Anda di halaman 1dari 85

PENGANTAR AKUNTANSI

ASET TETAP
BERBASIS AKRUAL

MILA TRISMAYANTI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala
karunia-Nya sehingga penulis diberi kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan
penulisan buku pedoman ini. Penulis ingin menyampaikan terimakasih atas dukungan serta
motivasi yang telah penulis terima dari berbagai pihak baik dalam pemenuhan data dan
informasi maupun dukungan moral yang mendukung penyusunan buku yang berjudul
“Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual” yang diharapkan mampu menjawab setiap
persoalan mengenai alur akuntansi aset tetap pada setiap transaksinya.
Penulis berharap kiranya buku ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca
dan memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan pada umumnya
dan kepada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah pada khususnya yang dapat
dijadikan pedoman dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Kabupaten
Kuningan.

Kuningan, 31 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
PENDAHULUAN 1
PENGERTIAN AKUNTANSI DAN ASET TETAP 2
A. Pengertian dan Proses Akuntansi 2
B. Pengertian Aset, Aset Tetap dan Penyusutan 5

PERKEMBANGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN DI INDONESIA 8


A. Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintahan di Indonesia 8
B. Perkembangan Akuntansi Aset Tetap di Indonesia 9

AKUNTANSI ASET TETAP BERBASIS AKRUAL 13


A. Akuntansi Tanah 15
B. Akuntansi Peralatan dan Mesin 19
C. Akuntansi Gedung dan Bangunan 26
D. Akuntansi Jalan, Irigasi dan Jaringan 32
E. Akuntansi Aset Tetap Lainnya 37
F. Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan 42

AKUNTANSI RENOVASI, PENGHAPUSAN DAN PENJUALAN ASET TETAP 50


A. Akuntansi Renovasi atas Aset Tetap 50
B. Akuntansi Penghapusan dan Penjualan Aset Tetap 55

AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP 58


Daftar Pustaka 82

ii
PENDAHULUAN

Perkembangan akuntansi sektor publik semakin berkembang seiring dengan


tuntutan terhadap sistem pengelolaan pemerintah yang baik (Good Governance).
Tuntutan ini perlu dipahami dan dipenuhi oleh para pemangku kebijakan di
pemerintah daerah yang diminta untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
keuangannya dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Good Governance
ditandai dengan semakin meningkatnya transparansi dan akuntabilitas dalam kegiatan
pengelolaan keuangan di daerah. Transparansi merupakan dasar adanya keterbukaan
mengenai keuangan daerah dan akuntabilitas berhubungan dengan
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada masyarakat.
Dasar kebijakan dalam melaksanakan pertanggungjawaban yang dimuat
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang
menerapkan akuntansi berbasis akrual. Sistem tersebut mulai diberlakukan paling
lambat 5 (lima) tahun sejak diberlakukannya peraturan pemerintah dimaksud, yaitu
pada tahun 2015, yang sebelumnya diterapkan sistem akuntansi berbasis kas dan
sistem akuntansi berbasis kas menuju akrual.
Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan tersebut banyak mengalami kendala khususnya dalam
perhitungan dan pengakuan akun laporan keuangan. Dimana permasalahan aset
persediaan dan aset tetap menjadi hal yang sering menjadi temuan dalam
pemeriksaan BPK sehingga perlu dikaji lebih dalam mengenai tata cara perhitungan
dan pengakuan dalam penyusunan laporan keuangan yang akuntabel. Sehingga
menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang mendapatkan opini Wajar
Tanpa Pengecualian dari BPK RI.

1 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PENGERTIAN AKUNTANSI DAN ASET TETAP

A. PENGERTIAN DAN PROSES AKUNTANSI


Akuntansi merupakan terjemahan dari kata account yang berarti
menghitung. Secara garis besar, akuntansi adalah suatu proses yang diawali
dengan mencatat, mengelompokkan, mengolah, menyajikan data serta
mencatat transaksi yang berhubungan dengan keuangan sehingga informasi
tersebut dapat digunakan oleh seseorang yang ahli di bidangnya dan menjadi
bahan untuk mengambil suatu keputusan.
Akuntansi juga disebut sebagai bahasa bisnis untuk mengukur hasil
kegiatan ekonomi dalam organisasi serta menyampaikan informasi kepada
berbagai pihak, termasuk manajemen, investor, kreditor, dan regulator. Bagi
sebagian orang, ilmu akuntansi berhubungan dengan sistem hitung menghitung,
tapi faktanya akuntansi tidak sederhana. Sehingga berbagai teori berkembang
seiring dengan semakin banyaknya orang yang ingin mempelajarinya, mengingat
ilmu akuntansi memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan.
Ada beberapa pengertian akuntansi menurut beberapa ahli, antara lain:
Menurut Soemarsono S.R (2004), akuntansi merupakan suatu proses
mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi
mereka yang memakai informasi tersebut.
Paul Grady mengartikan akuntansi sebagai ilmu pengetahuan serta fungsi
organisasi secara sistematis, autentik dan original dalam mencatat,
mengklasifikasi, memproses, membuat ikhtisar, menganalisa, menginterpretasi
semua transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam
operasional entitas akuntansi dengan tujuan menyediakan informasi yang berarti
dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggungjawaban atas
kepercayaan yang diterimanya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akuntansi adalah teori dan
praktik perakunan, termasuk tanggung jawab, prinsip, standar, kelaziman
2 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
(kebiasaan) dan semua aktivitasnya; hal yang berhubungan dengan akuntan; seni
pencatatan dan pengikhtisaran transaksi keuangan dan penafsiran akibat senuah
transaksi terhadap suatu kesatuan ekonomi.
Dan menurut Financial Accounting Standards Board (FASB) menyatakan
bahwa akuntansi ialah sebuah kegiatan jasa yang fungsinya menyediakan
informasi kuantitatif yang kemudian dipakai untuk pengambilan keputusan
ekonomi.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan
proses yang berkaitan dengan keuangan apapun yang terjadi dalam bisnis dan
organisasi yang prosesnya terdiri dari mencatat, meringkas, menganalisa dan
melaporkan data. Dari keempat proses tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
➢ Mencatat
Proses pertama dalam akuntansi adalah pencatatan transaksi yang terjadi
dalam organisasi. Proses ini biasa disebut sebagai proses pembukuan yaitu
mengenali transaksi dan memasukannya ke dalam catatan. Pembukuan
berkaitan dengan pencatatan saja yang dilakukan untuk kepentingan
pencatatan yang rinci dan menjadi laporan untuk menyajikan data sebagai
laporan akhir keuangan.
➢ Meringkas
Pada umumnya, data mentah adalah hasil pencatatan transaksi yang
dianggap tidak terlalu penting. Data mentah ini tidak berpengaruh dalam
proses pengambilan keputusan. Namun disinilah peran tenaga akuntansi
untuk menggunakan data mentah, membaginya menjadi beberapa kategori
dan menerjemahkannya.
➢ Melaporkan
Setiap urusan dalam organisasi adalah tanggungjawab manajemen, dan
manajemen memiliki kewajiban untuk melaporkan penggunaan keuangan
untuk operasional dan kegiatan.

3 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


➢ Menganalisa
Merupakan proses akhir dalam akuntansi, setelah merekam dan meringkas
yang kemudian menarik kesimpulan. Pada tahap inilah peran penting
manajemen dalam memeriksa dan menganalisa kinerja dalam pengambilan
keputusan.

Dari pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa proses akuntansi dimulai
dari pengidentifikasian data, pencatatan, penyusunan laporan keuangan sebagai
output dari proses tersebut serta menganalisis dan interpretasi untuk pengguna
dalam mengambil keputusan organisasi.

Adapun alur akuntansi keuangan dapat dilihat dari siklus di bawah ini:

4 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Akuntansi sangat berguna bagi entitas pelaporan karena dapat menghasilkan
laporan yang relevan untuk pengambilan keputusan manajemen. Hal ini sesuai
dengan tujuan akuntansi antara lain:
1. Memberikan informasi mengenai keuangan, baik itu aktiva maupun passiva
entitas pelaporan
2. Menyediakan informasi mengenai perubahan pada berbagai sumber
ekonomi (netto)
3. Memberikan informasi keuangan perusahaan yang dapat membantu dalam
pembuatan estimasi potensi keuntungan
4. Memberikan informasi mengenai perubahan pada berbagai sumber
ekonomi baik aset, kewajiban serta ekuitas
5. Menyediakan informasi terkait laporan keuangan untuk membantu
pengguna laporan tersebut.

B. PENGERTIAN ASET, ASET TETAP DAN PENYUSUTAN


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Keuangan, Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/
atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
darimana manfaat ekonomi dan/ atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam
satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk

5 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
Sementara aset tetap merupakan aset berwujud yang memiliki masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Masa manfaat terbagi menjadi 2 pengertian yaitu :
a. Periode suatu aset diharapkan digunakan untuk aktivitas pemerintahan dan/
atau pelayanan publik
b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset untuk
aktivitas pemerintahan dan/ atau pelayanan publik.
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat dan
fungsinya dalam aktivitas operasi entitas dibagi menjadi 6 (enam) klasifikasi, yaitu
Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi dan Jaringan,
Aset Tetap Lainnya dan Konstruksi dalam Pengerjaan.
Tanah adalah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam
kegiatan operasional pemerintahan dan dalam kondisi siap pakai.
Peralatan dan Mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor,
alat elektronik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan
dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap
pakai.
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah
dan dalam kondisi siap pakai.
Jalan, Irigasi dan Jaringan mencakup jalan, irigasi dan hjaringan yang
dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/ atau dikuasai oleh pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai.
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan
ke dalam kelompok aset tetap di atas yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional pemerintahan dan dalam kondisi siap dipakai.

6 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam
proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan masih belum selesai
seluruhnya.
Aset tetap mempunyai nilai yang semakin berkurang dari satu periode ke
periode berikutnya. Dengan demikian, nilai aset tetap semakin turun apabila
sudah dipakai atau digunakan dalam periode tertentu. Penurunan nilai aset tetap
tersebut disebut dengan penyusutan. Seluruh aset tetap kecuali tanah dan
konstruksi dalam pengerjaan harus disusutkan sesuai dengan metode yang telah
ditentukan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah.
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap
yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai
pengurangan nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam
laporan operasional.

7 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PERKEMBANGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
DI INDONESIA

A. PERKEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DI INDONESIA


Seiring dengan reformasi di bidang keuangan negara, maka perlu
dilakukan perubahan-perubahan di berbagai bidang untuk mendukung agar
reformasi di bidang keuangan negara dapat berjalan dengan baik. Salah satu
perubahan yang signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan.
Perubahan di bidang akuntansi pemerintahan ini karena melalui proses akuntansi
dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi berbagai pihak untuk digunakan
sesuai dengan tujuan masing-masing.
Sebelum era reformasi, pengelolaan keuangan negara menggunakan
sistem single entry dimana pada sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi
dilakukan dengan mencatat satu kali, transaksi yang berakibat bertambahnya kas
akan dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas
akan dicatat pada sisi pengeluaran. Sehingga, pemerintah tidak memiliki catatan
mengenai aset tetap, utang dan ekuitas dari suatu entitas yang biasa disajikan
dalam neraca. Sementara basis yang digunakan masih menggunakan basis kas.
Menurut Indra Bastian (2006) basis kas hanya mengakui arus kas masuk dan
keluar.
Reformasi akuntansi sektor publik dimulaim dengan diterbitkannya 3
(tiga) paket Undang-undang yang menjadi dasar akan perubahan kebijakan dalam
pengelolaan keuangan negara. Undang-undang tersebut antara lain Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara.
Sesuai amanat dari ketiga Undang-undang tersebut, maka pada tahun
2005 dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dengan dasar
Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi
8 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
Pemerintahan. Dalam aturan tersebut disebutkan bahwa KSAP bertugas
mempersiapkan, merumuskan dan menyusun konsep Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Hingga diterbitkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang merupakan standar akuntansi pemerintahan pertama di
Indonesia yang memberlakukan sistem Cash Toward Acrual (CTA) atau basis kas
menuju akrual dimana pengakuan pendapatan dan belanja menggunakan basis
kas sementara pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana menggunakan basis
akrual.
Pemberlakuan sistem kas menuju akrual hanya dilaksanakan maksimal 5
tahun sejak diberlakukan sehingga pada tahun 2010, KSAP menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang
menggantikan Peraturan Pemerintah Nomo 24 Tahun 2005. Dalam peraturan
tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus menerapkan basis
akuntansi akrual penuh (full accrual accounting) yang harus diterapkan selambat-
lambatnya pada tahun 2015.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, akuntansi aset
terdapat pada Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 07
tentang Akuntansi Aset Tetap dan PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi
Dalam Pengerjaan, serta dijelaskan dengan Buletin Teknis Nomor 15 Tentang
Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual dan Buletin Teknis Nomor 18 tentang
Akuntansi Penyusutan Berbasis Akrual.

B. PERKEMBANGAN AKUNTANSI ASET TETAP DI INDONESIA


Perkembangan akuntansi aset tetap di Indonesia berawal
diberlakukannya sistem akuntansi yang dikenal dengan Manual Administrasi
Keuangan Daerah (Makuda) yang mulai diterapkan pada tahun 1981. Makuda
merupakan sistem pencatatan keuangan daerah dengan menggunakan basis kas
dengan laporan keuangan yang dihasilkan berupa Laporan Perhitungan Anggaran
dan Nota Perhitungan (Bastari, 2004). Tidak adanya laporan neraca pada sistem

9 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


yang merujuk pada ICW Staatsblad 1928 ini menunjukkan bahwa pelaporan aset
yang berupa barang milik daerah belum menjadi fokus dari Makuda.
Sistem akuntansi berikutnya muncul sebagai tuntutan dari
diberlakukannya otonomi daerah sehingga pemerintah daerah memiliki kewajiban
untuk menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang salah satunya
adalah Neraca. Hal tersebut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105
Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
Laporan yang disajikan berupa Laporan Perhitungan Anggaran, Neraca dan
Laporan Arus Kas. Dari peraturan tersebutlah yang menjadi cikal bakal dicatatnya
aset berupa barang milik daerah.
Sehubungan dengan belum adanya standar akuntansi pemerintahan yang
menjadi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, maka pemerintah mencoba
untuk menjembatani dengan dibuatnya suatu pedoman yang salah satunya adalah
Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) yang merupakan hasil
rumusan kelompok kerja yang dibentuk dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 355/KMK.07/2002 tentang Pedoman, Pertanggungjawaban dan
Pengawasan Keuangan dan pedoman yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri
dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Tata
Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (Bastari, 2004). Pedoman tersebut menjadi dasar dalam
pencatatan aset berupa barang milik daerah yang dilaporkan dalam neraca.
Dengan dimulainya pencatatan aset berupa barang ini, beban pengadaan
aset tetap mulai diberlakukan kapitalisasi. Dalam Keputusan Maenteri Dalam
Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyebutkan secara umum bahwa seluruh barang
yang pengadaannya dilakukan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), wajib dibukukan dalam rekening aset daerah yang relevan. Sementara itu,
penghitungan nilai buku, depresiasi dan kapitaslisasi atas aset daerah dilakukan
oleh satuan kerja yang melaksanakan fungsi akuntansi. Akan tetapi belum ada
penjelasan yang lebih rinci mengenai belanja apa saja yang dilakukan kapitalisasi
untuk dimasukkan pada komponen aset sehingga sulit untuk mencatat aset
10 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
tersebut secara relevan. Sedangkan, depresiasi sudah dijelaskan dapat
diberlakukan dengan menggunakan metode garis lurus.
Namun ada yang menarik dari Kepmegri tersebut adalah munculnya
istilah dana depresiasi dengan menyebutkan bahwa “Dana Depresiasi adalah dana
yang disisihkan untuk penggantian aset pada akhir masa umur ekonomisnya”.
Serta dijelaskan pula bahwa dana depresiasi dibentuk dari depresiasi atas akiva
tetap. Penjelasan ini menjadi rancu karena depresiasi aktiva tetap bukanlah
sesuatu yang dapat digunakan untuk membentuk pendanaan. Depresiasi adalah
alokasi secara sistematis dan rasional untuk membagi beban pembelian aset tetap
sesuai masa manfaatnya (Kieso, Weygrant, &Warfield, 2007).
Kerancuan tersebut diungkapkan oleh Nazier (2005) dalam tulisannya
yang berjudul “Arah penyempurnaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29
Tahun 2002 pasca pemberlakuan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.” Yang menyebutkan bahwa dana depresiasi diisi dengan
dana yang bersumber dari kontribusi tahunan penerimaan APBD. Meskipun
demikian, tidak terdapat bukti yang menunjukkan adanya pembentukkan dana
depresiasi tersebut baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pengesahan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan menjadi babak baru dalam perkembangan
akuntansi di Indonesia. Dalam standar akuntansi tersebut, akuntansi untuk barang
milik daerah diatur dalam PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan, PSAP
Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap dan PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi
Konstruksi Dalam Pengerjaan. Dalam peraturan pemerintah ini sudah diatur basis
kas menuju akrual (cash towards accrual) dimana basis kas digunakan untuk
pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, sedangkan basis
akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana.
Untuk penerapan akuntansi aset tetap, dalam peraturan ini sudah diatur
lebih rinci mengenai penyusutan yang ditetapkan. Penyusutan dapat dilakukan
kecuali aset tanah dan konstruksi dalam pengerjaan. Akan tetapi penyusutan
belum diperhitungkan karena belum jelas mewajibkan adanya penyusutan

11 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


tersebut. Sehingga pemerintah daerah belum menyajikan penyusutan dalam
laporan keuangan pemerintah.
Perkembangan akuntansi sektor publik selanjutnya ditandai dengan
disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan yang mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005, dengan mewajibkan pemerintah baik pusat maupun daerah untuk
menerapkan akuntansi berbasis akrual. Penerapan Standar Akuntansi Berbasis
Akrual untuk Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 64 Tahun 2013. Dengan diterapkannya peraturan tersebut
memberikan sinyal bahwa akuntansi aset berupa barang milik daerah harus
benar-benar dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah dalam akuntansi secara
menyeluruh. Sehingga pengukuran dan perhitungan atas aset berupa barang milik
daerah harus disajikan secara relevan dalam laporan keuangan pemerintah
daerah.
Sebagai turunan dari Standar Akuntansi Keuangan tersebut, Pemerintah
Kabupaten Kuningan menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2013
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan yang
terakhir diubah dengan Peraturan Bupati Kuningan Nomor 50 Tahun 2018 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Bupati Kuningan Nomor 51 Tahun 2013 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan. Dan dilengkapi
dengan Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan.
Dari aturan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kuningan mulai menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan menggunakan basis akrual pada
tahun 2015, dimana mulai disajikannya penyusutan aset tetap dalam neraca.
Metode yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yaitu menggunakan
metode garis lurus dengan menentukan masa manfaat dari setiap unit aset tetap.

12 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


AKUNTANSI ASET TETAP BERBASIS AKRUAL

Aset tetap merupakan satu bagian dari aset pemerintah karena memiliki nilai
yang signifikan dari keseluruhan aset yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah.
Namun tidak semua kelompok barang milik daerah merupakan aset tetap, karena
terbagi menjadi 2 (dua) bagian, barang milik daerah yang bersifat bahan material atau
perlengkapan dalam penganggarannya dikelompokkan pada jenis belanja barang dan
jasa, sementara untuk barang milik daerah yang menjadi aset tetap akan dimasukkan
pada kelompok belanja modal dengan kriteria sebagai berikut:
• Umur pemakaian (manfaat ekonomi) barang yang dibeli lebih dari 12 (dua belas)
bulan
• Barang yang dibeli/ dibangun merupakan objek pemeliharaan atau barang
tersebut memerlukan ongkos/ biaya untuk dipelihara
• Perolehan barang tersebut untuk digunakan dan tidak untuk dijual/ dihibahkan/
disumbangkan/ diserahkan kepada pihak ketiga
• Nilai rupiah pembelian/ pembangunan barang material yaitu melebihi batasan
minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan
Adapun daftar minimal kapitalisasi aset tetap menurut Peraturan Bupati
Kuningan Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bupati
Kuningan Nomor 51 Tahun 2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
Kabupaten Kuningan antara lain :
JUMLAH HARGA
NO URAIAN
LUSIN/SET/SATUAN
1 TANAH
2 PERALATAN DAN MESIN
2.1 Alat Besar 5.000.000
2.2 Alat Angkutan 1.500.000
2.3 Alat Bengkel dan Alat Ukur 500.000
2.4 Alat Pertanian 1.000.000
2.5 Alat Kantor dan Rumah Tangga 500.000
2.6 Alat Studio, Komunikasi, dan Pemancar 500.000
2.7 Alat Kedokteran dan Kesehatan 1.500.000

13 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


JUMLAH HARGA
NO URAIAN
LUSIN/SET/SATUAN
2.8 Alat Laboratorium 1.000.000
2.9 Alat Persenjataan 1.000.000
2.10 Komputer 1.000.000
2.11 Alat Eksplorasi 500.000
2.12 Alat Pengeboran 500.000
2.13 Alat Produksi, Pengolahan dan Pemurnian 500.000
2.14 Alat Bantu Eksplorasi 500.000
2.15 Alat Keselamatan Kerja 500.000
2.16 Alat Peraga 1.500.000
2.17 Peralatan Proses/ Produkasi 500.000
2.18 Rambu-rambu 1.000.000
2.19 Peralatan Olahraga 500.000

3 GEDUNG DAN BANGUNAN


3.1 Bangunan Gedung 10.000.000
3.2 Monumen 10.000.000
3.3 Bangunan Menara 10.000.000
3.4 Tugu Titik Kontrol/ Pasti 10.000.000

4 JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN


4.1 Jalan dan Jembatan
Jalan 10.000.000
Jembatan 10.000.000
4.2 Bangunan Air 10.000.000
4.3 Instalasi 10.000.000
4.4 Jaringan 10.000.000

5 ASET TETAP LAINNYA


5.1 Bahan Perpustakaan 100.000
5.2 Barang Bercorak Kesenian/ Kebudayaan/ Olahraga 250.000
5.3 Hewan 250.000
5.4 Biota Perairan 250.000
5.5 Tanaman 250.000
5.6 Barang Koleksi Non Budaya 1.000.000

14 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Apabila barang yang diperoleh tidak memenuhi kriteria tersebut maka
dilakukan pencatatan pada daftar barang non aset tetap/ pakai habis (extracomptable)
yang tidak disajikan dalam Neraca akan tetapi dijelaskan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Penerapan kapitalisasi dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Contoh Kasus :
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah membeli beberapa barang, antara lain
kendaraan dinas roda 4 sebanyak 2 unit masing-masing seharga Rp. 180.000.000,00.
Perangkat komputer sebanyak 10 unit masing-masing seharaga Rp. 10.000.000,00 dan
5 unit lemari arsip yang masing-masing seharga Rp. 450.000,00. Manakah yang masuk
pada kelompok aset tetap?
Jawaban :
Diketahui BPKAD membeli
a. Untuk 2 unit kendaraan dinas roda 4 dengan harga Rp. 180.000.000,00.
Nilai kapitalisasi untuk kendaraan dinas yang digolongkan pada alat angkutan
adalah sebesar Rp.1.500.000,00. Nilai belanja per unitnya melebihi kapitalisasi
sehingga pembelian kendaraan bermotor masuk sebagai aset tetap.
b. Untuk 10 unit komputer dengan harga Rp. 10.000.000,00
Nilai kapitalisasi untuk komputer adalah sebesar Rp.1.000.000,00 sehingga akan
dimasukkan sebagai aset tetap.
c. Untuk 5 unit lemari arsip dengan harga Rp. 450.000,00
Nilai kapitalisasi untuk lemari arsip yang digolongkan pada alat kantor dan rumah
tangga adalah sebesar Rp.500.000,00 sehingga nilai belanja lemari arsip per unit
tidak memenuhi kriteria sebagai aset tetap dan akan dicatat pada golongan aset
extrakomptable yang akan menjadi beban pada Laporan Operasional.
Adapun perlakuan akuntansi atas aset tetap tersebut dapat dijelaskan lebih
rinci antara lain:

A. AKUNTANSI TANAH
Tanah yang termasuk dalam aset tetap menurut PSAP Nomor 07 adalah
tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
15 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
pemerintahan dan dalam kondisi siap dipakai. Sesuai sifat dan peruntukannya,
tanah dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
• Tanah gedung dan bangunan
• Tanah untuk bukan gedung dan bangunan, seperti untuk jalan, jembatan,
irigasi, jaringan, tanah lapangan, tanah hutan, tanah pertanian dan tanah
perkebunan.
Aset tanah diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh
dan nilainya dapat diukur dengan handal yang dibuktikan dengan telah diterima
hak kepemilikannya didasarkan pada bukti kepemilikan tanah yang sah berupa
sertifikat. Akan tetapi tanah dimaksud bukan untuk diserahkan kepada pihak
ketiga, apabila akan diserahkan maka tanah tidak dimasukkan dalam aset tetap
akan tetapi pada persediaan (inventaris).
Namun pada praktiknya, banyak tanah pemerintah yang dikuasai namun
belum disertifikatkan atas nama pemerintah, maka perlakuan akuntansi untuk
tanah tersebut antara lain:
a. Tanah pemerintah yang dikuasai atau digunakan untuk pemerintah yang
belum memiliki sertifikat, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan
disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah serta diungkapkan
secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
b. Apabila Tanah milik pemerintah dikuasai/ digunakan oleh pihak lain, maka
maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap
tanah pada neraca pemerintah serta diungkapkan secara memadai dalam
Catatan atas Laporan Keuangan, bahwa tanah tersebut dikuasai atau
digunakan oleh pihak lain
c. Apabila tanah dimiliki suatu entitas pemerintah namun dikuasai/ digunakan
oleh entitas pemerintah yang lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan
pada neraca entitas pemerintah yang memiliki bukti kepemilikan.
d. Perlakuan tanah yang masih dalam sengketa atau proses pengadilan adalah
sebagai berikut:

16 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


1) Apabila belum ada bukti kepemilikan yang sah akan tetapi tanah tersebut
dikuasai/ digunakan pemerintah, maka harus dicatat dan disajikan dalam
neraca pemerintah
2) Apabila belum ada bukti kepemilikan yang sah akan tetapi tanah tersebut
dikuasai/ digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut dicatat dan
disajikan dalam neraca pemerintah
3) Apabila terdapat bukti kepemilikan ganda, namun tanah tersebut
dikuasai/ digunakan oleh pemerintah, maka harus dicatat dan disajikan
dalam neraca pemerintah
4) Apabila terdapat bukti kepemilikan ganda, namun tanah tersebut
dikuasai/ digunakan oleh pihak lain, maka tetap harus dicatat dan
disajikan dalam neraca pemerintah.
Tanah dapat diperoleh melalui pembelian, pertukaran aset, hibah/ donasi,
dan lain-lain. Biaya perolehan aset tanah terdiri dari harga belinya, termasuk
buaya dalam memperoleh aset tanah seperti biaya pembebasan tanah, biaya yang
dikeluarkan dalam memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran,
penimbunan dan lain-lain. Dibawah ini beberapa ilustrasi transaksi atas aset tanah
antara lain:
1. Perolehan aset tanah melalui pembelian
Contoh kasus :
Pada tanggal 15 Mei 20xx Dinas Pendidikan mencairkan SP2D atas Belanja
Modal Pengadaan Tanah untuk perluasan sekolah sebesar Rp.500.000.000
dengan biaya yang dikeluarkan antara lain biaya pengukuran dan pembuatan
sertifikat sebesar Rp.12.000.000,00. Maka jurnal yang dibentuk adalah
sebagai berikut:
Harga Perolehan Tanah :
- Harga Beli Tanah Rp.900.000.000,00
- Biaya pengukuran dan sertifikasi Rp. 12.000.000,00
Harga Perolehan Tanah Rp.912.000.000,00

17 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Jurnal yang dibentuk adalah:
Tanggal Uraian Debet Kredit
15 Mei 20xx Belanja Modal Pengadaan Tanah 912.000.000
Estimasi Perubahan SAL 912.000.000
(Jurnal mengakui belanja LRA)

15 Mei 20xx Aset Tanah 912.000.000


Kas di Kas Bendahara Pengeluaran 912.000.000
(Jurnal mengakui aset / Jurnal Akrual)

2. Perolehan dan pengurangan aset tanah melalui mutasi aset antar SKPD
Contoh Kasus:
Pada tanggal 31 Desember 20xx diperoleh data rekonsiliasi dengan SKPKD pada
SKPD Dinas Kesehatan terdapat penambahan aset tanah yang dimutasikan dari
SKPKD untuk pembangunan Puskesmas sebesar Rp.1.000.000.000,00, maka
jurnal yang dibentuk adalah sebagai berikut:
▪ Jurnal untuk Dinas Kesehatan (yang menerima mutasi aset tanah)

Tanggal Uraian Debet Kredit


31 Des 20xx Aset Tanah 1.000.000.000
RK PPKD 1.000.000.000
(Jurnal mengakui penambahan aset tanah)

▪ Jurnal untuk SKPKD (yang menyerahkan aset tanah)


Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx RK PPKD 1.000.000.000
Aset Tanah 1.000.000.000
(Jurnal mengakui mutasi keluar atas aset
tanah)

3. Perolehan/ penyerahan aset tanah melalui hibah/donasi


Contoh Kasus:
Pada tanggal 23 Nopember 20xx, telah diterima hibah sebidang tanah dari
Pemerintah Pusat atas tanah milik pemerintah pusat yang dihibahkan untuk

18 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


operasional pemerintah daerah dengan penyerahan bukti sertifikat hak milik
dan dibuatkan berita acara serah terima. Tanah tersebut memiliki harga
perolehan sebesar Rp.500.000.000,00. Maka jurnal yang dibentuk adalah :
o Jurnal untuk Pemerintah Daerah yang menerima hibah aset tanah:
Tanggal Uraian Debet Kredit
23 Nop 20xx Aset Tanah 500.000.000
Pendapatan Hibah – LO 500.000.000
(Jurnal mengakui penerimaan hibah atas
aset tanah)

o Jurnal untuk Pemerintah Pusat yang menyerahkan hibah tanah


Tanggal Uraian Debet Kredit
23 Nop 20xx Beban Hibah 500.000.000
Aset Tanah 500.000.000
(Jurnal mengakui penyerahan hibah atas
aset tanah)

B. AKUNTANSI PERALATAN DAN MESIN


Peralatan dan mesin menurut PSAP No 07 mencakup mesin-mesin dan
kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor dan peralatan
lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas)
bulan dan dalam kondisi siap pakai. Kelompok aset peralatan dan mesin berupa
alat-alat berat, alat kantor, alat angkutan, alat kedokteran, alat komunikasi, dan
lain sebagainya. Peralatan dan mesin dimaksud adalah peralatan dan mesin yang
akan digunakan untuk operasional pemerintahan atau digunakan untuk
kepentingan umum. Sementara untuk peralatan dan mesin yang akan diserahkan
kepada pihak lain tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tetap melainkan
dikelompokkan pada aset persediaan.
Pengakuan peralatan dan mesin dapat dilakukan apabila terdapat bukti
bahwa hak/ kepemilikan telah berpindah yang ditandai dengan berita acara serah
terima pekerjaan, dan untuk kendaraan bermotor dilengkapi dengan bukti
kepemilikan kendaraan.

19 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Perolehan peralatan dan mesin dapat melalui pembelian, pembangunan,
tukar menukar, hibah/ donasi dan lain sebagainya. Harga perolehan untuk
peralatan dan mesin termasuk dengan biaya yang dikeluarkan dalam memperoleh
aset tersebut yang terdiri dari harga beli, biaya pengangkutan, biaya instalasi serta
biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan
dan mesin tersebut siap digunakan. Dapat kita ilustrasikan perhitungannya
sebagai berikut:
Contoh Kasus :
Dinas Pariwisata berencana akan membeli 10 unit Running Text yang akan
dipasang di beberapa titik sebagai sarana promosi pariwisata, dengan harga
Rp.2.500.000,- biaya angkut sebesar Rp.300.000,- dan biaya pemasangan sebesar
Rp.500.000,- maka harga perolehan untuk aset tersebut adalah sebagai berikut:
Harga Perolehan :
- Harga beli Rp. 25.000.000,-
- Biaya Angkut Rp. 300.000,-
- Biaya pemasangan Rp. 500.000,-
Jumlah Rp. 25.800.000,-
Maka harga perolehan yang dicatat sebagai nilai aset running text tersebut
adalah sebesar Rp.25.800.000,-
Terdapat beberapa transaksi terkait peralatan dan mesin, antara lain:
mutasi aset antar entititas, reklasifikasi dari satu jenis aset ke jenis aset lainnya,
aset yang dihibahkan dan aset yang tidak masuk pada golongan aset tetap karena
tidak memenuhi kriteria sehingga masuk pada aset extrakomptable, serta adanya
koreksi atas nilai aset tetap tahun anggaran sebelumnya. Transaksi-transaksi
tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
1. Peralatan dan Mesin yang diperolah dari Pembelian (Belanja Modal)
Contoh Kasus:
Pada tanggal 20 Agustus 20xx, Dinas Lingkungan Hidup membeli beberapa
peralatan dan mesin antara lain 5 unit komputer yang masing-masing seharga
Rp.8.000.000, dan 10 unit kursi kerja masing-masing seharga Rp.300.000,-
yang akan digunakan untuk keperluan operasional serta membeli 100 gerobak
20 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
sampah masing-masing seharga Rp.500.000,00 yang akan dibagikan ke setiap
lingkungan masyarakat.
Buatlah jurnal yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup atas transaksi
tersebut.
Penyelesaian untuk ketiga transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
o 5 unit komputer @Rp.8.000.000,- = Rp.40.000.000,-
Nilai kapitalisasi untuk 1 unit komputer adalah sebesar Rp.1.500.000,-
sehingga memenuhi kriteria pada aset tetap, maka dalam penganggaran
dimasukkan pada belanja modal. Dan jurnal yang dapat dibentuk dari
perolehan aset tersebut sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
20 Agst 20xx Belanja Modal Pengadaan Komputer 40.000.000
Estimasi Perubahan SAL 40.000.000
(Jurnal mengakui belanja LRA)

20 Agst 20xx Komputer PC 40.000.000


Kas di Kas Bendahara Pengeluaran 40.000.000
(Jurnal mengakui aset / Jurnal Akrual)

o 10 unit kursi kerja @Rp.300.000,- = Rp.3.000.000,-


Nilai kapitalisasi untuk 1 unit alat kantor adalah sebesar Rp.500.000,-
sehingga tidak memenuhi kriteria pada aset tetap, maka dalam
penganggaran pengadaan kursi kerja tersebut masuk dalam belanja
barang dan jasa karena dapat dikategorikan pada aset extrakomptable.
Jurnal yang dibentuk dari transaksi ini sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
20 Agst 20xx Belanja Pengadaan Perlengkapan Kantor 3.000.000
Estimasi Perubahan SAL 3.000.000
(Jurnal mengakui belanja LRA)

20 Agst 20xx Beban Pengadaan Perlengkapan Kantor 3.000.000


Kas di Kas Bendahara Pengeluaran 3.000.000
(Jurnal mengakui beban pada Laporan
Operasional)

21 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


o 100 unit gerobak sampah @Rp.500.000,00 = Rp.50.000.000,-
Nilai kapitalisasi untuk 1 unit alat kantor dan rumah tangga adalah
sebesar Rp.500.000,- sehingga masuk pada kategori aset tetap, akan
tetapi aset tersebut bukan digunakan untuk operasional pemerintahan
melainkan akan dibagikan kepada kelompok masyarakat, maka
pengadaan atas peralatan tersebut harus dianggarkan pada belanja
barang dan jasa. Jurnal yang dapat dibentuk dari transaksi tersebut
sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
Belanja Barang yang akan diserahkan
20 Agst 20xx 50.000.000
kepada masyarakat
Estimasi Perubahan SAL 50.000.000
(Jurnal mengakui belanja LRA)

Beban Barang yang akan diserahkan kepada


20 Agst 20xx 50.000/000
masyarakat
Kas di Kas Bendahara Pengeluaran 50.000.000
(Jurnal mengakui beban pada Laporan
Operasional)
2. Peralatan dan Mesin yang diperoleh dari hibah/ donasi dari pihak lain
Contoh Kasus:
Pada tanggal 7 September 20xx Badan Penanggulangan Bencana Daerah
mendapatkan hibah/ bantuan dari Pemerintah Pusat berupa 1 unit mobil
senilai Rp.300.000.000 untuk operasional penanggulangan bencana di daerah.
BPBD telah menerima Berita Acara Serah Terima Barang yang ditandatangani
oleh pihak yang terkait serta surat kelengkapan kepemilikan kendaraan.
Bagaimanakah jurnal yang akan dibentuk untuk transaksi tersebut?
Penyelesaian untuk transaksi diatas adalah sebagai berikut:
Hibah yang diterima oleh BPBD harus dicatat dalam jurnal karena telah
menerima berita acara serah terima barang dan surat kepemilikan kendaraan
sebagai dasar pengakuan atas aset yang diterima. Maka jurnal yang akan
dibentuk sebagai berikut:

22 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


o Jurnal untuk pihak yang menerima hibah barang, dalam hal ini adalah
pihak BPBD yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
7 Sept 20xx Kendaraan Dinas Roda 4 300.000.000
Pendapatan Hibah – LO 300.000.000
(Jurnal mengakui penerimaan hibah atas
aset kendaraan dinas)

o Jurnal untuk pihak yang menyerahkan hibah barang, dalam hal ini adalah
pihak Pemerintah Pusat yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
7 Sept 20xx Beban Hibah 300.000.000
Kendaraan Dinas Roda 4 300.000.000
(Jurnal mengakui penyerahan hibah atas
aset kendaraan dinas)

3. Peralatan dan Mesin yang diperoleh dari mutasi aset antar entitas
Contoh Kasus:
Pada tanggal 30 Maret 20xx telah dimutasikan 2 unit kendaraan dinas roda 2
dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah ke Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi untuk operasional pemerintahan yang dilengkapi dengan berita
acara serah terima barang serta surat kepemilikan kendaraan. Harga perolehan
kendaraan tersebut adalah Rp.14.000.000,- dengan akumulasi penyusutan
sebesar Rp.4.000.000,- Maka jurnal yang akan dibentuk untuk transaksi
tersebut adalah sebagai berikut:
o Jurnal untuk entitas yang menerima mutasi barang, dalam hal ini adalah
untuk Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
30 Mar 20xx Kendaraan Dinas Roda 2 28.000.000
Akumulasi Penyusutan Kendaraan Dinas
8.000.000
R2
RK PPKD 20.000.000
(Jurnal mengakui penerimaan mutasi atas
aset kendaraan dinas)

23 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


o Jurnal untuk entitas yang menyerahkan mutasi barang, dalam hal ini
adalah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
30 Mar 20xx Akumulasi Penyusutan Kendaraan Dinas R2 8.000.000
RK PPKD 20.000.000
Kendaraan Dinas Roda 2 28.000.000
(Jurnal mengakui penyerahan mutasi atas
aset kendaraan dinas)

4. Peralatan dan Mesin yang dilakukan reklasifikasi terhadap jenis aset yang
lainnya
Contoh Kasus:
Pada tanggal 30 Juni 20xx SKPKD dan Dinas Pertanian telah dilakukan
rekonsiliasi aset tetap dengan hasil sebagai berikut:
1) 5 unit komputer PC yang rusak berat sehingga tidak dapat digunakan
dalam operasional pemerintahn, aset tersebut memiliki harga perolehan
sebesar masing-masing Rp.5.000.000 dengan nilai akumulasi penyusutan
yang sama dengan harga perolehannya.
2) Ditemukan 10 unit kursi kerja dalam KIB dengan harga perolehan
Rp.200.000 dan nilai akumulasi penyusutan sebesar Rp.50.000, karena
memiliki nilai dibawah kapitalisasi, maka dimasukkan pada aset
extrakomptable
3) 2 unit meja hias dengan harga perolehan sebesar Rp.350.000 yang
dimasukkan pada belanja modal tahun berjalan.
Dari contoh kasus di atas, Dinas Pertanian harus membuat jurnal sebagai
berikut:
o 5 unit komputer yang rusak berat harus dilakukan reklasifikasi ke aset
lainnya pada kelompok aset rusak berat,
Harga perolehan komputer : 5 unit @Rp.5.000.000,- = Rp.25.000.000,-
Akumulasi penyusutan sama dengan harga perolehan sebesar
Rp.25.000.000,- maka jurnalnya yaitu:

24 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Tanggal Uraian Debet Kredit
30 Juni 20xx Aset Lainnya – Rusak Berat 25.000.000
Akumulasi Penyusutan Komputer 25.000.000
Komputer PC 25.000.000
Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya 25.000.000
(Jurnal yang mengakui reklasifikasi aset
peralatan dan mesin ke aset lainnya)

o 10 unit kursi kerja yang bernilai dibawah kapitalisasi harus


direklasifikasikan ke aset extrakomptable,
Harga perolehan : 10 unit kursi kerja @Rp.200.000,- = Rp.2.000.000,-
Akumulasi Penyusutan : 10 unit kursi kerja @Rp.50.000,- =
Rp.500.000,-
maka jurnal yang dibuat yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
30 Juni 20xx Ekuitas - Koreksi Aset Tetap 1.500.000
Akumulasi Penyusutan Alat Kantor dan
500.000
Rumah tangga
Kursi Kerja 2.000.000
(Jurnal untuk reklasifikasi peralatan dan
mesin ke aset extrakomptable)

o 2 unit meja hias dibawah nilai kapitalisasi tidak dimasukkan pada


belanja modal, akan tetapi dimasukkan pada belanja barang dan jasa
karena tidak masuk pada kategori aset tetap peralatan dan mesin,
Harga perolehan : 2 unit meja hias @Rp.350.000,- = Rp.700.000,-
maka jurnal yang dibuat yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
30 Juni 20xx Beban Lain-lain 700.000
Meja hias 700.000
(Jurnal untuk reklasifikasi peralatan dan
mesin ke aset extrakomptable dari Belanja
Modal tahun berjalan)

25 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


5. Koreksi atas aset tetap peralatan dan mesin
Contoh Kasus :
Pada tanggal 31 Desember 20xx setelah dilakukan pemeriksaan ulang aset
tetap pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ditemukan adanya 10 unit lemari
arsip yang belum tercatat memiliki harga perolehan sebesar Rp.5.000.000
dengan perkiraan akumulasi penyusutan sebesar Rp.3.000.000,- dan adanya
koreksi atas nilai akumulasi penyusutan alat kantor tahun sebelumnya sebesar
Rp.1.457.000,- maka jurnal yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
o Aset yang belum tercatat dalam KIB harus dibuat jurnal untuk mengakui
adanya aset tersebut,
Harga perolehan : 10 unit @Rp.5.000.000,- = Rp. 50.000.000,-
Akumulasi penyusutan : 10 unit @Rp.3.000.000,- = Rp.30.000.000,-
Maka jurnal yang dibuat yaitu :
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Lemari Arsip 50.000.000
Akumulasi Penyusutan alat kantor 30.000.000
Ekuitas – Koreksi Aset Tetap 20.000.000
(Jurnal untuk mengakui pencatatan lemari
arsip)

o Koreksi nilai atas akumulasi penyusutan tahun sebelumnya dibuat jurnal


sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
Ekuitas – Koreksi nilai Akumulasi
31 Des 20xx 1.457.000
Penyusutan
Akumulasi Penyusutan Alat Kantor 1.457.000
(Jurnal untuk mencatat koreksi nilai tahun
sebelumnya)

C. AKUNTANSI GEDUNG DAN BANGUNAN


Menurut PSAP Nomor 07, aset daerah yang termasuk pada gedung dan
bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap pakai. Termasuk dalam kelompok gedung dan bangunan adalah perkantoran,

26 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


rumah dinas, bangunan tempat ibadah, bangunan menara, monumen/ bangunan
bersejarah, gudang dan gedung museum.
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, bangunan
gedung adalah wujud fisik pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamanaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus lainnya.
Gedung dan bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk
pembangunan gedung dan bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh
untuk keperluan dimaksud dimasukkan ke dalam kelompok tanah. Pengakuan
gedung dan bangunan akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa
telah terjadi pemindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum,
misalnya akta jual beli atau berita acara serah terima.
Aset tetap gedung dan bangunan dinilai dengan biaya perolehan, yang
terdiri dari harga konstruksinya termasuk biaya-biaya lainnya seperti biaya
konstruksi seperti biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak, kegiatan Detail
Engeenering Design (DED). Biaya tersebut sudah termasuk dalam kontrak kerja
yang merupakan gabungan dari biaya perolehan. Adapun jika perolehan gedung
dan bangunan dilakukan secara swakelola maka biaya yang diatribusikan antara
lain:
1) Biaya langsung untuk upah tenaga kerja, bahan baku
2) Biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,
perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan
3) Semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap
tersebut.
Contoh Kasus:
Satuan Pendidikan SMPN 1 membangun mushola sekolah dengan swakelola
dengan biaya bahan baku sebesar Rp.70.000.000,- biaya angkut sebesar
Rp.250.000,- dan upah tenaga kerja sebesar Rp.10.000.000,-. Dari belanja

27 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


tersebut, maka harga perolehan yang dicatat sebagai aset gedung dan bangunan
yaitu:
• Harga perolehan Rp. 70.000.000,-
• Biaya Angkut Rp. 250.000,-
• Upah tenaga kerja Rp. 10.000.000,- +
Jumlah Perolehan Rp. 80.250.000,-
Perolehan gedung dan bangunan dapat melalui pembelian, pembangunan,
tukar menukar, hibah/ donasi dan lainnya. Perolehan melalui pembelian dapat
dilakukan dengan pembelian tunai, kredit, atau angsuran. Perolehan melalui
pembangunan dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau
melalui kontrak konstruksi.
Terdapat beberapa transaksi yang menyebabkan aset gedung dan
bangunan bertambah atau berukurang antara lain: pembelian, penerimaan atau
penyerahan hibah/ donasi, mutasi aset antar entitas, atau perubahan nilai/
koreksi. Transaksi tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
1. Perolehan gedung dan bangunan melalui pembelian dan/atau pembangunan
Contoh Kasus:
a) Jika hanya membangun dari tanah milik daerah yang sudah ada
Pada tanggal 25 Maret 20xx, Sekretariat Daerah membangun ruang baru
untuk gudang dengan nilai perolehan sebesar Rp.100.000.000,-. Jurnal
yang dilakukan saat memperoleh gedung tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Pengadaan Gedung untuk
25 Mar 20xx 100.000.000
Gudang
Estimasi Perubahan SAL 100.000.000
(Jurnal mengakui belanja LRA)

25 Mar 20xx Bangunan Gudang 100.000.000


Kas di Kas Bendahara Pengeluaran 100.000.000
(Jurnal mengakui aset gedung dan
bangunan)

b) Jika membeli tanah beserta bangunannya

28 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Pada tanggal 14 April 20xx, Dinas Perumahan membeli sebidang tanah dan
bangunan gedung kantor dengan harga perolehan tanah sebesar
Rp.1.000.000.000,- dan harga beli bangunan sebesar Rp.4.000.000.000,-
dengan biaya notaris dan balik nama sebesar Rp.30.000.000,- dan Pajak
sebesar Rp.500.000.000,-. Pencairan untuk perolehan tersebut
menggunakan SPM/SP2D LS.
Biaya perolehan untuk gedung kantor termasuk tanahnya adalah sebesar:
• Harga beli tanah Rp. 1.000.000.000,-
• Harga beli bangunan Rp. 4.000.000.000,-
• Biaya notaris dan balik nama Rp. 30.000.000,-
• Pajak Rp. 500.000.000,- +
Jumlah perolehan Rp. 5.530.000.000,-
Untuk mengalokasikan biaya notaris dan balik nama serta pajak dapat
diajukan dengan rata-rata tertimbang, sehingga nilai masing-masing tanah
serta gedung dan bangunan adalah sebagai berikut:
Tanah = Rp.1.000.000.000 + (Rp.530.000.000 X 1/5) = Rp.1.106.000.000,-
Bangunan = Rp.4.000.000.000 + (Rp.530.000.000 X 4/5) = Rp.4.424.000.000,-
Jurnal yang dibuat untuk transaksi diatas adalah :

Tanggal Uraian Debet Kredit


14 April 20xx Tanah 1.106.000.000
Gedung Kantor 4.424.000.000
Estimasi Perubahan SAL 5.530.000.000
(Jurnal mengakui belanja LRA)

14 April 20xx Tanah 1.106.000.000


Gedung Kantor 4.424.000.000
Kas di Kas Bendahara Pengeluaran 5.530.000.000
(Jurnal mengakui aset gedung dan
bangunan)

29 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


2. Perolehan atau pengurangan gedung dan bangunan yang dihibahkan/
didonasikan kepada pihak lain
Contoh Kasus:
Pada tanggal 17 Juni 20xx Pemerintah Kabupaten memberikan hibah sebuah
gedung kantor yang akan digunakan untuk operasional BUMD dengan harga
perolehan Rp.500.000.000,- dengan akumulasi penyusutan sebesar
Rp.90.000.000,-.
Dari transaksi tersebut dapat dibuat jurnal sebagai berikut:
o Jurnal yang dibuat oleh pihak yang menerima hibah gedung dan
bangunan, dalam hal ini adalah BUMD yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
17 Juni 20xx Gedung Kantor 500.000.000
Akumulasi Penyusutan Gedung Kantor 90.000.000
Pendapatan Hibah – LO 410.000.000
(Jurnal mengakui penerimaan hibah atas
aset gedung dan bangunan)

o Jurnal yang dibuat oleh pihak yang menyerahkan hibah gedung dan
bangunan, dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
17 Juni 20xx Beban Hibah 410.000.000
Akumulasi Penyusutan Gedung Kantor 90.000.000
Gedung Kantor 500.000.000
(Jurnal mengakui penyerahan hibah atas
aset gedung dan bangunan)

3. Penambahan atau pengurangan dari adanya mutasi aset tetap gedung dan
bangunan antar entitas
Contoh Kasus:
Pada tanggal 6 Agustus 20xx Dinas Koperasi melakukan mutasi aset tetap
gedung dan bangunan untuk digunakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
dengan harga perolehan sebesar Rp. 750.000.000,- dan nilai akumulasi
penyusutannya sebesar Rp.230.000.000,- maka jurnal yang dapat dibuat adalah
sebagai berikut:
30 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
o Jurnal yang dibuat untuk entitas yang menerima mutasi aset gedung dan
bangunan, dalam hal ini adalah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
6 Agust 20xx Gedung Kantor 750.000.000
Akumulasi Penyusutan Gedung Kantor 230.000.000
RK PPKD 520.000.000
(Jurnal mengakui penerimaan mutasi atas
aset gedung dan bangunan)

o Jurnal yang dibuat untuk entitas yang menyerahkan mutasi aset gedung
dan bangunan, dalam hal ini adalah Dinas Koperasi yaitu :
Tanggal Uraian Debet Kredit
6 Agust 20xx Akumulasi Penyusutan Kendaraan Dinas R2 230.000.000
RK PPKD 520.000.000
Kendaraan Dinas Roda 2 750.000.000
(Jurnal mengakui penyerahan mutasi atas
aset gedung dan bangunan)

4. Adanya reklasifikasi atas satu jenis aset tetap ke jenis aset yang lainnya
Contoh Kasus:
Pada tanggal 30 Juni 20xx dilakukan inventarisasi ulang atas aset tetap yang
dikuasai oleh setiap SKPD, dari kegiatan inventarisasi tersebut terdapat
kesalahan dalam mengklasifikasikan bangunan irigasi dengan nilai perolehan
sebesar Rp.130.000.000,- dan memiliki nilai akumulasi penyusutan sebesar
Rp.50.000.000,- sehingga harus dilakukan reklasifikasi aset.
Dari peristiwa tersebut maka SKPD harus melakukan jurnal untuk mengalihkan
kelompok aset tersebut yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
30 Juni 20xx Irigasi 130.000.000
Akumulasi Penyusutan Gedung Kantor 50.000.000
Gedung Kantor 130.000.000
Akumulasi Penyusutan Irigasi 50.000.000
(Jurnal yang mengakui reklasifikasi aset
gedung dan bangunan ke aset jalan,irigasi
dan jaringan)

31 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


5. Adanya koreksi nilai atas aset tetap gedung dan bangunan
Contoh Kasus:
Pada pemeriksaan BPK atas aset tetap, ditetapkan adanya koreksi nilai atas
aset tetap gedung dan bangunan berupa monumen yang belum tercatat
sebesar Rp.40.000.000,- dengan nilai akumulasi penyusutan sama besar
dengan nilai perolehannya, serta sebuah bangunan gedung kantor yang telah
dihibahkan di tahun anggaran sebelumnya namun baru selesai proses hibahnya
pada tahun berjalan sebesar Rp.450.000.000,- dengan nilai akumulasi
penyusutan sebesar Rp.200.000.000,-
Dari peristiwa tersebut SKPD harus membuat jurnal koreksi atas aset tetap
yaitu:
o Jurnal untuk mengoreksi bangunan monumen yang belum tercatat yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Bangunan Monumen 40.000.000
Akumulasi Penyusutan Bangunan
40.000.000
Monumen
(Jurnal mengakui bangunan monumen yang
belum tercatat)

o Jurnal untuk mengoreksi bangunan yang sudah dihibahkan pada tahun


sebelumnya namun masih tercatat di kartu inventaris maka perlu dibuat
koreksi yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Akumulasi Penyusutan Gedung Kantor 200.000.000
Ekuitas – Koreksi Aset Gedung Kantor 250.000.000
Bangunan Gedung Kantor 450.000.000
(Jurnal koreksi atas bangunan gedung
kantor yang masih tercatat)

D. AKUNTANSI JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN


Menurut PSAP 07, jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, irigasi dan
jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Jalan, irigasi dan jaringan tersebut selain

32 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


digunakan dalam kegiatan pemerintah juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Termasuk dalam klasifikasi jalan, irigasi dan jaringan adalah jalan raya, jembatan,
bangunan air, instalasi air bersih, instalasi pembangkit listrik, jaringan air minum,
jaringan listrik dan jaringan telepon.
Jalan, irigasi dan jaringan diakui sebagai aset tetap pada saat telah diterima
atau diserahkan hak kepemilikannya dan/ atau pada saat penguasaannya
berpindah serta telah siap dipakai. Perolehan jalan, irigasi dan jaringan pada
umumnya dengan pembangunan, baik membangun sendiri (swakelola) maupun
melalui kontrak konstruksi.
Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh melalui
kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa
konsultan, biaya pengosongan, pajak, kontrak konstruksi, dan pembongkaran.
Sedangkan untuk biaya perolehan jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun dengan
swakelola meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung yang terdiri dari biaya
bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan
pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan, pajak dan pembongkaran.
Contoh Kasus:
Pada bulan Juni 20xx, Sekretariat DPRD membangun jaringan internet yang akan
digunakan untuk operasional kantor dengan harga beli perlengkapan jaringan
sebesar Rp.5.000.000,- (sudah termasuk pajak) dengan biaya pemasangan sebesar
Rp.1.500.000,- dan paket internet bulanan sebesar Rp.10.000.000,-
Harga perolehan untuk mengakui aset jaringan internet tersebut adalah sebagai
berikut:
Harga beli perlengkapan jaringan Rp. 5.000.000
Biaya pemasangan jaringan Rp. .500.000 +
Jumlah Perolehan Rp. 5.500.000
Untuk harga perolehan jaringan internet adalah sebesar Rp.5.500.000,-
Berikut adalah transaksi yang terkait dengan aset jalan, irigasi dan jaringan
beserta jurnal yang harus dibuat antara lain:
1. Perolehan aset jalan, irigasi dan jaringan dari pembelian
Contoh Kasus:
33 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
Pada tanggal 24 Mei 20xx, Dinas Pertanian membangun jaringan irigasi
dengan nilai kontrak sebesar Rp.125.000.000,- dan telah dilakukan pencairan
dengan menggunakan SPM/SP2D LS.
Jurnal yang akan dibuat untuk transaksi tersebut yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
24 Mei 20xx Bangunan Irigasi 125.000.000
Estimasi Perubahan SAL 125.000.000
(Jurnal mengakui belanja LRA)

24 Mei 20xx Bangunan Irigasi 125.000.000


Kas di Kas Bendahara Pengeluaran 125.000.000
(Jurnal mengakui aset gedung dan
bangunan)

2. Perolehan aset jalan, irigasi dan jaringan berasal dari hibah/ donasi
Contoh Kasus:
Pada Tanggal 25 Agustus 20xx, Dinas Perhubungan mendapatkan hibah dari
pemerintah pusat berupa jaringan listrik ke desa sebanyak 10 titik dengan
nilai kontrak sebesar Rp.500.000.000,- dan sudah diserahterimakan oleh
pihak yang terkait.
Dari transaksi tersebut jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
o Jurnal yang dibuat oleh pihak yang menerima hibah, dalam hal ini adalah
Dinas Perhubungan yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
25 Agt 20xx Jaringan Listrik 500.000.000
Pendapatan Hibah – LO 500.000.000
(Jurnal mengakui penerimaan hibah atas
aset jaringan listrik desa)
o Jurnal yang dibuat oleh pihak yang menyerahkan hibah, dalam hal ini
adalah pemerintah pusat, yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
25 Agt 20xx Beban Hibah 500.000.000
Jaringan Listrik 500.000.000
(Jurnal mengakui penyerahan hibah atas
aset jaringan listrik)

34 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


3. Adanya mutasi aset tetap jalan, irigasi dan jaringan antar entitas
Contoh Kasus:
Pada tanggal 16 juni 20xx Adanya perpindahan aset jalan dari Dinas Pekerjaan
Umum ke Kecamata karena merupakan area perkantoran di Kecamatan.
Berita Acara serah terima untuk mutasi tersebut telah di tandatangani oleh
pihak terkait. Jalan tersebut memiliki harga perolehan sebesar
Rp.50.000.000,- dengan nilai akumulasi pernyusutan sebesar Rp.5.000.000,-
Dari transaksi tersebut maka diperoleh :
Harga Perolehan Aset Jalan Rp.50.000.000,-
Akumulasi penyusutan jalan Rp. 5.000.000,-
Maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
o Jurnal yang dibuat oleh pihak yang menerima mutasi aset, dalam hal ini
adalah Kecamatan yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
16 Juni 20xx Jalan Kantor 50.000.000
Akumulasi Penyusutan Jalan Kantor 5.000.000
RK PPKD 45.000.000
(Jurnal mengakui penerimaan mutasi atas
aset jalan)

o Jurnal yang dibuat oleh pihak yang menyerahkan mutasi aset, dalam hal
ini adalah Dinas Pekerjaan Umum yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
16 Juni 20xx RK PPKD 45.000.000
Akumulasi Penyusutan Jalan Kantor 5.000.000
Jalan Kantor 50.000.000
(Jurnal mengakui pengeluaran mutasi atas
aset jalan)

4. Adanya perpindahan jenis aset karena kesalahan klasifikasi jenis aset


Contoh Kasus:
Pada tanggal 15 Desember 20xx dilakukan inventarisasi aset tetap untuk jalan,
irigasi dan jaringan, dan terdapat aset jaringan internet yang tidak sesuai yaitu

35 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


masuk pada aset peralatan dan mesin dengan nilai perolehan sebesar
Rp.25.000.000,- dengan akumulasi penyusutan sebesar Rp.5.000.000,-
Dari peristiwa tersebut maka SKPD harus membuat jurnal untuk melakukan
reklasifikasi atas aset peralatan jaringan internet ke aset jaringan internet.
Maka jurnal tersebut yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
15 Des 20xx Jaringan Internet 25.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan Jar.
5.000.000
Internet
Peralatan Jaringan Internet 25.000.000
Akumulasi Penyusutan Jaringan Internet 5.000.000
(Jurnal yang mengakui reklasifikasi aset
peralatan jaringan internet ke aset jaringan
internet)

5. Adanya koreksi nilai atas aset jalan, irigasi dan jaringan pada tahun
sebelumnya
Contoh Kasus:
Pada akhir tahun dilakukan pemeriksaan terhadap aset jalan, irigasi dan
jaringan. Dari pemeriksaan tersebut terdapat kesalahan input data atas aset
jalan pada tahun sebelumnya dengan nilai koreksi sebesar Rp.35.000.000,-
dengan nilai akumulasi penyusutan jalan sebesar Rp.7.000.000,- dan jalan
yang dibangun pada tahun berjalan untuk desa masih dicatat sebagai aset
daerah sebesar Rp. 375.000.000,-
Jurnal yang dibuat untuk peristiwa tersebut adalah sebagai berikut:
o Jurnal atas koreksi tahun sebelumnya yang kurang catat atas aset jalan
yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Jalan 35.000.000
Akumulasi Penyusutan Jalan 7.000.000
Ekuitas – Koreksi Aset Jalan 28.000.000
(Jurnal untuk mengoreksi nilai aset jalan
yang kurang catat)

36 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


o Jurnal atas koreksi tahun berjalan untuk aset yang dihibahkan kepada
pemerintah desa yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Beban Hibah 375.000.000
Jalan 375.000.000
(Jurnal untuk mengakui hihah aset jalan
untuk pemerintah desa)

E. AKUNTANSI ASET TETAP LAINNYA


Menurut PSAP 07 menyatakan bahwa aset tetap lainnya mencakup aset
tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, serta jalan, irigasi dan jaringan, yang
diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap pakai. Aset yang termasuk pada aset tetap lainnya adalah koleksi
perpustakaan/ buku dan non buku, barang bercorak
kesenian/kebudayaan/olahraga, hewan, ikan dan tanaman. Termasuk aset tetap
lainnya adalah aset tetap renovasi yaitu biaya renovasi atas aset tetap yang bukan
miliknya, dan biaya partisi suatu ruangan kantor yang bukan miliknya.
Aset tetap lainnya diakui pada saat telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah serta telah siap
dipakai oleh entitas. Khusus mengenai pengakuan biaya renovasi atas aset tetap
yang bukan milik dapat mengacu pada buletin teknis nomor 04 tentang Penyajian
dan Pengungkapan Belanja Pemerintah Daerah yaitu:
1) Apabila renovasi aset tetap tersebut meningkatkan manfaat ekonomi dan
sosial aset tetap misalnya perubahan fungsi gedung dari gudang menjadi
ruangan kerja dan kapasitasnya naik, maka renovasi tersebut dikapitalisasi
sebagai Aset Tetap-Renovasi. Apabila tidak menambah manfaat ekonomi dan
sosial maka dianggap sebagai beban operasional.
2) Apabila manfaat ekonomi renovasi tersebut lebih dari satu tahun buku, dan
memenuhi poin (1) di atas, biaya renovasi dikapitalisasi sebagai Aset Tetap-
Renovasi, sedangkan apabila manfaat ekonomik kurang dari satu tahun buku,

37 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


maka pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai Beban Operasional Tahun
Berjalan
3) Apabila jumlah nilai moneter biaya renovasi tersebut material dan memenuhi
syarat di atas, maka pengeluaran tersebut dikapitalisasi sebagai Aset Tetap-
Renovasi. Apabila tidak material maka dianggap sebagai Beban Operasional.
Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk aset tersebut hingga siap dipakai. Biaya aset tetap lainnya yang
diperoleh menggunakan kontrak meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan
danpengawasan, biaya perizina, pajak dan jasa konsultan. Untuk aset yang
diperoleh dengan swakelola, misal untuk aset renovasi, meliputi belanja langsung
dan belanja tidak langsung yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, serta pajak.
Berikut adalah beberapa peristiwa yang terjadi terkait aset tetap lainnya
beserta jurnal yang dibuat :
1. Aset Tetap Lainnya – Aset Renovasi untuk gedung yang dipinjam dari
pemerintah provinsi
Contoh Kasus:
Pada tanggal 13 Agustus 20xx, Pemerimtah Daerah menempati gedung kantor
yang dipinjam dari Pemerintah Provinsi. Nilai tanah dan gedung masing-
masing Rp.2.000.000.000 dan Rp.5.000.000.000. Pemerintah Daerah
melakukan renovasi atas gedung kantor tersebut dengan nilai total sebesar
Rp.200.000.000,- renovasi tersebut menyebabkan bertambahnya masa
manfaat gedung kantor.
Karena renovasi tersebut menambah masa manfaat, maka diklasifikasikan
sebagai Aset Tetap-Renovasi dan dianggarkan pada Belanja Modal. Jurnal
yang dibuat antara lain:
Tanggal Uraian Debet Kredit
13 Agst 20xx Belanja Modal Renovasi Gedung 200.000.000
Estimasi Perubahan SAL 200.000.000
(Jurnal yang mengakui belanja modal pada
LRA)

38 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


13 Agst 20xx Aset Tetap Lainnya- Aset Tetap Renovasi 200.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 200.000.000
(Jurnal yang dibuat untuk mengakui
renovasi aset tetap lainnya)

2. Perolehan aset tetap lainnya dari hibah/ donasi


Contoh Kasus:
Pada tanggal 5 Oktober 20xx, Dinas Pendidikan mendapatkan hibah buku dari
Kementrian Pendidikan untuk perpustakaan yang tersebar di 100 sekolah
masing-masing mendapatkan buku dengan nilai perolehan sebesar
Rp.20.000.000,-
Harga perolehan untuk 100 sekolah adalah Rp.2.000.000.000,- dan jurnal
yang dibuat adalah sebagai berikut:
o Jurnal yang dibuat oleh pihak yang menerima hibah, dalam hal ini adalah
Dinas Pendidikan yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
05 Okt 20xx Buku Pelajaran 2.000.000.000
Pendapatan Hibah – LO 2.000.000.000
(Jurnal mengakui penerimaan hibah atas
aset tetap lainnya berupa buku pelajaran )

o Jurnal yang dibuat oleh pihak yang menyerahkan hibah, dalam hal ini
adalah Kemetrian Pendidikan :
Tanggal Uraian Debet Kredit
05 Okt 20xx Beban Hibah 2.000.000.000
Buku Pelajaran 2.000.000.000
(Jurnal mengakui beban hibah atas aset
tetap lainnya berupa buku pelajaran )

3. Adanya mutasi aset tetap lainnya antar entitas


Contoh Kasus:
Pada tanggal 14 Nopember 20xx Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
memutasikan buku-buku pelajaran yang akan diberikan kepada 10
perpustakaan sekolah pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, perolehan

39 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


masing-masing sekolah adalah sebesar Rp.10.000.000. untuk peristiwa
tersebut dilakukan jurnal sebagai berikut:
o Jurnal untuk pihak yang menerima mutasi buku pelajaran, dalam hal ini
adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yaitu:
Harga Perolehan 10 perpustakaan @Rp.10.000.000 = Rp,100.000.000,-
Tanggal Uraian Debet Kredit
14 Nop 20xx Buku Pelajaran 100.000.000
RK PPKD 100.000.000
(Jurnal mengakui penerimaan mutasi buku
pelajaran )

o Jurnal untuk pihak yang menyerahkan mutasi buku pelajaran, dalam hal
ini adalah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
14 Nop 20xx RK PPKD 100.000.000
Buku Pelajaran 100.000.000
(Jurnal Mengakui pengeluaran mutasi aset
buku pelajaran)

4. Adanya reklasifikasi jenis atas aset tetap lainnya


Contoh Kasus:
Pada tanggal 30 Juni 20xx pada saat rekonsiliasi aset tetap di Dinas Pariwisata
terdapat belanja alat/corak kesenian yang masuk ke peralatan dan mesin
sehingga perlu dilakukan reklasifikasi aset dari peralatan dan mesin menjadi
aset tetap lainnya sesuai dengan klasifikasinya. Diketahui bahwa harga
perolehannya sebesar Rp.45.000.000,-
Dari peristiwa tersebut Dinas Pariwisata harus melakukan reklasifikasi aset
tetap yaitu mengalihkan aset sesuai dengan klasifikasinya yaitu dari peralatan
dan mesin menjadi aset tetap lainnya. Maka jurnal yang harus dibuat adalah
sebagai berikut:

40 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Tanggal Uraian Debet Kredit
30 Juni 20xx Aset Tetap Lainnya - Alat/Corak Kesenian 45.000.000
Peralatan dan Mesin - Peralatan
45.000.000
Kesenian
(Jurnal untuk memgklasifikasi ulang jenis
aset tetap)

5. Terdapat koreksi nilai atas aset tetap lainnya


Contoh Kasus:
Pada pemeriksaan BPK didapat adanya kekeliruan data aset buku di
perpustakaan daerah karena ada buku yang sudah dibagikan ke masyarakat
namun masih tercatat di laporan tahun sebelumnya. Harga perolehan yang
dikoreksi untuk aset perpustakaan tersebut sebesar Rp.13.000.000,-
Sementara di Dinas Peternakan ditemukan data ada 2 hewan sapi yang mati
karena sakit dengan harga wajar untuk aset sapi tersebut masing-masing
adalah sebesar Rp.50.000.000,-
Maka jurnal yang dilakukan untuk mengakui koreksi tersebut sebagai berikut:
o Jurnal yang dibuat untuk koreksi buku perpustakaan yang masih tercatat
di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Ekuitas – Koreksi Aset Tetap Lainnya 13.000.000
Buku Perpustakaan 13.000.000
(Jurnal untuk membuat koreksi atas aset
tetap lainnya yang masih tercatat)

o Jurnal yang dibuat untuk koreksi hewan yang mati di Dinas Peternakan
yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Ekuitas – Koreksi Aset Tetap Lainnya 100.000.000
Hewan Sapi 100.000.000
(Jurnal untuk membuat koreksi atas aset
tetap lainnya yang masih tercatat)

41 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


F. AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
Menurut PSAP No 08, Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) mencakup
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan dan
aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya
membutuhkan suatu periode tertentu dan belum selesai.
Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola)
atau melalui kerjasama dengan pihak ketiga dengan kontrak konstruksi. Perolehan
melalui kontrak konstruksi pada umumnya memerlukan suatu periode tertentu
yang bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi. Untuk perolehan secara
kontran konstruksi, nilai yang dicatat dalam Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah
sebesar jumlah yang dibayarkan dan yang masih terutang atas perolehan aset.
Sementara untuk perolehan melalui swakelola dihitung dari biaya pembelian
bahan dan upah/gaji yang dibayarkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Apabila pemerintah mengontrakkan pekerjaan tersebut kepada pihak
ketiga dengan perjanjian akan dilakukan penyelesaian lebih dari satu tahun
anggaran, maka penyelesaian bagian tertentu (prosentase selesai) dari pekerjaan
yang disertai Berita Acara penyelesaian, maka pemerintah akan membayar sesuai
dengan tahapan pekerjaan yang diselesaikan dan selanjutnya dibukukan dalan
KDP.
Adapun kontrak konstruksi dapat meliputi:
1) Kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur
2) Kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset
3) Kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
pengawasan konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan value
engineering
4) Kontrak untuk membongkar/menghancurkan atau merestorasi aset dan
restorasi lingkungan setelah penghancuran aset
Apabila satu kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset, konstruksi
dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksiyang terpisah
dengan syarat:
42 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
1) Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset
2) Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta pemberi
kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang berhubungan
dengan masing-masing aset tersebut.
3) Biaya masing-masing aset tersebut dapat diidentifikasikan
Suatu kontrak dapat berisi klausul yang memungkinkan konstruksi aset
tambahan atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah sehingga konstruksi
aset tambahan dapat dimasukkan ke dalam kontrak tersebut. Konstruksi
tambahan diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah jika:
1) Aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan,
teknologi atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak yang semula
2) Harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan harga
kontrak semula
Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan aset yang
dimaksudkan atau digunakan untuk operasional Pemerintah Daerah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya
diklasifikasikan sebagai aset tetap. Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke
pos aset tetap yang bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi:
a. Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan
b. Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan
c. Adanya dokumen Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP)
Berikut beberapa ketentuan sesuai dengan Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Daerah Kabupaten Kuningan antara lain:
• Suatu KDP dimasukkan pada aset yang bersangkutan apabila telah selesai
dikerjakan dan siap digunakan untuk operasional pemerintahan atau
digunakan oleh masyarakat
• KDP dapat diajukan untuk dihapuskan apabila melebihi batas 15 (lima belas)
tahun dengan ketentuan penghapusan yang berlaku
• Eliminasi KDP dari neraca didasarkan pada kurun waktu 5 (lima) tahun sejak
KDP dihentikan dan dinyatakan dalam Surat Pernyataan Penghentian oleh
kepala SKPD dengan persetujuan Bupati.
43 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
• Apabila aset belum selesai dibangun namun sudah dimanfaatkan atau
digunakan oleh SKPD maka aset tersebut masih dicatat sebagai KDP dan
diungkapkan dalam CaLK.
• Apabila aset tetap telah selesai dibangun sebagian, karena sebab tertentu
misalnya bencana alam yang mengakibatkan aset tetap tersebut hilang, maka
penanggung jawab aset tersebut membuat pernyataan hilang karena bencana
alam/force majeur dan atas dasar pernyataan tersebut KDP dapat
dihapusbukukan.
• Pengeluaran yang timbul atas KDP yang dapat memberikan nilai manfaat fisik
maka akan menambah nilai KDP dan dimasukkan sebagai belanja modal,
sementara untuk pengeluaran yang tidak memberikan nilai manfaat fisik
maka hanya diakui sebagai beban atau belanja barang dan jasa.
• Suatu KDP bisa saja dihentikan pembangunannya yang disebabkan oleh
kurang tersedianya dana atau kondisi politik yang tidak memungkinkan, maka
KDP dapat dihentikan secara sementara atau permanen dan kondisi ini tetap
dimasukkan pada neraca sebagai KDP dan dijelaskan dalam CaLK

Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi :


a. Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi
b. Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan umumnya dan dapat
dialokasikan ke konstruksi tersebut
c. Biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan konstruksi yang
bersangkutan.
Sementara itu nilai konstruksi yang dikerjakan oleh pihak ketiga melalui kontrak
konstruksi meliputi:
a. Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat
penyelesaian pekerjaan
b. Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung dengan
pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal pelaporan
c. Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan
pelaksanaan kontrak konstruksi.
44 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
Contoh Kasus:
1. Pengakuan Biaya Perencanaan
Contoh Kasus:
Dalam DPA tahun 20xx, Dinas Kesehatan membangun rumah sakit dalam
kurun waktu 2 tahun dengan rincian biaya sebagai berikut:
- Biaya konstruksi Rp.2.000.000.000
- Biaya perencanaan Rp. 30.000.000
- Biaya pengawasan Rp. 20.000.000 +
Total Biaya Rp.2.050.000.000
Sampai dengan tanggal pelaporan, Dinas Kesehatan baru merealisasikan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan dengan membayar biaya
konsultan/perencanaan sebesar Rp.30.000.000. maka jurnal yang dibuat
untuk mengakui KDP tersebut adalah:
Tanggal Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Pengadaan Gedung dan
31 Des 20xx 30.000.000
Bangunan
Estimasi Perubahan SAL 30.000.000
(Jurnal untuk mengakui belanja pada LRA)

KDP – Bangunan Rumah Sakit 30.000.000


Kas di Bendahara Pengeluaran 30.000.000
(Jurnal untuk mengakui KDP atas gedung
dan bangunan)

2. Pembangunan gedung secara swakelola


Pada tahun 20xx, Satuan Pendidikan membangun gedung secara swakelola.
Anggaran yang tersedia sebesar Rp.500.000.000. pada tanggal 31 Desember
20xx pembangunan fisik baru mencapai 80% dan biaya yang sudah dibayarkan
sejumlah Rp.400.000.000. jurnal yang harus dibuat dari transaksi tersebut
adalah :

45 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Tanggal Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Pengadaan Gedung dan
31 Des 20xx 400.000.000
Bangunan
Estimasi Perubahan SAL 400.000.000
(Jurnal untuk mengakui belanja pada LRA)

KDP – Gedung dan Bangunan 400.000.000


Kas di Bendahara Pengeluaran 400.000.000
(Jurnal untuk mengakui KDP atas gedung
dan bangunan)

3. Pembangunan gedung dengan kontrak konstruksi


Dinas Lingkungan Hidup membangun taman kota dengan sebuah kontrak
konstruksi. Pada tanggal 30 Oktober 20xx menandatangani kontrak konstruksi
dengan nilai kontrak Rp.1.500.000.000,- dan jangka waktu 5 bulan dengan
masa pemeliharaan 1 bulan.
Kententuan kontrak adalah sebagai berikut:
Uang muka : 20% dari nilai kontrak, dibayar setelah kontrak
ditandatangani
Termin I : 50% dari nilai kontrak, dibayar setelah pekerjaan fisik
mencapai 60%
Termin II : 95% dari nilai kontrak, dibayar setelah pekerjaan fisik
mencapai 100%
Retensi : 5% dari nilai kontrak, dibayar setelah selesai masa
pemeliharaan dengan Berita Acara Serah Terima terakhir
Sedangkan realisasi pembayaran adalah sebagai berikut:
Uang muka : Rp.300.000.000 tanggal 10 Nopember 20xx
Termin I (60%) : Rp.450.000.000 tanggal 31 Desember 20xx
Termin II (100%) : Rp.675.000.000 tanggal 25 Maret 20x1
Berita Serah Terima dibuat pada tanggal tersebut.
Berdasarkan kontrak, retensi sebesar 5% akan dibayarkan setelah masa
pemeliharaan yaitu pada tanggal 25 April 20x1
Jurnal yang harus dibuat adalah :

46 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


o Pembayaran uang muka kerja tanggal 10 Nopember 20xx yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
10 Nop 20xx Belanja Modal Bangunan Taman Kota 300.000.000
Estimasi Perubahan SAL 300.000.000
(Jurnal untuk mengakui belanja pada LRA)

KDP – Gedung dan Bangunan 300.000.000


Kas di Bendahara Pengeluaran 300.000.000
(Jurnal untuk mengakui KDP atas bangunan
Taman Kota)

o Pada tanggal 31 Desember 20xx, penyelesaian pekerjaan fisik mencapai


60% (Termin I)
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Belanja Modal Pembangunan Taman Kota 450.000.000
Estimasi Perubahan SAL 450.000.000
(Jurnal untuk mengakui belanja pada LRA)

KDP – Gedung dan Bangunan 450.000.000


Kas di Bendahara Pengeluaran 450.000.000
(Jurnal untuk mengakui KDP atas bangunan
Taman Kota untuk pembayaran termin I)

o Pada tanggal 25 Maret 20x1 (Termin II) dengan penyelesaian fisik 100%
dan telah dibuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Pertama dengan
menahan retensi 5%
Tanggal Uraian Debet Kredit
25 Maret
Belanja Modal Pembangunan Taman Kota 675.000.000
20x1
Estimasi Perubahan SAL 675.000.000
(Jurnal untuk mengakui belanja pada LRA)

KDP – Gedung dan Bangunan 675.000.000


Kas di Bendahara Pengeluaran 675.000.000
(Jurnal untuk mengakui KDP atas bangunan
Taman Kota untuk pembayaran termin II)

47 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


o Pengakuan KDP atas pekerjaan yang sudah diselesaikan tetapi belum
dibayar retensi (5%)
Tanggal Uraian Debet Kredit
25 Maret
KDP- Bangunan Taman Kota 75.000.000
20x1
Utang 75.000.000
(Jurnal untuk mengakui KDP untuk retensi)

o Pengakuan Gedung dan Bangunan yang sudah diselesaikan berdasarkan


Berita Acara Penyelesaian Fisik 100%
Tanggal Uraian Debet Kredit
25 Maret
Bangunan Taman Kota 1.500.000.000
20x1
KDP – Bangunan Taman Kota 1.500.000.000
(Jurnal untuk mengakui Aset bangunan
taman dari KDP )

o Berita Acara Serah Terima Kedua dan pembayaran retensi 5%


Tanggal Uraian Debet Kredit
25 April 20x1 Belanja Modal Pembangunan Taman Kota 75.000.000
Estimasi Perubahan SAL 75.000.000
(Jurnal untuk mengakui belanja pada LRA)

Utang 75.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 75.000.000
(Untuk pembayaran retensi 5%)

4. Penghentian pembangunan gedung


Contoh Kasus:
Sesuai dengan contoh kasus nomor 1, ternyata pemerintah pada bulan
Februasi tahun 20x1 mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan proyek
tersebut dan pada tanggal 1 Mei 20x1 telah diputuskan adanya penghapusan
aset sesuai dengan ketentuan.
Dari peristiwa tersebut diatas, jurnal yang harus dibuat adalah :

48 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Tanggal Uraian Debet Kredit
1 Mei 20x1 Beban Non Operasional 30.000.000
KDP – Bangunan Rumah Sakit 30.000.000
(Jurnal untuk menghapus KDP yang
dihentikan pembangunannya)

5. Sisa bahan pasca konstruksi


Contoh Kasus:
Pada tanggal 31 Oktober 20xx, Dinas Perindustrian melakukan renovasi
gedung kantor secara swakelola, setelah pembangunan selesai diketahui
bahwa pembelian bahan bangunan seperti pasir, batu bata dan semen
berlebih dengan nilai mencapai Rp.10.000.000. atas sisa bahan bangunan
tersebut dibuat jurnal sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Okt 20xx Persediaan 30.000.000
Konstruksi Dalam Pengerjaan 30.000.000
(Jurnal untuk mencatat perolehan
persediaan dari sisa bahan konstruksi)

49 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


AKUNTANSI RENOVASI, PENGHAPUSAN,
DAN PENJUALAN ASET TETAP

A. AKUNTANSI RENOVASI ATAS ASET TETAP


Suatu SKPD dapat melakukan perbaikan/renovasi aset tetap yang dimiliki
atau dikuasainya. Renovasi dapat dilakukan terhadap semua barang milik daerah
dalam kelompok aset tetap, akan tetapi untuk aset tetap tanah dan aset tetap
lainnya jarang ditemukan. Sesuai dengan PSAP 07 yang menyatakan bahwa
“Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang
akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu, produksi atau peningkatan standar
kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.”
Biaya yang dikerluarkan untuk melakukan renovasi yang menambah masa
manfaat akan dimasukkan pada kelompok belanja modal untuk aset terkait.
Sedangkan untuk biaya perawatan sehari-hari untuk mempertahankan suatu aset
tetap dalam kondisi normalnya, termasuk didalamnya biaya untuk pengeluaran
suku cadang, merupakan pengeluaran yang substansinya adalah kegiatan
pemeliharaan dan tidak dikapitalisasi meskipun nilainya signifikan.
Renovasi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Renovasi Aset Tetap Milik Sendiri
Renovasi aset tetap milik sendiri merupakan perbaikan aset tetap di
lingkungan SKPD yang memenuhi syarat kapitaslisasi yang akan menambah
nilai perolehan aset tetap yang bersangkutan. Apabila sampai dengan tanggal
pelaporan renovasi tersebut belum selesai dikerjakan, atau sudah selesai
dikerjakan tapi belum diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai KDP.
Contoh Kasus:
a. Apabila renovasi selesai dilakukan
Pada tanggal 6 Mei 20xx, Dinas Perhubungan telah melakukan
perbaikan/renovasi terhadap terminal dalam kota yang dibiayai oleh APBD
senilai Rp.500.000.000,- pada tanggal 08 Agustus 20xx telah dilakukan
50 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
serah terima pekerjaan dari pihak pengelola pekerjaan kepada Dinas
Perhubungan.
Dari peristiwa tersebut maka Dinas Perhubungan perlu dibuatkan jurnal
untuk mengakui adanya penambahan biaya perolehan atas aset bangunan
terminal. Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Rehabilitasi Bangunan
08 Agst 20xx 500.000.000
Terminal
Estimasi Perubahan SAL 500.000.000
(Jurnal untuk mengakui belanja pada LRA)

08 Agst 20xx Bangunan Terminal 500.000.000


Kas di Bendahara Pengeluaran 500.000.000
(Junrl untuk mengakui penambahan aset
tetap atas rehabilitasi bangunan terminal)

b. Apabila renovasi belum selesai atau belum diserahterimakan


Apabila pada contoh kasus diatas, sampai dengan tanggal 31 Desember
20xx belum dilakukan serah terima pekerjaan, maka jurnal yang harus
dibuat untuk menyesuaikan aset tetap tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Rehabilitasi Bangunan
08 Agst 20xx 500.000.000
Terminal
Estimasi Perubahan SAL 500.000.000
(Jurnal untuk mengakui belanja pada LRA)

08 Agst 20xx KDP – Bangunan Terminal 500.000.000


Kas di Bendahara Pengeluaran 500.000.000
(Junrl untuk mengakui penambahan KDP
atas rehabilitasi bangunan terminal)

2. Renovasi Aset Tetap Bukan Milik-Dalam Lingkup Entitas Pelaporan


Renovasi aset tetap ini mencakup perbaikan aset tetap bukan milik suatu SKPD
yang memenuhi syarat kapitalisasi namun masih dalam satu entitas pelaporan.
Renovasi ini dilakukan apabila ada satu SKPD yang melakukan renovasi aset

51 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


tetap milik SKPD lain yang disebabkan tugas dan fungsi serta lingkup pekerjaan
SKPD tersebut.

Contoh Kasus:
Dinas Perumaha merupakan leading sektor pembangunan dan rehabilitasi
gedung dan bangunan di Pemerintah Daerah, sehingga setiap pembangunan
atau rehabilitasi gedung kantor dilakukan oleh SKPD tersebut. Tercatat untuk
tahun anggaran 20xx, Dinas Perumahan melakukan rehabilitasi terhadap 10
gedung kantor se wilayah Kabupaten, salah satunya adalah gedung kantor
Inspektorat dengan nilai kontrak sebesar Rp.350.000.000,0. Rehabilitasi
tersebut menambah masa manfaat dari gedung dan bangunan karena
merevitalisasi beberapa ruangan agar lebih tepat guna. Pada tanggal 4
Desember 20xx telah dilakukan serah terima pekerjaan dari pihak ketiga dan
pada tanggal 20 Desember 20xx diserahterimakan aset gedung yang sudah
direnovasi kepada Inspektorat.
Dari peristiwa tersebut, dibuat jurnal sebagai berikut:
a. Untuk Dinas Perumahan yang melakukan renovasi
o Jurnal yang dibuat pada saat serah terima pekerjaan dari pihak ketiga
kepada Dinas Perumahan yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Rehabilitasi Bangunan
04 Des 20xx 350.000.000
Kantor
Estimasi Perubahan SAL 350.000.000
(Jurnal untuk mengakui belanja pada LRA)

04 Des 20xx Bangunan Gedung Kantor 350.000.000


Kas di Bendahara Pengeluaran 350.000.000
(Jurnal untuk mengakui rehabilitasi aset
bangunan gedung kantor)

52 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


o Jurnal yang dibuat pada saat diserahterimakan kepada SKPD yang
menguasai aset tetap tersebut, yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
20 Des 20xx RK PPKD 350.000.000
Bangunan Gedung Kantor 350.000.000
(Jurnal mutasi bangunan gedung kantor
yang sudah direnovasi)

b. Untuk Inspektorat yang menguasai aset tetap gedung dan bangunan,


dalam hal ini adalah Inspektorat dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
20 Des 20xx Bangunan Gedung Kantor 350.000.000
RK PPKD 350.000.000
(Jurnal mutasi bangunan gedung kantor
yang sudah direnovasi)

3. Renovasi Aset Tetap Bukan Milik-Diluar Lingkup Entitas Pelaporan


Renovasi aset tetap dalam lingkup ini mencakup perbaikan aset tetap bukan
milik SKPD yang memenuhi kapitalisasi. Pengakuan dan pelaporan untuk
renovasi ini tidak dicatat sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait
karena kepemilikan aset tetap tersebut ada pada pihak lain. Apabila sampai
dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut selesai dilaksanakan maka
digolongkan pada aset tetap lainnya – aset renovasi, namun apabila sampai
dengan tanggal pelaporan belum selesai dilaksanakan maka dimasukan pada
golongan KDP.
Lingkup renovasi ini meliputi:
a. Renovasi Aset Tetap Milik Pemerintah Lainnya
b. Renovasi Aset Tetap Milik Pihak Lain, Selain Pemerintahan (Swasta, BUMD,
Yayasan dll)
Contoh kasus:
1) Balai Diklat meminjam gedung milik pemerintah provinsi dengan pola
pinjam pakai selama 2 tahun untuk digunakan sarana dan prasarana
pendidikan dan pelatihan bagi ASN se Kabupaten. Balai diklat tersebut

53 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


melakukan renovasi terhadap gedung yang menambah fungsi dan masa
manfaat dengan biaya renovasi sebesar Rp.300.000.000,- yang didanai dari
APBD tahun 20xx. Pada tanggal 27 Juli 20xx gedung balai diklat selesai
direnovasi dan telah dilakukan serah terima pekerjaan dari pihak ketiga.
Dari peristiwa tersebut balai diklat harus mengakui belanja renovasi
sebagai belanja modal yang akan menambah nilai aset tetap dari golongan
aset tetap lainnya-aset renovasi. Karena renovasi gedung tersebut
menambah fungsi dan masa manfaat terhadap gedung dan bangunan yang
dipakai.
Dapat dibuat jurnal oleh balai diklat sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Rehabilitasi Bangunan
27 Juli 20xx 300.000.000
Kantor
Estimasi Perubahan SAL 300.000.000
(Jurnal untuk mengakui belanja pada LRA)

27 Juli 20xx Aset Tetap Lainnya – Aset Renovasi 300.000.000


Kas di Bendahara Pengeluaran 300.000.000
(Jurnal untuk mengakui rehabilitasi aset
bangunan gedung kantor)

2) Pada akhir masa pinjam pakai, aset renovasi tersebut diserahkan kepada
pemerintah provinsi dengan mekanisme hibah dan telah diterbitkan berita
acara serah terima hibah antara balai diklat dengan pemerintah provinsi
pada tanggal 5 Desember 20x1.
Dari peristiwa tersebut dapat dibuat jurnal sebagai berikut:
o Jurnal untuk pihak yang menerima hibah aset renovasi, dalam hal ini
adalah Pemerintah Provinsi yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
05 Des 20x1 Bangunan Gedung Kantor 300.000.000
Pendapatan Hibah – LO 300.000.000
(Jurnal untuk mengakui hibah aset renovasi
dari balai diklat)

54 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


o Jurnal untuk pihak yang memberikan hibah aset renovasi, dalam hal ini
adalah balai diklat yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
05 Des 20x1 Beban Hibah 300.000.000
Aset Tetap Lainnya – Aset Renovasi 300.000.000
(Jurnal untuk mengakui hibah aset renovasi
ke Pemerintah Provinsi)

B. AKUNTANSI PENGHAPUSAN DAN PENJUALAN ASET TETAP


Aset tetap yang dihapuskan atau dijual akan dikeluarkan dari neraca, hal
tersebut terjadi disebabkan oleh tidak digunakannya lagi atau sudah habis masa
manfaat atas aset tetap tersebut. Aset tetap yang sudah rusak berat dan tidak
dapat digunakan dalam operasional pemerintahan akan direklasifikasi ke aset
lainnya pada golongan rusak berat sampai selesai proses penghapusan atas aset
tersebut. Sedangkan untuk aset tetap yang dijual harus dihitung nilai buku dan
nilai penjualan sehingga dapat diketahui berapa nilai surplus atau defisit atas
penjualan aset tetap tersebut.
1. Penghapusan Aset Tetap
Tata cara penghapusan aset tetap sesuai dengan alasan yang mendasarinya
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomo 19 Tahu 2016 antara
lain:
1) Penyerahan Barang Milik Daerah kepada Gubernur/Bupati/Walikota
2) Pengalihan Status Penggunaan BMD kepada Pengguna Lain
3) Pemindahtanganan
4) Adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lain
5) Melaksanakan peraturan perundang-undangan
6) Pemusnahan
7) Karena sebab lainnya
Contoh Kasus:
Pada tahun 20xx, SKPKD mencatat terdapat aset tetap yang dihapuskan dari
peralatan dan mesin sebesar Rp.320.000.000,- dengan nilai penyusutan

55 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


sebesar Rp.315.000.000,- yang disebabkan oleh aset tetap telah usang dan
rusak berat sehingga tidak dapat digunakan dalam operasional pemerintahan.
Pada tanggal 30 September 20xx telah ditandatangani berita acara
penghapusan atas aset tersebut sehingga perlu dihapuskan dari neraca dan
dijelaskan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Maka dibuatlah jurnal untuk menyesuaikan peristiwa tersebut yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
30 Sept 20xx Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 315.000.000
Defisit Penghapusan Aset Tetap 5.000.000
Aset Tetap – Peralatan dan Mesin 320.000.000
(Jurnal untuk menghapus aset tetap)

Apabila aset tetap tersebut dilakukan reklasifikasi menjadi aset lainnya, maka
jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
30 Sept 20xx Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 315.000.000
Aset Lainnya 320.000.000
Aset Tetap – Peralatan dan Mesin 320.000.000
Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya 315.000.000
(Jurnal untuk mereklasifikasi aset tetap
menjadi aset lainnya)

30 Sept 20xx Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya 315.000.000


Defisit Penghapusan Aset Tetap 5.000.000
Aset Lainnya 320.000.000
(Jurnal untuk penghapusan aset lainnya)

2. Penjualan Aset Tetap


Aset tetap milik pemerintah daerah juga dapat dilepaskan dengan cara
penjualan melalui lelang oleh KPKNL, sehingga aset tetap tersebut harus
dikeluarkan dari neraca pada saat diterbitkannya risalah lelang atau
dokumen penjualan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Aset tetap yang akan dijual harus diperhitungkan nilai buku sehingga dapat
diketahui jumlah surplus atau defisit penjualannya.

56 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Contoh Kasus:
Pada tahun 20xx, SKPKD telah melakukan lelang aset tetap oleh KPKNL dan
didapat risalah lelang pada tanggal 5 Agustus 20xx dengan total penjualan
sebesar Rp.135.000.000,- termasuk biaya lain dan pajak. Dari total aset
tetap yang dilelang diketahui harga perolehannya sebesar
Rp.756.500.000,- dan disusutkan sebesar Rp.630.000.000,-.

Dari peristiwa tersebut dapat diketahui data penjualan sebagai berikut:


Harga perolehan aset tetap Rp.756.500.000
Akumulasi penyusutan aset tetap Rp.630.000.000 -
Nilai buku aset tetap Rp.126.500.000

Aset tersebut dijual dengan harga Rp.135.000.000 sehingga:


Nilai penjualan / lelang Rp.135.000.000
Nilai buku aset tetap Rp.126.500.000 -
Surplus penjualan aset tetap Rp. 8.500.000
Maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
5 Agst 20xx Kas di Kas Daerah 135.000.000
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 630.000.000
Aset Tetap 756.500.000
Surplus Penjualan Aset Tetap 8.500.000
(Jurnal untuk mengakui penjualan aset
tetap)

57 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP

Menurut PSAP Nomor 07, penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai
suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset
yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai
pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam
laporan operasional. Keberadaan penyusutan inilah yang menjadi ciri penerapan
akuntansi berbasis akrual dimana diperhitungkan dalam pencatatan aset tetap.
Tujuan utama dari penyusutan adalah menyesuaikan nilai aset tetap untuk
mencerminkan nilai wajarnya dan mengalokasikan beban penyusutan yang
diakibatkan pemakaian aset tetap dalam operasional pemerintahan. Untuk
menerapkan penyusutan, terdapat prasyarat yang harus dipenuhi antara lain:
1) Identitas aset yang kapasitasnya menurun
Aset tetap harus diidentifikasi apakah nilainya akan menurun pada saat digunakan
atau tidak. Aset yang menurun nilainya antara lain peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta aset tetap lainnya. Untuk aset
tanah dan KDP semakin hari akan bertambah nilainya sehingga tidak perlu
dilakukan penyusutan atas aset tetap. Aset tetap lainnya berupa hewan, tanaman
dan buku tidak dilakukan penyusutan secara periodik, melainkan dilakukan
penghapusan pada saat aset tetap lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan
atau mati.
2) Nilai yang dapat disusutkan
Penyusutan dinilai dari harga perolehan sehingga apabila harga perolehannya
tidak diketahui maka akan sulit untuk menentukan besaran penyusutannya.
3) Masa manfaat dan kapasitas aset tetap
Aset tetap digolongkan untuk aset yang memiliki masa manfaat selama lebih dari
12 (dua belas) bulan atau lebih dari satu periode akuntansi. Ukuran manfaat itu
sendiri berbeda-beda, ada yang diukur dengan indikator yang terkuantifikasi dan
ada yang tidak.

58 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Metode Penyusutan untuk Kabupaten Kuningan menurut Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah adalah menggunakan metode garis lurus dengan perhitungan
sebagai berikut:
Harga Perolehan – Nilai Sisa
Penyusutan/ Tahun :
Masa Manfaat

Harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk dipergunakan.
Nilai sisa adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir
masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.
Masa manfaat adalah periode suatu aset diharapkan digunakan untuk
aktivitas pemerintahan atau pelayanan publik.
Masa manfaat yang berlaku sesuai dengan Peraturan Bupati Kuningan Nomor
50 Tahun 2018 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan
adalah sebagai berikut:
Masa Manfaat Aset Tetap
MASA MANFAAT
URAIAN
(TAHUN)
ASET TETAP
Peralatan dan Mesin
Alat Besar Darat 10
Alat Besar Apung 8
Alat Bantu 7
Alat Angkutan Darat Bermotor 7
Alat Angkutan Apung Bermotor 10
Alat Apung Tak Bermotor 3
Alat Angkutan Bermotor Udara 20
Alat Bengkel Bermesin 10
Alat Bengkel Tak Bermesin 5
Alat Ukur 5
Alat Pengolahan Pertanian 4

59 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


MASA MANFAAT
URAIAN
(TAHUN)
Alat Kantor 5
Alat Rumah Tangga 5
Meja dan Kursi Kerja/ Rapat Pejabat 5
Alat Studio 5
Alat Komunikasi 5
Peralatan Pemancar 10
Peralatan Komunikasi Navigasi 10
Alat Kedokteran 5
Alat Kesehatan Umum 5
Unit Alat Laboratorium 8
Unit Alat Laboratorium Kimia Nuklir 15
Alat Peraga Praktek Sekolah 10
Alat Laboratorium Fisika Nuklir/ Elektronika 15
Alat Proteksi Radiasi/Proteksi Lingkungan 10
Radiation Application And Non Destructive Testing Laboratory 10
Alat Laboratorium Lingkungan Hidup 7
Peralatan Laboratorium Hydrodinamica 15
Alat Laboratorium Standardisasi Kalibrasi dan Instrumentasu 8
Senjata Api 10
Persenjataan Non Senjata Api 3
Senjata Sinar 3
Alat Khusus Kepolisian 5
Komputer Unit 4
Peralatan Komputer 4
Alat Eksplorasi Topografi 5
Alat Eksplorasi Geofisika 5
Alat Pengeboran Minyak 5
Alat Pengeboran Non Mesin 5
Sumur Eksplorasi 5
Alat Proses Produksi 5
Alat Pengolahan dan Pemurnian 5
Alat Bantu Eksplorasi 5
Alat Bantu Produksi 5
Alat Deteksi 5

60 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


MASA MANFAAT
URAIAN
(TAHUN)
Alat Pelindung 5
Alat SAR 5
Alat Kerja Penerbangan 5
Alat Peraga Pelatihan dan Percontohan 5
Rambu-rambu Lalu Lintas Darat 5
Rambu-rambu Lalu Lintas Udara 5
Rambu-rambu Lalu Lintas Air 5
Peralatan Olahraga 10

Gedung dan Bangunan


Bangunan Gedung Tempat Kerja 50
Bangunan Gedung Tempat Tinggal 50
Candi/Tugu Peringatan/Prasasti 50
Bangunan Menara Perambuan 40
Tugu/Tanda Batas 50

Jalan, Irigasi dan Jaringan


Jalan 10
Jembatan 50
Bangunan Air Irigasi 50
Bangunan Pengairan Pasang Surut 50
Bangunan Pengembangan Rawa dan Polder 25
Bangunan Pengamanan Sungai/Pantai dan Penanggulangan Bencana
10
Alam
Bangunan Pengembangan Sumber Air dan Air Tanah 30
Bangunan Air Bersih/Air Beku 40
Bangunan Air Kotor 40
Instalasi Air Bersih/Air Baku 30
Instalasi Air Kotor 30
Instalasi Pengolahan Sampah 10
Instalasi Pengolahan Bahan Bangunan 10
Instalasi Pembangkit Listrik 40
Instalasi Gardu Listrik 40
Instalasi Pertahanan 30

61 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


MASA MANFAAT
URAIAN
(TAHUN)
Instalasi Gas 30
Instalasi Pengamanan 20
Instalasi Lain 10
Jaringan Air Minum 30
Jaringan Listrik 40
Jaringan Telepon 20
Jaringan Gas 30

1. Perhitungan Penyusutan Aset Tetap


Contoh Kasus:
Pada akhir tahun 20xx, tercatat bahwa Dinas Kesehatan memiliki komputer
dengan harga perolehan sebesar Rp.16.000.000,- dan gedung dan bangunan
dengan harga perolehan sebesar Rp.900.000.000,-
Dari keterangan diatas dapat dihitung jumlah penyusutan yang harus diterapkan
adalah sebagai berikut:
o Untuk 1 unit komputer diketahui:
- Harga Perolehan Rp.16.000.000
- Nilai sisa setelah penyusutan Rp.0
- Masa Manfaat komputer 4 tahun
Maka penyusutan untuk setiap periodenya adalah:
16.000.000 - 0
Penyusutan/ Tahun =
4

Penyusutan/ Tahun = 4.000.000

Penyusutan per tahun untuk 1 unit komputer adalah Rp.4.000.000,- yang


mengurangi nilai bukunya sehingga nilai buku per tahun akan berkurang
seperti yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

62 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


NILAI BUKU TAHUN PENYUSUTAN NILAI BUKU
TAHUN
SEBELUMNYA PER TAHUN PER TAHUN
0 16.000.000 0 16.000.000
1 16.000.000 4.000.000 12.000.000
2 12.000.000 4.000.000 8.000.000
3 8.000.000 4.000.000 4.000.000
4 4.000.000 4.000.000 0

Jurnal yang dibuat untuk mengakui beban penyusutan tiap tahun adalah
sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Beban Penyusutan Komputer 4.000.000
Akumulasi Penyusutan Komputer 4.000.000
(Jurnal untuk mengakui Penyusutan tahun
20xx)
o Untuk 1 unit gedung kantor diketahui:
- Harga Perolehan Rp.900.000.000
- Nilai Sisa Rp.0
- Masa Manfaat 50 Tahun
Maka penyusutan untuk setiap periodenya adalah:
900.000.000 - 0
Penyusutan/ Tahun =
50

Penyusutan/ Tahun = 18.000.000

Penyusutan per tahun untuk 1 unit gedung kantor adalah Rp.18.000.000,-


yang mengurangi nilai bukunya sehingga nilai buku per tahun akan
berkurang seperti yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
NILAI BUKU TAHUN PENYUSUTAN NILAI BUKU
TAHUN
SEBELUMNYA PER TAHUN PER TAHUN
0 900.000.000 0 900.000.000
1 900.000.000 18.000.000 882.000.000
2 882.000.000 18.000.000 864.000.000
3 864.000.000 18.000.000 846.000.000
4 846.000.000 18.000.000 828.000.000

63 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


NILAI BUKU TAHUN PENYUSUTAN NILAI BUKU
TAHUN
SEBELUMNYA PER TAHUN PER TAHUN
5 828.000.000 18.000.000 810.000.000
6 810.000.000 18.000.000 792.000.000
7 792.000.000 18.000.000 774.000.000
dst

Jurnal yang dibuat untuk mengakui beban penyusutan tiap tahun adalah
sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Beban Penyusutan Gedung Kantor 18.000.000
Akumulasi Penyusutan Gedung Kantor 18.000.000
(Jurnal untuk mengakui Penyusutan tahun
20xx)

2. Penyusutan Aset Tetap yang direnovasi


Seperti sudah dijelaskan pada bagian akuntansi renovasi atas aset tetap,
bahwa kegiatan perbaikan atas aset tetap yang akan menambah masa manfaat
akan ditambahkan ke dalam aset tetap yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan
adanya perubahan atas nilai penyusutan pada setiap periodenya. Perubahan
tersebut tergantung dari berapa jumlah aset tetap yang diperbaiki dan
penambahan masa manfaatnya.
Dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan
ditentukan besaran atas perubahan masa manfaat karena adanya perbaikan
tersebut baik berupa overhaul atau renovasi yang disajikan dalam tabel dibawah
ini:
PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
ALAT BESAR
Alat Besar Darat Overhaul >0% s.d 30% 1
>30% s.d 45% 3
>45% s.d 65% 5

64 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)

Alat Besar Apung Overhaul >0% s.d 30% 1


>30% s.d 45% 2
>45% s.d 65% 4

Alat Bantu Overhaul >0% s.d 30% 1


>30% s.d 45% 2
>45% s.d 65% 4

ALAT ANGKUTAN
Alat Angkutan Darat Overhaul >0% s.d 25% 1
Bermotor
>25% s.d 50% 2
>50% s.d 75% 3
>75% s.d 100% 4

Alat Angkutan Darat Tak Overhaul >0% s.d 25% 0


Bermotor
>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 1
>75% s.d 100% 1

Alat Angkutan Apung Overhaul >0% s.d 25% 2


Bermotor
>25% s.d 50% 3
>50% s.d 75% 4
>75% s.d 100% 6

Alat Angkutan Apung Tak Renovasi >0% s.d 25% 1


Bermotor
>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 1

65 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
>75% s.d 100% 2

Alat Angkutan Bermotor Overhaul >0% s.d 25% 3


Udara
>25% s.d 50% 6
>50% s.d 75% 9
>75% s.d 100% 12

ALAT BENGKEL DAN ALAT


UKUR
Alat Bengkel Bermesin Overhaul >0% s.d 25% 1
>25% s.d 50% 2
>50% s.d 75% 3
>75% s.d 100% 4

Alat Bengkel Tak Bermesin Renovasi >0% s.d 25% 0


>25% s.d 50% 0
>50% s.d 75% 1
>75% s.d 100% 1

Alat Ukur Overhaul >0% s.d 25% 1


>25% s.d 50% 2
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 3

ALAT PERTANIAN
Alat Pengolahan Overhaul >0% s.d 20% 1
21% s.d 40% 2
51% s.d 75% 5

ALAT KANTOR DAN RUMAH


TANGGA

66 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
Alat Kantor Overhaul >0% s.d 25% 0
>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 3

Alat Rumah Tangga Overhaul >0% s.d 25% 0


>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 3

ALAT STUDIO, KOMUNIKASI


DAN PEMANCAR
Alat Studio Overhaul >0% s.d 25% 1
>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 3

Alat Komunikasi Overhaul >0% s.d 25% 1


>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 3

Peralatan Pemancar Overhaul >0% s.d 25% 2


>25% s.d 50% 3
>50% s.d 75% 4
>75% s.d 100% 5

Peralatan Komunikasi Overhaul >0% s.d 25% 2


Navigasi
>25% s.d 50% 5
>50% s.d 75% 7
>75% s.d 100% 9

67 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)

ALAT KEDOKTERAN DAN


KESEHATAN
Alat Kedokteran Overhaul >0% s.d 25% 0
>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 3

Alat Kesehatan Umum Overhaul >0% s.d 25% 0


>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 3

ALAT LABORATORIUM
Unit Alat Laboratorium Overhaul >0% s.d 25% 2
>25% s.d 50% 3
>50% s.d 75% 4
>75% s.d 100% 4

Unit Alat Laboratorium Kimia Overhaul >0% s.d 25% 3


Nuklir
>25% s.d 50% 5
>50% s.d 75% 7
>75% s.d 100% 8

Alat Laboratorium Fisika Overhaul >0% s.d 25% 3


>25% s.d 50% 5
>50% s.d 75% 7
>75% s.d 100% 8

Alat Proteksi Radiasi/Proteksi Overhaul >0% s.d 25% 2


Lingkungan

68 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
>25% s.d 50% 4
>50% s.d 75% 5
>75% s.d 100% 5

Radiation Application and Overhaul >0% s.d 25% 2


Non Destructive Laboratory
>25% s.d 50% 4
>50% s.d 75% 5
>75% s.d 100% 5

Alat Laboratorium Lingkungan Overhaul >0% s.d 25% 1


Hidup
>25% s.d 50% 2
>50% s.d 75% 3
>75% s.d 100% 4

Peralatan Laboratorium Overhaul >0% s.d 25% 3


Hidrodinamica
>25% s.d 50% 5
>50% s.d 75% 7
>75% s.d 100% 8

Alat Laboratorium Overhaul >0% s.d 25% 2


Standardisasi Kalibrasi dan
Instrumentasi
>25% s.d 50% 4
>50% s.d 75% 5
>75% s.d 100% 5

ALAT PERSENJATAAN
Senjata Api Overhaul >0% s.d 25% 1
>25% s.d 50% 2

69 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
>50% s.d 75% 3
>75% s.d 100% 4

Persenjataan Non Senjata Api Renovasi >0% s.d 25% 0


>25% s.d 50% 0
>50% s.d 75% 1
>75% s.d 100% 1

Senjata Sinar Overhaul >0% s.d 25% 0


>25% s.d 50% 0
>50% s.d 75% 0
>75% s.d 100% 2

Alat Khusus Kepolisian Overhaul >0% s.d 25% 1


>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 2

KOMPUTER
Komputer Unit Overhaul >0% s.d 25% 1
>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 2

Peralatan Komputer Overhaul >0% s.d 25% 1


>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 2

ALAT EKSPLORASI
Alat Eksplorasi Topografi Overhaul >0% s.d 25% 1
>25% s.d 50% 2

70 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 3

Alat Eksplorasi Geofisika Overhaul >0% s.d 25% 2


>25% s.d 50% 4
>50% s.d 75% 5
>75% s.d 100% 5

ALAT PENGEBORAN
Alat Pengeboran Mesin Overhaul >0% s.d 25% 2
>25% s.d 50% 4
>50% s.d 75% 6
>75% s.d 100% 7

Alat Pengeboran Non Mesin Renovasi >0% s.d 25% 0


>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 1
>75% s.d 100% 2

ALAT PRODUKSI
PENGOLAHAN DAN
PEMURNIAN
Sumur Renovasi >0% s.d 25% 0
>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 1
>75% s.d 100% 2

Produksi Renovasi >0% s.d 25% 0


>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 1
>75% s.d 100% 2

71 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
Pengolahan dan Pemurnian Overhaul >0% s.d 25% 3
>25% s.d 50% 5
>50% s.d 75% 7
>75% s.d 100% 8

ALAT BANTU EKSPLORASI


Alat Bantu Eksplorasi Overhaul >0% s.d 25% 2
>25% s.d 50% 4
>50% s.d 75% 6
>75% s.d 100% 7

Alat Bantu Produksi Overhaul >0% s.d 25% 2


>25% s.d 50% 4
>50% s.d 75% 6
>75% s.d 100% 7

ALAT KESELAMATAN KERJA


Alat Deteksi Overhaul >0% s.d 25% 1
>25% s.d 50% 2
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 3

Alat Pelindung Renovasi >0% s.d 25% 0


>25% s.d 50% 0
>50% s.d 75% 1
>75% s.d 100% 2

Alat SAR Renovasi >0% s.d 25% 0


>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 1
>75% s.d 100% 2

72 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
Alat Kerja Penerbang Overhaul >0% s.d 25% 2
>25% s.d 50% 3
>50% s.d 75% 4
>75% s.d 100% 6

ALAT PERAGA
Alat Peraga Pelatihan dan Overhaul >0% s.d 25% 2
Percontohan
>25% s.d 50% 4
>50% s.d 75% 5
>75% s.d 100% 5

PERALATAN PROSES/
PRODUKSI
Unit Peralatan Proses/ Overhaul >0% s.d 25% 2
Produksi
>25% s.d 50% 3
>50% s.d 75% 4
>75% s.d 100% 4

RAMBU-RAMBU
Rambu-rambu Lalu Lintas Overhaul >0% s.d 25% 1
Darat
>25% s.d 50% 2
>50% s.d 75% 3
>75% s.d 100% 4

Rambu-rambu Lalu Lintas Overhaul >0% s.d 25% 1


Udara
>25% s.d 50% 2
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 4

73 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)

Rambu-rambu Lalu Lintas Overhaul >0% s.d 25% 1


Laut
>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 2

PERALATAN OLAHRAGA
Peralatan Olahraga Renovasi >0% s.d 25% 1
>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 2

BANGUNAN GEDUNG
Bangunan Gedung Tempat Renovasi >0% s.d 25% 5
Kerja
>25% s.d 50% 10
>50% s.d 75% 15
>75% s.d 100% 50

Bangunan Gedung Tempat Renovasi >0% s.d 25% 5


Tinggal
>25% s.d 50% 10
>50% s.d 75% 15
>75% s.d 100% 50

MONUMEN
Candi/ Tugu Peringatan/ Renovasi >0% s.d 30% 5
Prasasti
>30% s.d 45% 10
>45% s.d 65% 15

74 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
BANGUNAN MENARA
Bangunan Menara Renovasi >0% s.d 30% 5
Perambuan
>30% s.d 45% 10
>45% s.d 65% 15

TUGU TITIK KONTROL/


PRASASTI
Tugu/ Tanda Batas Renovasi >0% s.d 30% 5
>30% s.d 45% 10
>45% s.d 65% 15

JALAN DAN JEMBATAN


Jalan Renovasi >0% s.d 30% 2
>30% s.d 60% 5
>60% s.d 100% 10

Jembatan Renovasi >0% s.d 30% 5


>30% s.d 45% 10
>45% s.d 65% 15

BANGUNAN AIR
Bangunan Air Irigasi Renovasi >0% s.d 5% 2
>5% s.d 10% 5
>10% s.d 20% 10

Bangunan Pengairan Pasang Renovasi >0% s.d 5% 2


Surut
>5% s.d 10% 5
>10% s.d 20% 10

Bangunan Pengembangan Renovasi >0% s.d 5% 1

75 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
Rawa dan Polder
>5% s.d 10% 3
>10% s.d 20% 5

Bangunan Pengamanan Renovasi >0% s.d 5% 1


Sungai/Pantai dan
Penanggulangan Bencana
Alam
>5% s.d 10% 2
>10% s.d 20% 3

Bangunan Pengembangan Renovasi >0% s.d 5% 1


Sumber Air dan Tanah
>5% s.d 10% 2
>10% s.d 20% 3

Bangunan Air Bersih/Air Baku Renovasi >0% s.d 30% 5


>30% s.d 45% 10
>45% s.d 65% 15

Bangunan Air Kotor Renovasi >0% s.d 30% 5


>30% s.d 45% 10
>45% s.d 65% 15

INSTALASI
Instalasi Air Bersih/Air Baku Renovasi >0% s.d 30% 2
>30% s.d 45% 7
>45% s.d 65% 10

Instalasi Air Kotor Renovasi >0% s.d 30% 2


>30% s.d 45% 7
>45% s.d 65% 10

76 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)

Instalasi Pengelolaan Sampah Renovasi >0% s.d 30% 1


>30% s.d 45% 3
>45% s.d 65% 5

Instalasi Pengolahan Bahan Renovasi >0% s.d 30% 1


Bangunan
>30% s.d 45% 3
>45% s.d 65% 5

Instalasi Pembangkit Listrik Renovasi >0% s.d 30% 5


>30% s.d 45% 10
>45% s.d 65% 15

Instalasi Gardu Listrik Renovasi >0% s.d 30% 5


>30% s.d 45% 10
>45% s.d 65% 15

Instalasi Pertanahan Renovasi >0% s.d 30% 1


>30% s.d 45% 3
>45% s.d 65% 5

Instalasi Gas Renovasi >0% s.d 30% 5


>30% s.d 45% 10
>45% s.d 65% 15

Instalasi Pengaman Renovasi >0% s.d 30% 1


>30% s.d 45% 1
>45% s.d 65% 3

Instalasi Lain Renovasi >0% s.d 30% 1


>30% s.d 45% 1

77 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
>45% s.d 65% 3

JARINGAN
Jaringan Air Minum Overhaul >0% s.d 30% 2
>30% s.d 45% 7
>45% s.d 65% 10

Jaringan Listrik Overhaul >0% s.d 30% 5


>30% s.d 45% 10
>45% s.d 65% 15

Jaringan Telepon Overhaul >0% s.d 30% 2


>30% s.d 45% 5
>45% s.d 65% 10

Jaringan Gas Overhaul >0% s.d 30% 2


>30% s.d 45% 7
>45% s.d 65% 10

Alat Musik Modern/Band Overhaul >0% s.d 25% 1


>25% s.d 50% 1
>50% s.d 75% 2
>75% s.d 100% 2

ASET TETAP DALAM


RENOVASI
Peralatan dan Mesin dalam Overhaul >0% s.d 100% 2
Renovasi

Gedung dan Bangunan dalam Renovasi >0% s.d 30% 5


Renovasi
>30% s.d 45% 10

78 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


PROSENTASE RENOVASI/
PENAMBAHAN
RESTORASI/ OVERHAUL DARI
URAIAN JENIS MASA MANFAAT
NILAI PEROLEHAN (DILUAR
(TAHUN)
PENYUSUTAN)
>45% s.d 65% 15

Jalan, Irigasi dan Jaringan Renovasi >0% s.d 100% 5


dalam Renovasi /
Overhaul

Contoh Kasus:
Pada contoh kasus sebelumnya, pada tahun ke 7 ada salah satu ruangan yang
ditingkatkan fungsinya sehingga direnovasi sebagian dengan menambah masa
manfaat. Besar renovasi bangunan tersebut sebesar 5% dari keseluruhan gedung
dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.114.000.000.
Dari renovasi tersebut dapat diketahui:
Harga Perolehan Rp.900.000.000
Penyusutan s.d tahun ke 7 Rp.126.000.000 -
Nilai Buku pada tahun ke 7 Rp.774.000.000

Pada tahun ke-7 direnovasi sebesar 5% sehingga menambah masa manfaat


sebanyak 5 tahun dengan tambahan harga perolehan sebesar Rp.114.000.000,-
maka
Nilai buku tahun ke-7 Rp.774.000.000
Harga perolehan renovasi Rp.114.000.000 +
Harga perolehan setelah renovasi Rp.888.000.000

Masa manfaat awal 50 tahun


Sudah disusutkan 7 tahun -
Sisa masa manfaat 43 tahun
Tambahan masa manfaat 5 tahun +
Sisa manfaat setelah renovasi 48 tahun

79 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


Maka penyusutan untuk setiap periodenya menjadi:
888.000.000 - 0
Penyusutan/ Tahun =
48

Penyusutan/ Tahun = 18.500.000

Penyusutan per tahun setelah adanya renovasi adalah sebesar Rp.18.500.000


yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
NILAI BUKU TAHUN PENYUSUTAN NILAI BUKU
TAHUN
SEBELUMNYA PER TAHUN PER TAHUN
0 888.000.000 0 888.000.000
1 888.000.000 18.500.000 869.500.000
2 869.500.000 18.500.000 851.000.000
3 851.000.000 18.500.000 832.500.000
4 832.500.000 18.500.000 814.000.000
5 814.000.000 18.500.000 795.500.000
6 795.500.000 18.500.000 777.000.000
7 777.000.000 18.500.000 758.500.000
dst

Jurnal yang dibuat untuk mengakui penyusutan setelah renovasi tersebut


adalah sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 20xx Beban Penyusutan Gedung Kantor 18.500.000
Akumulasi Penyusutan Komputer 18.500.000
(Jurnal untuk mengakui Penyusutan setelah
direnovasi pada tahun ke-7)

3. Koreksi Akibat Perubahan Kebijakan Akuntansi


Perubahan kebijakan akuntansi dari basis kas menuju akrual menjadi sistem
akuntansi berbasis akrual secara penuh menjadikan adanya perubahan
perhitungan atas aset tetap, dimana dalam basis akrual penyusutan harus
disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Kebijakan ini
menimbulkan persoalan terhadap perhitungan aset yang perolehannya

80 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


sebelum tahun penerapan basis akrual tersebut. Sehingga perlu adanya
koreksi atas nilai akumulasi penyusutan yang belum diberlakukan di tahun
sebelumnya.
Contoh Kasus:
Pada tahun 2015 penerapan akuntansi berbasis akrual diterapkan di
Kabupaten Kuningan, sementara itu aset yang tahun perolehannya sebelum
tahun 2015 belum diperhitungkan penyusutannya sehingga untuk penyajian
laporan keuangan tahun 2015 harus disesuakan dengan nilai buku setelah
disusutkan. Diketahui jumlah aset tetap SKPD A tahun 2014 adalah sebagai
berikut:
• Tanah Rp. 1.000.000.000
• Peralatan dan Mesin Rp.261.000.000.000
• Gedung dan Bangunan Rp. 980.000.000
Dari perhitungan per unit dalam KIB adalah sebagai berikut:
Nilai Buku Tahun
Jenis Aset Tetap Harga Perolehan Penyusutan s.d 2015
2015
Tanah 1.000.000.000 0 1.000.000.000
Peralatan dan Mesin 1.261.000.000 775.000.000 486.000.000
Gedung dan 980.000.000 196.000.000 784.000.000
Bangunan
Jumlah 3.241.000.000 971.000.000 2.270.000.000
Catatan: Aset Tanah tidak ada penyusutan karena nilainya tidak menurun oleh pemakaian

Maka dalam Laporan Keuangan tahun 2015 perlu adanya koreksi untuk
menyesuaikan nilai akumulasi penyusutan sampai dengan tahun 2015 sehingga
dibuat jurnal sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit
31 Des 2015 Ekuitas – Koreksi Akm. Penyusutan 971.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin 775.000.000
Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan 196.000.000
(Jurnal untuk mengoreksi nilai akm . penyusutan
tahun sebelumnya)

81 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual


DAFTAR PUSTAKA

Buletin Teknis Nomor 15 tentang Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual

Buletin Teknis Nomor 18 tentang Akuntansi Penyusutan Berbasis Akrual

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan

Peraturan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan


Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah

Peraturan Bupati Kuningan Nomor 50 Tahun 2013 tentang Kebijakan Akuntansi


Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan yang diubah terakhir dengan
Peraturan Bupati Kuningan Nomor 51 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Bupati Kuningan Nomor 50 Tahun 2013 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan

Peraturan Bupati Kuningan Nomor 32 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi


Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan

Sumarsono, 2004, “Metode Penelitian Akuntansi Beserta Contoh Interpretasi Hasil


Pengelolaan Data”, Surabaya: UPN ‘Veteran’.

82 | Pengantar Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual

Anda mungkin juga menyukai