Anda di halaman 1dari 65

MODUL PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA

Drs. Sarmadi, M.M.

Penerbit
Dilarang memperbanyak, mencetak, menerbitkan
sebagian maupun seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Ketentuan Pidana
Kutipan Pasal 72 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu
juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

MODUL PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
Penulis : Drs. Sarmadi, M.M.
Layout : Nyimas Amrina Rosyada
Desain Cover : Ismoko

Hak Penerbit pada Noer Fikri Offset


Anggota IKAPI (No. 012/SMS/13)

Dicetak oleh:
CV. Amanah
Jl. Mayor Mahidin No. 142
Telp/Fax : 366 625
Palembang – Indonesia 30126
E-mail : noerfikri@gmail.com

Cetakan I : Desember 2021


16,25 x 25 cm
iv, 60 hlm

Hak Cipta dilindungi undang-undang pada penulis


All right reserved

ISBN : 978-602-447-820-9

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah


SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan modul/buku ajar Bahasa Indonesia ini.
Penulis membuat modul dalam rangka pemenuhan kurikulum
pengajaran yang berupa ringkasan-ringkasan kuliah yang biasa
disampaikan di Universitas atau Perguruan Tinggi.
Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak, yang telah memberikan motivasi kepada
penulis, yang telah memberi arahan dan support sehingga
modul/bahan ajar ini dapat diselesaikan sesuai waktunya.
Pada kesempatan ini juga penulis menyadari bahwa
modul/bahan ajar ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang sifatnya dapat membangun modul ini sehingga menjadi
sempurna sangat penulis terima dengan senang hati. Semoga modul
/bahan ajar yang sederhana ini dapat membantu belajar bagi para
mahasiswa di lingkungan universitas atau perguruang tinggi.

Palembang, September 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................. iii
Daftar Isi ............................................................................................ iv

BAB I Sejarah Bahasa Indonesia ........................................... 1


BAB II Penulisan Huruf, Kata dan Tanda Baca...................... 3
BAB III Paragraf dan Wacana.................................................... 11
BAB IV Wacana dan Penggolongannya................................... 16
BAB V Topik dan Pembatasannya........................................... 24
BAB VI Kerangka Karangan dan Pengembangannya ............ 27
BAB VI Kutipan dan Daftar Pustaka ......................................... 33
BAB VIII Tata Persuratan ............................................................. 38
BAB IX Kalimat Efektif ............................................................... 44
BAB X Cara Membuat Laporan ................................................ 46
BAB XI Fungsi Karya Ilmiah ...................................................... 48
BAB XII Jenis-Jenis Karya Ilmiah .............................................. 50
BAB XIII Struktur Karya Tulis Ilmiah .......................................... 51
BAB XIV Pengertian Pidato/Sambutan ....................................... 53
BAB XV Ringkasan ...................................................................... 54
BAB XVI Rangkuman .................................................................... 55
BAB XVII Rangkuman Evaluasi .................................................... 58

Daftar Pustaka .................................................................................. 59


Biodata Penulis ................................................................................ 60

iv
BAB I
SEJARAH BAHASA INDONESIA

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan bahasa
Indonesia.

Indikator
1. Mahasisa dapat mengetahui perkembangan bahasa Indonesia.
2. Mahasisa dapat menerapkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Materi
A. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia bersumber dari bahasa Melayu, yakni
bahasa Melayu Riau. Bahasa melayu dikukuhkan sebagai bahasa
persatuan diikrarkan pada peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928 di Jakarta. Dalam perkembagannya bahasa Indonesia
menyerap kosa kata dari bahasa daerah dan bahasa asing. Penerapan
itu terjadi karena dalam bahasa Indonesia belum ada padanannya.

B. Kongres Bahasa Indonesia


Dalam pembinaan bahasa Indonesia dilakukan kongres bahasa
Indonesia pertama di Solo tahun 1938, ke-2 di Medan tahun 1954,
yang ke-3 di Jakarta 1968, yang ke-4 tahun 1973 di Jakarta, yang ke-5
tahun 1978 di Jakarta, yang ke-6 tahun 1983, yang ke-7 tahun 1993,
yang ke-8 tahun 1998 dan kongres bahasa Indonesia yang ke-9 tahun
2003 di Jakarta.

C. Ejaan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia mengalami beberapa kali penerapan ejaan,
yaitu ejaan Van Opuysen 1902- 1947, ejaan Soewandi (ejaan
Republik)1947-1972, dan ejaan yang disempurnakan tahun 1972-
sekarang.
Ejaan Van Opuysen Ejaan Suwandi EYD
oe u u
j j y
tj tj c
dj dj j
nj nj ny

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 1


D. Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasonal dan
bahasa negara. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berfungsi
sebagai: 1) Lambang kebanggaan Nasional; 2) Lambang jati diri
(identitas) nasional; 3) Alat pemersatu berbagai masyarakat yang
berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya; 4) Alat
perhubungan antar budaya antar daerah. Bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara berfungsi sebagai: 1) bahasa resmi Negara, 2) bahasa
pengantar resmi di lembaga pendidikan, 3) bahasa resmi dalam
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
nasional dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan dan 4)
bahasa resmi didalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

E. Kekuatan Hukum Bahasa Indonesia


Pada tahun 1928 bahasa Melayu dikukuhkan sebagai bahasa
nasional dan pada tahun 1945 secara konstitusional dikukuhkan
sebagai bahasa Negara tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945
Bab XV pasal 36. Pembinaan bahasa Indonesia sesuai dengan
ketetapan MPRS tahun 1966 yaitu, ”Meningkatkan penggunaan
bahasa Indonesia sebagai alat peersatu yang ampuh”, Ketetapan MPR
No. 983 tahun 1978, yaitu “Pendidikan dan Pengajaran bahasa
Indonesia perlu makin ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakup
semua lembaga pendidikan dan menjangkau masyarakat luas”, dan
GBHN Bab 21 tahun 1988 yaitu, ”Usaha pembinaan bahasa Indonesia
akan ditingkatkan melalui jalur pendidikan formal dan nonpormal “,
oleh sebab itu pemerintah meningkatkan pemasyarakatan Pedoman
Ejaan yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah, dan mencanangkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar terutama dikalangan petugas pemerintah.
Slogan yang mendapat tanggapan positif dari masarakat
tersebut berisi anjuran kepada masyarakat untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar (sesuai dengn kaidah bahasa
Indonesia).

2 | Drs. Sarmadi, M.M.


BAB II
PENULISAN HURUF, KATA DAN TANDA BACA

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami penulisan huruf, kata, dan tanda baca
dengan benar.

Indikator
Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan huruf kapital dan huruf
miring, penulisan kata dan tanda baca dengan benar.

Materi
A. Penulisan Huruf
Dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
penulisan huruf ada 2 macam yaitu penulisan huruf besar atau kapital
dan penulisan huruf miring.

1. Penulisan Huruf Besar atau Kapital


a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kalimat yang
berupa petikan langsung. Tanda baca sebelum tanda petik awal
adalah tanda koma (,), bukan titik dua (:), tanda baca akhir (tanda
titik, tanda seru, dan tanda tanya) dibubuhkan sebelum tanda petik
penutup. Misalnya:
1) Ani bertanya, ”Kapan kita pulang?”
2) “Kemarin Engkau terlambat, ” katanya.
3) Buk Guru menasihatkan, ”Rajin-rajinlah belajar agar bisa naik
kelas. ”
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan:nama agama (seperti
Islam, Kristen, dan Budha), kitab suci dan nama tuhan, termasuk
kata ganti –Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu, nya,
sebagai kata ganti Tuhan harus dituliskan dengan huruf kapital,
dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Hal-hal yang bersifat
keagamaan itu hanya terbatas pada nama diri, sedangkan kata-kata
yang menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis, surga, malaikat,
mahsyar, zakat, dan puasa m eskipun bertalian dengan keagamaan
tidak diawali dengan huruf kapital. Misalnya:
1) Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.
2) Al-Quran mengajarkan manusia berakhlak mulia.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 3


c. Huruf kapital dipakai dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
(kehormatan, keagamaan, keturunan), jabatan, dan pangkat yang
diikuti nama orang. Akan tetapi jika dalam rangkaian tulisa itu sudah
ditafsirkan bahwa penyebutan yang tanpa nama mengacu pada
orangnya, hal itu menggunakan huruf kapital. Misalnya:
1) Peperangan ini dipimpin oleh Haji Agus Salim.
2) Calon jemaah haji Palembang berjumlah 785. 000, 00 orang.
3) Seorang Gubernur akan diperhatikan rakyatnya.
d. Kata-kata seperti van, den, dan ibnu, yang digunakan sebagai nama
orang, tetap digunakan huruf kecil, kecuali kata-kata itu terletak di
awal kalimat. Misalnya:
1) Tokoh Tanam Paksa adalah Van den Bosch.
2) Perjuangan itu dipimpin oleh Sainan bin Sagiman.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa. Akan tetapi, jika hal ini menunjukkan nama jenis
(seperti petai cina, jeruk bali dan dodol garut), atau mendapat
awalan dan akhiran sekaligus (seperti kesunda-sundaan), harus
ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1) Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan.
2) Kita harus bertekad menyukseskannya
3) Saya prihatin melihat suku Asmat di Papua.
f. Huruf besar dipakai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
rayadan peristiwa sejarah. Misalnya: Kemerdekaan yang terjadi
pada hari Jumat itu diperingati setiap bulan Agustus.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi,
kata-kata seperti selat, teluk, terusan, gunung, kali, danau dan bukit,
ditulis dngan huruf kecil. Misalnya:
1) Danau Toba terletak di Pulau Sumatera.
2) Nelayanitu berlayar sampai ke teluk.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan,
lembaga pemerintah dan ketatanegraan, serta dokumen resmi.
Akan tetapi jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu
ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1) Program”Orang Tua Asuh”dikampanyekan oleh Departemen
Pendidikan Nasional.
2) Menurut undangundang dasar kita, semua warga Negara
mempunyai hak yang sama.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata didalam
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata
partikel seperti: di, ke, dari, untuk, yang, dan sejenisnya, yang tidak
terletak pada posisi awal. Misalnya: Idrus mengarang buku Dari Ave
4 | Drs. Sarmadi, M.M.
Maria ke Jalan Lain ke Roma.
j. Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan, yng
diikuti nama seseorang. Misalnya: Dr. H. Anwar sadat.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kkerabatan, sperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan
paman yangdipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Kata Anda juga
di awali huruf kapital. Misalnya:
1) Surat Saudara sudah saya terima.
2) Samsi bertanya kepada ibunya, “Pagi tadi Ibu menjemput siapa
di pelabuhan?”
3) Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.

2. Penulisan Huruf Miring


a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutif dalam karangan. Dalam
tulisan tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf
miring ditandai oleh garis bawah satu yang terputus-putus, kata
demi kata. Misalnya: Majalah Pusat Bahasa adalah Bahasa dan
Kesusasteraan.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata, nama-
nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing, atau bahasa daerah,
kecuali yang sudah disesuikan ejaannya. Misalnya: Apakah tidak
sebaiknya kita menggunakan kata penataran daripada kata
upgrading?
Catatan: Penulisan huruf miring ataupun penandaan suatu maksud
dengan memakai bentuk huruf tertentu (ditebalkan dan
sebagainya), merupakan masalah tipografi percetakan.

B. Penulisan Kata
a. Kata dasar ditulis seagai satu kesatuan yang berdiri sendiri,
sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau
akhiran), dituliskan serangkaidengan kata dasarnya. Kalau
gabungan kata hanya mendapat awlan atau akhiran kata saja,
awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang
bersangkutan saja. Misalnya:
Bentuk tidak baku Bentuk baku
beritahukan beri tahukan
memberitahu memberi tahu
Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 5
b. Kalau bagian kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk
kata turunannya itu harus dituliskan serangkai. Misalnya:
Bentuk tidak baku Bentuk baku
Menghancur leburkan menghancurleburkan
pemberi tahuan pemberitahuan
c. Kata ulang pada tulisan resmi ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung. Pemakaian angka dua untuk
menyatakan bentuk perulangan, hendaknya dibatasi pada tulisan
cepat atau pencatatan sementara saja.
d. Gabungan kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk,
bagian-bagiannya ditulis terpisah. Misalnya:
Bentuk tidak baku Bentuk baku
ibukota ibu kota
tatabahasa tata bahasa
dutabesar duta besar
e. Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata ditulis serangkai.
Misalnya:
Bentuk tidak baku Bentuk baku
mana kala manakala
dari pada daripada
f. Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai suatu
kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi,
haruslah ditulis serangkai dengan unsur lainnya. Misalnya:
Bentuk tidak baku Bentuk baku
a moral amoral
antar warga antarwarga
g. Penulisan ku, kau, mu, dan nya, ditulis serangkai dengan kata yang
mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Sepatuku, sepatumu, dan
sepatunya boleh kauambil.
h. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata
yangmengikutinya, kcuali jika berupa gabungan kata yang sudah
padu benar, seperti kepada, dan daripada. Misalnya:
1) Ia telah diungsikan di tempat yang aman.
2) Saya pergi ke Jakarta menghadiri wisudanya.
3) Surat itu sudah saya sampaikan kepadanya.
i. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun
sudah hampir seperti lepas. Akan tetapi, kelompok kata seperti
dibawah ini yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai.
Misalnya: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun,
kalaupun,, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungghpun,
dan walaupun. Contohnya:1) Jika saya berangkat ia pun ingin
6 | Drs. Sarmadi, M.M.
berangkat. 2))Siapa pun yang telah terpilih harus kita dukung.
3)Tidak satu pun orang rela haknya diambil. 4)Bagaimanapun akan
dicobanya. 5)Walaupun tidak beruang ia tetap bergembira.
6)Kendatipun hari hujan ia tetap berangkat. 7) Biarpun banyak
rintangan ia tetap menikah juga.
j. Partikel per yang berarti “mulai”, demi, atau tiap diulis terpisah dari
bagian kalimat yang mengikutinya. Misalnya:1)harga kemeja itu Rp
100. 000, 00 per lembar 2)Ani menjadi pegawai per 1 Maret 2004.
3)Calon Mahkamah Agung itu dipanggil satu per satu.
k. Angka lazim dpakai untuk menandai nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan juga menomori
karangan, atau bagian-bagian karangan. Misalnya:1. Hotel Sanjaya,
kamar 13. 2. Bab XV, Pasal 26 3)Surat Ali Imron, Ayat 12.
l. Penulisan bilangan tingkat dapat ditulis dengan cara sebagai
berikut:1)Abad XX ini dikenal abad teknologi. 2)Abad ke-20 abad
perempuan 3)Abad kedua puluh ini abad kebangkitan teknologi.
m. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai
secara berurutan, seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya: 1)Dia memesan dua ratus batang bbit kayu jati. 2)Dua
ribu calon mahasiswa tidak diterima di Poltekkes. 3)Sripo
memberitakan 30 perkara, yaitu, 10 pencurian, 10 sengketa tanah,
dan 10 berita perceraian.
n. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika
perlu susunan kalimat diubah, sehingga yang tidak dapt dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Contohnya: 1)Dua belas orang luka dalam keelakaan itu.
2)Sebanyak 150 orang siswa telah hadir.
o. Kecuali idalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan
tidak perlu ditulis angka dan hurup sekaligus. Contoh yang salah:
1)Jumlah pegawai kami12 (dua belas)orang. 2)Kami membeli 100
(seratus) buku.

C. Pemakaian Tanda Baca


1. Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya: W.
S. Rendra, Abdul Hadi. W. M.
b. Tanda titik dipakai pada singkatan nama gelar, jabatan, pangkat,
dan sapaan.
Misalnya:
1) Prof. Dr. Ir. H. Bunyamin, S. H., M. Sc. Ed.
Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 7
2) Sdr. Abdullah Syafri 3)Kol. Nawawi, M. Hum.
c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
umum, yang ditulis denganhuruf kecil. Singkatan yang terdiri atas
dua huruf diberi dua titik, sedangkan singkatan yang terdiri atas tiga
huruf atau lebih hanya diberi satu tanda titik, Misalnya: 1)s. d.
(sampai dengan) 2)a. n. (atas nama) 3)d. a. (dengan alamat) 4)u. p
(untuk perhatian)5)dkk.
d. Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah, untuk
memisahkan ribuan, jutaan dst. Misalnya: 1)tebal buku itu 1. 250
halaman. 2)Dia membuka buku halaman 1250. 3)NIP 140150999
e. Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-
huruf awal kata atau suku kata dan pada singkatan yang dieja
seperti kata (akronim). Misalnya: DPR, SMA, Sekjen Depdagri,
tilang
f. Tanda titik tidak dipakai dibelakang singkatan lambing kimia, satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Misalnya:1)Harga kerts
kuarto itu Rp 30. 000, 00 per pak. 2)Cu adalah lambang kuprum.
3)Seorang pialang membeli 10 kg emas batangan.
g. Tanda titik tidak digunakan dibelakang judul yang merupakan
kepala karangan, kepala ilustrasi tabel, dan sebagainya.
Misalnya:1)Acara Orientasi Mahasiswa 2)1. 1 Latar Belakang 3)Dari
Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
h. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal
surat dan di belakang nama dan alamat penerima surat. Misanya:1)
Jalan Sekip I RT 18 Nomor 4 Palembang 2) Palembang, 3 Mei 1961
3) Yth. Sdr. Andy Arman Ratulngi Jalan R. Suprapto 13 Palembang

2. Tanda Koma
a. Tanda koma harus digunakan diantar unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan. Jika perincian itu hanya terdiri dari dua
unsure, sebelum kata dan tidak perlu dibubuhi tanda koma.
Misalnya: 1) Alat tulis yang digunakan dalam kegiatan itu adalah
pena, kertas, dan tinta. 2) Satu, dua, …. tiga. 3) Kegiatan itu hanya
membutuhkan tenaga dan pikiran.
b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dengan kalimat setara lainnya yang didahului oleh kata
tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya: 1) Dia bukan
mahasiswa, melainkan pelajar. 2) Saya mau membantu, tetapi Anda
berusaha. 3) Ia hidup mewah, sedangkan saya sederhana.
c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induknya.
8 | Drs. Sarmadi, M.M.
JJika anak kalimat tersebut mengikuti induknya, tanda koma tidak
diguna- kan. Biasanya anak kalimat didahului oleh kata
penghubung. Seperti :bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun,
apabila, jika, meskipun, dan sebagainya. Misalnya:1) Karena sibuk,
ia lupa makan. 2 )Ia lupa makan, karena sibuk.
d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan
penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk didalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi, namun, meskipun demikian, dalam hubungan
itu, sementara itu, sehubugan dengan itu, dalam pada itu, oleh
sebab itu, sebaliknya, selanjutnya, pertama, kedua, misalnya,
sebenarnya, selain itu, kalau begitu, kemudian, malah, dan
sebagainya. Misalnya: 1) Oleh sebab itu, kita tidak boleh malas. 2)
Jadi, kita harus bekerja keras. 3) Namun, kita tetap waspada.
e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya,
wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:1)
O, kalau begitu saya setuju. 2)Ya, Anda boleh mencobanya lebih
dahulu.
f. Tanda koma digunaan untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat. Misalnya: (lihat A. 1. a. )
g. Tanda koma digunakan untuk memisahkan (1)nama dan alamat
(2)bagian-bagian alamat, (3)tempat dan tanggal, (4)nama tempat
dan wilyah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: 1)Andy, Jln.
Bangau 1, Bukit Duri 5 Tahap2, Blok B9 No, 06, Kenten Palembang,
Sumatera Selatan. 2)Palembang, 23 Maret 2014
h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:Riswandi,
Ahmad. 2004. Pengantar Ilmu Komuniksi. Yogyakarta:Graha Ilmu.
i. Tanda koma digunakan diantara nama orang dengan gelar
akademik yang megikutinya. Misalnya: Alpian Rosyani, S. H. M. H.
j. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan.
Misalnya:1) Dosen, yng cantik itu disenangi mahasiswa. 2)
Mahasiswa kami, misalnya, masih ada yang mengeluhkan nilai
akhir semester.

3. Tanda Titik Koma


Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahan kalimat setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya: Para pemikir mengatur strategi yang harus ditempuh; para
pelaksana melakukan tugas sebaik-baiknya; para penyandang dana
menyediakan biaya yang diperlukan.
Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 9
4. Tanda Titik Dua
a. Tanda titik dua dip akai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang
diikuti rangkaian. Misalnya:Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes
Palembang mempunyai dua kelas yaitu: Kelas Reguler dan kelas
khusus.
b. Tanda Titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengkhiri pernyataan. Misalnya
:Politeknik Kesehatan Palembang mempunyai enam jurusan.

5. Tanda Hubung
a. Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan bagian-
bagian ungkapan. Misalnya:1)Mesin-potong tangan (mesin potong
yang digunakan dengan tangan). 2)Mesin potong tangan (mesin
khusus untuk memotong tangan).
b. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan (1)se- dengan kata
berikutnya yang didahului dengahuruf kapital, (2)ke- dengan angka
(3)angka dengan –an dan (4)singkatan huruf kapital dengan
imbuhan atau kata. Misalnya:1)Lomba Pidato SMA se-Palembang.
2)Ia ditangkap karena tidak ber-KTP. 3)Siapa actor G-30-S PKI itu?

6. Tanda Pisah
Tanda pisah membatasi penyisipan kata kalimat yang member
penjelasan khusus di luar bangun kalimat, menjelaskan adanya aposisi
atau keterangan yan lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan
dipakai dintara dua bilangan atau tanggal yang berarti “sampai
dengan”atau diantara dua nama kota yang berartike atau sampai.
Misalnya: 1)Buku ini -----menurut saya----akan segera terbit. 2) Jalan
Raya Palembang----Prabumulih itu rusak. 3)Acara itu berlangsung
tanggl2-----5 Maret 2014.

7. Tanda Petik
Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan lngsng, judul
syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus ataukurang dikenl.
Misalnya: 1) Memakai celana “cutbrai”. 2) Sajak“Aku”karya Khaeril
Anwar.

8. Tanda Petik Tunggal


Tanda peti tunggal mengapit terjemahan atau penjelsan kata
ungkapa bahasa daerah atau asing. Misalnya:Ia berjaga-jaga pada
malam lailatul qodar‟malam bernilai „itu.

10 | Drs. Sarmadi, M.M.


BAB III
PARAGRAF DAN WACANA

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat mmbuat berbagai jenis karangan dengan
menggunakan bahasa Indonesi yang baik dan benar.

Indikator
1) Mahasiswa dapat membuat paragraf yang baik memiliki kesatuan,
kepaduan, dan kelengkapan.
2) Mahasiswa dapat menulis wacana eksposisi, argumentasi,
persuasi, narasi, dan deskrifsi.
3) Mahasisw dapat membedakan berbagai wacana berdasarkan cirri
khas tiap-tiap wacana.

Materi
1. Paragraf
Istilah paragraf sering disejajarkan dengan istilah “alenia”.
Kedua istilah itu sebenarnya dapat dibedakan. Paragraf dapat diartikan
sbagai suatu karangan mini, berisi satu kesatuan ide yang dibngun dari
beberapa kalimat yang saling berhubungan, sedangkan alenia adalah
penanda suatu paragraf, ada alenia menjorok kedalam, alenia
menggantung atau alenia penuh.
Panjang atau pendek paragraf tidak mencirikan bahwa paragraf
itu baik atau tidak. Ada beberapa paragraf yang panjang, baik;dan ada
pula paragraf yang panjang tetapi tidak baik. Baik atau tidaknya
paragraf ditentukan oleh syart-syarat yang harus dipenuhinya.

2. Syarat-Syarat Pembentukan Paragrap


Suatu paragraf yang baik yang juga disebut paragraf efektif
harus memenuhi 3 syarat yakni: Kesatuan, Kepaduan, Kelengkapan.
a) Kesatuan (unity), Satu paragraf hanya mengndung satu pokok
pikiran. Paragraf dikatakan memiliki kesatuan bila seluruh kalimat
yang membangun paragraf itu membicarakan hal yang sama,
satu pokok pikiran. Bila dalam satu paragraf terdapat dua atau
lebih ide pokok, maka paragraf tersebut harus dijabarkan menjadi
dua atau lebih paragraf. Jadi, paragraf yang baik harus memiliki
kesatuan, bila paragraf itu memiliki satu pokok pikiran.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 11


b) Kepaduan (kohesi)
Kalimat-kalimat yang membangun suatu paragraf harus
padu, adanya kekompakan antar kalimat yang satu dengan yang
lainnya. Kekompakan hubungantersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan penanda kohesi atau keruntutan hubungan semantic.
Beberapa penanda kebahasaan yang dapat digunakan untuk
membangun paragraf adalah sebagai berikut:
1) Penunjukan, yaitu penggunaan kata untuk
menunjukkan/mengacu atau suatu acuan yang sudah
disebutkan. Misalnya:kata itu, tersebut, demikian, ini.
2) penggantian, yaitu penanda hubungan kalimat yang
menggunakan kata ganti orang (dia, mereka), hal itu, begitu,
begini, sana, sini, itulah.
3) pelesapan, yaitu menghilangkan unsure suatu kalimat pada
kalimat berikutnya karena kehadiran unsur itu diperkirakan dan
untuk penghematan/efektifitas.
4) Perangkaian, pengguanaan kata-kata perangkai /transisi untuk
menghubngkan antar kalimat dalam paragraf. Misalnya:seperti,
sebaliknya, walaupun demikian, oleh karena itu.
5) Pengulangan, yaitu mengulangi suatu kata/bentukan yang
terdapat dalam suatu kalimat pada kalimat selanjutnya.
Tujuannya adalah untuk penekanan atau pementingan.
c) Kelengkapan
Suatu paragraf yang memiliki satu pokok pikiran yang
dikembangkan harus memiliki kelengkapan, ada ketuntasan
pembicaraan pada paragraf itu. Suatu paragraf tidak memiliki
kelengkapan bila pada pokok pikiran yang dinyatakan ada dua
masalah yang utama pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi dalam
paragraf itu hanya dijelaskan satu masalah.
Contoh Paragraf yang baik:
Dunia tumbuhan terbagi atas empat divisi yang besar, yaitu
tumbuhan daun (talofita), lumut (briofita), paku-pakuan (pteridofita),
dan tumbuhan bunga (spermatofita). Setiap dvisi itu terbagi lagi atas
kelas, kelas atas bangsa, bangsa atas marga, dan marga atas jenis.
Setiap jenis mem- punyai satu varietas atau lebih.
(paragraf di atas memiliki kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.

3. Letak Kalimat Topik dalam Suatu Paragraf


Suatu paragraf memiliki topik, penjelas, kalimat topik, dan
kalimat penjelas. Topik suatu paragraf diletakkan dalam suatu kalimat
topik. Letak kalmat topik dalam suatu paragraf dapat di awal dan di
12 | Drs. Sarmadi, M.M.
akhir, diawal dan di akhir, di tengah atau di seluruh paragraf.
a. Contoh Letak Kalimat Topik di Awal Paragraf (Deduktif)
Saat ini banyak sekali hewan yang mendiami bumi dan
banyak pula yang hidup pada zaman yang telah silam.
Kekaburan orang tentang hewan yang hidup di darat dan di laut kini
dapat dihindarkan. Jenis jenis hewan itu saat ini sudah dapat
ditentukan. Angka yang menyatakan berapa jumlah hewan di muka
bumi ini pertama kali dikemukakan oleh Linaeus tahun 1758, yaitu
236 jenis. Pada tahun 1859 Agassiz dan Brown menghitng ada 129.
370 jenis dan masih banyak yang belum diberi nama.
b. Contoh Letak Kalimat Topik di Akhir Paragraf (Iduktif)
Bulu domba dapat dipakai sebagai sumber bahan pakaian.
Benang sutera dari ulat sutera juga sebagai bahan pakaian.
Kelenjar-kelenjar dari alat-alat hewan merupakan bahan pembuatan
hormone atau obat obatan lain. Madu tawon, kulit penyu, spons
alam merupakan hasil hewan yang digunakan manusia. Penyediaan
daging, pengawetan dan pengalengan daging dan ikan merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan hasil hewan. Memang hewan
tidak saja tidak saja merupakan sumber protein, tetapi juga sebagai
sumber bahan pakaian atau sumber bahan keperluan lainnya.
c. Contoh Letak Kalimat Topik di Awal dan Di Akhir Paragraf
(Campuran)
Dalam kehidupan tiada satu hewan pun yang hidup sendiri.
Mereka selalu bergantung pada faktor-faktor lingkungan, baik yang
biotik ataupun abiotik. Sebagian hewan mempunyai hubungan yang
erat dengan musuh-musuhnya, penyakit, dan sebagainya. Seluruh
interaksi antara faktor- faktor itu menimbul- kan jaringan hidup atau
keseimbangan alam, termasuk didalamnya manusia. Memang
semuahewan yang hidup selalu bergantung pada faktor lingkungan,
baik yang biotic maupun yang abiotik.
d. Contoh Letak Kalimat Topik di Tengah Paragraf
Jam dinding yang biasanya bordering pukul 04. 30 untuk
membangunkan saya, sekali ini membisu ka- rena lupa diputar.
Akibatnya saya terlambat bangun. Cepa-cepat saya pergi kekamar
mandi, ternyata sab- un mandi habis. Mau sarapan, nasi hangus.
Sial benar nasib saya hari ini. Ditambah lagi, mau berpakaian, se
mua baju kotor sehingga saya terpaksa memakai baju bekas
kemarin. Pada saat naik kendaraan ke seko- lah mogok pula. Ketika
turun dari kendaraan, hujan lebat sehingga badan saya basah
kuyup.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 13


e. Contoh Letak Kalimat Topik di Seluruh Paragraf (Deskriptif)
Sandal „ITB‟adalah sandal yang terbuat dari ban bekas. ‟ITB‟
singkatan dari Ieu tilas ban (ini ban bekas). Sandal ini sangat
menarik karena dibuat dari ban bekas yang dilengkapi dengan
aksesoris yang menarik sehingga memikat hati pembelinya. Dari
satu ban dapat dibuat 10 pasang sandal cantik yang la- ku dijual
seharga RP 10. 000, 00 per pasang.

4. Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraph berkaitan erat dengan kemudahan
pemahaman terhadaf paragraph terse- but. Paragraf yang
dikembangkan dengan baik akan memberikan kemudahan kepada
pembaca untuk m- mahami maksud/isi paragraph tersebut. Sebaliknya
pembaca akan mengalami kesulitan memahami mak- sud suatu
paragraph, karena paragraph itu tidak dikembangkan dengan baik.
Paragraf dapat dikembangkan dengan beberapa model yaitu:
(1)Paragraf contoh, paragraph klasipika- si, (2)Paragraf definisi,
(3)paragraph perbandingan (4)paragraph klimaks dan anti klimaks,
(5)paragraph deduksi, dan (6)paragraph induksi. Berikut beberapa
contoh :
1) Contoh Pengembangan dengan Definisi
Reaksi redoks adalah gabungan reaksi oksidasi dan
reaksi reduksi yang berjalan secara bersamaan. Reaksi
oksidasi adalah proses pelepasan electron oleh sesuatu
reaktan, sehingga
reaktan tersebut akan mengalami kenaikan nilai bilangan
oksidasinya. Adapun reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan
elektr- on oleh suatu reaktan, sehngga reaktan tersebut akan
mengalami penurunan bilangan oksidasinya.
2) Contoh Pengembangan Perbandingan
Bila ditinjau dari segi bangunnya, paragraph dan essai itu
memiliki kesamaan. Misalnya paragraph di- awali dengan kalimat
topik. Dalam essai, paragraph pertama merupkan pendahuluan
yang memperkenal kan bahan bahasan dan menetapkan fokus
topik. Begitu pula tubuh karangan terdiri atas rangkaian paragrap
yang memperluas dan menunjang gagasan yang dkemukakan
dalam paragrap pendahuluan. Akhir sebuah paragraph dapat berisi
penegasan kembali, kesimpulan, atau pengamatan. Demikian juga
dengan sebuah karangan, mempunyai sarana yang memberi
ketuntasan gagasannya, khususnya pada wa-cana eksposisi.

14 | Drs. Sarmadi, M.M.


3) Contoh Pengembangan Paragraph dengan Contoh
Saat ini pelbagai upaya pemerataan itu sudah dilakukan.
Misalnya program-program inpres, kemitraan usaha antara bapak
angkat dan anak angkat, serta penyebaran proyek pembanguna di
semua daerah. Hal yang lebih baru dan mendasar adalah
pengalihan saham dari perusahaan besar kepada koperasi serta pe
nyediaan kredit usaha kecil oleh perbankan.

5. Wacana
Secara garis besar Keraf (1995)membagi wacana dalam dua
bagian, yaitu Wacana Ilmiah dan Wacana non ilmiah. Pengertian
tulisan/wacana ilmiah dapat di lihat dari dua sudut, yaitu sudut bahasa
dan sudut analisisnya. Dari sudut bahasa, tulisan ilmiah menggunakan
bahasa teknis yang diwarnai dengan istilah- is tilah sesuai dengan
bidang garapan/topic yang ibicarakan. Pilihan kata (diksi)pada wacana
ini tidak mengandung ambiguitas. Dengan demikianbahasa yang
digunakan pun adalah bahasa yang objektif dan rasional. Bahasa yang
demikian ini, cenderung memungkinkan dibaca oleh pembaca dengan
pendidikan dan pengetahuan yang tinggi.
Dari sudut analisis, tulisan ilmiah harus menggunakan
metode dan teknik analisisberdasarkan kerangka teori atau acuan
tertentu. Penyajianya pun harus didukung oleh data yang akurat dan
disajikan secara logis dan sistematis. Penulis karya ilmiah dituntut
menguasai sejumlah syarat sebagai berikut:
(1) Menguasai aspek kebahasaan: kosa kata, tata bahasa, sintaksis,
dan gaya bahasa yang lugas.
(2) Menguasai topic bahasan dengan baik serta menguasai kerangka
acuan atau prinsif ilmiah sesuai dengan topic dan bidang yang
ditulisnya.
(3) Memiliki kemampuan penalaran yang baik untuk menganalisis dan
memecahkanpersoalanpersoalan yang dihadapi serta mampu
menyusun semua hasil analisis dan pemecahan masalahnya
secara sistematis.
(4) Menguasai kemampuan analisis bidang ilmunya untuk
memecahkan objek garapan secara kritis.
(5) Menguasai dan menerapkan metode-metode dan teknik
pengumpulan dan pengolahan data secara tepat.
(6) Mengetahui, menguasai, dan menggunakan konvensi-konvensi
pernaskahan yang berlaku, sehingga dapat menyajikan tulisannya
dalam bentuk dan perwajahan yang menarik.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 15


BAB IV
WACANA DAN PENGGOLONGANNYA

Pengertian wacana dapat dibatasi dari dua sudut yang


berlainan : Pertama dari sudut bentuk bahasa. Kedua dari sudut tujuan
umum sebuah karangan yang utuh atau sebagai bentuk sebuah
komposisi. Dari sudut bentuk bahasa atau yang bertalian dengan
hierarki bahasa. Yang dimaksud wacana adalah bentuk bahasa diatas
kalimat yang mengandung sebuah tema. Satuan bentk yang
mengandung tema ini biasanya terdiri atas paragraph-paragraf, bab-
bab, atau karangan, baik terdiri atas bab-bab maupun tidak. Jadi tema
merupakan ciri sebuah wacana.
Berdasarkan tujuannya, karangan yang utuh (biasa disebut
jenis wacana)dapat dibedakan menjadi 5 macam, yakni (1)eksposisi
(2)argumentasi (3)persuasi (4)deskrifsi (5)narasi.

1. Eksposisi
Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menguraikan suatu objek sehingga mmperluas pandangan atau
pengetahuan pembaca. Bentuk wacana ini menyajikan penjelasan
yang akurat dan padu mengenai topic[topic yang mungkin rumit,
menyampaikan pernyataan yang lengkap dan dpat dpercaya, serta
dilengkapi dengan penjelasan tentang suatu objek. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa wacana eksposisi adalah bentuk wacana yang
tujuan utamanya membeitahukan atau mnginformasikan mengenai
objek tertentu. Melalui informasi itu, pengetahuan para pembaca
diharapkan bertambah luas. Apakahpembacamenerima semua
informai yang disampaikan penulisnya atau tidak, tidak jadi masalah.
Karena itu jenis wacana ini tidak sama sekali mempengaruhi dan
mengubh sikap dan pendapat orang lain/pembacanya. Wacana
eksposisi mengandung tiga bagian u-tama, yaitu sebuah pendahuluan,
tubuh/isi dan simpulan.
a. Teknik Penulisan Eksposisi
Pada bagian pendahulun dikemukakan latar belakang,
alasan memilih/pentingnya topik itu, permasala- han, tujuan, dan
kerangka acuan yang digunakan. Selanjutnya untuk menulis bagian
tubuh/isi eksposisi terlebih dahulu dibuat kerangka karangan yang
berupa pengembangan topic yang dipilih itu. Setelah itu, penulis
menyajikan secara rinci tiap-tiap bagian dari kerangka karangan.
Bagian-bagian ini ditulis secara sistematis, sehingga informasi yang

16 | Drs. Sarmadi, M.M.


diberikan dapat di pahami oleh pembaca.
b. Contoh Eksposisi
Variabel merupakan karakteristik atau cirri-ciri dari orang,
bendabenda atau keadaan yang mempu- nyai nilai-nilai yang
berbeda, seperti usia, pendidikan, kedudukan sosial, kedudukan
ekonomi, jenis kelamin dan postur tubuh.
Ada dua bentuk variable:
1. Variabel katagorial, yaitu variabel yang membagi responden
menjadi dua kategori atau beberapa kategori. Variabel yang
terdiri dari dua kategori disebut variabel dikotomi, sedangkan
variabel yang terdiri dari banyak kategori disebut politomi.
2. Variabel bersambungan, Yaitu variabel yang nilai-nilainya
merupakan suatu skala, baik bersifat ordinal maupun rasio.
Contoh: Umur, jumlah pendapatan, jumlah pengeluaran rumah
tangga, tingkat efektifitas, tingkat preva- lensi, kontrasepsi
mdern, tingkat sentuhan media masa, tingkat kriminalitas
(Djojosuroto dan M. L. A. Sumaryati:2004).

2. Argumentasi
Wacana ini jika ditinjau dari sudut penulis memiliki tujuan
meyakinkan pendengar atau pembaca mengenai suatu kebenaran dan
lebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Sebaliknya
jika dilihat dari sudut pembaca atau pendengar, mereka ingin
mendapatkan kepastian tentang kebenaran itu.

Pengertian Argumentasi
Argumentasi adalah bentuk wacana yang berusaha
membuktikan suatu kebenaran. Suatu argmentasi berusaha
mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk
menerima suatu kebenaran yang didukung bukti-bukti mengenai objek
yang diargumentasikan.
Argumentasi dilihat dari sudut berpikir adalah suatu tindakan
untuk membentuk penalaran dan menu runkan simpulan serta
menerapkannya pada suatu kasus, misalnya perdebatan. Argumentasi
dibedakan dari wacana yang lain karena fungsi utamanya adalah
membuktikan. Metode pembuktian dalam argumentasi direduksi atau
disusutkan sehingga menjadi atau berdasarkan suatu ilmu yang
dikenal sebagai logika. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
argumentasi adalah bentuk wacana yang bertujuan mengu- bah
pikiran, sikap, dan pandangan seseorang dengan menyodorkan data
dan bukti.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 17


Teknik Penulisan Argumentasi
Seperti jenis tulisan lainnya, argumentasi selalu terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu pendahuluan, isi ar-gumentasi, dan simpulan.
1. Pendahuluan, berfungsi menarik perhatian pembaca dengan
menyajikan fakta-fakta pendahuluan untuk memusatkan perhatian,
untuk memahami argumentasi yang akan disampaikan nanti dalam
isi karangan.
2. Isi, Seluruh isi argumentasi diarahkan kepada usaha penulis untuk
meyakinkan pembaca mengenai kebe-naran dari masalah yang
dikemukakan, sehingga kesimpulannya benar.
3. Simpulan
Penulis harus memperhatikan bahwa kesimpulan yang diturunkan
tetap menjaga pencapaian tujuan,yaitu membuktikan kebenaran
untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca.

Contoh Argumentas
Di pihak lain, kualitas hasil pendidikan kita mulai dari SD
sampai Perguruan Tinggi dirasakan sangat tendah. Hal ini, bukan
dikarenakan guru dan dosen kita tidak berkualitas, tetapi intensitas
pengajaran dan perkuliahan kita kurang. Kekurangan intensitas ini
tidak lain karena guru dan dosen ini tidak memberikan waktu cukup
didalam memberikan pengajaran dan perkuliahan, karena mereka
terpaksa mengajar atau bekerja lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Bukan rahasia lagi jika ada guru yang mengojek, un-tuk
menambah kebutuhannya, karena dari gaji sebagai guru atau dosen,
sulit untuk hidup mereka bersa-ma keluarganya (mimbar masyarakat,
No. 9, juli 2006).

3. Persuasi
Wacana persuasi sebenarnya merupakan sebuah varian dari
argumentasi. Wacana ini lebih cnderung mempengaruhi manusia
(sasaran)daripada mempertahankan kebenaran mengenai suatu objek
tertentu. Walaupun tidak seratus persen mempertahankan kebenaran,
bentuk wacana ini masih termasuk dalam wacana ilmiah, bukan
wacana fiksi.
a. Pengertian dan Dasar Persuasi
Persuasi adalah suatu bentuk wacana yang merupakan
penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha
mempengaruhi orang lain atau para pembaca, agar pendengar atau
pembaca melakukan sesu- atu bagi orang yang mengadakan
persuasi, walaupun yang dipersuasi sbenarnya tidak terlalu percaya
18 | Drs. Sarmadi, M.M.
akan apa yang dikatakan itu. Jadi persuasi lebih condong
menggunakan atau memanfaatkan asfek-asfek psikologis untuk
mempengaruhi orang lain.
b. Alat pengembangan Karangan Persuasi
Menurut Akhmadi (1978), alat pengembangan persuasi
ada lima, Yaitu: Bahasa, Nada, Detail, PengaturanOrganisasi),
dan Kewenangan. Alat-alat ini dpat dipakai untuk
mengembangkan sebuah karangan persuasi. Berikut ini uraian
kelima alat tersebut:
1) Bahasa adalah alat komunikasi, sebagai alat, bahasa sangat
luwes dalam menjalankan fungsinya. Artinya, bahasa dapat
dipakai oleh pemakainya untuk kepentingan apa saja yang
selama dalam batas-batas fungsinya sebagai alat komunikasi.
untuk membuat tulisan perlu dikaitkan dengan kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam kehidupan bermasyarakat
:terjadi penipuan, kesuksesan, kedengkian dan percekcokan.
Contoh nyata mngenai pemakaian bahasa dapat diamati pada
bahasa penjual obat. Obat yang dibawanya biasanya
disanksikan mutunya. Akan tetapi mengapa dia berhasil
memperdayakan orang untuk membeli obatnya? Salah satu yang
tidak dapat dingkari adalah karena bahasa yang dipakai- nya.
Dia berhasil memanfaatkan bahasa sebagai alat
untukmempengaruhi orang lain. Berdasarkan uraian di atas
dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat yang cukup primer
dalammewujudkan paparan persuasi.
2) Nada, berkaitan dengan sikap pengarang dalam menyampaikan
gagasannya, dalam kehidupan tentunya dapat dijumpai
bermacam-macam nadaantara lain:Marah, nada senang, nada
sedih, dan nada bersemangat. Masing-masing nada itu dapat
dipakai sebagai alat untuk mempengaruhi prilaku orang lain.
Seorang anak akanmeninggalkan kebiasaan berdustanya,
misalnya apabila dia diberi kata-kata marah oleh orangtua atau
gurunya. Seorang pegawai akan bersemangat dalam bekerja
seandainya men-dapatkan
kata-kata pujian dari atasannya atau majikannya. Pengarang
harus menentukan nada dalm membuat persuasi dengan
membayangkan respon yang ada di benak pembaca. Sebuah
karangan akan direspon oleh pembaca dengn rasa sedih jika
persuasi ber-nada sedih. Bila pembaca merasa takut, maka
persuasi dibuat dengan nada marah/menakutkan

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 19


3) Detail
Dalam karangan persuasi, detail cukup penting dalam
kedudukan sebagai alat persuasi. Yang dimaksud dengan detail
adalah uraian terhadap ide sampai ke bagian yang sekecil-
kecilnya. ntuk memilih detail pengembangan persuasi perlu
dipertimbangkan hal-hal sebgai berikut: (1)Penting tidaknya
detail itu untuk keperluan persuasi dan pemahaman pembaca;
(2)Jumlah detail yang harus dikumpulkan untuk mendukung ide
pokok; (3)macam detail yang seharusnya diangkat untuk men-
dukung ide pokok; (4)kapan setiap detail itu di hadirkan; (5)ada
atau tidaknya korelasi atau hubungan, dan relevansi detail
dengan ie pokok sebaiknya diangkat. Detael yang baik adalah
detel yang esensial dalam mendukung persuasi, yakni detail
yang memenuhi criteria tersebut di atas. Dengan kehadiran detail
yang baik, usaha penalaran dalam persuasi menjadi lebih jells.
4) Organisasi
Organisasi ini meyangkut masalah pengaturan detail
dalam tiga karangan. Dalam organisasi pengatur- an detail
menggunakan prinsif “Mengubah keyakinan dan pandangan. ”
Artinya detail- detael itu diatur agar mampu mengarahkan
keyakinan pangangan pembaca. Cara-cara penataan detail-etael
ini adalah cara induktif, cara deduktif, cara kronologidan cara
penonjolan.
5) Kewenangan
Kewenangan (authority)dapat kita sebut sebagai alas
persuasi. Kewenangan dalam hal ini tidak selalu berkaitan
dengan kewenangan hukum. Kewenangan menyangkut
“Penerimaa dan kesadaran”pembaca terhadap pengarang.
Seorang pengarang diyakini pembacanya sebagai orang yang
berwenang apabila dia: (a) mempunyai dasar hukummempunya
jabatan-jabatan tertentu, (b)berkecimpung dalam bidang-bidang
ilmu pengetahuan tertentu, dan (c)mampu menunjukkan pola
pikir yang bermutu. Kewenangan yang dimiliki oleh seorang
pemimpin formal adalahkewenangan hokum, kewenangan yang
dimiliki oleh seorang professor adalah kewenangan professional,
dan orang yang tidak mempuyai kewenangan apabila ia mampu
meunjukkan pola berpikir yang bermutu dalam paparannya. Ciri
kas persuasi dimulai dari judul yang dibuat secara provokasi,
yang membuat pembaca tergiur untuk melihat, bahkan memiliki
dan menggunakan produk/iklan, /promosi tertentu. Selain itu
gaya penulisan juga mengandung data dan fakta yang bertujuan
20 | Drs. Sarmadi, M.M.
supaya pembaca tertarik dan menggoda pembaca. Disamping itu
penulis juga me-nampilkan bukti-bukti secara konkrit, detil dan
masuk akal.
c. Contoh Persuasi: Pesona Pulau Paling Eksotis
Crismas Island tampak mungil di peta, namun
kenyataannya adalah pulau karang yang kokoh di Samudera
Hindia. Alam trofis di Crismas Island menghadirkan pesona
eksotis yang menakjubkan dan tak dimiiki oleh pulaulainnya.
Crismas Island Resort, sebuah resort berbintang 5 denga
kemewahan ekslusifnya, menambah suasana liburan Anda di
Crismas Island lebih menyenangkan dan bergairah. Hanya 45
menit dari Jakarta, berarti kurang dari satu jam Anda sudah
berada di Crismas Island melalui jadwal penerbangan 5 kali
seminggu bersama Sempati Air.
Aneka petualangan relative dapat Anda lakukan sendiri
seperti melakuan kegiatan yang menan- tang keberanian
Anda:memancing di laut lepas (game fishing), berolahraga di bukit
karang sekaligus me-nikmati keindahan pemandanan di laut,
menyelam didasar Samudera Hindia untuk mengagumi kekayaan
pesona karang dan kekayaan lain miliknya ( (scuba diving), atau
bersantai dalam kemewhan resort ekslusif bertarap internasional
(dalam Suparno dan M. Yunus, 2002).
Melalui contoh di atas, jelas terlihat bahwa wacana ini
tergolong persuasi. Judulnya benar-benar di- pilih sehingga
menbuat pembaca “tergiur. ” Demikian pula plihan katanya. Penulis
sengaja memilih diksi, sepertimenghadirkan pesona eksotis yang
menakjubkan dan tak dimiliki oleh pulau lainnya, dengan
harapan supaya pembaca makin tergiur berkunjung ke pulau itu.

4. Deskripsi
Deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan
suat objek atau suatu hal sedmikian rupa, sehngga objek itu seolah-
olah berada didepan mata pembaca, seakan-akan pembaca melihat
sendi- ri objek tersebut.
Deskripsi memberi suatu citra mental mengenai suatu yang
dialami. misalnya pemandangan, orang, ruang atau sensasi. Deskripsi
dibedakan atas eksposisi dalam hal bahwa fugsi utamanya adalah
membuat para pembacanya seolah-olah melihat, menyaksikan, atau
merasakan suatu benda, orang, ke- adaan, atau barang- barang yang
digambarkan dalam suatu wacana.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 21


(1)Cara menulis wacana deskripsi yang paling utama haru s dilakukan
penulis adalah mengidentifikasi dan menyusun detil-detil objek atau
sesuatu yang akan dideskripsikan itu. Ada beberapa macam yang
dapat dideskripsikan yaitu:a. Deskripsi orang yang meliputi fisiknya,
keadaan sekitar orang itu, watak atau tingkah lakunya, dan gagasan-
gagasan orang/tokoh yang dideskripsikan itu. b. Deskripsi tempat,
yaitu gambaran tentang lingkungan atau ruang tertentu.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka langkah-langkah
yang perlu dilakukan dalam penulisan deskripsi adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan apa yang akan dideskripsikan;
2. Merumuskan tujuan deskripsi (sebagai alat bantu karangan);
3. Menetapkan bagian apa saja yang akan dideskripsikan (fisik, watak,
dll);
4. Merinci hal-hal apa saja yang harus dideskripsikan, sehngga
membuat pembaca tergambar mengenai apa yang diceritakan
penulis.
Contoh Wacana Deskripsi
Laki-laki itu diam. Dan manakala aku mengerling baru aku ingat
bahwa dia tadinya duduk di bangku paling bekakang, dekat seorang
laki-laki sebayanya yang memakai jaket biru, yang kini sudah di
seberang. Kukira dia sedang mengenangkan sesuatu, jelas tampak
pada air mukanya yang terang, bersih dan berku- mis ataupun jenggot,
tapi dikotori debu.
Kata-kataku seperti takdidengrnya. Hanya kepalanya
digerakkan dagunya pada belakang tangannya atas besi-besi terali,
sedangkan matanya memandang lebih tenang ke bawah (B. Yassin
dalam Sastrawan Bertanya Siswa Mejawab, 2006).

5. Narasi
Pengertian Narasi adalah bentuk wacana yang berusaha
menyajikan peristiwa atau kejadian, sehingga seolah-olah dialami
sendiri oleh pembaca. Secara singkat bahwa narari bertujuan
menyjikan suatu peris- tiwa kepada pembaca, mengisahan ap ng
terjadi, dan bagaimana kejadian itu berlangsung. Yang perlu di- garis
bawahi untuk mebedakan narasi dari jenis wacana lainnya, adalah
bahwa narasi di tulis secara kro- nologis, sesuai dengan urutan waktu
tertentu.

22 | Drs. Sarmadi, M.M.


Cara Penulisan Narasi:
1. Menentukan tema dan amanat;
2. Menetapkan sasaran pembaca:dewasa, anak-anak, atau secara
umum;
3. Merancang peristiwa secara kronologis;
4. Membagi peristiw ke dalm 3 tahap:Awal, perkembangan, dan akhir
cerita;
5. Merinci detil-detil peristiw/kejadian sebagai pendukung cerita ;
6. Menuliskan tokoh watak, latar, dan sudut pandang penulisan.

Contoh Narasi:
Ada dua tengkorak kepala yang sampai saat ini masih
membuat aku harus menghela napas dalam- dalam. Dua tengkorak
kepala manusia yang paling memberikan arti bagi hidupku.
Aku harus berurusan dengan dua tengkorak kepala itu. Ini
bermula dari telepon interlokal Umi, ibuku: Aku harus berangkat ke
Lhok Seumawe, Aceh.
Umi telah dua kali menginterlokalku. Kata beliau, aku telah
diangkat menjadi Ketua Panitia Peminda- an Kuburan kakekku. Aku
sudah paham benar, umi jangan sampai menginterlokal yang ketiga
kali. Aku tentu tidak mau jadi anak durhaka.
Kali ini aku memilih pulang kampong lewat jalan darat. Dalam
perjalanan dari Lampung hinga Aceh Selatan, banyak sekali jalan raya
yng buruk. Lagi pula kota-kota yang kulewati tak memberikan suasana
batin bagiku (Busye, dalam Dalam Dua Tengkorak Kepala, 2000).

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 23


BAB V
TOPIK DAN PEMBATASANNYA

Kompetensi Dasar
Mahasiswa diharapkan dapat memahami topic yang
menyangkut, Pengertian topic;criteria pemilihan topik, cara
pembatasan topik, dan hubungan topik dengan judul.

Indikator
1. Dapat mengemukakan pengertian topik karangan;
2. Mengemukakan criteria topik karangan;
3. Pembatasan topik;
4. Membuat judul karangan sesuaidengan topik.

Materi:
1. Pengertian Topik, Tulisan ilmiah, seperti makalah, tidak dapat
dilakukan sekali jadi, tetapi melalui tahapan: Prapenulisan,
penulisan, pascapenulisan.
Kegiatan prapenulisan terdiri atas:1. menentukan topik, 2.
menentukan tujuan, dan 3. memilih bahan. Secara sempit topik
dapat di sebut sebagai hal pokok yang dibicarakan. Secara luas
topik dapat dinyata- kan sebagai hal pokok yang dituliskan atau
diungkapkan dalam karangan.
2. Kriteria Pemilihan Topik, sekurang-kurangnya ada lima hal yng
harus diperhatikan sebelum menentu- kan topik tulisan:a.
Kemanpaatan dan kelayakan, b. kemenarikan, c. kekuatan, d.
dikenal dengan baik, e. ketersediaan bahan serta tidak terlalu
luas/tiak terlalu sempit.

Kemanpaatan dan Kelayakan dibahas


Ketika akan menentukan topik karangan, penulis harus
mempertimbangkan manfaat tulisannya bagi pembaca. Dalam hal ini,
penulis tentu saja harus melakukan analisis kebutuhan pembaca.
Sebuah topik akan bermanfaat bagi pembaca apabila topik itu
berkaitan dengan kebutuhan pembacanya. Selain itu, kemafaatan
dapat pula di lihat dari sumbngan topik itu bagi pengembangan ilmu
atau profesi yang dite-kuninya. Sebagai contoh jika pembaca tulisan
adalah para remaja, tentu saja topik yang menarik bagi me-
rekaadalah masalah seputar remaja.
Selain itu, topik yang di pilih harus layak di bahas. Kelayakan ini

24 | Drs. Sarmadi, M.M.


baik dipandang dari sudut pembaca, maupun sudut penulisnya.
Kelayakan dapat dikaitkan dengan kenyataan bahwa, topik itu
memang memerlukan pembahasan dan sesuai dengan bidang yang
ditekuni. Contohnya topik “kerja bakti untuk membersihkan
lingkungan”, bukan topik yang layak di bahas mahasiswa,
sedangkan”pelestarian sumber daya perairan” lebih layak di bahas.

Kemenarikan
Selain bermanfaat, topik yangdipilih juga harus menarik.
Diharapkan baha topik yang dipilih tidak saja menarik bagi penulis
tetapi yanglebi penting lagi bahwa topik itu menarik bagi pembaca.
Kemenarikan ini berkaitan erat dengan kemanfaatan. Pembaca akan
tertrik dengan sebuah tulisan, jika tulisan itu dira- sakan pembaca
bermanfaat bagi dirinya, sebagai contohnya, hal yang bermanfaat bagi
petani dipedesaan adalah cara meningkatkan produksi pertanian.

Keaktualan
Selain bermanfaat dan menarik, topik yang dipilih juga harus
bersifat actual. Artinya topik ini merupa- kan hal yang hangat
dibicarakan. Oleh karena itu topik terkini merupakan topik pilihan
utama.

Dikenal dengan baik


Topik yang di plih hendaklah topik yang meupakan tidak asing
bagi penulis. Hal in menyangkut pengua saan terhadap topik yang
akan ditulisnya. Dengan di kenalnya topik ini oleh penulis, diharapkan
penulis mengetahui segala sesuatu tentang topik itu.

Ketersediaan bahan
Ketersediaan bahan ini harus diperhatikan mengingat bahan
merupakan hal yang penting dalam me- nulis. Ketersediaan bahan
memungkinkan penulis mengembangkan topik itu ke dalam tulisan
secara luas dan dalam.Sebaliknya jika topik ini tidak didukung oleh
ketersediaan bahan, penulis akan mengalami kesulitan
mengembangkannya.

Tidak terlalu luas atau terlalu sempit


Topik yang terlalu luas akanmenyulitkan penulis.
Konsekwensinya penulis harus memiliki pengetahu- an sebnyak-
bnyaknya tentang topik itu. Jika tidak, tulisan menjadi tidak dalam dan
luas sehingga membo-sankan pembaca. Sebaliknya topik yang terlalu
Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 25
sempit harus dihindari, karena penulis akan membahas topik itu secara
berulang-ulang sehingga pembaca juga akan mengalami kebosanan.

Cara Pembatasan Topik


Menggunakan Diagram Piramida Terbalik, cara ini dapat
dilakukan tahap demi tahap, sehingga terbentuk topk yang lebih
spesipik.
Laut, Lautan Indonesia, Kekayaan Laut Indonesia, Fauna,
Kerang, Pembudidayaan kerang mutiara di Maluku Selatan.
Dari contoh di atas kita dapat memperoleh sebuah topik yang
lebih kecil dan lebih spesipik, yaitu “ pembudidayaan kerang mutiara di
Maluku Selatan”.

Hubungan Topik dengan Judul


Ketika kita menggunakan topik yang telah ditentukan ke dalam
tulisan, kita perlu memberi judul tulisan itu. Judul tentu saja tidaksama
dengan topik. Judul merupakan nama, title atau lebel dari sebuah
tulisan atau karangan, sedangkan topik merupakan pokok
pembicaraan dalam keseluruhan tulisan yang akan di garap. Judul
sebuah tulisan bisa sama, kadang=kadang tidak sama, dalam krangan
fiksi bisa saja tidak sama dengan topik. Misalnya novel Siti Nurbaya,
karya Marah Rusli, topiknya tidak hanya tentang kehidupan seorang
gadis bernama Siti Nurbaya, tetapi tentang cinta yang tidak sampai
Karena pengaruh adat.

Pada tulisan ilmiah judul harus menunjukkan topiknya, sebuah


judul tulisan yang baik harus memperha- tikan persyaratan sebagai
berikut:
1. Judul harus sesuai dengan topik atau isi karangan beserta
jngkangkauannya ;
2. Judul harus dinyatakndalambentuk frasa (benda) bukan dalam
bentuk kalimat.
3. Judul hars diusahakn sesingkat mungkin;
4. Judul harus dinyatakan secara jelas, dalam arti judul tidak dinyatakn
dalam bhsa kias dan tidak menggunakan kata-kata yang
mempunyai makna ganda;
5. Judul dapat dibuat setelah atau sebelum tulisan selesai.

26 | Drs. Sarmadi, M.M.


BAB VI
KERANGKA KARANGAN
DAN PENGEMBANGANNYA

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat membuat, mengembangkan karangan ilmiah
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Materi
1. Kerangka Karangan
Kerangka karangan atau out line adalah kerangka tulisan yang
menggambarkan bagian-bagian atau butir- butir isi karangan dalam tataan
yang sistematis. Tataan yang sistematis ini menggambarkan organi-sasi isi
karangan. Gambaran isi yang demikin itu menampakkan isi butir-butir
karangan dalam hubungan-nya dengan butir-butir yang lain. Dalam
krangka akan tampak butir-butir sebagai berikut: (1)sub-subtopik karangan
baik dari segi jumlah maupun dari segi jeisnya; (2)urutan sub-subtopik isi
karangan, (3)hubungan antar subtopic dalamkarangan:hubungan logis atau
kronologis, dan hubungan setara atau hubungan bertingkat.
Topik subtopic yang akan di tulis perlu di tatadengan baik, agar
sub-subtopik lengkap, urutan yang se-suai, dan terlihat hubungan
antar subtopik. Penataan sub-subtopik ini dapat dilakukan dengn
pemetaan pikiran, Buzan (2003:31), mengemukakan pemanfaatan
pemetaan pikiran (mind map)dalam menulis dapat memunculkan
kretivitas tanpa batas. Hal ini diperkuat olh Hernowo
(2003:141)”Pemetaanpikiranadalah cara yang sangat baik untuk
gagasan sebelum memulai menulis. Pemetaan pikiran bisa dikatakan
jaminan hilangya rintangan yang dihadapi penulis.
Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui
apayang akan anda tulis, yaitu apa temanya, dan bagaimana cara
memulainya. Dengan menggunakan pemetaan pikiran akan
memudahkan untuk menemukan apa yang akan di tulis. Dengan kata
lain, pemetaan pikiran akanmembantu Anda menemukan pikiran
(topik-topik atau subtopik yang akan di tulis).
Buzan (2003:38-39)mengemukakan pemetaan pikiran (mind
map)dapat dilakukan dengan sederhana, mudah, dan menyenangkan.

Langkah-langkah kreatif dapat dilakukan sebagai berikut:


1) Mulailah di tengah-tengah sebuah kertas kosong dengan sisi
terpanjangnya diletakkan mendatar.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 27


2) Pilihlah sebuah gambr sebagai gagasan sentral.
3) Gunakan warna selama proses ini.
4) Hubungkan cabang-cabang utama dengan proses gambar sentral
dan hubungkan anak cabang kedua dan ketiga, dan sterusnya.
5) Gunakan satu kata untuk tiap cabang.
6) Gunakan gambar di seluruh proses tersebut.

2. Kegunaan Kerangka Karangan


Penyusunan kerangka karangan sangat dianjurkan karena
akan menghindarkan penulis dari kesalah- an- kesalahan yang tidak
perlu terjadi. Secara rinci kegunaan kerangka karangan dikemukakan
oleh Suparno dan Yunus ( (2002:3. 8), sebagai berikut:
1) Kerangka karangan memungkinkan kita dapat mengarang secara
terarah karena isi karangan sebenar- nya menggambarkan arah
sebuah karangan. Arah yang jelas itu tampak pada bab-bab sebuah
karangan, sub- subbab karangan, beserta isi karangan yang perlu
dituliskan, Akhadiah (1989:25), menegaskan bahwa kerangka
karangan dapat membantu penulis menyusun karangan secara
teratur dan tidak membahas satu gagasan dua kali dan mencegah
penulis keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik
atau judul.
2) Kerangka karangan memungkinkan kita memasukkan dan
menempatkan tulisan yang baru kita temukan dalam bab atau
subbab tertentubahkan dalam subbab yang baru. Dngan demikian
penulis dapat memperluas isi tulisan jika diperlukan untuk
memperjelas isi tulisan.
3) Kerangka karanga memungkinkan kita dapat bekerja lebih
fleksibel dari segi penyelesaian bagian karangan. Karanga tidak
harus dimulai dari bagian awal. Kita dapat memulanya dari bagian
tengah, bah-kan dari belakang. Kita juaga dapat menulis bagian
tertentu tidak sampai tuntas karena terkendala mate-ri misalnya,
bahkan karena hanya ingin melakukan variasi berpikir dalam proses
mengarang, antara lain karena kejenuhan. Kita dapat menuliskan
karangan dengan variasi pindah ke bagian karangan lain. Deng-an
teknologi computer, fleksibelitas kerja dapat kita lakukan dengan
mudah dan tanpa resiko dalam pe- nataan isi karangan.
4) Kerangka karangan akan mmperlihatkan kepada penulis bahan-
bahan atau materi yang diperlukan da- lam pembahasan isi
karangan (Akhadiah, 1989:26).
5) Kerangka karangan yang berfungsi sebagai miniatur tulisan akan
memudahkanpembaca melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai
28 | Drs. Sarmadi, M.M.
umum sebuah tulisan. Kerangka karangan akan menjadi daftar isi
karya ilmiah yang anda buat (Utorodewo, dkk. 2004:71).

3. Syarat-Syarat Kerangka Karangan


1) Tema/tesis harus dirumuskan dengan jelas, karena rumusan yang
jelas membantu penulis mengung- kapkan gagasan dengan mudah
dan lancar.
2) Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu
gagasan yang akan diuraikan secara tun-tas. Rangkaian antara
gagasan sentral dengan gagasan bawahan tersusun dengan baik.
Gagasan bawa- han harus mengandung dukungan dan alasan bagi
gagasan sentral, dengan demikian fakta yang terhim-pun dapat
menjelaskan dengan baik gejala/topik yang di tulis.
3) Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus di tulis secara logis,
agar dapat mencapai tujuan dengan baik, rangkaian sebab-akibat
harus tersusun dngan baik agar pembaca mudah menarik
kesimpulan.
4) Setiap topik, sub-subtopik harus menggunakan penomoran yang
konsisten, misalnya, I, A, 1, atau a, dst.

4. Bentuk Kerangka Karangan


Bentuk kerangka karangan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:1. Kerangka karangan kalimat. 2. Kerangka karangan topik.
Menurut Suparno dan Yunus (2002:3. 8)dua bentuk karangan ini dibe-
dakan berdasarkan redaksi keragka karangan tersebut.
Kerangka karangan kalimat yaitu kerangka karangan yang
menggunakan kalimat lengkap untuk merumskan setiap topik,
subtopic, maupun sub-subtopik. Sebalinya kerangka karangan topik
adalah kerangka karangan yang diredaksikan dengan kata, frasa.
Setiap bagian karangan diungkapkan dengan ka-ta-kata atau frasa.
Pada umumnya kata atau frasa yang digunakan adalah kata benda
(nomina) atau frasa benda (frasa nomina).
1) Contoh Kerangka Karangan
Kalimat; Judul Karangan : Pupuk Alam Kerangka Kalimat:
1) Pupuk Alam dapat dikategorikan menjadi dua yaitu pupuk
kandang dan pupuk buatan.
2) Pupuk Alam memiliki keuntungan-keuntungan.
3) Pupuk alam lebih murah daripada pupuk buatan.
4) Pupuk alam tidak merusak daya kesuburan tanah.
5) Pupuk alam tidak mematikan organisme di lahan.
6) Pupuk kandang berguna untuk mengharmonisasikan system
Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 29
ekologi.
2) Contoh Kerangka karangan Topik
Judul Karangan: Budaya Baca Dalam masyarakat Modern.
Kerangka Topik:
1) Pembinaan minat baca
2) Peran lingkungan terhadap budaya baca
3) Tipe-tipe budaya membaca
4) Penerapan strategi membaca
5) Pentingnya budaya baca
Pada umumnya penulis menggunakan bentuk kerangka topik
karena dua pertimbangan: Pertama kerangka topik lebih sederhana
karena rumusannya lebih singkat. Kedua karena kesederhanaan nya
itu, kerangka topik lebih mudah di buat daripada kerangka kalimat.
Namun seorang penulis dapat memilih bentuk yang dianggap mudah.
Kerangka karangan harus sudah menunjukkan sistematika
karangan yang akan diwujudkan. Dalam kerangka karangan yang
demikian urutan karangan secara berjenjang akan tampak pula.
Sebagai contoh kerangka karangan topik berikut menunjukkan jenjang
sistematika tataan isi karangan dengan menam- bah bagian-bagian
yang memperjelas topik-topik yang akan di tulis.
Judul karangan : Proses Mengarang Kerangka topik :
1. Kegiatan Prapenulisan
1.1 Penentuan topik karangan
1.2 Penentuan tujuankarangan
1.3 Penyusunan kerangka karangan
2. Kegiatan penulisan
2.1 Penulisan draf bagian karangan
2.2 Penulisan draf karangan utuh
3. Kegiatan pascapenulisan
3.1 Kegiatan pemeriksaan kesalahan draf karangan
3.2 Revisi draf karangan
3.3 Penyuntingan draf karangan
3.4 Penulisan karangan utuh
Dengan menggunakan kerangka karangan yang mengacu pada
uraian di atas, penulis akan terbantu dalam mengembangkan kerangka
karangan.

5. Pengembangan Kerangka Karangan


Kerangka karanga yang sudah dibuat baik dalam bentuk
kerangka topik maupun kerangka kalimat dapat dikembangkan dalam

30 | Drs. Sarmadi, M.M.


bentuk paragraf-paragraf. Bagaimana mengembangkan topik dalam
bentuk paragraph- paragraf, Anda dapat meggunakan materi yang
sudah dibahas pada bagian kerangka karangan.
Pengembangan kerangka karangan ilmiah dapat dibadi menjadi
dua, yaitu pengembangan kerangka karangan secara alamiah dan
pengembangan kerangka secara logis (Utorodewo, dkk., 2004:75).
5.1 Pengembangan Kerangka Karangan secara Alamiah
Pengembangan kerangka karanga secara Alamiah, adalah
pengurutan pokok pikiran sesuai dengan kenyataan, apa adanya
sperti yang bisa diamati dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini,
pengembangan kerangka karangan dapat dilakukan dengan cara
(1)pengembangan spasial atau ruang yaitu pengembangan
kerangka tulisan yangberkaitan dengan lokasi kejadian, sifatnya
uraian lebih deskriftif. (2) pengembangan kronologis adalah
pengembangan berdasarkan urutan kejadian peristiwa atau tahap
kejadian (3)pengembangan berdasarkan topik yang ada yaitu
pengembangan kerangka tulisan berasar- kan hal- dan hal yngtelh
diketahui bagian-bagiannya dan dijelaskn secara berturut-turut dan
logis.
5.2 Pengembangan Kerangka secara Logis
Pengembangan kerangka secara logis, adalah pengurutan
pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan pena laran dan
berdasarkan kepentingan tujuan penulisan. Pengembangan ini
dapat diakukan dengan cara pengembangan klimak-antiklimaks,
umum-khusus, pengembangan perbandingan, sebab akibat dan
lain-lain.

6. Contoh Pengembangan Topik Kerangka Karangan


Topik:Perekonomian Sektor Informal
Awal tahun70-an, kota-kota di dunia ketiga ditandai
dengantumbuhnya kegiatan ekonomi sector informal yang fenominal.
Kegiatan ekonomi ini muncul atas inisiatif masyarakat sendiri sebagai
respon terhadap system ekonomi yang cenderung birokratis.
Dalamhal ini, era Negara maju dominan dalam mengontrol dan
mendinamisasikan kehidupan ekonomi. Dengan demikian kelompok
masyarakat yang dapat masuk dan memperbesar skala kegiatan
ekonomi adalah mereka yang mampu membangun relasi dengan
birokrasi. Sebalikya kelompok yang tidak membangn dengan birokrasi,
merespon ekonomi dengan cara mereka sendiri. Yakni dengan
menciptakan kegiatan ekonomi yang bergerk diluar jalur pengakuan
resmi birokrasi Negara. Dengan kata lain kegiatan sector informal ini
Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 31
merupakan strategi dari ebagian arga Negara untuk mengisi peluang
yang masih ter-sisa dari pertumbuhan ekonomi yang dimotori Negara
itu.
Melihat kenyataan ini, tidak keliru bila sektor informal diletakkan
sebagai kegiatan ekonomi pinggiran. Karena meskipun kegiatan itu
ditekuni banyak orang karena ini merupakan usaha keci-kecilan, yang
dudug oleh individu-individu yang memiliki tingkat pendidikan
ketrampilan yang rendah serta mo-dal usaha kecil.
Apabila dikomparasikan dengn kegiatan ekonomi sektor formal
dari segi skala usaha, maka jumlah produksi, usaha, jangkauan pasar
dan pemasukan pajak untuk pemerintah memang tidak sebanding. Na-
mun bila dilihat dari jumlah tenaga yang diserap, kegiatan ekonomi ini
ternyata menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dan dapat
memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhansubsistem
ekonomi rumah tangga bagi mereka yang menggelutinya.
Selain sektor informal ini mempunyai kaitan dengan kegiatan
ekonomi sektor -formal, untuk pasar dalam negeri, hasil produksi
sektor formal dijual di supermarket, departemen store, toko besar lain-
nya juga dipasarkan disektor informal lainnya meskipun mungkin
dengan kualitas barang yang rendah. Kemunculan sektor formal perlu
dikorelasikan dengan migrasi dari desa ke kota karena sektor
pertanian di desa telah terbatas dalam menyeaf tenaga kerja.
Kegiatan ini timbul akibat dari transformsi ekonomi di pedesaan,
ditambah dengan kegiatan ekonomi formal di kota yang tidak dapat
menyerap tenaga kerja. Dengan kata lain ini terbentuk sebagai
implikasi dan keterbatasan situasi dan kondisi ekonomi formal
dipedesaan, sekaligus juga diperkotaan yang tidak dapat menampung
tenaga kerja

32 | Drs. Sarmadi, M.M.


BAB VII
KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA

Kompetensi Dasar
Menulis kutipan langsung dan tak langsung serta menulis daftar
pustaka.

Indikator
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat:
1) Membuat kutipan langsung yang kurang dari 40 kata
2) Membuat kutipan langsung yan lebih dari 40 kata,
3) Membuat kutipan tidak langsung kurang dari 40 kata,
4) Membuat kutipan tidak langsung yang lebih dari 40 kata,
5) Menulis berbagai jenis daftar pustaka.

Materi
1. Kutipan
Kutipan adalah pengambilan bagian dari pernyataan, buah
pikiran, definisi, rumusan, atau hasil dari tulisan orang lain, yang
bertujuan ilustrasi atau memperkuat argumentasi dari tulisan kita.
Kutipan ada dua macam, yaitu Kutipan Langsung dan kutipan
tidak langsung. Kutipan langsug adalah tanda cuplikan tulisan orang
lain tanpa perubahan ke dalam karya tulis kita. Hal yang harus
kitaperhatikan ketika mengutip langsung adalah sebagi berikut:
1) Tidaak boleh mengadakan perubahan terhadap teks asli yang di
kutip,
2) Harus menggunakan tanda [sic!], jika ada kesalahan dalam teks
asli.
3) Menggunakan tiga titik berspasi[…], jika ada bagian kutipan yang
dihilangkan.
4) Mencantumkan sumber kutipan, sesuai dengan gaya
selingkungnya.

Selain seperti di atas, perlu juga kita perhatikan butir-butir sperti


di bawah ini: Pengutipan atau peru- jukan dilakukan dengn
menggunakan nama akhir dan tahun di antara kurung. Jika ada dua
penulis peru- jukan dilakukan dengan menyebut nama akhir kedua
penulis tersebut. Jika penulisnya lebih dari dua, pe- nulisan rujukan
dilakukan dengan cara menulis nama yang pertama diikuti dengan dkk.
Jika nama penulis tidak disebutkan, maka yang dicantumkan adalah

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 33


nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan
atau Koran. Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara
menyebutkan nama
penulisaslinya. Rujukan dari dua sumber atau lebih ditulis oleh
penulis yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan
titik koma sebagai tanda pemisahnya.
A. Kutipan Langsung
Kutipan langsung pendek atau kurang dari empat baris atau
ada yang mengatakan kurang dari 40 kata dilakukan dengan
cara:1)diintegrasikan dengan teks;2)diapit oleh tanda petik;3)diberi
jarak antar baris yang sama dengan teks;4)disebutkan sumber
kutipan.
Contoh: Chaer dan Abdullah (1995:15)mengatakan “bahasa adalah
sebuah system, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap dan dikaidahkan”.
“Bahasa adalah sebuah system, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dikaidahkan” (Chaer dan
Agustina, 1995:15).
B. Kutipan Tidak Langsung.
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang dikemukakan
dengan menggunakan kata-kata sendiri. Untuk itu pengutip harus
memahami inti sari dari bagian yang dikutip secara tidak langsung.
Kutipan tidak langsung dapat dibuat secara pendek maupun
panjang dengan cara:
1) Diintegrasikan dengan teks,
2) Diberi jarak antar baris yang sama dengan teks,
3) Tanpa diapit tanda petik, dan
4) Dicantumkan sumber rujukan.
Contoh: Eriyanto (2001:61)mengemukakan bahwa analisis
paradikmatik kritis menitikberatkan penginterpretasian teks pada
peneliti itu sendiri.

2. Daftar Pustaka
Daftar pustaka diletakkan bagian akhir sebuah tulisan. Daftar
pustaka merupakan rujukan penulis selama ia melakukan dan
menyusun penelitian ataulaporannya. Dafar pustaka berisi buku,
makalah, artikel atau bahan cetakan lainnya yang dikutip baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Daftar pustaka berfungsi untuk 1)membantu pembaca
mengenai ruang lingkup studi penulis, 2) memberi informasi kepada
pembaca untuk memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan
34 | Drs. Sarmadi, M.M.
mendalam daripada kutipan yang digunakan oleh penulis, dan
3)membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk
studinya.
Daftar pustaka dapat disusun dengan berbagai format. Ada
format yang diuraikan dengan meng- gunakan MLA (The Modern
Language Asosiation )dan format APA (American Psyhological
Assosiation), akan tetapi ada berbagai format daftar pustaka yang
berlaku selingkung bidang ilmu. Misalnya ada format daftar pustaka
untuk bidang ilmu biologi, kedokteran, hukum, dan lai-lain. Disini akan
dibahas tek- nik penuisan daftar pustaka yang berlaku secara umum
dalam penulisan karya ilmiah di Indonesia.

Teknik Penulisan Daftar Pustaka


1. Baris pertama dimulai pada margin sebelah kiri, baris kedua dan
selanjutnya dimulai dengan tiga ketukan ke dalam.
2. Jarak antar baris adalah 1, 5 spasi.
3. Daftar pustaka diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama
keluarga penulis (akan tetapi cara meng- urutkan daftar pustaka
amat bergantung pada ilmu. Setiap bidang ilmu memiliki memiliki
gaya selingkung ).
4. Jika penulis yang sama menulis beberapa karya ilmiah yang dikutif,
nama penulis tidak perlu ditulis hanya di garis panjang.

Unsur yang Harus Dicantumkan dalam Daftar Pustaka


1. Nama penulis ditulis urutan namaakhir, nama awal dan nama
tengah, tanpa gelar akademik.
2. Tahun penerbitan, judul buku termasuk anak judul (subjudul), kota
tempat penerbitan dan nama penerbit. Jika penulisnya lebih dari
satu cara penulisannya sama dengan penulisan pertama, nama
penu-lis yang terdiri dari dua bagian ditulis dengan urutan:nama
akhir diikuti koma, nama awal (disngkat atau tidak disingkat, tetapi
harus konsesten dalam satu karya ilmiah)diakhiri dengan titik.
Apabila sumber yang dirujuk di tulis oleh tim (lebih dari tiga penulis),
semua bisa ditulis dalam rujukan atau disingkat dkk.

Rujukan dari buku


Tahun penerbitan setelah penulis, diakhiri dengan titik. Judul
buku ditulis dengan huruf miring, dengan huruf besar pada awal setiap
kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan nama penerbit
dipisahkan dengan titik dua (:).

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 35


Contoh:
Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:Bina Aksara.
Jika ada dua atau tiga penulis, maka cara penulisannya sama dengan
buku yang dirujuk oleh satu penulis. Contohnya:
Sumarsono &Partomo, P. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta:Bina Aksara.
Akhadiah, S., Arsjad, M. G, &Ridwan. 1989. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:Pe- nerbit Erlangga.
Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber yang ditulis oleh orang
yang sama dan diterbitkan dalam tahun yng sama pula, data
tahun penerbitan diikuti oleh lambang a b c dan seterusnya
yang urutannya di- tentukan secara kronologis atau
berdasarkan abjad judul bukunya. Contohnya:
Cornel, L. &Week, K. 1985a. Carier Ladder Pland:Trends and
Emerging Issues. Atlanta:Career Ladder Clearinghouse.
Cornel, L. &Weeks, K. 1985b. Planning Career Ladders:Lesson From
the States. Atlanta:Career Laddrs Clearinghause.

Rujukan dari buku karya terjemahan


Nama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan
karya asli, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan,
nama tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan. Apabila tahun
penerbitan buku asli tidak dicantumkan ditulis dengan kata tanpa
tahun. Contohnya:
Nunan, D. 1987. Mengembangkan Pemahaman Wacana:Teori dan
Praktik. Terjemahan Elly W. Silangen. 1992. Jakarta:Rebia
Indah Prakarsa.

Rujukan berupa skripsi, tesis atau disertasi


Nama penulis ditulis paling depan, diikuti tahun yang tercantum
pada sampul, judul skripsi, tesis atau disertasi tidak diterbitkan, nama
kota tempat perguruan tinggi, dan nama fakultas serta nama
perguruan tinggi. Contoh:
Ardianni, R. 2005. Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Mata
pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 2 Madrasyah Tsanawiyah
Negeri di Palembang. Skripsi tidak diterbitkan. Indralaya
:Fakultas Keguruan dan IIlmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.

Rujukan dari Internet berupa Karya Individual


Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti
secara berturut-turut oleh tahunjudul karya tersebut (dicetak
36 | Drs. Sarmadi, M.M.
miring)dengan diberi keterangan dalamkurung (online)dan diakhiri
dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai keterangan kapan
diakses diantara tanda kurung contoh: Hitchcock, S. Carr, L. &Hall, W.
1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-195: The Calm before
the Strom, (Online), (http:// Journal, ecs. soton. ac. uk/survey. html,
diakses 12 juni 1996).

Rujukan dari internet berupa bahan diskusi


Nama penulis ditulis seperti rujukan bahan cetak, diikuti secara
berturut-turut oleh tanggal, bulan,tahun, topik bahan diskusi, nama
bahan diskusi (dicetak miring)dengan diberi keterangan (online)dan
diakhiri alamat e- mail sumber rujukan tersebut disertai dengan
keterangankapan diakses, diantara tanda kurung. Contoh: Wilson, D.
20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETRAIN
Discussion List (online), (NETRAIN@ubvm. cc. buffalo. edu, diakses
22 November 1995).

Rujukan dari Internet berupa E-mail Pribadi


Nama pengirim (jika ada)dan disertai keterangan dalam kurung
(alamat e-mail pengirim)diikuti tanggal bulantahuntopik isi bahan
(dicetak miring), nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung
(alamat e-mail yang dikirim)contoh:Naga, DaliS. (ikip-jkt@indo. net. id).
1 Oktober 1977. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah
(jippsi@mlg. ywen. or. id)).

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 37


BAB VIII
TATA PERSURATAN

Komptetensi Dasar
Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep dan
penerapannya dalam menulis suratdengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

Indikator
Setelah mempelajari bagian inimahasisa diharapkan dapat:
1) Memahami arti surat;
2) Memahami berbagai jenis surat;
3) Memahami bentuk surat;
4) Memahami bagian-bagian surat dan fungsinya;
5) Memahami bahasa surat;
6) Menulis surat dengan bahasa yang baik dan benar;
7) Menulis surat lamaran kerjadengan baik.

Materi
Surat adalah sarana komunikasi secara tertulis sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Maksud yang disampaikan melalui surat dapat
berupa permintaanpertanyaan, pertimbangan, lamaran dan
sebagainya. Pihak lain yang dimaksud dapat diartikan atas nama
perseorangan (pribadi)dan dapat pula atas nama jabatan dalam suatu
organisasi.
Fungsi surat adalah sebagai berikut:1)wakil pribadi, kelompok,
dan organisasi lain;2)dasar dan pedoman untuk bekerja, misalnya
surat keputusan dan surat tugas;3)bukti tertulis;4)alat pengingat atau
arsip dan 5)dokumen historis.

1. Jenis-Jenis Surat
1. Surat menurut wujudnya yaitu surat bersampul, kartu pos, warkat
pos, telegram dan teleks, memo, nota, dan surat tanda bukti.
2. Surat menurut ruang lingkup kegiatannya adalah:
a. Surat intern, yaitu surat yang dipakai untuk hubungan dalam
lingkungan sendiri atau lingkungan suatu kantor;
b. Surat ekstern, yaitu surat yang dipakai untuk kegiatan –kegiatan
keinstansi/pihak-pihak di luar kantor.
3. Surat menurut pemakaiannya, yaitu surat pribadi dan surat resmi
(dinas pemerintah dan swasta).

38 | Drs. Sarmadi, M.M.


4. Surat menurut sifatnya dibagi atas tiga golongan, yaitu surat biasa,
surat konfedensial (terbatas)dan surat rahasia, perbedaan itu
didasarkan pada segi keamanan isinya.

2. Bentuk Surat
Yang dimaksud denga bentuk surat adalah pola atau patron
sebuah surat yang ditentukan oleh tata letak (lay out)bagian-bagian
surat. Penempatan bagian –bagian surat pada posisi tertentu
yangakan membentuk model (style)yang tertentu pula.
Bentuk dalam surat menyurat Indonesia sangat beragam.
Keragaman itu sangat bergantung pada hasil kesepakatan (konvensi).
Kesepakatan yang diambil hendaknya mempertimbangkan teknis
pengetik- an dan penampilan surat secara keseluruhan, oleh karena itu
bentuk surat yang ideal seyogianya didasar- kan atas penalaran seni
dan tata ruang sehingga tercipta kepaduan seni dan kebenaran ilmu.
Bentuk surat dibedaan dulu antara surat berprihal dan surat
berjudul. yang dimaksud dengan surat berprihal adalah surat yang
memakai notasi prihaldan tidak berjudul, sedangkan surat berjudul
adalah surat yang memakai judul dan tidak berprihal. Jadi
perbedaannya terletak pada system penulisan.
Seluruh surat berperihal harus ditulis dengan menggunakan
tiga bentuk utama, yaitu: 1)bentuk resmi Indonesia (official style) 2)
bentuk lurus (block, dan 3)bentuk bertakuk (indentyle).
Selanjutnya pada halaman-halaman berikutini dapat dilihat
gambar bentuk surat berperihal dan dan gambar bentuk surat
berjudulmasingmasing disertai uraian singkat tentang posisi
bagianbagia suratnya.

3. Bagian Surat, Fungsi dan Cara Menuliskannya


Setiap surat terdiri atas bagianbagian. Dari gabungan-
gabungan surat itulah terbentuk sebuah surat. Penempatan
bagianbagian surat pada posisi tertentu akan membentuk model
(style)yang tertentu pula. Bagianbagian surat resmi pada umumnya
adalah:1kepala (kop);2. nomor3. tangal 4. lampiran5. peihal 6. alamat
tujuan 7. salam pembuka, 8. isi, 9. salam penutup, 10. nama
organisasi/unit organisasi yang mengeluarkan surat, 11. jabatan
penanda tangan, 12. tanda tangan dan nama penanggungjawab, 13.
tem-busan, 14. inisial pengonsep dan pengetik, 15. sifat.
Beberapa instansi ada yang menambakan sifat atau klasifikasi
surat umpamanya sifat biasa, segera, penting, atau rahasia dalam
surat yang umumnya memakai bentuk resmi Indonesia. Notasi itu
Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 39
biasana ditempatkan setelah nomorsurat. Pada bagian akhir sebuah
surat, sebelum inisial, dapat dicantumkan tambahan untuk
menambahkan sesuatu yang mungkin terlupa. Tambahan itu dapat
ditulis dengan notasi catatan, NB (nota bene)atau P. S. (post Sriftum).
Khusus di dalam undangan pada bagian akhir surat lazim dituliskan
RSVP (Renpondes siIVouz Plait). Misalnya, RSP 1963889 berarti
melalui telepon itu orang yang diundang dapat memberi respon
apakah ia akan hadir atau tidak.
Setiap bagian surat mempunyai fungsi tertentu. Di bawah ini
diuraikan fungsi masing-masing bagian cara penempatan, dan teknik
penulisannya.
1) Kepala (kop)
Surat resmi umumnya ditulis pada kertas yang memakai
kepala surat. Biasanya kepala surat disusun dengan tata letak yang
menarik terutama kepala surat perusahaan.
Pada kepala surat hal-hal yang merpakan identitas
organisasi, yaitu (1). nama organisasi atau lembaga; (2)alamat
kantor pusat dan cabang (3)nomor telepon; (4)nomor faksimli;
(5)nomor kotak pos atau tromol pos (6)alamat kawat; (7)lambing
atau logo. Khusus surat perusahaan pada kepala suratnya juga
sering diantumkan nama usaha atau bidang kegiatan dan nama
banker sebagai referensi.
Guna kepala surat adalah untuk identitas organisasi,
mengetahui nama dan alama kantor suatu organisasimemberi
informasi tentang organisasidan alat promosi bagi perusahaan.
2) Nomor
Guna nomor untuk mempermudah mencari surat-surat itu
kembali jika sewaktu-waktu dibutuhkan, untuk mempermudah
dalam penunjukan dalam surat menurat, untuk mempermudah
dalam pengarsipan, untuk mengetahui jumlah surat yang telah
dibuat.
3) Tanggal
Penulisan tanggal surat henaklah di tulis dengan penuhtidak
boleh disingkat dan unntuk penulisan bulan tidak boleh memakai
angka. Penulisan nomor tanggal surat tidakperlu disertai kota
tempat surat itu ditulisapabila surat itu ditulis pada kertas yang
berkepala surat.
4) Lampiran
Kata lampiran dapat disingkat lamp. ;ditulis jika ada yang
dilampirkan. Kata bilang yang menyatakan jumlah yang dilampirkan
itu ditulis dengan huruf awal kapital tanpa diakhiri tanda baca.
40 | Drs. Sarmadi, M.M.
Contoh: Lampiran:Tiga Lembar
Lampiran:Satu Berkas
5) Perihal atau Hal
Berfungsi sebagai penunjuk mengenai pokok atau isi surat,
perihal sama pengertiannya dengan judul pada karangan lain.
Perihal dalam surat dinas biasanya ditulis setelah nomor dan
lampiran surat.
Contoh:
Nomor :…………………………….. Perihal : Undangan Seminar
6) Alamat Tujuan
Petunjuk menulis alamat tujuan adalah sebagai berikut:
a. Dalam penulisan alamat tujuan, kata kepada dan sejenisnya
tidak wajib ditulis, asalkan alamat tujuan ditempatkan pada posisi
yang tepat.
b. Ungkapan yang terhormat (yth)juga tidak selalu dipakai dalam
penulisan alamat tujuan. Ungkapan yth. dipakai:
(1) Jika surat ditujukan kepada seseorang yang
dihormati;Jika seorang bawahan mengirim surat kepada
atasannya ;atau jika sebuah perusahaan mengirim surat
pada relasinya;
(2) Jika surat ditujukan kepada seseorang dengan menuliskan
nama jabatannya yang diikuti nama organisasi atau unit
organisasi.
Contoh:
I. Yth. Direktur Poltekkes Palembang
II. Yth. Kabag Personalia PT Adil Makmur
Akan tetapi, jika surat ditujukan pada organisasi ungkapan
yth. tidak dipakai;dan pada amplopnya langsung dituliskan
nama organisasi beserta alamatnya.
Contoh:
PT Aero Wisata Jln. Perintis No. 24 Jakarta 12359
c. Pada akhir setiap baristermasuk setelah baris terakhir yang
biasanya berisi nama kota, nama daerah, termasuk nama
Negara tidak diberi tanda titik, kecuali bila ada singkatan.
d. Dalam penulisan alamat tujuan dapat dipakai singkatan yang
lazim dengan mengindahkan ketentuan penulisan singkatan
yang berlaku (lihat pedoman EYD).
e. Kode pos hanya ditulis alamat luar. Kode pos perlu dicantumkan
untuk memudahkan petugas pos mengetahui wilayah/lokasi
alamat yang dituju.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 41


Agar lebih jelas dibawah ini diberikan beberapa contoh penulisan
alamat tujuan pada sampul surat.
a. Perseorangan:
Yth. Sdr. Wawan Rusmanto Jln. Persatuan No. 36 Ciputat,
Kebayoran Lama Jakarta 12390
b. Kepada pejabat pemerintah
Yth. Direktur Poltekkes Palembang
u. p. Kepala Litbang
Jln. Jenderal Sudirman, Palembang 30126
c. Kepada Pimpinan Organisasi/perusahaan
Bagian Pemasaran CV Brantas Jaya Jln. Jend. Sudirman 10
Makassar 14275 Sulawesi Selatan
d. Kotak Pos
Kotak Pos 57/JKS Jakarta 12160
7) Salam Pembuka
Salam pembuka hanya dipakai dalam surat berita. Gunanya
agar surat tidak terasa kaku. Secara teori pemakaian salam
pembuka sifatnya tidak wajib. Surat berita tanpa salam pembuka
sama sekali tidak salah. Namun dalam praktik pemakaian kita
menemukan bahwa surat pribadi selalu memakai salam pembuka,
surat niaga umumnya memakai salam pembuka, dan surat dinas
pemerintah jarang memakai salam pembuka. Namun tidak ada
yang melarang penggunaan salam pembuka pada surat dinas,
boleh dipakai boleh tidak.
Beberapa contoh salam pembuka pada surat resmi:
1. Dengan hormat,
2. Bapak…… yang terhormat,
3. Saudara……Yang Kami hormati
4. Salam Sejahtera,
5. Assalamualaikum wr. wb.
8) Isi Surat
Isi surat terdiri dari tiga alenia yang ideal, yaiti Alenia
pembuka isi dan penutup, semua isi surat hendaknya disesuaikan
dengan tujuan surat serta pembuatan surat harus sesuai sopan,
singkat dan tepat
Surat Lamaran Kerja
Surat lamaran kerja yaitu surat permohonan seserang yang
ditujukan pada instansi atau jawatan untuk mendapatkan pekerjaan
atau jabatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan atau ketrampilan
yang dimiliki.

42 | Drs. Sarmadi, M.M.


Syarat Penyusunan Surat Lamaran Pekerjaan:
1. Surat lamaran yang ditulis tangan harus ditulis oleh tangan oleh
pelamar sndiri pada kertas yang berkualitas baik, tidak boleh
timbal- balik dan tidak harus pada kertas bergaris.
2. Penampilan surat lamaran harus necis tidak boleh ada coretan
atau koreksian.
3. Isi surat lamaran harus menggambarkan sikap optimis, bahwa
pelamar akan mampu bekerja baik.
4. Isi lamaran tidak boleh nada memelas atau minta dikasihani.
5. Sapaanyang dipergunakan : Bapak/Ibu jika pelamar pada
instansi pemerintah atau perusahaan swasta nasional. b. Tuan,
jika melamar pada perusahaan swasta asing.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 43


BAB IX
KALIMAT EFEKTIF

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menyusun kalimat bahasa Indonesia dengan
singkat, tepat dan padat (efektif).

Indikator
Mahasiswa dapat membuat kalimat efektif dalam kalimat bahasa
Indonesia.

Materi
Pengertian Kalimat efektif ialah kalimat yang singkat, tepat padat
(mengena pada sasaran).

Syarat-Syarat Kalimat Efektif


1. Kesatuan gagasan:Sebuah kalimat dapat diwakili oleh satu ide
pokok atau lebih, tetapi tetap berhubungan (SPOK)
Kesatuan gagasan dapat dibagi lagi menjadi:
a. Kesatuan tunggal, contohnya: Semua penduduk desa itu
mendapatkan penjelasan mengenai rencana pembangunan lima
tahun.
b. Kesatuan pilihan, contohnya:Kamu boleh menyusul saya ke
tempat itu atau tinggal saja disini.
c. Pertentangan, contohnya: Ayah bekerja di perusahaan
pengangkutan itu, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu.
d. Gabungan, contohnya:Dia telah meninggalkan rumahnya pukul 6
pagi, dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu.
2. Koherensi yang kompak dan baik:Hubungan timbal-balik yang
jelas antara unsure-unsur dalam kelompok kata yang dapat
membentuk kalimat.
Contoh:
(tidak Baik), Adik saya yang paling kecil memukul dengan sekuat
tenaganya kemarin pagi di kebun anjing. (baik) Adik saya yang
paling kecil memukul anjing di kebun kemarin pagi, dengan sekuat
tenaganya.
3. Penekanan :Suatu usaha untuk memberikan pengertian terhadap
kata-kata yang dipentingkan Contoh:Harapan kami agar soal ini
agar dapat dibicarakan lagi pada kesempatan lain.

44 | Drs. Sarmadi, M.M.


Penekanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengubah posisi dalam kalimat. Contohnya: Pada kesempatan
lain kami berharap dapat dibicarakan lagi sal ini.
b. Mempergunakan repetisi, yaitu pengulangan kata yang dianggap
penting dalam sebuah kalimat. Contohnya:Kemajuannya
menyangkut kemjuan di segala bidang, kemajuan kesadaran
politik, kesadaran bermasyarakatkeadaran ekonomi, kesadaran
berkebudayaan, dan kesadaran beragama.
c. Mempergunakan partikel lah, pun, kah
contoh: Saudaralah yang harus bertanggungjawab dalam soal
ini.
Kami pun turut dalam kegiatan itu. Benarkah seperti yang
dikatakannya itu?
4. Variasi:Menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahasa agar
terpelihara minat orang.
A. Variasi dengan sinonim kata. Contohnya: Seribu puspa di taman
bungaseribu wangi menyegar cita.
B. Panjang pendeknya kalimat:untuk memperjelas pikiran
pengarang, serta memberikan tekanan bagian-bagian yang
diinginkan.
5. Paralelisme: Kesejajaran sebuah kalimat untuk membantu
kejelasan unsure gramatikal demi memper- tahankan bagian yang
sederajat dalam konstruksi yang sama.
Contoh:Reorganisasi administrasi departemen-departemen,
penghentian pemborosan dan penyelewengan- penyelewengan
serta memobilisasi ptensi-potensi nasional, merupakan masalah-
masalah yang meminta perhatian kita (semua kata benda).
6. Penalaran atau logika, yaitu suatu proses berpikir yang sesuai dan
masuk akal. Contoh:-Rumah adalah dimana orang-orang tinggal
(salah).
Rumah adalah tempat tinggal manusia ang di buat dari……..
(benar).
7. Generalisasi:yaitu suatu peristiwa yang diambil berdasarkan
kesamaan secara umum. Contoh: Besi, tembaga, kuningan, emas,
perak, apabila dipanaskan volumenya membesar.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 45


BAB X
CARA MEMBUAT LAPORAN

Pengertian Laporan:Suatu cara komunikasi bagi penulis untuk


menyampaikan informasi kepada seseorang atau badan karena
tanggungjaab yang dibebankan kepadanya.

1. Dasar-Dasar Laporan
a. Pemberi laporan :Orng yang ditunjuk dalam melakukan suatu
pekerjaan. Misalnya:Dari instansi menugaskan seseorang untuk
menyelidiki sebabsebab bencana alam di suatu tempat. b.
Penerima laporan:Atasan dalam suatu instansi yang menunjuk
dalam penugasan tesebut C. Tujuan Laporan: Sesuai dengan
masalah yang diteliti serta untuk mengambil sebuah keputusan
yang efektif demi kemajuan dan perkembangan suatu masalah,
serta perbaikan masalah tersebut.
b. Sifat laporan: Disesuaikan dengan fungsinya, oleh karena itu harus
ditulis dengan bahasa yang baik dan jelas, sehingga menimbulkan
pengertian yang tepat dan masuk akal, serta semua faktanya harus
diurutkan, agar laporannya dapat disajikan secara menarik.

2. Macam-Macam Laporan
a. Berbentuk formulir (isian)
Biasanya laporan rutin sehingga pelapor hanya mengisi pin-poin
tertentu yang telah disediakan dalam formulir. Conthnya:Laporan
rutin pemakaian listrik disebuah kantor.
b. Laporan Berbentuk surat
Laporan ni dibuat karena sifat laporan tidak berbentuk tabel,
sehingga cukup dibuat seperti surat yanglebih panjang dan
berurutan masalah –masalah yang dibuat dalam laporan tersebut.
Contoh:Laporan hasil perjalanan sesorang.
c. Laporan Berbentuk Memorandum,
Yaitu laporan singkat dalam bagian-bagian organisasi, atau antara
atasan dengan bawahan dalam suatu hubngan kerja. Contoh
:memo dari direktur kepada ketua jurusan.
d. Laporan Perkembangan
Yaitu lapran yang dibuat untuk memantau suatu masalah yang telah
dilaksanakan, sejauh mana tingkat keberhasilannya.
Contoh:Laporan perkembangan mahasiswa dari semester ke
semester berikutnya.

46 | Drs. Sarmadi, M.M.


e. Laporan Berkala,
Yaitu, suatu laporan yang dibuat untuk berdasarkan triwulan, enam
bulan, tahunan, dll.
f. Laporan Laboratorium
Yaitu Laporan yang dibuat untuk menyampaikan perkembangan
hasil dari percobaan laboratorium.
g. Laporan Formal,
Yaitu, laporan yanh di buat sesuai dengan persyaratan tertentu
yang telah dibataskan secara umum.
- Laporan semi formal, apabila ada criteria yang ditinggalkan
- Laporan nn formal, kalau semua persyaratan tidak memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan
- Laporan frmal, semi formal, non formal, merupakan laporan yang
bersifat resmi karena nadanya resmi dan menggunakan bahasa
standar (bahasa Indonesia).

3. Struktur Laporan Formal


1. Halaman Judul topik laporan,
2. Surat Penyerahan, sebagai pengantar pada isi laporan,
3. Daftarisi
4. Ikhtisar atau Abstrak
5. Pendahuluan
6. Isi Laporan
7. Kesimpulan
8. Saran (rekomendasi)
9. Apendik/Daftar lampiran
10. Bibliografi/daftar pustaka

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 47


BAB XI
FUNGSI KARYA ILMIAH

1. Sebagai sarana untuk mengembangkan IPTEK dan seni;yaitu


menjelaskan sesuatu hal yang sebelumnya tidak diketahui, tidak
jelas dan tidak pasti sehingga sebaliknya.
2. Karya ilmiah dapat membantu mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
3. Karya ilmiah dapat berfungsi untuk mengontrol, mengawasi dan
mengoreksi benar tidaknya suatu pernyataan.

Manfaat Penyusunan Karya Ilmiah:


1. Penulis dapat terlatih mengembangkan ketrampilan membaca yang
efektif, karena harus membaca buku lebih banyak.
2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dariberbagai
sumber, mengambil sarinya dan mengembangkannya ke tingkat
pemikiran yang lebih matang.
Ilmiah Populer;suatu tulisan yang lebih banyak diciptakan dengan
jalan menyadur tulisan orang lain daripada menulis gagasan,
pendapat sendiri dan menggunakan bahasa ang sederhana.
Semu Ilmiah:Suatu tulisan yang mengandung unsure tipuan yang
membuat orang percaya. Conth: Kotak ajaib yang dapat
menyuburkan tanah pertanian (yag diceritakan pengarhnya bukan
ktaknya).

Prinsif Ilmiah:
1. Objektivitas; segala sesuatu dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
2. Segala sesuatu yang disampaikan peneliti berdasarkan data.
3. Prosedur studinya (penyimpulannya), penemuannya berdasarkan
induktif dan deduktif.
4. Cara pembahasan data berdsarkan rasio dan masuk akal. Beda
Abstrak dengan ikhtisar,
5. Abstrak hanya mengandung topik persalan, sedangkan ikhtisar
mengandung tpik persalan dan tujuan.

Data Primer;yaitu suatu datayang didapat langsung dari sumbernya,


sedangkan data Skunder data yang diperoleh orang lain (tidak
langsung)yang bukan merupakan sumbernya.

48 | Drs. Sarmadi, M.M.


Tesis, ialah karangan yang disampaikan berdasarkan argumentasi
yang logis untuk dipertahankan kebenarannya.

Disertasi, ialah karangan yang ditulis berdasarkan hasil penelitian


untuk dipertahankan kebenarannya didepan senat, guna mencapai
gelar doctor.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 49


BAB XII
JENIS-JENIS KARYA ILMIAH

1. Research Paper;ialah segala macambentuk karya tulis yang


didapat dari studi scientipic atau bukan, langsung atau tidak
langsng dari data primer atau data skunder dapat juga berupa
tugas mata kuliah dari seorang dosen. Contoh:Makalah untuk
didiskusikan.
2. Scientipic Paper;Karya Tulis hasil studi ilmiah yang berisi
masalah dan pemecahannya secarailmiah.
3. Working paper, yaitu kertas kerja yang dibuat untuk dibaca dalam
seminar.
4. Thinking Paper, yaitu karya tulis yang dipakai untuk saran
pemecahan suatu masalah yang kontoersial.
5. Position Paper, suatu karya tulis yang disusun atas permintaan
suatu pihak sebagai alternatif pemecahan masalah yang
controversial karena yang bersangkutan dianggap tahu masalah
tersebut.
6. Analitical paper, suatu karya tulis yang dibuat masalahnya telah
ditentukan sebelumnya, biasanya berupa tugas yang diberikan
kepada mahasiswa tentang scientific.
7. Report (iaporan), yaitu suatu laporan yang ditulis untuk
menemukan fakta-fakta mengenai suatu subjek yang dipelajari
dan disajikan secara detail dan bjektif jelas dan berurutan.
8. Reaction Paper;Suatu karya tulis yang dibuat untuk pemenuhan
atas reaksi terhadap suatu bacaan biasanya berupa kutipan-
kutipan.
9. Kritical Essay;suatu karya tulis yang dibuat untuk menilai suatu
objek dapat berupa karya sastra, film, program TV atau lukisan.
10. Skripsi, KTI, Tesis; yaitu suatu karya ilmiah yang dibuat oleh
seorang mahasiswa yang akan mengakhiri studinya di perguruan
tinggi.

50 | Drs. Sarmadi, M.M.


BAB XIII
STRUKTUR KARYA TULIS ILMIAH

1. Halaman Judul
2. Halaman Persetujuan
3. Halaman Persetujuan
4. Biodata
5. Halaman Persembahan/Motto
6. Ringkasan/Abstrak
7. Kata Pengantar
8. Daftar Isi
9. Daftar Tabel
10. Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN:
A. Latar Belakang,
B. Permasalahan
C. Tujuan Penulisan/Penelitian
D. Manfaat Penulisan/Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA:


A. Pengertian/Definisi
B. Faktor-faktor Yang Mendukung Penulisan
C. Sistem penulisan
D. Akibat/Penelitian terdahulu

BAB III GAMBARAN UMUM METODE PENELITIAN:


A. Gambaran Umum Objek Penelitian
B. Metode Penelitian;
- Cara Penelitian,
- Sampel,
- Cara Pengumpulan data,
- Prsedur kerja, Variabel,
- Penglahan data dan Analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN:


a. Hasil Penelitian
b. Metode Penelitian/Pembahasan

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 51


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN:
a. Kesimpulan
b. Saran-saran Daftar Pustaka

52 | Drs. Sarmadi, M.M.


BAB XIV
PENGERTIAN PIDATO/SAMBUTAN

Pidato/Sambutan, yaitu berbicara dihadapan massa tertentu


sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Pidato/sambutan dapat disampaikan secara lisan, tertulis,
karena jabatan atau kedudukannya sebagai structural atau akademisi
dan lain-lain. Hal-hal yang Lazim Disampaikan dalam Sambutan,
Arahan, antara lain:
 Pembukaan;salam, permintaan izin kepada hadirin, ucapan syukur,
ucapan terima kasih.
 Ungkapan Rasa, misalnya: bangga, senang, haru, hormat.
 Dukungan moral terhadap acara atau kegiatan yang dimaksud.
 Makna/hikmah dari kegiatan.
 Ajakan-ajakan, ucapan selamat, harapan-harapan.
 Penutup, permohonan maaf, ucapan terima kasih.
 Kalau kita mewakili seseorang hendaknya kita minta izin kepada
hadirin sebagai mewakili.

Metode-Metode Pidato/Sambutan/Arahan
1. Metode impromtu (serta merta), biasanya disampaikan berdasarkan
kebutuhan sesaat, tanpa persiapan sama sekali.
2. Metode Menghapal, biasanya sipembicara hanya menghapalkan
apa isi pidato yang akan disampaikan.
3. Metode Naskah, biasanya disampaikan dalam pidato-pidato resmi
kenegaraan atau pidato pertanggungjawaban.
4. Metode Ekstemporan (tanpa persiapan naskah), biasanya uraian
yang akan disampaikan menggunakan catatan kecil, sekaligus
urutan bagi uraian tersebut.

Persiapan/Langkah-Langkah Pidato:
1. Meneliti Masalah
a. Menentukan maksud
b. Menganalisa pendengar dan suasana
c. Memilih dan menyempitkan topik
2. Menyusun Uraian:
a. Mengumpulkan bahan,
b. Membuat kerangka uraian.
c. Menguraikan secara detail
3. Mengadakan Latihan: Melatih dengan suara nyaring.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 53


BAB XV
RINGKASAN

Ringkasan ialah Penyajian singkat dari karangan asli tetapi


dengan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang
pengarang asli.
Ikhtisar ialah penyajian singkat dengan tidak perlu berurutan
dan tidakperlu memberikan isi secara pro- porsional penulis dapat
langsung dengan masalah dan problematik pemecahannya.
Tujuan membuat ringkasan adalah untuk memahami dan
mengetahui isi sebuah buku atau karangan.

Cara Membuat Ringkasan yang Baik


1. Membaca naskah asli beberapa kali agar mengetahui kesan umum
dan maksud pengarang
2. Mencatat gagasan utama
3. Membuat reproduksi ;yaitu menyusun kembali satu karangan
singkat berdasarkan gagasan utama.
4. Ringkasan dibuat sesuai permintaan atau minimal 10 sampai
dengan 20 persen dari jumlah kata, baris dan kalimat.

54 | Drs. Sarmadi, M.M.


BAB XVI
RANGKUMAN

Pengertian Rangkuman
Rangkuman adalah hasil dari kegiatan merangkum atau suatu
hasil dari kegiatan meringkas suatu uraian yang lebih singkat dengan
perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum
dengan rangkumannya atau dalam pengertian lain merupakan
pemadatan isi bacaan supaya lebih ringkas, sehingga memudahkan
pembaca mengetahui isinya tanpa perubahan isi atau garis besar
informasi.

Tujuan Rangkuman
Membantu pembaca memahami dan mengetahui isi sebuah
buku atau karangan. Dengan membuat rangkuman, seseorang
dibimbing dan dituntun membaca karangan asli dengan cermat dan
menuliskan kembali dengan tepat.

Manfaat Rangkuman
1. Isi teks akan mudah diingan dan dipahami
2. Waktu yang digunakan untuk membaca jauh lebih singkat
3. Membantu keperluan yang sifatnya praktis. Misalnya untuk
informasi secara cepat.
4. Menggambarkan garis besar isi bacaan.

Syarat-Syarat Rangkuman
1. Bentuk penyajian singkat dari suatu karangan asli
2. Mempertahankan urutan pembahasan dan sudut pandangan
pengarang atau penulisnya
3. Tetap memperhatikan perbandingan bagian atau bab dari karangan
asli.

Teknik Membuat Rangkuman


Ada beberapa langkah yang perlu kamu pelajari. Langkah
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bacalah seluruh teks dan tandailah bagian yang dianggap penting
2. Tulislah informasi bedasarkan bagian-bagian yang kamu anggap
penting tersebut
3. Buatlah kerangka dan kembangkan menjadi rangkuman
4. Baca kembali kemudian bandingkan dengan teks aslinya

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 55


Teknik membuat rangkuman sebuah buku:
1. Cermati judul buku dan pengarang
2. bacalah kata pengantar, jika buku yang kita baca mempunyai kata
pengantar tentukan ide pokok dalam kata pengantar sesuai dengan
judulnya
3. Bacalah daftar isi. Daftar isi sebuah buku akan memandu isi pokok
uraian di dalam buku tersebut
4. Cermati judul tiap-tiap babnya
5. Temukan pokok-pokok atau gagasan utama di setiap bab atau
bagian
6. Rumuskanlah tiap-tiap bab dalam 2 atau 3 kalimat sederhana tanpa
mengubah maksud pengarang buku.
7. Urutkan rumusan kalimat-kalimat tersebut dari bab pertama hingga
terakhir, berpeganglah bahwa rumusan kalimat tersebut masih
selaras dengan judul tiap bab.
8. Bacalah daftar isi untuk mencocokannya.

Contoh Rangkuman Buku Pengetahuan Populer


Judul Buku : Mari Berternak Belut
Jumlah Halaman : 40
Penerbit : Aneka Ilmu, Semarang
Butir-butir pokok :
1. Belut adalah hewan yang bergizi tinggi dan konon kartanya bias
mencegah kanker
2. Belut jika diternakan bias menghasilkan uang yang lumayan
3. Pembuatan kolam saat berternak belut yang harus seperti habitat
aslinya
4. Pemberian makan belut hanya dengan cara memasukan pupuk
kandang atau jerami ke dalam kolam
5. Pemeliharaan belut ada dua macam yaitu Pemeliharaan untuk bibit
dan pemeliharaan untuk konsumsi
6. Dengan membuat belut menjadi dendeng kita bias mendapatkan
keuntungan yang lebih banyak

Rangkuman:
Memang banyak orang merasa jijik melihat bentuk blut, akan
tetapi didalam tubuhnya terkandung gizi yang tinggi dan dipadu
dengan rasanya yang gurih serta lezat. Bahkan ada sementara orang
mengatakan bahwa daging belut dapat mencegah kanker. Selain itu,
jika diternakan dengan baik, belut dapat menghasilkan uang yang
lumayan untuk menambah penghasilan. Bagaimana cara berternak
56 | Drs. Sarmadi, M.M.
belut dengan baik?
Untuk berternak belut (belut sawah) tentunya kita memerlukan
sebuah kolam yang harus menyerupai habitat aslinya. Habitat asli
belut adalah di sawah yang berlumpur, jadi kita harus membuat kolam
dengan dasar lumpur kira-kira setinggi 15 cm
Belut hanya memakan jasad organisme-organisme kecil jadi
untuk perawatan belut ini, kita hanya memberi makan mereka dedak
dan menimbun sekam padi atau pupuk kandang di dasar kolam.
Karena di dalam pupuk kandang atau padi terdapat banyak organism
kecil.
Dalam pemeliharaan belut ada dua yakni Pemeliharaan untuk
benih dan Pemeliharaan untuk konsumsi. Perbedaannya dalam
pemeliharaan untuk benih hanya memerlukan waktu 2 bulan
sedangkan untuk Pemeliharaan konsumsi memerlukan waktu 4 bulan.
Dalam pemeliharaan belut konsumsi dengan bekerja sedikit
lebih keras kita bias memndapatkan lebih banyak keuntungan. Yakni
dengan cara membuat belut konsumsi itu menjadi dendeng.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 57


BAB XVII
RANGKUMAN EVALUASI

1. Jelaskan penggunaan huruf kapital, huruf mirng dalam sebuah


tulisan ilmiah dan berikan contoh?
2. Jelaskan penggunaan tanda baca menurut Ejaan Yang
Disempurnakan dalam Bahasa Indonesia?
3. Jelaskan ejaan-ejaan yang pernah digunakan dalam bahasa
Indonesia, berikan contoh?
4. Jelaskan fungsi bahasa Indonesia dalam menjalin persatuan dan
kesatuan serta apa dasar hukumnya?
5. Jelaskan slogan dalam pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia, serta berikan contohnya?
6. Apa yang harus diperhatikan jika ingin mencari topik untuk menulis
karangan ilmiah?
7. Buatlah kerangka karangan berupa kerangka topik, atau kerangka
kalimat berdasarkan topikyang telah anda temukan?
8. Buatlah contoh masing-masing kutipan langsung, tidak langsung,
baik yang kurang dari 4 baris ataupun lebih dari 4 baris?
9. Buatlah surat lamaran kerja atas nama anda sendiri, berdasarkan
iklan yang ada di koran sumatera ekpress?
10. Buatlah sebuah essai berpola PDS dengan memilih topik yang
sesuai dengan bidang studi saudara?
11. Jelaskan cara kita menyampaikan pidato/sambutan dengan baik?
12. Jelaskan bagaimana menurut pendapat Anda cara meringkas
buku/bacaan dengan baik
13. Buatlah sebuah paragraf dengan pengembangan deduktif dan
induktif?

58 | Drs. Sarmadi, M.M.


DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Ende Nusa Inda Flores


Muljana, Slamet. Kaidah Bahasa Indonesia. Ende=Flores : Nusa
Indah. 1979.
Rachmat, Jalalluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:CV
Remadja Karya. 1985.
UPT MPK Sriwijaya, Universitas. Buku Ajar Bahasa Indonesia. 2008.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. yogjakarta:
Pustaka W idyatama. 2009.
Soeseno, Slamet. Teknik Penulisan Ilmiah Populer. Jakarta:PT
Gramedia. 1986.
Siswoyo. Karya Ilmiah. Jakarta:PT Erlangga. 1982.
Teknik Menulis Karya Ilmiah. Dwi Loka, Bambang dan Riana, Rati.
Semarang:Rineka Cipta. 2000.
Nasution, S. Metode Reseach. Jakarta:Bumi Aksara. 2008.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia | 59


BIODATA PENULIS

Drs. Sarmadi, M.M. Lahir di Lahat,


tanggal 03 Maret 1961. Menyelesaikan
pendidikan SMA Bina Warga pada tahun 1984.
Melanjutkan ke Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sriwijaya Palembang dan lulus pada
tahun 1989.
Tahun 1990, beliau mengajar di SMF
Depkes Palembang sampai tahun 2000, untuk
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Tahun 2012 beliau menyelesaikan pendidikan S2 Magister
Manajemen di Universitas Tridinanti Palembang. Beliau juga mengajar
di Poltekkes Kemenkes Palembang sejak tahun 2001 sampai sekarang
untuk mata kuliah Bahasa Indonesia di Prodi DIII Farmasi, Prodi DIII
dan DIV Teknologi Laboratorium Medis, serta Prodi DIII Sanitasi.
Selain itu, beliau juga memiliki tugas tambahan sebagai
coordinator kemahasiswaan di Jurusan dan Prodi DIII Farmasi sejak
tahun 2001 sampai sekaranng.

60 | Drs. Sarmadi, M.M.

Anda mungkin juga menyukai