OLEH:
SELVI AGUSTINI
NIM: PO.71.39.0.17.035
LEMBAR PERSETUJUAN
SELVI AGUSTINI
NIM:PO.71.39.0.17.035
Disetujui Oleh:
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Formulasi dan
Evaluasi Gel Antijerawat Ekstrak Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
dengan Variasi Konsentrasi Carbopol 940 Sebagai Gelling Agent”.
Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan
bimbingan, motivasi serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dewi Marlina, SF, Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing yang
senantiasa selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing
pendamping yang senantiasa memberikan bimbingan dan motivas kepada
penulis dalam meyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Mindawarnis, S.Si, Apt, M.Kes selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Palembang.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan
Farmasi.
5. Orang tua dan keluarga penulis yang senantiasa selalu memberikan
motivasi serta bantuan moril dan materil kepada penulis.
6. Teman-teman Reguler 3A dan semua pihak yang selalu memberikan
semangat kepada penulis.
Penulis menyadari atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Maka dari itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ...........................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
ii
F. Gel
1. Definisi Gel ..............................................................................30
2. Jenis-Jenis Gel ..........................................................................31
3. Sifat-Sifat Gel............................................................................31
4. Kelebihan Gel ...........................................................................33
5. Formulasi Gel ...........................................................................34
6. Contoh Formula Gel .................................................................36
7. Stabilitas Fisik Gel ....................................................................37
G. Preformulasi Gel
1. Ekstrak Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)...................40
2. Carbopol 940 ...........................................................................41
3. Triethanolamin ..........................................................................41
4. Gliserin ....................................................................................42
5. Metil Paraben ...........................................................................42
6. Aquadest ...................................................................................43
H. Rangkuman Preformulasi ..............................................................43
I. Kerangka Teori ..............................................................................46
J. Hipotesis .......................................................................................47
iii
10. Bau ............................................................................................63
11. Sineresis ....................................................................................63
12. Swelling ....................................................................................64
13. Iritasi Kulit ................................................................................64
H. Kerangka Operasional ...................................................................66
I. Cara Pengolahan dan Analisis Data ..............................................67
J. Rencana Kegiatan ..........................................................................68
K. Dummy Tabel ................................................................................69
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
Ekstrak Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Penyimpanan Suhu Kamar 28 Hari ...............................................70
7. Hasil Pengamatan Homogenitas Gel Antijerawat
Ekstrak Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Penyimpanan Suhu Kamar 28 Hari ...............................................70
8. Hasil Pengamatan Warna Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Penyimpanan Suhu Kamar 28 Hari ...............................................70
9. Hasil Pengamatan Bau Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Penyimpanan Suhu Kamar 28 Hari ...............................................71
10. Hasil Pengamatan Sineresis Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Penyimpanan Suhu Kamar 28 Hari ...............................................71
11. Hasil Pengamatan Swelling Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Penyimpanan Suhu Kamar 28 Hari ...............................................71
12. Hasil Pengamatan Iritasi Kulit Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Penyimpanan Suhu Kamar 28 Hari ...............................................72
13. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pengamatan
Sediaan Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.) ...................................72
14. Hasil Pengamatan pH Rata-rata Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Sebelum dan Setelah Cycling test .................................................73
15. Hasil Pengamatan Viskositas Rata-rata Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Sebelum dan Setelah Cycling test .................................................73
16. Hasil Pengamatan Rata-rata Daya Sebar Sediaan Gel Antijerawat
Ekstrak Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Sebelum dan Setelah Cycling test .................................................74
17. Hasil Pengamatan Homogenitas Sediaan Gel Antijerawat
Ekstrak Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Sebelum dan Setelah Cycling test .................................................74
18. Hasil Pengamatan Warna Sediaan Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Sebelum dan Setelah Cycling test .................................................74
19. Hasil Pengamatan Bau Sediaan Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Sebelum dan Setelah Cycling test .................................................75
20. Hasil Pengamatan Sineresis Sediaan Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Sebelum dan Setelah Cycling test .................................................75
21. Hasil Pengamatan Swelling Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
v
Sebelum dan Setelah Cycling test .................................................75
22. Hasil Pengamatan Iritasi Kulit Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Sebelum dan Setelah Cycling test .................................................76
23. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pengamatan
Sediaan Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Sebelum dan Setelah Cycling test .................................................76
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gel merupakan sediaan topikal dengan bentuk semipadat yang dibuat
dari partikel organik kecil atau molekul besar yang terdiri dari suspensi dan
dapat berpenetrasi oleh suatu cairan (Depkes RI, 1995). Gel dengan konsistensi
yang baik akan meningkatkan efektifitas terapi dan mampu memberikan rasa
1994). Gel memiliki daya lengket yang tinggi serta tidak meninggalkan lapisan
1994). Gelling agent atau pembentuk massa gel yang sering digunakan dalam
sediaan gel adalah Gelatin, tragacant, Na CMC, HPMC dan Carbopol (Ansel,
1989). Carbopol merupakan salah satu basis gel yang paling sering digunakan
menghasilkan gel yang jernih dengan viskositas tinggi (Rowe, Sheskey, dan
sudah dapat menghasilkan sediaan gel yang stabil secara fisik baik ditinjau dari
1
2
dimana saja. Selain di wajah, jerawat juga dapat timbul di bagian tubuh lainnya
seperti punggung, lengan, dada, pantat, kaki dan lain-lain (Maharani, 2015).
Jerawat yang timbul dapat menjadi radang karena disebabkan oleh infeksi
Jerawat yang terinfeksi dan tidak segera di obati dapat merusak struktur kulit
(Prianto, 2014) dan dapat menimbulkan perasaan kurang percaya diri hingga
depresi (Tasoula dkk, 2012). Pada tahun 2015, prevalensi penderita jerawat
tertinggi terjadi pada usia 14-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85%
dan pada pria usia 16-19 tahun berkisar 95-100% (Afriyanti, 2015).
Pengobatan jerawat umumnya bertujuan untuk mengurangi sebum dan
(2013), pengobatan jerawat yang parah atau sudah radang biasanya dilakukan
asam azelat, yang memiliki efek samping dapat menimbulkan resistensi dan
secara tradisional dengan menggunakan bahan alami. Salah satu bahan alami
yang dapat digunakan untuk mengobati jerawat yang sudah meradang akibat
bakteri Staphylococcus aureus ialah daun jeringau hijau (Acorus calamus L.).
Secara empiris daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) digunakan
dengan cara membalurkan remasan daun jeringau pada bagian yang akan di
obati (Tiwari et al., 2010). Daun jeringau hijau (Acorus calamus L.)
Yunari (2018), ekstrak daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) dengan
potensi daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) maka peneliti tertarik untuk
gel antijerawat dengan variasi konsentrasi carbopol 940 sebagai gelling agent.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
calamus L.) stabil secara fisik dan memenuhi syarat setelah uji
(Acorus calamus L.) stabil secara fisik dan memenuhi syarat setelah uji
calamus L.) stabil secara fisik dan memenuhi syarat pada suhu kamar dan
calamus L.) stabil secara fisik dan memenuhi syarat pada suhu kamar dan
calamus L.) stabil secara fisik dan memenuhi syarat pada suhu kamar dan
calamus L.) stabil secara fisik dan memenuhi syarat pada suhu kamar dan
calamus L.) stabil secara fisik dan memenuhi syarat pada suhu kamar dan
calamus L.) stabil secara fisik dan memenuhi syarat pada suhu kamar dan
calamus L.) stabil secara fisik dan memenuhi syarat ditinjau dan uji
calamus L.) stabil secara fisik dan memenuhi syarat ditinjau dan uji
12. Apakah sediaan gel antijerawat dari ekstrak daun jeringau hijau (Acorus
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh sediaan gel antijerawat dari ekstrak daun jeringau hijau
(Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940 sebagai gelling agent
yang stabil dan memenuhi syarat setelah uji penyimpanan pada suhu
kamar
b. Memperoleh sediaan gel antijerawat dari ekstrak daun jeringau hijau
(Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940 sebagai gelling agent
yang stabil dan memenuhi syarat setelah uji dipercepat (cycling test)
c. Mengukur pH sediaan gel antijerawat dari ekstrak daun jeringau hijau
(Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940 sebagai gelling agent
d. Mengukur viskositas sediaan gel antijerawat dari ekstrak daun jeringau
hijau (Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940 sebagai gelling
agent
e. Mengukur daya sebar sediaan gel antijerawat dari ekstrak daun jeringau
hijau (Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940 sebagai gelling
agent
f. Mengamati homogenitas sediaan gel antijerawat dari ekstrak daun
jeringau hijau (Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940 sebagai
gelling agent
6
jeringau hijau (Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940 sebagai
gelling agent
h. Mengamati perubahan bau sediaan gel antijerawat dari ekstrak daun
jeringau hijau (Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940 sebagai
gelling agent
i. Mengamati sineresis sediaan gel antijerawat dari ekstrak daun jeringau
hijau (Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940 sebagai gelling
agent
j. Mengamati swelling sediaan gel antijerawat dari ekstrak daun jeringau
hijau (Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940 sebagai gelling
agent
k. Mengamati efek iritasi kulit dari sediaan gel antijerawat dari ekstrak
daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) dengan variasi carbopol 940
(Acorus calamus L.) dalam bentuk sediaan gel antijerawat serta sebagai
TINJAUAN PUSTAKA
Schott., Acorus calamus var. angustifolius (Schott) Engl., Acorus calamus var.
submersa Gluck, Acorus calamus var. verus L., Acorus calamus var. vulgaris
8
9
Acorus undulatus Stokes, Acorus verus (L.) Raf., Acorus verus Garsault, dan
RI, 1978)
c. Nama Simplisia
Acorus calamus Folium (daun jeringau)
3. Morfologi Tanaman Jeringau (Acorus calamus L.)
Jeringau (Acorus calamus L.) adalah tumbuhan yang dapat ditanam pada
dataran tinggi hingga dataran rendah. Hidup di daerah basah, berawa, dan
pangkal memeluk batang dan tajam, lebar 7-20 mm, panjang helaian 80 cm.
Sewaktu muda daun berwarna hijau dan setelah tua daun berubah menjadi
warna kuning.
c. Bunga
10
4,5 cm, kepala sari panjang 2,75 mm, putik 1,15 mm, kepala putik meruncing,
protein, tannin, kalsium oksalat, dan minyak atsiri (Wahyuni, Nadir, Najib,
dengan cara membalurkan remasan daun jeringau pada bagian yang akan di
obati (Tiwari et al., 2010). Pada penelitian yang telah dilakukan oleh
jeringau hijau (Acorus calamus L.) dengan konsentrasi 1%, 5%, 10%, dan
dari berbagai konsentrasi tersebut hasil yang paling baik ditunjukkan pada
sebagai obat luar untuk peradangan atau inflamasi, sakit kulit, dan pengobatan
10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak dari berat
dan sebum, mengatur respirasi dan suhu tubuh, serta membentuk pigmen
melamin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet dan infeksi dari
kelenjar keringat, jaringan pengikat, otot polos, lemak, pembuluh darah, organ
12
pembuluh perasa dan urat syaraf. Kulit manusia mempunyai luas permukaan ±
18 kaki kuadrat dan berat kulit tanpa lemak ± 8 pound. Kulit manusia juga
tersusun dari tiga lapisan yang berbeda yaitu, jaringan epidermis, jaringan
terdiri atas sel epitel (LeMone, Burke dan Bauldoff, 2016), mempunyai tebal
0,16 mm pada pelupuk mata dan 0,8 mm pada telapak tangan dan telapa kaki.
jaringan yang juga terdiri dari beberapa sel lainnya seperti melanosit, sel
fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari
Ketebalan kulit antara 1-2 mm dan terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
serta kelopak mata. Jaringan dermis tersusun atas matriks interfibliar dan serat-
serat protein (kolagen) yang dapat membuat kulit berkerut dan dapat kembali
ke bentuk semula. Serat protein atau kolagen juga memiliki fungsi untuk
menjaga kulit dari kekeringan dan kelenturan kulit. Jaringan dermis juga
tersusun dari jaringan ikat yang fleksibel, lapisan papiler dan reticular
saraf, pembuluh darah dan limfe yang berfungsi untuk membantu melindungi
pada bagian bawah dermis dan merupakan lapisan paling dalam pada struktur
kulit (Maharani,2015).
3. Fungsi Kulit
Menurut Kirnanoro dan Maryana (2016), kulit manusia memiliki
tekanan, ujungnya berada di dermis dan jauh dari epidermis dan reseptor
epidermis. Pada lapisan kulit dermis terdapat suatu kumpulan saraf yang dapat
air, udara serta zat lain di udara, dan sebagainya. Kemampuan absorbsi kulit
metabolisme
e. Fungsi Ekskresi
Kulit berfungsi mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh (sisa
metabolism), seperti urea, asam urat, NaCL dan ammonia. Kulit sebagai
fungsi ekskresi yaitu suatu cairan yang keluar dari dalam tubuh akan berupa
sebasea dan kelejar keringat (kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat
merokrin)
f. Fungsi Persepsi
Fungsi persepsi berhubungan dengan rangsangan panas dan dingin.
di dermis
g. Fungsi Keratinasi
Keratin memberi perlindungan kulit terhadap infeksi melalui mekanisme
berbeda-beda diantaranya:
a. Kulit berminyak
Kulit yang berminyak akan rentan terhadap munculnya jerawat.
dikeluarkan.
b. Kulit normal
Pada kulit normal, kelenjar keringat pada kulit akan mengeluarkan
c. Kulit kombinasi
Kulit jenis ini memiliki dua jenis kulit sekaligus yaitu kulit normal dan
kulit berminyak. Kulit jenis ini akan terjadi jika kadar minyak di wajah tidak
bahkan berjerawat.
C. Jerawat
1. Definisi Jerawat
Jerawat adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat hingga
Jerawat tidak hanya tumbuh di area wajah, tetapi juga bisa tumbuh di beberapa
16
area lainnya seperti, punggung, lengan, dada, pantat, kaki dan lain-lain
(Maharani, 2015).
2. Penyebab Timbulnya Jerawat
a. Hormonal
b. Penggunaan Obat
obat-obatan ini dapat memicu sekresi kelenjar lemak yang berlebihan (Price
c. Makanan
gula dan kadar karbohidrat yang tinggi memiliki pengaruh yang cukup besar
darah yang dapat memicu produksi hormon androgen dan membuat kulit jadi
berminyak, kadar minyak yang tinggi dalam kulit merupakan pemicu paling
d. Kosmetik
17
jika tidak segera dibersihkan akan menyumbat saluran kelenjar palit dan
e. Infeksi Bakteri
sebum menjadi asam lemak bebas, yang menyebabkan inflamasi dan akhirnya
skala, yaitu:
a. Ringan
dengan lubang kecil atau tanpa lubang terjadi karena sebum yang
biasanya disertai bakteri menumpuk di folikel kuit dan tidak bisa keluar
18
b. Sedang
1) Papule
pecah sehingga sel darah putih keluar dan terjadi inflamasi dilapisan
2) Pustule
Pustule terjadi beberapa hari kemudian ketika sel darah putih keluar ke
permukaan kulit. Pustul berbentuk benjolan merah dengan titik putih atau
3) Nodule
Bila folikel pecah didasarnya maka terjadi benjolan radang yang besar
c. Berat
1) Abses
2) Sinus
19
Sinus atau acne konglobata merupakan jens jerawat paling berat yang
penumpukan kotoran dan sel kulit mati yang dapat disebabkan oleh debu
Khususnya pada kulit yang memiliki tingkat reproduksi minyak yang tinggi,
rambut). Kemudian, sel kulit mati dan kotoran yang menumpuk tadi akan
dermis, yang kemudian menyebabkan ribuan sel darah putih masuk ke area
folikel (kandung rambut) sebasea. Peradangan ini juga akan semakin parah jika
kuman dari luar ikut masuk ke dalam jerawat dan perlakuan yang salah seperti
ditekan dengan kuku atau benda lain yang tidak steril. Jerawat radang
mempunyai ciri-ciri seperti beisi nanah, berwarna merah, dan terasa nyeri.
Pustule yang tidak terawat ini akan menyebabkan jaringan kolagen mengalami
(Mitsui, 1996)
5. Penanggulangan Jerawat
Usaha pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara hidup sehat, menjaga
kebersihan kulit, kosmetik, dan polusi lainnya yang dapat menghambat folikel
a. Pengobatan Topikal
Prinsip pengobatan topikal adalah mencegah pembentukan komedo
bahan iritan dan antibakteri topikal seperti sulfur, resorsinol, asam salisislat,
b. Pengobatan Sistemik
21
dan klindamisin)
c. Bedah kulit
dengan cara bedah listrik, bedah pisau, dermabrasi atau bedah laser
D. Staphylococcus Aureus
1. Klasifikasi Staphylococcus aureus
Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. aureus
Nama binomial : Staphylococcus aureus
(Rosenbach,1884)
22
teratur seperti anggur, fakultatif anareob, tidak membentuk spora, dan tidak
bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu optimum 37ºC dan dapat
membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25°C). Koloni pada
pencernaan dan saluran pernafasan pada manusia (Warsa, 1994). Infeksi yang
infeksi luka dan impetigo. Infeksi yang lebih berat diantaranya meningitis,
dengan pemberian antibiotik, yang disertai dengan tindakan bedah, baik berupa
seperti daun jeringau hijau (Acorus calamus L). Menurut Tiwari et al., (2010),
daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) dapat digunakan untuk mengobati
jeringau hijau (Acorus calamus L.) pada konsentrasi 5 % dengan zona hambat
dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
senyawa dan pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang bersisa diperlukan
sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI,
1995)
2. Macam-macam Ekstrak
Menurut Marjoni (2016), berdasarkan pelarut yang digunakan dan hasil
perkolasi dari suatu simplisia. Pelarut yang umum digunakan dala tinktur
adalah etanol. Satu bagian simplisia diekstrak dengan 2-10 bagian menstrum
c. Ekstrak cair
Ekstrak cair merupakan bentuk dari ekstrak cair yang mirip dengan
tinktur, namun ekstrak cair telah melalui proses pemekatan hingga diperoleh
e. Ekstrak kental
Ekstrak kental merupakan ekstrak yang telah mengalami proses
mudah untuk ditumbuh oleh kapang. Dalam bidang industri, ekstrak kental ini
sudah tidak lagi digunakan, hanya dijadikan sebagai produk antara sebelum
g. Ekstrak minyak
Ekstrak minyak merupakan ekstrak yang dibuat dengan cara
thermolabil.
Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:
1) Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan
cara merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu
2) Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian zat katif secara dingin dengan cara
obat baik secara keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya hasil godokannya
nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain,
dihitung mulai suhu 90ºC sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas
dekokta lebih lama disbanding metoda infusa, yaitu 30 menit dihitung setelah
Digesti adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama dengan
maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah pada suhu
30–40oC
6) Reflux
Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut
selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu
7) Sokletasi
Proses sokletasi merupakan proses ekstraksi panas menggunakan alat
semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul anorganik yang besar, dan terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel
umumnya jernih dan tembus cahaya serta mengandung zat-zat aktif dalam
Gambar 5. Gel
Sumber : https://www.blogsuka.com/category/farmasi/
2. Jenis-Jenis Gel
a. Gel hidrofobik
kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara
b. Gel hidrofilik
dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.
Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada
pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik
29
menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah
untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar. Gel hidrofilik umumnya
pengawet
3. Sifat-Sifat Gel
a. Swelling
berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan
gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar
gel berkurang
b. Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel.
Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu
pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel
akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan
pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga
c. Efek Suhu
d. Efek Elektrolit
pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu
dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nirtoselulosa,
selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas
f. Rheologi
4. Kelebihan Gel
31
G. Formulasi Gel
1. Zat Aktif
yang harus bersifat inert, aman dan tidak reaktif dengan komponen formula gel
yang lain. Terdapat berbagai jenis gelling agent yang dapat digunakan dalam
formulasi sediaan gel, salah satunya adalah Carbopol dengan kadar 0,5%-2%
Bahan yang digunakan harus dapat meningkatkan kelembutan dan daya serap
32
sediaan serta dapat mencegah gel menjadi kering dan memperbaiki konsistensi
serta mutu terhapusnya gel pada kulit. Bertekstur lembut yang menyerap ke
dalam jaringan epidermis kulit. Bahan pelembab yang biasa digunakan dalam
formulasi gel adalah polietilenglikol, gliserin, sorbitol 70%, dan propilen glikol
2009)
4. Bahan Pembasa
pembasa biasa digunakan pada sediaan gel yang menggunakan carbopol sebagai
gelling agent hal ini dikarenakan carbopol bersifat asam lemah (pH 2,5-3,0).
sediaan topikal yaitu sebesar 4-8 (Aulton, 2002). Bahan pembasa yang biasanya
2009)
5. Bahan Pengawet
mikroba. Zat pengawet yang umumnya digunakan adalah metil paraben dan propil
dengan konsentrasi 0,18% metil paraben dan 0,02% propil paraben. Sebagai
33
1. Basis Gel
2. Formula Gel
antara lain :
ketidakstabilan dari sediaan yang disimpan hanya pada satu tempat yaitu pada
suhu kamar (28±2ºC). Jika hasil menunjukkan tidak ada tanda ketidakstabilan
maka dapat disimpulkan bahwa sediaan tersebut stabil pada suhu kamar
(Wulandari, 2016)
2. Cycling Test
sediaan farmasi pada saat di distribusikan, dimana sediaan akan berada pada
suhu tempat yang berbeda, dan tempat tersebut dapat memiliki kondisi/suhu
hari pada suhu dingin (2-8ºC) dan diikuti 2 hari pada suhu panas (40ºC)
(Niazi, 2004).
a. pH
35
yang larut dalam air (Depkes RI, 1979). Semakin alkalis atau semakin asam
bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit untuk menerimanya dan kulit
dapat menjadi kering, pecah-pecah dan mudah terkena infeksi. Oleh karena
b. Viskositas
makin kental maka kecepatan alirnya makin turun. Viskositas gel tidak boleh
c. Homogenitas
partikel pada sediaan gel. Jika dilihat menggunakan mikroskop pada gel tidak
terdapat butiran kasar menujukkan partikel pada gel tersebar secara merata
d. Daya sebar
setelah dioleskan. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat
dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat.
Daya sebar yang baik untuk sediaan topikal 5-7 cm (Garg et al, 2002)
e. Bau
36
Selama penyimpanan gel tidak boleh mengalami perubahan bau mulai dari
awal pembuatan hingga hari terakhir pengujian. Apabila terjadi perubahan bau
dan menimbulkan bau yang tidak menyenangkan pada sediaan gel maka akan
f. Warna
karena jika terjadi perubahan atau hilangnya warna dapat disebabkan oleh
g. Iritasi Kulit
pada kulit atau tidak. Iritasi dibedakan menjadi 2 kategori yaitu iritasi primer
yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan
pada kulit dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam
h. Uji Sineresis
Pengujian terhadap sineresis dengan cara mengamati ada atau tidaknya air
yang keluar pada permukaan sediaan gel selama penyimpanan. Pengujian ini
dilakukan dengan cara meletakkan sediaan gel pada gelas ukur kemudian
dilihat apakah terjadi sineresis (keluar air pada permukaan sediaan) atau tidak,
kemudiaan lihat apakah terjadi pengurangan volume pada sediaan gel setelah
i. Uji Swelling
37
cara meletakkan sediaan gel pada gelas ukur kemudian dilihat apakah terjadi
pada sediaan gel setelah penyimpanan. Jika terjadi peningkatan volume pada
sediaan gel maka terjadi swelling (Suksaeree, Luprasong and Monton, 2015)
J. Preformulasi Gel
zat aktif pada sediaan gel antijerawat. Daun jeringau hijau (Acorus calamus
dapat melekat dan menginvasi sel (Susanti, 2016). Flavonoid juga mampu
pertumbuhan sel-sel baru, dan juga bersifat antijamur (Yuliana, Leman dan
38
Anindita, 2015). Ekstrak daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) didapat dari
Konsentrasi ekstrak daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) yang akan
2. Carbopol 940
acritamer 940 dan pemulen 940 merupakan jenis polimer sintetik. Berupa
sedikit berbau. Dapat mengembang di air, gliserin dan etanol (95%). Carbopol
940 akan berubah warna dengan penambahan resorsinol dan daya dispersi
940 akan digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 0,5-2,0% (Rowe,
Sheskey dan Quinn, 2009). Carbopol 940 merupakan gelling agent yang kuat
dengan basa yang sesuai, bahan pembasa yang biasa digunakan adalah asam
bentuk gel yang jernih atau transparan (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009)
3. Triethanolamin
39
digunakan dalam sediaan topikal terutama untuk basis gel carbopol. TEA
berupa cairan kental, tidak bewarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip
amoniak, higroskopik, mudah larut dalam etanol, air, gliserin dan larut dalam
kloroform serta memiliki pH 10,5. TEA dapat berekasi dengan asam mineral
membentuk kristal garam dan ester. TEA harus disimpan dalam wadah
tertutup baik, ditempat sejuk dan kering (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).
Pada pembuatan sediaan gel dengan basis carbopol, penambahan TEA akan
membentuk gel yang jernih dengan viskositas yang baik. Penambahkan TEA
2011).
4. Gliserin
tidak berbau, dan memiliki rasa manis yang 0,6 kali lebih manis seperti
sebagai humektan dan emolien serta sebagai pelarut dengan kadar <30%. Jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa
hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai ± 20 oC.
Gliserin memilki pH 4-5 serta larut dalam air dan etanol. Gliserin dapat
trioksida, kalium klorat, atau kalium permanganat (Rowe, Sheskey dan Quinn,
2009).
5. Metil Paraben
Berbeda dengan salep dan cream, gel mengandung lebih banyak air
agak getir. nipagin atau metil paraben dapat digunakan tunggal atau secara
kombinasi dengan antimikroba lain. Metil paraben aktif pada kisaran pH 4-8
dan memiliki antimikroba spektrum luas. Mudah larut dengan pelarut etanol,
eter, dan propilenglikol. Larut dalam air pada suhu 80°C dengan perbandingan
6. Aquadest
obat dan sediaan farmasi (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009). Berupa cairan
jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa (Depkes
air yang memenuhi persyaratan air minum dan tidak mengandung zat
K. Rangkuman Preformulasi
ekstrak daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) yang digunakan dalam
formula ini ialah 1,37 % dimana telah dibuktikan oleh Novaryatiin, Pratomo,
Yunari (2018), bahwa ekstrak daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) dengan
Penelitian ini menggunakan formula basis gel yang telah diteliti oleh Lau
(2019)
daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) antara lain, variasi konsentrasi
carbopol 940, TEA, gliserin, metil paraben, dan aqua destilata. Carbopol 940
berfungsi sebagai gelling agent dan memiliki pH yang berkisar 2,5-4,0. TEA
yang akan menghasilkan bentuk gel yang jernih atau transparan (Rowe,
Sheskey dan Quinn, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Nasrullah (2011)
membuktikan bahwa penambahan TEA pada basis gel carbopol 940 hingga
mencapai pH 6,0 akan menghasilkan gel yang jernih atau transparan dan
emolien serta sebagai pelarut dengan kadar > 30 % dan aquadest dengan pH
5,0-7,0 (Depkes RI, 1995) sebagai bahan pembawa yang akan membentuk
massa gel. Mengingat tingginya kadar air pada sediaan gel, maka diperlukan
pengawet. Dalam hal ini peneliti menambahkan pengawet yaitu metil paraben
ditinjau dari pH, keseluruhan bahan yang digunakan pada formula gel ini
940 sebagai gelling agent, karena dengan konsentrasi kecil yaitu 0,5%-2%
sudah dapat menghasilkan gel yang jernih dengan viskositas yang tinggi
(Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009). Pada penelitian Lau (2019), konsentrasi
konsentrasi carbopol 940 yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
L. Kerangka Teori
Penumpukan
Kulit normal kotoran dan sel Penyumbatan sebum Peradangan kulit
kulit mati di kelenjar sebasea (Mitsui, 1996)
(Mitsui, 1996)
Flavonoid
(Wahyuni et Antibakteri Jerawat
Ekstrak daun jeringau al, 2012) (Nuraini, 2017)
hijau (Acorus calamus L.) dan mempercepat
Saponin pertumbuhan
(Wahyuni et sel-sel baru (Yuliana Pertumbuhan dinding
al, 2012) et al., 2015) sel bakteri terhambat
Formulasi Gel (Wasitaadmaja, 1997)
Jerawat berkurang
(Wasitaadmaja, 1997)
M. Hipotesis
Hi Sediaan
: Ekstrak daun Stabilhijau (Acorus calamus L.) dengan
jeringau
memenuhi syarat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan
jeringau hijau (Acorus calamus L.) dengan variasi konsentrasi Carbopol 940
calamus L.) dengan ciri-ciri daun tunggal berbentuk lanset, pertulangan sejajar,
agak lonjong ke ujung, dan berwarna hijau segar yang diperoleh dari
1. Persiapan Sampel
Prosedur kerja
air mengalir.
Prosedur kerja
48
49
600 gram
tekan perlahan-lahan.
menetes dan di atas serbuk masih terdapat selapis larutan etanol 96%.
calamus L.)
Dalam penelitian ini basis gel antijerawat yang digunakan mengacu pada
carbopol 940 yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 0,75% pada
Formula I, 1% pada Formula II, dan 1,25% pada Formula III. Ekstrak daun
jeringau hijau (Acorus calamus L.) bertindak sebagai zat aktif dengan
Tabel 3. Formula Gel Antijerawat yang Mengandung Ekstrak Daun Jeringau Hijau
(Acorus calamus L.)
Kemudian aduk hingga homogen dan terbentuk massa gel (massa 1).
2) TEA ditambahkan sedikit demi sedikit, aduk hingga homogen.
3) Metil paraben dilarutkan dengan aquadest, ditambahkan ke dalam massa
Kemudian aduk hingga homogen dan terbentuk massa gel (massa 1).
Carbopol 940
F1 (0,75%), F2
(1%), F3 (1,25%)
Dikembangkan
Diamkan
Aquadest 24 jam Basis Tambahkan TEA Homogenkan Massa
50 mL Gel I
Massa
III
Dilarutkan Homogenkan
Metil paraben Aquadest Massa
80OC II
52
Tambahkan
Gambar 6.
Skema Pembuatan Gel
metode, yaitu uji stabilitias penyimpanan suhu kamar dan uji dipercepat
(Cycling Test)
1) Uji stabilitas penyimpanan suhu kamar (28±2oC)
Seluruh formula gel disimpan selama 28 hari pada suhu kamar (28±2ºC).
kemudian dievaluasi pada hari ke 0, 7, 14, 21, dan 28 meliputi pH, viskositas,
daya sebar, daya lekat dan organoleptik sediaan (warna dan bau)
2) pH
Nilai pH sediaan dapat diukur dengan menggunakan pH meter pada suhu
angka yang ditunjukkan belum tepat maka diatur dengan memutar tombol
gel
7. Catat pH yang tertera di layar untuk mengamati perubahan pH
3) Viskositas
Diambil sebanyak 20g untuk mengukur kekentalan menggunakan alat
kedalaman tertentu
5. Putar spindel viskometer, kemudian catat angka yang tertera pada layar
dan 60 rpm. Pada penelitian ini kecepatan putar yang digunakan adalah 30 rpm
8. Pengukuran viskositas ini dilakukan pada suhu kamar
4) Daya Sebar
Untuk mengukur daya sebar gel pada kulit. Dilakukan dengan cara :
54
dibalik dan dilapisi plastik transparan di bawah dan di atas gel . Kemudian,
dan catat daya sebarnya lakukan sebayak 3 kali (Garg et al, 2002)
5) Uji Homogenitas
Sampel diambil dari 3 tempat berbeda (atas, tengah, dan bawah) masing-
masing sebanyak ± 0,10 gram. Sampel kemudian diletakkan pada kaca objek,
tutup dengan deck glass dan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran
sediaan dengan mengamati perubahan terhadap warna dan bau selama 28 hari
penyimpanan
7) Uji Sineresis
Pengujian terhadap sineresis dengan cara mengamati ada atau tidaknya
air yang keluar pada permukaan sediaan gel selama penyimpanan. Pengujian
ini dilakukan dengan cara meletakkan 1 g sediaan gel pada gelas ukur
kemudian dilihat apakah terjadi sineresis (keluar air pada permukaan sediaan)
atau tidak, kemudiaan lihat apakah terjadi pengurangan volume pada sediaan
pada sediaan gel maka terjadi sineresis (Suksaeree, Luprasong, and Monton,
2015)
8) Swelling
Pengujian terhadap swelling dengan cara mengamati sediaan gel apakah
cara meletakkan 1 gr sediaan gel pada gelas ukur kemudian dilihat apakah
pada sediaan gel setelah penyimpanan. Jika terjadi peningkatan volume pada
sediaan gel maka terjadi swelling (Suksaeree, Luprasong, and Monton, 2015)
b. Uji Dipercepat (Cycling Test)
Seluruh formula gel disimpan pada suhu 2-8ºC selama 2 hari dilanjutkan
perubahan fisik dari sediaan gel sebelum dan setelah cylcling test dengan
pengujian yang sama seperti pada uji penyimpanan suhu kamar meliputi
tangan. Lalu tunggu hingga mengering. Kemudian amati reaksi yang mungkin
pot plastik, objek glass, deck glass, cawan porselin, stopwatch, viskometer
daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) yang ditinjau dari pH, viskositas,
homogenitas, daya sebar, organoleptik (warna dan bau), sineresis dan swelling
sebelum dan setelah uji penyimpanan suhu kamar dan uji dipercepat (cycling
syarat.
b) Alat Ukur : Rekapitulasi hasil persyaratan uji kestabilan fisik pada
iritasi kulit.
57
d) Hasil Ukur : Baik jika semua hasil uji memenuhi persyaratan gel. Buruk
yang baik.
2. Kestabilan Fisik
suhu kamar dan uji dipercepat (cycling test) meliputi uji pH,
memenuhi syarat.
pada suhu kamar dan uji diperecepat (cycling test) serta uji
iritasi kulit.
d) Hasil Ukur : Baik jika semua hasil uji memenuhi persyaratan gel. Buruk
yang baik.
iritasi kulit.
d) Hasil Ukur : Stabil jika semua hasil uji memenuhi persyaratan gel. Tidak
yang baik.
kulit.
d) Hasil Ukur : Stabil jika semua hasil uji memenuhi persyaratan gel. Tidak
yang baik.
5. PH
(Acorus calamus L.) yang diukur pada hari ke 0,7, 14, 21,28
standar pH kulit.
d) Hasil Ukur : Memenuhi syarat jika pH gel berada diantara 4-8. Tidak
(Aulton, 2002)
6. Viskositas
d) Hasil Ukur : Memenuhi syarat viskositas gel 3.000 - 50.000 cp. Tidak
7. Daya Sebar
a) Definisi : Kemampuan penyebaran gel antijerawat yang mengandung
disimpan selama 28 hari pada suhu kamar dan 12 hari pada uji
standar gel.
d) Hasil Ukur : Memenuhi syarat apabila memiliki diameter 5-7 cm. Tidak
et al, 2002).
8. Homogenitas
c) Cara ukur : Melihat hasil yang ada di mikrospkop merata atau tidak
partikel-partikel sediaan.
10. Bau
d) Hasil ukur : Memenuhi syarat jikat tidak mengalami perubahan bau. Tidak
(Wulandari, 2016)
11. Sineresis
d) Hasil ukur : Jika terjadi pengurangan atau penurunan volume pada sediaan
12. Swelling
d) Hasil ukur : Jika terjadi peningkatan volume pada sediaan gel antijerawat
2015)
a) Definisi : Suatu gejala kulit kemerahan, terasa panas dan perih pada
H. Kerangka Operasional
Destilasi vakum
Ekstrak Kental
Gelling Agent Pengawet
(Carbopol 940) (Metil Paraben)
Formulasi Gel
Humektan Pembasa
(Gliserin) (Triethanolamin)
Evaluasi Sediaan
Viskositas
Daya sebar
Organoleptis
Warna
I. Pengolahan dan Analisis Data
Bau
Pengumpulan data dilakukan dengan cara malakukan pengamatan dan
penyimpanan pada suhu kamar dan uji dipercepat (cycling test). Analisis data
J. Rencana Kegiatan
66
Pembuatan
Proposal
Penyerahan
Proposal
Seminar
Proposal
Persiapan
Penelitian
Penelitian
Pengolahan
Data
Penyusunan
KTI
Penyerahan
KTI
UAP
Revisi KTI
K. Dummy Tabel
1. Uji Stabilitas Penyimpanan Suhu Kamar
Stabilitias gel disimpan pada suhu kamar (28±2ºC) selama 28 hari.
esktrak daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) pada penyimpanan suhu
Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
H : Homogen (Rahmawati, styawan dan Nurul, 2018)
Bau
Gel
B % TB %
Formula Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III
Keterangan :
B : Berubah
TB : Tidak Berubah (Wulandari, 2016)
Tabel 10. Hasil Pengujian Sineresis Gel Antijerawat Ekstrak Daun Jeringau
Hijau (Acorus calamus L.) selama 28 hari penyimpanan.
Sineresis (hari ke-)
Formula Keterangan
0 7 14 21 28
Kontrol
Formula I
69
Formula II
Formula III
Keterangan :
S : Sineresis
TS : Tidak Sineresis
(Suksaeree, Luprasong and Monton, 2015)
Tabel 11. Hasil Pengujian Swelling Gel Antijerawat Ekstrak Daun Jeringau
Hijau (Acorus calamus L.) selama 28 hari penyimpanan.
Swelling (hari ke-)
Formula Keterangan
0 7 14 21 28
Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III
Keterangan :
S : Swelling
TS : Tidak Swelling
(Suksaeree, Luprasong and Monton, 2015)
Tabel 12. Hasil Pengujian Iritasi Kulit Gel Antijerawat Ekstrak Jeringau Hijau
(Acorus calamus L.) selama 28 hari penyimpanan.
Iritasi Kulit
Gel
I % TI %
Formula Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III
Keterangan :
I : Iritasi
TI : Tidak Iritasi (Meila dkk, 2016)
Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Gel Antijerawat Ekstrak Jeringau Hijau
(Acorus calamus L.) selama 28 hari penyimpanan.
Kestabilan Fisik Jumlah
Formula Visko Homog Daya Iritasi Sinere Swel
pH Warna Bau MS TMS
Sitas enitas Sebar Kulit sis ling
Kontrol
I
II
70
III
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
perubahan fisik dari sediaan gel pada sebelum dan setelah uji dipercepat
(cycling test)
Tabel 16. Hasil Pengamatan Daya Sebar Rata-rata Gel Antijerawat Ekstrak
Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Daya Sebar (cm) Gel Antijerawat Ekstrak
Gel Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.) Keterangan
Sebelum Cycling Test Setelah Cycling Test
Formula Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
Memenuhi syarat jika daya sebar antara 5-7 cm (Garg et al, 2002)
Tabel 18. Hasil Pengamatan Warna Gel Antijerawat Ekstrak Daun Jeringau
Hijau (Acorus calamus L.)
Warna
Gel Keterangan
Sebelum Cycling Test Setelah Cycling Test
Formula Kontrol
Formula I
72
Formula II
Formula III
Keterangan:
B : Berubah
TB : Tidak Berubah
Tabel 19. Hasil Pengamatan Bau Sediaan Gel Antijerawat Ekstrak Daun
Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Bau
Gel Keterangan
Sebelum Cycling Test Setelah Cycling Test
Formula Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III
Keterangan:
B : Berubah
TB : Tidak Berubah
Tabel 20. Hasil Pengujian Sineresis Gel Antijerawat Ekstrak Daun Jeringau
Hijau (Acorus calamus L.)
Sineresis
Gel Keterangan
Sebelum Cycling Test Setelah Cycling Test
Formula Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III
Keterangan:
S : Sineresis
TS : Tidak Sineresis
(Suksaeree, Luprasong, and Monton, 2015)
Tabel 21. Hasil Pengujian Swelling Gel Antijerawat Ekstrak Daun Jeringau
Hijau (Acorus calamus L.)
Swelling
Gel Keterangan
Sebelum Cycling Test Setelah Cycling Test
Formula Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III
Keterangan:
S : Swelling
73
TS : Tidak Swelling
(Suksaeree, Luprasong and Monton, 2015)
Tabel 22. Hasil Pengujian Iritasi Kulit Sediaan Gel Antijerawat Ekstrak Daun
Jeringau Hijau (Acorus calamus L.)
Iritasi Kulit
Gel
I % TI %
Formula Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III
Keterangan :
I : Iritasi
TI : Tidak Iritasi
Tabel 23. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Sediaan Gel Antijerawat Ekstrak Daun
Jeringau Hijau (Acorus calamus L.) Sebelum dan Setelah Cycling
Test
Jumla
Kestabilan Fisik
h
Formula
Visko Homog Daya Iritasi Sine Swel
pH Warna Bau MS TMS
sitas enitas Sebar Kulit resis ling
Kontrol
I
II
III
Keterangan: MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuh
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, R.N. 2015. “Akne Vulganis Pada Remaja” Medical Faculty of Lampung
University.
Ansel, C.H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Terjemahan Oleh:
F. Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta, Indonesia.
Arista, Y. et al. (2013). Formulasi Dan Uji Aktivitas Gel Antijerawat Ekstrak Umbi
Bakung (Crinum Asiaticum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus
Secara in Vitro. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT, 2 (02):
2302–2493.
77
78
Hidayanti, U., W., Fadraersada, J., Ibrahim, A., 2015. Formulasi dan Optimasi
Basis Gel Carbopol 940 Dengan Berbagai Variasi Konsentrasi. Seminar
Nasional Kefarmasian Ke-1. Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman,
Samarinda, 5-6 Juni 2015.
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N.
Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa :
Nugroho & R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal.
211,213,215.
Kirnanoro, H., dan N.S. Maryana, 2016. Anatomi Fisiologi. Pustaka Baru Press,
Yogyakarta, Indonesia, hal. 74-75.
Kusantati, H., P.T Prihatin., W. Wiana, 2008. Tata Kecantikan Kulit Untuk Sekolah
Menengah Kejuruan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Jakarta, Indonesia, hal. 59.
Lachman, Lierberman dan Kanig, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi
III, UI press , Jakarta.
Lau, S.H.A., 2019. Formulasi dan Evaluasi Kestabilan Fisik Sediaan Gel Topikal
Ekstrak Etanol Daun Ciplukan (Physalis angulate L.) Dengan
79
LeMone, P., K.M Burke., G. Bauldoff, 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah “Gangguan Intagumen, Gangguan Endokrin dan Gangguan
Gastrointestinal. Terjemahan Oleh : Iskandar Tiflani, Kedokteran EGC,
Jakarta, Indonesia, hal 486-488.
Manik, D.F., Hertiani, T., dan Anshory, H. 2014. Analisis kolerasi antara kadar
flavanoid dengan aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan fraksi-fraksi
daun kersen (Muntingia calaburam L.) terhadap Staphylococcus aurues.
Khazanah, 6(2):1-11.
Meila, O., J. Pontotan, U.H. Wahyudi, dan A. Pratiwi, 2016. Formulasi Ekstrak
Etanol Daun Beluntas (Pluschea indica (L.) Less) dan Uji Kestabilan
Fisiknya. Indonesian Natural Research Pharmaceutical Journal. 1 (2): 95-
106.
Mitsui, T., 1996. New Cosmetic Science. Elsevier Science. B.V. Amsterdam, hal.
29-30, 211.
Nasrullah, F., 2011. Karakteristik Sediaan dan Uji Penetrasi Natrium Diklofenak
Sistem Solid Lipid Nanoparticles dengan Basis Gel Carbomer 940. Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Departemen
Farmasetika,Surabaya,Indonesia.
80
Novaryatiin, S., Pratomo, G.S., dan Yunari, C. (2018). Uji Daya Hambat Ekstrak
Etanol Daun Jerangau Hijau Terhadap Staphylococcus aureus. Borneo
Journal of Pharmacy, 1 (1): 11–15.
Pasaribu, M., Tandirogang, N., Ismail, S., Paramita, S., Magdaleni, A.R., Nugroho,
H. 2017. Potensi Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau (Acorus calamus L.)
Sebagai Spasmlitik. Jurnal Sains dan Kesehatan. 1 (7): 338-344.
Price, S.A., dan L.M. Wilson, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Prosesproses
Penyakit Edisi 6. Volume 2, Buku Kedoteran EGC, Jakarta, hal. 1422.
Rahmawati, D.A., A.A. Styawan., dan N. Hidayati, 2018. Uji sifat gel ekstrak
etanol batang brotowali (tinospora crispa, L.) dengan variasi konsentrasi
carbopol dan propilenglikol. Journal of health science, vol. 13, no.26.
Restu. 2019. Arti Terpenetrasi Oleh Cairan Sediaan Gel, Available from
(https://www.blogsuka.com/category/farmasi/) (diakses pada 12 Januari
2019).
Rowe, R.C., P.J. Sheskey dan M.E. Quinn, 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition. American Pharmaceutical Association. London,
Chicago,hal110-115,441-444,592-594,754-755.
81
Sihite, D.T. 2009. Karakteristik Minyak Atsiri Jeringau (Acorus calamus L).
Skripsi S1.
Standar Nasional Indonesia, 1996. Formulasi dan Optimasi Basis Gel Carbopol
940 dengan Berbagai Variasi Konsentrasi. SNI 16-4380-1996. Badan
Standarisasi Nasional.
Suksaeree, J., Luprasong, C., and Monton, C., 2015. Swelling Behavior Of
Polyvinyl Alcohol And Lactic Acid Hydrogel Films, Asian Journal Of
Pharmaceutical Sciences (11): 102-103.
Tasoula E., Chalikias J., Danopoulou I., Rigopoulos D., Gregoriou S., Lazarou D.,
Katsambas A. 2012. The Impact of Acne Vulgaris on Quality of Life and
Psychic Health in Young Adolescents in Greece. Results of A Population
Survey. Anais Bras Dermatol, 87 (6) : 862-869.
Tiwari, et al., 2010. Anti-inflammatory Effect Of The Saponins Obtained From The
Leaves Of Acorus Calamus. Pharmacologyonline, 2 : 395-400.
Tranggono, R.I., dan Latifah, 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,Indonesia, hal 11-13.
Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
82
Wahyuni, A., Kadir, A., dan Najib, A. 2012. Isolasi dan Identifikasi Komponen
Kimia Fraksi n-Heksana Daun Tumbuhan Jeringau (Acorus calamus L.).
As-Syifaa, 04 (1): 58-64.
Wulandari, P., 2016. Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Sediaan Krim Ekstrak Etanol
Tumbuhan Paku (Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.). Skripsi, Jurusan
Farmasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Yuliana, S.R.I., Leman, M.A., dan Anindita, P.S. 2015. Uji daya hambat senyawa
saponin batang pisang (Musa paradisiacal) terhadap pertumbuhan
Candida albicans. Jurnal e-GiGi, 3(2):2.
LAMPIRAN
Klindamisin 5% 44,2 mm
= 6,8421 %
ekstrak daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) yang digunakan dalam tiap
formula sebesar :
= 1,3684 % ≈ 1,37 %
83
Lampiran 2. Perhitungan Bahan
Bobot sediaan yang akan dibuat adalah 30 gram/formula
b. Carbopol 940
f. Aquadest : ad 36 gram
84
Lampiran 3. Perhitungan Jumlah Tetesan Permenit Pelarut Perkolasi
1 tetes = 16 mg
1 gr = 63 tetes
Bobot Jenis =
0,816 gr/ml =
Pelarut yang dialirkan selama proses perkolasi berlangsung adalah 1 ml per menit,
sehingga :
Tetesan Permenit =
= 51 tetes
85
Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden
Kepada :
Yth.............
di ...............
Dengan hormat,
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat apapun yang merugikan bagi
saudara sebagai responden. Namun, jika ternyata saudara merasakan efek samping
akibat penggunaan sampel penelitian kami, maka kami akan pertanggung
jawabkan secara penuh.
Hormat saya,
Selvi Agustini
NIM: PO.71.39.0.17.035
86
Lampiran 5. Inform Consent
INFORM CONSENT
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
NIM : PO.71.39.0.17.035
Responden
(.............................)
87
Lampiran 6. Kuisioner
Pertanyaan Penelitian
1. Pada hari 0, 7, 14, 21, 28 apakah terjadi perubahan warna pada formula
kontrol, I, II, dan III ?
Gel Antijerawat Ekstrak Daun Jeringau Hijau
(Acorus calamus L.)
Perubahan Warna
Formula Kontrol Formula I Formula II Formula III
Berubah
Tidak Berubah
2. Pada hari 0, 7, 14, 21, 28 apakah terjadi perubahan bau pada formula
kontrol, I, II, dan III ?
Gel Antijerawat Ekstrak Daun Jeringau Hijau
Perubahan Bau (Acorus calamus L.)
Berubah
Tidak Berubah
3. Pada hari 0, 7, 14, 21, 28 apakah terjadi iritasi kulit pada formula kontrol, I,
II, dan III ?
Gel Antijerawat Ekstrak Daun Jeringau Hijau
Iritasi Kulit (Acorus calamus L.)
Iritasi
Tidak Iritasi
(..........................)
88
BIODATA
Agama : Islam
No Telp/HP : 0895636643999
Email : Selvi.agustin11@gmail.com
Anak Ke :4
Jumlah Saudara :3
Orang Tua
Ayah : Thahar
Ibu : Hernayuli
Riwayat Pendidikan
- SD N 5 Lahat 2005-2011
89