Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PUSKESMAS JAGALEMPENI

Jl. Raya Jagalempeni No. 04 Jagalempeni, Kec. Wanasari, Brebes

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

Program Pendidikan Ahli Madya Farmasi

Oleh :

MUHAMMAD NUR FAHRURIJAL 17080134

INTAN RAHMI SATIFA 17080155

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

i
PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PUSKESMAS JAGALEMPENI

Jl. Raya Jagalempeni No. 04 Jagalempeni, Kec. Wanasari, Brebes

Oleh :

MUHAMMAD NUR FAHRURIJAL 17080134

INTAN RAHMI SATIFA 17080155

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kerja lapangan

DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal

Telah diperiksa dan disahkan :

Pada hari :………… Tanggal :…………

TTK pembimbing PKL Dosen pembimbing PKL

Wiwi Hidayati Amd., Farm Aldi Budi Riyanta, S.Si.,MT

Ketua Program Studi DIII Farmasi

PoliTeknik Harapan Bersama Tegal

Heru Nurcahyo, S.Farm.,Apt

NIDN. 0611058001

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 Untuk mencapai sesuatu, harus diperjuangkan dulu. Seperti mengambil buah


kelapa, dan tidak menunggu saja seperti jatuh durian yang telah masak.
(Mohammad Natsir)
 Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan
dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki. (Bung Hatta)
 Bertaqwalah kepada Allah, maka Dia akan membimbingmu. Sesungguhnya
Allah mengetahui segala sesuatu (Qs. Al-Baqarah: 282)
 Ilmu tanpa amal seperti pohon yang tak berbuah. (Mahfudzot)
 Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya. (Qs. Al-
Baqarah: 286)
 Tuhan tidak mengharuskan kita sukses, Tuhan hanya mengharapkan kita
mencoba. (Mario Teguh)
 Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. (Umar
bin Khattab)
 Orang yang pesimis selalu melihat kesulitan di setiap kesempatan, tapi orang
yang optimis selalu melihat kesempatan dalam setiap kesulitan. (Ali bin Abi
Thalib)

Laporan PKL ini, penyusun persembahkan kepada :


 Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya maka laporan ini dapat
terselesaikan.
 Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah berjuang serta memberikan segalanya
bagi penulis untuk menuntut ilmu.
 Bapak Ir. MC. Chambali.B.Eng.E.E selaku direktur Politeknik Harapan
Bersama Tegal.
 Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm.,Apt selaku kepala program studi D3 Farmasi
Politeknik Harapan Bersama Tegal.
 Bapak Aldi Budi Riyanta, S.Si.,MT selaku pembimbing Praktek Kerja
Lapangan.

iii
 Ibu Wiwi Hidayati selaku pembimbing di Puskesmas Jagalempeni.
 Seluruh Karyawan dan Staf Puskesmas Jagalempeni yang telah memberikan
bimbingan dan membantu dalam praktek kerja lapangan.
 Segenap rekan-rekan yang telah memberikan dukungan.

iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua nikmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, serta sholawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga dapat menyelesaikan laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Jagalempeni yang dilaksanakan tanggal 29
Juli 2019 – 31 Agustus 2019 dapat terselesaikan.

Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian laporan ini, terutama kepada :

1. Bapak Ir. MC. Chambali.B.Eng.E.E selaku direktur Politeknik Harapan


Bersama Tegal.
2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm.,Apt selaku kepala program studi D3
Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.
3. Bapak Aldi Budi Riyanta, S.Si.,MT selaku pembimbing Praktek Kerja
Lapangan.
4. Ibu Wiwi Hidayati selaku pembimbing di Puskesmas Jagalempeni.
5. Seluruh Karyawan dan Staf Puskesmas Jagalempeni yang telah memberikan
bimbingan dan membantu dalam praktek kerja lapangan.
6. Segenap rekan-rekan yang telah memberikan dukungan.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, untuk
itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan
kami selanjutnya dan semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat dan dapat diterima
dengan segala kekurangannya.

Tegal, Agustus 2019

Penyusun

v
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Halaman Persembahan ..................................................................................... iii
Prakata .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 7
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 7
1.2 Tujuan PKL Puskesmas ............................................................................. 8
1.3 Fungsi PKL Puskesmas .............................................................................. 9
1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan PKL ......................................................... 9
BAB II TINJAUAN UMUM ........................................................................... 10
2.1 Pengertian puskesmas ............................................................................... 10
2.2 Tugas dan fungsi puskesmas ..................................................................... 10
2.3 Tujuan puskesmas ..................................................................................... 12
2.4 Persyaratan puskesmas .............................................................................. 12
2.5 Pengelolaan puskesmas ............................................................................. 14
2.6 Pelayanan puskesmas ................................................................................ 14
2.7 Peraturan perundang-undangan puskesmas .............................................. 15
BAB III PUSKESMAS JAGALEMPENI ....................................................... 16
3.1 Sejarah puskesmas jagalempeni ................................................................ 16
3.2 Tata ruang puskesmas ............................................................................... 17
3.3 Struktur organisasi .................................................................................... 17
3.3.1 Struktur unit pelayanan farmasi ........................................................ 19
3.3.2 Asisten apoteker ................................................................................ 19
3.3.3 Administrasi ...................................................................................... 21
3.4 Kegiatan unit pelayanan farmasi puskesmas jagalempeni ........................ 21
3.5 Pengelolaan unit pelayanan farmasi puskesmas jagalempeni ................... 24
3.5.1 Pelayanan resep ................................................................................. 29
3.5.2 Pelayanan resep narkotik dan psikotropik ........................................ 30

vi
3.5.3 Pengenalan tempat obat .................................................................... 30
3.5.4 Administrasi ...................................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 37
5.1 Simpulan ................................................................................................... 37
5.2 Saran .......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39
LAMPIRAN ..................................................................................................... 40
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... 50
Gambar 1.1 Penyimpanan obat ........................................................................ 50
Gambar 1.2 Lemari penyimpanan obat ............................................................ 50
Gambar 1.3 Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik ................... 51
Gambar 1.4 Tempat pelayanan obat................................................................. 51
Gambar 1.5 Tempat peracikan obat ................................................................. 51
Gambar 1.6 Tempat pendataan dan pemanggilan pasien ................................. 52
Gambar 1.7 Tempat penyerahan obat .............................................................. 52
Gambar 1.8 Gudang obat ................................................................................. 53
Gambar 1.9 Temperatur gudang obat............................................................... 53

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tujuan Pendidikan DIII Farmasi yang merupakan bagian dari tujuan
pendidikan nasional adalah mendidik tenaga-tenaga farmasi yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila dan UUD 1945,
memiliki integritas dan kepribadian, terbka dan tanggap terhadap masalah yang
dihadapi masyarakat khususnya yang berhubungan dengan bidang kefarmasian.
Menurut UU no. 20 tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan Nasional bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan
kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan diarahkan guna tercapainya
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal (DepKes RI, 1992).
Berdasarkan tujuan diatas, maka lulusan Farmasi mampu untuk :
1. Melakukan profesinya dalam pelayanan kesehatan pada umunya, khususnya
pelayanan kefarmasian..
2. Berperan aktif dalam pelayanan kefarmasian dengan mengelola dan
menerapkan prinsip administrasi, organisasi, supervise dan evaluasi.
3. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, bersifat
terbuka, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan Iptek dan berorientasi
ke masa depan serta mampu memberikan penyuluhan kefarmasian kepada
masyarakat dengan menjunjung tinngi martabat kemanusiaan.
4. Membantu dalam kegiatan penelitian di bidang farmasi atau di bidang
kesehatan lainnya yang terkait.

viii
Dalam pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi tidak
terbatas dalam kampus saja. Pengajaran yang berlangsung pada pendidikan ini lebih
ditekankan pada pengajaran yang menerobos di luas kampus, bahkan di luar
institusi pendidikan seperti lingkungan kerja atau kehidupan masyarakat.
dalam hal ini praktek kerja lapangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem program pengajaran serta merupakan wadah yang tepat untuk
mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh pada Proses
Belajar Mengajar (PBM).
Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang praktek kefarmasian, maka pekerjaan
apoteker dan tenaga teknik kefarmasian/asisten apoteker meliputu, industry farmasi
(industri obat, obat tradisional, makanan dan minuman, kosmetika dan lat
kesehatan) Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat, Rumah Sakit,
Puskesmas, dan Instalasi Farmasi Kabupaten.
Dengan demikian sebagai seorang DIII Farmasi dirasa perlu membekali diri
dengan pengetahuan mengenai apotek dan puskesmas. Oleh sebab itu pelaksaan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) apotek dan puskesmas bagi mahasiswa DIII
Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal sangatlah perlu dilakukan dalam
rangka mempersiapkan diri untuk berperan langsung dalam pengelolaan sesuai
fungsi dan kompetensi DIII Farmasi.

1.2 Tujuan PKL Puskesmas


1. Memperkenalkan mahasiswa pada dunia usaha.
2. Menumbuhkan dan meningkatkan sikap profesional yang diperlukan
mahasiswa untuk memasuki dunia usaha.
3. Meningkatkan daya kreasi dan produktivitas terhadap mahasiswa sebagai
persiapan dalam menghadapi atau memasuki dunia usaha yang
sesungguhnya.
4. Meluaskan wawasan dan pandangan mahasiswa terhadap jenis-jenis
pekerjaan pada tempat dimana mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) Apotek dan Puskesmas.

ix
1.3 Fungsi PKL Puskesmas
1. Mahasiswa dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat.
2. Mahasiswa dapat mempersiapkan langkah selanjutnya untuk terjun ke dunia
bisnis kefarmasian.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kondisi di Puskesmas.
4. Mahasiswa mendapatkan ilmu yang tidak diperoleh dari pendidikan formal.
5. Mahasiswa dapat mengetahui tentang dunia kerja.
6. Mahasiswa dapat membina hubungan kerja sesame rekan kerja secara
profesional.
7. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang di dapat dari kampus ke dunia
kerja yang lebih nyata.
8. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam melakukan pelayanan jasa
kefarmasian.

1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan PKL


Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek dan Puskesmas selama 1 bulan/5
minggu mulai tanggal 29 Juli 2019 – 31 Agustus 2019 praktek kerja lapangan ini
bertempat di Puskesmas Jagalempeni yang beralamat di Jalan Raya Jagalempeni
No. 04 Jagalempeni, Kec. Wanasari, Brebes. Praktek dibuka setiap hari senin –
sabtu.

x
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Puskesmas


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Pasal 1.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

2.2 Tugas dan fungsi puskesmas


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Pasal 4.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a, Puskesmas berwenang untuk:
a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan.

xi
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait.
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan.
i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf b, Puskesmas berwenang untuk:
a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif.
c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi.
f. melaksanakan rekam medis.
g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan.
h. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.
i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya.

xii
j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.

2.3 Tujuan Puskesmas


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Pasal 2.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat.
b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
c. hidup dalam lingkungan sehat.
d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.

2.4 Persyaratan Puskesmas


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Pasal 9 sebagai
berikut :
1. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
2. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari
1 (satu) Puskesmas.
3. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan
aksesibilitas.
4. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Pasal 10 sebagai
berikut :
1. Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
a. geografis.
b. aksesibilitas untuk jalur transportasi.
c. kontur tanah.

xiii
d. fasilitas parker.
e. fasilitas keamanan.
f. ketersediaan utilitas public.
g. pengelolaan kesehatan lingkungan.
h. kondisi lainnya.
2. Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendirian
Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan
gedung negara.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Pasal 11 sebagai
berikut :
1. Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja,
serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain.
c. menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan perlindungan
keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan
bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan
lanjut usia.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Pasal 13 sebagai
berikut :
1. Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri
atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi).
b. sistem pencahayaa.
c. sistem sanitasi.
d. sistem kelistrikan.
e. sistem komunikasi.

xiv
f. sistem gas medik.
g. sistem proteksi petir.
h. sistem proteksi kebakaran.
i. sistem pengendalian kebisingan.
j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai.
k. kendaraan Puskesmas keliling; dan l. kendaraan ambulans.
2.5 Pengelolaan Puskesnmas
Yang termasuk kedalam pengelolaan puskesmas sebagai berikut :
1. Pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan,
dan penyerahan obat atau bahan obat.
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya.
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

2.6 Pelayanan Puskesmas


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Pasal 40 sebagai
berikut :
1. Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung
oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Jaringan pelayanan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa.
3. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
4. Puskesmas pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan
pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja
Puskesmas.
5. Puskesmas keliling sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan
pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile), untuk meningkatkan

xv
jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas.
6. Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bidan yang
ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu desa dalam wilayah kerja
Puskesmas.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan jaringan pelayanan
Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), (4), (5), dan (6) tercantum
dalam Lampiran yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
2.7 Peraturan perundang-undangan bidang puskesmas
a. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
b. UU RI No. 23 tahun 2014 tentang kesehatan
c. PP RI No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
d. PP RI No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah, Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
e. PP RI No. 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
f. PP RI No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
g. PerMenKes No. 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perseorangan
h. PerMenKes No. 37 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Pusat Kesehatan Masyarakat
i. PerMenKes No. 6 tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang Tidak Diminati
j. PerMenKes No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas

xvi
BAB III

PELAYANAN FARMASI DI PUSKESMAS JAGALEMPENI

3.1 Sejarah Puskesmas Jagalempeni


Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. (Depkes, 2004).
Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan
penyakit cacar dan cholera yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Pada tahun 1968
diterapkan konsep puskesmas yang dilangsungkan dalam Rapat Kerja Nasional di
Jakarta, yang membicarakan tentang upaya mengorganisasi sistem pelayanan
kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan pada saat itu dirasakan kurang
menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti Balai Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA), Balai Pengobatan (BP), Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan
sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.
Kebutuhan data dan informasi kesehatan semakin meningkat, masyarakat
semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang
telah dilakukan pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang
berhubungan langsung dengan kesehatan mereka, sebab kesehatan merupakan
kebutuhan dasar manusia dan menyangkut hajat hidup masyarakat. Kepedulian
masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi
pembangunan kesehatan itu sendiri Untuk itu data dan informasi yang dibutuhkan
masyarakat harus bias disediakan dan dikemas secara baik, sederhana, informatif,
dan tepat waktu.
Pada tahun 1985 puskesmas jagalempeni hanyalah sebatas puskesmas
pembantu (pustu) dari puskesmas kecamatan wanasari yang berada di Jl. Raya
Klampok No. 81, Canting, Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes.
Sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah yang mengatur kewenangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah mengandung konsekuensi bahwa masing masing daerah harus

xvii
memiliki Sistem Kesehatan Sendiri, maka demikian karena jumlah pasien yang
berobat pada pustu jagalempeni meningkat dan jarak antara pustu dengan
puskesmas wanasari cukup jauh sehingga dinas kesehatan daerah memutuskan
pustu jagalempeni pada tahun 1986 menjadi puskesmas Jagalempeni.

3.2 Tata Ruang unit pelayanan farmasi di puskesmas jagalempeni


Tata ruang dan pembagian ruangan dalam unit pelayanan farmasi
Puskesmas Jagalempeni dapat di gambarkan sebagai berikut :

1 2 3

7 4
14

6 5

8
15
13 13 13
9

10
11 12

Keterangan :
1. Meja Swamedikasi
2. Meja penerimaan resep dari pasien
3. Meja peracikan
4. Meja computer
5. Lemari penyimpanan obat pelayanan
6. Lemari pendingin
7. Lemari penyimpanan dokumen
8. Lemari psikotropika dan narkotika
9. Lemari penyimpanan obat gudang berdasarkan FIFO dan FEFO
10. Lemari penyimpanan obat gudang berdasarkan alfabetis

xviii
11. Lemari penyimpanan obat gudang berdasarkan alfabetis
12. Lemari penyimpanan obat luar
13. Palet untung kardus obat
14. Ruang pelayanan
15. Ruang gudang

1. Penataan ruang pelayanan obat


a) Ruang pelayanan adalah tempat dimana dilaksanakan kegiatan penerimaan
resep, penyiapan obat, pencampuran, pengemasan, pemberian etiket dan
penyerahan obat. Di ruang tersebut terdapat tempat penyimpanan obat, alat-
alat peracikan, penyimpanan arsip, dan tempat pelaksanaan tata usaha obat.
b) Luas ruang pelayanan berukuran kurang lebih 3×4 meter dan mempunyai
penerangan yang cukup.
c) Tempat penyerahan obat harus mempunyai loket yang memadai untuk
berkomunikasi dengan pasien.
d) Ruang pelayanan harus terkunci bila ditinggalkan.
e) Tempat penyimpanan obat
f) Obat disimpan di dalam lemari, rak. Untuk obat-obat Narkotika &
Psikotropika ditempatkan di dalam lemari terkunci.menempatkan obat
secara terpisah berdasarkan bentuk sediaan, seperti kapsul, tablet, sirup,
injeksi dan lain-lain. Vaksin, serum, dan suppositoria ditempatkan dalam
lemari pendingin. Susunan obat berdasarkan alfabetis dan menerapkan
sistem FIFO atau FEFO.
g) Tempat peracikan
 Ruangan harus selalu bersih, rapi, dan teratur.
 Sediakan meja untuk peracikan obat.
 Obat-obatan tidak boleh berserakan dimana-mana.
 Wadah obat harus selalu tertutup rapat dengan baik untuk menghindari
kemungkinan terkontaminasi.
 Wadah obat harus diberi label sesuai dengan obat yang ada di dalamnya.
2. Perlengkapan peralatan racikan

xix
a) Mortir dengan stamper kecil dan sedang
b) Spantel/sudip untuk membantu mencampur dan membersihkan
c) Spantel/sendok untuk menghitung tablet atau kapsul
d) Baki/wadah lain tempat mengitung tablet atau kapsul
e) Lap/serbet yang bersih masing-masing untuk salep dan serbuk
f) Kertas pembungkus, kantong plastik, dan etiket

3.3 Struktur Organisasi


3.3.1 Struktur Unit Pelayanan Farmasi

3.3.2 Asisten Apoteker


Sumber Daya Kefarmasian di Puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas: Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal
harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung
jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan.
Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan surat
izin praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian di fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Setiap tahun dapat dilakukan penilaian kinerja tenaga kefarmasian

xx
yang disampaikan kepada yang bersangkutan dan didokumentasikan secara
rahasia. Hasil penilaian kinerja ini akan digunakan sebagai pertimbangan untuk
memberikan penghargaan dan sanksi (reward and punishment).
Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan
meningkatkan kompetensinya. Upaya peningkatan kompetensi tenaga
kefarmasian dapat dilakukan melalui pengembangan profesional berkelanjutan.
Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dibuat
secara tertulis, disusun oleh Kepala Ruang Farmasi, dan ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat. Jenis SPO
dibuat sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang dilakukan pada Puskesmas
yang bersangkutan.

Tugas dan Fungsi Tenaga Kefarmasian di Puskesmas, antara lain:


1. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan pengelolaan obat
dan bahan medis habis pakai.
2. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan pelayanan
kefarmasian.
3. Terfasilitasinya studi banding, praktik dan magang bagi calon tenaga
kefarmasian internal maupun eksternal.
4. Tersedianya data Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling tentang
obat dan bahan medis habis pakai.
5. Tersedianya data penggunaan antibiotika dan injeksi.
6. Terwujudnya pelayanan kefarmasian di puskesmas yang optimal.
7. Tersedianya pelayanan kefarmasian di puskesmas.
8. Terkembangnya kualitas dan jenis pelayanan ruang farmasi puskesmas.

3.3.3 Administrasi
1) Tata cara pencatatan.

xxi
Pencatatan dilakukan berdasarkan tanggal pemakaian dan berapa
jumlah resep yang masuk dan dijumlahkan pada akhir bulan.
2) Tata cara penyimpanan arsip resep
Menyimpan bandal resep pada tempat yang ditentukan secara
berurutan berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep.

3.4 Kegiatan unit pelayanan Farmasi Puskesmas Jagalempeni


Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari
orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut,
apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan
pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,
dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan (Depkes RI, 2006).

1. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang
meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan
resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan
resep dilakukan sebagai berikut :
a) Penerimaan resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor
surat izin praktek (SIP), paraf dokter, tanggal, penulisan resep, nama obat,

xxii
jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin
pasien
 Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
 Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian
dosis.
 Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau
obatnya tidak tersedia.
b) Peracikan obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan
alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan
fisik obat.
 Peracikan obat.
 Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru
untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat
dalam bentuk larutan
 Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
c) Penyerahan obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat.
 Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik
dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya
kurang stabil.
 Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
 Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang

xxiii
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dll
(Depkes RI,2006).
d) Pelayanan informasi obat
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya
penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah
Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO),
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta
buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan
atau brosur obat yang berisi :
 Nama dagang obat jadi
 Komposisi
 Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
 Dosis pemakaian
 Cara pemakaian
 Khasiat atau kegunaan
 Kontra indikasi (bila ada)
 Tanggal kadaluarsa
 Nomor ijin edar/nomor registrasi
 Nomor kode produksi
 Nama dan alamat industry
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :
1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,
apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk
apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan.
2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai

xxiv
cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu
seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot
hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.

3.5 Pengelolaan unit pelayanan farmasi Puskesmas Jagalempeni


1. Perencanaan.
Suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk
menentukan jumlah obat dalam rak pemenuhan kebutuhan puskesmas.
a. Perkirakan jenis dan jumlah obat serta perbekalan kesehatan yang
mendekati kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
c. Meningkatkan efesiensi penggunaan obat.

1) Cara Menyusun Perencanaan


a. Mengecek sisa stock obat yang habis pada bulan ini, Seperti sisa
stock pada bulan Juli digunakan untuk stock awal pada bulan
Agustus.
b. Mengumpulkan obat yang habis masa kadaluarsa.
2) Cara mengajukan usulan perencanaan
Mengajukan usulan perencanaan harus disertai laporan penggunaan
obat dalam satu tahun atau perbulannya.
Usulan perencanaan meliputi:
a. Laporan pemakaian obat selama setahun.
b. Jumlah atau sisa obat yang sudah dipakai.
c. Menentukan jumlah obat yang sudah kadaluarsa.
2. Pengadaan
Pada tahap ini puskesmas Jagalempeni melakukan kegiatan
pengadaan dengan cara mengajukan perencanaan serta permintaan obat
kedinas kesehatan kabupaten atau instalasi farmasi kabupaten.
3. Permintaan

xxv
Permintaan obat adalah suatu proses untuk memperoleh perbekalan
kesehatan obat yang dibutuhkan oleh unit - unit pelayanan kesehatan
dipuskesmas sesuai dengan pola penyakit yang terdapat diwilayah kerjanya.
Permintaan obat yang dilakukan dipuskesmas yaitu:
a. Menyusun daftar permintaan obat sesuai dengan kebutuhan unit – unit
pelayanan kesehatan dipuskesmas.
b. Mengajukan permintaan kepada kepala dinas kesehatan atau instalasi
farmasi kabupaten Brebes menggunakan LPLPO yang telah
ditandatangani oleh kepala puskesmas.
4. Penerimaan
Penerimaan obat adalah kegiatan dalam menerima obat dari instalasi
farmasi yang selanjutnya digunakan untuk menunjang pelayanan
dipuskesmas. Tujuan dari penerimaan obat yaitu agar obat yang diterima
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang telah diajukan
puskesmas. Pada saat penerimaan obat, petugas puskesmas berkewajiban
mengadakan pengecekan terhadap obat – obatan yang diterima meliputi:
a. Mengecek obat yang diterima harus sesuai dengan LPLPO.
b. Mengecek keadaan obat yang diterima dalam kondisi baik atau rusak.
c. Mengecek tanggal kadaluarsa dari obat – obatan tersebut.
Jika keadaan obat tidak sesuai dengan yang dikehendaki, maka
petugas yang menerima obat segera memberitahu ke instalasi farmasi
kabupaten dengan membuat berita acara yang telah ditandatangani oleh
kepala puskesmas.
5. Penyimpanan
Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap
obat - obatan yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia, dan mutu obat tetap terjamin. Adapun tujuan melakukan
penyimpanan obat:
a. Memelihara mutu obat.
b. Menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab.
c. Menjaga kelangsungan persedian obat.

xxvi
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan obat.
Agar mutu obat tetap terjamin dan memudahkan dalam pencarian
serta pengawasannya, maka ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan dalam proses penyimpanan meliputi:
a) Persyaratan gudang
 Ruangan cukup luas minimal berukuran 3x4 m2
 Ruangan kering dan tidak lembab
 Terdapat ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab atau panas
 Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai
pelindung untuk menghindari adanya cahaya langsung dan
berteralis.
 Lantai dari tegel atau semen yang tidak memungkinkan
bertumpuknya depu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan
(palet).
 Dinding dibuat licin
 Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
 Gudang yang digunakan khusus untuk penyimpanan obat dan alat
kesehatan
 Pintu dilengkapi dengan kunci ganda
 Tersedia lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika dan selalu
terkunci
 Sebaiknya ada pengukur suhu udara.

Penyimpanan obat di instalasi farmasi puskesmas jagalempeni


a. Pengaturan penyimpanan obat
 Penyusunan secara alfabetis
 Penyusunan secara FIFO dan FEFO
 Disimpan pada rak
 Sediaan sirup di simpan pada dus di atas palet
 Sedian cair dipisahkan dari sedian padat

xxvii
 Vaksin, supositoria disimpan pada lemari pendingin.
b. Kelembaban
Udara lembab dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:
 Jendelaharus dibuka sehingga ventilasi baik,
 Obat dan alat kesehatan diletakan ditempat yang kering
 Wadah ditertutup rapat, tidak terbiarkan terbuka
 Menggunakan AC dengan suhu di bawah 250 C untuk menjaga
kelembapan ruangan.
c. Sinar matahari
Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari antara lain:
 Menggunakan wadah botol atau vial yang bewarna gelap (coklat)
 Botol atau vial tidak boleh diletakan diudara terbuka
 Obat yang penting dapat disimpan didalam lemari
 Jendela – jendela diberi gorden
 Kaca jendela dicat putih.
d. Kerusakan fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan upaya sebagai
berikut:
 Dus obat dan alat kesehatan tidak ditumpuk terlalu tinggi
 Penumpukan dus obat dan alat kesehatan sesuai dengan petunjuk
 Menghindari kontak dengan benda - benda yang tajam.
e. Kontaminasi bakteri
Untuk mencegah kontaminasi bakteri, maka wadah obat harus selalu
tertutup rapat.
6. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan
obat secara merata dan teratur dari gudang obat puskesmas untuk memenuhi
kebutuhan dari sub – sub unit pelayanan kesehatan dipuskesmas (kamar
obat lab, pustu, pusling, PKD). Kegiatan distribusi yang dilakukan meliputi:
a. Menetapkan dasar penyerahan atau pengiriman obat ke sub unit
pelayanan kesehatan dipuskesmas.

xxviii
b. Menyiapkan dokumen penyerahan.
c. Melakukan pemeriksaan terhadap kualitas, kuantitas, dosis dan kondisi
obat serta kelengkapan dan kebenaran dokumen yang menyertainya.
d. Melakukan administrasi, setiap pengeluaran obat harus segera dicatat
pada kartu stock.
7. Pengendalian
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau
kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Dalam proses
pengendalian, setiap pengeluaran obat dari ruang pelayanan harus
berdasrkan resep dan setiap penggunaan injeksi diruang pelayanan harus
dicatat dalam buku status yang kemudian dibukukan dalam pemakaian obat.
8. Pencatatan dan Pelaporan
a. Membukukan lalu lintas
 Buku induk
 Kartu stock
 Buku pengeluaran
b. Melaporkan jumlah barang
 Membuat laporan kedinas kesehatan kabupaten Brebes setiap
bulannya.
 Membuat laporan narkotika dan psikotropika kedinas kesehtan
kabupaten Brebes setiap bulannya.
9. Pemusnahan
Obat yang rusak atau kadaluarsa dikumpulkan sesuai dengan
tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa lalu dikirim kedinas kesehatan untuk
dimusnahkan.

3.5.1 Pelayanan Resep


Pelayanan resep di instalasi farmasi puskesmas jagalempeni
1. Menerima Resep Dari Dokter Di Puskesmas Jagalempeni

xxix
2. Memahami Resep
a. Baca resep dengan cermat meliputi : nama obat, jenis, dan bentuk
sediaan obat, dosis, cara pemakaian, dan nama, serta umur pasien.
b. Apabila tulisan resep tidak jelas tanyakan kepada pembuat resep /
dokter penulis resep.
c. Jika obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat
alternatif/pengganti kepada pembuat resep.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan obat antara lain :
a. Periksa dan baca sekali lagi informasi pada wadah obat
b. Setelah selesai mengambil obat tersebut kembalikan sisanya ke
dalam wadah semula
c. Periksa kembali etiket dan wadah
d. Sisa obat disimpan kembali ke wadah semula
e. Bersihkan kembali meja yang telah di gunakan.
3. Penyerahan Obat
a. Sebelum obat diserahkan, dilakukan pengecekan terakhir mengenai
nama pasien, jenis obat, jumlah obat, aturan pakai obat, kemasan dan
sebagainya.
b. Obat diberikan melalui tempat penyerahan obat
c. Memberikan informasi cara pemakaian obat
d. Memberikan informasi aturan pakai
e. Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien
f. Menanyakan nomor antrian, nama, dan alamat pasien.
Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, karena
disamping itu perlu sopan santun dan kesabaran dalam melayani pasien,
karena pasien sebagai penderita penyakit biasanya dalam keadaan tidak
sehat atau kurang stabil emosinya (Anonim, 2003).

3.5.2 Pelayanan Resep Narkotik dan Psikotropika


Pelayanan resep di instalasi farmasi puskesmas jagalempeni :

xxx
1. Menandai resep psikotropika dan narkotika dengan garis bawah
berwarna merah
2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
3. Menyiapkan etiket yang sesuai
4. Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai
permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain
5. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali kesesuaian jenis
dan jumlah obat dengan permintaan dalam resep
6. Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
7. Memanggil nama dan alamat pasien
8. Menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian informasi obat
9. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok dan buku bantu penyerahan
obat psikotropika dan narkotika.

3.5.3 Pengenalan Tempat Obat


Pengenalan tempat obat dilakukan oleh asisten apoteker di unit
pelanyan farmasi Puskesmas Jagalempeni dengan materi sebagai berikut :
1. Mengenalkan ruang pelayanan unit farmasi Puskesmas Jagalempeni
2. Mengenalkan ruang gudang penyimpanan obat di unit pelayanan
farmasi Puskesmas Jagalempeni
3. Pada ruang pelayanan tempat obat mengunakan rak kayu yang di
susun pada dinding, obat di susun secara alfabetis dan disusun
berdasarkan bentuk sediaan
4. Pada ruang pelayanan obat di simpan pada lemari tertutup di susun
secara alfabetis dan disusun berdasarkan bentuk sediaan
5. Tempat peracikan obat di pisahkan dengan lainya agar memudahkan
dalam proses peracikan obat
6. Meja komputer di pisahan pada meja tersendiri agar tidak
mengganggu pada saat pelayanan obat

xxxi
7. Tempat penerimaan resep berada di depan agar memudahkan pasien
saat memberikan resep pada tempat penerimaan resep
8. Tempat swamedikasi di berikan ventilasi yang cukup agar
memudahkan pasien untuk swamedikasi
9. Penyimpanan obat pada gudang di susun pada lemari tertutup di
simpan berdasarkan alfabetis, FIFO & FEFO, dan berdasarkan bentuk
sediaan
10. Untuk obat dalam dus disusun di atas palet agar tidak besentuhan
langsung dengan lantai

3.5.4 Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan,
pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang
tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun
pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan dievaluasi.
Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu :
1. Perencanaan
2. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten
3. Penerimaan
4. Penyimpanan mengunakan kartu stok atau komputer
5. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LPLPO.
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan
pasien (umum, miskin, asuransi), penyimpanan bendel resep harian secara
teratur selama 3 tahun dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan
berita acara.
Pengadministrasian termasuk juga untuk:
1. Kesalahan pengobatan
2. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3. Medication Record (Depkes RI,2006).

xxxii
xxxiii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berpedoman pada kurikulum Akademi Farmasi Pusat pendidikan Tenaga


Kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2003 dan Program Pendidikan DIII
Farmasi Politeknik Harapan Bersama semester III tentang pencapaian kemampuan
administrasi dan pelayan kefarmasian di lingkungan kerja apotek, mahasiswa
diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan di bidang
kefarmasian.
Dalam pelaksanaan praktik tersebut mahasiswa diberikan kesempatan untuk
menerapkan serta mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah
didapatkan pada saat perkuliahan dan laboratorium ke dalam pelayanan yang nyata
di unit pelayana farmasi di puskesmas Jagalempeni hingga memberikan bekal yang
maksimal untuk menunjang kompetensi bilamana sudah lulus dari jenjang akademi
siap untuk menerapkan serta mendedikasikan ilmunya di dunia kesehatan.
Pelaksanaan praktik kerja lapangan berada di Puskesmas Jagalempeni yang
beralamat di Jalan Raya Jagalempeni No.04 Jagalempeni, kec. Wanasari, Brebes.
Menurut KepMenKes RI nomor 75 tahun 2014 Bab 1 Pasal 1 Fasilitas Pelayanan
Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah satuan kerja pemerintahan daerah
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam bidang kesehatan di kabupaten/kota.
Puskesmas jagalempeni juga memberikan pelayanan dalam bentuk yang
lain untuk menjamin kenyamanan pasien misalnya fasilitas ruang tunggu yang baik,

xxxiv
dilengkapi dengan kipas angin, dan televisi. Unit pelayanan farmasi sebagai salah
satu tempat penyaluran barang-barang farmasi kepada masyarakat yang tidak lepas
dari pengawasan pemerintah. Oleh sebab itu, Unit pelayanan farmasi wajib untuk
melaporkan penggunaan sediaan farmasi tertentu kepada instansi yang berwenang.
Bangunan puskesmas jagalempeni terdiri dari ruang tunggu, meja
pendaftaran, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat,
tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet. Bangunan juga dilengkapi dengan
sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, Ventilasi dan
sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis.
Puskesmas jagalempeni merupakan salah satu puskesmas yang bertempat
dilokasi yang sangat strategis karena terletak dikawasan pemukiman padat serta
dekat dengan pusat pertokoan dan sangat mudah dijangkau. Puskesmas jagalempeni
senantiasa berusaha memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat. Hal
tersebut menuntut keterampilan dan pengalaman seluruh karyawan maupun
pengelola puskesmas.

Pada pengelolan unit pelayanan farmasi di puskesmas jagalempeni sebagai berikut:


a) Perencanaan
Pada tahap ini puskesmas Jagalempeni melakukan kegiatan perencanaan
dengan cara melihat sisa stock pada bulan sebelumnya yang digunakan untuk
stock awal pada bulan akan datang.
b) Pengadaan
Pada tahap ini puskesmas Jagalempeni melakukan kegiatan pengadaan dengan
cara mengajukan perencanaan serta permintaan obat kedinas kesehatan
kabupaten.
c) Permintaan
Pada tahap ini puskesmas Jagalempeni melakukan permintaan obat – obatan
serta perbekalan kesehatan untuk puskesmas dengan cara mengumpulkan daftar
permintaan obat yang sering diminta dari setiap unit, sisa stock yang ada
digudang, obat yang sering diresepkan serta perbekalan kesehatan lainnya. Lalu

xxxv
mengajukan permintaan kepada instalasi farmasi kabupaten dengan
menggunakan LPLPO.
d) Penerimaan
Pada tahap ini puskesmas Jagalempeni menerima obat – obatan dan perbekalan
kesehatan oleh asisten apoteker yang bertugas puskesmas. Setelah diterima,
asisten apoteker melakukan pemeriksaan atau pencocokan dengan lembaran
LPLPO sesuai dengan barang yang diterima. Setelah itu asisten apoteker
menyusun obat – obat dan perbekalan kesehatan tersebut pada rak obat, Jika
obat dan perbekalan kesehatan yang diminta terlalu banyak, maka asisten
apoteker menyimpan obat dan perbekalan kesehatan tersebut didalam kardus
dan diletakan diatas lantai.
e) Penyimpanan
Pada tahap ini puskesmas Jagalempeni melakukan penyimpanan dengan cara
sebagai berikiut:
1. Memelihara mutu obat
2. Menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga kelangsungan persedian obat
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan obat
f) Pendistribusian
Pada puskesmas jagalempeni kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara
merata dan teratur dari gudang obat puskesmas untuk memenuhi kebutuhan dari
sub – sub unit pelayanan kesehatan dipuskesmas (kamar obat lab, pustu,
pusling, PKD).
g) Pencatatan dan Pelaporan
Pada tahap ini puskesmas Jagalempeni melakukan pencatatan dan pelaporan
dengan cara asisten apoteker membuat laporan kedinas kesehatan kabupaten
Brebes dan membuat laporan narkotika dan psikotropika kedinas kesehtan
kabupaten Brebes setiap bulannya.
h) Administrasi
1. Tata cara pencatatan

xxxvi
Semua resep yang dilayani atau resep masuk dicatat pada suatu buku
khusus.
2. Tata cara penyimpanan resep
Resep masuk tetap disimpan berdasarkan tanggal, bulan dan tahun untuk
memudahkan dalam penelusuran resep dan disimpan pada tempat khusus.

xxxvii
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
Dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Jagalempeni
maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mampu :
1. Memahami dan berperan dalam organisasi farmasi di Puskesmas.
2. Memahami dan mampu berinteraksi dengan tim kerja di Puskesmas.
3. Memahami aspek-aspek pelayanan dan administrasi farmasi di Puskesmas.
4. Memahami dan berperan dalam administrasi management farmasi di
Puskesmas.
5. Memahami dan berperan dalam sistem pengadaan atau inventori,
penyimpanan, distribusi dan penyerahan perbekalan farmasi di Puskesmas.
6. Memahami dan berperan dalam pelayanan ilmu resep di Puskesmas.
7. Memahami dan berperan dalam farmakologi dan farmakoterapi di
Puskesmas.
8. Memahami dan berperan dalam penyampaian pelayan informasi obat (PIO)
pada pasien.
9. Mahasiswa dapat memperoleh ilmu dari tempat PKL dalam bidang farmasi
yaitu farmasetika, farmakologi dan manajemen farmasi.

5.2 SARAN
1. Perlu diadakan peningkatan pelayanan obat kepada masyarakat dan pihak
yang membutuhkan terutama pelayanan mengenai informasi obat baik
dengan resep
2. Kerja sama Puskesmas Jagalempeni dengan Politeknik Harapan Bersama
Tegal agar terus dikembangkan serta dipertahankan untuk tahun-tahun
selanjutnya.
3. Lebih dilengkapkan lagi obat-obatan yang sering di butuhkan pasien,
sementara dari Puskesmas Jagalempeni belum menyediakannya

xxxviii
4. Keramahan terhadap konsumen perlu ditingkatkan, agar konsumen merasa
nyaman saat berada Puskesmas

xxxix
DAFTAR PUSTAKA

- Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Tenatang Pusat Kesehatan


Masyarakat
- Ditjen POM RI. 2010. Pedoman Pengelolaan Obat. Departemen Kesehatan.
Jakarta
- Ditjen POM RI. 2013. Pedoman Pengelolaan Obat. Kabupaten Kota
- Tim penyusun praktek kerja lapangan.2013.Buku Panduan Praktek
KerjaLapangan.SMK Santa Mathilda.Maumere
- Anief Moh, 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press.
- Anonim, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No.
679/MENKES/SK/X/2003, tentang Izin Kerja Asisten Apoteker. Jakarta :
Menkes RI.
- Anonim, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,No.
1332/MENKES/SK/X/2002,tentang. Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek. Jakarta : Menkes RI
- Soekanto,S ,1990. Aspek Hukum Apotek dan Apoteker. Bandung : Mandar
Maju.
- Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.

xl
LAMPIRAN
I. KASUS HIPERTENSI

1. Data pasien
Nama : Bu Sarinah
Umur : 68 Thn
Alamat : Tanjung Sari Rt 7/7
Tanggal resep : 7-08-2019
2. Indikasi
- Amlodipin 5 mg

Amlodipin di indikasikan untuk mengatasi hipertensiatau


tekanan darah tinggi. Obat ini juga bisa digunakan untuk membantu

xli
mengatasi serangan angina pectoris atau angin duduk. Amlodipine
bisa dikonsumsi secara tersendiri atau dikombinasikan dengan obat
lain. Dengan menurunkan tekanan darah, obat ini membantu mencegah
serangan stroke, serangan jantung, dan penyakit ginjal.

Amlodipine bekerja dengan cara melemaskan dinding dan


melebarkan diameter pembuluh darah. Efeknya akan memperlancar
aliran darah menuju jantung dan mengurangi tekanan darah dalam
pembuluh.

Obat ini juga menghalangi kadar kalsium yang masuk ke sel


otot halus di dinding pembuluh darah jantung. Kalsium akan membuat
otot dinding pembuluh darah berkontraksi. Dengan adanya
penghambatan kalsium yang masuk, dinding pembuluh darah akan
menjadi lebih lemas.

- Natrium Diklofenak
Diclofenac adalah obat yang di indikasikan untuk meredakan
nyeri dan peradangan. Beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan
obat ini adalah radang sendi dan nyeri setelah operasi.
Nyeri adalah salah satu tanda dari peradangan. Dalam
mengatasi peradangan, diclofenac bekerja dengan menghambat
produksi prostaglandin, yaitu zat yang memicu reaksi peradangan
dalam tubuh. Oleh karena itu, penggunaan obat ini menyebabkan rasa
sakit dan tanda-tanda peradangan lainnya berkurang.

- Vit B complek

Vitamin B kompleks adalah obat yang di idnikasikan untuk


seseorang yang mengalami defisiensi vitamin B. Defisiensi vitamin B
dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kondisi malnutrisi,
alkoholisme (alcohol use disorder), luka bakar, penuaan, dan
malabsorpsi yang disebabkan oleh atrofi gaster atau tindakan operatif.

xlii
- CTM 4 mg
Chlorpheniramine atau CTM adalah obat yang di indikasikan
untuk meredakan gejala alergi yang disebabkan oleh makanan, obat-
obatan, gigitan serangga, paparan debu atau bulu binatang, serta alergi
serbuk sari.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja histamin,
senyawa di dalam tubuh yang memicu terjadinya gejala alergi. Saat
alergi terjadi, produksi histamin dalam tubuh meningkat secara
berlebihan sehingga memunculkan gejala dari reaksi alergi.
3. EFEK SAMPIN
- Amlodipin 5 mg
Mengalami sakit kepala, rasa panas dan kegerahan. Gejala ini
umumnya akan membaik dalam beberapa hari.

- Natrium Diklofenak
Pusing, Sakit kepala, Mata merah dan terasa perih, Diare atau
malah sembelit, Mual dan muntah, Sakit maag, Hilang nafsu makan,
Nyeri dada, Gangguan irama jantung,Penyakit kuning yang ditandai
dengan kulit dan mata menguning, serta urine berwarna gelap seperti
the, Perdarahan, misalnya muncul memar atau BAB berdarah, Reaksi
alergi obat, seperti muncul ruam kemerahan yang gatal pada kulit,
wajah bengkak, hingga sesak napas, Gangguan fungsi ginjal, seperti
pembengkakan tungkai atau berat badan bertambah akibat
penumpukan cairan, serta lebih jarang buang air kecil.

- Vit B Complek
Diare ringan, polisitemia vera, thrombosis vaskular perifer,
dan syok anafilaktik. Rasa tidak nyaman atau nyeri juga dapat
dirasakan pada pemberian intramuskular.
- CTM 4 mg

xliii
- Sakit kepala - Gangguan penglihatan
- Mengantuk - Sulit buang air kecil
- Mual
- Muntah
- Nafsu makan berkurang
- Sembelit atau konstipasi
- Mulut, hidung, dan
tenggorokan kering
4. DOSIS
- Amlodipin 5 mg : 2 x sehari 1 tablet
- Natrium Diklofenak : 3 x sehari 1 tablet
- Vit B Complek : 3 x sehari 1 tablet
- CTM 4 mg : 3 x sehari 1 tablet
5. CARA PEMBERIAN
- Amlodipin 5 mg : obat di berikan secara oral
- Natrium Diklofenak : obat di berikan secara oral
- Vit B Complek : obat di berikan secara oral
- CTM 4 mg : obat di berikan secara oral

6. ATURAN PAKAI
- Amlodipin 5 mg : obat di minum sesudah makan
- Natrium Diklofenak : obat di minum sesudah makan
- Vit B Complek : obat di minum sesudah makan
- CTM 4 mg : obat di minum sesudah makan
7. Kerasionalan

a). Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Sedangkan definisi hipertensi adalah
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg (Anonim, 2006).

b). Hipertensi merupakan penyakit yang sering terjadi pada pasien di puskesmas
jagalempeni

44
c). Hipertensi di sebabkan karena gaya hidup dan pola makan yang buruk, juga bisa
disebabkan oleh efek samping obat tertentu

d). Obat yang sering di indikasikan di puskesmas jagalempeni adalah amlodipin 5 mg,
amlodipin 10 mg, captropil 12,5 mg, captropil 25mg, clonidin, HCT, furosemid.

e). Berdasarkan resep tersebut obat yang di di indikasikan sesuai karena amlodipin adalah
obat untuk mengatasi hipertensiatau tekanan darah tinggi. Obat ini juga bisa digunakan
untuk membantu mengatasi serangan angina pectoris atau angin duduk. Amlodipine
bisa dikonsumsi secara tersendiri atau dikombinasikan dengan obat lain. Dengan
menurunkan tekanan darah, obat ini membantu mencegah serangan stroke, serangan
jantung, dan penyakit ginjal.

8. KESIMPULAN

Berdasarkan kasus penyakit hipertensi di puskesmas jagalempeni dapat di


simpulkan bahwa, peresepan sudah sesui dengan penyakit yang di alami pasien karena
peresepan sudah di lakukan oleh dokter, dan tidak ada interkasi obat pada resep tersebut

II. KASUS DIARE

45
46
47
48
49
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penyimpanan Obat

Gambar 1.2 Lemari penyimpanan obat

50
Gambar 1.3 Lemari Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika

Gambar 1.4 Tempat Pelayanan Obat

Gambar 1.5 Tempat Peracikan Obat

51
Gambar 1.6 Tempat Pendataan dan Pemanggilan pasien

Gambar 1.7 Temapat Penyerahan Obat

52
Gambar 1.8 Gudang Obat

Gambar 1.9 Temperatur Gudang Obat

53

Anda mungkin juga menyukai