Anda di halaman 1dari 214

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | i

ii | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


Alfian Rokhmansyah, M.Hum.
Syamsul Rijal, M.Hum.
Purwanti, M.Hum.

Penerbit
UNNES PRESS
Jl. Kelud Raya No.2 Semarang 50232
Telepon/Faksimile (024) 8415032

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | iii


© 2018
Hak cipta pada penulis dan dilindungi undang-undang penerbitan.
Hak penerbitan pada UNNES PRESS, dicetak oleh University Press.

Dilarang mengutip, menggandakan, mengkopi, dan memperbanyak sebagian maupun


seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari penerbit.
Isi di luar tanggung jawab penerbit.

BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI

Tim Penulis
Alfian Rokhmansyah, M.Hum.
Syamsul Rijal, M.Hum.
Purwanti, M.Hum.

Editor
Dr. Widyatmike Gede Mulawarman, M.Hum.
Dr. Yusak Hudiyono, M.Pd.

Cetakan ke-1, Agustus 2018

401 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi/Alfian Rokhmansyah,


ALF M.Hum., dkk; -Cet.1-, -illus-, Semarang: Unnes Press, 2018
B xiv + 198 hal, 23,0 cm

1. Bahasa Indonesia
I. Alfian Rokhmansyah, dkk.; II. Judul

ISBN 978-602-285-120-2

Diterbitkan oleh:
UNNES PRESS
Jl. Kelud Raya No.2 Semarang 50232 Telp/Fax (024) 8415032

Sanksi Pelanggaran Pasal 72


Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah),
atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

iv | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan buku ajar ini. Buku ini merupakan buku
pendamping dalam pelaksanaan pembelajaran mata kuliah
Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Buku ini merupakan
wujud dukungan kami—sebagai dosen Bahasa Indonesia dan
pegiat literasi—terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di
Perguruan Tinggi.
Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Wajib Umum
(MKWU) pada Perguruan Tinggi memiliki posisi strategis dalam
melakukan transmisi pengetahuan dan transformasi sikap serta
perilaku mahasiswa Indonesia melalui proses pembelajaran.
Materi-materi yang disajikan dalam buku ini berusaha
mengembangkan kepribadian dan sikap cinta tanah air
mahasiswa, khususnya melalui kemahiran berbahasa Indonesia.
Maka melalui buku ini diharapkan—selain memberikan wawasan
mengenai kemahiran berbahasa Indonesia—dapat pula sebagai
pemersatu sosial, budaya, dan bahasa yang beraneka ragam;
penanda kepribadian berkomunikasi, baik komunikasi tulis
maupun lisan; serta menambah kewibawaan dan keintelektualan.
Buku ini berisi delapan bab materi utama dan satu bab
pengayaan, yang didampingi dengan soal-soal latihan untuk
setiap materi yang diberikan. Buku ini diawali bab yang berisi
pembahasan tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
Melalui bab pertama ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, yang
meliputi bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | v


bahasa baku. Bab I merupakan pengantar memasuki
pembelajaran bahasa Indonesia. Bab II berisi pembahasan ejaan
bahasa Indonesia, khususnya pada sejarah penggunaan ejaan di
Indonesia. Pada bab ini juga diberikan latihan soal yang
berhubungan dengan penggunaan ejaan bahasa Indonesia
terbaru. Setelah membahas ejaan, dilanjutkan dengan
pembahasan mengenai kalimat di bab III. Pada bab ini akan
membicarakan unsur-unsur pembentuk kalimat, pola-pola
kalimat dasar, pola kalimat majemuk, serta ciri kalimat efektif.
Bab IV berisi pembahasan mengenai paragraf. Pada bab ini akan
dipaparkan ciri-ciri paragraf, jenis-jenis paragraf, dan pola
pengembangan paragraf. Bab II hingga IV merupakan dasar
keterampilan berbahasa Indonesia yang nantinya akan
dimanfaatkan untuk penyusunan karya tulis ilmiah.
Bab V hingga VIII merupakan dasar pengetahuan mengenai
karya tulis ilmiah. Bab V berisi pembahasan mengenai karya tulis
ilmiah, termasuk pembahasan perbedaan teks akademik dan
nonakademik. Pada bab VI akan dipaparkan materi mengenai
topik dan kerangka karangan. Materi ini diberikan sebagai bekal
dalam membangun pondasi awal penyusunan karya tulis ilmiah.
Bab VII memberikan pengetahuan mengenai bagian-bagian
karya tulis ilmiah, mulai dari abstrak hingga bagian penutup.
Melalui bab ini, diharapkan memiliki gambaran umum mengenai
isi karya tulis ilmiah. Selanjutnya materi dilanjutkan mengenai
sistem rujukan, meliputi kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka,
yang termuat dalam bab VIII.
Melalui materi yang disajikan dari bab I hingga VIII,
diharapkan mahasiswa mengetahui pentingnya berbahasa
Indonesia serta memiliki bekal dalam berbahasa Indonesia,
khususnya pada bidang tulis-menulis. Pada buku ini juga
diberikan materi pengayaan mengenai surat-menyurat,
khususnya materi surat lamaran pekerjaan dan surat resmi.
Materi ini diselipkan dalam buku ini karena penulis ingin

vi | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai surat yang
mungkin nantinya akan berguna di dunia kerja.
Penyusunan buku ini juga tidak lepas dari para pihak yang
telah memberikan dukungan kepada tim penulis, dari awal
pengumpulan data hingga dipegang oleh pembaca. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada para pihak—tidak dapat kami
sebutkan satu per satu—yang telah memberikan ‘lampu hijau’
untuk penyusunan buku ini.
Akhirnya, semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah
Bahasa Indonesia. Kami selalu menunggu kritik dan saran dari
para pembaca guna menyempurnakan buku ini kemudian hari.

Samarinda, Agustus 2018

Alfian Rokhmansyah
Syamsul Rijal
Purwanti

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | vii


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................ v


Daftar Isi ................................................................................... viii
Daftar Tabel ............................................................................. xiii

BAB I
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
Capaian Pembelajaran ............................................................. 1
A. Pengantar ............................................................................ 1
1. Fungsi Ekspresi Diri .................................................. 3
2. Fungsi Komunikasi .................................................... 3
3. Fungsi Integrasi dan Adaptasi Sosial ....................... 3
4. Fungsi Kontrol Sosial ................................................ 4
B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ..................... 4
1. Bahasa Persatuan ....................................................... 5
2. Bahasa Nasional ......................................................... 5
3. Bahasa Negara ............................................................ 9
4. Bahasa Baku ................................................................ 11
Latihan ...................................................................................... 13

BAB II
EJAAN BAHASA INDONESIA
Capaian Pembelajaran ............................................................. 15
A. Pengantar ............................................................................ 15
B. Definisi Ejaan ..................................................................... 19
C. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia ...................................... 19
1. Ejaan van Ophuijsen ................................................. 20
2. Ejaan Republik (Ejaan Suwandi) ............................. 21

viii | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


3. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) ........................ 23
4. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) ................................. 25
Latihan ...................................................................................... 27

BAB III
KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA
Capaian Pembejalaran ............................................................. 29
A. Pengantar ............................................................................ 29
B. Hakikat Kalimat ................................................................. 29
C. Unsur Sintaksis Kalimat .................................................... 30
1. Subjek .......................................................................... 30
2. Predikat ........................................................................ 33
3. Objek ........................................................................... 34
4. Pelengkap .................................................................... 36
5. Keterangan .................................................................. 37
C. Pola Kalimat Dasar ............................................................ 38
D. Jenis Kalimat ....................................................................... 39
1. Berdasarkan Unsur Pembentukannya ..................... 39
2. Berdasarkan Bentuknya ............................................. 39
3. Berdasarkan Fungsinya ............................................. 47
4. Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya ...................... 51
5. Berdasarkan Susunan Subjek dan Predikatnya ...... 52
E. Kalimat Efektif ................................................................... 53
F. Syarat Kalimat Efektif ....................................................... 54
Latihan ...................................................................................... 59

BAB IV
PARAGRAF DALAM BAHASA INDONESIA
Capaian Pembelajaran ............................................................. 61
A. Pengantar ............................................................................ 61
B. Definisi dan Ciri-Ciri Paragraf ......................................... 62
C. Gagasan Utama dan Kalimat Topik ................................ 63
D. Fungsi Paragraf ................................................................... 68

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | ix


1. Fungsi Paragraf bagi Penulis .................................... 69
2. Fungsi Paragraf bagi Pembaca ................................. 69
E. Syarat Paragraf .................................................................... 70
F. Jenis Paragraf ...................................................................... 75
1. Berdasarkan Posisi Kalimat Topik .......................... 75
2. Berdasarkan Gaya Ekspresi ...................................... 79
3. Berdasarkan Urutan ................................................... 85
G. Pengembangan Paragraf ................................................... 87
1. Pengambangan Alamiah ........................................... 88
2. Pengembangan Deduksi-Induksi ............................. 88
3. Pengembangan Analogi ............................................ 89
4. Pengembangan Klasifikasi ........................................ 89
5. Pengembangan Komparatif dan Konstratif ........... 90
6. Pengembangan Sebab-Akibat .................................. 91
7. Pengembangan Klimaks-Antiklimaks ..................... 92
8. Pengembangan Definisi ............................................ 93
Latihan ...................................................................................... 94

BAB V
KARYA TULIS ILMIAH
Capaian Pembelajaran ............................................................. 97
A. Pengantar ............................................................................ 97
B. Hakikat Karya Tulis Ilmiah .............................................. 97
C. Ciri-Ciri dan Tujuan Karya Tulis Ilmiah ......................... 99
D. Bentuk Karya Tulis Ilmiah................................................. 100
1. Artikel Ilmiah Populer ............................................... 100
2. Artikel Ilmiah .............................................................. 100
3. Disertasi ....................................................................... 101
4. Tesis ............................................................................. 101
5. Skripsi .......................................................................... 102
6. Kertas Kerja ................................................................ 102
7. Makalah ....................................................................... 102
8. Resensi ......................................................................... 103

x | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


9. Esai ............................................................................... 103
10. Kritik ............................................................................ 103
E. Teks Akademik ................................................................... 103
Latihan ...................................................................................... 110

BAB VI
TOPIK DAN KERANGKA KARANGAN
Capaian Pembelajaran ............................................................. 111
A. Pengantar ............................................................................ 111
B. Topik, Tema dan Judul ..................................................... 111
1. Topik ............................................................................ 112
2. Tema ............................................................................ 115
3. Judul ............................................................................. 116
C. Kerangka Karangan ........................................................... 117
Latihan ...................................................................................... 118

BAB VII
SISTEM RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA
Capaian Pembelajaran ............................................................. 119
A. Pengantar ............................................................................ 119
B. Kutipan ................................................................................ 120
C. Catatan Kaki ....................................................................... 125
D. Daftar Pustaka .................................................................... 127
Latihan ...................................................................................... 133

BAB VIII
BAGIAN-BAGIAN KARYA TULIS ILMIAH
Capaian Pembelajaran ............................................................. 135
A. Pengantar ............................................................................ 135
B. Abstrak ................................................................................ 135
C. Tahapan Pendahuluan ....................................................... 137
1. Latar Belakang ............................................................ 138
2. Identifikasi Masalah ................................................... 138

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | xi


3. Perumusan Masalah ................................................... 139
4. Tujuan Penelitian ....................................................... 139
D. Tahapan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka ........... 139
E. Tahapan Metodologi Penelitian ....................................... 140
F. Tahapan Hasil dan Pembahasan ...................................... 140
G. Tahapan Penutup ............................................................... 141
1. Simpulan ...................................................................... 141
2. Saran ............................................................................ 142
Latihan ...................................................................................... 142

BAB IX
MATERI PENGAYAAN: SURAT-MENYURAT
Capaian Pembelajaran ............................................................. 143
A. Definisi Surat ...................................................................... 143
B. Sejarah Surat ....................................................................... 145
C. Jenis Surat ............................................................................ 146
1. Surat Pribadi .............................................................. 146
2. Surat Resmi ................................................................. 147
3. Surat Niaga .................................................................. 147
D. Surat Lamaran Kerja .......................................................... 147
E. Surat Dinas .......................................................................... 151
F. Bentuk Surat Dinas ............................................................ 154
Latihan ...................................................................................... 160

Soal-Soal Latihan ..................................................................... 161


Daftar Pustaka ......................................................................... 195
Tentang Penulis ....................................................................... 197

xii | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perbedaan Objek dan Pelengkap ............................ 37


Tabel 3.2 Jenis Kalimat Majemuk Bertingkat ......................... 45
Tabel 3.3 Contoh Kalimat Berita/Deklaratif/Pernyataan ... 48
Tabel 5.1 Perbedaan Teks Akademik dan Nonakademik .... 107

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | xiii


xiv | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
BAB I
KEDUDUKAN DAN FUNGSI
BAHASA INDOENSIA

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia, yang meliputi bahasa persatuan, bahasa nasional,
bahasa negara, dan bahasa baku.

A. Pengantar
Sampai dengan abad XXI ini perkembangan ilmu dan
teknologi menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional sangat
berperan sebagai sarana komunikasi. Dalam bidang akademik
bahasa Indonesia telah menunjukkan peranannya dalam berbagai
disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk tulisan ilmiah seperti
makalah dan skripsi. Pada dasarnya interaksi dan macam kegiatan
akademik tidak akan sempurna atau berjalan dengan baik dan
benar. Begitu pentingnya bahasa sebagai sebagai sarana
komunikasi batasan atau pengertian bahasa adalah sarana
komunikasi antaranggota masyarakat dalam menyampaikan ide
dan gagasan secara lisan atau tulis.
Konsepsi bahasa tersebut menunjukkan bahwa sistem
lambang bunyi ujaran dan lambang tulisan digunakan untuk
berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan akademik.
Bahasa yang baik dikembangkan oleh pemakainya berdasarkan
kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem.
Kaidah bahasa dalam sistem tersebut mencakup beberapa
hal berikut.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 1


1. Sistem lambang yang bermakna dapat dipahami dengan baik
oleh masyarakatnya.
2. Berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem
bahasa itu bersifat konvensional.
3. Lambang sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau
kesepakatan pemakainya (arbitrer).
4. Sistem lambang yang terbatas itu (A—Z; 26 huruf) mampu
menghasilkan kata, bentukan kata, frasa, klausa, dan kalimat
yang tidak terbatas dan sangat produktif.
5. Sistem lambang itu (fonemis) tidak sama dengan sistem
lambang bahasa lain seperti sistem lambang bahasa Jepang
(Lambang hirakana atau silabis).
6. Sistem lambang bahasa itu dibentuk berdasarkan aturan
yang bersifat universal sehingga dapat sama dengan sistem
lambang bahasa lain.
Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam
konsepsi bahasa di atas, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa
berlaku bagi semua bahasa apapun dan dimanapun. Dalam
berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan
fungsi-fungsi bahasa berikut: (1) fungsi ekspresi dalam bahasa;
(2) fungsi komunikasi dalam bahasa; (3) fungsi adaptasi dan
integrasi dalam bahasa; dan (4) fungsi kontrol sosial (direktif
dalam bahasa).
Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Keraf (1997:3—
10) menambahkan beberapa fungsi lain sebagai pelengkap fungsi
utama tersebut, yaitu: (1) fungsi lebih mengenal kemampuan diri
sendiri; (2) fungsi lebih memahami orang lain; (3) fungsi belajar
mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat; (4)
fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut,
teratur, terarah, dan logis; (5) fungsi mengembangkan atau
memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik. Akan tetapi,
fungsi bahasa secara umum meliputi (1) fungsi mengembangkan
kemungkinan kecerdasan ganda; (2) fungsi membentuk karakter

2 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


diri; (3) fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri;
dan (4) fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru.

1. Fungsi Ekspresi Diri


Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan
sesuatu yang akan disampaikan oleh penulis atau pembicara
sebagai eksistensi diri dengan maksud:
a. menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif);
b. membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti
emosi;
c. melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik;
d. menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.
Fungsi ekspresi diri saling terkait dalam aktivitas dan
interaktif keseharian individu, prosesnya berkembang dari masa
anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.

2. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua
setelah fungsi ekspresi diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan
terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi
tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang
lain. Oleh karena itu, komunikasi tercapai dengan baik bila
ekspresi berterima. Dengan kata lain, komunikasi berprasyarat
pada ekspresi diri.

3. Fungsi Integrasi dan Adaptasi Sosial


Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi)
diri dalam suatu lingkungan merupakan kekhususan dalam
bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun dalam
lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang
digunakan sebagai sarana, mampu menyatukan hidup bersama
dalam suatu ikatan (masyarakat). Dengan demikian, bahasa itu

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 3


merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan
orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu
memanfaatkan aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga
manusia berhasil membaurkan diri dan menyesuaikan diri
sebagai anggota suatu masyarakat.

4. Fungsi Kontrol Sosial


Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud
memengaruhi perilaku dan tindakan orang dalam masyarakat
sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat
saling memahami. Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah
positif dalam masyarakat. Hal positif itu terlihat melalui
kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam
dapat diterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap
baik memberikan kesan yang tulus tanpa prasangka. Dengan
kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial
suatu masyarakat seperti keahlian bicara, penerus tradisi tau
kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan penanam rasa
keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.

B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Di Indonesia tumbuh dan berkembang bahasa yang
beragam. Sebagian besar orang Indonesia menguasai atau
menggunakan beberapa bahasa sekaligus. Selain menguasai
bahasa Indonesia dan bahasa daerah, tidak sedikit orang-orang
Indonesia juga menguasai bahasa asing. Dalam kondisi seperti
ini, perlu diatur agar tidak menimbulkan dampak yang tidak baik.
Bahasa Indonesia perlu di letakkan dalam kedudukan tertentu
dan setiap bahasa yang dalam kedudukan itu memiliki fungsi
tertentu pula. Bahasa Indonesia memiliki empat kedudukan yang
perlu diperhatikan. Keempat posisi atau kedudukan bahasa
Indonesia itu mempunyai fungsi keterkaitan antarunsur.
Kedudukan dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa

4 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh
dan mandiri. Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat
dikenal di mata dunia, khususnya tingkat regional Asean.
Dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa
Indonesia, eksistensi bahasa Indonesia diperkuat dengan latar
belakang sejarah yang runtut dan argumentatif. Sejarah
terbentuknya Bahasa Indonesia dari bahasa melayu. Ciri-ciri
bahasa Indonesia yang khas, legitimasi sebagai interaksi Bahasa
Indonesia, dan ragam serta laras Bahasa Indonesia memperkuat
konsepsi dan fungsi dikembangkan ke berbagai ilmu, teknologi,
bidang, dan budaya sekarang dan nanti. Berikut ini akan
dipaparkan kedudukan-kedudukan bahasa Indonesia serta
fungsinya masing-masing.
1. Bahasa Persatuan
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
berhubungan dengan kedudukannya di dalam heterogenitas
budaya yang ada di Indonesia. Indonesia yang memiliki banyak
suku dan bahasa perlu adanya alat pemersatu agar satu komunitas
budaya dengan komunitas lainnya dapat menjalin persaudaraan
dan komunikasi. Dari dasar inilah maka kedudukan bahasa
Indonesia menjadi sangat penting di antara bahasa-bahasa
daerah. Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu suku bangsa,
yaitu pemersatu suku, agama, rasa dan antargolongan (SARA)
bagi suku-suku bangsa di Indonesia yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/
kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928.

2. Bahasa Nasional
Berhasilnya bangsa Indonesia mempunyai bahasa Indonesia
ini tidak seperti anak kecil yang menemukan kelereng di tengah
jalan. Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 5


yang panjang. Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke
Nusantara (Indonesia), dengan bukti-bukti prasasti yang ada,
misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan Karang
Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya
inpirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28
Oktober 1928 yang konsep aslinya berbunyi:

1. “Kami poetera dan poeteri Indonesia


mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.”
2. “Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.”
3. “Kami poetera dan poeteri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.”

Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian


pengamat adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap
sesuatu yang luar biasa. Dikatakan demikian, sebab negara-
negara lain mencoba untuk membuat hal yang sama selalu
mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan. Oleh
pemuda Indonesia hal itu dapat dilaksanakan dengan mulus
karena sudah mempunyai tekad yang kuat.
Sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu
dipakai sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di seluruh
kawasan Indonesia. Hal itu terjadi sudah berabad-abad
sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu,
masyarakat sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya
disaingi. Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa
daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan
antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai
bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai
sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa
daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan

6 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam itulah,
khusunya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya
inspirasi tersebut.
Tidak ada perbedaan yang jelas pada wujud, baik struktur,
sistem, maupun kosakata bahasa Melayu pada tanggal 27
Oktober 1928 dan bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober
1928. Hanya yang membedakan adalah semangat dan jiwa
barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa
Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi,
setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa Melayu sudah
bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah, bahasa
Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama bahasa
Indonesia.
Hasil perumusan seminar Politik Bahasa Nasional yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25—28 Februari 1975,
antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) lambang
kebanggaan nasional; (2) lambang identitas nasional; (3) alat
pemersatu masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial
budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya
antardaerah.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia
memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia.
Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia,
penutur bahasa Indonesia harus bangga dengannya, harus
menjunjungnya, dan harus mempertahankannya. Sebagai
realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, seharusnya
penutur bahasa Indonesia memakainya tanpa ada rasa rendah
diri, malu, dan acuh tak acuh. Selain harus bangga memakainya,
penutur bahasa Indonesia seharusnya memelihara dan
mengembangkannya sehingga bahasa Indonesia tidak akan
berkurang penuturnya atau bahkan menjadi bahasa mati.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 7


Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia
merupakan lambang bangsa Indonesia. Artinya, dengan bahasa
Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai,
dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang
demikian itu, maka penutur bahasa Indonesia harus menjaga
jangan sampai ciri kepribadian penuturnya tidak tercermin di
dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan
gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat
Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan
berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam
kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa
Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya,
sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi dijajah
oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan
bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku
dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam
bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa
daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan,
bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa
Indonesia.
Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering terasa
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesialah
yang dapat menjadi alat komunikasi dengan seseorang yang
berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda.
Dengan bahasa Indonesia masyarakat dapat saling berhubungan
untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan
dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan mudah
diinformasikan kepada warganya. Apabila arus informasi
antarmasyarakat meningkat berarti akan mempercepat
peningkatan pengetahuan. Apabila pengetahuan meningkat
berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

8 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


3. Bahasa Negara
Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara atau bahasa resmi pun
mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Secara resmi adanya
bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan
sambungan yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan
demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga
digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda.
Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh
pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia
digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah
yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang
menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat
itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama tubuhnya,
tetapi berbeda jiwanya: jiwa kolonial dan jiwa nasional.
Keempat fungsi yang terdapat dalam hasil perumusan
seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 25—28 Februari 1975 harus dilaksanakan, sebab
minimal empat fungsi itulah memang sebagai ciri penanda bahwa
suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa
negara. Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaran ialah digunakannya
bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI
1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk
lisan maupun tulis.
Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat
resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-
lembaganya dituliskan di dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato
atas nama pemerintah atau dalam rangka menuanaikan tugas
pemerintahan diucapkan dan dituliskan dalam bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 9


Sehubungan dengan ini kita patut bangga terhadap presiden kita,
Soeharto yang selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam
situsi apa dan kapan pun selama beliau mengatasnamakan kepala
negara atau pemerintah.
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai
bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari
taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Hanya saja
untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan rendah yang
anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah)
menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang
bersangkutan. Hal ini tidak berlangsung secara terus-menerus,
hanya dilakukan sampai kelas tiga sekolah dasar.
Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar di lembaga pendidikan tersebut, maka materi
pelajaran ynag berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa
Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-
buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Apabila
hal ini dilakukan, sangatlah membantu peningkatan
perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek).
Sebagai fungsinya di dalam perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah, bahasa Indonesia dipakai dalam
hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi
kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan
penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi
massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut
agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan
tepat diterima oleh masyarakat.
Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu,
dan teknologi, bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya.
Kebudayaan nasional yang beragam itu, yang berasal dari
masyarakat Indonesia yang beragam pula, rasanya tidaklah

10 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


mungkin dapat disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh
masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa
Indonesia. Hal ini juga berlaku dalam penyebarluasan ilmu dan
teknologi modern. Agar jangkauan pemakaiannya lebih luas,
penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku
pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun
media cetak lain, hendaknya menggunakn bahasa Indonesia.
Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan
fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-
lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.
Secara singkat, fungsi dari kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara adalah bahasa Indonesia digunakan dalam
administrasi negara untuk berbagai aktivitas sebagai berikut: (a)
fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan; (b) fungsi bahasa
sebagai pengantarresmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi;
(c) fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan bagi negara Indonesia sebagai negara
berkembang; dan (d) fungsi bahasa sebagai bahasa resmi
berkebudayaan dan ilmu teknologi.

4. Bahasa Baku
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat multikultural. Oleh karena itu, bahasa Indonesia
memiliki varian yang sangat banyak, baik varian akibat perbedaan
daerah penggunaan maupun varian akibat kelompok sosial
penggunanya. Perbedaan variasi tersebut di satu sisi dapat
dijadikan ciri yang menunjukkan dari daerah mana atau
kelompok mana seorang penutur berasal, di sisi lain merupakan
perbedaan yang mengganggu interaksi sosial antarkelompok
yang menggunakan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu
ditetapkan bahasa Indonesia baku yang mewakili setiap varian
yang ada.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 11


Bahasa baku adalah inti bahasa yang dapat diterima oleh
penutur semua dialek bahasa Indonesia. Sebagai contoh adalah
sebagai berikut. Untuk menyebut orang tua laki-laki, dalam suatu
bahasa A misalnya, digunakan kata babe, ayah, atau bapak; dalam
bahasa B digunakan kata abah, bapa, atau bapak; sedangkan dalam
bahasa C digunakan kata bapak, bapa, atau rama. Dengan
demikian, kata bapak yang muncul di semua bahasa, dianggap
sebagai kata baku untuk menyebut orang tua laki-laki.
Secara umum, kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
baku berfungsi sebagai berikut: (a) fungsi pemersatu sosial,
budaya, dan bahasa; (b) fungsi penanda kepribadian bersuara dan
berkomunikasi; (c) fungsi penambah kewibawaan sebagai pejabat
dan intelektual; dan (d) fungsi penanda acuan ilmiah dan
penulisan tulisan ilmiah.
Dengan bahasa Indonesia baku, penutur bahasa Indonesia
dapat berinteraksi secara baik dengan teman-teman (lawan tutur)
dari daerah mana pun. Pemerintah selalu berupaya melakukan
pembakuan bahasa, baik ejaan, kosakata, maupun tata bahasa,
agar komunikasi antarorang Indonesia di seluruh wilayah
Indonesia dapat berjalan dengan lancer tanpa ada
kesalahpahaman. Penggunaan bahasa baku bukan berarti
melarang penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku. Bahasa
Indonesia baku memiliki ranah penggunaan yang berbeda
dengan ranah penggunaan bahasa Indonesia tidak baku. Bahasa
Indonesia baku umumnya digunakan dalam pertemuan sangat
resmi. Jika dalam forum tidak resmi, dapat menggunakan bahasa
Indonesia yang tidak baku. Hal terpenting adalah penggunaan
bahasa Indonesia harus disesuaikan dengan konteksnya.
Pemilihan bahasa yang tepat sesuai dengan konteks situasi
menunjukkan kecakapan dalam menggunakan bahasa Indonesia.

12 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


LATIHAN
1. Jelaskan empat fungsi bahasa secara umum serta berilah
masing-masing contohnya!
2. Dalam UUD 1945, bab dan pasal berapa yang menyebutkan
kedudukan bahasa Indonesia?
3. Jelaskan perbedaan antara bahasa persatuan dan bahasa
nasional!
4. Jelaskan makna yang terkandung dalam peribahasa bahasa
menunjukkan bangsa!
5. Jelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan!
6. Jelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional!
7. Jenlaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara!
8. Jelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa baku!

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 13


14 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
BAB II
EJAAN BAHASA INDONESIA

Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan ejaan yang
digunakan di Indonesia.
2. Mahasiswa mampu memahami pedoman ejaan bahasa
Indonesia yang berlaku saat ini, meliputi penggunaan dan
penulisan huruf, penulisan kata, penulisan tanda baca, dan
penulisan unsur serapan.
3. Mahasiswa mampu menggunakan ejaan bahasa Indonesia
yang berlaku pada teks.
4. Mahasiswa mampu menganalisis penggunaan ejaan bahasa
Indonesia yang berlaku pada teks.

A. Pengantar
Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan tulis-menulis sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Hampir semua aktivitas
manusia tidak dapat dilepaskan dari kegiatan tulis-menulis.
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan tulis-menulis
tersebut. Salah satunya adalah penggunaan bahasa. Penggunaan
bahasa meliputi penggunaan ejaan, pemilihan kata, penyusunan
kalimat, dan pembuatan paragraf. Semua unsur itu memiliki
kedudukan yang sama dan mendapatkan perhatian yang sama
ketika melakukan kegiatan tulis-menulis. Dalam praktiknya,
banyak orang yang kurang memperhatikan kaidah ejaan menulis.
Perhatikan contoh tulisan berikut ini.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 15


Tulisan 1
(1) Adapun bagian kedua (bagian bawah, yaitu catatan
kaki), maka ia berfungsi sebagai penjelasan dari bagian
pertama (atas). (2) Di dalam bagian ini saya mentakhrij
hadits-hadits yang saya bawakan pada bagian pertama,
dengan menerangkan lebih jauh tentang lafazh dan jalan-
jalan periwayatannya, ditambah dengan dengan penjelasan
tentang sanad syahid (penguat), pujian, dan celaan ulama
pada perawi, juga penshahihan dan pendha’ifan, sesuai
dengan ketentuan ilmu hadits yang mulia dan kaidah-
kaidahnya. (3) Dalam beberapa jalan periwayatan banyak
dijumpai lafazh-lafazh dan tambahan-tambahan yang tidak
dijumpai pada jalan periwayatan yang lainnya, oleh karena
itu jika memungkinkan dan serasi dengan lafazh aslinya,
maka saya tambahkan pada lafazh tersebut di bagian atas,
kemudian saya beri isyarat tambahan tersebut dengan
meletakkannya dalam kurung siku ({…}), tanpa saya
berikan keterangan siapa yang meriwayatkannya secara
sendiri tambahan tersebut, dari para perawi lafazh aslinya.
(139 kata)

Tulisan 2
(1) Adapun bagian kedua (bawah/catatan kaki) berfungsi
sebagai penjelasan dari bagian pertama (atas). (2) Di dalam
bagian ini saya mentakhrij hadis-hadis yang saya bawakan
pada bagian pertama dengan menerangkan lebih jauh
tentang lafal dan jalan-jalan periwayatannya dan ditambah
dengan penjelasan tentang sanad, syahid (penguat), pujian,
dan celaan ulama pada perawi. (3) Dalam bagian ini juga
diberikan keterangan penyahihan dan pendaifan sesuai
dengan ketentuan ilmu hadis yang mulia dan kaidah-
kaidahnya. Dalam beberapa jalan periwayatan banyak
dijumpai lafal dan tambahan yang tidak dijumpai pada jalan
periwayatan yang lainnya. (4) Oleh karena itu, jika
memungkinkan dan serasi dengan lafal aslinya, saya
tambahkan pada lafal tersebut di bagian atas. (5)
Kemudian, saya beri isyarat tambahan tersebut dengan

16 | Ejaan Bahasa Indonesia


meletakkannya dalam kurung siku ({…}) tanpa keterangan
perawinya secara terpisah dari perawi lafal aslinya. (128
kata)

Tulisan yang digarisbawahi pada tulisan (1) memperlihatkan


kesalahan, baik kesalahan ejaan maupun kesalahan pilihan kata.
Setelah membandingkan dengan perbaikannya pada tulisan (2),
dapat diberikan catatan sebagai berikut.
1. Jumlah kata dapat dihemat. Tulisan (1) terdiri atas 139 kata,
sedangkan tulisan (2) terdiri atas 128 kata. Dengan demikian,
terdapat sebelas kata yang dihemat untuk tulisan pendek itu.
2. Kalimat dipecah agar komunikatif. Tulisan (1) terdiri atas tiga
kalimat, sedangkan tulisan (2) terdiri atas lima kalimat.
Kalimat (2) dan (3) pada tulisan (1) terlalu panjang sehingga
masing-masing dapat dipecah menjadi dua kalimat. Dengan
demikian, pemahaman kalimat tersebut lebih mudah.
3. Tidak kurang dari enam belas kesalahan ejaan terdapat dalam
tulisan pendek tersebut, termasuk penggunaan tanda koma
(,). Kesalahan penulisan kata yang terdapat tulisan di atas
beserta perbaikannya adalah sebagai berikut.

Salah Perbaikannya
mentakhrij men-takhrij
hadist-hadist hadis-hadis
lafazh lafal
syahid syahid
penshahihan penyahihan
pendha’ifan pendaifan

Kata takhrij bukan kata yang berasal dari bahasa Indonesia,


tetapi dari bahasa Arab. Oleh karena itu, kata tersebut ditulis
dengan huruf miring. Jika kata takhrij diberi awalan, maka harus
digunakan tanda hubung sehingga tulisan yang benar adalah
men-takhrihj. Dalam bahasa Indonesia tidak terdapat gabungan
huruf konsonan ts, zh, sh, dan dh seperti pada kata hadits, lafazh,

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 17


penshahihan, dan pendha’ifan. Kata hadis, sahih, dan daif sudah
menjadi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, tulisannya harus
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Jadi, yang benar adalah
hadis, lafal, penyahihan, dan pendaifan. Khusus untuk kata penyahihan
dan pendaifan, perlu penjelasan. Kata penyahihan dipilih karena kata
dasar sahih yang mendapat imbuhan peng-…-an menjadi
penyahihan, seperti kata salah dan salep menjadi penyalahan dan
penyalepan, bukan pensalahan dan pensalepan. Selanjutnya, kata dasar
yang benar adalah daif (tanpa apostrof atau sering disebut tanda
koma di atas). Oleh karena itu, yang benar adalah pendaifan, bukan
penda’ifan. Selanjutnya, kata syahid sudah menjadi kata bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, kata tersebut tidak perlu ditulis
dengan huruf miring.
Kesalahan penggunaan tanda koma (,) dalam tulisan (1)
sebanyak delapan. Lima kesalahan terdapat dalam kalimat (2) dan
3 kesalahan terdapat dalam kalimat (3). Lima kesalahan
penggunaan tanda koma terdapat sebelum kata maka, dengan,
ditambah, juga, dan sesuai. Lalu, tiga kesalahan lagi terdapat dalam
kalimat (3), yaitu sebelum kata oleh, kemudian, dan dari.
Perbaikannya dapat dilihat dalam tulisan (2).
Kesalahan-kesalahan penulisan tersebut—baik yang
berhubungan dengan penulisan huruf, penulisan kata, maupun
tanda baca—masih dianggap sepele untuk sebagian kalangan
masyarakat, termasuk di kalangan akademik. Padahal kesalahan
penulisan tersebut akan mencerminkan keintelektualan
seseorang—khususnya dalam kemampuan berbahasa Indonesia
secara baik dan benar di ranah tulis-menulis.
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai ejaan bahasa
Indonesia yang masih berlaku. Selain itu, akan diberikan pula
pengetahuan mengenai sejarah ejaan yang pernah digunakan di
Indonesia—mulai dari zaman kolonial Belanda hingga saat ini.
Di akhir bagian ini akan diberikan latihan yang berhubungan
dengan penggunaan ejaan dalam tata tulis bahasa Indonesia.

18 | Ejaan Bahasa Indonesia


B. Definisi Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa,
penggabungan dan pemisahan kata, penempatan tanda baca
dalam tataran satuan bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:353), ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca
dalam tataran wacana. Dalam pengertian tersebut, ejaan hanya
terkait pada tata tulis yang meliputi pemakaian huruf, penulisan
kata, termasuk penulisan kata atau istilah serapan, dan pemakaian
tanda baca. Dalam ejaan tidak terdapat kaidah pemilihan kata
atau penyusunan kalimat. Umumnya cakupan bahasan ejaan
membicarakan: (1) pemakaian huruf vokal dan konsonan, (2)
penggunaan huruf kapital dan kursif, (3) penulisan kosakata dan
bentukan kata, (4) penulisan unsur serapan, afiksasi dan kosakata
asing, dan (5) penempatan dan pemakaian tanda baca.
Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang
menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan
peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting.
Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut: (a) sebagai landasan
pembakuan tata bahasa; (b) sebagai landasan pembakuan
kosakata dan peristilahan; serta (c) alat penyaring masuknya
unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia. Di samping
ketiga fungsi tersebut, ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang
disampaikan secara tertulis.

C. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali
perubahan dan penyempurnaan. Ejaan yang saat ini dipakai
adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang mulai berlaku sejak tahun
2015. Ejaan ini merupakan perubahan keempat dan
menggantikan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 19


(EYD). Berikut ini dipaparkan perkembangan ejaan yang
digunakan di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda, awal
kemerdekaan Indonesia, hingga ejaan yang dipakai saat ini.
1. Ejaan van Ophuijsen
Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu
dan daerah-daerah yang telah menggunakan bahasa Melayu.
Akan tetapi karena terjadi kontak budaya dengan dunia Barat,
sebagai akibat dari kedatangan orang Barat dalam menjajah di
Tanah Melayu, di sekolah-sekolah Melayu telah digunakan aksara
latin secara tidak terpimpin. Oleh karena itu, pada tahun 1900
seorang ahli bahasa dari Belanda bernama Charles Adriaan van
Ophuijsen (1856—1917) mendapat perintah untuk merancang
suatu ejaan yang dapat dipakai dalam bahasa Melayu, terutama
untuk kepentingan pengajaran. Jika penyusunan ejaan itu tidak
cepat-cepat dilakukan, dikhawatirkan sekolah-sekolah tersebut
akan menyusun dengan cara yang tidak terpimpin sehingga akan
muncul kekacauan dalam ejaan.
Sesuai dengan nama penulisnya, ejaan yang berlaku pada
zaman Belanda itu bernama Ejaan van Ophuijsen. Charles
Adriaan van Ophuijsen—lahir di Solok, Sumatera Barat—adalah
seorang Belanda yang gemar memelajari bahasa berbagai suku di
Hindia Belanda. Ejaan yang mulai berlaku sejak tahun 1901 itu
terdapat dalam Kitab Logat Melajoe. Dalam menyusun ejaan
tersebut, Ophuijsen dibantu oleh dua orang pakar bahasa dari
Melayu—Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad
Thaib Soetan Ibrahim—sejak tahun 1896 dengan
menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan Belanda.
Ejaan tersebut diakui pemerintah kolonial Belanda dan
diresmikan pemakaiannya pada tahun 1901. Ejaan van
Ophuijsen dipakai selama 46 tahun dan baru diganti setelah dua
tahun Indonesia merdeka.
Huruf-huruf yang mendukunng Ejaan van Ophuijsen adalah
sebagai berikut:

20 | Ejaan Bahasa Indonesia


Bunyi vokal a ẻ e i o oe
Bunyi diftong ai au oi
b p m g k ng
Bunyi konsonan d t n dj tj nj
r s l j h w
Bunyi hamzah ‘
Bunyi ain ‘
Bunyi trema ¨
Bunyi asing ch sj f z

Dengan adanya ejaan tersebut, akan didapatkan penulisan


kata dalam bahasa Melayu sebagai berikut: ajam, elang, ekor, itik,
orang, oelar, petai, kerbau, amboi, kapal, galah, tjerah, djala, tikar, darah,
pasar, hilah, rasa, lipat, warna, soedah, habis, singa, njanji, mana, tida’,
akal, mulai. Pemakaian angka dua menyatakan perulangan tidak
dibenarkan. Pengulangan sebuah kata harus dilakukan dengan
menulis secara lengkap kata tersebut.
Ejaan van Ophuijsen belum dikatakan berhasil karena
mendapat kesulitan memelayukan tulisan beberapa kata yang
diambil dari bahasa Arab, yang mempunyai warna bunyi bahasa
yang khas. Oleh sebab itu, dia memilih bunyi ch, sj, z, f, secara
tidak taat asas karena sudah banyak bahasa Arab yang
dimelayukan sehingga empat huruf itu tidak terpakai dengan
baik. Kemudian, muncul persoalan warna bunyi dari Arab yang
disebut hamza dan ain, yang dilambangkannya masing-masing
dengan tanda apostrof (‘…). Hambatan-hambatan tersebut selalu
diperbaiki dan disempurnakan oleh Van Ophuijsen. Ejaan
tersebut secara lengkap termuat dalam buku Kitab Logat Melajoe.
Pada tahun 1926, sistem ejaan mendapat bentuk yang tetap.

2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)


Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka, yaitu pada
masa pendudukan Jepang, pemerintah sudah mulai memikirkan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 21


keadaan ejaan yang tidak mampu mengikuti perkembangan ejaan
internasional. Oleh sebab itu, pemerintah melalui Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan melakukan revisi ejaan untuk
menyempurnakan ejaan yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab
itu, pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan baru sebagai
pengganti ejaan Van Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan oleh
Dr. Soewandi, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia, pada tanggal
19 Maret 1947 yang kemudian disebut sebagai Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi.
Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan
Republik itu adalah sebagai berikut:
a. Huruf /oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut:
goeroe menjdi guru
itoe menjadi itu
oemoer menjdi umur
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti
dalam kata berikut:
tida’ menjadi tidak
Pa’ menjadi Pak
ma’lum menjadi maklum
ra’yat menjadi rakyat
c. Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan,
seperti kata berikut:
beramai-ramai menjadi be-ramai2
anak-anak menjadi anak2
berjalan-jalan menjadi ber-jalan2
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya, seperti berikut:
diluar (kata depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan),
diantara (kata depan), disimpan (awalan), dipimpin (awalan),
dimuka (kata depan), ditimpa (awalan), disini (kata depan).

22 | Ejaan Bahasa Indonesia


e. Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan
antarsuku kata diftong, seperti kata berikut:
Didjoempaϊ menjadi didjumpai
Dihargaϊ menjadi dihargai
Moelaϊ menjadi mulai
f. Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada
kata berikut
ẻkor menjadi ekor
hẻran mejadi heran
mẻrah menjadi merah
berbẻda menjadi berbeda
g. Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau nj dituliskan sebagai n
untuk mengindahkan cara tulis
Menjtjuri menjadi mentjuri
Menjdjual menjadi mendjual
h. Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan
akhiran dianggap sebagai suku-suku kata yang terpisah
be-rangkat menjadi ber-angkat
atu-ran menjadi atur-an
i. Huruf-huruf q, x, dan y tidak diatur pemakainnya dalam
ejaan. Huruf c hanya dipakai dalam hubungannya dengan
huruf ch.

3. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)


Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia
meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
yang lazim disingkat dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972 yang
sebelumnya sudah tercantum dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 03/A.I/72 tanggal 20
Mei 1972. Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang memuat berbagai

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 23


patokan pemakaian ejaan yang baru. Karena penuntun itu perlu
dilengkapi, maka Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia yang
dibentuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan
Surat Keputusan Nomor 156/P/1972 tanggal 12 Oktober 1972
menyusun buku Pedoman Umum yang berisi pemaparan kaidah
ejaan yang lebih luas.
Beberapa perbedaan yang paling menonjol dengan ejaan
bahasa Indonesia sebelumnya (Ejaan Soewandi) adalah sebagai
berikut.
a. Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut:
/dj/ djalan menjadi /j/ jalan
/j/ pajung menjadi /y/ payung
/nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi
/sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat
/tj/ tjukup menjadi /c/ cukup
/ch/ achir menjdi /kh/ akhir
b. Peresmian penggunaan huruh berikut yang sebelumnya
belum resmi adalah:
pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf, fakir
pemakaian huruf /v/ dalam kata universitas, valuta
pemakaian huruf /z/ dalam kata lezat, zeni
c. Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah
sebagai berikut:
pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q
pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-X
d. Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata
depan dilakukan seperti berikut:
penulisan awalan di- diserangkaiakan dengan kata yang
mengikutinya, seperti dimakan, dijumpai
penulisan kata depan di dipisahkan dengan kata yang
emngikutinya, seperti di muka, di pojok, di antara.

24 | Ejaan Bahasa Indonesia


Dalam ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan terdapat
pembicaraan yang lengkap, yaitu: (a) pembicaraan tentang nama
dan penulisan huruf; (b) pembicaraan tentang pemakaian huruf;
(c) pembicaraan tentang penulisan kata; (d) pembicaraan tentang
penulisan unsur serapan; dan (e) pembicaraan tentang pemakaian
tanda baca. Ejaan Bahaas Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
beberapa kali mengalami revisi sejak pertama diterbitkan tahun
1972. Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan
(PUEYD) edisi kedua diterbitkan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 0543a/U/1987 tanggal 9 September 1987. Kemudian
pada tahun 2009 PUEYD edisi ketiga diterbitkan berdasarkan
peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009.

4. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)


Istilah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD),
sejak tahun 2015 sudah tidak lagi digunakan berdasarkan
Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 26 November
2015. Sejak Permendikbud tersebut diundangkan, istilah EYD
tidak lagi digunakan dan digantikan dengan istilah EBI (Ejaan
Bahasa Indonesia). EBI merupakan sistem ejaan keempat yang
pernah digunakan di Indonesia.
Meskipun namanya ganti, sebenarnya tidak ada perbedaan
secara signifikan antara EYD edisi 2009 dan EBI 2015. Ada tiga
perbedaan yang menonjol antara EYD dan EBI. Pertama,
penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong
hanya tiga, yaitu ai, au, ao. Sedangkan pada EBI, huruf diftong
ditambah satu, yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei).
Kedua, penggunaan huruf kapital. Pada EYD tidak diatur bahwa
huruf kapital digunakan untuk menulis unsur julukan (hanya
menuliskan nama orang). Pada EBI, unsur julukan diatur ditulis
dengan awal huruf kapital. Ketiga, penggunaan huruf tebal. Pada
EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu: (a) menuliskan judul

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 25


buku, bab, dan semacamnya; (b) mengkhususkan huruf; dan (c)
menulis lema atau sublema dalam kamus. Sedangkan pada EBI,
fungsi ke tiga dihapus.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI),
terdapat beberapa aturan sebagai berikut.
(1) Pemakaian huruf (huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf
kapital, huruf miring, dan huruf tebal)
(2) Penulisan kata (kata dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang,
gabungan kata, pemenggalan kata, kata depan, partikel,
singkatan dan akronim, angka dan bilangan, kata ganti, dan
kata sandang)
(3) Penempatan tanda baca, di antaranya: tanda titik (.), tanda
koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik koma (;), tanda
hubung (-), tanda pisah (—), tanda titik titik/ellipsis (…),
tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung biasa ((…)),
tanda petik tunggal (‘…’), tanda petik ganda (“…”), tanda
kurung siku ([…]), tanda garis miring (/), dan tanda apostrof
(‘…). Tanda baca di tersebut diaplikasikan dalam teks sesuai
dengan kaidah yang berlaku secara resmi.

Untuk lebih mengetahui aturan dalam Ejaan Bahasa


Indonesia tahun 2015 tersebut, dapat dilihat pada Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), dan mahasiswa diperkenankan
untuk membandingan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) tahun 2009, agar
mendapatkan pengetahuan tentang perubahannya.

26 | Ejaan Bahasa Indonesia


LATIHAN
1. Sudah berapa kali bahasa Indonesia mengalami perubahan
ejaan? Sebutkan dari tahun ke tahun!
2. Jelaskan perbedaan mendasar antara Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)!
3. Jelaskan dengan contoh perbedaan penggunaan tanda koma
(,) dan tanda titik koma (;)!
4. Perhatikan baik-baik kalimat di bawah ini, lalu perbaiki ejaan
yang salah.
Setelah membeli pisang Ambon dan kunci Inggris laki – laki itu
menaiki Kapal Laut menuju Kota Pare – Pare.
5. Lengkapilah dengan tanda baca bacaan di bawah ini
sehingga membentuk satu paragraf yang efektif.
selain itu sepak bola juga perlu dilihat dari sisi lain dalam kehidupan
kita ini ada dua kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemain
sepak bola pertama kemampuan dasar yang meliputi kemampuan
menendang bola kemampuan berlari dan kemampuan memainkan
bola dengan baik kemampuan ini tidak cukup untuk membawa
permainan sepak bola dapat dimenangkan karena itu hanya terkait
dengan kemampuan individu namun ada kemampuan ke dua yang
tak kalah pentingnya yakni kemampuan bekerja sama dilapangan
kemampuan inilah yang sangat berpengaruh dalam satu tim sepak
bola

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 27


28 | Ejaan Bahasa Indonesia
BAB III
KALIMAT DALAM BAHASA
INDONESIA

Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan unsur-unsur pembentuk
kalimat serta fungsinya masing-masing.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pola-pola kalimat tunggal.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pola kalimat majemuk.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri kalimat efektif.
5. Mahasiswa mampu menggunakan kalimat efektif dalam teks.

A. Pengantar
Dalam materi ini, mahasiswa akan diperkenalkan mengenai
struktur kalimat yang digunakan dalam bahasa Indonesia.
Pengetahuan mengenai kalimat merupakan dasar sebelum
melakukan kegiatan tulis-menulis. Penulisan kalimat merupakan
pengembangan dari pengetahuan mengenai ejaan. Sebelum
membahas tentang kalimat efektif, akan dipaparkan mengetahui
dasar pembentukan kalimat. Berikut ini akan dijelaskan unsur-
unsur kalimat dan pola kalimat, baik kalimat tunggal maupun
kalimat majemuk sebagai dasar pengetahuan dalam memahami
kalimat efektif.

B. Hakikat Kalimat
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan
maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jika
tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu
bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 29


disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan
frasa. Kalimat mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud
lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam
wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru
(!).
Kalimat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) berintonasi
akhir; (2) minimal terdiri atas subjek dan predikat; (3) predikat
transitif disertai objek, intransitif dapat diikuti pelengkap; (4)
mengandung pikiran yang utuh dan kesatuan makna; (5)
menggunakan urutan yang logis; dan (6) dalam bahasa tulis
diawali huruf kapital dan diakhiri tanda titik, tanda tanya atau
tanda seru.

C. Unsur Sintaksis Kalimat


Berdasarkan unsur sintaksisnya, kalimat dapat terdiri atas:
subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Sedangkan
berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat dapat terdiri atas:
kata, frasa, dan klausa. Berikut akan dijelaskan unsur-unsur
sintaksis pembentuk kalimat menurut Alwi (2003: 326) dan
Widjono (2011: 148).
1. Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah
kalimat di samping unsur predikat. Di dalam sebuah kalimat,
subjek berperan sebagai pelaku atau orang yang melakukan
kegiatan tertentu. Subjek pada umumnya berupa kata benda
seperti nama orang, binatang, tumbuhan, dan benda.
Penempatan subjek yang tidak tepat akan mengaburkan makna
kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi (1)
membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat
majemuk, (2) memperjelas makna, (3) menjadi pokok pikiran, (4)

30 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


menegaskan/memfokuskan makna, (5) memperjelas pikiran
ungkapan, (6) membentuk kesatuan pikiran (Widjono, 2011:148).
Ciri-ciri subjek menurut Widjono (2011: 148) adalah sebagai
berikut.
a. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.
Contoh:
(1) Pemimpin itu bijaksana.
Kalimat di atas merupakan jawaban atas pertanyaan
siapa, “Siapa yang bijaksana?” jawabannya adalah
pemimpin itu.
(2) Menulis artikel itu mudah.
Kalimat di atas merupakan jawaban atas pertanyaan
apa, “Apa yang mudah?” jawabannya adalah menulis
artikel.
b. Dapat disertai kata ini atau itu.
Contoh:
(1) Kucing ini lucu sekali.
(2) Mobil merah itu menabrak pembatas jalan.
c. Berupa kata atau frasa benda (nomina).
Subjek berupa kata, contohnya:
(1) Saya belajar bahasa Indonesia semenjak usia dini.
(2) Kami akan wisuda bulan Desember tahun ini.
Subjek berupa frase, contohnya:
(1) Gadis cantik yang berbaju merah itu menyanyikan lagu
Indonesia Raya.
(2) Ayah dan ibu pergi ke Bandung kemarin.
d. Disertai pewatas yang.
Contoh:
(1) Pemimpin yang jujur disenangi masyarakat.
(2) Gadis yang menggunakan baju merah cantik sekali.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 31


e. Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk,
dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain.
Contoh:
(1) Dalam rapat itu terjadi perdebatan sengit antaranggota.
(2) Menurut kami, merekalah penyebab terjadinya
kerusuhan itu.
Pada contoh di atas, bagian yang dicetak miring bukan
merupakan subjek karena didahului kata dalam dan menurut.
f. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat
diingkarkan dengan kata bukan.
Contoh:
(1) Bukan Rita yang membawa payung itu. (benar)
(2) Tidak Rita yang membawa payung itu. (salah)
g. Merupakan bagian kalimat yang diterangkan oleh predikat.
Contoh:
(1) Perempuan itu cantik sekali.
(2) Anggun menanam bunga di taman.
Pada kalimat (1) predikat cantik sekali menerangkan subjek
perempuan itu. Sedangkan kalimat (2) predikat menanam
menerangkan pekerjaan yang sedang dilakukan Anggun di
taman.
h. Diikuti salah satu kata kerja gabungan ialah, adalah,
merupakan, atau menjadi.
Contoh:
(1) Pantun ialah bentuk puisi yang berpola akhir a-b-a-b.
(2) Beliau menjadi presiden sejak tahun 2004.
i. Berpatikel –nya.
Contoh:
(1) Membacanya cukup cepat.
(2) Dinginnya menusuk tulang.

32 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


2. Predikat
Seperti halnya dengan subjek, predikat dalam kalimat
kebanyakan muncul secara eksplisit. Predikat menyatakan
kegiatan yang sedang dilakukan oleh subjek. Umumnya predikat
berupa kata kerja, tetapi tidak menutup kemungkinan juga
berupa kata bilangan, kata benda, frasa keterangan, maupun kata
sifat. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi sebagai (1)
membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat
majemuk, (2) menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran
atau gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan
makna kalimat, (3) menegaskan makna, (4) membentuk kesatuan
pikiran, dan (5) sebagai sebutan (Widjono, 2011:148).
Ciri-ciri predikat menurut Widjono (2011: 149) adalah
sebagai berikut.
a. Merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana, mengapa,
atau berapa. Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang
memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau
bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa
atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat
yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya
berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang
berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
Contoh:
(1) Burung itu berkicau indah sekali. (“Apa yang dilakukan
burung itu? Jawabannya berkicau indah sekali”)
(2) Peserta rapatnya 20 orang. (“Berapa jumlah peserta
rapat? Jawabannya 20 orang”)
b. Dapat diinginkarkan dengan tidak atau bukan.
Contoh:
(1) Aisyah bukan pramugari.
(2) Delia tidak menanam jagung.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 33


c. Dapat disertai kata-kata aspek1 atau modalitas2.
Contoh:
(1) Kami akan berangkat ke Padang bulan depan.
(2) Dadang sebaiknya pulang lebih awal.
d. Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat
berubah fungsi menjadi perluasan subjek,
Contoh:
(1) Wanita yang memakai jilbab merah itu cantik sekali.
(2) Laki-laki yang berjalan di atas trotoar itu sangat tampan.
Frase yang bergaris bawah merupakan perluasan subjek, dan
bukan predikat. Frase yang dicetak miring merupakan
predikat berupa kata sifat.
e. Dapat didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni.
Contoh:
(1) Saya adalah mahasiswa Universitas Mulawarman.
(2) Peserta seminar yakni kalangan dosen.
f. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau
bilangan.
Contoh:
(1) Saya mahasiswa. (predikat kata benda)
(2) Kami menanam seribu pohon di hutan. (predikat kata
kerja)

3. Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau
menderita akibat perbuatan subjek. Kehadiran objek dalam
kalimat bergantung pada jenis kalimat serta ciri khas objek itu

1 Aspek adalah kategori gramatikal verba yang menunjukkan lama dan jenis perbuatan.
2 Modalitas adalah klasifikasi pernyataan menurut hal menyungguhkan atau mengingkari
kemungkinan atau keharusan. Dapat pula diartikan sebagai makna kemungkinan, keharusan,
kenyataan, dsb yang dinyatakan dal kalimat (dalam bahasa Indonesia dinyatakan dengan kata
barangkali, harus, dsb).

34 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai
objek. Biasanya predikat berupa kata kerja berkonfiks me-kan,
atau me-i, misalnya mengambilkan, mengumpulkan, mengambili,
melempari, mendekati. Dalam kalimat, objek berfungsi (1)
membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif, (2)
memperjelas makna kalimat, dan (3) membentuk kesatuan atau
kelengkapan pikiran (Widjono, 2011:149).
Ciri-ciri objek menurut Widjono (2011:150) adalah sebagai
berikut.
a. Berupa kata benda.
Contoh:
(1) Nola menulis artikel ilmiah.
(2) Bunda ke kampus mengendarai motor.
b. Tidak didahului kata depan.
Contoh:
(1) Ibu membeli di pasar buah manga itu.
(kata di pasar yang berada tepat di belakang predikat
transitif bukan merupakan objek, melainkan keterangan,
objeknya adalah buah manga itu)
(2) Paman membawa dari Palembang pempek yang lezat.
(kata dari Palembang yang berada tepat di belakang
predikat transitif bukan merupakan objek, melainkan
keterangan, objeknya yaitu pempek yang lezat)
c. Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif.
Contoh:
(1) Anak-anak melempari orang gila dengan kerikil tajam.
(2) Sanny mengumpulkan perangko sejak sekolah dasar.
d. Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat
transitif.
Contoh:
(1) Ayah membeli mobil-mobilan di pasar.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 35


(“Apa yang dibeli ayah di pasar? Jawabannya mobil-
mobilan”)
(2) Ayah membelikan adik mobil-mobilan di pasar.
(“Siapa yang dibelikan mobil-mobilan oleh ayah?
Jawabannya adik”)
e. Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat dipasifkan.
Contoh:
(1) Dinda membersihkan rumah saya. (aktif)
(2) Rumah saya dibersihkan oleh Dinda. (pasif)
Pada kalimat (1) rumah saya menduduki objek, dan pada
kalimat (2) rumah saya menduduki fungsi subjek, sedangkan
objeknya adalah Dinda.

4. Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang berfungsi
melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi
struktur kalimat (Widjono, 2011:150). Ciri-ciri pelengkap
menurut Widjono (2011:150) adalah sebagai berikut.
a. Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak
jelas dan tidak lengkap informasinya.
Contoh:
(1) Tabitha belajar.
(2) Tabitha belajar bahasa Indonesia.
Kalimat (1) terdiri atas subjek dan predikat, namun kalimat
tersebut tidak memberikan informasi yang jelas mengenai
hal yang dipelajari Tabitha. Sedangkan kalimat (2) terdiri atas
subjek-predikat-pelengkap sehingga memberikan informasi
yang lebih jelas tentang yang dipelajari Tabitha, yaitu bahasa
Indonesia.
b. Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif.
Contoh:
(1) Negara ini berlandaskan hukum.

36 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


Untuk memperjelas pemahaman mengenai perbedaan objek
dan pelengkap, berikut disajikan tabel yang menguraikan
perbedaan antara objek dan pelengkap.

Tabel 3.1
Perbedaan Objek dan Pelengkap

No Objek Pelengkap
1. Berwujud frase Berwujud frasa nominal, frasa verbal,
nominal atau frasa adjektival, frasa proposisional, atau
klausa. klausa.
2. Berada langsung Berada langsung di belakang predikat
di belakang jika tidak ada objek dan di belakang
predikat. objek jika ada unsur ini hadir.
3. Menjadi subjek Tidak dapat menjadi subjek akibat
akibat pemasifan pemasifan kalimat.
kalimat.
4. Dapat diganti Tidak dapat diganti dengan pronomia -
dengan nya kecuali kombinasi preposisi selain di,
pronomina -nya. ke, dari, dan akan.
Sumber: Alwi, dkk. (2003:329)

5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan
informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam
kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu,
cara, sebab, dan tujuan. Ciri-ciri keterangan menurut Widjono,
2011:150) sebagai berikut.
1. Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan,
pesan menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap, misalnya surat
undangan, tanpa keterangan menjadi tidak komunikatif.
Contoh:
(1) Kakek datang bersama nenek. (tanpa keterangan)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 37


(2) Kakek datang dari Yogyakarta bersama nenek. (ada
keterangan asal)
Kalimat (1) tidak memberikan informasi dengan jelas karena
tanpa mengikutsertakan keterangan. Sedangkan kalimat (2)
menjadi jelas dengan adanya keterangan asal.
2. Memiliki keleluasaan letak atau posisi (dapat di awal, akhir,
atau menyisip antara subjek dan predikat).
Contoh:
(1) Kemarin saya mengerjakan skripsi di kampus.
(2) Saya kemarin mengerjakan skripsi di kampus.
(3) Saya mengerjakan skripsi di kampus kemarin.
3. Dapat berupa keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat,
syarat, cara, konsesif (konsesif ditandai kata meskipun, walaupun,
dan biarpun, misalnya: Saya berupaya meningkatkan kualitas
kerja meskipun sulit diwujudkan), pengganti nomina
(menggunakan kata bahwa, misalnya: Mahasiswa berpendapat
bahwa sekarang ini sulit mencari pekerjaan).
Contoh:
(1) Laras sudah selesai wisuda kemarin. (keterangan waktu)
(2) Dona tampil cantik untuk acara AMI awards. (keterangan
tujuan)

C. Pola Kalimat Dasar


Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk
sebuah kalimat yang benar, kita telah dapat menentukan pola
kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan fungsi dan peranan
gramatikalnya, ada delapan pola kalimat dasar dalam Bahasa
Indonesia.
1. S – P : Saya mahasiswa baru.
2. S – P – O : Rani mendapat sepeda baru.
3. S – P – Pel : Beliau menjadi ketua koperasi.

38 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


4. S – P – Ket : Kami tinggal di Jakarta.
5. S – P – O – Pel : Hasan mengirim ibunya uang.
6. S – P – O – Ket : Pak Bejo menabung uang di bank.
7. S – P – Pel – Ket : Saya bermain biola di kamar.
8. S – P – O – Pel – Ket : Saya membelikan adik sepeda baru
di Jakarta.

D. Jenis Kalimat
Kalimat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kalimat
berdasarkan pembentukannya; kalimat berdasarkan bentuknya;
dan kalimat berdasarkan fungsinya. Berikut ini akan dipaparkan
masing-masing jenis kalimat.
1. Berdasarkan Unsur Pembentukannya
Berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat terdiri atas
sebagai berikut.
a. Kalimat Berklausa: Kalimat yang terdiri atas satuan yang
berupa klausa. Maksudnya, dalam kalimat ini terdiri atas S,
P, disertai O, Pel, dan K atau tidak. Contoh:
Lembaga itu menerbitkan majalah sastra.
S P O

b. Kalimat Tidak Berklausa: Kalimat yang tidak terdiri atas


klausa. Contoh:
Astaga!
Selamat malam!

2. Bedasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya atau struktur gramatikalnya, kalimat
dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat tunggal umumnya dibedakan atas jenis kata yang
menjadi predikatnya. Kalimat majemuk dapat bersifat setara

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 39


(koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran
(koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan
dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan
dengan kalimat majemuk.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-
kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat
dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana.
Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu
subjek dan satu predikat dan boleh diperluas dengan salah satu
atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan
unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat
pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang
dimaksud dengan pola kalimat dasar.
Berdasarkan bentuk predikatnya, pola kalimat tunggal dapat
dibedakan menjadi lima bagian.
1) Kalimat Berpredikat Nomina
Kalimat berpredikat nomina adalah kalimat yang
predikatnya terdiri atas nomina (termasuk pronominal) atau frasa
nominal. Kalimat ini disebut juga kalimat ekuatif.
Contoh: Laki-laki itu pencurinya.
S P
Pola kalimatnya:
Subjek (Frase Nominal) + Predikat (Nomina)

2) Kalimat Berpredikat Verba


Kalimat berpredikat verba adalah kalimat yang predikatnya
berupa kata kerja (verba) atau frasa verbal.
Contoh: Mira menulis surat kepada kakaknya.
S P O Ket

40 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


Pola kalimatnya: Subjek (Nomina) + Predikat (Verba) + Objek
(Frase Nominal)

Kalimat tunggal dengan predikat verba, dibedakan menjadi


empat, yaitu:

a) Kalimat Verba Intransitif → kalimat yang tidak


membutuhkan objek atau pelengkap.
Contoh: Orang itu berlari dengan kencang.
S P Ket

b) Kalimat Verba Ekatransitif → kalimat ini terdiri atas tiga


unsur inti, yaitu S, P, O. Unsur bukan intinya keterangan.
Contoh: Polisi sedang mengejar tersangka.
S P O

c) Kalimat Verba Dwitransitif → Unsur inti terdiri atas S, P,


O, dan Pel. Kalimat ini memiliki makna benefaktif, bersangkutan
dengan verba yang dilakukan untuk orang lain.
Contoh: Ibu membelikan adik sepeda baru.
S P O Pel

d) Kalimat Verba Semitransitif → kalimat ini terdiri atas S,


P, dan Pel.
Contoh: Dina kehilangan tas.
S P Pel

3) Kalimat Berpredikat Adjektiva


Kalimat berpredikat adjektiva adalah kalimat yang
predikatnya berupa kata sifat (adjektiva) atau frasa adjektival.
Contoh 1: Adiknya sakit.
S P

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 41


Pola kalimatnya:
Subjek (Nomina) + Predikat (Adjektiva)

Contoh 2: Rumah Sari sangat besar.


S P
Pola kalimatnya:
Subjek (Frasa Nomina) + Predikat (Frasa Adjektival)

4) Kalimat Berpredikat Numeralia


Kalimat berpredikat numeralia adalah kalimat yang
predikatnya berupa kata bilangan atau frasa bilangan.
Contoh 1: Uangnya banyak.
S P
Pola kalimatnya:
Subjek (Nomina) + Predikat (Kata bilangan)

Contoh 2: Panjang mobil itu dua meter.


S P
Pola kalimatnya:
Subjek (Frasa nominal) + Predikat (Frasa Bilangan)

5) Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional


Kalimat berpredikat frasa preposisional adalah kalimat yang
predikatnya berupa frasa preposisional, yaitu frasa keterangan.
Contoh: Ibu ke apotek.
S P

Pola kalimatnya:
Subjek (Nomina) + Predikat (Frasa Preposisional)

Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan


menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan

42 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya, kalimat akan
menjadi panjang (lebih panjang daripada kalimat asalnya), tetapi
masih dapat dikenali unsur utamanya.
Contoh:

(1) Mahasiswa berdiskusi.


S P
Kalimat (1) dapat diperluas menjadi:

(2) Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula.


S P Ket

Perluasan kalimat (1) menjadi kalimat (2) merupakan hasil


perluasan subjek mahasiswa dengan semester III; dan perluasan
predikat berdiskusi dengan sedang, serta menambahkan keterangan
tempat di akhir kalimat.

b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung
dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibentuk
dengan cara perluasan kalimat tunggal, menggabungkan dua
klausa atau lebih, dan menggabungkan dua kalimat tunggal atau
lebih. Kalimat majemuk dibedakan menjadi:
1) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang
bersifat koordinatif sehingga tidak ada saling menerangkan.
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau
lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat
jenis, sebagai berikut:
a) Kalimat Majemuk Setara Gabungan, menyatakan
penjumlahan atau gabungan kejadian, kegiatan, peristiwa,
dan proses. Biasanya menggunakan kata hubung dan, serta.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 43


Contoh:
(1) Kami membaca
(2) Mereka menulis
(3) Kami membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan
itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
(1) Direktur tenang.
(2) Karyawan duduk teratur.
(3) Para nasabah antre.
(4) Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para
nasabah antre.

b) Kalimat Manjemuk Setara Pilihan, menyatakan pilihan di


antara dua kemungkinan. Biasanya menggunakan kata
hubung atau, baik ... maupun.
Contoh:
(1) Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di
kantor pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya
ke rumah pemilik televisi langsung.

c) Kalimat Manjemuk Setara Perlawanan/Pertentangan,


menyatakan bahwa hal yang dinyatakan dalam klausa
pertama bertentangan dengan klausa kedua. Biasanya
menggunakan kata hubung tetapi, melainkan.
Contoh:
(1) Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
(2) Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara
berkembang.
Apabila kalimat (1) dan (2) digabung, maka akan menjadi
sepeti berikut:

44 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


(3) Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara
berkembang.

d) Kalimat Manjemuk Setara Urutan, menyatakan kejadian


yang berurutan. Biasanya menggunakan kata hubung lalu,
lantas, kemudian.
Contoh:
(1) Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat
remaja, kemudian disebutkan namanama juara MTQ
tingkat dewasa.
(2) Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai,
lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat.

2) Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk yang terdiri atas perluasan kalimat
tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk
kalimat baru yang disebut anak kalimat. Anak kalimat ditandai
dengan penggunaan kata penghubung dan apabila diletakkan
mendahului induk kalimat, maka dipisah dengan tanda koma.
Sedangkan kalimat asal, yaitu bagian yang tidak mengalami
perubahan, disebut induk kalimat.
Berikut adalah jenis kalimat majemuk bertingkat
berdasarkan jenis keterangan yang menyertai anak kalimatnya.

Tabel 3.2
Jenis Kalimat Majemuk Bertingkat
No Jenis Ciri
1. KMB AK keterangan Menggunakan kata penghubung:
waktu ketika, waktu, saat, setelah, sebelum,
sejak, sedari, sewaktu, sementara,
seraya, sambil, sehabis, tatkala,
hingga, sampai

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 45


2. KMB AK keterangan Menggunakan kata hubung sebab,
sebab/alasan karena, oleh karena
3. KMB AK keterangan Menggunakan kata hubung hingga,
hasil (akibat) sehingga, akhirnya
4. KMB AK Keterangan Menggunakan kata hubung jika,
syarat apabila, kalau, andaikata, seandainya,
asalkan, bilamana, manakala
5. KMB AK keterangan Menggunakan kata hubung agar,
tujuan supaya, demi, untuk, guna, biar
6. KMB AK keterangan Menggunakan kata hubung dengan,
cara dalam
7. KMB AK keterangan Menggunakan kata hubung
konsesif meskipun, walaupun, biarpun
8. KMB AK pengganti Menggunakan kata bahwa
nomina
9. KMB AK sebagai Menggunakan kata seperti, bagaikan,
perbandingan laksana, sebagaimana, daripada, alih-
alih, ibarat
10. KMB AK keterangan Menggunakan kata seolah-olah,
kemiripan seakan-akan
11. KMB AK Menggunakan kata padahal
menerangkan
kenyataan

Keterangan:
KMB : Kalimat Majemuk Bertingkat
AK : Anak Kalimat

Perhatikan contoh kalimat majemuk bertingkat di bawah ini.


1. Ketika memberikan keterangan, saksi itu meneteskan air
mata.
2. Pembangunan rumah susun itu memerlukan penelitian
sebab beberapa unit rumah susun belum berpenghuni.

46 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


3. Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda
kota itu.
4. Aku mau pulang jika ayah menuruti kemauanku.
5. Agar Koperasi Unit Desa (KUD) berkembang, perlu
dipikirkan penciptaan kader-kader yang tangguh.
6. Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM, kita
berharap kegiatan ekonomi tidak lesu lagi.
7. Semangat belajarnya tetap tinggi meskipun usianya sudah
lanjut.
8. Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih
pengurus baru.
9. Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
10. Motorku masih rusak padahal sudah diperbaiki.
11. Dia diam saja seakan-akan tidak tahu kesalahannya.

3. Berdasarkan Fungsinya
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi
kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan
kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam
bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang
khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis
itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh
bermacam-macam tanda baca.
a. Kalimat Berita/Pernyataan/Deklaratif
Kalimat berita (deklaratif/pernyataan) adalah kalimat yang
isinya memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar.
Pada ragam bahasa lisan, bagian akhir kalimat berita ditandai
dengan nada menurun. Sementara itu, pada ragam bahasa tulis,
bagian akhir kalimatnya ditandai dengan tanda titik. Bentuk
kalimat berita bermacam-macam, bisa berupa kalimat aktif atau
pasif, positif atau negatif, langsung atau tidak langsung, tunggal
atau majemuk, dan sebagainya. Kalimat berita dapat berbentuk

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 47


apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitahuan. Dalam
penggunaannya, kalimat berita memiliki beragam tujuan antara
lain menyatakan pemberitahuan, laporan, pengharapan,
permohonan, perkenalan, undangan, dan sebagainya.

Tabel 3.3
Contoh Kalimat Berita/Deklaratif/Pernyataan
No. Bentuk Contoh
1. Pemberitahuan Minggu ini di desa kita akan diadakan
kerja bakti.
2. Laporan Kami telah melaksanakan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya.
3. Pengharapan Saya sangat berharap kamu dapat lulus
ujian lisan nanti.
4. Permohonan Saya mohon Anda dapat mematuhi
peraturan di perusahaan.
5. Perkenalan Saya Sari, putri bungsu Pak Aldi.
6. Undangan Kami mengundang Saudara untuk hadir
dalam acara pernikahan putri kami.

b. Kalimat Pernyataan
Kalimat pertanyaan (interogatif) adalah kalimat yang isinya
menanyakan sesuatu atau seseorang. Kalimat pertanyaan
berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola
intonasi yang berbeda dengan kalimat berita. Perbedaannya
terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi kalimat berita bernada
akhir turun, sedangkan pola intonasi kalimat tanya bernada akhir
naik. Pertanyaan atau kalimat tanya dapat dibentuk dengan
berbagai cara. Caranya adalah dengan menggunakan kata tanya,
seperti apa, siapa, di mana, ke mana, dari mana, mana, berapa,
bagaimana, dan mengapa.
a. Apa → untuk menanyakan benda atau, sesuatu, atau
kegiatan
b. Siapa → untuk menanyakan orang

48 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


c. Di mana, ke mana, mana → untuk menanyakan arah, letak,
atau tempat
d. Berapa → untuk menanyakan jumlah
e. Bagaimana → untuk menanyakan keadaan atau proses
f. Mengapa → untuk menanyakan alasan atau sebab
g. Kapan → untuk menanyakan waktu

Contoh kalimat tanya:


1. Apa yang kamu bawa?
2. Siapa penemu telepon?
3. Di mana kamu membeli baju itu?
4. Ke mana kamu akan pergi?
5. Mengapa kamu datang terlambat?
6. Bagaimana keadaan ibumu sekarang?
7. Kapan ayah pergi ke Amerika?

c. Kalimat Perintah
Kalimat perintah (imperatif) adalah kalimat yang maknanya
memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat
perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang
orang melakukan (berbuat) sesuatu. Dalam bentuk tulis, kalimat
perintah seringkali dengan tanda seru meskipun tanda titik bisa
pula dipakai. Dalam bentuk lisan, nadanya naik pada akhir
kalimat.
Berdasarkan struktur kalimatnya, kalimat perintah atau
disebut juga kalimat suruh dapat digolongkan menjadi empat
golongan, yaitu sebagai berikut.
1) Kalimat Suruh yang Sebenarnya
Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi
suruh. Apabila P-nya terdiri atas verba yang tidak membutuhkan
objek (kata verbal intransitif), bentuk kata verbal itu tetap, hanya
partikel –lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 49


menghaluskan perintah S-nya yang berupa orang kedua, boleh
dilesapkan boleh tidak.
Contoh:
Duduk!
Datanglah engkau ke rumahku!
Berangkatlah sekarang juga!
Untuk memperhalus suruhan, di samping menambah partikel –
lah, kata tolong dapat dipakai di depan kata kerja yang benefaktif,
yaitu kata kerja yang menyatakan tindakan yang dimaksudkan
bukan untuk kepentingan pelakunya.
Contohnya adalah sebagai berikut.
Tolong ambilkan buku itu!
Tolong belikan gula setengah kilo di warung!

2) Kalimat Persilakan
Selain ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat persilakan
ditandai juga oleh penambahan kata silakan yang diletakkan di
awal kalimat. S kalimat boleh dilesapkan boleh juga tidak.
Contohnya adalah sebagai berikut.
Silakan Bapak duduk di sini!
Silakan datang ke rumahku!
Silakan beristirahat!

3) Kalimat Ajakan
Kalimat ajakan ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan
situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa
tindakan. Perbedaannya, tindakan itu bukan hanya dilakukan
oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang
berbicara atau penuturnya. Dengan kata lain, tindakan itu
dilakukan oleh kita.
Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat ini
ditandai juga oleh adanya kata-kata ajakan, yaitu kata mari dan ayo
yang diletakkan di awal kalimat. Partikel –lah dapat ditambahkan

50 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


pada kedua kata itu menjadi marilah dan ayolah. S kalimat boleh
dilesapkan boleh tidak.
Contohnya adalah sebagai berikut.
Mari kita berangkat sekarang!
Ayo kita bermain sepeda!

4) Kalimat Larangan
Kalimat larangan ditandai oleh adanya kata jangan di awal
kalimat. Partikel –lah dapat ditambahkan pada kata tersebut
untuk memperhalus larangan. S kalimat boleh dilesapkan boleh
tidak.
Contohnya adalah sebagai berikut.
Jangan kamu berangkat sendiri!
Jangan suka menjahili orang!

d. Kalimat Seru
Kalimat seru (interjektif) adalah kalimat yang
mengungkapkan perasaan kagum. Kalimat seru juga digunakan
jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau hal
yang mendadak. Kata seru yang digunakan antara lain adalah wah,
aduh, alangkah, dan aduhai.
Contoh:
Alangkah indahnya pemandangan ini!
Wah, rumahmu bagus sekali!
Aduhai merdu sekali suaramu!
Aduh, sakit sekali perutku!

4. Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya


Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat
dibedakan menjadi dua, yaitu: kalimat sempurna (mayor) dan
kalimat tak lengkap (minor).

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 51


a. Kalimat Sempurna (Mayor)
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri
atas sebuah klausa bebas. Oleh karena yang mendasari kalimat
sempurna adalah suatu klausa bebas maka kalimat sempurna
ini cukup kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Contoh:
1) Ayah membaca koran. (Kalimat sempurna dilihat dari
kalimat tunggal)
2) Kalau saya mempunyai uang, saya akan membeli rumah
itu. (Kalimat sempurna dilihat dari kalimat majemuk
bertingkat)

b. Kalimat Tak Sempurna (Minor)


Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang subjek dan
predikatnya tidak lengkap atau dengan kata lain subjek dan
predikatnya tidak ada sama sekali. Kalimat tak sempurna ini
mencakup kalimat pertanyaan, minor, dan seruan. Contoh:
1) “Maksudmu?”
2) “Ayah di Sumatera Utara.”

5. Berdasarkan Susunan Subjek dan Predikatnya


Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya
dapat dibagi menjadi dua, yaitu: kalimat versi dan kalimat
inversi.
a. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini
bisa dikatakan sama dengan kalimat tunggal tunggal yang
mempunyai satu klausa.
Contoh:
1) Dokter menangani pasien itu dengan baik.
2) Mereka bersalaman.

52 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


b. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya
mendahului subjek sehingga membentuk pola P-S. Selain
merupakan variasi dari pola S-P, ternyata kalimat berpola P-S
dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu.
Kata atau frase yang pertama muncul dalam tuturan bisa
menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna.
Contoh:
1) Matikan televisi itu.
2) Tidak terkabul permintaannya.

E. Kalimat Efektif
Dalam proses penulisan karya ilmiah ada dua jenis kalimat
yang mendapat perhatian penulis, yaitu kalimat dan kalimat
efektif. Sebuah kalimat bukanlah sebatas rangkaian kata dalam
frasa dan klausa. Rangkaian kata dalam kalimat ditata unsur-
unsurnya dalam struktur gramatikal yang benar sehingga dapat
menyampaikan makna yang logis. Kalimat-kalimat dalam
penulisan ilmiah harus ditata secara cermat dan efektif karena
kalimat-kalimat tersebut berada dalam tataran laras bahasa
ilmiah.
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran
pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila
berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun
pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.
Ciri-ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut.
(1) Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur S-P.
(2) Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
(3) Menggunakan diksi yang tepat.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 53


(4) Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan
pikiran yang logis dan sistematis.
(5) Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
(6) Melakukan penekanan ide pokok.
(7) Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
(8) Menggunakan variasi struktur kalimat.

F. Syarat Kalimat Efektif


Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk membuat
kalimat efektif.
1. Satu Gagasan
Kalimat efektif harus memiliki subyek dan predikat, sebagai
salah satu syarat kalimat. Subyek dan predikat tersebut harus
saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal. Akan
tetapi, jika terdapat tambahan unsur lain (obyek, keterangan,
ataupun pelengkap) tetap harus memiliki satu gagasan.
Perhatikan contoh berikut ini.
Ayah sedang makan.
S P

Dokter menyuntik pasien.


S P O

2. Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan
pikiran yang baik. Ciri-ciri kesepadanan suatu kalimat sebagai
berikut.

54 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja
membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan
predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di
depan subjek.
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat
tunggal.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

3. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan
terhadap ide pokok dari kalimat. Ada beberapa cara untuk
membentuk penekanan dalam suatu kalimat, antara lain
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di
awal kalimat).
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti:
partikel -lah, -pun, dan -kah.

4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat
dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang
dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Hal ini dikarenakan penggunaan kata yang berlebih akan
mengaburkan maksud kalimat. Oleh karena itu, ada beberapa

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 55


kriteria yang perlu diperhatikan untuk melakukan penghematan,
yaitu:
a) menghilangkan pengulangan subjek;
b) menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi
kata;
c) menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat; dan
d) tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Perhatikan contoh berikut!

(1) Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di


rumahku.

Pada kalimat (1) terdapat kata mubazir yang dapat


dihilangkan, yaitu kata ia, sehingga dapat diperbaiki menjadi
kalimat (2).

(2) Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di


rumahku.

5. Keparalelan
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata
atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me−,
maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me- juga. Perhatikan contoh berikut.

(1) Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir


jalan.

56 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


Kalimat (1) dianggap salah karena menggunakan dua kata
kerja berimbuhan yang berbeda (pada unsur predikat), yaitu me-
dan di-. Seharusnya kalimat (1) diperbaiki menjadi kalimat (2) atau
(3) sebagai berikut.

(2) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke


pinggir jalan.
(3) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir
jalan.

6. Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran
ganda dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan contoh berikut!

(1) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima


hadiah.

Kalimat (1) dapat diperbaiki menjadi kalimat (2) dan (3) sebagai
berikut.

(2) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu


menerima hadiah.
(3) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu
menerima hadiah.

7. Kapaduan
Kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan
dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 57


a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen +
verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat
pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan
objek penderita.
Perhatikan contoh berikut!

(1) Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian


kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu.

Kalimat (1) diangap salah karena tidak memenuhi syarat


kepaduan sehingga harus diperbaiki seperti pada kalimat (2).

(2) Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang


kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan.

8. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah
dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.
Perhatikan contoh berikut!

(1) Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering


mondar-mandir di daerah tersebut.

58 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


Agar menjadi logis, maka kalimat (1) harus diperbaiki sehingga
menjadi kalimat (2) berikut ini.

(2) Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan


itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.

LATIHAN
1. Tentukan unsur-unsur yang membentuk kalimat di bawah
ini!
a. Saya sebaiknya beristirahat sejenak.
b. Perusahaannya makin berkembang akhir-akhir ini.
c. Ia membaca buku itu beberapa kali.
d. Kami merayakan hari ulang tahunnya kemarin.
e. Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.
f. Ketua partai itu menjadi calon presiden.
g. Kegiatan penelitian yang menunjang pembangunan ilmu
dan teknologi perlu mendapat perhatian yang lebih besar.
h. Bunga bank yang terlalu tinggi dan memberatkan.
i. Menyimak, membaca, menulis, dan berbicara adalah
keterampilan bahasa yang harus dipahami, dikuasai, dan
dipraktikkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
j. Akan tetapi, menjadi tidak baik sebab kebaikan tersebut
sering dibungkus dengan kebohongan.
2. Tuliskan hal-hal yang menandai satu kalimat dapat disebut
sebagai kalimat majemuk!
3. Apa yang membedakan antara kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat?
4. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif? Jelaskan dengan
disertai contoh!
5. Jelaskan yang dimaksud dengan kalimat efektif kesepadanan
struktur! Sertakan dengan contoh!

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 59


6. Berikan contoh kalimat menggunakan prinsip kehematan
kata!
7. Jelaskan yang dimaksud dengan kecermatan, ketegasan,
kepaduan dan kelogisan dalam konteks kalimat efektif!
8. Buatlah 5 kalimat tidak efektif kemudian jelaskan alasan
mengapa kalimat tersebut tidak efektif!
9. Berikut ini merupakan contoh kalimat yang tidak efektif.
Ubahlah menjadi kalimat efektif!
a. Untuk kehidupan modern menuntut kemajuan ilmu dan
teknologi.
b. Gadis itu memetiki setangkai bunga.
c. Dia berpukulan-pukulan.
d. Penonton melempar botol.
e. Pasukan Garuda Muda berusaha mengejar
ketertinggalan.

60 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia


BAB IV
PARAGRAF DALAM BAHASA
INDONESIA

Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri dan jenis paragraf.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pola pengembangan
paragraf.
3. Mahasiswa mampu menganalisis paragraf dalam teks.

A. Pengantar
Di dalam sebuah tulisan atau karangan biasanya terdapat
bagian yang agak menjorok ke dalam. Bagian yang secara fisik
sudah tampak dengan nyata karena adanya tanda menjorok itu
disebut paragraf. Dengan kata lain, batas-batas paragraf ditandai
indensi (dimulai pada huruf ke sekian dari margin kiri).
Hakikat paragraf sebenarnya tidak sesederhana itu. Paragraf
merupakan miniatur dari suatu karangan. Syarat-syarat sebuah
karangan ada pada paragraf. Memahami seluk-beluk paragraf
berarti juga memahami miniatur dari sebuah bangun yang
disebut karangan. Terampil membangun paragraf berarti
terampil pula membangun miniatur karangan dalam ukuran yang
lazim. Hal ini berarti bahwa paragraf merupakan dasar utama
bagi kegiatan karang-mengarang.
Untuk dapat memahami paragraf secara baik, maka perlu
mengetahui batasan-batasan paragraf. Banyak pendapat
mengenai pengertian dan batasan paragraf. Meskipun demikian,
intisari dari pendapat-pendapat tersebut adalah sama. Pada
dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling
berhubungan yang secara bersama dipakai untuk menyatakan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 61


atau mengembangkan sebuah gagasan. Paragraf merupakan inti
penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan dan didukung
oleh himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk
membentuk sebuah gagasan.
Dalam pembahasa ini akan dipaparkan mengenai definisi
dan ciri paragraf; unsur paragraf yang meliputi gagasan utama,
kalimat topik, dan kalimat penjelas; serta pola pengembangan
paragraf.

B. Definisi dan Ciri-Ciri Paragraf


Paragraf atau alenia adalah satuan gramatikal yang lebih
besar dan lebih luas dari kalimat. Paragraf merupakan miniatur
dari sebuah karangan. Syarat-syarat sebuah karangan ada pada
paragraf. Pada dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat
yang saling berhubungan yang secara bersama dipakai untuk
menyatakan atau mengembangkan sebuah gagasan. Paragraf
merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan
dan didukung oleh himpunan kalimat yang saling berhubungan
untuk membentuk sebuah gagasan.
Setiap paragraf harus menyampaikan sebuah gagasan utama.
Gagasan utama tersebut harus dijelaskan oleh gagasan-gagasan
bawahan sehingga dalam paragraf terdapat beberapa kalimat
yang saling tekait. Dalam rangkaian kalimat itu tidak satu pun
kalimat yang bertentangan dengan kalimat gagasan utama dan
kalimat-kalimat gagasan bawahan. Kalimat yang berisi gagasan
utama disebut kalimat topik dan kalimat yang bergagasan
bawahan adalah kalimat penjelas. Sebuah paragraf dalam
penulisan karangan ilmiah minimal tediri tiga kalimat.
Untuk dapat memahami paragraf secara baik, maka perlu
mengetahui batasan-batasan paragraf. Banyak pendapat
mengenai pengertian dan batasan paragraf. Meskipun demikian,
intisari dari pendapat-pendapat tersebut adalah sama. Pada
dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling

62 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


berhubungan yang secara bersama dipakai untuk menyatakan
atau mengembangkan sebuah gagasan.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam
sebuah karangan dan didukung oleh himpunan kalimat yang
saling berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam
sebuah karangan atau tulisan, paragraf mempunyai fungsi
memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan
satu topik atau tema dengan topik atau tema yang lain karena
setiap paragraf hanya boleh mengandung satu unit pikiran atau
gagasan utama. Gagasan utama atau ide pokok tersebut berfungsi
sebagai pengendali informasi yang diungkapkan melalui sejumlah
kalimat.
Paragraf mempunyai gagasan utama yang dikemas dalam
kalimat topik. Bagi penulis, gagasan utama itu menjadi
pengendali untuk kalimat-kalimat penjelas atau pengembang agar
tidak keluar dari pokok pembicaraan. Sementara itu, bagi
pembaca gagasan utama itu menjadi penuntun dalam memahami
isi karena di situlah inti informasi yang ingin disampaikan penulis.
Salah satu dari sekumpulan kalimat dalam paragraf merupakan
kalimat topik, sedangkan kalimat-kalimat lainnya merupakan
pengembang yang berfungsi memperjelas atau menerangkan
kalimat topik.
Secara umum, paragraf yang efektif mempunyai ciri-ciri,
yaitu: (1) mengandung satu gagasan utama yang dijelaskan
dengan beberapa pikiran penjelas, (2) pikiran penjelas yang betul-
betul mendukung gagasan utama, (3) gagasan utama dan penjelas
yang dikemas dalam kalimat yang lugas dan efektif, dan (4)
kalimat yang satu berkait serasi dengan kalimat yang lain dalam
sebuah paragraf.

C. Gagasan Utama dan Kalimat Topik


Paragraf yang tidak memiliki gagasan utama atau ide pokok
sesungguhnya tidak dapat dianggap sebagai paragraf. Bentuk

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 63


kebahasaan itu hanya merupakan untaian yang kontruksi atau
bentuknya menyerupai paragraf. Ada argumentasi yang
menyatakan bahwa di dalam paragraf narasi, gagasan utama itu
tidak diperlukan. Gagasan utama itu mungkin memang sama
sekali tidak tersurat dalam paragraf itu tetapi terimplikasi atau
tersirat di dalamnya.
Gagasan utama merupakan pengendali dari bangunan
paragraf itu. Bahkan apabila gagasan utama itu terimplikasi atau
tersirat dalam sebuah paragraf, gagasan utama yang tersirat itu
pun mampu menjadi peranti kendali bagi sebuah paragraf.
Kalimat yang mengandung gagasan utama atau ide pokok
paragraf itulah yang di sebut dengan kalimat topik atau kalimat
utama. Jadi, kalimat topik paragraf itu harus berisi ide utama dari
paragraf yang bersangkutan. Satu gagasan utama dapat
dikembangkan menjadi beberapa kalimat topik sehingga dapat
pula dilahirkan paragraf dengan dimensi yang berbeda fokusnya.
Fungsi kalimat topik sangat penting, yaitu memberitahukan
kepada pembaca mengenai apa yang diperbincangkan di dalam
paragraf itu. Bagi penulis kalimat topik berfungsi sebagai
pengendali atau pengontrol terhadap permasalahan yang akan
dibicarakan di situ. Dengan kata lain, kalimat topik berfungsi
sebagai pemberi arah terhadap semua permasalahan yang
dituliskan di dalam paragraf itu. Bagi paragraf itu sendiri, kalimat
topik berfungsi sebagai sandaran bagi kalimat-kalimat lain di
dalam paragraf itu. Kalimat-kalimat lain akan selalu bertolak dari
gagasan yang terdapat di dalam kalimat topik itu. Semua kalimat
yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan
satu hal atau satu tema tertentu.
Unsur penting kedua dalam sebuah paragraf adalah unsur
kalimat penjelas. Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari
kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut
gagasan utama yang terdapat dalam paragraf tersebut. Kalimat
penjelas yang benar dan baik akan menjadi penentu pokok dari

64 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


benar-benar baik dan tuntasnya paragraf tersebut. Panjang dan
atau jumlah kalimat penjelas tidak ada ukuran pasti.
Pengembangan paragraf dilakukan untuk memerinci secara
cermat gagasan utama yang terkandung dalam kalimat topik.
Dalam perincian itu terangkai sejumlah informasi yang
terhimpun menurut kerangka dan tahapan tertentu. Dengan
menuliskannya dalam kalimat-kalimat penjelas, informasi itu
disampaikan secara logis, dijalin secara berurutan, dan ditautkan
secara tertib.
Tuntas dan tidak tuntasnya penjabaran kalimat topik ke
dalam kalimat-kalimat penjelas pada sebuah paragraf sama sekali
tidak dapat ditentukan dan diukur dari panjang-pendeknya
paragraf, tetapi lebih dari semua itu, yakni terletak pada
bagaimana gagasan utama dan kalimat topik paragraf itu
dijabarkan secara sungguh-sungguh jelas dan terperinci. Jadi,
jangan terkecoh dengan kuantitas atau jumlah kalimat dalam
sebuah paragraf.
Kalimat penjelas dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat
penjelas mayor dan kalimat penjelas minor. Kalimat penjelas
mayor atau kalimat pengembang langsung adalah kalimat
penjelas utama yang bertugas menjelaskan secara langsung
gagasan utama dan kalimat topik yang terdapat di dalam paragraf
itu. Jadi, hubungan antara kalimat topik dan kalimat penjelas
utama dalam sebuah paragraf itu bersifat langsung. Sedangkan
kalimat penjelas minor atau kalimat pengembang tidak
langsung adalah kalimat penjelas yang tidak secara langsung
menjelaskan gagasan utama dan kalimat topik paragraf. Akan
tetapi, kalimat penjelas minor demikian itu menjelaskan kalimat
penjelas mayor tertentu secara langsung. Jadi, sebuah penjelas
utama tertentu tidak serta merta dapat digunakan untuk
menjelaskan kalimat penjelas utama yang lainnya.
Sebuah paragraf terdiri atas kalimat topik yang dijelaskan
dengan kalimat-kalimat pengembang, baik pengembang

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 65


langsung (kalimat penjelas mayor) dan pengembang tidak
langsung (kalimat penjelas minor). Banyaknya kalimat
pengembang langsung dan pengembang tidak langsung sangat
bergantung pada luas dan sempitnya cakupan informasi yang
terdapat pada kalimat topiknya. Namun, yang tidak boleh
dilanggar adalah kalimat topik yang langsung dijelaskan oleh
kalimat pengembang tidak langsung.

(1) Ruang lingkup manajemen operasi mencakup tiga aspek


utama, yaitu perencanaan sistem produksi, sistem
pengendalian produksi, dan sistem informasi produksi.
Perencanaan sistem produksi meliputi perencanaan
produk, perencanaan lokasi pabrik, perencanaan tata letak
pabrik, perencanaan lingkungan kerja, dan perencanaan
standar produksi. Sistem pengendalian produksi meliputi
pengendalian proses produksi, bahan, tenaga kerja, biaya,
kualitas, dan pemeliharaan. Sementara itu, sistem informasi
produksi meliputi struktur organisasi, produksi atas dasar
pesanan, dan produksi massal (mass production).

Jika dicermati, struktur paragraf pada contoh (1) di atas


menggunakan struktur kalimat topik (KT) diikuti kalimat
penjelas mayor atau kalimat pengembang langsung (KPL).
Kalimat topik dijelaskan dengan tiga kalimat pengembang
langsung. Kalimat topik pada contoh (1) di atas adalah ruang
lingkup manajemen operasi mencakup tiga aspek utama, yaitu perencanaan
sistem produksi, sistem pengendalian produksi, dan sistem informasi
produksi. Kalimat topik tersebut dijelaskan dengan tiga kalimat
pengembang langsung sesuai dengan jumlah informasi yang
dibutuhkan.

66 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


Kalimat Pengembang
Langsung 1
Perencanaan sistem produksi
meliputi perencanaan produk,
perencanaan lokasi pabrik,
perencanaan tata letak pabrik,
perencanaan lingkungan kerja,
dan perencanaan standar
produksi. Sistem pengendalian
produksi meliputi pengendalian
proses produksi, bahan, tenaga
Kalimat Topik kerja, biaya, kualitas, dan
Ruang lingkup manajemen pemeliharaan.
operasi mencakup tiga aspek
utama, yaitu perencanaan sistem Kalimat Pengembang
produksi, sistem pengendalian Langsung 2
produksi, dan sistem informasi Sistem pengendalian produksi
produksi. meliputi pengendalian proses
produksi, bahan, tenaga kerja,
biaya, kualitas, dan pemeliharaan.

Kalimat Pengembang
Langsung 3
Sementara itu, sistem informasi
produksi meliputi struktur
organisasi, produksi atas dasar
pesanan, dan produksi massal
(mass production).

(2) Dalam hal pakaian adat, masyarakat Tengger memiliki


tradisi berbusana yang merefleksikan kebersahajaan hidup
dan religiusitas yang mendalam. Pakaian adat dikenakan
ketika ada ritual ataupun hajatan. Para pria mengenakan
celana panjang warna hitam, baju koko lengan panjang—
biasanya warna hitam untuk warga biasa dan warna putih
untuk dukun pandita—serta mengenakan ikat kepala
(udeng). Para perempuan mengenakan kain batik dan
kebaya polos hitam dengan menyanggul rambut mereka
atau menyisir rambut mereka dengan rapi.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 67


Strukutr paragraf pada contoh (2) adalah kalimat topik (KT)
yang dijelaskan dengan satu kalimat penjelas mayor atau kalimat
pengembang langsung (KPL) dan dua kalimat penjelas minor
atau kalimat pengembang tidak langsung (KPTL). Kalimat
topiknya adalah dalam hal pakaian adat, masyarakat Tengger memiliki
tradisi berbusana yang merefleksikan kebersahajaan hidup dan religiusitas
yang mendalam.

Kalimat Topik
Dalam hal pakaian adat, masyarakat Tengger memiliki tradisi
berbusana yang merefleksikan kebersahajaan hidup dan religiusitas
yang mendalam.

Kalimat Pengembang Langsung


Pakaian adat dikenakan ketika ada ritual ataupun hajatan.

Kalimat Pengembang Tidak Langsung 1


Para pria mengenakan celana panjang warna hitam, baju
koko lengan panjang—biasanya warna hitam untuk
warga biasa dan warna putih untuk dukun pandita—
serta mengenakan ikat kepala (udeng).

Kalimat Pengembang Tidak Langsung 2


Para perempuan mengenakan kain batik dan kebaya
polos hitam dengan menyanggul rambut mereka atau
menyisir rambut mereka dengan rapi.

D. Fungsi Paragraf
Paragraf yang berupa himpunan kalimat saling terkait dalam
mengemukakan gagasan utama berfungsi penting bagi penulis
paragraf dan bagi pembaca paragraf dalam teks. Perhatikanlah
fungsi-fungsi paragraf tersebut.

68 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


1. Fungsi Paragraf bagi Penulis
(a) Paragraf memudahkan pengertian dan pemahaman
dengan menceraikan satu tema dari tema yang lain
dalam teks.
(b) Paragraf merupakan wadah untuk mengungkapkan
sebuah ide tau pokok pikiran secara tertulis.
(c) Paragraf harus memisahkan setiap unit pikiran yang
berupa ide sehingga tidak terjadi percampuran di antara
unit pikiran penulis.
(d) Penulis tidak cepat lelah dalam menyelesaikan sebuah
karangan dan termotivasi masuk ke dalam paragraf
berikutnya.
(e) Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara
bab karangan dalam satu kesatuan yang koherensi: bab
pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan.

2. Fungsi Paragraf bagi Pembaca


(a) Dengan memisahkan atau menegaskan perhentian
secara wajar dan formal, pembaca dapat dengan jelas
memahami gagasan utama paragraf penulis.
(b) Pembaca dengan mudah menikmati karangan secara
utuh sehingga memperoleh informasi penting dan
kesanyang kondusif.
(c) Pembaca sangat tertarik dan bersemangat membaca
paragraf per paragraf karena tidak membosankan atau
tidak melelahkan.
(d) Pembaca dapat belajar bagimmana cara menarik untuk
menyampaikan sebuah gagasan dalam paragraf tulis.
(e) Pembaca merasa tertarik dan termotivasi cara
menjelaskan paragraf tidak hanya dengan kata-kata,
tetapi dapat juga dengan gambar, bagan, diagram,
grafik, dan kurva.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 69


E. Syarat Paragraf
Pengembangan paragraf seperti yang telah diuraikan pada
bagian sebelumnya tentu saja disesuaikan dengan maksud atau
tujuan penulisan itu. Di samping itu, sebuah tulisan dapat pula
disusun menurut urutan dari yang umum ke yang khusus atau
dari yang khusus ke yang umum. Dalam keseluruhan tulisan itu,
ada bagian pembuka (ancang-ancang), bagian isi (penjabaran),
dan bagian penutup. Pada keseluruhan bagian karangan ada
bagian yang tidak kalah penting, yaitu bagian yang memberikan
rambu-rambu. Rambu-rambu yang dimaksud adalah penanda
hubungan antarbagian yang sangat mutlak diperlukan untuk
membangun paragraf yang baik. Secara umum rambu-rambu
paragraf yang baik meliputi kesatuan, kepaduan,
kelengkapan/ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi.
Perincian mengenai rambu-rambu atau syarat paragraf yang
baik adalah sebagai berikut.
1. Kohesi (kesatuan), yaitu semua kalimat harus
mengemukakan satu tema yang jelas. Sebuah paragraf
dikatakan memiliki kesatuan jika paragraf hanya
mengandung satu gagasan utama dan kalimat-kalimat dalam
paragraf mengarah pada satu pokok pikiran atau tidak
menyimpang dari pokok pembicaraan.
2. Koherensi (kepaduan), yaitu antarkalimat dalam paragraf
saling terkait. Sebuah paragraf dikatakan padu jika terdapat
keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf.
Keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf dapat
dibangun dengan menggunakan alat kohesi, baik gramatikal
maupun leksikal. Alat kohesi gramatikal yang dapat
digunakan untuk membangun paragraf yang padu, antara
lain: (a) kata transisi (konjungsi/ungkapan penghubung
antarkalimat), (b) referensi (pengacuan), (c) paralelisme
(kesejajaran struktur), dan (d) elipsis (pelesapan). Sementara

70 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


itu, alat kohesi leksikal, antara lain berupa (a) sinonim, (b)
antonim, (c) hiponim, dan (d) repetisi (pengulangan).
3. Penggunaan metode pengembangan paragraf sebagai
penjelas gagasan utama paragraf. Metode yang digunakan
dari metode proses sampai dengan metode definisi.
4. Setiap paragraf harus mempunyai satu gagasan utama yang
ditulis dalam kalimat topik. Posisi kalimat topik dalam
paragraf ditempatkan pada:
a) Kalimat topik pada awal paragraf (deduktif),
b) Kalimat topik pada akhir paragraf (induktif),
c) Kalimat topik pada awal dan akhir paragraf (deduktif
induktif),
d) Kalimat topik pada tengah paragraf (ineratif),
e) Kalimat topik pada semua kalimat dalam paragraf
(deskriptif).
Kalimat topik dalam paragraf ditulis dalam kalimat tunggal
atau kalimat majemuk bertingkat karena kedua kalimat itu
hanya menyampaikan satu gagasan utama.
5. Penulis paragraf tetap memperhatikan kaidah satuan bahasa
yang lain, seperti ejaan, tanda baca, kalimat, diksi, dan
bentukan kata.
6. Dalam penulisan karangan ilmiah, penulisan paragraf harus
memperhatikan hal-hal teknis penulisan, seperti kutipan,
sumber rujukan, tata letak grafik, kurva, gambar.
7. Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraf pada posisi
bagian karanagan pendahuluan, isi, dan simpulan.
8. Penulisan paragraf yang menjorok ke dalam, sejajar, atau
menekuk.
9. Penulis juga memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat
dalam sebuah paragraf, yaitu jumlah kosakata paragraf
antara 30—100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga
kalimat.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 71


10. Jika uraian paragraf melebihi 100 kata sebaiknya dibuat
menjadi dua paragraf.

Berikut ini diberikan contoh kohesi (kesatuan) dalam


paragraf.

(3) Angklung merupakan alat musik tradisional masyarakat


Sunda, yang sejak November 2010 diakui sebagai warisan
budaya oleh UNESCO. Alat musik tersebut berbahan pipa
bambu. Pada awalnya angklung dimainkan dengan tangga
nada pentatonik yang terdiri atas lima nada, seperti halnya
gamelan dan alat tradisional lain. Tahun 1938 angklung
mulai dimainkan dengan tangga nada diatonik layaknya alat
musik barat, seperti piano.

Contoh paragraf (3) di atas mengandung satu kalimat topik,


yaitu angklung merupakan alat musik tradisional masyarakat Sunda.
Kalimat topik itu dikembangkan dengan empat kalimat penjelas,
yaitu (1) November 2010 diakui sebagai warisan budaya oleh
UNESCO; (2) Angklung berbahan pipa bambu; (3) Pada awalnya
angklung dimainkan dengan tangga nada pentatonik; (4) Tahun 1938
angklung mulai dimainkan dengan tangga nada diatonik. Keempat
kalimat pengembang itu membicarakan persoalan yang sama,
yaitu angklung. Oleh karena itu, aspek kesatuan sebagai salah satu
ketentuan paragraf yang baik terpenuhi.
Sebuah paragraf kadang-kadang mengandung dua gagasan
utama. Paragraf seperti itu termasuk paragraf yang tidak baik
karena aspek kesatuannya tidak terpenuhi. Kalau ada paragraf
semacam itu, gagasan utama sebaiknya dipisah ke dalam paragraf
yang berbeda. Dengan begitu, kesatuan paragraf dapat terpenuhi
dan pengembangannya pun dapat lebih baik. Perhatikan contoh
paragraf berikut.

(4) Pada saat ini manfaat internet sebagai sarana komunikasi


di tengah-tengah masyarakat sangat besar. Internet

72 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


dipandang sebagai sarana yang tidak dapat diabaikan dalam
kehidupan sehari-hari.Penulisan karya tulis ilmiah ini
bertujuan untuk mengetahui peran, manfaat, dan dampak
negatif internet bagi masyarakat. Selain itu, tujuan
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
dan mendalami fasilitas dan perkembangan internet.

Dalam paragraf (4) tersebut, terdapat dua pesan atau gagasan


utama yang ingin disampaikan penulis. Agar paragraf menjadi
baik, dua gagasan utama itu harus dipisahkan ke dalam dua
paragraf yang berbeda seperti berikut.

(4a) Internet sebagai sarana komunikasi di tengah-tengah


masyarakat pada saat ini sangat besar andilnya. Internet
dipandang sebagai sarana yang tidak dapat diabaikan dalam
kehidupan sehari-hari.

(4b) Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk


mengetahui peran, manfaat, dan dampak negatif internet
bagi masyarakat. Selain itu, tujuan penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan mendalami fasilitas
dan perkembangan internet.

Gagasan utama dalam paragraf (4a) adalah andil internet


sebagai sarana komunikasi di tengah-tengah masyarakat sangat besar
yang terdapat dalam kalimat pertama. Gagasan utama (4a) itu
dikembangkan dengan gagasan tambahan yang berupa kalimat
penjelas internet dipandang sebagai sarana yang tidak dapat diabaikan
dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, yang menjadi gagasan
utama dalam paragraf (4b) adalah tujuan penulisan karya tulis ilmiah.
Kedua gagasan utama itu berisi dua hal yang berbeda sehingga
tidak mungkin disatukan dalam satu paragraf. Oleh karena itu,
jika ada paragraf dengan kasus semacam itu, paragraf itu harus
dipecah ke dalam dua paragraf, kemudian setiap paragraf dapat
dikembangkan lagi dengan menambah kalimat penjelas.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 73


Berikut ini diberikan contoh koherensi (kepaduan) dalam
paragraf yang memanfaatkan referensi berupa pronomia
persona. Pronomina persona merupakan bentuk deiksis yang
mengacu pada orang secara berganti-ganti. Hal ini sangat
bergantung pada peran pelibat wacana, baik sebagai pembicara
(persona I), pendengar (persona II), atau yang dibicarakan
(persona III). Pronomina persona III yang berupa enklitik -nya
mengacu pada maujud yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya. Dengan kata lain, enklitik -nya cenderung bersifat
anaforis.

(5) Ciri khas masyarakat Tengger secara tradisional adalah


kepatuhan mereka dalam meyakini dan menjalankan ajaran
leluhur, seperti menggelar ritual yang berkaitan dengan
daur kehidupan dan lingkungan alam. Meskipun sudah
mengenal pertanian komersial sejak zaman kolonial
Belanda, mereka tidak serta-merta meninggalkan tradisi
leluhurnya hanya karena alasan ekonomi. Sektor pariwisata
juga tidak bisa mengubah secara mutlak pandangan dan
perilaku hidup mereka. Persentuhan mereka dengan
budaya modern—menonton televisi, menggunakan
sepeda motor dan mobil buatan Jepang, mengenakan
pakaian buatan pabrik, hingga mengenyam pendidikan
sekolah—juga tidak mengurangi keyakinan dan kesetiaan
masyarakat Tengger terhadap ajaran leluhurnya.

Dalam contoh (5) tersebut, ada dua kata ganti yang


digunakan, yaitu mereka dan –nya. Kata ganti mereka merupakan
kata ganti untuk frasa masyarakat Tengger yang telah disebutkan
pada bagian sebelumnya. Begitu juga dengan kata ganti –nya.
Kata ganti itu juga menggantikan frasa masyarakat Tengger.
Pemanfaatan kata ganti seperti itu juga membantu pemaduan
antarkalimat dalam paragraf.

74 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


F. Jenis Paragraf
Dalam karangan terdapat bermacam-macam jenis paragraf.
Berikut ini dipaparkan tiga kelompok jenis paragraf, yaitu (1)
berdasarkan posisi kalimat topik, (2) dan (3).
1. Berdasarkan Posisi Kalimat Topik
Berdasarkan letak kalimat topiknya, paragraf dibedakan atas
paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif, ineratif, dan
menyebar.
a. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya
terletak di awal paragraf dan diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas
untuk mendukung gagasan utama. Ide pokok atau gagasan utama
berupa pernyataan umum yang dikemas dalam kalimat topik.
Kalimat topik itu kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat
pengembang yang berfungsi memperjelas informasi yang ada
dalam kalimat topiknya.
Perhatikan contoh (6) berikut ini. Kalimat yang dicetak tebal
adalah kalimat topik.

(6) Tenaga kerja yang diperlukan dalam persaingan


bebas adalah tenaga kerja yang mempunyai etos kerja
tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan
berkepribadian. Tenaga kerja yang pandai adalah tenaga
kerja yang mempunyai kemampuan akademis memadai
sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Terampil artinya
mampu menerapkan kemampuan akademis yang dimiliki
disertai kemampuan pendukung yang sesuai untuk
diterapkan agar diperoleh hasil maksimal. Sementara itu,
tenaga kerja yang berkepribadian adalah tenaga kerja yang
mempunyai sikap loyal, disiplin, dan jujur.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 75


b. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya
terdapat pada bagian akhir. Secara garis besar, paragraf induktif
mempunyai ciri-ciri, yaitu (a) diawali dengan penyebutan
peristiwa-peristiwa khusus yang berfungsi sebagai penjelas dan
merupakan pendukung gagasan utama, dan (b) kemudian
menarik simpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus itu.
Untuk menjaga koherensi antarkalimat dalam paragraf,
dalam perumusan kalimat simpulan itu acap digunakan konjungsi
penumpu kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai konjungsi
antarkalimat. Kata atau frasa yang biasa digunakan sebagai
penumpu kalimat simpulan itu adalah jadi, akhirnya, akibatnya, oleh
karena itu, maka dari itu, berdasarkan uraian di atas, dan dengan
demikian.
Karena fungsinya sebagai penumpu kalimat, kata-kata
tersebut diletakkan di awal kalimat dan tentu saja harus diawali
dengan huruf kapital. Kata-kata tersebut harus diikuti tanda baca
koma karena fungsinya juga sebagai konjungsi antarkalimat
(konjungsi ekstraklausal).

(7) Salju yang turun dari langit memberikan hiasan yang indah
untuk bumi. Beberapa kota disulap dengan nuansa putih,
menghasilkan pemandangan cantik dan memikat bagi
penikmat keindahan. Hawa dinginnya semakin hari
menggigit kawasan-kawasan yang beriklim subtropis dan
sedang ini. Inilah musim dingin yang terjadi di negeri
matahari terbit.

Paragraf (7) di atas diawali dengan perincian yang berupa


peristiwa-peristiwa khusus. Peristiwa khusus itu berupa salju
yang turun, keadaan kota yang memutih karena salju, dan hawa
dingin yang menyelimuti beberapa wilayah di Jepang. Semua
peristiwa khusus itu kemudian disimpulkan bahwa itulah keadaan
Jepang saat musim dingin. Tulisan dengan pemaparan semacam

76 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


itu dapat dikategorikan sebagai paragraf induktif, suatu paragraf
yang dimulai dengan hal khusus kemudian diakhiri dengan
pernyataan umum yang merupakan kalimat topiknya.

c. Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang kalimat
topiknya terdapat pada bagian awal dan akhir paragraf. Meskipun
ada dua kali pemunculan kalimat topik, hal itu bukan berarti
gagasan utamanya ada dua. Adanya dua kalimat topik itu hanya
merupakan bentuk pengulangan gagasan utama untuk
mempertegas informasi. Paragraf dengan pola ini dimulai dari
pernyataan yang bersifat umum, diikuti dengan pernyataan-
pernyataan yang bersifat khusus sebagai penjelas, dan diakhiri
dengan pernyataan umum lagi yang merupakan pengulangan
gagasan utama. Biasanya gagasan utama pada akhir paragraf
dikemas dengan kalimat topik yang agak berbeda dengan
kemasan kalimat topik pertama.
Perhatikan contoh paragraf (8) berikut. Kalimat yang dicetak
tebal merupakan kalimat topik.

(8) Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya


kolesterol merupakan faktor risiko yang paling besar
yang menyebabkan seseorang terserang penyakti
jantung koroner. Hampir 80% penderita jantung koroner
di Eropa disebabkan kadar kolesterol dalam tubuh yang
tinggi. Bahkan, di Amerika hampir 90% penderita jantung
koroner disebabkan penderita makan makanan yang
berkadar kolesterol tinggi. Begitu juga di Asia, sebagian
besar penderita jantung koroner disebabkan oleh pola
makan yang banyak mengandung kolesterol. Dengan
demikian, kolesterol merupakan penyebab utama
penyakit jantung koroner.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 77


d. Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya
terletak di tengah-tengah paragraf. Paragraf ini diawali dengan
kalimat-kalimat penjelas sebagai pengantar kemudian diikuti
gagasan utama dan ditambahkan lagi kalimat-kalimat penjelas
untuk menguatkan atau mempertegas informasi.
Perhatikan contoh paragraf (9) di bawah ini. Bagian yang
dicetak tebal adalah kalimat topiknya.

(9) Gunung Sinabung di Sumatera Utara meletus. Belum reda


letusan Gunung Sinabung, Gunung Kelud di Jawa Timur
juga meletus. Selain gunung berapi yang meletus itu, banjir
terjadi di beberapa daerah. Ibu kota Jakarta, seperti tahun-
tahun sebelumnya, dilanda banjir. NTT yang sering
mengalami kekeringan juga dilanda banjir. Indonesia
memang sedang ditimpa banyak musibah dan
bencana. Bencana-bencana tersebut menelan korban,
baik harta maupun jiwa. Padi di sawah-sawah yang siap
panen menjadi gagal panen. Sayur mayur yang banyak
ditanam dan dihasilkan di lereng-lereng gunung juga
hancur sehingga harga di pasar menjadi melambung.

e. Paragraf Menyebar
Paragraf dengan pola semacam itu tidak memiliki kalimat
utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau
tersirat pada kalimat-kalimatnya. Perhatikan contoh (10) di
bawah ini.

(10) Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak


berkilauan. Warna bunga menjadi sangat indah diterpa
sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna
terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Angin
pun semilir terasa menyejukkan hati.

78 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


Gagasan utama paragraf (10) tersebut tidak terdapat pada
kalimat pertama, kedua, dan seterusnya. Untuk dapat memahami
gagasan utama paragraf itu, pembaca harus menyimpulkan isi
paragraf itu. Dengan memperhatikan setiap kalimat dalam
paragraf itu, maka dapat menyarikan isinya, yaitu gambaran
suasana pada pagi hari yang cerah. Inti sari itulah yang menjadi
gagasan utamanya.

2. Berdasarkan Gaya Ekspresi (Cara Pengungkapan)


Suatu gagasan dapat diungkapkan dengan berbagai gaya
bergantung pada tujuan komunikasinya. Tujuan komunikasi yang
berbeda pasti akan disampaikan dengan gaya pengungkapan yang
berbeda pula. Misalnya, jika komunikasi tersebut bertujuan untuk
memberikan informasi secara objektif tanpa bermaksud
memengaruhi atau mengajak, gagasan itu dapat disampaikan
dengan corak eksposisi. Suatu gagasan yang disampaikan dengan
maksud untuk meyakinkan orang lain tidak mungkin
diungkapkan dengan corak deskripsi. Penulis tentu akan memilih
gaya pengungkapan yang paling sesuai, yaitu argumentasi. Gaya
atau corak ekspresi meliputi narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi.
a. Paragraf Narasi
Narasi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan
menceritakan atau mengisahkan rangkaian kejadian atau
peristiwa—baik peristiwa kenyataan maupun peristiwa rekaan—
atau pengalaman hidup berdasarkan perkembangannya dari
waktu ke waktu sehingga tampak seolah-olah pembaca
mengalami sendiri peristiwa itu. Paragraf narasi dimaksudkan
untuk memberi tahu pembaca atau pendengar tentang sesuatu
yang diketahui atau dialami penulis supaya pembaca terkesan.
Ciri utama paragraf narasi adalah adanya peristiwa atau
kejadian, baik yang benar-benar terjadi atau berupa imajinasi

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 79


maupun gabungan keduanya, yang dirangkai dalam urutan waktu.
Di dalam peristiwa itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu
konflik. Konflik itulah yang dapat menambah daya tarik cerita.
Jadi, ketiga unsur yang berupa kejadian, tokoh, dan konflik
merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu
bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur.
Paragraf narasi, berdasarkan tujuannya dapat dibedakan atas
narasi ekspositoris, artistik, dan sugestif. Narasi ekspositoris
berisi penyampaian informasi secara tepat tentang suatu
peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya dengan tujuan
memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang
(biasanya satu orang). Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai
saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Narasi
artistik berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu atau
menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca
atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Narasi
sugestif berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu dan
menyampaikan suatu amanat secara terselubung kepada para
pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.
Berdasarkan sifat informasinya, ada narasi yang berupa fakta
dan narasi yang berupa fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta
adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh
narasi yang berupa fiksi adalah novel, cerita pendek, cerita
bersambung, dan cerita bergambar.
Perhatikan contoh paragraf narasi berikut.

(11) June berasal dari keluarga penulis. Kedua orang tuanya


mencari nafkah dari menulis. Ibunya seorang penulis novel
dan ayahnya seorang dosen. Kakak laki-lakinya adalah
seorang wartawan. Selama masa hidupnya June merasa
terintimidasi oleh sebutan keluarga penulis. Ia dihadapkan
pada situasi yang mengharuskan ia bisa menulis. Bila ada
yang memintanya menulis, ia menolak dengan alasan bakat
keluarganya dalam menulis sudah habis.

80 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


b. Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi berisi gambaran mengenai suatu objek
atau suatu keadaan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan
indera. Paragraf ini bertujuan untuk memberikan kesan/impresi
kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan
semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Melalui
pengesanan ini pembaca seolah-olah berada di suatu tempat dan
dapat melihat, mendengar, meraba, mencium, atau merasakan
apa yang tertulis dalam paragraf tersebut.
Paragraf deskripsi mempunyai beberapa pola
pengembangan, yaitu (1) pola deskripsi spasial, (2) pola deskripsi
sudut pandang, (3) pola deskripsi pengamatan (observasi), dan
(4) pola deskripsi fokus. Pertama, pola deskripsi spasial
merupakan suatu pola pengembangan paragraf yang
menggambarkan objek berupa ruang, benda, atau tempat. Kedua,
pola deskripsi sudut pandang merupakan suatu pola sudut
pandang yang didasarkan atas posisi penulis dalam
menggambarkan suatu objek. Pola pengembangan sudut
pandang dibagi menjadi dua, yaitu sudut pandang subjektif dan
sudut pandang objektif. Ketiga, pola deskripsi pengamatan
(observasi) adalah suatu pola paragraf yang dikembangkan
dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang akan
dideskripsikan. Pembaca seolah-olah dapat melihat atau
mengalami sendiri tentang objek yang dilukiskan. Keempat, pola
deskripsi fokus merupakan suatu pola paragraf yang
dikembangkan dengan menonjolkan suatu bagian objek yang
dideskripsikan. Perhatian pembaca atau pendengar terfokus pada
bagian objek yang dideskripsikan. Paragraf deskripsi fokus ini
dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa, objek benda, atau
manusia. Paragraf ini menggunakan pilihan kata atau kalimat
yang tepat dan menarik perhatian pembaca.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 81


Berikut ini adalah contoh paragraf deskripsi.

(12) Pantai Kapuk terletak di Kecamatan Suka Jaya, Kabupaten


Mekar Sari, Bandar Lampung. Pantai ini berjarak 15 km
dari pusat kota dan memerlukan waktu sekitar 7 jam untuk
tiba di sana. Pantai ini cukup bersih dan tidak ada sampah.
Pasir putih yang halus terhampar luas di seluruh pantai itu.
Ombaknya cukup besar dan tinggi sehingga tidak
dianjurkan untuk berenang di pantai ini. Di bagian selatan
terdapat tumpukan batu-batu yang besar dan tinggi. Di
bagian timur pantai ini berupa hutan yang masih alami.
Sedangkan di bagian barat pantai ini terdapat sungai kecil
yang langsung menuju lautan lepas. Hampir di sepanjang
pantai ini banyak sekali pohon kelapa yang berbaris rapi
seolah olah menjadi pagar alami. Pantai ini berjarak 2 km
dari jalan utama sehingga kita harus memarkirkan
kendaraan kita di tempat yang telah disediakan dan kita
harus jalan menembus hutan yang cukup lebat untuk
melihat keindahan pantai ini.

c. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan
untuk menginformasikan sesuatu sehingga memperluas
pengetahuan pembaca. Paragraf eksposisi bersifat ilmiah
(nonfiksi). Sumber untuk penulisan paragraf ini dapat diperoleh
dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman. Paragraf
eksposisi tidak selalu terbagi atas bagian-bagian yang disebut
pembukaan, pengembangan, dan penutup. Hal ini sangat
bergantung pada sifat tulisan dan tujuan yang hendak dicapai.
Adapun ciri-ciri paragraf eksposisi, antara lain: (a) berusaha
menjelaskan sesuatu, (b) gaya tulisan bersifat informatif, (c) fakta
dipakai sebagai alat kontribusi, dan (d) fakta dipakai sebagai alat
untuk mengonkretkan informasi. Paragraf eksposisi dapat
dikembangkan melalui klasifikasi, ilustrasi, perbandingan
(pertentangan), laporan, proses, atau definisi. Dalam

82 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


pengembangan dengan klasifikasi, kalimat-kalimat penjelasnya
merupakan bentuk pengelompokan dari gagasan utamanya.
Dalam paragraf eksposisi dengan ilustrasi, gagasan utama
dijelaskan dengan kalimat-kalimat pengembang dalam bentuk
ilustrasi. Penulis ingin memaparkan sesuatu dengan cara
menyajikan gambaran umum atau khusus tentang sesuatu yang
dianggap belum diketahui atau belum dipahami pembaca.
Paparan tentang sesuatu itu disajikan berdasarkan kesan yang
ditangkap oleh indera.
Paragraf eksposisi juga dapat dibuat dengan cara
mempertentangkan sesuatu yang menjadi ide pokok dengan
sesuatu yang lain. Banyak hal yang dapat dipertentangkan tentang
sesuatu. Selain itu, paragraf eksposisi juga disajikan dalam bentuk
laporan. Dengan cara ini penulis ingin menyampaikan informasi
kepada pembaca tentang sesuatu secara objektif. Paragraf
eksposisi juga dapat dikembangkan berdasarkan proses. Dalam
menyampaikan informasi, penulis memaparkan suatu kondisi
yang diikuti dengan kondisi yang lain.
Paragraf eksposisi paling lazim dibuat dengan menggunakan
pengembangan definisi. Dalam paragraf ini, gagasan utama
dijelaskan dengan kalimat pengembang yang berupa definisi.
Gagasan utama diberi pengertian dan diuraikan bagian-bagian
atau unsur-unsurnya.
Berikut ini adalah contoh paragraf eksposisi.
(13) Inflasi lemah sering diartikan sebagai laju inflasi yang
kurang dari 5%, sedangkan inflasi moderat adalah inflasi
yang mencapai 20%, meskipun ada yang memberi batasan
inflasi moderat itu sampai 30%. Inflasi yang melebihi 30%
umumnya dianggap inflasi keras. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa di dunia moneter dikenal tiga macam
inflasi.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 83


d. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi atau paragraf bahasan adalah suatu
corak paragraf yang bertujuan membuktikan pendapat penulis
agar pembaca menerima pendapatnya. Dalam paragraf ini
penulis menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan dan
alasan yang kuat dan meyakinkan dengan maksud agar pembaca
bisa terpengaruh.
Dasar tulisan argumentasi adalah berpikir kritis dan logis
berdasarkan fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.
Fakta-fakta tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara
lain, bahan bacaan (buku, majalah, surat kabar, atau internet),
wawancara atau angket, penelitian atau pengamatan langsung
melalui observasi. Selain itu, paragraf ini harus dijauhkan dari
emosi dan unsur subjektif.
Paragraf argumentasi dapat dikembangkan dengan pola
sebab-akibat, yakni menyampaikan terlebih dahulu sebab-
sebabnya dan diakhiri dengan pernyataan sebagai akibat dari
sebab tersebut. Dalam penggunaannya, pola sebab-akibat dapat
disajikan menjadi akibat-sebab, yaitu menyampaikan terlebih
dahulu akibatnya kemudian dicari sebab-sebabnya. Kata
penghubung antarkalimat yang dapat digunakan dalam paragraf
ini, antara lain oleh karena itu, dengan demikian, dan oleh sebab itu.
Berikut ini adalah contoh paragraf argumentasi.
(14) Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh daerah di tanah air
dewasa ini belum bisa dikatakan seragam. Perbedaan dalam
struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan kalimat terlihat
dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai
bahasa pergaulan, sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di
lingkungan persuratkabaran, radio dan TV pemakaian
bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga
baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum
memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang
terjaga baik. Dengan demikian, fakta-fakta tersebut

84 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu
lebih ditingkatkan.

e. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan.
Paragraf persuasi bertujuan untuk membujuk pembaca agar mau
melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar
tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu menyampaikan
bukti dengan data dan fakta pendukung. Contoh paragraf
persuasi yang sering ditemukan adalah propaganda yang
dilakukan oleh berbagai lembaga, badan, atau organisasi serta
iklan yang disampaikan dalam berbagai media untuk menarik
perhatian konsumen dan mempromosikan suatu produk. Untuk
mengajak atau mengimbau pembaca, penulis dapat
menggunakan ungkapan persuasif, seperti kata ayo atau mari.
Berikut ini adalah contoh paragraf persuasi.

(15) Sebagian ahli berpendapat, mata adalah barometer dari


kesehatan tubuh secara keseluruhan. Masalah perut,
punggung, dan bahu dapat menyebabkan ketegangan
tubuh yang akhirnya naik ke mata, menyebabkan otot-otot
mengencang. Jika organ tubuh lain tidak berfungsi secara
tepat, nutrisi, sirkulasi, dan energi ke mata juga tak akan
sehat. Maka dari itu, rileks saja, jangan stres, kendurkan
otot-otot, dan pergilah ke tempat-tempat rekreasi untuk
menyegarkan mata.

3. Berdasarkan Urutan
Pada umumnya suatu karangan terdiri atas tiga bagian, yaitu
(1) paragraf pembuka, (2) paragraf isi, dan (3) paragraf penutup.
Ketiga jenis paragraf itu merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari struktur karangan. Paragraf pembuka, paragraf
isi, dan paragraf penutup terjalin sangat erat satu sama lain dan
terpadu.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 85


a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan pembuka untuk sampai pada
permasalahan yang dibicarakan. Dengan kata lain, paragraf
pembuka itu mengantarkan pembaca pada pembicaraan.
Berkaitan dengan itu, paragraf ini berfungsi untuk memberi tahu
latar belakang, masalah tujuan, dan anggapan dasar. Pengantar
yang baik dapat mengetuk hati dan memperoleh simpati,
menggugah minat dan gairah orang lain untuk mengetahui lebih
banyak.
Ada beberapa fungsi paragraf pengantar, di antaranya (1)
menunjukkan pokok persoalan yang mendasari masalah, (2)
menarik minat pembaca dengan mengungkapkan latar belakang
dan pentingnya pemecahan masalah, (3) menyatakan tesis, yaitu
ide sentral karangan yang akan dibahas, dan (4) menyatakan
pendirian (pernyataan maksud) sebagai persiapan ke arah
pendirian selengkapnya sampai dengan akhir karangan.

b. Paragraf Isi
Paragraf isi merupakan inti dari sebuah karangan yang
terletak di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Di
dalam paragraf isi inilah inti pokok pikiran penulis dikemukakan.
Jumlah paragraf isi sangat bergantung pada luas sempitnya
cakupan informasi yang ingin disampaikan. Hal yang terpenting
adalah ketuntasan pembahasan pokok pikiran yang
dikemukakan. Dalam paragraf isi ini ada paragraf yang
merupakan pengembang dari pokok pikiran, ada pula yang
berperan sebagai transisi atau peralihan gagasan.
Paragraf pengembang berfungsi menerangkan atau
menguraikan gagasan pokok karangan. Paragraf pengembang ini
berfungsi (1) menguraikan, mendeskripsikan, membandingkan,
menghubungkan, menjelaskan, atau menerangkan pokok
pikiran; (2) menolak atau mendukung konsep yang berupa alasan,
argumentasi (pembuktian), contoh, fakta, atau rincian.

86 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


Sementara itu, paragraf peralihan merupakan paragraf
penghubung yang terletak di antara dua paragraf utama. Paragraf
yang relatif pendek ini berfungsi untuk memudahkan pikiran
pembaca beralih ke gagasan lain.

c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup merupakan simpulan dari pokok-pokok
pikiran dalam paragraf isi. Tujuan penyajian paragraf penutup ini
adalah agar apa yang tertuang dalam paragraf-paragraf
sebelumnya terkesan mendalam di benak pembaca. Secara umum
fungsi paragraf penutup dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
paragraf penutup menunjukkan bahwa karangan sudah selesai;
(2) paragraf ini mengingatkan (menegaskan) kembali kepada
pembaca akan pentingnya pokok pembahasan; (3) paragraf ini
berupaya untuk memuaskan pembaca untuk mendapatkan
pandangan baru; (4) paragraf ini menyajikan simpulan.
Untuk memberi kesan yang kuat kepada pembaca, penulis
dapat penutup karangan dengan (1) menegaskan kembali tesis
atau ide pokok karangan dengan kata-kata lain; (2) meringkas
atau merangkum gagasan-gagasan penting yang telah
disampaikan; (3) memberikan kesimpulan, saran, dan proyeksi
masa depan; (4) memberikan pernyataan yang tegas dan kesan
mendalam.

G. Pengembangan Paragraf
Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan oleh para
penulis atau pengarang dengan variatif. Sebuah paragraf
dikembangkan menurut sifatnya. Pengembangan paragraf dapat
dilakukan dengan satu pola tertentu dan dapat pula dengan
kombinasi dua pola atau lebih. Berikut ini beberapa contoh
model pengembangan paragraf.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 87


1. Pengembangan Alamiah
Pengembangan paragraf yang berciri alamiah didasarkan
pada fakta dan kronologi. Jadi, pengembangan itu harus setia
pada urutan dimensi deskripsi. Adapun yang dimaksud dengan
‘setia pada urutan waktu’ adalah pengembangan harus bermula
dan pada titik waktu tertentu, serta berkembang terus sampai
pada titik waktu selanjutnya. Deskripsi objek tertentu, deskripsi
data, donggeng, atau narasi lainnya, mengadopsi model
pengembangan alamiah demikian ini. Berikut adalah contoh pola
pengembangan alamiah/kronologi.

(16) Pada Maret 1942, Imamura memasuki Bandung, tanpa


menarik perhatian. Sehari sesudah itu ia memerintahkan
stafnya untuk mulai menegakkan pemerintahan militer
guna memerintah Pulau Jawa. Kemudian, ia mengadakan
inspeksi ke markas besar dari kedua divisi lain yang masih
termasuk dalam tentara ke-16 yang ia pimpin, yaitu divisi
ke-48 di Fort de Kock (Bukittinggi), Sumatera Tengah, dan
divisi ke-8 di Surabaya, yang telah menduduki Jawa Timur.
Pada 12 Maret 1942, Imamura mendirikan markas besar
tentara ke-16 di Batavia, yang kemudian diberi nama
Djakarta (Jakarta).

2. Pengembangan Deduksi-Induksi
Pola pengembangan ini berhubungan dengan letak kalimat
topik. Perkembangan paragraf dengan model deduksi dimulai
dari sesuatu gagasan yang sifatnya umum (kalimat topik) dan
diikuti dengan perincian-perincian yang sifatnya khusus dan
terperinci (kalimat-kalimat penjelas). Sebaliknya yang dimasud
dengan pengembangan paragraf model induksi adalah
pengembangan yang dimulai dari hal-hal yang sifatnya khusus
(kalimat-kalimat penjelas), mendetail, terperinci, menuju hal-hal
yang sifatnya umum (kalimat topik). Jadi, model-model
pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini sejalan

88 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


dengan alur berpikir yang pernah di sampaikan pada bab-bab
terdahulu, yakni berpikir dalam kerangka deduktif dan induktif.

3. Pengembangan Analogi
Pengembangan paragraf secara analogi lazimnya dimulai
dari sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal
oleh publik, sesuatu yang belum banyak dipahami publik.
Dengan memahami dan menangkap maksud dari sesuatu yang
hendak disampaikan dalam memahami dan menangkap maksud
dari sesuatu yang hendak disampaikan dalam paragraf itu. Jadi,
tujuan dari analogi itu sesungguhnya adalah untuk memudahkan
pemahaman pembaca sehingga sesuatu yang sangat sulit, bisa
menjadi lebih mudah di tangkap dan gampang dipahami.
Paragraf (17) berikut ini adalah contoh paragraf analogi.

(17) Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti


halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang
berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti
teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua
bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada
penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang
mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada
penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat
maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang
akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang
pasti akan sayang kepada semua ciptaan-Nya itu.

4. Pengembangan Klasifikasi
Paragraf yang dikembangkan dengan mengikuti prinsip
klasifikasi juga akan dapat memudahkan pembaca dalam
memahami isinya. Dengan cara klasifikasi itu, maka tipe-tipe
yang sifatnya khusus atau spesifik dapat ditemukan. Sesuatu yang
sifatnya kolosal, sangat besar, sangat umum akan bisa sangat sulit
untuk dapat dipahami oleh pembaca jika tidak ditipekan atau
diklasifikasikan terlebih dahulu. Paragraf yang dikembangkan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 89


dengan cara yang demikian ini akan sangat memudahkan
pembaca karena kelas-kelasnya jelas, tipe-tipenya juga sangat
jelas. Pengkelasan atau penipean itu dapat dilakukan dengan
bermacam-macam cara, mungkin berdasarkan kesamaan
karakternya, kesamaan bentuknya, kesamaan ciri dan sifatnya,
dan sebagainya. Paragraf (18) berikut ini adalah contoh paragraf
analogi.

(18) Indonesia memiliki hewan dan tumbuhan endemis yang


sangat banyak, terdiri atas burung, hewan berkaki empat,
ataupun hewan berkaki dua. Tumbuhannya juga sangat
menarik dan indah, tak kalah indah dengan bunga sakura.
Hewan endemis Indonesia, seperti harimau sumatera,
orang utan, badak bercula satu, siamang, burung endemis
Indonesia, seperti burung cendrawasih, burung kakaktua
putih, dan sebagainya. Flora endemis Indonesia, seperti
bunga bangkai, bunga kantong semar, matoa, dan
sebagainya.

5. Pengembangan Komparatif dan Kontrastif


Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat
dikembangkan dengan cara diperbandingkan dimensi-dimensi
kesamaannya. Kesamaan itu bisa cirinya, karakternya, tujuannya,
bentuknya, dan seterusnya. Perbandingan yang dilakukan dengan
cara mencermati dimensi-dimensi kesamaanya untuk
mengembangkan komparatif. Sebaliknya, perbandingan yang
dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi
perbedaannya dapat disebut dengan perbandingan kontrastif.
Pembandingan dan pengontrasan atau pertentangan
merupakan suatu cara yang digunakan pengarang untuk
menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, objek,
atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu. Dalam
pengembangan paragraf ini, pembandingan digunakan untuk
membandingkan dua unsur atau lebih yang dianggap sudah
dikenal oleh pembaca, di satu pihak memiliki kesamaan,

90 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


sedangkan di pihak lain mempunyai perbedaan. Pengembangan
paragraf dengan pengontrasan bertolak dari adanya dua unsur
atau lebih yang sama, tetapi menunjukkan ketakserupaan pada
bagian-bagiannya. Bagian-bagian di antara keduanya sudah pasti
berbeda jauh dan tidak sama.
Pengembangan paragraf yang menunjukkan pembandingan
pada umumnya ditandai dengan kata-kata: serupa dengan, seperti
halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, dan sementara itu.
Sementara itu, pengembangan paragraf yang menunjukkan
pengontrasan pada umumnya ditandai dengan kata-kata yang
mengandung makna pertentangan, misalnya: akan tetapi, berbeda
dengan, bertentangan dengan, lain halnya dengan, dan bertolak belakang
dari. Berikut adalah contoh pola pengambangan paragraf jenis ini.

(19) Anak sulungku benar-benar berbeda dengan adiknya.


Wajah anak sulungku mirip dengan ibunya, sedangkan
adiknya mirip dengan saya. Dalam hal makan, sulit
membujuk si Sulung untuk makan. Ia hanya menyenangi
makanan-makanan ringan seperti kue, sedangkan adiknya
hampir tidak pernah menolak makanan apa pun. Namun,
dalam minum obat mereka justru bertolak belakang. Si
Sulung sangat mudah minum segala obat yang diberikan
dokter, sedangkan adiknya harus dibujuk terlebih dulu agar
mau meminumnya.

6. Pengembangan Sebab-Akibat
Sebuah paragraf dapat dikembangkan dengan model sebab-
akibat atau sebaliknya. Pengembangan paragraf dengan cara
demikian ini juga lazim disebut sebagai pengembangan yang
sifatnya rasional. Dikatakan sebagai pengembangan yang sifatnya
rasional karena lazimnya orang befikir berawal dari sebab-sebab
atau dapat juga dari akibat-akibat terlebih dahulu, kemudian
beranjak masuk pada sebab-sebabnya. Karya-karya tulis ilmiah
sangat lazim menggunakan model pengembangan paragraf ini.
Berikut contoh pengembangan paragraf sebab-akibat.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 91


(20) Banyak sekali kasus penebangan hutan liar yang terjadi
dalam 10 tahun belakangan. Pemerintah sudah
mengeluarkan berbagai aturan untuk menghukum para
penebang liar. Namun, faktanya penebangan liar terus
terjadi sehingga merugikan banyak pihak. Akibat dari
penebangan liar itu tanah tidak mampu menyerap air
dengan baik dan juga tanah tidak ada lagi yang mengikat.
Oleh karena itu, tiap datang musim hutan selalu terjadi
bencana banjir dan juga tanah longsor.

7. Pengembangan Klimaks-Antiklimaks
Paragraf dapat dikembangkan pula dari puncak-puncak
peristiwa yang sifatnya kecil-kecil dan beranjak terus maju ke
dalam peristiwa yang paling optimal tersebut. Akan tetapi, ada
pula paragraf yang pengembangannya masih diteruskan ke dalam
tahapan penyelesaian yang selanjutnya, yakni antiklimaks. Model
pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini tidak sangat
lazim ditemukan di dalam karya ilimiah. Kebanyakan narasi atau
cerita serta dongeng-dongeng pengantar tidur menerapkan
model pengembangan paragraf yang demikin ini.
Contoh (21) adalah paragraf dengan pola pengembangan
klimaks, sedangkan contoh (22) adalah paragraf dengan pola
pengembangan antiklimaks.

(21) Ada beberapa tahapan pendidikan yang harus dilalui oleh


para pelajar di Indonesia. Tahapan pertama yang harus
dilewati adalah taman kanak-kanak (TK). Pada tingkatan
ini, mereka belajar hal-hal yang sederhana seperti membaca
dan menulis selama satu tahun. Setelah itu, mereka
memasuki tahapan Sekolah Dasar (SD) selama 6 tahun. Di
tahapan ini mereka mulai mempelajari membaca dan
menghitung yang lebih rumit seperti perkalian dan
pembagian. Setelah menghabisi waktu 6 tahun di SD,
mereka melanjutkan tingkat pendidikannya di sekolah
menengah pertama (SMP). Di tahapan ini mereka

92 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


menghabiskan waktu selama 3 tahun untuk mempelajari
hal yang lebih kompleks dari sekedar membaca dan
menghitung. Mereka juga mendapatkan pelajaran-
pelajaran lain seperti ilmu alam dan ilmu sosial. Kemudian,
mereka akan memasuki tahapan SMA, sama seperti SMP
mereka menghabiskan waktu selama 3 tahun. Di tahapan
ini mereka sudah memiliki kemampuan analisa yang lebih
baik. Setelah lulus dari SMA, mereka masuk ke dunia
kampus. Lama masa study di kampus ini berbeda-beda
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Di
kampus ini mereka sudah terkonsentrasi dalam satu bidang
keilmuan saja dan setelah selesai, barulah mereka menjadi
seorang sarjana.

(22) Hari kemerdekaan Indonesia dirayakan di seluruh penjuru


Indonesia. Di kota-kota besar, orang-orang merayakannya
dengan hal-hal yang sangat mewah dan meriah. Mereka
biasanya mengadakan pertunjukan musik, pertunjukan
kembang api, dan perhelatan akbar lainnya. Sedangkan, di
daerah-daerah kabupaten atau kota lainnya, orang-orang
biasanya mengadakan perlombaan tingkat kota atau
kabupaten dan kemudian diakhiri dengan pertunjukan
musik lokal. Tak hanya di kota atau di daerah lainnya, desa
juga ikut merayakan hari kemerdekaan Indonesia.
Meskipun tak semewah perayaan di kota besar dan daerah
lainnya, perayaan hari kemerdekaan di sini juga tak kalah
meriah. Mereka akan mengadakan perlombaan seperti
balap karung, makan kerupuk dan masih banyak lagi. Tak
hanya itu, mereka juga mempercantik desa mereka dengan
atribut atau bendera Indonesia.

8. Pengembangan Definisi
Pengembangan paragraf ini digunakan apabila seorang
penulis bermaksud menjelaskan suatu istilah yang mengandung
suatu konsep dengan tujuan agar pembaca memperoleh
pengertian yang jelas dan mapan mengenai hal itu. Istilah dalam
kalimat topik dikembangkan dan dijelaskan dalam kalimat

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 93


penjelas. Untuk memberikan batasan yang menyeluruh tentang
suatu istilah, kadang-kadang penulis menguraikannya secara
panjang-lebar dalam beberapa kalimat, bahkan dapat mencapai
beberapa paragraf. Dalam hal itu, prinsip kesatuan dan kepaduan
dalam paragraf harus tetap terjaga. Definisi merupakan
persyaratan yang tepat mengenai arti suatu kata atau konsep.
Definisi yang baik akan menunjukkan batasan-batasan
pengertian suatu kata secara tepat dan jelas. Paragraf (23) berikut
ini adalah contoh paragraf yang dikembangkan dengan pola
definisi.

(23) Istilah globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan


antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas
suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi
merupakan suatu proses ketika antarindividu,
antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi,
bergantung, terkait, dan saling memengaruhi satu sama lain
yang melintasi batas negara. Dalam banyak hal, globalisasi
mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering
dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah
globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran
negara atau batas-batas negara.

LATIHAN
1. Jelaskan tujuan pembentukan paragraf!
2. Susunlah kata-kata kunci di bawah ini menjadi kalimat
sehingga membentuk satu paragraf deduktif atau induktif!
a. air d. macet
b. sampah e. banjir
c. genangan f. meluap
3. Buatlah satu paragraf ineratif!

94 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia


4. Tentukan jenis dan apa gagasan utama paragraf di bawah ini!
Menteri Keuangan memprediksikan bahwa harga minyak dunia akan
naik minggu depan. Hal ini akan menyebabkan harga bahan bakar
minyak (BBM) di Indonesia mengalami kenaikan. Kenaikan harga
BBM akan membuat biaya operasional dan transportasi meningkat.
Dengan demikian, harga bahan pokok juga akan mengalami
kenaikan, terutama di daerah-daerah pelosok.
5. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, kemudian susunlah
menjadi sebuah paragraf dan tentukan gagasan utama serta
kalimat topiknya!
(1) Cara pembuatannya pun cukup gampang.
(2) Setelah semua bahan dan alat terkumpul, masukan teh
bubuk atau celup ke dalam gelas lalu siram dengan air
panas.
(3) Hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengumpulkan alat dan bahan seperti gelas, air panas,
sendok, teh bisa bubuk atau teh celup dan gula
secukupnya.
(4) Kemudian tambahkan gula sesuai selera Anda.
(5) Teh sangat baik untuk kesehatan manusia karena teh
mengandung beberapa senyawa yang baik.
(6) Angkat segera jika air sudah berwarna coklat karena
akan sangat berbahaya bagi tubuh.
(7) Jika Anda menggunakan teh celup, jangan terlalu lama
merendamnya di dalam air.
(8) Setelah mencampur gula, lalu aduk-aduklah
menggunakan sendok hingga larut.
(9) Apabila teh sudah jadi, minumlah selagi hangat.
6. Berikut merupakan jenis-jenis paragraf: deskripsi, eksposisi,
narasi, argumentasi, dan persuasi. Jenis paragraf mana yang
dapat digunakan dalam menulis karangan ilmiah? Berikan
alasan!

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 95


96 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia
BAB V
KARYA TULIS ILMIAH

Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan hakikat karya tulis ilmiah,
ciri-ciri karya tulis ilmiah, serta jenis-jenis karya tulis ilmiah.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi teks akademik dan
nonakademik.

A. Pengantar
Karya tulis ilmiah merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari budaya akademik. Karya tulis ilmiah merupakan
kegiatan tulis-menulis yang didasarkan pada teori dan
metodologi yang jelas. Dalam menulis karya tulis ilmiah perlu
memahami hakikat karya tulis ilmiah yang akan dibuat,
mengingat karya tulis ilmiah termasuk tulisan akademik. Ia
berbeda dengan tulisan atau teks nonakademik maupun teks
populer. Pada bagian ini akan dipaparkan hakikat karya tulis
ilmiah, ciri-ciri karya tulis ilmiah, serta jenis-jenis karya tulis
ilmiah. Pada bagian ini pula akan dipaparkan perbedaan teks
akademik dengan teks nonakademik.

B. Hakikat Karya Tulis Ilmiah


Karya tulis ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi tentang
serangkaian hasil pemikiran seseorang. Karya tulis ilmiah
biasanya diuraikan dalam bentuk laporan tertulis yang isinya
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim sesuai ketentuan yang
berlaku. Karya tulis ilmiah berisi fakta dimana fakta tersebut

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 97


selain dapat dibuktikan kebenarannya juga dapat dijadikan
sebagai dasar pembuatan simpulan.
Pernyataan ilmiah yang harus digunakan dalam tulisan
mencakup beberapa hal, antara lain:
a) harus dapat mengidentifikasikan orang yang membuat
pernyataan tersebut;
b) harus dapat mengidentifikasikan media komunikasi ilmiah di
mana pernyataan disampaikan apakah dalam makalah, buku,
seminar, lokakarya dan sebagainya;
c) harus dapat mengindentifikasikan lembaga yang
menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat
domisili dan waktu penerbitan itu dilakukan. Sekiranya
publikasi ilmiah tersebut tidak diterbitkan maka harus
disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan
kegiatan tersebut.

Hal-hal yang harus ada dalam karya tulis ilmiah adalah


sebagai berikut.
a) Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan
alur pikiran.
b) Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir
dengan unsur-unsur yang menyangganya.
c) Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
d) Karya tulis ilmiah terdiri atas unsur-unsur: kata, angka, tabel,
dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang
teratur.
e) Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas
yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan
kaidah-kaidah kebahasaan.
f) Karya tulis ilmiah terdiri atas serangkaian narasi
(penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan
argumentasi (alasan).

98 | Karya Tulis Ilmiah


C. Ciri-Ciri dan Tujuan Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah
bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan
kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
b. Sikap penulis dalam karya tulis ilmiah adalah objektif, yang
disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal,
dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa
menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
c. Struktur sajian karya tulis ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri
atas bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok
pembahasan), dan bagian penutup.
d. Komponen karya tulis ilmiah bervariasi sesuai dengan
jenisnya, namun semua karya tulis ilmiah mengandung
pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.
Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan
adanya abstrak.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai


berikut.
a. Untuk menyampaikan ide, maksudnya pokok permasalahan
yang ada agar lebih mudah dipahami oleh pembaca maka
penulis karya tulis ilmiah membuat dalam bentuk karya tulis
ilmiah tersebut.
b. Untuk melatih kemampuan menulis.
c. Sebagai tradisi ilmiah, maksudnya dalam pendidikan di
bangku kuliah sering mendapat tugas untuk membuat karya
tulis ilmiah yang mana memiliki suatu kebanggaan tersendiri.
d. Sebagai tugas akhir, dalam pendidikan di universitas karya
tulis ilmiah juga menjadi salah satu syarat kelulusan. Seperti
pada skripsi untuk S1, Tesis untuk S2 dan Disertasi untuk
mahasiswa S3.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 99


e. Digunakan untuk menunjukkan eksistensi dari penulis
tersebut melalui karya tulis ilmiah yang dihasilkan.

D. Bentuk Karya Tulis Ilmiah


Bedasarkan bentuk dan fungsinya, karya tulis ilmiah
dibedakan menjadi bentuk-bentuk berikut.
1. Artikel Ilmiah Populer
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah populer tidak
terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis
lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah
populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi
dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan
penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah populer
biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat
berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan
keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.

2. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis
berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau
penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah
dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah
pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak
megurangi nilai keilmiahannya.
Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan karena itu,
jurnal-jurnal ilmiah mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum
sebuah artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah
ada pehitungan bobot. Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh
ilmuwan terkemuka yang ahli dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah
terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi jurnal
mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi

100 | Karya Tulis Ilmiah


ilmuwan, apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal
internasional, pertanda keilmuawannya ‘diakui’.

3. Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor.
Gelar Doktor dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah
mempertahankan disertasi di hadapan Dewan Penguji Disertasi
yang terdiri atas profesor atau Doktor dibidang masing-masing.
Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil
dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan
data dan fakta valid dengan analisis terinci.
Disertasi ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang
mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3)
harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah,
berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah
praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru,
pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang
sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam
taraf yang tinggi.

4. Tesis
Tesis adalah jenis karya tulis ilmiah yang bobot ilmiahnya
lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk
menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan
penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam
mengungkapkan ‘pengetahuan baru’.
Tesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi
penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya digantungkan
pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan
pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah),
melaksanakan; menggunakan instrumen, mengumpulkan dan
menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan
dan rekomendasi.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 101


5. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk
melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Dalam
pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen
pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga
mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada
ujian skripsi.
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain.
Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik
berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau
penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi
menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah
sumbangan material berupa penemuan baru.

6. Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas
kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja
ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang
biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut
kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi,
kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis
rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau
kemanfaatannya.

7. Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir
tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis
berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak
berdasar opini belaka. Makalah, dalam tradisi akademik, adalah
karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari
jenis karya tulis ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau

102 | Karya Tulis Ilmiah


bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah
yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa.

8. Resensi
Resensi merupakan karya tulis ilmiah yang berisi hasil
penimbangan, pengulasan, atau penilaian sebuah buku (resensi
buku atau book review) yang disajikan kepada pembaca melalui
surat kabar, majalah, jurnal untuk memberikan pertimbangan
dan penilaian secara obyektif sehingga masyarakat mengetahui
apakah buku yang diulas patut dibaca atau tidak.

9. Esai
Esai atau karya tulis yang relatif pendek dan membahas
suatu subyek (masalah) dari sudut pandang penulisnya; opini
penulis berperan sentral dalam sebuah esai.

10. Kritik
Kritik yaitu karya tulis ilmiah yang berisikan penilaian baik-
buruknya suatu karya secara obyektif, tidak hanya untuk mencari
kesalahan atau catat suatu karya tetapi juga menampilkan
kelebihan atau keunggulan karya tulis ilmiah itu seperti apa
adanya.

E. Teks Akademik
Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam
berbagai jenis, misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian,
laporan penelitian, laporan praktikum, dan artikel ilmiah. Jenis-
jenis tersebut merupakan genre makro yang masing-masing di
dalamnya terkandung campuran dari beberapa genre mikro
seperti deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan
diskusi. Genre makro adalah genre yang digunakan untuk
menamai sebuah jenis teks secara keseluruhan, dan genre mikro

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 103


adalah subgenre-subgenre yang lebih kecil yang terdapat di
dalamnya dan dipayungi oleh genre makro tersebut.
Teks akademik atau yang juga sering disebut teks ilmiah
berbeda dengan teks nonakademik atau teks nonilmiah. Teks
akademik dan teks nonakademik ditandai oleh ciri-ciri tertentu.
Untuk membedakan keduanya, perlu ditelusuri ciri-cirinya.
Perbedaan antara teks akademik dan teks nonakademik perlu
dijelaskan secara memadai dengan mengidentifikasi ciri-ciri yang
ada. Pendapat tentang teks akademik yang berkembang selama
ini adalah bahwa teks akademik mempunyai ciri-ciri antara lain
sederhana, padat, objektif, dan logis. Akan tetapi, selama ini pula
belum terdapat bukti-bukti empiris yang diajukan untuk
memberikan penjelasan yang memadai secara linguistik tentang
pengertian sederhana, padat, objektif, dan logis itu. Akibatnya,
ciri-ciri tersebut biasanya hanya dipahami secara naluri tanpa
didasarkan pada data atau teori tertentu.
Secara umum teks akademik ditandai oleh sifat-sifat baku,
logis, lugas, dan objektif. Namun demikian, definisi teks
akademik dengan ciri-ciri di atas belum memadai karena sebuah
teks yang dikatakan tidak akademik sekalipun, dalam hal tertentu,
menunjukkan ciri-ciri akademik, dan sebaliknya, teks yang
dikatakan akademik masih menampakkan ciri-ciri nonakademik.
Jika demikian halnya, sebuah teks (apa pun jenisnya) memiliki
kedua ciri tersebut dalam beberapa aspeknya. Atas dasar
kenyataan ini, perlu diungkapkan ancangan yang dapat
menjelaskan perbedaan teks akademik dan teks nonakademik.
Perbedaan antara teks akademik dan teks nonakademik tidak
dilihat sebagai perbedaan antara hitam dan putih. Perbedaan
tersebut dilihat dari kecenderungan ciri-ciri yang dikandung oleh
teks tersebut.
Teks akademik diasosiasikan dengan teks tulis, dan teks
nonakademik diasosiasikan dengan teks lisan. Teks tulis bukan
teks yang dimediakan dengan tulisan. Sebaliknya, teks lisan bukan

104 | Karya Tulis Ilmiah


teks yang dituturkan secara lisan. Sebagai contoh, teks berita yang
didengarkan di radio adalah teks tulis yang dimediakan secara
lisan, dan naskah drama dalam bentuk dialog adalah teks lisan
yang dimediakan dengan tulisan.
Sebuah teks biasanya mengandung ciri-ciri lisan dan ciri-ciri
tulis sekaligus. Hal ini berati bahwa sebuah teks yang tergolong
ke dalam teks tulis, misalnya artikel ilmiah, pasti dalam hal
tertentu juga mengandung ciri-ciri lisan. Sebaliknya, percakapan
di antara dua orang, yang sudah barang tentu itu merupakan teks
lisan, pasti dalam hal tertentu juga mengandung ciri-ciri tulis.
Dengan demikian, perbedaan di antara keduanya bukanlah
perbedaan secara hitam-putih. Keduanya menunjukkan sebuah
kontinum bahwa berdasarkan ciri-cirinya sebuah teks cenderung
bergaya lisan, bergaya tulis, atau bergaya di antara lisan dan tulis.
Perhatikan contoh berikut ini. Teks (1a) yang cenderung
bersifat lisan, nonakademik, serta nonilmiah, dan teks (1b) yang
cenderung bersifat tulis, akademik, dan serta ilmiah.

(1a) Pada buku ini kita bertujuan untuk menelaah bagaimana


menerapkan metode empiris agar kita dapat
menganalisis cara orang bercakap-cakap. Kita
berharap dapat menguak sesuatu yang diasumsikan orang
ketika mereka berkomunikasi dengan cara bercakap-
cakap. Kita akan memusatkan perhatian kepada
bagaimana penutur menggunakan tuturan untuk
berinteraksi, yaitu bagaimana mereka menciptakan dan
mempertahankan apa yang mereka definisikan sebagai
“makna situasi sosial”.
Kita berpegang pada gagasan teoretis dasar yang berbeda
dengan para ahli yang bergerak di bidang sosiolinguistik.
Teori dasar ini menunjukkan bahwa ketika kita
menganalisis tuturan orang yang berbicara empat mata,
kita memperlakukan istilah-istilah yang digunakan oleh
antropolog dan sosiolog seperti “peran”, “status”,
“identitas sosial”, dan “hubungan sosial” sebagai “symbol”
yang digunakan oleh orang untuk saling berkomunikasi.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 105


(1b) Tujuan telaah pada buku ini adalah untuk menerapkan
metode empiris analisis percakapan yang dapat menguak
asumsi sosial yang mendasari proses komunikasi verbal
dengan memusatkan perhatian kepada penggunaan
tuturan oleh penutur untuk berinteraksi, yaitu
menciptakan dan mempertahankan definisi “situasi
sosial” secara khusus.
Posisi teori dasar yang membuat karya ini berbeda dengan
karya ahli lain di bidang sosiolinguistik adalah bahwa pada
analisis terhadap tuturan empat mata, istilah-istilah di
bidang antropologi dan sosiologi seperti “peran”, “status”,
“identitas sosial”, dan “hubungan sosial” akan
diperlakukan sebagai “simbol komunikasi”.

Ciri lisan pada Teks 1a dan ciri tulis pada Teks 1 b yang
segera dapat diidentifikasi adalah penggunaan kata kita (dicetak
tebal-miring) sebagai subjek kalimat pada Teks 1a dan ketiadaan
kata tersebut pada Teks 1b. Keadaan ini menunjukkan bahwa
seakan-akan penulis Teks 1a mengajak berdialog dengan
pembaca. Kata kita pada teks tersebut juga digunakan oleh
penulis untuk mengajak pembaca berada pada satu titik pandang.
Dari sini diketahui, bahwa jarak antara penulis dan pembaca pada
Teks 1a terasa dekat. Diketahui pula bahwa kebersamaan antara
“siapa (penulis) berbicara kepada siapa (pembaca)” menjadi
sesuatu yang dipentingkan.
Di pihak lain, Teks 1b tidak mengandung kata kita sebagai
subjek kalimat, dan sebagai gantinya, subjek itu diisi dengan pokok
persoalan yang disajikan di dalam teks tersebut. Keadaan ini
menunjukkan bahwa Teks 1b lebih mementingkan “objek yang
dibicarakan” daripada “pelaku yang berbicara”. Hal itu
menunjukkan makna bahwa teks 1b lebih objektif daripada Teks
1a. Ciri lisan atau tulis lain yang menonjol yang dapat dieksplorasi
dari Teks 1a dan Teks 1b adalah bahwa untuk mengungkapkan
peristiwa. Teks 1a menggunakan verba, sedangkan Teks 1b

106 | Karya Tulis Ilmiah


mengubah verba itu menjadi nomina. Jadi, pada teks akademik,
pemilihan nomina (bukan verba) untuk menggambarkan proses
bukanlah suatu kebetulan, melainkan suatu tuntutan. Nomina
merupakan salah satu alat untuk mengabstraksi peristiwa sehari-
hari menjadi teori.
Perbedaan antara teks akademik dan nonakademik dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1
Perbedaan Teks Akademik dan Nonakademik
Teks Akademik Teks Nonakademik
1 Sederhana dalam hal 1 Rumit dalam struktur
struktur kalimat. kalimat.
2 Padat informasi. 2 Cenderung tidak padat
informasi.
3 Padat kata-kata leksikal. 3 Padat kata-kata struktural.
4 Banyak memanfaatkan 4 Cenderung sedikit
nominalisasi. memanfaatkan
nominalisasi.
5 Banyak memanfaatkan 5 Cenderung sedikit
metafora gramatika. menggunakan metafora
gramatika.
6 Banyak menggunakan 6 Cenderung sedikit
istilah teknis. menggunakan istilah
teknis.
7 Bersifat taksonomik dan 7 Lebih konkret dan
abstrak. cenderung tidak bersifat
taksonomik.
8 Banyak memanfaatkan 8 Tidak menunjukkan
sistem pengacuan esfora. pengacuan esfora sebagai
ciri penting.
9 banyak memanfaatkan 9 tidak menonjol pada salah
proses relasional satu jenis proses.
identifikatif untuk
membuat definisi atau
identifikasi dan proses
relasional atributif untuk
membuat deskripsi.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 107


10 bersifat monologis, dan 10 bersifat dialogis, dan untuk
untuk itu, lebih banyak itu, mendayagunakan jenis
mendayagunakan jenis kalimat yang lebih
kalimat indikatif-deklaratif. bervariasi.
11 memanfaatkan bentuk 11 memberikan tekanan
pasif untuk memberikan kepada pelaku dalam
tekanan kepada pokok peristiwa dialog; sehingga
persoalan yang pelaku peristiwa yang
dikemukakan, bukan menjadi lebih penting
kepada pelaku; dan tersebut menimbulkan
akibatnya, teks akademik sifat subjektif.
menjadi objektif, bukan
subjektif.
12 seharusnya tidak 12 sering mengandung
mengandung kalimat kalimat minor.
minor.
13 seharusnya tidak 13 sering mengandung
mengandung kalimat kalimat takgramatikal
takgramatikal.
14 biasanya mengambil genre 14 mengambil genre yang
faktual, seperti deskripsi, lebih bervariasi dan dapat
prosedur, eksplanasi, faktual atau fiksional.
eksposisi, dan diskusi,
bukan penceritaan fiktif.

Pada teks akademik biasanya berhubungan dengan


penggunaan laras bahasa. Pada saat digunakan sebagai alat
komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan
fungsi pemakaiannya. Laras bahasa adalah kesesuaian antara
bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa terkait langsung
dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan, sehingga
dikenal istilah sublaras, yaitu bagian dari laras-laras bidang
keilmuan tertentu. Pembedaan di antara sub-sublaras bahasa
dalam laras bidang keilmuan tertentu dapat diamati dari (1)
penggunaan kosakata dan bentukan kata, (2) penyusunan frasa,
klausa, dan kalimat, (3) penggunaan istilah (4) pembentukan
paragraf, (5) penampilan hal teknis; dan (6) penampilan kekhasan
dalam wacana.

108 | Karya Tulis Ilmiah


Teks akademik menggunakan laras ilmiah. Laras ilmiah
harus menggunakan ragam bahasa standar/resmi. Sebuah karya
tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan
hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi,
seorang penulis karya tulis ilmiah menyusun kembali bahan
informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu,
penyusun atau pembuat karya tulis ilmiah tidak disebut
pengarang melainkan disebut penulis atau peneliti.
Karya tulis ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang
jelas. Meskipun demikian, dalam karya tulis ilmiah, aspek
komunikasi tetap memegang peranan utama sehingga berbagai
kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus
dipikirkan. Penulisan karya tulis ilmiah bukan hanya untuk
mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil
penelitian. Penulis harus dapat meyakinkan pembaca dengan
kebenaran hasil yang ditemukan di lapangan. Dapat pula, penulis
menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitiannya.
Jadi, sebuah karya tulis ilmiah tetap harus dapat secara jelas
menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Dari segi bahasa, karya tulis ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu:
(a) harus tepat dan tunggal makna, tidak ambigu; (b) harus secara
tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang
digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan;
serta (c) harus singkat dan jelas, berlandaskan ekonomi bahasa.
Di samping persyaratan tersebut, untuk dapat dipublikasikan
sebagai karya tulis ilmiah ada ketentuan struktur atau format
karangan yang bersifat baku. Adapun struktur karya tulis ilmiah
terdiri atas judul, abstrak, pendahuluan, landasan teori, metode,
hasil dan pembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka.
Struktur karya tulis ilmiah ini akan diuraikan lebih lanjut pada bab
berikutnya.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 109


LATIHAN
1. Jelaskan perbedaan antara artikel ilmiah dan artikel ilmiah
populer!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan kertas kerja!
3. Hal-hal apa yang harus ada dalam karya tulis ilmiah!
4. Jelaskan perbedaan yang paling menonjol antara teks
akademik dan nonakademik!
5. Jelaskan mengenai laras bahasa akademik!

110 | Karya Tulis Ilmiah


BAB VI
TOPIK DAN KERANGKA KARANGAN

Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan topik, tema, dan
judul.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi kerangka karangan
3. Mahasiswa mampu menemukan topik, tema, dan judul
untuk karya tulis ilmiah sesuai dengan bidang studi.
4. Mahasiswa mampu menyusun kerangka karangan untuk
karya tulis ilmiah sesuai dengan bidang studi.

A. Pengantar
Topik dan kerangka karangan merupakan langkah paling
awal sebelum melakukan penyusunan karya tulis ilmiah. Sebuah
karya tulis ilmiah tidak akan terbentuk jika tidak jelas topik yang
akan dibahas di dalamnya. Istilah topik seringkali disamakan
dengan tema. Padahal topik berbeda dengan tema, apalagi
dengan judul. Pada bagian ini akan dipaparkan perbedaan antara
topik, tema, dan judul pada sebuah karya tulis ilmiah. Selain itu,
pada bagian ini pula akan dipaparkan mengenai kerangka
karangan sebagai langkah awal penyusunan karya tulis ilmiah.

B. Topik, Tema, dan Judul


Sehari-hari dikenal istilah tema, topik, dan judul dalam
pembuatan sebuah karangan, baik itu dalam bahasa Indonesia
maupun bahasa asing. Tema dan topik sangat dibutuhkan dalam
pembuatan kerangka tulisan awal sebelum benar-benar menulis
karena tema dan topik sebagai acuan dalam pengambilan data-
data untuk dituangkan ke sebuah tulisan. Tema dan topik juga

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 111


berperan untuk pembatas agar sebuah tulisan tidak melenceng
dari apa yang diinginkan dan menghasilkan sebuah karangan
yang diinginkan oleh sang penulis.
Sedangkan judul dapat diartikan sebagai ujung tombak
sebuah karangan karena dengan judul yang akan menarik minat
dan menimbulkan rasa penasaran pembaca untuk membaca
suatu karangan, walaupun belum mengetahui secara persis isi
karangan. Tapi dengan judul yang menarik, maka secara tidak
langsung sebuah karangan akan menarik orang untuk
membacanya dan mengetahui isi karangan tersebut. Keserasian
antara tema, topik, dan judul, sangatlah penting untuk mencapai
sebuah karangan yang baik dan menarik.

1. Topik
Sebuah karya tulis ilmiah harus direncananan dan disusun
dengan cara yang sistematis dan terukur. Untuk itu, perlu
ditetapkan terlebih dahulu hal yang paling penting yang hendak
diuraikan. Hal yang paling penting itu disebut sebagai topik.
Topik tidak sama dengan tema. Namun banyak orang
mengartikannya sama. Topik, seperti telah dikemukakan di atas,
haruslah yang pertama ditentukan oleh penulis, tema ditentukan
setelahnya, sedangkan judul paling akhir karena judul hanyalah
kepala karangan.
Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis
akan membuat tulisan, atau bisa disebut juga topik adalah tahap
awal dalam proses penelitian atau penyusunan karya tulis ilmiah.
Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan
dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih
luas.Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang
dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus
mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab
pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Ciri utama dari

112 | Topik dan Kerangka Karangan


topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan msih bersifat
umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.
Dalam memilih perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu
(1) harus menarik perhatian penulis, (2) diketahui dan dikuasai
oleh penulis, (3) harus sempit dan terbatas, dan (4) untuk penulis
pemula hindari topik yang kontroversial dan baru. Mengapa
demikian? Sebab, seseorang tidak mungkin mengerjakan sesuatu
tulisan yang tidak tertarik terhadapnya. Selain itu pula tidak akan
mampu memberikan uraian yang berbobot apabila bidang atau
pengetahuan yang disyaratkan oleh topik yang dipilih tidak
dikuasai. Misalnya, seorang yang tidak mengetahui atau tidak
menguasai ilmu sastra bagaimana mungkin menulis makalah yang
berisi tinjauan ilmiah karya-karya Mochtar Lubis yang demikian
kompleks dengan bobot yang tinggi. Selain itu, sebuah tulisan
ilmiah haruslah fokus pada satu masalah dan selesai dibicarakan
dalam format tertentu, misalnya untuk jurnal. Jika terlalu luas,
maka tulisan itu tidak akan selesai atau melebar ke mana-mana.
Demikian pula topik untuk tujuan penulisan skripsi, tesis, atau
disertasi. Semuanya harus disesuaikan dengan yang disyaratkan
oleh jenis-jenis karya tulis ilmiah tersebut.
Bagi seorang penulis pemula, membicarakan sebuah topik
yang kontrovesial dan baru akan menyulitkan yang bersangkutan
dalam mencari rujukan penunjang. Apabila si penulis ingin
melakukan penelitian lapangan mengenai masalah itu, yang
bersangkutan akan sulit mempertanggungjawabkan tulisannya.
Selain, topik yang terlalu teknis bagi pemula akan menyulitkannya
juga karena seorang penulis pemula tidak menguasai istilah-
istilah teknis bidang yang digarapnya.
Secara sepintas, menentukan topik sebuah tulisan
tampaknya merupakan langkah yang agak sulit dilakukan.
Namun demikian, dengan mempertimbangkan posisi penulis
dalam bidang ilmu tertentu dan horizon pengetahuannya di

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 113


bidang tersebut, seorang calon penulis dapat menentukan sebuah
topik yang dapat dia garap dengan baik.
Syarat topik yang baik dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi
penulis dan pembaca. Bagi penulis, topik yang baik sebaiknya
berbasis pada kompetensi penulisnya, yaitu sesuai dengan (a)
bidang keahlian; (b) bidang studi yang didalami; (c) pengalaman
penulis: pengalaman kerja, praktik dilapangan, penelitian,
partisipasi dalam suatu kegiatan ilmiah; (d) bidang kerja atau
profesi; (e) karakter penulis (baik, cerdas, inovatif, kreatif); (f)
temuan yang pernah diteliti; (g) kualifikasi pengalaman: nasional,
internasional; (h) kemampuan memenuhi tuntutan masyarakat
pembacanya; (i) kemampuan memenuhi target kebutuhan
segmen pembacanya; dan (j) temuan baru dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan pembacanya.
Bagi pembaca, topik dianggap baik jika layak dibaca. Artinya,
topik tersebut dapat mengembangkan kompetensi pembacanya,
yaitu sesuai dengan (a) tuntutan pembaca untuk mencapai target
informasi yang diharapkan; (b) upaya pembaca untuk
meningkatkan kecerdasan, kompetensi pengembangan akademik
dan profesi; (c) ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditekuni
pembacanya; (d) pengembangan dan peningkatan karier dan
profesinya; (e) upaya mempertajam dan memperhalus rasa
kemanusiaan; (f) upaya mempertajam dan memperhalus daya
nalarnya; dan (g) sesuai dengan kebutuhan informasi iptek yang
diperlukan.
Namun, secara umum ada beberapa syarat topik yang baik.
Pertama, menarik untuk ditulis dan dibaca. Topik yang menarik
bagi penulis akan meningkatkan kegairahan dalam
mengembangkan penulisannya, dan bagi pembaca akan
mengundang minat untuk membacanya. Kedua, dikuasai dengan
baik oleh penulis minimal prinsip-prinsip ilmiah. Untuk
menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai teori-
teori (data sekunder), data di lapangan (data primer).

114 | Topik dan Kerangka Karangan


Pembatasan sebuah topik mencangkup konsep, variabel,
data, lokasi atau lembaga dan waktu pengumpulan data. Topik
yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak
mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi
tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau dibaca.
Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi.
Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang
tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, karangan
menjadi sulit dikembangkan, tidak menarik untuk dibahas
ataupun dibaca. Maka dari itu, pembahasan topik dilakukan
secara cermat, sesuai dengan kemampuan, tenaga, waktu, tempat,
dan kelayakan yang dapat terima oleh pembacanya.

2. Tema
Apabila sebuah topik telah selesai dirumuskan, akan
diapakan topik itu? Untuk itu, langkah selanjutnya adalah
menentukan tema. Tema merupakan sasaran yang hendak
dicapai penulis berdasarkan topik sehingga tema itu
mempersempit atau membatasi topik. Topik umumnya terdiri
atas satu satu dua kata yang singkat, dan memiliki persamaan
serta perbedaan dengan tema karangan. Persamaannya adalah
baik topik maupun tema keduanya sama-sama dapat dijadikan
sebagai judul karangan. Sedangkan, perbedaannya ialah topik
masih mengandung hal yang umum, sedangkan tema akan lebih
spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan.
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran
tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Di
setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema karena dalam
sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang
akan dibuat. Dalam menulis cerpen, puisi, novel, karya tulis, dan
berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema.
Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 115


sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan
nilai lebih pada tulisan tersebut.
Pokok pemikiran tertentu yang akan disampaikan oleh
penulis dalam karangannya disebut tema karangan. Penetapan
tema sebelum mulai mengarang sangatlah penting untuk
menjamin penyampaian ide secara teratur dan jelas sehingga isi
karangan akan dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah.
Tema hendaknya harus diungkapkan secara eksplisit agar dapat
membantu memudahkan penulis dalam menulis sebuah
kerangka karangan.

3. Judul
Judul merupakan perincian atau jabaran dari topik yang
diberikan untuk bahasan atau karangan. Nama yang dipakai
untuk buku atau bab dalam buku yang menyiratkan secara
pendek isi atau maksud dari buku tersebut. Dalam artikel judul
sering disebut juga kepala tulisan. Judul berfungsi sebagai slogan
promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi
karangan. Ada yang mendefinisikan judul adalah lukisan singkat
suatu artikel atau disebut juga miniaturisi bahasan. Judul lebih
spesifik dan sering menyiratkan permasalahan atau variabel yang
akan dibahas.
Judul memiliki fungsi, antara lain: (a) merupakan identitas
atau cermin dari jiwa seluruh tulisan; (b) temanya menjelaskan
diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk membaca
isinya; (c) gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan
ruang lingkupnya; (d) relevan dengan seluruh isi tulisan, maksud
masalah, dan tujuannya. Sedangkan syarat judul yang baik adalah
(a) asli; (b) relevan; (c) provokatif; (d) singkat; (e) judul berbentuk
frasa; (f) menarik perhatian; (g) logis; dan (h) harus sesuai dengan
isi karangan.

116 | Topik dan Kerangka Karangan


B. Kerangka Karangan
Dalam penulisan karangan ilmih, penulis tidak langsung
menulis, tetapi harus menata pokok-pokok bahasan itu ke dalam
kerangka karangan. Kerangka karangan adalah suatu rencana
kerja ilmiah yang teratur untuk mendeskripsikan penyusunan
pokok-pokok bahasan ke dalam bab dan subbab dengan
menampilkan acuan berupa sumber rujukan (referensi) yang
digunakan.
Tahapan penyusunan kerangka karangan perlu
dimanfaatkan oleh penulis karena kerangka mempunyai
beberapa fungsi penting dalam proses penulisan. Berikut ini
adalah fungsi kerangka karangan bagi penulisnya.
(1) Tidak mengolah ide sampai dua kali sehingga penulisan tidak
keluar dari pokok masalahnya.
(2) Menciptakan klimaks yang berbeda setiap bab sehingga ada
variasi dalam penyajian materi karangan.
(3) Mengingatkan penulis pada bahan/materi sebagai sumber
rujukan dan bahan.
(4) Membaca ulang karangan yang sudah selesai dapat
menciptakan kembali reproduksi yang sama dari pembaca.
(5) Dapat dilihat dengan jelas wujud, ide, nilai umum, dan
spesifikasi karangan.
(6) Berarti setengan karang sudah selesai dilakukan atau
merupakan tahapan akhir dari prapenulisan.

Dalam penyusunan kerangka karangan, seorang penulis


perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
(1) Perumusan tesis dan pengungkapan maksud dengan jelas
dan benar.
(2) Penginventarisan topik ke dalam sub-subtopik secara
maksimal.
(3) Pengevaluasian semua topik yang telah dirinci ke dalam
tahapan:

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 117


(a) semua bab topik relevan dengan tesisi,
(b) jangan ada topik yang sama, dan
(c) semua topik dan subtopik sudah disusun secara paralel,
(4) Tahapan (3a) dan (3b) dilakukan secara berulang untuk
mendapatkan subtopik yang terinci secara maksimal.
(5) Penetapan pola susun ragangan yang tepat: pola alamaiah
atau pola logis.
(6) Ragangan tidak sekali buat dan ragangan ini sebagai
pedoman penyusunan daftar isi karangan.

LATIHAN
1. Jelaskan yang dimaksud dengan topik!
2. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tema
karangan!
3. Jelaskan perbedaan antara topik dan tema!
4. Jelaskan fungsi kerangka karangan!
5. Carilah sebuah topik, kemudian tentukan tema berdasarkan
topik tersebut dan kembangkan menjadi sebuah kerangka
karangan!

118 | Topik dan Kerangka Karangan


BAB VII
SISTEM RUJUKAN
DAN DAFTAR PUSTAKA

Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menyusun sistem
rujukan (kutipan dan catatan kaki).
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menyusun penulisan
daftar pustaka.

A. Pengantar
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah, salah satu hal yang
paling penting adalah penggunaan rujukan dan daftar pustaka.
Rujukan dan daftar pustaka digunakan untuk menghindari
plagiarisme karena kode etik yang harus dijunjung dalam
pernulisan karya tulis ilmiah adalah kejujuran dan tanggung
jawab. Kejujuran yang dimaksud adalah pada saat kamu
mengemukakan pandangan atau pemikiran yang bukan
pandangan sendiri, kamu harus mencantumkan secara jelas
sumber pengambilannya. Tanggung jawab dalam penulisan karya
tulis ilmiah berarti bahwa apapun yang terdapat serta dimuat
dalam sebuah karangan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis.
Sistem rujukan meliputi kutipan dan catatan kaki, yang
biasanya terdapat pada batang tubuh karya tulis ilmiah.
Sedangkan daftar pustaka terletak di akhir karya tulis ilmiah. Pada
bagian ini akan dipaparkan sistem rujukan dan daftar pustaka.
Akan tetapi, sistem rujukan dan daftar pustaka yang akan
dipaparkan pada bagian ini adalah bentuk umum dari sistem
rujukan dan daftar pustaka. Hal ini mengingat sistem rujukan dan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 119


daftar pustaka bersifat selingkung dari masing-masing
lingkungan akademik.

B. Kutipan
Dalam menulis karya tulis ilmiah, kadangkala penulis
mengutip pendapat orang lain. Kutipan umumnya dipergunakan
untuk melengkapi bahan-bahan dan memperkuat uraian atau
argumen sejauh yang diperlukan oleh penulis. Dalam upaya
tersebut, perlu diperhatikan kebiasaan-kebiasan yang lazim
berlaku dalam penulisan dunia akademik. Kutipan tidak boleh
digunakan sebagai bahan utama sebuah tulisan ilmiah karena
mengakibatkan seolah-olah karya itu hanya merupakan
kumpulan kutipan belaka. Namun pada jenis penelitian yang
memusatkan pada kajian pandangan seseorang tokoh secara
mendalam—misalnya biografi, idiografi, dan hasil karya—dapat
dipergunakan kutipan yang jauh lebih banyak dibandingkan karya
tulis ilmiah biasa pada umumnya. Sumber kutipan bisa diperoleh
melalui tulisan maupun hasil wawancara, obeservasi serta angket.
Kesemua itu bila perlu ditulis harus meneybutkan sumbernya.
Kutipan dibuat untuk tujuan tertentu, antara lain sebagai
landasan berpikir pengarang dan penguat panedapatnya sendiri.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, manfaat dari menulis
kutipan ditujukan untuk merujuk informasi berupa pendapat
atau teori yang dikemukakan oleh para ahli. Informasi itu bisa
berupa data atau pendapat para ahli yang digunakan untuk
membantu penulis dalam mengembangkan pokok masalah yang
dibahas dalam karya tulis ilmiahnya. Hal ini akan mendukung
gagasan yang disampaikan penulis bahwa sebelumnya benar-
benar ada orang yang menyampaikan gagasan yang serupa.
Dengan adanya kutipan tersebut, maka akan terlihat etika dan
kredibilitas penulis atau bukti kebenaran dari pernyataan yang
dibuat oleh penulis serta memudahkan pembaca untuk
menelusuri informasi lebih lengkap.

120 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka


Kutipan terdiri atas dua jenis, yaitu (1) kutipan langsung dan
(2) kutipan tidak langsung. Dalam mengutip secara langsung,
penulis tidak melakukan perubahan apapun terhadap teks atau
bagian teks yang dikutip, sedangkan dalam mengutip tidak secara
langsung penulis diperkenankan untuk menggunakan kata-
katanya sendiri tetapi tidak mengubah makna pada teks aslinya
(melalui parafrase). Kedua jenis kutipan tersebut bertujuan sama,
yaitu meminjam pemikiran orang lain untuk melengkapi tulisan
tanpa menghilangkan penghargaan kepada orang yang hasil
pemikirannya dipinjam.
Ciri-ciri kutipan langsung, antara lain:
(a) Tidak boleh ada perubahan terhadap teks asli.
(b) Tanda (sic!) digunakan apabila ditemukan kesalahan pada
teks asli.
(c) Tanda tiga titik tiga (...) digunakan apabila ada bagian
kutipan yang dihilangkan.
(d) Menggunakan sumber kutipan yang berlaku dalam bidang
selingkung.

Dalam melakukan kutipan langsung, kadang kala mengutip


teks yang panjang atau pendek. Sebuah kutipan disebut kutipan
pendek apabila tidak lebih dari empat baris sedangkan kutipan
panjang lebih dari empat baris. Ketentuan untuk kutipan
langsung yang pendek adalah (1) diintegrasikan langsung dengan
tulisan penulis, (2) diapit oleh tanda kutip, dan (3) menuliskan
sumber kutipan, baik di awal maupun di akhir kutipan.
Sedangkan untuk kutipan langsung yang panjang, ketentuannya
adalah (1) dipisahkan dari tulisan penulis dengan spasi yang lebih
kecil, (2) diapit oleh tanda kutip ataupun tidak, dan (3)
menuliskan sumber kutipan di akhir kutipan. Kutipan langsung,
baik yang pendek maupun yang panjang, juga dapat dilakukan
pada catatan kaki dengan tata cara: spasi rapat, diapit tanda kutip,
dan tidak boleh mengadakan perubahan terhadap teks asli.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 121


Contoh kutipan langsung pendek

Ekarasi (2015:132) menyatakan bahwa “mental seseorang


akan tertekan ketika tuntutan semakin besar namun ia tidak
sanggup mengejar tuntutan tersebut.”

Hubungan antara organisasi dengan manusia yang


menciptakannya sangat erat. Hal ini sesuai dengan pengertian
organisasi sebagaimana diungkapkan Wirawan (2007) bahwa
“Organisasi merupakan respons terhadap dan alat penciptaan
nilai untuk memuaskan kebuluhan manusia.”

Contoh kutipan langsung panjang

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya


bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia. Williams (1976) mengemukakan:
“Penggunaan istilah kebudayaan yang banyak dipakai
dewasa ini. Pertama, mengenai perkembangan
intelektual, spiritual dan estetik individu, kelompok
atau masyarakat. Kedua, menangkap sejumlah aktivitas
intelektual dan artistik seta produk-produknya (film,
kesenian, dan teater). Ketiga, mengenai seluruh cara
hidup, aktivitas, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang,
kelompok atau masyarakat.”

122 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka


Menurut Kridalaksana (1996:2), variasi bahasa
berdasarkan pemakai bahasa dibedakan atas empat jenis
sebagai berikut ini.
Dialek regional yaitu variasi bahasa berdasarkan
daerah. Variasi regional membedakan bahasa yang
dipakai di satu tempat dengan yang dipakai di tempat
lain. Dialek sosial yaitu dialek yang dipakai oleh
kelompok sosial tertentu atau yang menandai stratum
sosial tertentu. Dialek temporal yaitu dialek yang
dipakai pada kurun waktu tertentu. Ideolek yaitu
keseluruhan cirri-ciri bahasa seseorang.

Berbeda dengan kutipan langsung—langsung mengambil


tulisan asli orang tanpa adanya pengubahan—pada kutipan tidak
langsung, penulis biasanya mengubah tulisan yang dikuti
sehingga disebut juga inti sari pendapat. Ketentuan penulisan
kutipan tidak langsung, yaitu: (1) diintegrasikan dengan teks, (2)
tidak diapit oleh tanda kutip, dan (3) harus menyertakan sumber
kutipan. Berikut ini contoh kutipan tidak langsung.

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan mengakibatkan


terjadinya pembagian kerja sosial dalam masyarakat. Menurut
Durkheim (dalam Veegar, 1986:146) pembagian kerja diawali
oleh adanya perubahan dalam diri individu melalui proses
sosialisasi dan diinternalisasikan oleh orang-orang yang
berada di lingkungan tempat orang itu dibesarkan.

Mengenai sumber kutipan, hal tersebut mutlak harus ditulis


jika tidak ingin digolongkan sebagai orang yang melakukan
plagiarisme karena plagiarisme merupakan tindakan pencurian
terhadap hak cipta seseorang yang dilindungi oleh hukum. Selain

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 123


terhindar dari tuduhan plagiarisme, menyertakan data atas
sumber kutipan juga berarti menghargai pikiran orang yang
tulisannya dikutip selain sebagai etika dalam dunia akademik dan
aspek legalitasnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan
sumber kutipan. Pertama, jika penulis buku berjumlah satu orang,
maka hanya dituliskan nama akhirnya saja, diikuti tahun terbit
dengan atau tanpa halaman, misalnya Rokhmansyah (2016:2)
atau (Rokhmansyah, 2016:2). Kedua, jika penulis buku
berjumlah dua orang, maka dituliskan nama akhir penulis
pertama diikuti nama akhir penulis kedua, diikuti tahun terbit
dengan atau tanpa halaman, misalnya Arifin & Rijal (2017:4)
atau (Arifin & Rijal, 2017:4). Ketiga, jika penulis buku berjumlah
lebih dari tiga orang, maka hanya dituliskan nama akhir penulis
pertama diikuti “dkk”, tahun terbit, dengan atau tanpa halaman,
misalnya Widyatmike dkk (2016:18) atau (Widyatmike dkk,
2016:18). Keempat, jika mengutip pendapat orang di dalam buku
yang ditulis oleh orang lain, maka ada dua cara penulisan sumber
kutipan, dilihat dari cara penulis buku tersebut mengutip
pendapat yang akan dikutip. Jika pendapat orang dikutip secara
langsung oleh penulis buku, maka ditulis dengan mencantumkan
kata dalam, misalnya Gramsci dalam Rokhmansyah (2017:135)
atau Gramsci (dalam Rokhmansyah, 2017:135). Jika pendapat
orang dikutip secara tidak langsung oleh penulis buku, maka
ditulis dengan mencantumkan kata melalui, misalnya Gramsci
melalui Rokhmansyah (2017:135) atau Gramsci (melalui
Rokhmansyah, 2017:135).
Khusus untuk pengutipan dari sumber internet, maka perlu
memperhatikan sumber tersebut valid atau tidak. Selain itu, perlu
memperhatikan penulis artikel online yang akan dikutip sehingga
mempermudah penulisan sumber kutipan. Hal ini mengingat
pada sumber kutipan di badan teks, perlu menghindari penulisan
alamat link website.

124 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka


C. Catatan Kaki
Catatan kaki adalah catatan yang diletakkan di bagian bawah
halaman. Catatan kaki juga ada yang diletakkan di akhir bab, yang
disebut dengan catatan belakang. Catatan belakang ada di akhir
bab (dalam sebuah buku) atau bagian akhir sebuah tulisan (dalam
sebuah artikel). Sistem catatan dapat dibagi dalam dua jenis:
referensi dan informasi tambahan. Yang dimaksud dengan
referensi adalah data semua sumber yang dijadikan rujukan
dengan ditandai oleh angka Arab.
Di bawah ini diberikan contoh catatan kaki.

Informasi tambahan pada sistem catatan kaki digunakan


apabila penulis memandang perlu menjelaskan sebuah istilah,
menjelaskan bagian dari uraian tertentu, memberikan
informasikan adanya sumber lain yang membahas kasus yang
sama. Tujuan informasi tambahan ini adalah agar pembaca
mendapatkan informasi yang lebih lengkap atas istilah atau
bagian dari uraian tersebut.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 125


Dalam hal catatan kaki yang berisi referensi, seorang penulis
hampir dapat dipastikan menggunakan beberapa sumber.
Apabila sumber-sumber itu dirujuk beberapa kali dengan
halaman yang sama atau berbeda-beda, maka tiga istilah, yaitu
Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit., harus diketahui dan dipergunakan
dengan benar.
Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit. ketiganya berasal dari bahasa Latin.
Ibid. berasal dari kata ibidem yang artinya ‘pada tempat yang sama’.
Istilah ini digunakan untuk rujukan apa saja yang digunakan
berturut-turut tanpa disela oleh sumber yang lain. Op.Cit. berasal
dari kata opere citato yang berarti ‘pada karya yang telah dikutip’.
Istilah ini digunakan apabila seorang penulis mengacu sumber
berupa sebuah buku yang diacu beberapa kali namun sumber
tersebut telah disela oleh sumber yang lain. Loc.Cit. berasal dari
kata loco citato yang artnya ‘pada tempat yang telah dikutip’. Istilah
ini mengacu kepada artikel dalam bunga rampai, jurnal, majalah,
koran, ensiklopedia. Istilah ini dipergunakan apabila artikel
tersebut dirujuk beberapa kali dan telah disela oleh sumber yang
lain.

126 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka


Perhatikan contoh di bawah ini.

D. Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah semua sumber yang menjadi rujukan
seorang penulis dalam kegiatannya menulis sebuah karya tulis
ilmiah. Sumber-sumber tersebut harus dihimpun dalam sebuah
daftar yang lazim disebut sebagai Daftar Pustaka atau Bibliografi
atau Kepustakaan.
Fungsi daftar pustaka adalah sebagai berikut.
(1) Membantu pembaca mengetahui ruang lingkup studi
penulis.
(2) Memberikan petunjuk kepada pembaca yang ingin
mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang dibacanya
serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan.
(3) Membantu pembaca memilih referensi yang sesuai dengan
bidang studinya.
(4) Sebagai bentuk keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai
sumber-sumber yang dipergunakannya.

Ada beberapa variasi penulisan daftar pustaka. Variasi ini


terjadi akibat pola-pola penulisan yang dikembangkan oleh
selingkung bidang, misalnya format MLA (The Modern Language
Association) dan format APA (American Psychologycal Association).
Namun demikian, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah
daftar pustaka pada umumnya sama. Unsur-unsur tersebut antara
lain: (a) nama penulis, (b) tahun terbit sumber yang bersangkutan,

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 127


(c) judul sumber yang dipakai sebagai referensi, dan (d) data
publikasi (nama tempat terbit, nama penerbit).
Dalam menyusun daftar pustaka, beberapa hal perlu
diperhatikan, yaitu:
(1) daftar pustaka diusahakan merupakan karya berasal dari 10
tahun terakhir dari tahun penulisan karya tulis ilmiah, akan
tetapi ada pengecualian untuk buku-buku tertentu yang
dianggap penting dan merupakan sumber rujukan primer;
(2) baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris
kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3—5 ketukan ke
dalam;
(3) jarak antarbaris 1 spasi;
(4) jarak antarsumber 1,5 atau 2 spasi;
(5) diurutkan berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga
penulis (bergantung pada gaya selingkung bidang), jika tidak
diketahui nama pengarang maka dituliskan anonim;

Untuk nama penulis, penulisan dalam daftar pustaka


berbeda dengan penulisan dalam catatan kaki. Pada catatan kaki,
nama penulis tidak dibalik tetapi daftar pustaka dibalik, yakni
dengan mendahulukan nama belakang karena dianggap sebagai
nama keluarga dan dibatasi oleh koma untuk kata selanjutnya
yang dianggap sebagai nama diri.

Format MLA:
Caine, D. B. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia, 2005.
Oemarjati, B. S. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi
Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan
Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI
Press, 2012.

128 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka


Format APA:
Caine, D. B. (2005). Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
Oemarjati, B. S. (2012). “Tanggung Jawab dalam
Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara
Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet).
Jakarta: UI Press.

Format umum penulisan karya tulis ilmiah


Indonesia:
Caine, D. B. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
Oemarjati, B. S. 2012. “Tanggung Jawab dalam
Koeksistensi Berbudaya” dalam Riris K. Toha-
Sarumpaet (Ed.). Memaknai Kembara Bahasa dan
Budaya. Jakarta: UI Press.

Publikasi dari penulis yang sama dan dalam tahun yang sama
ditulis dengan cara menambahkan huruf a, b, atau c dan
seterusnya tepat di belakang tahun publikasi (baik penulisan
dalam daftar pustaka maupun sitasi dalam naskah tulisan). Selain
itu, jika terdapat dua sumber dengan penulis yang sama, maka
penulisan nama penulis diganti dengan garis sepanjang 3−5
ketukan (“_____”). Perhatikan contoh berikut.

Endraswara, S. 2008a. Metodologi Penelitian Psikologi Sastra.


Yogyakarta: Media Pressindo.
_____. 2008b. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Media Pressindo.
Apabila pengarang dalam buku yang dirujuk lebih dari satu
orang, maka nama penulis pertama saja yang dibalik sedangkan
nama pengarang kedua, dan selanjutnya tidak dibalik. Apabila
penulisnya empat orang atau lebih, maka setelah nama penulis

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 129


pertama cukup ditulis kata dan ‘dkk’ yang artinya ‘dan kawan-
kawan’ yang dalam istilah Latin adalah et.al. Perhatikan contoh
berikut.

Dua Penulis:
Sugihastuti & Suharto. 2002. Kritik Sastra Feminisme.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tiga Penulis:
Gustianti, R., Nazaruddin, Y., & Syahrial. 2005. 2012:
Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena
Mandiri.

Empat Penulis:
Gustianti, R., dkk. 2005. 2012: Kiamat Tak Jadi Datang.
Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.

Secara umum, sistem penulisan daftar pustaka sesuai dengan


kaidah penulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut.

1. Rujukan berupa buku


Endraswara, S. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Media Pressindo.
Dixon, R. M. W. 2011. Basic Linguistic Theory: Grammatical
Topics Volume 2. New York: Oxford University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi (Edisi
Revisi). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wijana, I D. P. & Rohmadi, M. 2012. Sosiolinguistik: Kajian
Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugihastuti & Suharto. 2002. Kritik Sastra Feminisme.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

130 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka


Sidja, K., dkk. 2002. Cerita Rakyat Daerah Bali. Denpasar:
Bagian Proyek Pengkajian dan Pemanfaatan Sejarah
dan Tradisi Bali.
Radford, A., et.al. 1999. Linguistics an Introduction. Cambridge:
Cambridge University Press.

2. Rujukan dari jurnal dan majalah/koran cetak


Arifin, M. 2013. “Rahasia Sukses Jutawan Tanpa Modal.”
Kompas, 2 Juni 2013, hlm. 12.
Hardiningtyas, P. R. 2014. “Oriental: Budaya Indis dalam
Tetralogi Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta Toer”
dalam Jurnal Sawerigading, Volume 20, No. 2, Agustus
2014, hlm. 183—193.

3. Rujukan dari bab dalam buku


Hibiya, J. 2010. “Variationist Sociolinguistics” dalam
Tsujimura, N. (Ed.). The Handbook of Japanese Linguistics.
Australia: Blackwell Publishing.

4. Rujukan dari prosiding cetak


Santoso, E. 2013. “Mitologi, Dongeng Kepemimpinan
sebagai Fungsi Komunikasi Kebudayaan” dalam
Endraswara, S. (Ed.). Folklor dan Folklife dalam Kehidupan
Dunia Modern: Kesatuan dan Keberagaman. Yogyakarta:
Ombak.
Valiantien, N. M., Rokhmansyah, A., & Giriani, N. P. 2017.
“Perempuan-Perempuan Bali: Membaca Cerpen Api
Sita dan Pesta Tubuh Karya Oka Rusmini” dalam
Rokhmansyah, Alfian, dkk (Eds.). Prosiding Seminar
Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni 2017. Samarinda:
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman. Hal:
339―358.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 131


5. Rujukan berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan
penelitian
Mujiyanto, Y. 1999. “Perbandingan Derajat Kesantunan
antara Tindak Tutur Direktif dalam Novel A Farewell
to Arms Karya E. Hemingway dan Terjemahannya.”
Tesis. Jakarta: Magister Ilmu Susastra Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Tidak
Diterbitkan.
Rustono. 1998. “Implikatur Percakapan sebagai
Pengungkap Humor di dalam Wacana Humor Verbal
Lisan Berbahasa Indonesia.” Disertasi. Jakarta:
Program Doktor Ilmu Linguistik Universitas
Indonesia. Tidak Diterbitkan.
Rokhmansyah, A., dkk. 2017. “Kekerasan terhadap
Perempuan dalam Cerpen Api Sita dan Pesta Tubuh
Karya Oka Rusmini.” Laporan Penelitian. Samarinda:
FIB Universitas Mulawarman. Tidak Diterbitkan.

6. Rujukan buku terjemahan


Redfield, R. 1982. Masyarakat Petani dan Kebudayaan.
Diterjamahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Daniel
Dhakidae. Jakarta: CV Rajawali.
Jefferson, A. & Robey, D. (Eds.). 1988. Teori Kesusastraan
Modern: Pengenalan Secara Perbandingan. Diterjemahkan
dalam Bahasa Melayu oleh Mokhtar Ahmad. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian
Pendidikan Malaysia.

7. Rujukan dari jurnal online


Wibowo, R. M. & Retnaningsih, A. 2015. “Dinamika
Bentuk-Bentuk Sapaan sebagai Refleksi Sikap
Berbahasa Masyarakat Indonesia” dalam Humaniora,
Vol. 27, No. 3 (2015). https://jurnal.ugm.ac.id/
jurnal-humaniora/article/view/10587 (diunduh 2
Januari 2016).

132 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka


Rokhmansyah, A. 2015. “Orde Baru sebagai Landasan
Fabula: Kajian Formalisme Rusia” dalam CaLLs, Vol.
1, No. 1 (2015). http://e-journals.unmul.ac.id/
index.php/CALLS/article/view/708/pdf (diunduh 5
Agustus 2017).
Visweswaran, K. 1997. “Histories of Feminist
Ethnography” dalam Annual Review of Anthropology,
Vol. 26, No. 1 (1997). https://doi.org/10.1146/
annurev.anthro.26.1.591 (diunduh 3 Juli 2018).

8. Rujukan dari artikel di internet


Suaka, I N. 2003. “Citra Wanita dalam Kritik Sastra
Feminis” http://www.balipost.co.id/balipostcetak/
2003/9/28/ap3.html (diakses 20 April 2009).
The European Institute for Gender Equality. 2013. “Gender
Equality Index-Report” http://eige.europa.eu/sites/
default/files/documents/Gender-Equality-Index-
Report.pdf (diakses 17 Oktober 2017).
Sulhin, I. 2016. “Kekerasan dan Kultur Patriarki”
http://nasional.kompas.com/read/2016/05/05/094
02831/Kekerasan.dan.Kultur.Patriarki (diakses 17
Oktober 2017).

LATIHAN
1. Tuliskan ciri-ciri kutipan langsung!
2. Tuliskan contoh penggunaan kutipan tidak langsung!
3. Jelaskan maksud dan fungsi istilah Ibid, Op.cit, dan Loc.cit
dalam catatan kaki!
4. Jelaskan dengan beberapa contoh cara penulisan daftar
pustaka yang rujukannya bersumber dari artikel internet!
5. Susunlah referensi di bawah ini menjadi satu daftar pustaka.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 133


a. Pengarang: Miftah Thoha, judul buku: Perspektif
Perilaku Birokrasi, tahun terbit: 1991, penerbit:
Rajawali, kota: Jakarta
b. Pengarang: Soewarna Handyaningrat, judul:
Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan
Nasional, tahun terbit: 1982, penerbit: Gunung Agung,
kota: Jakarta
c. Pengarang: Widjaja, judul: Pemerintah Desa-Marga,
tahun terbit: 2003, penerbit: PT Rajawali Grafindo, kota:
Jakarta
d. Pengarang: Sondang P. Siagian, judul: Kerangka Dasar
Ilmu Administrasi, tahun terbit: 2001, penerbit: Rineke
Cipta, kota: Jakarta
e. Pengarang: Vimala Rodgers, judul: Mengubah
Kepribadian Melalui Tulisan Tangan, tahun terbit:
2008, penerbit: Hikmah, kota: Jakarta
f. Pengarang: Tegar Satria, judul: Unik Tapi Fakta Aneh
Tapi Nyata, tahun terbit: 2009, penerbit: Shira Media,
kota: Yogyakarta

134 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka


BAB VIII
BAGIAN-BAGIAN KARYA TULIS
ILMIAH

Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan batang tubuh karya tulis
ilmiah selingkung bidang studinya.
2. Mahasiswa mampu menyusun karya tulis ilmiah.

A. Pengantar
Sebuah karangan ilmiah, biasanya terdiri atas bagian
pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian-bagian ini bentuknya
disesuaikan dengan jenis karya tulis ilmiah yang dibuat. Khusus
untuk karya tulis ilmiah berupa artikel jurnal, bagian-bagian karya
tulis ilmiah tidak dibagi menjadi bab-bab, berbeda dengan
makalah atau laporan penelitian dan bentuk karya tulis ilmiah lain
seperti skripsi, tesis, desertasi, dan tugas akhir. Di bagian ini akan
dijelaskan bagian-bagian karangan ilmiah secara umum, yaitu
abstrak, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian,
pembahasan, dan penutup. Sedangkan untuk penulisan daftar
pustaka, akan dijelaskan pada bab berikutnya.

B. Abstrak
Abstrak adalah karangan ringkas berupa rangkuman. Istilah
ini lazim digunakan dalam penulisan ilmiah. Abstrak menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan itu sendiri secara
keseluruhan. Oleh sebab itu, sebagai ringkasan, abstrak berfungsi
secara sosial untuk menjelaskan keseluruhan isi penelitian, yang
meliputi: (1) masalah yang diteliti (dan atau tujuan penelitian), (2)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 135


metodologi penelitian, (3) temuan yang dihasilkan dan
pembahasan, serta (4) simpulan, implikasi, dan atau saran.
Melalui poin-poin tersebut, abstrak dapat memotivasi
pembaca untuk membaca lebih lanjut laporan penelitian yang
lengkap. Dari abstrak pembaca dapat mengetahui gambaran
umum tentang penelitian itu. Apabila sesuai dengan yang
diinginkan, pembaca kemudian menindaklanjutinya dengan
mengulas seluruh penelitian tersebut dan menjadikannya sebagai
referensi. lnisiatif untuk melakukan penelitian baru sering
muncul atas dasar inspirasi yang diperoleh dari abstrak penelitian
yang telah dilakukan terdahulu.
Panjang-pendek sebuah abstrak amat ditentukan oleh
tujuannya. Apabila abstrak tersebut ditulis untuk keperluan
Jurnal, maka panjangnya antara 75 sampai dengan 100 kata,
sedangkan untuk skripsi 200 sampai dengan 250 kata.
Perhatikan contoh abstrak di bawah ini untuk keperluan
jurnal. Perhatikan pula bagian-bagian yang dicetak tebal dan
cocokkan bagian-bagian tersebut dengan Uraian 1 sampai Uraian
4 pada kolom sebelah kanan.

ABSTRAK

Masalah utama penelitian ini adalah kesehatan Uraian 1:


perempuan yang berhubungan dengan keberlangsungan Permasahan
hidup di lingkungan budaya masyarakat Samin di atau tujuan
Pegunungan Kendeng Pati. Penelitian ini bertujuan penelitian,
untuk mendalami strategi perempuan Samin dalam dapat pula
mempertahankan kearifan lokal terkait dengan daur hidup rasionalisasi
kesehatan perempuan. Di tengah derasnya perubahan dari tujuan.
yang terjadi di luar kultur masyarakat Samin, dimungkinkan
terjadi perbenturan nilai yang telah ada dan yang datang
kemudian. Dalam proses pencarian data melalui Uraian 2:
observasi di lapangan, studi dokumen, dan wawancara Metodologi
mendalam kepada sejumlah informan, ditemukanlah
kearifan lokal kesehatan yang masih dilakukan oleh para Uraian 3:
perempuan Samin. Dari temuan tersebut diketahui Temuan
bahwa bentuk strategi yang digunakan untuk

136 | Bagian-Bagian Karya Tulis Ilmiah


mempertahankan keutuhan budaya masyarakat di tengah
arus modernisasi adalah metode bertutur yang Uraian 4:
dipraktikkan secara turun-temurun. Disarankan bahwa Simpulan,
penelitian lanjutan perlu dilakukan dalam hal pelestarian implikasi, dan
kearifan lokal Samin yang menyatu dengan tradisi saran
kehidupan dan pelestarian ajaran-ajaran Samin yang
bernilai positif.

Pada contoh abstrak di atas, tampak bahwa bahwa abstrak


diformulasikan dengan kalimat-kalimat yang mengandung kata-
kata tertentu (dicetak tebal) yang menyatakan poin-poin
sebagaimana ditunjukkan pada Uraian 1 sampai dengan Uraian
4. Formulasi bahasa yang digunakan pada abstrak yang lain
mungkin saja berbeda. Namun, yang penting adalah bahwa isi
Uraian 1 sampai dengan Uraian 4 terungkap di dalamnya.
Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa kesepakatan umum
dalam dunia keilmuan/akademik bahwa abstrak ditulis bahasa
Inggris, mengingat bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional. Misalnya, apabila sebuah artikel untuk jurnal atau
skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia, maka abstraknya ditulis
dalam bahasa Inggris. Adakalanya, abstrak juga ditulis dalam dua
bahasa, yaitu bahasa yang digunakan pada artikel (karya tulis
ilmiah) dan bahasa Inggris.

C. Tahapan Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bab pertama yang mengantarkan
pembaca untuk mengetahui ikhwal topik penelitian, alasan, dan
pentingnya suatu karya tulis ilmiah. Bab pendahuluan biasanya
memuat latar belakang yang dengan singkat mengulas alasan
mengapa penelitian dilakukan, tujuan, dan hipotesis jika ada.
Memberikan alasan yang kuat, termasuk kasus yang dipilih dan
alasan memilih alasan tersebut, perumusan dan pendekatan
masalah, metode yang akan digunakan dan manfaat hasil
penelitian.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 137


Bab pendahuluan seharusnya dapat membimbing pembaca
secara halus, tetap melalui pemikiran logis yang berakhir dengan
pernyataan mengenai apa yang diteliti dan apa yang diharapkan
dari padanya. berikan kesan bahwa apa yang anda teliti benar-
benar bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembangunan.
Bagian tujuan penelitian mengakhiri bab pendahuluan yang berisi
pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian. Dalam
menuliskan tujuan, gunakan kata kerja yang hasilnya dapat diukur
dan dilihat, seperti menjajaki, menguraikan, menerangkan,
menguji, membuktikan, atau menerapkan suatu gejala, konsep,
atau dugaan.
1. Latar Belakang
Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan)
mengapa topik yang dinyatakan pada judul karya tulis ilmiah itu
diteliti. Untuk menerangkan keternalaran tersebut perlu
dijelaskan dulu pengertian topik yang dipilih. Baru kemudian
diterangkan argumen yang malatarbelakangi pemilihan topik itu
dari sisi substansi dalam keseluruhan sistem substansi yang
melingkupi topik itu.

2. Identifikasi Masalah
Sebelum masalah dirumuskan perlu diidentifikasi dengan
baik. Dengan identifikasi masalah, memungkinkan perumusan
masalah yang operasional menjadi lebih mudah. Masalah yang
operasional memiliki ciri, antara lain:
(a) masalahnya dapat dipecahkan,
(b) menggambarkan variabel penelitian yang jelas,
(c) bentuk dan jenis data yang diperlukan dapat dipastikan
secara akurat,
(d) teknik pengumpulan data dapat ditentikan secara tepat,
(e) teknik analisis data dapat diterapkan secara tepat.

138 | Bagian-Bagian Karya Tulis Ilmiah


3. Perumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu
dipecahkan atau dipertanyakan yang perlu dijawab dengan
penelitian. Perumusan itu sebaiknya disusun dalam bentuk
kalimat tanya, atau sekurang-kurangnya mengandung kata-kata
yang menyatakan persoalan atau pertanyaan. Yakni apa, siapa,
berapa, seberapa, sejauh mana. Bagaimana (bisa tentang cara atau
wujud keadaan) di mana, ke mana, dari mana, mengapa dan
sebagainya.

4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan apa yang hendak dicapai
dengan penelitian. Tujuan dirumuskan sejajar dengan rumusan
masalah. Misalnya: (a) apakah ada pengaruh X terhadap Y, maka
tujuannya ialah menentukan ada tidaknya pengaruh X terhadap
Y, (c) apakah ada antara hubungan antara X dan Y, maka
tujuannya ialah menentukan ada tidaknya hubungan antar X dan
Y, (d) bagaimanakan persepsi peneliti terhadap pelayanan
akademik, maka tujuannya ialah mendeskripsikan persepsi, dst.

D. Tahapan Landasan Teori dan Tinjaun Pustaka


Tahapan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka berisi dua
hal. Pertama, landasan teori yang berfungsi untuk
menyampaikan ulasan teori yang digunakan untuk memecahkan
masalah yang diteliti. Kedua, tinjauan pustaka yang berfungsi
untuk menyatakan perbandingan antara penelitian yang
dilaporkan itu dan penelitian-penelitian sebelumnya. Ada
kalanya tahapan ini dilengkapi dengan kerangka pikir penelitian.
Pada prinsipnya kerangka pikir itu berisi alur pelaksanaan
penelitian dan logika berpikir yang diikuti dalam melaksanakan
penelitian itu secara keseluruhan.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 139


E. Tahapan Metodologi Penelitian
Tahapan Metodologi Penelitian berisi sajian tentang
pendekatan, metode, dan teknik penelitian yang diterapkan pada
penelitian yang dilaporkan, termasuk langkah-langkah yang
ditempuh. Metode yang digunakan terkait dengan tata cara
pelaksanaan penelitian yang meliputi lokasi penelitian, jenis
penelitian (deskriptif-kualitatif), serta data dan sumber data.
Selanjutnya adalah teknik penelitian yang meliputi teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data. Teknik pengumpulan
data, misalnya teknik wawancara, observasi, dan sebagainya.
Terakhir adalah teknik analisis data.

F. Tahapan Hasil dan Pembahasan


Tahapan Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri atas dua
hal yang berbeda: hasil penelitian dan pembahasan. Pada laporan
penelitian, kedua hal itu dapat dijadikan satu bab, dengan nama
“Hasil Penelitian dan Pembahasan”, atau dijadikan dua bab,
masing-masing dengan nama “Hasil Penelitian” dan
“Pembahasan”. Penyajian menjadi satu bab atau dua bab adalah
persoalan gaya selingkung. Namun yang terpenting adalah
bahwa laporan penelitian harus mengandung esensi hasil
penelitian dan pembahasan.
Secara esensial, keberadaan kedua hal itu mengisyaratkan
perealisasian dua fungsi retoris yang berbeda tetapi sekaligus
tidak dapat dipisahkan. Fungsi tahapan hasil penelitian dan
pembahasan yang pertama direalisasikan dengan genre deskripsi
dan laporan untuk menggambarkan hasil atau temuan penelitian
(yang dipaparkan berdasarkan tema, pertanyaan penelitian, atau
klasifikasi data/metode pengambilan data). Selanjutnya, fungsi
yang kedua direalisasikan dengan genre diskusi (meliputi
eksplanasi) untuk membahas dan menjelaskan hasil atau temuan
yang diperoleh itu. Kemudian hasil atau temuan tersebut
dikaitkan dengan teori yang dirujuk dan penelitian-penelitian

140 | Bagian-Bagian Karya Tulis Ilmiah


sejenis sebelumnya. Dari pembahasan, diketahuilah apakah teori
yang dirujuk itu dapat memecahkan persoalan penelitian
sebagaimana yang tergambar pada data, dan apakah hasil atau
temuan itu dapat menjembatani persoalan-persoalan yang belum
terpecahkan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Perlu dicatat bahwa terdapat banyak laporan penelitian yang
tidak mengandung pembahasan, meskipun bab hasil penelitian
dan pembahasan secara eksplisit dinyatakan. Pada laporan
penelitian yang demikian itu, bab yang dimaksud hanya berisi
deskripsi data biasa tanpa disertai analisis dengan cara
membanding-bandingkan berbagai temuan yang ada serta tanpa
dikonfirmasikan dengan teori yang dirujuk dan tanpa
dikonfrontasikan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Formulasi bahasa pada tahapan hasil penelitian dan
pembahasan dapat dikenali dari kekhususan pilihan kata dan
konstruksi kalimat. Pilihan kata pada tahapan tersebut
menunjukkan ciri-ciri tertentu. Bahkan kata-kata yang dipilih
pada subtahapan hasil penelitian cenderung berbeda dengan
kata-kata yang dipilih pada subtahapan pembahasan.

G. Tahapan Penutup
Tahapan ini menguraikan keberhasilan metode dikaitkan
dengan hasi kerja, dan dampak produk. Penutup merupakan
bagian terakhir dari isi pokok laporan penelitian. sesuai dengan
isinya, bagian ini dapat dibagi menjadi dua sub-bab yaitu
simpulan dan saran.
1. Simpulan
Simpulan merupakan bagian yang berisi jawaban masalah
dalam sebuah penelitian. Simpulan harus sejalan dengan masalah,
tujuan, dan uraian tentang hasil penelitian dan pembahasannya.
masalah yang dikemukakan dibagian pendahuluan semuanya
harus terjawab dan dengan jawaban itu semua tujuan dapat

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 141


tercapai. Uraian dalam simpulan harus menjawab masalah yang
dikemukakan dalam bagian pendahuluan dan memenuhi semua
tujuan penelitian.

2. Saran
Saran merupakan bagian yang berisi temuan jalan keluar dari
suatu permasalahan. Saran dikemukakan dengan mengaitkan
temuan dalam simpulan dan jika memungkinkan jalan keluarnya
juga disampaikan. saran dapat bersifat praktis atau teoritis. Selain
itu, perlu juga dikemukakan masalah-masalah baru yang
ditemukan dalan penelitian yang memerlukan penelitian lanjutan.

LATIHAN
Carilah sebuah topik, kemudian tentukan tema berdasarkan topik
tersebut. Kembangkanlah menjadi sebuah karya tulis ilmiah
dengan memperhatikan semua kaidah keilmiahan penulisan
akademik.

142 | Bagian-Bagian Karya Tulis Ilmiah


BAB IX
MATERI PENGAYAAN:
SURAT-MENYURAT

Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu hakikat, sejarah, dan jenis surat.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pola surat resmi.
3. Mahasiswa mampu menyusun surat lamaran pekerjaan.
4. Mahasiswa mampu menyusun surat resmi.

A. Definisi Surat
Dalam suatu instansi selalu dibutuhkan suatu komunikasi
yang bertujuan untuk menyampaikan satu informasi tanpa harus
bertemu langsung dengan orang yang bersangkutan dengan cara
diadakannya komunikasi tertulis yang disebut dengan surat. Surat
merupakan karya tulis manusia yang cukup populer dan menjadi
salah satu alat komunikasi yang ada dalam peradaban manusia.
Surat adalah pernyataan tertulis yang dibuat dengan tujuan untuk
menyampaikan informasi kepada pihak lain, sekaligus sebagai
alat komunikasi tertulis yang menyangkut kepentingan tugas dan
kegiatan instansi, maupun kepentingan pribadi.
Ditinjau dari isinya, surat merupakan jenis karangan
(komposisi) paparan—pengarang mengemukakan maksud dan
tujuannya, menjelaskan apa yang dipikirkan dan dirasakannya.
Ditinjau dari wujud peraturannya, surat merupakan percakapan
tertulis. Ditinjau dari fungsinya, surat adalah alat sarana
komunikasi tulis.
Kegiatan surat-menyurat dinamakan korespondens,
sedangkan orang yang melakukan kegiatan tersebut dinamakan
koresponden. Korespondensi adalah suatu kegiatan atau

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 143


hubungan yang dilakukan secara terus-menerus antara dua pihak
yang dilakukan dengan saling berkiriman surat. Korespondensi
dalam suatu kantor, instansi, atau organisasi dibagi menjadi dua,
yakni: (1) korespondensi eksteren, yaitu hubungan surat-
menyurat yang dilakukan oleh kantor atau bagian-bagiannya
dengan pihak luar; dan (2) korespondensi interen, yaitu
hubungan surat-menyurat yang dilakukan oleh orang-orang
dalam suatu kantor, termasuk hubungan antara kantor pusat
dengan kantor cabang.
Sesuai dengan pengertian surat, dapat diambil salah satu
fungsi surat, yaitu sebagai alat komunikasi. Sebenarnya bukan
hanya itu fungsi surat, tetapi ada beberapa fungsi surat lainnya,
antara lain:
1. Tanda bukti tertulis yang autentik, misalnya surat perjanjian.
2. Alat pengingat / berpikir bilamana diperlukan, misalnya
surat yang telah diarsipkan.
3. Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang
digali kembali untuk mengetahui perkembangan masa
lampau.
4. Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
5. Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan,
surat perintah, surat pengangkatan, dan sebagainya.

Adapun kriteria surat yang baik, adalah sebagai berikut:


1. Surat sebaiknya ditulis dalam bentuk dan isi yang menarik
serta disusun secara sistematis sesuai dengan aturan yang
berlaku dalam penyusunan surat.
2. Surat sebaiknya disusun secara sederhana dan tidak terlalu
panjang karena surat yang panjang dan bertele-tele dapat
menjemukan pembacanya.
3. Surat sebaiknya disusun secara jelas, lugas, dan komunikatif
agar dapat dipahami secara tepat sesuai dengan maksud yang
dikehendaki oleh penulis.

144 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat


4. Surat sebaiknya mencerminkan sikap yang adab dan sopan.
5. Surat sebaiknya bersih dan rapi.

Dalam menulis surat, seharusnya memperhatikan aspek


kebahasaan yang digunakan. Agar pesan atau informasi yang
disampaikan mudah dipahami, surat hendaknya ditulis dengan
menggunakan bahasa yang efektif, yaitu jelas, lugas, dan
komunikatif. Bahasa surat dikatakan jelas, jika isi atau informasi
yang disampaikan mudah dipahami dan unsur-unsurnya pun
dinyatakan secara tegas atau eksplisit. Bahasa surat dikatakan
lugas, jika kata-kata yang digunakan langsung mengungkapkan
pokok persoalan yang disampaikan, tidak basa-basi. Bahasa surat
dikatakan komunikatif jika mudah dipahami, dapat
mengungkapkan pesan secara tepat sesuai dengan maksud yang
ingin dikemukakan oleh penulis, dan mampu menimbulkan
pemahaman yang sama pada pikiran pembacanya.

B. Sejarah Surat
Berdasarkan sejarah, surat sudah ada ketika manusia
menemukan simbol atau tulisan, walaupun masih dalam bentuk
sederhana. Kegiatan surat-menyurat di Indonesia telah dimulai
jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa, yakni pada masa Kutai,
Tarumanegara, Majapahit, Padjadjaran, Sriwijaya, dan Mataram.
Bentuk surat pada zaman itu pun masih tergolong sederhana
yaitu berupa kulit kayu, potongan bambu, daun lontar dan kulit
binatang.
Kegiatan surat-menyurat modern pun berkembang ketika
kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia yang dipelopori oleh
Belanda di abad 17-18an. Kegiatan pos semakin lancar, setelah
pembuatan Jalan Raya Pos (de Grote Postweg) dari Anyer sampai
Panarukan sepanjang 1000 km pada tahun 1809 atas perintah
Gubernur Jenderal Herman William Deandels. Hal tersebut
menyebabkan waktu tempuh pos dari Jawa Barat ke Jawa Timur

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 145


yang sebelumnya memakan waktu 40 hari, diperpendek menjadi
6 hari.
Penggagasan perangko yang dipelopori oleh Inggris pada
tahun 1840 membuka zaman baru dalam bidang pertarifan pos.
Belanda yang pada saat itu menduduki Indonesia mengikuti jejak
Inggris dengan membuat perangko yang bergambar Raja William
III di tahun 1852. Perkembangan kegiatan surat-menyurat pun
berkembang pesat di Indonesia. Pemerintah kolonial Belanda
akhirnya menyediakan banyak kantor pos di berbagai kota besar
di Indonesia serta menyediakan banyak kotak pos. Kantor pos
merupakan salah satu tempat paling sibuk ketika itu.
Walaupun fungsi surat sudah sedikit tergeser oleh kemajuan
teknologi seperti telepon maupun internet, tetapi peran surat
sebagai alat telekomunikasi masih banyak digunakan sampai
sekarang. Begitu juga peran kantor pos yang dahulu merupakan
tempat paling sibuk berubah menjadi tempat berbagai fungsi dari
sebagai tempat pembayaran maupun pengiriman-penerimaan
uang.

C. Jenis Surat
Surat secara umum digolongkan menjadi tiga yaitu surat
pribadi, surat dinas, dan surat niaga apabila ditinjau dari segi
bentuk, isi, dan bahasanya. Sedangkan apabila digolongkan
berdasarkan berdasarkan pemakaiannya dapat dibagi menjadi
tiga yaitu surat pribadi, surat resmi, dan surat dinas. Pada materi
ini akan dibahas tiga jenis surat, yaitu surat pribadi, surat
resmi/dinas, dan surat niaga.
1. Surat Pribadi
Surat pribadi adalah surat yang digunakan untuk
kepentingan pribadi. Surat dapat berupa korespondensi antara
sesama teman atau keluarga. Ciri-ciri surat pribadi yaitu:
a) Tidak menggunakan kop surat

146 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat


b) Tidak ada nomor surat
c) Salam pembuka dan penutup bervariasi
d) Penggunaan bahasa bebas, sesuai keinginan penulis
e) Format surat bebas

2. Surat Resmi
Surat resmi adalah surat yang dikeluarkan oleh suatu instansi
pemerintah/swasta, yang ditujukan kepada instansi lain maupun
perorangan untuk kepentingan kedinasan dan administrasi
pemerintahan. Fungsi dari surat ini, yaitu sebagai dokumen bukti
tertulis, alat pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti
sejarah atas perkembangan instansi, dan pedoman kerja dalam
bentuk surat keputusan dan surat instruksi.

3. Surat Niaga
Surat niaga digunakan bagi badan yang menyelenggarakan
kegiatan usaha niaga seperti industri dan usaha jasa. Surat ini
sangat berguna dalam membangun hubungan dengan pihak luar
sehingga harus disusun dengan baik. Surat niaga terdiri atas surat
jual beli, kwintansi, dan perdagangan; dan dapat dibagi atas surat
niaga internal dan surat niaga eksternal. Salah satu contoh dari
surat niaga adalan surat penawaran dan surat penagihan.
Dalam bab ini, surat yang akan dibahas adalah surat pribadi
yang berupa surat lamaran kerja dan surat resmi yang berupa
surat dinas.

D. Surat Lamaran Kerja


Surat lamaran pekerjaan adalah surat dari seseorang yang
memerlukan pekerjaan kepada orang atau pejabat yang dapat
memberikan pekerjaan atau jabatan. Melalui surat lamaran,
pelamar meminta agar ia diberi pekerjaan. Surat lamaran
pekerjaan dapat juga diartikan sebagai surat dari calon karyawan
kepada calon majikan yang berisi permintaan agar karyawan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 147


diberi pekerjaan oleh calon majikan. Surat lamaran pekerjaan
biasanya bersifat formal atau resmi, misalnya surat untuk
melamar pekerjaan menjadi karyawan ataupun jabatan tertentu
sesuai dengan iklan yang ditawarkan. Dalam hal ini, pelamar
dalam surat lamarannya perlu menyebutkan sumber lamaran
tersebut pada alinea atau paragraf pembuka. Jika lamaran itu
tidak berdasarkan pada suatu sumber, tentu tidak diperlukan
penyebutan sumber pada alinea pembuka.
Menurut jenis pembuatannya surat lamaran pekerjaan
terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Surat lamaran pekerjaan yang digabungkan dengan riwayat
hidup (curriculum vitae). Dalam cara ini, riwayat hidup
termasuk isi surat karena isinya berupa gabungan, cara ini
juga disebut model gabungan.
b. Surat lamaran yang dipisahkan dari riwayat hidup. Dalam
cara ini riwayat hidup merupakan lampiran dan cara ini
disebut model terpisah. Dalam praktik pemakain yang
banyak dipakai adalah model terpisah. Walaupun dalam
pembuatannya memerlukan dua kali kerja, dan model ini
lebih digemari oleh pencari kerja karena suratnya tidak
terlalu panjang.

Sumber-sumber lamaran pekerjaan di antaranya: (a) sumber


lowongan pekerjaan tanpa sumber tertentu; (b) sumber
lowongan pekerjaan dari media tertentu; (c) sumber lowongan
pekerjaan dari referensi pihak tertentu. Ciri-ciri surat lamaran
yang baik adalah (a) mempunyai bentuk yang menarik; (b)
mempunyi bahasa yang menarik; (c) menggambarkan
kemampuan pelamar; dan (d) tepat pada sasaran. Selain itu, ada
pula hal-hal yang harus dicantumkan dalam surat lamaran
pekerjaan agar tercapai tujuan pembuatannya di antaranya:
a. menyebutkan sumber lamaran;

148 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat


b. identifikasi diri lengkap dari pelamar, yang meliputi nama
lengkap, tempat dan tanggal lahir, alamat lengkap, nomor
telepon, handphone atau alat bantu komunikasi lainnya.
identifikasi diri dari pelamar harus memudahkan pihak
perusahaan menghubungi pelamar;
c. posisi yang dikehendaki;
d. riwayat pendidikan;
e. riwayat pekerjaan (bila ada);
f. kemampuan lain yang dimiliki;
g. referensi (bila ada dan pelamar memandang pihak pemberi
referensi mempunyai pengaruh terhadap pengambilan
keputusan).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan


surat lamaran adalah sebagai berikut.
1. Surat lamaran ditulis tangan di atas kertas bergaris ukuran
folio. Tulisan harus jelas, bersih, dan tidak ada coretan. Surat
lamaranpun dapat dibuat menggunakan mesin ketik atau
komputer.
2. Pelamar menyebutkan dirinya bukan dengan kata ganti kami
melainkan saya. Pelamar harus menyebut pimpinan instansi
dengan Bapak/Ibu (jika sudah jelas pemimpinnya). Apabila
masih belum jelas, dapat langsung menyebutkan jabatannya.

Unsur dalam surat lamaran pekerjaan adalah:


a. kepala surat;
b. tempat dan tanggal penulisan surat;
c. salam pembuka;
d. pembuka surat;
e. tujuan surat lamaran pekerjaan;
f. lampiran persyaratan yang ditentukan;
g. penutup surat; dan
h. tanda tangan dan nama jelas pelamar.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 149


Perhatikan contoh surat lamaran kerja berikut!

150 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat


E. Surat Dinas
Surat dinas adalah suatu surat resmi yang dibuat oleh sebuah
instansi atau lembaga dengan tujuan untuk keperluan dinas. Surat
dinas juga dapat diartikan sebagai surat yang berisikan
permasalahan kedinasan dan biasanya surat ini dibuat oleh
instansi atau lembaga. Surat dinas isinya ditujukan untuk
keperluan kedinasan, baik itu pemerintah atau swasta. Karena
fungsi kedinasan tidak hanya berlaku di pemerintahan, akan
tetapi berlaku juga di instansi atau lembaga swasta. Biasanya
isinya berupa urusan seperti penyampain pengumuman,
pemberian suatu izin, pemberian tugas dan lain-lain.
Fungsi surat dinas sama dengan surat resmi pada umumnya,
antara lain: (a) sebagai pedoman pekerjaan, seperti surat intruksi,
surat pemberian izin ataupun surat pengambilan keputusan; (b)
sebagai alat pengingat karena surat ini dapat dijadikan arsip bagi
instansi; (c) sebagai bukti perkembangan suatu instansi atau
lembaga; dan (d) sebagai alat bukti, terutama surat perjanjian.
Ciri-ciri surat dinas, antara lain:
a) Menggunakan kop surat apabila dikeluarkan organisasi
b) Ada nomor surat, lampiran, dan perihal
c) Menggunakan salam pembuka dan penutup yang lazim
d) Penggunaan ragam bahasa resmi
e) Menyertakan cap atau stempel dari lembaga resmi
f) Ada aturan format baku

Surat dinas memiliki bagian-bagian yang umumnya muncul


pada bentuk suratnya. Bagian-bagian surat resmi, adalah:
a. Kepala/kop surat, yang terdiri atas:
(1) Nama instansi/lembaga, ditulis dengan huruf
kapital/huruf besar;
(2) Alamat instansi/lembaga, ditulis dengan variasi huruf
besar dan kecil;

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 151


(3) Logo instansi/lembaga.
b. Tanggal surat, sebagai identitas saat surat dibuat.
c. Nomor surat, yakni urutan surat yang dikirimkan.
d. Lampiran, berisi lembaran lain yang disertakan selain surat.
e. Perihal, berupa garis besar isi surat.
f. Alamat yang dituju (jangan gunakan kata kepada).
g. Pembuka/salam pembuka (diakhiri tanda koma).
h. Pembuka surat: uraian berupa alasan pengiriman surat
(pengantar memasuki isi surat).
i. Isi surat: uraian isi berupa uraian hari, tanggal, waktu,
tempat, dan sebagainya ditulis dengan huruf kecil, terkecuali
penulisan berdasarkan ejaan yang disempurnakan (EYD)
haruslah menyesuaikan.
j. Penutup surat: uraian penutup surat, digunakan untuk
mengakhiri isi surat.
k. Salam penutup, biasanya menggunakan “Hormat Kami”.
l. Tanda tangan, biasanya diawali dengan keterangan jabatan
dan diikuti tanda tangan.
m. Nama penulis surat/pimpinan perusahaan (biasanya
disertai nomor induk pegawai).
n. Tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan
tentang surat yang dikeluarkan kepada pihak-pihak lain yang
akan mendapatkan salinan surat selain pihak yang
dialamatkan.
o. Inisial, yang ditempatkan pada bagian kiri dibawah
tembusan surat (jika memang ada). Inisial digunakan sebagai
tanda pengenal, yang ditulis dengan cara disingkat antara
nama pengonsep surat dan pengetik surat. Inisial dapat juga
menunjukan bahwa surat itu memang asli dibuat oleh orang
tersebut. Pada bagian ini biasanya tidak dapat dibaca, yang
dapat membacanya hanya orang yang dituju atau orang yang
bersangkutan dengan si pembuat surat tersebut.

152 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat


Perhatikan pola surat dinas berikut ini!

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 153


F. Bentuk Surat Dinas
Surat merupakan salah satu instrumen penting dalam
menjalankan komunikasi tertulis yang hingga saat ini masih
sering dilakukan antar perusahaan. Surat resmi yang biasa
digunakan dalam surat dinas maupun surat niaga memiliki
bentuk-bentuk surat yang baku.
Ada beberapa macam bentuk surat dinas, sesuai dengan tata
letak (tipografi) surat, antara lain:
1. Full block style (bentuk lurus penuh)
2. Block style (bentuk lurus biasa)
3. Semiblock style (bentuk setengah lurus)
4. Model resmi Indonesia lama
5. Model resmi Indonesia baru
Penggunaan style atau pola surat umumnya bersifat
selingkung. Artinya, satu instansi dengan instansi yang lain akan
berbeda dalam menggunakan pola surat resminya. Sama halnya
dengan isi suratnya, seperti model kop surat, penomoran surat,
letak tanggal, salam pembuka, dan nama jabatan pada tanda
tangan. Berikut ini adalah pola-pola surat dinas.

154 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat


Bentuk Lurus Penuh (Full Block Style)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 155


Bentuk Lurus Biasa (Block Style)

156 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat


Bentuk Setengah Lurus

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 157


Bentuk Indonesia Lama (Old Indonesian Style)

158 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat


Bentuk Indonesia Baru (New Indonesian Style)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 159


LATIHAN
1. Carilah sebuah informasi lowongan pekerjaan, kemudian
buatlah surat lamaran pekerjaan berdasarkan informasi
lowongan perkerjaan tersebut!
2. Carilah sebuah surat resmi dan analisislah bagian-bagian
surat resmi tersebut!

160 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat


SOAL-SOAL LATIHAN

Pilihah satu jawaban yang menurut Anda paling benar!

1. Salah fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa baku adalah ...


.
a. penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual.
b. pengantar resmi dalam proses pembelajaran formal.
c. bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi.
d. lambang identitas bangsa.
e. penanda acuan penulisan di koran.

2. Penulisan gabungan kata berikut salah, kecuali ... .


a. pasca sarjana
b. satu per satu
c. halal bihalal
d. apapun
e. tandatangan

3. Ejaan Republik digunakan pertama kali pada tahun ... .


a. 1972
b. 1946
c. 1945
d. 1976
e. 1947

4. Berikut ini yang bukan termasuk fungsi bahasa Indonesia


sebagai bahasa nasional adalah ... .
a. pemersatu suku, agama, ras, dan antargolongan.
b. lambang kebanggaan nasional.
c. penghubung antarbudaya.
d. lambang identitas nasional.
e. perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

5. Tujuan dibuatnya ejaan van Ophuijsen adalah ... .


a. legitimasi penggunaan bahasa Melayu.
b. membendung penggunaan bahasa Melayu.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 161


c. agar tidak ada kekacauan penggunaan ejaan bahasa
Melayu.
d. mempertahankan bahasa Belanda.
e. mengenalkan ejaan Latin.

6. Penulisan berikut yang benar adalah ... .


a. Adik membeli satu pensil, tiga buku, dan satu pulpen.
b. “Dia baik sekali, bu.”
c. Lima lembar uang 1000-an.
d. Jalan Tanah Abang I/15 Jakarta.
e. Mereka masuk ke ruangan satu persatu.

7. Ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut, kecuali ... .


a. tidak didahului kata yang.
b. melengkapi makna kata kerja (predikat).
c. tidak didahului preposisi.
d. tidak dapat menjadi subjek apabila dipasifkan.
e. terletak di belakang predikat bukan transitif.

8. Penulisan berikut salah, kecuali...


a. Surat itu telah ditandatangani oleh presiden Indonesia.
b. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya Perang
Dunia baru.
c. Ayah membeli gula Jawa di pasar.
d. Hirosima dibom atom saat perang dunia II sebelum
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
e. Lomba itu diadakan untuk memeringati Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

9. Pemenggalan kata yang salah adalah ... .


a. la-wan
b. bi-o-gra-fi
c. in-tros-pek-si
d. bio-da-ta
e. an-tar-ko-ta

10. Penulisan 24/50 yang tepat adalah ... .


a. dua puluh-empat perlima-puluh.

162 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


b. dua puluh empat perlima-puluh.
c. dua-puluh-empat perlima puluh.
d. dua puluh empat perlima puluh.
e. dua-puluh empat perlima puluh.

11. Kalimat berikut yang menggunakan tanda baca yang benar


adalah ... .
a. Sastrawan angkatan 2.000-an.
b. Kalimat itu dikutip dari Horison Edisi XLIII, No.
8/Tahun 2008: 8.
c. Adik membeli buku berjudul Dari Pemburu ke Terapeutik;
Antologi Cerpen Nusantara.
d. Ibu berkata, “Jaga diri ya!”
e. “Kapan Ayah pulang?,” tanya adik.

12. Huruf kapital digunakan untuk keperluan di bawah ini,


kecuali ... .
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur
nama orang.
c. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai
bentuk dasar kata turunan.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk
hubungan kekerabatan dalam sapaan.

13. Berikut ini yang bukan ciri-ciri objek adalah ... .


a. tidak didahului preposisi.
b. dapat didahului kata bahwa.
c. dapat menjadi subjek pada kalimat pasif.
d. menderita akibat perbuatan subjek.
e. terletak dibelakang predikat intransitif.

14. Kata yang dicetak miring tergolong pelengkap adalah ... .


a. Rani mendapat sepeda baru.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 163


b. Saya menjadi ketua koperasi.
c. Edi membelikan sepeda.
d. Yogi mahasiswa baru.
e. Pak Rahmat menjadi ketua.

15. Penulisan partikel pun yang salah terdapat pada kalimat ... .
a. Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
b. Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
c. Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas itu.
d. Apa pun alasannya, persoalan itu tetap dilaporkan ke
polisi.
e. Bagaimana pun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.

16. Penulisan yang salah adalah ... .


a. fiksi
b. manajemen
c. respons
d. hidraulika
e. teoritis

17. Pola sintaksis dari kalimat Pandu kehilangan tas kemarin adalah
... .
a. S-P-O-K
b. S-P-O-Pel
c. S-P-Pel-K
d. S-P-Pel-O
e. S-P-O-Pel-Ket

18. Berikut ini yang tidak termasuk jenis kalimat majemuk setara
adalah ... .
a. majemuk pilihan
b. majemuk gabungan
c. majemuk kenyataan
d. majemuk pertentangan
e. majemuk urutan

19. Berikut ini adalah contoh kalimat majemuk perlawanan


adalah ... .

164 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


a. Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajar Pak
Hendra tetap tinggi.
b. Pengurus lama berjanji bahwa koperasi akan
memberikan pinjaman bunga ringan.
c. Aku mau pulang jika ayah menuruti kemauanku.
d. Indonesia bukan negara maju, tetapi negara berkembang.
e. Saksi itu meneteskan keterangan ketika memberikan
keterangan.

20. Kata berikut bukan yang digunakan sebagai penciri kalimat


majemuk bertingkat dengan anak kalimat sebagai
keterangan syarat adalah ... .
a. sehabis
b. apabila
c. sebab
d. agar
e. meskipun

21. Pola sintaksis kalimat Anak berbaju biru itu tinggal di Samarinda
adalah ... .
a. S-P-O-K
b. S-P-K
c. S-P-O-P-K
d. S-P-O-Pel-K
e. S-P-O

22. Penggunaan kata ganti yang salah adalah ... .


a. Saya sudah menghubungimu.
b. Baju itu harus kau pakai.
c. Jejaknya sudah diketahui polisi.
d. Nanti malam paket itu akan kuambil.
e. Jangan pernah mengharapkan bantuanku lagi.

23. Kalimat berikut yang memiliki pola sintaksis S-P-K adalah


... .
a. Saya membelikan adik sepeda baru di Jakarta.
b. Haji Hamdani menjadi buah bibir di tempat kerjanya.
c. Saya sedang membaca surat kabar di teras.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 165


d. Kemarin ayah menjadi pembicara seminar nasional.
e. Saya bermain piano.

24. Kalimat berikut yang memiliki pola


S-P-Pel adalah...
a. Haji Hamdani menjadi buah bibir di tempat kerjanya.
b. Saya sedang membaca surat kabar di teras.
c. ayah menjadi pembicara seminar nasional.
d. Saya memainkan piano.
e. Saya membelikan adik sepeda baru di Jakarta.

25. Kalimat majemuk berikut yang termasuk kalimat majemuk


bertingkat dengan anak kalimat sebagai keterangan akibat
adalah ... .
a. Karena sakit, Ayah tidak jadi berangkat ke Surabaya.
b. Pencuri itu berlari dengan kencang tetapi polisi
mengejarnya.
c. Aku mau pulang jika Ayah menuruti kemauanku.
d. Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajar Pak
Hendra tetap tinggi.
e. Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda
kota itu.

26. Kalimat berita memiliki beberapa tujuan, kecuali ... .


a. laporan
b. undangan
c. larangan
d. perkenalan
e. pengharapan

27. Kalimat berikut berpola induk kalimat diikuti anak kalimat


adalah ... .
a. Ketika memberikan keterangan, saksi itu meneteskan air
mata.
b. Aku mau pulang jika ayah menuruti kemauanku.
c. Kami membaca dan mereka menulis.
d. Pencuri itu berlari dengan kencang tetapi polisi
mengejarnya.

166 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


e. Upacara selesai, kemudian Pak Kades menuju Balai desa.

28. Ejaan Bahasa Indonesia mulai digunakan pada ... .


a. 24 November 2015
b. 25 November 2015
c. 26 November 2015
d. 27 November 2015
e. 28 November 2015

29. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) mulai


digunakan berdasarkan Keputusan Presiden Republik
Indonesia nomor ... .
a. 57 tahun 1972
b. 57 tahun 1976
c. 58 tahun 1972
d. 58 tahun 1976
e. 59 tahun 1976

30. Kalimat berikut yang termasuk kalimat majemuk bertingkat


dengan anak kalimat sebagai keterangan sebab adalah ... .
a. Karena ada urusan mendadak di kantor, Ayah tidak jadi
berangkat ke Surabaya.
b. Pencuri itu berlari dengan kencang tetapi polisi
mengejarnya.
c. Aku mau pulang jika Ayah menuruti kemauanku.
d. Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajar Pak
Hendra tetap tinggi.
e. Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.

31. Penggunaan tanda koma yang tepat terdapat pada kalimat ...
.
a. Dia lupa akan janjinya, karena sibuk.
b. Anak itu malas, sehingga tidak naik kelas.
c. Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
d. Anak itu berpendapat, bahwa soal itu tidak penting.
e. “Jaga diri ya!,” perintah ibu.

32. Penulisan bilangan yang benar terdapat pada kalimat ... .

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 167


a. Ayah membeli gula lima kilogram di pasar.
b. Indonesia baru membeli dua pesawat jet.
c. Kemarin ibu berbelanja dua ekor ayam dan 23 butir telur.
d. 160 orang tewas pada peperangan itu.
e. Indonesia terdiri atas lebih dari 2 juta penduduk.

33. Penulisan 52/3 yang benar adalah ... .


a. lima-puluh-dua pertiga.
b. lima puluh dua-pertiga.
c. lima-puluh dua pertiga.
d. lima-puluh dua-pertiga.
e. A, B, C, dan D benar.

34. Berikut ini adalah ciri predikat, kecuali ... .


a. dapat didahului adalah.
b. tidak dapat disertai aspek.
c. tidak dapat didahului yang.
d. dapat diingkarkan dengan kata tidak.
e. dapat disertai modal.

35. Penulisan singkatan/akronim pada kalimat berikut benar,


kecuali ... .
a. Adik mendapatkan hadiah sebesar Rp.2.000.000,00.
b. Reni diterima di Undip.
c. Rombongan itu sudah sampai di jembatan Suramadu.
d. Besok pemilu akan dilaksanakan.
e. Rahmat diterima bekerja di PT Angkasa Pura I.

36. Penggunaan tanda baca yang salah adalah ... .


a. Keberhasilan itu―kita sependapat―dapat dicapai jika
kita mau berusaha keras.
b. Kejadian itu terjadi antara tahun 2010―2013 lalu.
c. Kutipan itu terdapat pada halaman 90-92.
d. Di Indonesia terdapat 720 (?) bahasa daerah.
e. Dia baik sekali, Bu.

37. Berikut ini yang termasuk kalimat tidak lengkap adalah ... .
a. Terkabul permintaannya.

168 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


b. Kemarin pergi bersama kakak.
c. Mereka bersalaman.
d. Ibu ke apotek.
e. Sudah dibawanya buku itu.

38. Pernyataan di bawah ini benar, kecuali ... .


a. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi
ditulis dengan huruf.
b. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai
nama jenis ditulis dengan huruf kapital.
c. Huruf pertama nama geografi yang diikuti nama diri
ditulis kapital.
d. Huruf pertama nama benda yang merupakan nama ciri
khas dari suatu daerah ditulis kapital.
e. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, kata, atau bagian kata.

39. Berikut ini yang bukan merupakan pola kalimat dasar adalah
... .
a. S-P-Pel
b. S-P-O-K
c. S-P-O-Pel
d. S-P-Pel-O
e. S-P-Pel-K

40. Berikut ini yang tidak termasuk perubahan dari Ejaan van
Opuijshen menjadi Ejaan Republik adalah ... .
a. Huruf /oe/ diganti dengan huruf /u/.
b. Awalan di- dan kata depan di penulisan keduanya berbeda
dengan kata yang mengikutinya.
c. Tanda aksen pada huruf /e/ sudah tidak dipakai.
d. Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan
pengulangan.
e. Tidak mengatur pemakaian huruf q, x, dan y.

41. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.


(1) Pemberian hadiah bagi siswa yang kreatif.
(2) Majalah dinding merupakan sarana komunikasi intern.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 169


(3) Majalah dinding merupakan wadah kreativitas siswa.
(4) Adanya majalah dinding, minat baca dan minat tulis siswa
meningkat.
(5) Peran serta guru dalam pengelolaan majalah dinding
sangat diharapkan.
Di antara kalimat-kalimat utama di atas, kalimat yang tidak
tepat untuk digunakan dalam kerangka karangan bertema
“Majalah Dinding di Sekolah” adalah kalimat nomor… .
a. Kalimat (1)
b. Kalimat (2)
c. Kalimat (3)
d. Kalimat (4)
e. Kalimat (5)

42. Seseorang akan mengembangkan karangan yang bertema


“Upaya mengatasi kecanduan terhadap game online pada
remaja.” Berdasarkan tema tersebut, topik untuk kerangka
karangan yang runtut adalah … .
a. Masalah yang timbul akibat kecanduan game online pada
remaja, langkah mengatasi kecanduan game online pada
remaja, saran yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kecanduan game online bagi remaja.
b. Pentingnya mengatasi masalah kecanduan game online
pada remaja, masalah yang timbul akibat kecanduan game
online pada remaja, langkah mengatasi kecanduan game
online pada remaja, saran yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kecanduan game online pada remaja.
c. Pentingnya saran yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kecanduan game onlinepada remaja, latar belakang
timbulnya kecanduan game online pada remaja, masalah
yang timbul akibat kecanduan game online pada remaja,
langkah mengatasi kecanduan game online pada remaja.
d. Latar belakang timbulnya kecanduan game online pada
remaja, langkah mengatasi kecanduan game online pada
remaja, masalah yang timbul akibat kecanduan game online
pada remaja, saran yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kecanduan game online pada remaja.

170 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


e. Langkah mengatasi kecanduan game online pada remaja,
pentingnya mengatasi masalah kecanduan game online
pada remaja, masalah yang timbul akibat kecanduan game
online pada remaja, saran yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kecanduan game online pada remaja.

43. Berikut ini yang tidak dapat dimasukkan menjadi kerangka


karangan deskripsi mengenai Pantai Sanur adalah ... .
a. Letak geografi
b. Rute menuju lokasi
c. Keindahan pemandangan
d. Wisatawan yang berkunjung
e. Upaya pengembangan wisata

44. Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


memilih topik, kecuali ... .
a. Tidak mengolah ide sampai dua kali sehingga penulisan
tidak keluar dari pokok masalahnya.
b. Harus menarik perhatian penulis.
c. Diketahui dan dikuasai oleh penulis.
d. Harus sempit dan terbatas.
e. Menghindari topik yang kontroversial dan baru.

45. Karya ilmiah yang berisikan penilaian baik-buruk suatu karya


secara obyektif, tidak hanya untuk mencari kesalahan atau
catat suatu karya tetapi juga menampilkan kelebihan atau
keunggulan karya ilmiah itu seperti apa adanya, disebut ... .
a. Kritik
b. Kertas kerja
c. Makalah
d. Resensi
e. Esai

46. Berikut ini yang bukan ciri-ciri karya ilmiah adalah ... .
a. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa
baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan
kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 171


b. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang
disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa
impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif,
tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
c. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri
atas bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok
pembahasan), dan bagian penutup.
d. Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan
jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung
pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.
e. Merupakan hasil pendapat penulisnya.

47. Karya tulis yang relatif pendek dan membahas suatu subyek
(masalah) dari sudut pandang penulisnya, disebut ... .
a. Kritik
b. Kertas kerja
c. Makalah
d. Resensi
e. Esai

48. Syarat judul karangan yang tepat adalah ... .


a. asli, provokatif, bertema kehidupan
b. singkat, pembangkitan semangat
c. singkat, mengandung nasihat
d. panjang dan jelas
e. asli, singkat, sesuai dengan tema

49. Berikut ini adalah ciri-ciri kutipan langsung, kecuali ... .


a. Tidak boleh ada perubahan terhadap teks asli.
b. Tanda (sic!) digunakan apabila ditemukan kesalahan pada
teks asli.
c. Tanda tiga titik tiga (...) digunakan apabila ada bagian
kutipan yang dihilangkan.
d. Menggunakan sumber kutipan yang berlaku dalam
bidang selingkung.
e. Memberikan informasikan adanya sumber lain yang
membahas kasus yang sama.

172 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


50. Penulisan daftar pustaka berikut yang tidak sesuai dengan
ketentuan standar penulisan ilmiah Indonesia, adalah ... .
a. Jabrohim (Ed.). 2010. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
b. Rivkin, Julie & Michael Ryan. 2004. Literary Theory: An
Anthology Second Edition. UK: Blackwell Publishing, Ltd.
c. Radford, A., et.al. 1999. Linguistics an Introduction.
Cambridge: Cambridge University Press.
d. Hardiningtyas, Puji Retno. 2014. “Oriental: Budaya Indis
dalam Tetralogi Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta
Toer” dalam Sawerigading, Volume 20, No. 2, Agustus
2014. Hal: 183—193.
e. Radford, A., et.al. 1999. “Linguistics an Introduction.”
Cambridge: Cambridge University Press.

51. Salah satu ketentuan dalam penulisan kutipan untuk


penyusunan karya tulis ialah ... .
a. Setiap kutipan ditulis dengan diapit tanda petik.
b. Kutipan langsung yang pendek diapit tanda petik dan
dijalin ke dalam teks.
c. Setiap kutipan harus dikeluarkan dari teks dan diapit
tanda petik.
d. Kutipan tidak langsung/paragraf harus diapit tanda petik
dan dikeluarkan dari teks.
e. Kutipan langsung yang panjang (lebih dari 3 baris) harus
dijalin ke dalam teks tanpa diapit tanda petik.

52. Di dalam buku yang berjudul Demokrasi Pancasila, halaman


45, terbitan tahun 1999, oleh penerbit Suara Indonesia,
Bandung, Wakhid Dhany berpendapat, “Bagi bangsa
Indonesia demokrasi bukanlah sesuatu yang asing.” Jika
pendapat itu dikutip oleh orang lain, pengutipannya
dilakukan dengan cara seperti berikut ini, kecuali ... .
a. Menurut Dhany (1999:45) demokrasi bukanlah hal yang
asing bagi bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 173


b. Diungkapkan oleh Dhany (1999:45) bahwa demokrasi
bukanlah hal yang asing bagi bangsa Indonesia.
c. Bangsa Indonesia memandang demokrasi bukan sesuatu
yang asing (Dhany, 1999:45).
d. Pendapat Dhany (1999:45) menyebutkan bahwa
demokrasi bagi bangsa Indonesia tidak dipandang
sebagai hal yang asing.
e. Pada tahun (1999:45) bangsa Indonesia menganggap
demokrasi bukan sebagai hal yang asing. Itulah pendapat
Dhany.

53. Hal pertama yang harus disiapkan seorang penulis karya


ilmiah adalah ... .
a. menentukan judul
b. memilih sampel
c. memilih jenis uji statistik
d. membuah kerangka karangan
e. menentukan topik

54. Perhatikan data buku berikut ini!


Judul buku : Manajemen Personalia
Penulis : Heidjrachman Ranupandoyo dan Suad
Husnan
Penerbit : BPFE Yogyakarta
Tahun terbit : 1989
Penulisan daftar pustaka buku di atas adalah ... .
a. Heidjrachman Ranupandoyo dan Saud Husnan. 1989.
Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE.
b. Ranupandoyo, Heidjrachman dan Husnan, Suad. 1989.
Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE.
c. Ranupandoyo, Heidjrachman dan Suad Husnan. 1989.
Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE.
d. Ranupandoyo, Heidjrachman dan Suad Husnan,
Manajemen Personalia, (Yogyakarta: BPFE), 1989.
e. Ranupandoyo, Heidjrachman dan Husnan, Suad.
Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE. 1989.

174 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


55. Perhatikan data artikel jurnal berikut ini!
Judul artikel : Orde Baru Sebagai Landasan Fabula
dalam Novel Entrok Karya Okky
Madasari: Kajian Formalisme Rusia
Penulis : Alfian Rokhmansyah
Tahun terbit : 2015
Judul jurnal : CaLLs
Volume :1
Nomor/Edisi : 1
Halaman : 39-51
URL : http://e-journals.unmul.ac.id/
index.php/CALLS/article/view/
708/pdf
Cara penulisan sumber rujukan (daftar pustaka) untuk
sumber di atas sesuai dengan format APA Style adalah ... .
a. Rokhmansyah, A. (2015). Orde Baru sebagai Landasan
Fabula dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari:
Kajian Formalisme Rusia. CaLLs, 1(1), 39–51.
Retrieved from http://e-journals.unmul.ac.id/
index.php/CALLS/article/ view/708/pdf
b. Rokhmansyah, Alfian. “Orde Baru Sebagai Landasan
Fabula Dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari:
Kajian Formalisme Rusia.” CaLLs, vol. 1, no. 1, 2015,
pp. 39–51, http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/
CALLS/article/ view/708/pdf.
c. Rokhmansyah, Alfian. 2015. “Orde Baru Sebagai
Landasan Fabula Dalam Novel Entrok Karya Okky
Madasari: Kajian Formalisme Rusia.” CaLLs 1 (1):39–
51. http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/CALLS/
article/ view/708/pdf.
d. Rokhmansyah, A. (2015) ‘Orde Baru sebagai Landasan
Fabula dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari:
Kajian Formalisme Rusia’, CaLLs, 1(1), pp. 39–51.
Available at: http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/
CALLS/article/ view/708/pdf.
e. Rokhmansyah A. Orde Baru sebagai Landasan Fabula
dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari: Kajian
Formalisme Rusia. CaLLs [Internet]. 2015;1(1):39–51.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 175


Available from: http://e-journals.unmul.ac.id/
index.php/CALLS/article/view/708/pdf

56. Perhatikan data buku berikut ini!


Judul : Sayuran Hidroponik di Halaman Rumah
Pengarang : Fransisca Wungu Prasasti
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : 2008
Kota terbit : Jakarta
Penulisan daftar pustaka yang benar ialah ... .
a. Fransisca Wungu Prasasti. 2008. Sayuran Hidroponik di
Halaman Rumah. Jakarta: Gramedia.
b. Prasasti, Fransisca Wungu. 2008. Sayuran Hidroponik di
Halaman Rumah. Jakarta: Gramedia.
c. Fransisca Wungu Prasasti. 2008. Sayuran Hidroponik di
Halaman Rumah. Jakarta: Gramedia.
d. Prasasti, Fransisca Wungu. 2008. “Sayuran Hidroponik
di Halaman Rumah.” Jakarta: Gramedia.
e. Prasasti, Fransisca Wungu. 2008. Sayuran Hidroponik di
Halaman Rumah. Jakarta: Gramedia.

57. Perhatikan paragraf di bawah ini!


Di teras gedung pengadilan megah itu berkerumun puluhan
orang. Bahkan mungkin ratusan. Kabarnya mereka akan
menjadi supporter salah satu temannya yang akan diadili
dalam kasus korupsi. Sesaat di ruang sidang, hakim
membuka persidangan. Gerombolan orang tadi sebagian
sudah memenuhi kursi dalam ruang yang sama. Gaduh
sekali suasananya. Hakim berusaha menenangkan suasana,
tetapi mereka bergeming. Sidang diskors. Jaksa, hakim,
pengacara meninggalkan tempat menuju ruang khusus di
lantai dua. Di sana saksi dan terdakwa duduk gelisah.

Paragraf di atas tergolong paragraf ... .


a. narasi
b. deskripsi
c. persuasi
d. argumentasi

176 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


e. eksposisi

58. Perhatikan paragraf di bawah ini!


Obyek wisata yang menarik bagi wisatawan asing dan
wisatawan domestik ternyata berbeda. Hasil penelitian yang
pernah dilakukan Dirjen Pariwisata menunjukkan bahwa
wisatawan asing lebih banyak tertarik pada tradisi, lalu
menyusul keindahan alam, warisan budaya, kerajinan tangan,
dan terakhir keindahan alam pantai. Sedangkan wisatawan
domestik lebih tertarik pada kebun binatang atau kebun
raya, lalu keindahan pantai, tempat keramat atau ibadah, dan
terakhir peninggalan sejarah. Dari data ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa wisatawan asing lebih tertarik pada
budaya, sedangkan wisatawan domestik lebih tertarik pada
lingkungan tentang alam.

Paragraf di atas tergolong paragraf ... .


a. argumentasi
b. persuasi
c. deskripsi
d. narasi
e. eksposisi

59. Perhatikan paragraf di bawah ini!


Sayangnya, dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) 2015
lalu, angka pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu
orang selama setahun dari Februari 2014 sampai Februari
2015. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) didominasi
penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sebesar 9,05 persen, lalu disusul pada jenjang Sekolah
Menengah Atas 8,17 persen, dan Diploma I/II/III sebesar
7,49 persen. (Sumber: Kompas.com)

Gagasan utama/ide pokok paragraf di atas adalah ... .


a. Angka pengangguran Indonesia bertambah.
b. Angka pengangguran Indonesia berkurang.
c. Angka pengangguran tidak bertambah ataupun
berkurang.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 177


d. Angka pengangguran bulan Februari 2014.
e. Tidak ada angka pengangguran.

60. Di bawah ini yang bukan tujuan dari paragraf deskripsi


adalah …
a. Memberikan informasi mengenai objek secara umum
dan tidak mendetil.
b. Membuat pembaca merasakan apa yang penulis rasakan.
c. Menggambarkan atau melukiskan objek tertentu.
d. Menempatkan pembaca seolah-olah melihat objek yang
ditulis.
e. Menggambarkan objek secara jelas, detil, dan membuat
pembaca seolah-olah melihat dan merasakan objek
tersebut.

61. Perhatikan paragraf di bawah ini!


“Kita akan tetap saling memiliki, walau jarak telah
memisahkan kita. Persahabatan yang kita lalui rasanya terlalu
berarti kalau harus diakhiri begitu saja. Kecuali... ,” kata-
kataku menggantung di udara. Tiba-tiba saja pikiran itu
melintas, seandainya seseorang datang dalam kehidupan
Rina. Tidak! Aku menggeleng kuat-kuat. Rasa marah
menyedak dadaku. Cemburu? Aku tak tahu. Namun rasanya
sulit untuk menerima bila hal itu menjadi kenyataan.

Paragraf di atas tergolong paragraf ... .


a. narasi
b. deskripsi
c. persuasi
d. argumentasi
e. eksposisi

62. Perhatikan paragraf di bawah ini!


Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai
bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahasa

178 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi
lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita.
Hal ini ditunjang oleh faktor tidak terjadinya persaingan
antarbahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah lainnya.

Paragraf di atas menggunakan pola pengembangan ... .


a. analogi
b. definisi
c. induksi
d. deduksi
e. kausal

63. Perhatikan paragraf di bawah ini!


Service dalam bermain tenis lapangan dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut. Pertama, ambillah posisi di luar
garis belakang dan agak ke tengah. Kedua, lakukan
konsentrasi untuk beberapa detik dan aturlah posisi kaki.
Ketiga, bungkukkan badan ke depan sedikit sambil
melempar bola ke atas, raket diayunkan ke belakang dan
dengan cepat pukullah bola dengan kekuatan maksimal.
Bola akan melayang dengan cepat.

Paragraf di atas tergolong paragraf ... .


a. narasi
b. deskripsi
c. persuasi
d. argumentasi
e. eksposisi

64. Bentuk karangan berikut digolongkan ke dalam karangan


fiksi yang berpola narasi, kecuali ... .
a. esai
b. fabel
c. novel
d. roman
e. cerpen

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 179


65. Perhatikan paragraf di bawah ini!
June berasal dari keluarga penulis. Kedua orang tuanya
mencari nafkah dari menulis. Ibunya seorang penulis novel
dan ayahnya seorang dosen. Kakak laki-lakinya adalah
seorang wartawan. Selama masa hidupnya June merasa
terintimidasi oleh sebutan keluarga penulis. Ia dihadapkan
pada situasi yang mengharuskan ia bisa menulis. Bila ada
yang memintanya menulis, ia menolak dengan alasan bakat
keluarganya dalam menulis sudah habis.

Penggalan karangan tersebut disampaikan secara ... .


a. narasi
b. deskripsi
c. persuasi
d. argumentasi
e. eksposisi

66. Bacalah paragraf di bawah ini dengan saksama!


Sinar matahari dapat menguapkan air yang berasal dari
permukaan laut dan tumbuhan. Setelah air menguap terjadi
penggumpalan uap air menjadi awan. Setelah kandungan
uap air di awan cukup banyak, air diturunkan dengan
bantuan angin. Air yang turun meresap ke pori-pori tanah,
sebagian menjadi cadangan dalam tanah dan sebagian lagi
menuju permukaan laut. Kondisi ini terjadi berulang-ulang
dengan cara yang sama.

Gagasan utama/ide pokok paragraf di atas adalah ... .


a. Proses terjadinya laut.
b. Proses terjadinya hujan.
c. Proses penyinaran matahari.
d. Proses pembentukan awan.
e. Proses peresapan air.

67. Perhatikan paragraf di bawah ini!


Obyek wisata yang menarik bagi wisatawan asing dan
wisatawan domestik ternyata berbeda. Hasil penelitian yang
pernah dilakukan Dirjen Pariwisata menunjukkan bahwa

180 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


wisatawan asing lebih banyak tertarik pada tradisi, lalu
menyusul keindahan alam, warisan budaya, kerajinan tangan,
dan terakhir keindahan alam pantai. Sedangkan wisatawan
domestik lebih tertarik pada kebun binatang atau kebun
raya, lalu keindahan pantai, tempat keramat atau ibadah, dan
terakhir peninggalan sejarah. Dari data ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa wisatawan asing lebih tertarik pada
budaya, sedangkan wisatawan domestik lebih tertarik pada
lingkungan tentang alam.

Topik paragraf di atas adalah ... .


a. Wisatawan asing lebih tertarik pada tradisi daripada
keindahan alam.
b. Penelitian Dirjen Pariwisata tentang ketertarikan para
wisatawan asing dan domestik.
c. Perbedaan selera terhadap obyek wisata bagi wisatawan
asing dengan domestik.
d. Kerajinan tangan sangat diminati oleh wisatawan asing.
e. Kerajinan tangan sangat diminati oleh wisatawan asing.

68. Perhatikan paragraf di bawah ini!


Sebagian ahli berpendapat, mata adalah barometer dari
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Masalah perut,
punggung, dan bahu dapat menyebabkan ketegangan tubuh
yang akhirnya naik ke mata, menyebabkan otot-otot
mengencang. Jika organ tubuh lain tidak berfungsi secara
tepat, nutrisi, sirkulasi, dan energi ke mata juga tak akan
sehat. Maka dari itu, rileks saja, jangan stres, kendurkan otot-
otot, dan pergilah ke tempat-tempat rekreasi untuk
menyegarkan mata.

Paragraf di atas tergolong paragraf ... .


a. narasi
b. deskripsi
c. persuasi
d. argumentasi
e. eksposisi

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 181


69. Berikut ini merupakan definisi kalimat penjelas mayor,
adalah ... .
a. Kalimat penjelas utama yang bertugas menjelaskan
secara langsung ide pokok dan kalimat utama.
b. Kalimat penjelas yang tidak secara langsung menjelaskan
ide pokok dan kalimat utama paragraf.
c. Kalimat yang tidak menjelaskan ide pokok dan kalimat
utama.
d. Kalimat penjelas utama yang hanya bertugas menjelaskan
ide pokok.
e. Kalimat yang bertugas menjelaskan kalimat utama tetapi
tidak mendukung ide pokok.

70. Berikut ini yang tidak termasuk fungsi paragraf bagi penulis,
adalah ... .
a. Mudah menikmati karangan secara utuh sehingga
memperoleh informasi penting dan kesan yang kondusif.
b. Paragraf dapat memudahkan pengertian dan pemahaman
dengan menceraikan satu tema dari tema yang lain dalam
teks.
c. Paragraf dapat merupakan wadah untuk mengungkapkan
sebuah ide tau pokok pikiran secara tertulis.
d. Agar tidak cepat lelah dalam menyelesaikan sebuah
karangan dan termotivasi masuk ke dalam paragraf
berikutnya.
e. Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara
bab karangan dalam satu kesatuan yang koherensi.

71. Berikut ini adalah syarat paragraf, kecuali ... .


a. Harus memiliki kohesi.
b. Harus memiliki koherensi.
c. Harus memperhatikan pola pengembangan paragraf
sebagai penjelas gagasan utama paragraf.
d. Terdiri atas 30—150 kata.
e. Setiap paragraf harus memiliki satu gagasan utama.

72. Jenis paragraf menurut letaknya adalah ... .

182 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


a. paragraf pembuka, paragraf inti, paragraf penutup
b. paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf ineratif
c. paragraf argumentasi, paragraf narasi, paragraf persuasif,
paragraf deskripsi, paragraf eksposisi
d. paragraf sebab-akibat, paragraf analogi, paragraf deduksi
induksi, paragraf klasifikasi

73. Perhatikan paragraf berikut!


Ada beberapa tahapan pendidikan yang harus dilalui oleh
para pelajar di Indonesia. Tahapan pertama yang harus
dilewati adalah taman kanak-kanak (TK). Pada tingkatan ini,
mereka belajar hal-hal yang sederhana seperti membaca dan
menulis selama satu tahun. Setelah itu, mereka memasuki
tahapan Sekolah Dasar (SD) selama 6 tahun. Di tahapan ini
mereka mulai mempelajari membaca dan menghitung yang
lebih rumit seperti perkalian dan pembagian. Setelah
menghabisi waktu 6 tahun di SD, mereka melanjutkan
tingkat pendidikannya di sekolah menengah pertama (SMP).
Di tahapan ini mereka menghabiskan waktu selama 3 tahun
untuk mempelajari hal yang lebih kompleks dari sekedar
membaca dan menghitung. Mereka juga mendapatkan
pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu alam dan ilmu sosial.
Kemudian, mereka akan memasuki tahapan SMA, sama
seperti SMP mereka menghabiskan waktu selama 3 tahun.
Di tahapan ini mereka sudah memiliki kemampuan analisa
yang lebih baik. Setelah lulus dari SMA, mereka masuk ke
dunia kampus. Lama masa study di kampus ini berbeda-beda
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Di
kampus ini mereka sudah terkonsentrasi dalam satu bidang
keilmuan saja dan setelah selesai, barulah mereka menjadi
seorang sarjana.

Paragraf di atas dikembangkan dengan pola … .


a. klimaks
b. antiklimaks
c. sebab-akibat
d. analogi
e. alamiah

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 183


74. Perhatikan paragraf berikut!
Hari kemerdekaan Indonesia dirayakan di seluruh penjuru
Indonesia. Di kota-kota besar, orang-orang merayakannya
dengan hal-hal yang sangat mewah dan meriah. Mereka
biasanya mengadakan pertunjukan musik, pertunjukan
kembang api, dan perhelatan akbar lainnya. Sedangkan, di
daerah-daerah kabupaten atau kota lainnya, orang-orang
biasanya mengadakan perlombaan tingkat kota atau
kabupaten dan kemudian diakhiri dengan pertunjukan
musik lokal. Tak hanya di kota atau di daerah lainnya, desa
juga ikut merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Meskipun
tak semewah perayaan di kota besar dan daerah lainnya,
perayaan hari kemerdekaan di sini juga tak kalah meriah.
Mereka akan mengadakan perlombaan seperti balap karung,
makan kerupuk dan masih banyak lagi. Tak hanya itu,
mereka juga mempercantik desa mereka dengan atribut atau
bendera Indonesia.

Paragraf di atas dikembangkan dengan pola … .


a. klimaks
b. antiklimaks
c. sebab-akibat
d. analogi
e. alamiah

75. Perhatikan paragraf berikut!


Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan
mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan
seperti jalan yang membuat seseorang terjatuh. Ada pula
semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang
melaluinya? Begitu pula menuntut ilmu, seseorang akan
mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan
memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah seseorang
sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya
dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya.

Paragraf di atas dikembangkan dengan pola … .

184 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


a. klimaks
b. antiklimaks
c. sebab-akibat
d. analogi
e. alamiah

76. Perhatikan paragraf berikut!


Dilihatnya sebuah jendela yang terbuka. Di bawah jendela,
tampak sebuah meja guru yang memakai taplak putih. Di
atas taplak putih itu ada sebuah vas bunga dari kayu. Vas
bunga tersebut bergambar beberapa kuntum bunga
matahari seperti bunga yang ada di dalamnya. Di sebelahnya
tergeletak sebuah agenda kelas yang terbuka dan kalender
duduk. Arva lalu memasuki ruang kelasnya dengan langkah
yang lambat. Dia memalingkan pandangan ke arah kanan.
Tampak satu buah whiteboard yang bersih tanpa coretan. Di
sebelah kiri whiteboard tersebut, terpasang sebuah tempat
spidol berwarna biru muda, serasi dengan dinding yang
bercatut biru tua. Dan di sebelah kanan whiteboard terpasang
satu papan mading yang penuh tulisan-tulisan karya siswa.

Paragraf di atas dikembangkan dengan pola … .


a. klimaks
b. antiklimaks
c. sebab-akibat
d. analogi
e. alamiah

77. Perhatikan paragraf berikut!


India merupakan negara penghasil beras pertama dunia yang
memproduksi 54% beras dunia. Indonesia juga memiliki
andil yang cukup besar sebagai penghasil beras ketiga
terbesar dunia dengan menyumbang 8,5% beras dunia atas
51 juta ton. Sayangnya akhir-akhir ini Indonesia mengalami
penurunan, hingga Indonesia harus mengimpor beras
hingga 1000 ton dari India, Cina, maupun Thailand. Hal
tersebut di pengaruhi oleh banyak faktor, seperti hama yang
tidak terkendali, kurangnya pengetahuan petani dalam

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 185


mengolah lahan, kurang andilnya pemerintah dalam usaha
memajukan pertanian negeri dan banjir yang kerap kali
terjadi, kebanyakan petani mengalami gagal panen.

Paragraf di atas dikembangkan dengan pola … .


a. klimaks
b. antiklimaks
c. sebab-akibat
d. analogi
e. alamiah

78. Kalimat topik: “Sebab-sebab kurangnya penguasaan Bahasa


Indonesia.”
Kalimat penjelas:
(1) Kurangnya motivasi dalam pemakaian bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
(2) Ada anggapan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa
kedua sesudah bahasa ibu.
(3) Bahasa Indonesia adalah bahasa orang Indonesia yang
dipandang tidak ilmiah.
(4) Bahasa Indonesia adalah bahasa komunikasi sehari-hari
sehingga tidak perlu dipelajari.
(5) Bahasa asing merupakan bahasa ilmu pengetahuan.

Kalimat penjelas tersebut yang sesuai untuk melengkapi


kalimat topik di atas adalah … .
a. (1), (2), dan (3)
b. (1), (2), dan (4)
c. (2), (3), dan (4)
d. (2), (3), dan (5)
e. (3), (4), dan (5)

79. Perhatikan paragraf berikut!


Inflasi lemah sering diartikan sebagai laju inflasi yang kurang
dari 5%, sedangkan inflasi moderat adalah inflasi yang
mencapai 20%, meskipun ada yang memberi batasan inflasi
moderat itu sampai 30%. Inflasi yang melebihi 30%
umumnya dianggap inflasi keras. Dengan demikian, dapat

186 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


disimpulkan bahwa di dunia moneter dikenal tiga macam
inflasi.

Kalimat utama penggalan karangan tersebut adalah ... .


a. Inflasi lemah sering diartikan sebagai laju inflasi yang
kurang dari 5%.
b. Macam-macam inflasi.
c. Perbedaan inflasi lemah, inflasi moderat, dan inflasi
keras.
d. Di dunia moneter dikenal tiga macam inflasi.
e. Inflasi yang terjadi.

80. Perhatikan paragraf berikut!


Oksigen yang dihirup manusia merupakan hasil proses
photosynthesis pada tumbuhan. Proses ini terjadi di dalam
daun. Pertama-tama tumbuhan akan mengumpulkan tiga
bahan utama dalam proses ini yaitu, karbon dioksida (CO2),
sinar matahari dan air. Karbon dioksida (CO2) di udara
bebas diserap melalui stomata yaitu alat pernafasan
tumbuhan di daun, sinar matahari diserap oleh chlorophyll, zat
hijau daun dan air diangkut dari dalam akar menuju daun
oleh pembuluh xylem. Setelah semua bahan terkumpul
barulah proses ini dimulai. Air (H2O) dan karbondioksida
(CO2) akan dipecah oleh bantuan sinar matahari sehingga
menghasilkan glukosa (C6H12O6) dan oksigen (O2). Glukosa
inilah yang dipakai oleh tumbuhan sebagai makanan mereka
sedangkan oksigen dilepaskan kembali ke udara.

Penggalan karangan tersebut disampaikan secara ... .


a. narasi
b. deskripsi
c. eksposisi
d. persuasi
e. argumentasi

81. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini!


(1) Cara pembuatannya pun cukup gampang.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 187


(2) Setelah semua bahan dan alat terkumpul, masukan teh
bubuk atau celup ke dalam gelas lalu siram dengan air
panas.
(3) Hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengumpulkan alat dan bahan seperti gelas, air panas,
sendok, teh bisa bubuk atau teh celup dan gula
secukupnya.
(4) Kemudian tambahkan gula sesuai selera Anda.
(5) Teh sangat baik untuk kesehatan manusia karena teh
mengandung beberapa senyawa yang baik.
(6) Angkat segera jika air sudah berwarna coklat karena
akan sangat berbahaya bagi tubuh.
(7) Jika Anda menggunakan teh celup, jangan terlalu lama
merendamnya di dalam air.
(8) Setelah mencampur gula, lalu aduk-aduklah
menggunakan sendok hingga larut.
(9) Apabila teh sudah jadi, minumlah selagi hangat.

Kalimat-kalimat di atas jika disusun menjadi paragraf, maka


susunan yang benar adalah… .
a. 5 - 1 - 3 - 2 - 6 - 7 - 4 - 8 - 9
b. 5 - 1 - 3 - 2 - 7 - 6 - 4 - 8 - 9
c. 5 - 1 - 2 - 3 - 7 - 6 - 4 - 8 - 9
d. 5 - 3 - 2 - 1 - 7 - 6 - 4 - 8 - 9
e. 5 - 1 - 7 - 3 - 2 - 6 - 4 - 8 - 9

82. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini!


(1) Sungai yang mengalir di tengah desa kering kerontang.
(2) Orang tampak berdesak-desakan menunggu giliran
menimba.
(3) Sawah dan ladang seperti hangus ditimpa terik matahari.
(4) Sumur pun banyak yang sudah tidak berair lagi.
(5) Musim kemarau yang panjang dan kering tahun ini
merupakan bencana bagi daerah kami.

Kalimat-kalimat di atas jika disusun menjadi paragraph,


maka susunan yang benar adalah … .
a. 2 – 1 – 3 – 4 – 5

188 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


b. 5–1–3–4–2
c. 2–1–3–5–4
d. 5–2–1–3–4
e. 5–2–1–4–3

83. Perhatikan paragraf di bawah ini!


Hewan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis
berdasarkan jenis makanannya. Penggolongan itu adalah
hewan herbivora, karnivora, dan omnivora. Hewan
herbivora adalah sebutan bagi hewan yang memiliki jenis
makanan berupa tumbuhan. Posisi hewan herbivora adalah
sebagai konsumen tingkat pertama dalam rantai makanan.
Jenis hewan yang termasuk dalam jenis hewan herbivora
adalah sapi, belalang, kuda, kambing dan keledai. Hewan
karnivora adalah sebutan bagi hewan yang memangsa hewan
jenis lain. Hewan karnivora dikenal juga sebagai predator
bagi hewan herbivora. Jenis hewan yang termasuk dalam
hewan karnivora adalah macan, harimau, musang, dan
serigala. Sedangkan hewan omnivora adalah hewan yang
memakan baik tumbuhan dan hewan lain. Jenis hewan yang
masuk dalam kelompok omnivora adalah ayam, bebek,
beruang dan orang utan.

Paragraf di atas merupakan paragraf ... .


a. Ekspositoris
b. Deskriptif
c. Analogi
d. Klasifikasi
e. Sebab-Akibat

84. Perhatikan paragraf di bawah ini!


Berdasarkan jenis bijinya, tumbuhan dapat dikelompokkan
menjadi tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil.
Tumbuhan dikotil dikenal juga sebagai kelompok tumbuhan
berkeping dua. Ciri-ciri yang dimiliki tumbuhan dikotil
adalah tumbuhan dikotil memiliki akar tunggang. Daun
tumbuhan dikotil memiliki banyak variasi. Ada yang menjari,
ada yang bulat memanjang dan lain sebagainya. Tumbuhan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 189


dikotil juga memiliki kambium sehingga cenderung tumbuh
besar dan lebar. Contoh jenis tumbuhan yang masuk dalam
kelompok tumbuhan dikotil diantaranya tanaman jeruk,
mangga, dan jambu. Tumbuhan monokotil berbeda dengan
tumbuhan dikotil. Tumbuhan monokotil dikenal juga
sebagai tumbuhan berkeping satu. Ciri-ciri tumbuhan
monokotil adalah akarnya berjenis serabut, bentuk daunnya
memanjang, dan batangnya memiliki ruas ruas. Jenis
tumbuhan yang termasuk dalam kelompok tumbuhan
monokotil adalah tebu, pisang, dan kelapa.

Paragraf di atas merupakan paragraf ... .


a. Ekspositoris
b. Deskriptif
c. Analogi
d. Klasifikasi
e. Sebab-Akibat

85. Perhatikan paragraf deskriptif berikut ini !


Pantai Parangtritis merupakan pantai yang terkenal di
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibandingkan
dengan pantai lainnya di sepanjang pantai selatan, pantai ini
lebih dikenal turis. Pantai Parangtritis terletak sekitar 25 km
sebelah selatan kota Yogyakarta. Tepatnya pantai ini terletak
di desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul.
Sepanjang perjalanan menuju pantai, Anda akan disuguhi
pemandangan sawah , sungai, dan bukit. Pantai Parangtritis
memiliki ombak yang besar. Ombak pantai dapat mencapai
ketinggian 2–3 meter pada musim kemarau. Daya tarik
lainnya adalah terdapat gunung-gunung pasir di sekitar
kawasan pantai. Gunung-gunung pasir ini lebih dikenal
dengan nama gumuk. Di pinggir pantai disediakan payung-
payung besar yang dapat digunakan pengunjung untuk
beristirahat sambil menikmati pemandangan. Selain itu
terdapat wisata naik kuda, dokar, ataupun motor ATV (All
Terrain Vehicle) di sepanjang pinggir pantai. Warung makan
dan pakaian berjejer rapi dengan hidangan khas laut. Bagi
anak-anak disediakan pula pemandian umum dengan aneka

190 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


permainan yang menarik. Bagi pengunjung yang ingin
menikmati sensasi mandi air hangat, maka tak jauh di
sebelah utara pantai terdapat Pemandian Parang Wedang.

Paragraf di atas merupakan paragraf ... .


a. Deskriptif spasial
b. Deskriptif subjektif
c. Deskriptif objektif
d. (a), (b), dan (c) benar
e. (a), (b), dan (c) salah

86. Perhatikan paragraf deskriptif berikut ini !


Ibu Sri adalah guru paling tegas di sekolahku. Selain itu,
beliau adalah guru yang paling ditakuti oleh hampir semua
murid dari kelas 1 sampai kelas 6. Beliau mengajar mata
pelajaran matematika. Beliau memiliki tinggi sekitar 165 cm
dengan berat badan sekitar 60 kg. Ibu Sri berkulit sawo
matang dan berambut hitam ikal. Ke mana pun beliau pergi
selalu membawa pulpen tinta hitam di tangan kanannya.
Ketika mengajar beliau selalu menggunakan kacamata
berlensa kecil dengan frame warna putih. Walaupun hampir
semua murid takut kepada beliau, akan tetapi beliau tidak
pernah marah-marah ke murid tanpa alasan yang jelas.
Beliau selalu mengajarkan matematika dengan sabar sampai
semua mengerti. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai
ujian matematika sekolahku menduduki peringkat pertama
seprovinsi.

Paragraf di atas merupakan paragraf ... .


a. Deskriptif spasial
b. Deskriptif subjektif
c. Deskriptif objektif
d. (a), (b), dan (c) benar
e. (a), (b), dan (c) salah

87. Perhatikan paragraf deskriptif berikut ini !


Ruangan berukuran 5m x 5m ini terlihat tidak layak untuk
ditempati. Tidak ada dinding. Hanya ada anyaman bambu

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 191


untuk menghalau angin yang menusuk ke tulang. Tidak ada
penyekat. Hanya ada sebuah kasur ukuran single di pojok
depan. Terdapat kompor dan alat memasak lainnya di pojok
belakang, berdampingan dengan pintu yang mengarah ke
kamar mandi. Almari yang sudah tidak kokoh lagi merapat
ke dinding dan di isi penuh dengan pakaian. Sajadah,
mukena, dan Al Quran diletakkan berjejer di atas almari.
Karpet direntang di sekitar kasur dengan satu meja kecil di
samping kasur itu. Buku-buku tertata rapi di atas meja. Tidak
ada foto atau hiasan dinding apa pun yang digantung, kecuali
satu buah kaligrafi perak dengan gambar Kabah. Tempat
tinggal bapak dan ibu Anis ini memperlihatkan sebuah
kesederhanaan dalam hidup.

Paragraf di atas merupakan paragraf ... .


a. Deskriptif spasial
b. Deskriptif subjektif
c. Deskriptif objektif
d. (a), (b), dan (c) benar
e. (a), (b), dan (c) salah

88. Perhatikan paragraf di bawah ini!


Sampah atau limbah rumah tangga yang setiap hari kita
hasilkan ternyata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
Berdasarkan jenisnya, sampah dibedakan menjadi sampah
organik, sampah anorganik, dan sampah kimiawi. Sampah
organik adalah sampah yang mudah terurai atau mengalami
proses pembusukan dengan cepat. Sampah organik dalam
limbah rumah tangga biasanya berupa sisa makanan. Contoh
sampah organik adalah potongan sayur, sayur, lauk, daging,
bumbu dapur, dan lain sebagainya. Ciri-ciri yang dimiliki
oleh sampah organik adalah mudah busuk, mengeluarkan
aroma tidak sedap yang menyengat, dan rentan menjadi
tempat berkembang biak mikroorganisme. Namun sampah
organik ini bis dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
pupuk organik. Sampah anorganik adalah barang-barang
bukan organik yang membutuhkan waktu yang sangat lama
untuk dapat terurai di alam. Sehingga jika dibiarkan begitu

192 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


saja, sampah anorganik akan memenuhi tempat
pembuangan sampah. Sampah anorganik dalam limbah
rumah tangga yang sering dijumpai adalah plastik dan
sterofoam. Sama halnya dengan sampah organik, sampah
anorganik juga dapat dimanfaatkan. sampah anorganik
dapat digunakan kembali atau didaur ulang menjadi barang
baru yang bernilai seni. Contohnya seperti membuat
kerajinan dari plastik dan sterofoam. Sedangkan sampah
kimiawi adalah sampah yang paling berbahaya. Sampah
kimiawi memiliki ciri-ciri biasanya berupa benda cair atau
terlarut dan menimbulkan efek negatif dalam kadar tinggi.
Sampah kimiawi dalam limbah rumah tangga berasal dari
barang-barang yang dipakai setiap hari. Misalnya sampo,
sabun, detergen, dan cairan kimiawi lainnya.

Paragraf di atas merupakan paragraf ... .


a. Ekspositoris
b. Deskriptif
c. Analogi
d. Klasifikasi
e. Sebab-Akibat

89. Bacalah paragraf di bawah ini dengan saksama!


Perkebunan teh Malabar dibangun pada tahun 1890 pada
ketinggian 1550 m di atas permukaan laut. Lokasinya berada
45 km di Selatan Kota Bandung dengan udara sedang 16oC
sampai 26oC. Perkebunan ini dibenahi hingga
pemandangannya sangat indah. Hamparan pegunungan
diliputi oleh tanaman teh yang menghijau. Teh dari
perkebunan ini sudah dikenal orang di dunia.

Gagasan utama/ide pokok paragraf di atas adalah ... .


a. Bandung terkenal dengan tehnya.
b. Perkebunan teh di Malabar.
c. Pegunungan Malabar di Bandung.
d. Teh Malabar di Bandung.
e. Bandung dan teh Malabar.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 193


90. Perhatikan paragraf di bawah ini!
Bila istilah “wiraswasta” diterima sebagai terjemahan
enterpreneur atau sebagai pengganti kata usahawan, maka
hendaknya istilah "wiraswasta" tidak hanya berarti
usahawan, juga memiliki watak wira dan swasta. Jadi,
seorang wiraswasta adalah seorang usahawan yang mampu
berusaha dalam bidang ekonomi/niaga secara tepat guna,
juga berwatak merdeka lahir batin serta berbudi luhur.

Paragraf di atas menggunakan pola pengembangan ... .


a. definisi
b. analogi
c. deduksi
d. sebab-akibat
e. klasifikasi

194 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


DAFTAR PUSTAKA

Achadiah, S., et. al. (1989). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa


Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwi, H., et. al. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Z. & Tasai, A. (2008). Cermat Berbahasa Indonesia; Edisi
Kedua. Jakarta: Akademika Pressindo.
Arifin, E. Z. (2008). Dasar-Dasar Penulisan Karya tulis ilmiah.
Jakarta: Grassindo.
Brotowidjoyo, M. D. (2002). Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Chaer, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2008). Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: Balai Pustaka.
Finoza, L. (2008). Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi.
Kemdikbud. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Kemdiknas. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional RI.
Keraf, G. (1989). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Keraf, G. (1997). Komposisi: Sebuah Pengantar Kamahiran Bahasa.
Ende: Nusa Indah.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 195


Keraf, G. (2000). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Mulawarman, W. G., dkk. (2016). Pendidikan Bahasa Indonesia.
Semarang: Fatawa Publishing.
Panitia Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. (2016).
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. (2005). Pedoman Umum
Pembentukan Istilah (Edisi Ketiga). Jakarta: Pusat Bahasa.
Putrayasa, I. B. (2010). Kalimat Efektif. Bandung: Refika Aditama.
Rahardi, K. (2009). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Erlangga.
Sartuni, R., et. al. (1995). Petunjuk Penyusunan Surat Niaga. Jakarta:
STIE Perbanas Press.
Sasangka, S. S. T. W. (2014). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia:
Kalimat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa.
Soedjito & Solchan. (2014). Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia,
Cetakan Kelima Belas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudarsa, C., Hadi, F. & Sja’rani, A. (1991). Surat-Menyurat dalam
Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Suladi. (2014). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Swasono, S. E. (1990). Pedoman Menulis Daftar Pustaka, Catatan
Kaki untuk Karya tulis ilmiah dan Terbitan Ilmiah. Depok:
Universitas Indonesia.
Utorodewo, F. N., et. al. (2008). Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar
Penulisan Ilmiah. Depok: Universitas Indonesia.
Widjono. (2011). Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

196 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


TENTANG PENULIS

Alfian Rokhmansyah, S.S., M.Hum. lahir di Pemalang pada


tanggal 30 Agustus 1989. Menamatkan pendidikan sarjana di
program studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang tahun 2011 dengan minat studi
ilmu sastra. Pada tahun yang sama mendapatkan Beasiswa
Unggulan Dikti dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
RI untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana pada program
Magister Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Diponegoro (Semarang) dan berhasil menamatkan studi
magisternya tahun 2013. Penulis pernah menjadi dosen di
program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Asahan (Kisaran, Sumatera Utara) pada tahun 2013.
Sejak tahun 2014 menjadi dosen tetap di Universitas
Mulawarman (Samarinda), untuk mata kuliah bidang sastra
Indonesia dan filologi. Selain mengajar Mata Kuliah Umum
(MKU) Bahasa Indonesia di beberapa fakultas di lingkungan
Universitas Mulawarman dan beberapa Perguruan Tinggi di
Samarinda. Semenjak menjadi dosen tetap di Universitas
Mulawarman, juga menjadi peneliti di Pusat Penelitian
Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak (P2KGPA) LP2M
Universitas Mulawarman.

Syamsul Rijal, S.S., M.Hum. lahir pada tanggal 17 Maret 1984,


di Macorawalie, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Pendidikan
dasar hingga menengah diselesaikan di Kecamatan Panca Rijang,
Kabupaten Sidrap. Tahun 2007 menyelesaikan Sarjana Sastra
pada jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra, Universitas
Hasanuddin (Makassar) dengan minat studi linguistik. Kemudian

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi | 197


melanjutkan pendidikan magister di program studi Magister
Bahasa Indonesia di kampus yang sama dan mendapatkan gelar
Magister Humaniora. Tahun 2014 hijrah ke Samarinda dan mulai
bekerja sebagai dosen di Universitas Mulawarman untuk mata
kuliah bidang bahasa Indonesia/linguistik. Selain itu juga
mengajar Mata Kuliah Umum (MKU) Bahasa Indonesia di
beberapa fakultas di lingkungan Universitas Mulawarman dan
beberapa Perguruan Tinggi di Samarinda. Sejak menetap di
Samarinda, artikelnya tentang bahasa, sastra, dan budaya sering
dimuat di media lokal seperti Kaltim Pos, Berau Pos, dan Samarinda
Pos.

Purwanti, S.Hum., M.Hum. lahir di Bukittinggi pada 3


September 1991. Menamatkan pendidikan dasar hingga
menengah di kota kelahirannya. Pendidikan sarjana ditamatkan
pada program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas
Andalas. Pendidikan magister ditempuh di universitas yang sama
pada program studi Linguistik. Sejak tahun 2017 menjadi tenaga
pengajar di Universitas Mulawarman untuk mata kuliah bidang
bahasa Indonesia/linguistik.

198 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai