipuskesmas.
xxviii
b. Menyiapkan dokumen penyerahan.
c. Melakukan pemeriksaan terhadap kualitas, kuantitas, dosis dan kondisi
obat serta kelengkapan dan kebenaran dokumen yang menyertainya.
d. Melakukan administrasi, setiap pengeluaran obat harus segera dicatat
pada kartu stock.
7. Pengendalian
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau
kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Dalam proses
pengendalian, setiap pengeluaran obat dari ruang pelayanan harus
berdasrkan resep dan setiap penggunaan injeksi diruang pelayanan harus
dicatat dalam buku status yang kemudian dibukukan dalam pemakaian obat.
8. Pencatatan dan Pelaporan
a. Membukukan lalu lintas
Buku induk
Kartu stock
Buku pengeluaran
b. Melaporkan jumlah barang
Membuat laporan kedinas kesehatan kabupaten Brebes setiap
bulannya.
Membuat laporan narkotika dan psikotropika kedinas kesehtan
kabupaten Brebes setiap bulannya.
9. Pemusnahan
Obat yang rusak atau kadaluarsa dikumpulkan sesuai dengan
tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa lalu dikirim kedinas kesehatan untuk
dimusnahkan.
xxix
2. Memahami Resep
a. Baca resep dengan cermat meliputi : nama obat, jenis, dan bentuk
sediaan obat, dosis, cara pemakaian, dan nama, serta umur pasien.
b. Apabila tulisan resep tidak jelas tanyakan kepada pembuat resep /
dokter penulis resep.
c. Jika obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat
alternatif/pengganti kepada pembuat resep.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan obat antara lain :
a. Periksa dan baca sekali lagi informasi pada wadah obat
b. Setelah selesai mengambil obat tersebut kembalikan sisanya ke
dalam wadah semula
c. Periksa kembali etiket dan wadah
d. Sisa obat disimpan kembali ke wadah semula
e. Bersihkan kembali meja yang telah di gunakan.
3. Penyerahan Obat
a. Sebelum obat diserahkan, dilakukan pengecekan terakhir mengenai
nama pasien, jenis obat, jumlah obat, aturan pakai obat, kemasan dan
sebagainya.
b. Obat diberikan melalui tempat penyerahan obat
c. Memberikan informasi cara pemakaian obat
d. Memberikan informasi aturan pakai
e. Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien
f. Menanyakan nomor antrian, nama, dan alamat pasien.
Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, karena
disamping itu perlu sopan santun dan kesabaran dalam melayani pasien,
karena pasien sebagai penderita penyakit biasanya dalam keadaan tidak
sehat atau kurang stabil emosinya (Anonim, 2003).
xxx
1. Menandai resep psikotropika dan narkotika dengan garis bawah
berwarna merah
2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
3. Menyiapkan etiket yang sesuai
4. Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai
permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain
5. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali kesesuaian jenis
dan jumlah obat dengan permintaan dalam resep
6. Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
7. Memanggil nama dan alamat pasien
8. Menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian informasi obat
9. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok dan buku bantu penyerahan
obat psikotropika dan narkotika.
xxxi
7. Tempat penerimaan resep berada di depan agar memudahkan pasien
saat memberikan resep pada tempat penerimaan resep
8. Tempat swamedikasi di berikan ventilasi yang cukup agar
memudahkan pasien untuk swamedikasi
9. Penyimpanan obat pada gudang di susun pada lemari tertutup di
simpan berdasarkan alfabetis, FIFO & FEFO, dan berdasarkan bentuk
sediaan
10. Untuk obat dalam dus disusun di atas palet agar tidak besentuhan
langsung dengan lantai
3.5.4 Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan,
pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang
tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun
pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan dievaluasi.
Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu :
1. Perencanaan
2. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten
3. Penerimaan
4. Penyimpanan mengunakan kartu stok atau komputer
5. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LPLPO.
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan
pasien (umum, miskin, asuransi), penyimpanan bendel resep harian secara
teratur selama 3 tahun dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan
berita acara.
Pengadministrasian termasuk juga untuk:
1. Kesalahan pengobatan
2. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3. Medication Record (Depkes RI,2006).
xxxii
xxxiii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
xxxiv
dilengkapi dengan kipas angin, dan televisi. Unit pelayanan farmasi sebagai salah
satu tempat penyaluran barang-barang farmasi kepada masyarakat yang tidak lepas
dari pengawasan pemerintah. Oleh sebab itu, Unit pelayanan farmasi wajib untuk
melaporkan penggunaan sediaan farmasi tertentu kepada instansi yang berwenang.
Bangunan puskesmas jagalempeni terdiri dari ruang tunggu, meja
pendaftaran, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat,
tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet. Bangunan juga dilengkapi dengan
sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, Ventilasi dan
sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis.
Puskesmas jagalempeni merupakan salah satu puskesmas yang bertempat
dilokasi yang sangat strategis karena terletak dikawasan pemukiman padat serta
dekat dengan pusat pertokoan dan sangat mudah dijangkau. Puskesmas jagalempeni
senantiasa berusaha memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat. Hal
tersebut menuntut keterampilan dan pengalaman seluruh karyawan maupun
pengelola puskesmas.
xxxv
mengajukan permintaan kepada instalasi farmasi kabupaten dengan
menggunakan LPLPO.
d) Penerimaan
Pada tahap ini puskesmas Jagalempeni menerima obat – obatan dan perbekalan
kesehatan oleh asisten apoteker yang bertugas puskesmas. Setelah diterima,
asisten apoteker melakukan pemeriksaan atau pencocokan dengan lembaran
LPLPO sesuai dengan barang yang diterima. Setelah itu asisten apoteker
menyusun obat – obat dan perbekalan kesehatan tersebut pada rak obat, Jika
obat dan perbekalan kesehatan yang diminta terlalu banyak, maka asisten
apoteker menyimpan obat dan perbekalan kesehatan tersebut didalam kardus
dan diletakan diatas lantai.
e) Penyimpanan
Pada tahap ini puskesmas Jagalempeni melakukan penyimpanan dengan cara
sebagai berikiut:
1. Memelihara mutu obat
2. Menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga kelangsungan persedian obat
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan obat
f) Pendistribusian
Pada puskesmas jagalempeni kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara
merata dan teratur dari gudang obat puskesmas untuk memenuhi kebutuhan dari
sub – sub unit pelayanan kesehatan dipuskesmas (kamar obat lab, pustu,
pusling, PKD).
g) Pencatatan dan Pelaporan
Pada tahap ini puskesmas Jagalempeni melakukan pencatatan dan pelaporan
dengan cara asisten apoteker membuat laporan kedinas kesehatan kabupaten
Brebes dan membuat laporan narkotika dan psikotropika kedinas kesehtan
kabupaten Brebes setiap bulannya.
h) Administrasi
1. Tata cara pencatatan
xxxvi
Semua resep yang dilayani atau resep masuk dicatat pada suatu buku
khusus.
2. Tata cara penyimpanan resep
Resep masuk tetap disimpan berdasarkan tanggal, bulan dan tahun untuk
memudahkan dalam penelusuran resep dan disimpan pada tempat khusus.
xxxvii
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Jagalempeni
maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mampu :
1. Memahami dan berperan dalam organisasi farmasi di Puskesmas.
2. Memahami dan mampu berinteraksi dengan tim kerja di Puskesmas.
3. Memahami aspek-aspek pelayanan dan administrasi farmasi di Puskesmas.
4. Memahami dan berperan dalam administrasi management farmasi di
Puskesmas.
5. Memahami dan berperan dalam sistem pengadaan atau inventori,
penyimpanan, distribusi dan penyerahan perbekalan farmasi di Puskesmas.
6. Memahami dan berperan dalam pelayanan ilmu resep di Puskesmas.
7. Memahami dan berperan dalam farmakologi dan farmakoterapi di
Puskesmas.
8. Memahami dan berperan dalam penyampaian pelayan informasi obat (PIO)
pada pasien.
9. Mahasiswa dapat memperoleh ilmu dari tempat PKL dalam bidang farmasi
yaitu farmasetika, farmakologi dan manajemen farmasi.
5.2 SARAN
1. Perlu diadakan peningkatan pelayanan obat kepada masyarakat dan pihak
yang membutuhkan terutama pelayanan mengenai informasi obat baik
dengan resep
2. Kerja sama Puskesmas Jagalempeni dengan Politeknik Harapan Bersama
Tegal agar terus dikembangkan serta dipertahankan untuk tahun-tahun
selanjutnya.
3. Lebih dilengkapkan lagi obat-obatan yang sering di butuhkan pasien,
sementara dari Puskesmas Jagalempeni belum menyediakannya
xxxviii
4. Keramahan terhadap konsumen perlu ditingkatkan, agar konsumen merasa
nyaman saat berada Puskesmas
xxxix
DAFTAR PUSTAKA
xl
LAMPIRAN
I. KASUS HIPERTENSI
1. Data pasien
Nama : Bu Sarinah
Umur : 68 Thn
Alamat : Tanjung Sari Rt 7/7
Tanggal resep : 7-08-2019
2. Indikasi
- Amlodipin 5 mg
xli
mengatasi serangan angina pectoris atau angin duduk. Amlodipine
bisa dikonsumsi secara tersendiri atau dikombinasikan dengan obat
lain. Dengan menurunkan tekanan darah, obat ini membantu mencegah
serangan stroke, serangan jantung, dan penyakit ginjal.
- Natrium Diklofenak
Diclofenac adalah obat yang di indikasikan untuk meredakan
nyeri dan peradangan. Beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan
obat ini adalah radang sendi dan nyeri setelah operasi.
Nyeri adalah salah satu tanda dari peradangan. Dalam
mengatasi peradangan, diclofenac bekerja dengan menghambat
produksi prostaglandin, yaitu zat yang memicu reaksi peradangan
dalam tubuh. Oleh karena itu, penggunaan obat ini menyebabkan rasa
sakit dan tanda-tanda peradangan lainnya berkurang.
- Vit B complek
xlii
- CTM 4 mg
Chlorpheniramine atau CTM adalah obat yang di indikasikan
untuk meredakan gejala alergi yang disebabkan oleh makanan, obat-
obatan, gigitan serangga, paparan debu atau bulu binatang, serta alergi
serbuk sari.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja histamin,
senyawa di dalam tubuh yang memicu terjadinya gejala alergi. Saat
alergi terjadi, produksi histamin dalam tubuh meningkat secara
berlebihan sehingga memunculkan gejala dari reaksi alergi.
3. EFEK SAMPIN
- Amlodipin 5 mg
Mengalami sakit kepala, rasa panas dan kegerahan. Gejala ini
umumnya akan membaik dalam beberapa hari.
- Natrium Diklofenak
Pusing, Sakit kepala, Mata merah dan terasa perih, Diare atau
malah sembelit, Mual dan muntah, Sakit maag, Hilang nafsu makan,
Nyeri dada, Gangguan irama jantung,Penyakit kuning yang ditandai
dengan kulit dan mata menguning, serta urine berwarna gelap seperti
the, Perdarahan, misalnya muncul memar atau BAB berdarah, Reaksi
alergi obat, seperti muncul ruam kemerahan yang gatal pada kulit,
wajah bengkak, hingga sesak napas, Gangguan fungsi ginjal, seperti
pembengkakan tungkai atau berat badan bertambah akibat
penumpukan cairan, serta lebih jarang buang air kecil.
- Vit B Complek
Diare ringan, polisitemia vera, thrombosis vaskular perifer,
dan syok anafilaktik. Rasa tidak nyaman atau nyeri juga dapat
dirasakan pada pemberian intramuskular.
- CTM 4 mg
xliii
- Sakit kepala - Gangguan penglihatan
- Mengantuk - Sulit buang air kecil
- Mual
- Muntah
- Nafsu makan berkurang
- Sembelit atau konstipasi
- Mulut, hidung, dan
tenggorokan kering
4. DOSIS
- Amlodipin 5 mg : 2 x sehari 1 tablet
- Natrium Diklofenak : 3 x sehari 1 tablet
- Vit B Complek : 3 x sehari 1 tablet
- CTM 4 mg : 3 x sehari 1 tablet
5. CARA PEMBERIAN
- Amlodipin 5 mg : obat di berikan secara oral
- Natrium Diklofenak : obat di berikan secara oral
- Vit B Complek : obat di berikan secara oral
- CTM 4 mg : obat di berikan secara oral
6. ATURAN PAKAI
- Amlodipin 5 mg : obat di minum sesudah makan
- Natrium Diklofenak : obat di minum sesudah makan
- Vit B Complek : obat di minum sesudah makan
- CTM 4 mg : obat di minum sesudah makan
7. Kerasionalan
a). Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Sedangkan definisi hipertensi adalah
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg (Anonim, 2006).
b). Hipertensi merupakan penyakit yang sering terjadi pada pasien di puskesmas
jagalempeni
44
c). Hipertensi di sebabkan karena gaya hidup dan pola makan yang buruk, juga bisa
disebabkan oleh efek samping obat tertentu
d). Obat yang sering di indikasikan di puskesmas jagalempeni adalah amlodipin 5 mg,
amlodipin 10 mg, captropil 12,5 mg, captropil 25mg, clonidin, HCT, furosemid.
e). Berdasarkan resep tersebut obat yang di di indikasikan sesuai karena amlodipin adalah
obat untuk mengatasi hipertensiatau tekanan darah tinggi. Obat ini juga bisa digunakan
untuk membantu mengatasi serangan angina pectoris atau angin duduk. Amlodipine
bisa dikonsumsi secara tersendiri atau dikombinasikan dengan obat lain. Dengan
menurunkan tekanan darah, obat ini membantu mencegah serangan stroke, serangan
jantung, dan penyakit ginjal.
8. KESIMPULAN
45
46
47
48
49
DAFTAR GAMBAR
50
Gambar 1.3 Lemari Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika
51
Gambar 1.6 Tempat Pendataan dan Pemanggilan pasien
52
Gambar 1.8 Gudang Obat
53