Anda di halaman 1dari 30

KARYA TULIS ILMIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

II F PAGI PGSD

FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2019/2020
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Aktualisasi Di Indonesia,
Identitas Nasional, Negara Dan Konsultasi, Hubungan Warga Negara Dan Negara,
Demokrasi, dan Negara Hukum Dan HAM” dengan lancar. Makalah ini juga merupakan
penugasan pembelajaran daring pada perkuliahan ke-10.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas Pendidikan


Kewarganegaraan. Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat dosen
kami pak Irfan Dahnial S.Pd, M.Pd selaku pembimbing materi dalam pembuatan karya tulis
ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan karya tulis ini yang tidak
bisa kami sebutkan satu persatu.

Harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan. Saran dari pembaca akan sangat berguna agar
makalah ini dapat diperbaiki lebih baik lagi kedepannya.

                                                                            Medan, 10 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………….…..… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………..... ii

ARTIKEL ILMIAH

Aktualisasi Di Indonesia ………………………………...….... 1-25


Identitas Nasional ……………………………………………. 27-52
Negara Dan Konsultasi ………………………………………. 54-79
Hubungan Warga Negara Dan Negara ………………………. 81-106
Demokrasi …………………………………………………… 108-133
Negara Hukum dan HAM …………………………………… 135-160

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH ……………... 162-172


IDENTITAS NASIONAL
Hadikatul Jamilah
hadikatuljamilah02@gmail.com
Prodi PGSD, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Abstrak
Identitas Nasional merupakan suatu jati diri dari suatu bangsa. Artinya, jati diri
tersebut merupakan milik suatu bangsa dan berbeda dengan banga lainnya. Dalam garis
besarnya, identitas nasional merupakan suatu jati diri yang tidak hanya mengacu pada
individu tertentu, namun juga berlaku untuk suatu kelompok/organisasi/negara. Menurut
salah satu buku karya Soedarsono (2002) yang berjudul Character Building: Membentuk
Watak. Buku yang berisi tentang konsep identitas yang dimaknai sebagai tanda diri kita, yang
menunjukkan siapa kita walaupun yang ditampilkan hanyalah hal-hal yang tampak secara
lahiriah, artinya belum tentu menunjukkan pribadi kita sesungguhnya.  Soedarsono (2002)
menyatakan “Jati diri adalah siapa diri Anda sesungguhnya.”  Metode penelitian yang
dilakukan oleh penulis ialah pencarian dari internet dan buku. Metode ini dilakukan pada
bulan April 2020.
Kata kunci : Identitas Nasional di Indonesia

Abstract
National identity is a national identity. That is, that identity belongs to a nation and is
different from other nations. In broad outline, national identity is an identity that does not
only refer to certain individuals, but also applies to a group / organization / country.
According to one book by Soedarsono (2002) entitled Character Building: Forming
Character. The book that contains the concept of identity which is interpreted as a sign of
ourselves, which shows who we are even though what is displayed is only things that appear
outwardly, meaning that it does not necessarily indicate our true personality. Soedarsono
(2002) states "Identity is who you really are." The research method carried out by the author
is an internet search and books. This method is carried out in April 2020.
Keyword: National Identity in Indonesia
PENDAHULUAN

Hakikatnya, sebagai warga Negara yang baik seharusnya kita mengerti dan
memahami arti serta tujuan dan apa saja yang terkandung dalam Identitas Nasional. Identitas
Nasional merupakan pengertian dari jati diri suatu Bangsa dan Negara, Selain itu
pembentukan Identitas Nasional sendiri telah menjadi ketentuan yang telah di sepakati
bersama. Menjunjung tinggi dan mempertahankan apa yang telah ada dan berusaha
memperbaiki segala kesalahan dan kekeliruan di dalam diri suatu Bangsa dan Negara sudah
tidak perlu di tanyakan lagi, Terutama di dalam bidang Hukum.

Seharusnya Hal – Hal yang seperti ini, Siapapun orang mengerti serta paham Aturan –
Aturan yang ada di suatu Negaranya, Tetapi tidak sedikit orang yang acuh dan tidak perduli
seolah – olah tidak mempermasalahkan kekliruan yang terjadi di Negaranya, Dan yang paling
memprihatinkan seolah – olah masyarakat membiarkan dan bisa dikatakan mendukung,
Pernyataan tersebut dapat dibenarkan dan dilihat dari sikap dan tanggapan masyarakat dari
kekeliruan di bidang hukum di dalam Negara tercinta ini. Maka dari itu Identitas Nasional
sangatlah penting untuk dipelajari hingga diterapkan pada kehidupan sehari – hari. Agar
Masyarakat di Negara tercinta ini dapat mengubah dan memperbaiki segala kekeliruan yang
terjadi, menjadikan Negara tercinta ini lebih baik lagi dari sebelumnya. Bukanlah orang lain
tetapi kita sendiri sebagai masyarakat yang ada di Negara dan Bangsa ini yang dapat
mengubah segala kekeliruan yang terjadi.

Setiap bangsa pasti memiliki identitas masing-masing. Entah itu bahasa, budaya dan
lainnya. Identitas juga membuat suatu bangsa berbeda dari yang lainnya karena ibarat tanda
pengenal bangsa itu sendiri. Dalam kondisi negatif, sebuah bangsa bisa kehilangan
identitasnya. Dan itu dialami oleh banyak banyak bangsa. Ketika kaum mudanya lebih
menyukai budaya luar dan melupakan adab dan budaya bangsa sendiri, sesungguhnya bangsa
itu telah kehilangan identitasnya.

Identitas nasional yang beraneka ragam menjadi kekayaan yang sangat istimewa.
Dimana kerukunan damai tercipta dalam seluk kehidupan masyarakat nya, hamparan alam
yang kaya sumberdaya jugamenghiasi dari sabang sampai merauke. wawasan yang dianut
bangsa indonesia adalah wawasan kebangsaan yang berlandaskan Pancasila. Pancasila
merupakan konsep kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, pikiran yang terdalam
dan gagasan dari suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. pandangan
hidup suatu bangsa adalah suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu
sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
mewujudkannya. karena itu pandang hidup suatu bangsa merupakan masalah yang sangat
asasi bagi kekokohan bangsa dan kelestarian suatu bangsa.identitas nasional iniberorientasi
pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh danmenyeluruh. Implementasi
identitas ini mencakup kehidupan politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan.
Implementasi ini dimulai secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan
nilai-nilai Pancasila. 

Selain itu, ada pula istilah identitas nasional. Identitas Nasional merupakan suatu jati
diri dari suatu bangsa. Artinya, jati diri tersebut merupakan milik suatu bangsa dan berbeda
dengan banga lainnya. Dalam garis besarnya, identitas nasional merupakan suatu jati diri
yang tidak hanya mengacu pada individu tertentu, namun juga berlaku untuk suatu
kelompok/organisasi/negara. Secara harfiah, identitas nasional adalah suatu kumpulan nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang pada macam – macam aspek kehidupan, baik dari
ratusan suku atau budaya yang ada dihimpun menjadi satu kesatuan, seperti Indonesia. Di
mana identitas nasional Indonesia sendiri mengacu pada Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Indonesia adalah negara pluralis yang terdiri dari 1.340 suku bangsa, 300 kelompok
etnik dan 200 bahasa khas. Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia jumlahnya
mencapai 41% dari total populasi, meskipun dianggap suku minoritas ternyata Tionghoa
menempati urutan ke tiga setalah Jawa dan Sunda dalam populasinya. Adapun suku terpencil,
terutama Kalimatan dan Papua yang beranggotakan ratusan orang dan memiliki populasi
kecil. Selain itu menurut sensus di tahun 2010 jumlah pemeluk agama Islam sejumlah
87,18%, pemeluk agama Protestan 6,96%, pemeluk agama Katolik 2,9%, pemeluk agama
Hindu 1,69%, pemeluk agama Buddha 0,72% dan pemeluk agama Kong Hu Cu 0,13% .2Hal
ini dapat dikatakan Indonesia sebagai negara majemuk, dengan berbagai perbedaan suku,
adat, ras dan agama. Demi persatuan dan kesatuan perbedaan tersebut terbingkai dalam
semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang maknanya berbeda-beda tetap satu. Semboyan
sebagai wujud keberagaman yang terintegasi dalam wadah identitas nasional, salah satunya
melalui bahasa Indonesi sebagai alat pemersatu bangsa.
Keberagaman suku, adat, ras dan agama merupakan keunikan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Secara Sosiologis manusia tidak dapat hidup sendiri mengingat manusia adalah
mahluk sosial. Keberagaman bagi bangsa Indonesia merupakan kekayaan sosial yang dapat
berfungsi sebagai alat pemersatu dan pembeda dari bangsa lainnya. Modal sosial dapat
menjadi salah satu faktor dalam proses pertumbuhan ekonomi. Namun disisi lain merupakan
kelemahan, karena rentan memicu yang dilatarbelakangi cara pandang, prinsip dan tujuan
masing-masing anggota kesukuan. Perbedaan dalam bingkai persatuan memunculkan
pentingnya edukasi tentang konflik. sehingga dalam menghadapi dapat memahami tipologi
konflik yang terjadi.

Untuk lebih memahami mengenai identitas nasional, ada baiknya kita mengetahui
terlebih dahulu dimensi-dimensi yang menjadi pembentuk identitas nasional. Dimensi-
dimensi tersebut adalah sebagai berikut ini:

1. Dimensi psikologis, yaitu dimensi yang muncul dari kesadaran yang didasarkan pada
kedekatan atau ikatan yang menyatukan sekelompok orang merasa memiliki kesamaan
sebagai sebuah bangsa. Perasaan mereka itu bersifat laten dan muncul ketika terdapat
konfrontasi, bak eksternal maupun internal.

2. Dimensi budaya, dimensi yang berkaitan dengan nilai-nilai, kepercayaan, tradisi, adat
istiadat, kesepakatan, kebiasaan, bahasa dan praktik-praktik lainnya yang selalu diwariskan
kepada anggota baru yang menerima budaya dari suatu bangsa. Identitas nasional yang
berasal dari identifikasi sebuah budaya yang spesifik akan menghasilkan sebuah penanaman
emosional yang kuat, yang selanjutkan akan meningkatkan rasa solidaritas antar anggota
bangsa yang mengakui satu sama lain sebagai bangsa yang sama.

3. Dimensi sejarah, yaitu berkaitan dengan kebanggaan warga bangsa kepada sejarah yang
dimilikinya dan umumnya juga menginterpretasikan sejarah tersebut sebagai simbol
ketahanan, kekuatan, dan superioritas dibandingkan bangsa-bangsa lainnya.

4. Dimensi teritori, berkaitan dengan wilayah yang menjadi tanah air tempat tinggal semua
warga bangsa. Dalam wilayah ini seluruh warga bangsa melakukan aktivitasnya serta
berinteraksi satu sama lain.
5. Dimensi politik, memiliki hubungan dengan bagaimana para penyelenggara pemerintahan
dipilih yang selanjutnya akan memerintah warga bangsa tersebut.

Hakikat Bangsa
Istilah natie (nation) mulai populer sekitar tahun 1835 . Bangsa (nation) atau nasional,
nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham kebangsaan, semua istilah tersebut
dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-konsep yang sulit dirumuskan, sehingga
para pakar di bidang Politik, Sosiologi, dan Antropologi pun sering tidak sependapat
mengenai makna istilah-istilah tersebut. Selain istilah bangsa, dalam bahasa Indonesia, kita
juga menggunakan istilah nasional, nasionalisme yang diturunkan dari kata asing “nation”
yang bersinonim dengan kata bangsa. Tidak ada rumusan ilmiah yang bisa dirancang untuk
mendefinisikan istilah bangsa secara objektif, tetapi fenomena kebangsaan tetap aktual
hingga saat ini.

Dalam kamus ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu “natie” dan “nation”, artinya
masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang memiliki unsur sebagai berikut :
a. Satu kesatuan bahasa ;
b. Satu kesatuan daerah ;
c. Satu kesatuan ekonomi ;
d. Satu Kesatuan hubungan ekonomi ;
e. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.

Menurut Ernest Renan yang mengemukakan istilah bangsa sejak tanggal 11 Maret
1882, bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohanian yang timbul dari :
(1). Kemuliaan bersama di waktu lampau, yang merupakan aspek historis.
(2). Keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble) diwaktu sekarang yang
merupakan aspek solidaritas, dalam bentuk dan besarnya tetap mempergunakan warisan masa
lampau, baik untuk kini dan yang akan datang.

Lebih lanjut Ernest Renan mengatakan bahwa hal penting merupakan syarat mutlak
adanya bangsa adalah plebisit, yaitu suatu hal yang memerlukan persetujuan bersama pada
waktu sekarang, yang mengandung hasrat untuk mau hidup bersama dengan kesediaan
memberikan pengorbanan-pengorbanan. Bila warga bangsa bersedia memberikan
pengorbanan bagi eksistensi bangsanya, maka bangsa tersebut tetap bersatu dalam
kelangsungan hidupnya (Rustam E. Tamburaka, 1999 : 82).Titik pangkal dari teori Ernest
Renan adalah pada kesadaran moral (conscience morale), teori ini dapat digolongkan pada
Teori Kehendak,
Konsep Bangsa memiliki 2 pengertian :
1. Bangsa Dalam Arti Sosiologis Antropologis . Bangsa dalam pengertian Sosiologis dan
Antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing
anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan kesatuan ras, bahasa, keyakinan,
budaya dan sebagainya.
2. Bangsa dalam arti politis; Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam
suatu daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu
kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam. Jadi, mereka diikat oleh kekuasaan politik yaitu
negara.

Jadi, bangsa dalam pengertian politik adalah bangsa yang sudah bernegara dan
mengakui serta tunduk pada keuasaaan dari negara yang bersangkutan. Setelah merka
bernegara, terciptalah bangsa. Misalnya kemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah
terciptanya lagu Indonesia Raya.

Setiap bangsa memiliki karakter dan identitas masing-masing. Indonesia adalah


Negara yang memiliki keunikan dibandingkan dengan Negara lain, Indonesia adalah Negara
yang memiliki pulau terbanyak di dunia, Negara tropis yang hanya mengenal musim hujan
dan panas, Negara yang memiliki suku, tradisi dan bahasa terbanyak di dunia.Itulah keadaan
Indonesia yang bisa menjadi cirri khas yang membedakan dengan bangsa yang lain. Salah
satu untuk memahami identitas suatu bangsa satu dengan bangsa yang lain dengan mencari
sisi-sisi umum yang ada pada bangsa tersebut.

Pada dasarnya manusia tidak terlepas dari manusia yang satu dengan yang lainnya,
karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk melakukan
pekerjaannya dan mempunyai sifat yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia juga merupakan
makhluk politik yang memiliki naluri untuk berkuasa. Namun, terkadang manusia juga
memiliki sifat yang tidak mudah puas karena keinginan manusia tidak terbatas, maka dari itu
manusia membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Berawal dari itulah
kemudian timbuk suatu hubungan-hubungan kerjasama antarmanusia yang dari hubungan
tersebut membentuk sebuah masyarakat di dalam suatu negara dimana dalam negara itulah
masyarakat ada untuk mempertahankan eksistensinya untuk saling bekerja sama.

Di dalam hidup berbangsa dan bernegara terkadang masyarakat merasa bingung


dimana yang lebih penting antara bangsa dan negara dan terkadang malah menyepelekan
keduanya. Negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia, sedangkan
bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia.Suatu negara pasti mempunyai
identitas nasional sendiri-sendiri yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang
lain karena identitas nasional suatu bangsa menunjukkan kepribadian suatu bangsa tersebut.

Identitas Nasional merupakan suatu cirri yang dimiliki oleh bangsa kita untuk dapat
membedakannya dengan bangsa lain. Jadi untuk dapat mempertahankan keunikan-keunikan
dari bangsa Indonesia itu sendiri maki kita harus menanamkan cinta akan tanah air yang
diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan yang telah
ditetapkan serta mengamalkan nilai-nilai yang sudah tertera dengan jelas di dalam Pancasila
yang dijadikan sebagai falsafah dan dasar hidup bangsa Indonesia. Dengan keunikan inilah,
Indonesia menjadi suatu bangsa yang tidak dapat disamakan dengan bangsa lain dan itu
semua tidak akan pernah lepas dari tanggungjawab dan perjuangan dari warga Indonesia itu
sendiri untuk tetap menjaga nama baik bangsanya.

Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai


persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama seta mendiami
suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional.

Situasi dan kondisi Masyarakat kita dewasa ini menghadapkan kita pada suatu
keprihatinan dan sekaligus juga mengundang kita untuk ikut bertanggung jawab atas mosaic
Indonesia yang retak bukan sebuah ukiran melainkan membelah dan meretas jahitan busana
tanah air, tercabik-cabik dalam kerusakan yang menghilangkan keindahannya. 

Untaian kata-kata dalam pengantar sebagaimana tersebut merupakan Tamsilan


bahwasanya bangsa Indonesia yang dahulu dikenal sebagai "het zachste volk ter
aarde" dalam pergaulan antar bangsa, kini tidak saja mengalami krisis Identitas melainkan
juga krisis dalam berbagai dimensi kehidupan yang melahirkan instabilitas yang
berkepanjangan semenjak reformasi digulirkan pada tahun 1998. Tidak hanya itu Indonesia
juga mengalai krisis di berbagai bidang seperti krisis moneter, krisis Kehalusan budi dan
sopan santun, krisi multidimensi, oleh karena itu Indonesia perlu memeritahukan Identitasnya
sebagai Negara yang ber-Pancasila kepada masyarakatnya untuk menghindari krisis-krisis
yang terjadi di Indonesia khususnya krisin Identitas tersebut.

Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia
senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok-
kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu organisasi
yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang besar. Dimulai dari
lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya manusia hidup dalam
kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok lebih besar lagi sperti suku,
masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara. Mereka membentuk negara
sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh
kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah tertentu, dan
mempunyai pemerintahan yang sama. Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda.
Apabila negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa
lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih ada bangsa
yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara yang pada mulanya
berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa. Baik bangsa
maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau negara tersebut dengan
bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa merupakan identitas dari bangsa
yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara juga merupakan identitas dari negara yang
bersangkutan. Identitas-identitas yang disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas
nasional bangsa.

Pemerintahan di Indonesia  sudah lama menjadi mimpi buruk banyak orang di


Indonesia. Kendati pemahaman mayarakat tentang pemerintahan sangatlah  berbeda-beda,
Namun setidaknya sebagian besar dari masyarakat membayangkan bahwa dengan adanya
pemerintahan, masyarakat  akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik.
Banyak di antara masyarakat-masyarakat yang ada di inonesia  membayangkan, bahwa
dengan memiliki tata kelola pemerintahan  yang lebih baik, maka kualitas pelayanan publik
menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah menjadi
semakin peduli dengan kepentingan warga.
Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek dan
semakin sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi panutan
rakyat banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang baik atau yang
sering disebut good governance yang selama ini dielukan-elukan faktanya saat ini masih
menjadi mimpi dan hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera terbangun dari
tidur panjangnya. Maka dari itu, Pemerintah inonesia berinisiatif akan membangun Indonesia
ini dalam sistem pemerintahannya agar dapr menjadi lebih baik. Dan menggunakan sistem
pemerintahan yang berlandaskan kejujuran serta ketulusan.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah pencarian dari internet dan buku.
Metode ini dilakukan pada bulan April 2020.

PEMBAHASAN

Identitas Nasional

Identitas nasional (national identity) adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional
yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain (Tim
Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2011).

Kata Identitas berasal dari bahasa Inggris “identity” yang memiliki pengertian


harafiah ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang
membedakannya dengan yang lain.

Adapun kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok


yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik, seperti budaya, agama dan
bahasa maupun nonfisik, seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan.

Himpunan kelompokkelompok inilah yang disebut dengan istilah identitas bangsa


atau identitas nasional yang akhirnya melahirkan tindakan kelompok (collective action) yang
diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut
nasional. Kata nasional sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemunculan konsep nasionalisme.

Secara global, identitas nasional Indonesia adalah :

1.        Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia.

2.        Bendera negara yaitu Sang Merah Putih.


3.        Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya.

4.        Lambang Negara yaitu Pancasila.

5.        Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

6.        Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila.

7.        Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945.

8.        Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.

9.        Konsepsi Wawasan Nusantara.

10.    Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.

Konsep Dan Urgensi Identitas Nasional

Secara etimologis, identitas nasional berasal dari dua kata “identitas” dan


“nasional”. Konsep identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah “identitas” dan
“nasional”.  Kata identitas berasal dari kata “identity” (Inggris). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), identitas dapat diartikan sebagai ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang
atau jati diri. Dengan demikian identitas menunjuk pada ciri atau penanda yang dimiliki oleh
sesorang, pribadi dan dapat pula kelompok. Penanda pribadi misalkan diwujudkan dalam
beberapa bentuk identitas diri, misal dalam Kartu Tanda Penduduk, ID Card, Surat Ijin
Mengemudi, Kartu Pelajar, dan Kartu Mahasiswa. Satu lagi identitas penting yang harus
dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia saat ini adalah Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Setiap warga negara Indonesia yang telah memiliki penghasilan wajib memiliki
NPWP sebagai sarana melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan. NPWP merupakan tanda
pengenal diri dan identitas wajib pajak bagi warga negara Indonesia.

Kata nasional berasal dari kata “national” (Inggris). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “nasional” berarti bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri;
meliputi suatu bangsa. Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih
dekat dengan arti jati diri yakni ciri-ciri atau karakeristik, perasaan atau keyakinan tentang
kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Apabila bangsa
Indonesia memiliki identitas nasional maka bangsa lain akan dengan mudah mengenali dan
mampu membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
Sedangkan pengertian identitas nasional menurut para ahli adalah menurut Tilaar
(2007) menyatakan identitas nasional berkaitan dengan pengertian bangsa. Menurutnya,
bangsa adalah suatu keseluruhan alamiah dari seseorang karena daripadanyalah seorang
individu memperoleh realitasnya. Artinya, seseorang tidak akan mempunyai arti bila terlepas
dari masyarakatnya. Dengan kata lain, seseorang akan mempunyai arti bila ada dalam
masyarakat. Dalam konteks hubungan antar bangsa, seseorang dapat dibedakan karena
nasionalitasnya sebab bangsa menjadi penciri yang membedakan bangsa yang satu dengan
bangsa lainnya.

Konsep identitas nasional menurut pendekatan yuridis dapat dilihat dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) pada Bab XV
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Pasal 35, 36A, 36 B,
dan 36 C. Bendera Negara Indonesia, Bahasa Negara, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan merupakan identitas nasional bagi negara-bangsa Indonesia. Untuk lebih
jelasnya, silahkan buka kembali tentang ketentuan Bendera Negara Indonesia, Bahasa
Negara, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan yang telah diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Menurut salah satu buku karya Soedarsono (2002) yang berjudul Character Building:
Membentuk Watak. Buku yang berisi tentang konsep identitas yang dimaknai sebagai tanda
diri kita, yang menunjukkan siapa kita walaupun yang ditampilkan hanyalah hal-hal yang
tampak secara lahiriah, artinya belum tentu menunjukkan pribadi kita
sesungguhnya.  Soedarsono (2002) menyatakan “Jati diri adalah siapa diri Anda
sesungguhnya.”  Makna identitas dalam konteks ini digambarkan sebagai jati diri individu
manusia. Jati diri sebagai sifat dasar manusia. Dinyatakannya bahwa jati diri merupakan lapis
pertama yang nantinya menentukan karakter seseorang dan kepribadian seseorang.

Identitas nasional bagi bangsa Indonesia akan sangat ditentukan oleh ideologi yang
dianut dan norma dasar yang dijadikan pedoman untuk berperilaku. Semua identitas ini akan
menjadi ciri yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain. Identitas nasional dapat
diidentifikasi baik dari sifat lahiriah yang dapat dilihat maupun dari sifat batiniah yang hanya
dapat dirasakan oleh hati nurani. Bagi bangsa Indonesia, jati diri tersebut dapat tersimpul
dalam ideologi dan konstitusi negara, ialah Pancasila dan UUD NRI 1945. Pertanyaannya,
Apakah Pancasila dan UUD NRI 1945 telah terwujudkan dalam segenap pengetahuan, sikap,
dan perilaku manusia Indonesia?  Inilah yang menjadi pertanyaan besar dan seyogyanya
haruslah segera dijawab oleh seluruh rakyat Indonesia dengan jawaban “YA”. Seluruh rakyat
Indonesia telah melaksanakan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam setiap kehidupan sehari-
hari, kapan saja dan di mana saja, sebagai identitas nasionalnya.

Konsep jati diri atau identitas bangsa Indonesia dibahas secara luas dan mendalam
oleh Tilaar (2007) dalam buku yang berjudul MengIndonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa
Indonesia. Diakui bahwa mengkaji masalah jati diri bangsa Indonesia merupakan sesuatu
yang pelik. Jati diri bangsa Indonesia merupakan suatu hasil kesepakatan bersama bangsa
tentang masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu. Jati diri bangsa harus selalu
mengalami proses pembinaan melalui pendidikan demi terbentuknya solidaritas dan
perbaikan nasib di masa depan.

Konsep identitas nasional dalam arti jati diri bangsa dapat ditelusuri dalam buku karya
Kaelan (2002) yang berjudul Filsafat Pancasila. Menurut Kaelan (2002) jati diri bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa
Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak, corak, dan ciri
masyarakat Indonesia.  Ada sejumlah ciri yang menjadi corak dan watak bangsa yakni sifat
religius, sikap menghormati bangsa dan manusia lain, persatuan, gotong royong dan
musyawarah, serta ide tentang keadilan sosial. Nilai-nilai dasar itu dirumuskan sebagai nilai-
nilai Pancasila sehingga Pancasila dikatakan sebagai jati diri bangsa sekaligus identitas
nasional. Berdasar uraian–uraian di atas  dapat sekiranya dipahami jika Pancasila merupakan
identitas nasional Indonesia yang unik. Pancasila bukan hanya identitas dalam arti fisik atau
simbol, layaknya bendera dan lambang lainnya. Pancasila adalah identitas secara non fisik
atau lebih tepat dikatakan bahwa Pancasila adalah jati diri bangsa (Kaelan, 2002).

Menurut Hardono Hadi (2002) jati diri itu mencakup tiga unsur yaitu kepribadian,
identitas, dan keunikan. Pancasila sebagai jati diri bangsa lebih dimaknai sebagai kepribadian
(sikap dan perilaku yang ditampilkan manusia Indonesia) yang mencerminkan lima nilai
Pancasila.  Pancasila dipahami bukan rumus atau statusnya tetapi pada isinya, yakni nilai-
nilai luhur yang diakui merupakan pandangan hidup bangsa yang disepakati. Sebagai sikap
dan perilaku maka ia dapat teramati dan dinilai seperti apakah jati diri kita sebagai
bangsa. Selain itu dengan sikap dan perilaku yang ditampilkan, Pancasila sebagai jati diri
bangsa akan menunjukkan identitas kita selaku bangsa Indonesia yakni ada unsur kesamaan
yang memberi ciri khas kepada masyarakat Indonesia dalam perkembangannya dari waktu ke
waktu.  Demikian juga dengan kepribadian tersebut mampu memunculkan keunikan
masyarakat Indonesia ketika berhubungan dengan masyarakat bangsa lain. Dengan demikian,
Pancasila sebagai jati diri bangsa yang bermakna kepribadian, identitas dan keunikan, dapat
terwujud sebagai satu kesatuan.

Alasan Perlunya Identitas Nasional Indonesia

Inti reformasi adalah memelihara segala yang sudah baik dari kinerja bangsa dan
negara dimasa lampau, mengoreksi segala kekurangannya, sambil merintis pembaharuan
untuk menjawab tantangan masa depan. Pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara
masa lalu memerlukan identifikasi, mana yang masih perlu pertahankan dan mana yang harus
diperbaiki. Hal ini mutlak diperlukan dalam upaya pemantapan kebijaksanaan nasional untuk
menyongsong dan mencapai masa depan bangsa yang aman dan sejahtera. Pancasila yang
merupakan lima aksioma yang disarikan dari kehidupan masyarakat Indonesia jelas akan
mantap jika diwadahi dalam sistem politik yang demokratis, yang dengan sendirinya
menghormati kemajemukan masyarakat Indonesia.

Alasan perlunya identitas nasional Indonesia, yaitu :

1.    Krisis Indentitas Nasional.

Generasi orangtua sekarang merupakan produk dari sistem pendidikan yang tidak
mengajarkan pentingnya identitas nasional. Makanya, mereka tumbuh dengan menganggap
remeh hal-hal yang sebenarnya fundamental dalam membentuk kepribadian seorang
Indonesia. Minimnya kebijakan yang menghasilkan suasana kondusif bagi pendidikan
nasional membuat masyarakat, terutama orangtua, beralih fungsi ke kurikulum asing. Padahal
hal itu dapat mengakibatkan kesadaran bangsa atas identitas nasional melemah dan beresiko
mencetak generasi yang tidak peduli kesejahteraan bangsa. Saat ini, arah pembangunan tidak
lagi sejalan dengan jiwa UUD 1945, dimana pembangunan Indonesia mempersiapkan
memasuki peradaban global, tetapi tidak memperkuat akar ke Indonesiaan.

Lembaga pendidikan tidak akan lepas dari tudingan masyarakat jika ada kenakalan
remaja atau tawuran antar pelajar, siswa dan antar mahasiswa. Kemerosotan moral peserta
didik yang kerap terjadi seakan-akan merupakan kegagalan lembaga pendidikan untuk
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Terlebih lagi guru agama dan
guru PKN, selalu menjadi sasaran empuk yang dituduh gagal membentuk moral siswa.
Sebenarnya penanaman moral sangat terkait dengan semua guru, orang tua, dan masyarakat.
2.    Pemahaman Semua Pihak

Kalau dikaji secara detail, penyebab kemerosotan moral pada diri anak bukan hanya
karena adanya penurunan akhlak dan kurangnya pemahaman terhadap nilai agama. Penyebab
kemerosotan moral sering terjadi karena kurangnya perhatian orang tua sehingga anak merasa
terabaikan. Penyebab lain yang besar peranannya terhadap kemerosotan moral siswa adalah
menurunnya rasa nasionalisme dalam diri siswa. Di sisi lain, sibuknya pemerintah, para
pejabat, pemerhati pendidikan, dan masyarakat tentang persoalan ekonomi yang makin tidak
menentu membuat kita lupa untuk terus menanamkan rasa nasionalisme dalam diri siswa.
Kenyataan ini harus diakui karena rasa nasionalisme sangat berpengaruh terhadap moral
peserta didik. Dengan rasa nasionalisme yang tinggi, anak akan lebih mencintai dirinya
sendiri sehingga kecil kemungkinannya mereka akan menjerumuskan dirinya untuk hal yang
tidak berguna. Terhadap sesama teman, mereka akan merasa senasib seperjuangan sebagai
bangsa Indonesia yang utuh.

3.    Rasa Persatuan dan Kesatuan

Masalah dalam Identitas Nasional Indonesia salah satunya adalah maraknya tentang
Globalisasi. Era Globalisasi sendiri dapat mempengaruhi bangsa ini dari sisi nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka tidak suka telah
datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada sejak dulu. Nilai-nilai tersebut, ada yang
bersifat positif ada pula yang bersifat negatif. Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan
sekaligus sebagai peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi dan berinovasi di segala
aspek kehidupan. Di era globalisasi, pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas antar negara
hampir tidak ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang.

Di dalam pergaulan antar bangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses
akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di antara budaya masing-masing,
menjadikan setiap perbedaan adalah pembelajaran yang wajib diikuti dan dilakukan. Untuk
itu, berdasarkan sila persatuan Indonesia, pendidikan dan pembangunan sosial budaya
dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial yang beragam dari seluruh
wilayah nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Untuk itu, perlu
ada pengakuan dan penghargaan terhadap pendidikan, budaya dan kehidupan sosial berbagai
kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga
bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kecemburuan,
kesenjangan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. “Rasa persatuan dan kesatuan, yang
tinggi antar anak Indonesia membuat salah satu di antara mereka tidak tega menyakiti yang
lainnya” Herni Susanti, Penulis adalah Pemerhati Masalah Bangsa

Sumber Historis, Sosiologis, Politik

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang identitas nasional menurut sumber
historis, sosiologis, dan politis, kita terlebih dahulu akan mencermati dahulu dua jenis
identitas, yakni identitas primer dan sekunder (Tilaar, 2007; Winarno, 2013).  Identitas
primer dinamakan juga identitas etnis yakni identitas yang mengawali terjadinya identitas
sekunder, sedangkan identitas sekunder adalah identitas yang dibentuk atau direkonstruksi
berdasarkan hasil kesepakatan bersama. Bangsa Indonesia yang memiliki identitas primer
atau etnis atau suku bangsa lebih dari 700 suku bangsa telah bersepakat untuk membentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menyatakan proklamasi kemerdekaan tanggal
17 Agustus 1945. Identitas etnis yang terwujud antara lain dalam bentuk budaya etnis yang
dikembangkan agar memberi sumbangan bagi pembentukan budaya nasional dan akhirnya
menjadi identitas nasional.

A.      Secara Historis

Secara historis, khususnya pada tahap embrionik, identitas nasional Indonesia ditandai
ketika munculnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh asing
pada tahun 1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa). Rakyat
Indonesia mulai sadar akan jati diri sebagai manusia yang tidak wajar karena dalam kondisi
terjajah. Pada saat itu muncullah kesadaran untuk bangkit membentuk sebuah bangsa.
Kesadaran ini muncul karena pengaruh dari hasil pendidikan yang diterima sebagai dampak
dari politik etis (Etiche Politiek). Dengan kata lain, unsur pendidikan sangatlah penting bagi
pembentukan kebudayaan dan kesadaran akan kebangsaan sebagai identitas nasional.

Pembentukan identitas nasional melalui pengembangan kebudayaan Indonesia telah


dilakukan jauh sebelum kemerdekaan. Menurut Nunus Supardi (2007) kongres kebudayaan
di Indonesia pernah dilakukan sejak 1918 yang diperkirakan sebagai pengaruh dari Kongres
Budi Utomo 1908 yang dipelopori oleh dr. Radjiman Widyodiningrat. Kongres ini telah
memberikan semangat bagi bangsa untuk sadar dan bangkit sebagai bangsa untuk
menemukan jati diri. Kongres Kebudayaan I diselenggarakan di Solo tanggal 5-7 Juli 1918
yang terbatas pada pengembangan budaya Jawa.  Namun dampaknya telah meluas sampai
pada kebudayaan Sunda, Madura, dan Bali. Kongres bahasa Sunda diselenggarakan di
Bandung tahun 1924. Kongres bahasa Indonesia I diselenggarakan tahun 1938 di Solo.
Peristiwa-peristiwa yang terkait dengan kebudayaan dan kebahasaan melalui kongres telah
memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan jati diri dan/atau identitas
nasional. Setelah proklamasi kemerdekaan, Kongres Kebudayaan diadakan di Magelang pada
20-24 Agustus 1948 dan terakhir di Bukittinggi Sumatera Barat pada 20-22 Oktober 2003.
Menurut Tilaar (2007) kongres kebudayaan telah mampu melahirkan kepedulian terhadap
unsur-unsur budaya lain. 

Secara historis, pengalaman kongres telah banyak memberikan inspirasi yang


mengkristal akan kesadaran berbangsa yang diwujudkan dengan semakin banyak berdirinya
organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik. Pada tahun 1920-1930-an pertumbuhan
partai politik di nusantara bagaikan tumbuhnya jamur di musim hujan. Berdirinya sejumlah
organisasi kemasyarakatan bergerak dalam berbagai bidang, seperti bidang perdagangan,
keagamaan hingga organisasi politik. Tumbuh dan berkembangnya sejumlah organisasi
kemasyarakatan mengarah pada kesadaran berbangsa. Puncaknya para pemuda yang berasal
dari organisasi kedaerahan berkumpul dalam Kongres Pemuda ke2 di Jakarta dan
mengumandangkan Sumpah Pemuda. Pada saat itulah dinyatakan identitas nasional yang
lebih tegas bahwa “Bangsa Indonesia mengaku bertanah air yang satu, tanah air Indonesia,
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional.

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa identitas nasional bersifat buatan, dan
sekunder. Bersifat buatan karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk, dan disepakati oleh
warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder karena
identitas nasional lahir kemudian bila dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang
memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Jauh sebelum mereka memiliki
identitas nasional, warga bangsa telah memiliki identitas primer yaitu identitas
kesukubangsaa. Berbagai pendapat (Tilaar, 2007; Ramlan Surbakti, 2010, Winarno, 2013)
menyatakan bahwa proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu,
upaya keras, dan perjuangan panjang di antara warga bangsa-negara yang bersangkutan. Hal
ini dikarenakan identitas nasional adalah hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu.
Kemungkinan dapat terjadi sekelompok warga bangsa tidak setuju dengan identitas nasional
yang hendak diajukan oleh kelompok bangsa lainnya. 
Setiap kelompok bangsa di dalam negara umumnya menginginkan identitasnya
dijadikan atau diangkat sebagai identitas nasional yang mungkin saja belum tentu diterima
oleh kelompok bangsa yang lain. Inilah yang menyebabkan sebuah negara bangsa yang baru
merdeka mengalami pertikaian internal yang berlarut-larut untuk saling mengangkat identitas
kesukubangsaan menjadi identitas nasional. Contoh; kasus negara Srilanka yang diliputi
pertikaian terus menerus antara bangsa Sinhala dan Tamil sejak negara itu merdeka. Setelah
bangsa Indonesia lahir dan menyelenggarakan kehidupan bernegara selanjutnya mulai
dibentuk dan disepakati apa saja yang dapat dijadikan identitas nasional Indonesia. Dengan
perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara hingga saat ini, dapat dikatakan bangsa
Indonesia relatif berhasil dalam membentuk identitas nasionalnya. Demikian pula dalam
proses pembentukan ideologi Pancasila sebagai identitas nasional. Setelah melalui berbagai
upaya keras dan perjuangan serta pengorbanan di antara komponen bangsa bahkan melalui
kegiatan saling memberi dan menerima di antara warga bangsa, maka saat ini Pancasila telah
diterima sebagai dasar negara.  Pekerjaan rumah yang masih tersisa dan seyogianya menjadi
perhatian pemimpin bangsa dan seluruh rakyat Indonesia adalah perwujudan Pancasila dalam
pengamalannya. Dengan kata lain, sampai saat ini, Pancasila belumlah terwujud secara
optimal dalam sikap dan perilaku seluruh rakyat Indonesia. 

B.       Secara Sosiologis

Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi,


komunikasi, dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan panjang
menuju Indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca
kemerdekaan. Identitas nasional pasca kemerdekaan dilakukan secara terencana oleh
Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan melalui berbagai kegiatan seperti upacara
kenegaraan dan proses pendidikan dalam lembaga pendidikan formal atau non formal. Dalam
kegiatan tersebut terjadi interaksi antaretnis, antarbudaya, antarbahasa, antargolongan yang
terus menerus dan akhirnya menyatu berafiliasi dan memperkokoh NKRI. Apabila negara
diibaratkan sebagai individu manusia, maka secara sosiologis, individu manusia Indonesia
akan dengan mudah dikenali dari atribut yang melekat dalam dirinya. Atribut ini berbeda dari
atribut individu manusia yang berasal dari bangsa lain. 

Perbedaan antar individu manusia dapat diidentifikasi dari aspek fisik dan


psikis. Aspek fisik dapat dikenali dari unsur-unsur seperti tinggi dan berat badan, bentuk
wajah/muka, kulit, warna dan bentuk rambut, dan lain-lain. Sedangkan aspek psikis dapat
dikenali dari unsur-unsur seperti kebiasaan, hobi atau kesenangan, semangat, karakter atau
watak, sikap, dan lain-lain.Ada suatu ungkapan yang menyatakan bahwa baiknya sebuah
negara ditentukan oleh baiknya keluarga, dan baiknya keluarga sangat ditentukan oleh
baiknya individu. Merujuk pada ungkapan tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa
identitas individu dapat menjadi representasi dan penentu identitas nasional. Oleh karena itu,
secara sosiologis keberadaan identitas etnis termasuk identitas diri individu sangat penting
karena dapat menjadi penentu bagi identitas nasional.

C.      Secara Politik

Secara politik, beberapa bentuk identitas nasional Indonesia yang dapat menjadi
penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia meliputi: bendera negara Sang Merah
Putih, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa negara, lambang negara Garuda
Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.  Bentuk-bentuk identitas nasional ini telah
diatur dalam peraturan perundangan baik dalam UUD maupun dalam peraturan yang lebih
khusus. Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia pernah dikemukakan pula oleh Winarno
(2013) sebagai berikut :

1.        Bahasa nasional atau bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia.

2.        Bendera negara adalah Sang Merah Putih.

3.        Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.

4.        Lambang negara adalah Garuda Pancasila.

5.        Semboyan negara adalah Bhinneka Tunggal Ika.

6.        Dasar falsafah negara adalah Pancasila.

7.        Konstitusi (Hukum Dasar) Negara adalah UUD NRI 1945.

8.        Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9.        Konsepsi Wawasan Nusantara.

10.    Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

Semua bentuk identitas nasional ini telah diatur dan tentu perlu disosialisasikan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Empat identitas nasional pertama meliputi bendera,
bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan diatur dalam peraturan perundangan
khusus yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Dasar pertimbangan tentang bendera, bahasa,
dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia diatur dalam undang-undang karena (1)
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana
pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan
kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; dan (2) bahwa bendera, bahasa, dan lambang negara, serta
lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah
perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan
cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut sumber legal-formal, empat identitas nasional pertama meliputi bendera,


bahasa, dan lambang negara serta lagu kebangsaan dapat diuraikan sebagai berikut :

1.    Bendera Negara Sang Merah Putih

Ketentuan tentang Bendera Negara diatur dalam UU No.24 Tahun 2009 mulai Pasal 4
sampai Pasal 24.  Bendera warna merah putih dikibarkan pertama kali pada tanggal 17
Agustus 1945 namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah Pemuda Tahun
1928.  Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera
Pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih saat ini disimpan
dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta.

2.    Bahasa Negara Bahasa Indonesia

Ketentuan tentang Bahasa Negara diatur dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2009
mulai Pasal 25 sampai Pasal 45. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara merupakan hasil
kesepakatan para pendiri NKRI. Bahasa Indonesia berasal dari rumpun bahasa Melayu yang
dipergunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) dan kemudian diangkat dan
diikrarkan sebagai bahasa persatuan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928.
Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus
sebagai jati diri dan identitas nasional Indonesia.

3.    Lambang Negara Garuda Pancasila


Ketentuan tentang Lambang Negara diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tahun
2009 mulai Pasal 46 sampai Pasal 57. Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan
lambang negara. Di tengah-tengah perisai burung Garuda terdapat sebuah garis hitam tebal
yang melukiskan khatulistiwa. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar
Pancasila sebagai berikut :

a)    Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai
berbentuk bintang yang bersudut lima.

b)   Dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata
bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai.

c)    Dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas
perisai.

d)   Dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas
perisai.

e)    Dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan
padi di bagian kanan atas perisai.

Dengan demikian, lambang negara Garuda Pancasila mengandung makna simbol sila-
sila Pancasila. Dengan kata lain, Lambang Negara yang dilukiskan dengan seekor burung
Garuda merupakan satu kesatuan dengan Pancasila. Artinya, lambang negara tidak dapat
dipisahkan dari dasar negara Pancasila.

Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

Ketentuan tentang Lagu kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam UU No. 24 Tahun
2009 mulai Pasal 58 sampai Pasal 64.  Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan pertama kali
dinyanyikan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Lagu Indonesia Raya
selanjutnya menjadi lagu kebangsaan yang diperdengarkan pada setiap upacara kenegaraan.

            Mengapa Pancasila dikatakan sebagai identitas nasional yang unik sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya?  Pancasila hanya ada di Indonesia. Pancasila telah menjadi kekhasan
Indonesia, artinya Pancasila menjadi penciri bangsa Indonesia. Siapa pun orang Indonesia
atau yang mengaku sebagai warga negara Indonesia, maka ia harus punya pemahaman,
bersikap, dan berperilaku sesuai dengan Pancasila. Dengan kata lain, Pancasila sebagai
identitas nasional memiliki makna bahwa seluruh rakyat Indonesia seyogianya menjadikan
Pancasila sebagai landasan berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Cara berpikir, bersikap, dan berperilaku bangsa Indonesia tersebut menjadi pembeda dari cara
berpikir, bersikap, dan berperilaku bangsa lain. Seperti pada uraian sebelumnya, Pancasila
sebagai identitas nasional tidak hanya berciri fisik sebagai simbol atau lambang, tetapi
merupakan identitas non fisik atau sebagai jati diri bangsa. Pancasila sebagai jati diri bangsa
bermakna nilai-nilai yang dijalankan manusia Indonesia akan mewujud sebagai kepribadian,
identitas, dan keunikan bangsa Indonesia.

Argumen Tentang Dinamika Dan Tantangan Identitas Nasional Indonesia

Setelah kita menelusuri konsep identitas nasional menurut sumber historis, sosiologis,
dan politis, apakah tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini? Coba perhatikan
sejumlah kasus dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari seperti berikut ini :

1.    Lunturnya nilai-nilai luhur dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara (contoh:
rendahnya semangat gotong royong, kepatuhan hukum, kepatuhan membayar pajak,
kesantunan, kepedulian, dll) .

2.    Nilai-nilai Pancasila belum menjadi acuan sikap dan perilaku sehari-hari (perilaku jalan
pintas, tindakan serba instan, menyontek, plagiat, tidak disiplin, tidak jujur, malas, kebiasaan
merokok di tempat umum, buang sampah sembarangan, dll).

3.    Rasa nasionalisme dan patriotisme yang luntur dan memudar (lebih menghargai dan
mencintai bangsa asing, lebih mengagungkan prestasi bangsa lain dan tidak bangga dengan
prestasi bangsa sendiri, lebih bangga menggunakan produk asing daripada produk bangsa
sendiri, dll).

4.    Lebih bangga menggunakan bendera asing dari pada bendera merah putih, lebih bangga
menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa Indonesia.

5.    Menyukai simbol-simbol asing daripada lambang/simbol bangsa sendiri, dan lebih


mengapresiasi dan senang menyanyikan lagu-lagu asing daripada mengapresiasi lagu
nasional dan lagu daerah sendiri.

Tantangan dan masalah yang dihadapi terkait dengan Pancasila telah banyak
mendapat tanggapan dan analisis sejumlah pakar. Seperti Azyumardi Azra (Tilaar, 2007),
menyatakan bahwa saat ini Pancasila sulit dan dimarginalkan di dalam semua kehidupan
masyarakat Indonesia karena :

1.    Pancasila dijadikan sebagai kendaraan politik.

2.    Adanya liberalisme politik.

3.    Lahirnya desentralisasi atau otonomi daerah.

Menurut Tilaar (2007), Pancasila telah terlanjur tercemar dalam era Orde Baru yang
telah menjadikan Pancasila sebagai kendaraan politik untuk mempertahankan kekuasaan
yang ada. Liberalisme politik terjadi pada saat awal reformasi yakni pada pasca pemerintahan
Orde Baru. Pada saat itu, ada kebijakan pemerintahan Presiden Habibie yang menghapuskan
ketentuan tentang Pancasila sebagai satu-satunya asas untuk organisasi kemasyarakatan
termasuk organisasi partai politik. Sedangkan, lahirnya peraturan perundangan tentang
desentralisasi dan otonomi daerah seperti lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang
diperbaharui menjadi Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah
berdampak positif dan negatif. Dampak negatifnya antara lain munculnya nilai-nilai
primordialisme kedaerahan sehingga tidak jarang munculnya rasa kedaerahan yang sempit.

Bagaimana upaya menyadarkan kembali bangsa Indonesia terhadap pentingnya


identitas nasional dan memfasilitasi serta mendorong warga negara agar memperkuat
identitas nasional? Disadari bahwa rendahnya pemahaman dan menurunnya kesadaran warga
negara dalam bersikap dan berperilaku menggunakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara khususnya pada era reformasi bangsa Indonesia bagaikan berada
dalam tahap disintegrasi karena tidak ada nilai-nilai yang menjadi pegangan
bersama. Padahal bangsa Indonesia telah memiliki nilainilai luhur yang dapat dijadikan
pegangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yakni Pancasila.
Warisan agung yang tak ternilai harganya dari para the founding fathers adalah Pancasila. 

Bagaimana strategi yang Anda dapat tawarkan/usulkan untuk memahami,


menghayati, dan mengamalkan Pancasila? Selanjutnya, tentang luntur dan memudarnya rasa
nasionalisme dan patriotisme perlu mendapat perhatian. Apa yang menjadi penyebab masalah
ini? Apabila orang lebih menghargai dan mencintai bangsa asing, tentu perlu dikaji
aspek/bidang apa yang dicintai tersebut. Bangsa Indonesia perlu ada upaya yakni membuat
strategi agar apa yang dicintai tersebut beralih kepada bangsa sendiri. Demikian pula, apabila
orang Indonesia lebih mengagungkan prestasi bangsa lain dan tidak bangga dengan prestasi
bangsa sendiri, sebenarnya sesuatu yang aneh. Hal ini perlu ada upaya dari generasi baru
bangsa Indonesia untuk mendorong agar bangsa Indonesia membuat prestasi yang tidak dapat
dibuat oleh bangsa asing. Demikian pula, apabila orang Indonesia lebih bangga menggunakan
produk asing daripada produk bangsa sendiri, hendaknya bangsa Indonesia mampu
mendorong semangat berkompetisi. Intinya, bangsa Indonesia perlu didorong agar menjadi
bangsa yang beretos kerja tinggi, rajin, tekun, ulet, tidak malas, serta menjunjung tinggi nilai
kejujuran. Semua nilai-nilai tersebut telah tercakup dalam Pancasila sehingga pada akhirnya
semua permasalahan akan terjawab apabila bangsa Indonesia mampu dan berkomitmen untuk
mengamalkan Pancasila. 

Bagaimana menghadapi tantangan terkait dengan masalah kecintaan terhadap bendera


negara merah putih, pemeliharaan bahasa Indonesia, penghormatan terhadap lambang negara
dan simbol bangsa sendiri, serta apresiasi terhadap lagu kebangsaan? Pada hakikatnya, semua
unsur formal identitas nasional, baik yang langsung maupun secara tidak langsung
diterapkan, perlu dipahami, diamalkan, dan diperlakukan sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku. Permasalahannya terletak pada sejauh mana warga negara
Indonesia memahami dan menyadari dirinya sebagai warga negara yang baik yang
beridentitas sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena itu, warga negara yang baik akan
berupaya belajar secara berkelanjutan agar menjadi warga negara bukan hanya baik tetapi
cerdas (to be smart and good citizen).

Esensi Dan Urgensi Identitas Nasional Indonesia

Identitas nasional itu penting, sebagaimana telah dijelaskan bahwa sebuah negara
dapat diibaratkan seorang individu manusia. Salah satu tujuan Tuhan menciptakan manusia
adalah agar manusia saling mengenal. Agar individu manusia dapat mengenal atau dikenali
oleh individu lain, manusia perlu memiliki ciri atau identitas. Selanjutnya, kita akan
mengaitkan identitas diri individu dengan konteks negara atau bangsa. Identitas nasional itu
penting bagi sebuah negara agar bangsa kita dikenal oleh bangsa lain. Apabila kita sudah
dikenal oleh bangsa lain maka kita dapat melanjutkan perjuangan untuk mampu eksis sebagai
bangsa sesuai dengan fitrahnya. Identitas nasional bagi sebuah negara-bangsa sangat penting
bagi kelangsungan hidup negara-bangsa tersebut. Tidak mungkin negara dapat hidup sendiri
sehingga dapat eksis. Setiap negara seperti halnya individu manusia tidak dapat hidup
menyendiri. Setiap negara memiliki keterbatasan sehingga perlu bantuan/pertolongan negara
atau bangsa lain. Demikian pula bagi indonesia, kita perlu memiliki identitas agar dikenal
oleh bangsa lain untuk saling memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, identitas nasional sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan nasional negara-bangsa Indonesia.

Identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa Indonesia. Dengan
adanya identitas maka akan tumbuh rasa hormat dan saling menghargai antar negara-bangsa.
Dalam berhubungan antarnegara tecipta hubungan yang sederajat/sejajar, karena masing-
masing mengakui bahwa setiap negara berdaulat tidak boleh melampaui kedaulatan negara
lain. Istilah ini dalam hukum internasional dikenal dengan asas “Par imparem non habet
imperium” yang artinya bahwa negara berdaulat tidak dapat melaksanakan yurisdiksiterhadap
negara berdaulat lainnya.

Contoh-Contoh Praktik Kewarganegaraan

Contoh-contoh praktik kewarganegaraan, yaitu :

1.      Praktik kewarganegaraan : Persatuan dan kesatuan

       Perilaku : Berteman dan menghormati teman yang berbeda suku bangsa dan agama.

       Dampak : Terjalin persatuan dan kesatuan yang kuat.

       Solusi : Mempererat hubungan persatuan dan kesatuan dengan pentas seni dari
bermacam-macam suku bangsa di kampung.

2.      Praktik kewarganegaraan : Toleransi

      Perilaku : Tidak memilih-milihdalam berteman

      Dampak : Memiliki banyak teman

      Solusi : Mempererat pertemanan di masyarakat, sekolah, dan lingkungan sekitar.

3.      Praktik kewarganegaraan : Gotong royong

     Perilaku : Kerja bakti di kampung untuk membersihkan lingkungan.

      Dampak : Kampung menjadi bersih dan terawat.

      Solusi : Kerja bakti di kampung dilakukan setiap sebulan sekali.


KESIMPULAN

Menurut terminologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan
kesadaran diri pribadi, golongan sendiri, kelompok sendiri atau negara sendiri. Sedangkan
nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang
diikat oleh kesamaan-kesamaan baik fisik seperti budaya, agama dan budaya, maupun
nonfisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Jadi, identitas nasional merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan
suatu bangsa dengan ciri-ciri khas.

Unsur-unsur terbentuknya identitas nasional Indonesia, yaitu :

1.    Sejarah

Menurut sejarah, sebelum menjadi sebuah negara, bangsa Indonesia pernah


mengalami masa kejayaan yang gemilang. Diantaranya Majapahit dan Sriwijaya yang dikenal
sebagai pusat-pusat kerajaan Nusantara yang pengaruhnya menembus batas-batas teritorial
dimana dua kerajaan ini berdiri.

2.    Suku bangsa

Suku bangsa ialah golongan sosial yang khusus, yang bersifat askriptif (ada sejak
lahir) yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat
banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis. Tidak kurang dari 300 dialek bangsa dengan
populasi penduduk Indonesia saat ini mencapai 210 juta, yang diperkirakan separuhnya
beretnis Jawa. Sisanya yang mendiami kepulauan di Luar Jawa, seperti suku Makasar Bugis
(3,86%), Batak (2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%) dan suku lainnya.

3.    Agama

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang Agamawi. Agama yang tumbuh dan
berkembang di Nusantara diantaranya Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha dan Konghucu.
Dari agama-agama tersebut Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian
besarmasyarakat Indonesia. Indonesia merupakan negara multi agama sehingga dapat
dikatakan sebagai negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Misalnya kasus Ambon
yang sering diisukan sebagai pertikaian dua kelompok agama. Isu agama merupakan salah
satu isu yang mudah menimbulkan konflik. Salah satu jalan yang dapat mengurangi konflik
antaragama, perlunya diciptakan tradisi saling menghormati antarumat beragama dan
antarumat seagama.

4.    Kebudayaan

Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah
perangkat atau model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukung untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan
sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
Intinya adalah kebudayaan merupakan patokan dari nilai-nilai etika dan moral baik yang
tergolong ideal atau yang seharusnya, maupun yang operasional dan aktual didalam
kehidupan sehari-hari.

5.    Bahasa

Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting.
Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukannya sebagai bahasa
penghubung berbagai kelompok etnis yang mendiami Kepulauan Nusantara memberiakan
nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Nasionalisme Indonesia pada dasarnya berwatak inklusif dan berwawasan


kemanusiaan. Pada perkembangan selanjutnya, watak nasionalisme Indonesia yang
dirumuskan para tokoh nasionalis memengaruhi konsep-konsep pokok tentang negara bangsa
warga negara dan dasar negara yang disebut Ideologi Pancasila yang dirumuskan dalam
ketetapan UUD 1945.

1.    Negara bangsa

Menurut UUD 1945 Pasal 1 dijelaskan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan
berbentuk republik yang bentuk pemerintahannya bersifat antitesis monarki dengan kepala
pemerintahan bukan seorang raja, dengan sistem pemilihan umum untuk menentukan
presiden. Selain itu, ada unsur-unsur yang melengkapi negara Indonesia yaitu badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif.

2.    Warga negara Menurut Bab X UUD 1945 Pasal 26 bahwa yang menjadi warga negara
Indonesia ialah orang-orang berbangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lainnya yang
disahkan oleh undang-undang sebagai warga negara.
DAFTAR PUSTAKA

http://sosiologis.com/identitas-nasional

https://salamadian.com/pengertian-identitas-nasional-indonesia/

https://www.kompasiana.com/rosyidarahmatulhaq3549/5e51579ad541df2de71fa7d7/identitas-
nasional-sebagai-karakter-indonesia

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/20bb958d430cc7d21ef6c2b58d14da41.pd
f

https://www.gurupendidikan.co.id/identitas-nasional/

https://pelayananpublik.id/2019/12/11/arti-identitas-nasional-fungsi-tujuan-dan-perannya/

http://tanyauniputai.blogspot.com/2018/04/makalah-identitas-nasional.html

https://muhammadarifadhillah.blogspot.com/2018/10/sumber-historis-sosiologis-politik.html

https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5bf419ba43322f6fe14979c4/identitas-nasional

https://www.slideshare.net/aliffya_irlandha/pendidikan-kewarganegaraan-materi-identitas-nasional

Anda mungkin juga menyukai