Anda di halaman 1dari 19

Konsepsi dari Wawasan Nusantara yang harus Dipertahankan sebagai

Dasar Pokok Pendidikan dan Pengembangan Karakter Bangsa kepada


Anak Bangsa Generasi Masa Kini

OLEH:
Rizal Amirul Fath (1181001059)

ANGGOTA KELOMPOK 11:


Aqilah (1181001001)
Sri Wulan Oktarida (1181001055)
Tia Almunada Sujadmi (1181001028)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS BAKRIE
2019
Abstrack

Akhir-akhir ini banyak munculnya kasus atau masalah yang terkait dengan wawasan
nusantara. Secara garis besar, terlihat bahwa penyebab masalah atau kasus tersebut adalah
kurangnya penanaman dan pemahaman akan konsepsi/esensi dari wawasan nusantara.
Banyak Kasus dan permasalahan terkait pengetahuan akan wawasan nusantara seperti
Ambalat (Pulau Sipadan dan Ligitan), Perang antar suku di Papua, Sengketa Pengakuan
Budaya, Banyaknya KKN pada pejabat negeri, Permasalahan antara pusat dan daerah,
Krisis ekonomi dan sosial di tengah masyarakat yang mulai beradaptasi dengan
globalisasi, dan sebagainya.

Akibat munculnya permasalahan terkait wawasan nusantara, terdapat empat esensi atau
konsepsi dari wawasan nusantara yang mulai luntur atau bahkan hilang. Esensi politik,
ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan merupakan empat esensi atau
konsepsi yang berisi nilai-nilai penting yang menjadi dasar untuk mewujudkan wawasan
nusantara di bangsa Indonesia tercinta ini.

Diperlukannya pengembangan karakter bangsa melalui kesadaran seluruh rakyat dan


bangsa Indonesia agar dapat menghadapi tantangan ini. Relevansi untuk tetap bersatu
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hanya dapat diwujudkan
dengan memahami wawasan yang satu yaitu wawasan nusantara. Keyakinan dan
kesadaran bahwa wawasan nusantara merupakan wawasan nasional adalah hal yang
sangat penting. Bahwa substansinya itu bisa berubah merupakan konsekuensi waktu dan
pengaruh eksternal yang secara akomodatif oleh wawasan nusantara diterima secara
terbuka.

Kata Kunci: Wawasan Nusantara dan Kesadaran Pengembangan Karakter Bangsa.


BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan, sebagai negara kepulauan dengan


masyarakatnya yang berbeda – beda tetapi satu jua, Negara Indonesia memiliki unsur–
unsur kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan
geografi yang strategis, kaya akan sumber daya alam (SDA), dan mempunyai SDM yang
melimpah. Di sisi lain, terdapat kelemahannya yang terletak pada wujud kepulauan dan
keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa, satu negara dan
satu tanah air dengan satu tujuan dan satu cita – cita bangsa yang sama. (Budiasih, 2015)

Wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan isi sebagian besarnya adalah


perairan, yang memungkinkan adanya banyak celah kelemahan yang dapat dimanfaatkan
oleh negara lain yang pada akhirnya dapat meruntuhkan bahkan menyebabkan
disintegrasi bangsa Indonesia. Wawasan nusantara adalah sebuah alat untuk menyatukan
semua kepulauan yang ada di Indonesia. Secara umum, wawasan nusantara adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia di lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. (Budiasih, 2015)

Indonesia mempunyai Paradigma Ketatanegaraan Republik Indonesia, di dalam


itu terdapat 5 pilar sebagai landasan dalam pembangunan nasional, yaitu:

1. Landasan Operasional adalah Dokumen Rencana Pembangunan,


2. Landasan Konsepsional adalah Ketahanan Nasional,
3. Landasan Visional adalah Wawasan Nusantara,
4. Landasan Konstitusional adalah UUD 1945,
5. Landasan Idiil adalah Pancasila/Pembukaan UUD 1945 (Winarno, 2006)
(seperti pada gambar di bawah).

Gambar 1 Kedudukan Wawasan Nusantara

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa, wawasan nusantara terdapat pada
landasan visional (pertengahan) yang berarti wawasan nusantara itu berkedudukan
sebagai visi bangsa. Visi merupakan keadaan atau rumusan umum mengenai keadaan
yang diinginkan. Jika wawasan nusantara itu berkedudukan sebagai visi bangsa, maka
wawasan nusantara merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan, yaitu
menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh dalam menuju masa depan
yang lebih baik lagi. (Winarno, 2006)
1.2 Pokok Permasalahan

Berbagai kalangan baik di Indonesia maupun luar negeri sangat peduli terhadap
perkembangan Indonesia, mulai dari perkembangan sosial, politik, ekonomi, maupun
budaya. Namun terdapat hal besar, tetapi terlihat kecil, yang harus lebih diperhatikan oleh
semua orang Indonesia saat ini, yaitu kondisi akan perkembangan wawasan nusantara
Indonesia. (Saputra, 2017)

Saat ini, kondisi wawasan nusantara di negeri tercinta terkikis secara perlahan, hal
itu dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang tidak hafal Pancasila, melupakan UUD
1945, dan tak peduli dengan pemerintah dan negara Indonesia. Banyaknya masyarakat
tidak paham tentang falsafah dan dasar Negara ini membuatnya semakin buruk. (Saputra,
2017)

Kehilangan wawasan tentang makna dan hakikat bangsa serta wawasan


kenusantaraan dapat memungkinkan mendorong terjadinya disorientasi dan perpecahan
di berbagai wilayah Indonesia. Peningkatan wawasan kenusantaraan perlu dilakukan
untuk menjaga keutuhan bangsa dan kemandirian Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(Saputra, 2017)

Implementasi wawasan nusantara idealnya harus tercermin kepada pola pikir,


sikap dan tindakan yang senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, dengan kata lain wawasan
nusantara menjadi pola yang fundamental dalam berpikir, bersikap dan juga bertindak
dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial
kemasyarakatan, berkebangsaan, dan bernegara. (Saputra, 2017)

Pada kenyataanya, dalam mengimplementasikan wawasan nusantara di dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara kepada anak bangsa generasi masa kini terdapat
banyak permasalahan dan tantangan untuk mewujudkannya, seperti pemberdayaan
masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi, era baru yang modern, globalisasi, dsb.
Hal – hal tersebut juga dapat melunturkan wawasan nusantara yang ada pada anak bangsa
generasi masa kini.

Terlepas dari segala tantangan dan permasalahan yang telah terjadi bersangkutan
dengan lunturnya wawasan nusantara pada anak bangsa generasi masa kini, sebenarnya
ada 4 esensi yang harus tetap dipertahankan pada anak bangsa generasi masa kini untuk
tetap bisa meraih cita – cita dan tujuan nasional, yaitu:

1. Aspek Politik, 3. Aspek Sosial dan Budaya, dan


2. Aspek Ekonomi, 4. Aspek Hankam
BAB II
Kajian Teori
2.1 Wawasan Nusantara

Apakah wawasan nusantara itu? Secara konsep, Wawasan Nusantara atau


Wasantara merupakan wawasan nasionalnya bangsa Indonesia. Perumusan wawasan
nasional bangsa Indonesia yang selanjutnya disebut Wawasan Nusantara itu merupakan
salah satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan republik Indonesia (Winarno, 2006)
Wawasan Nusantara dapat dikatakan sebagai pandangan geografis, geopolitik, dan
geostrategi bangsa Indonesia (Syahrial Syarbaini, 2006)

2.1.1 Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional atau national outlook bangsa


Indonesia yang dimaksud dijadikan sebagai wawasan dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional untuk mencapai tujuan dan cita – cita bangsa (Winarno, 2006).

Pengertian Wawasan Nusantara dapat diartikan secara etimologis, terminologis,


dan epistemologis.

2.1.1.1 Etimologis

A. Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa jawa) yang berati pandangan, tinjauan,
atau penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul kata mawas yang berarti
memandang, meninjau, melihat (Winarno, 2006).
B. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya oulau atau kesatuan
kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak sesuatu antara dua unsur. Nusantara
artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua dan dua samudra.
Berdasarkan pengertian modern, kata “nusantara” digunakan sebagai pengganti
nama Indonesia (Winarno, 2006).
C. Wawasan mengandung arti pandangan, tinjauan, penglihatan atau
respon/tanggapan indrawi. Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui arti
pengaruh-pengaruhnya dalam kehidupan berbangsa, juga dapat dideskripsikan
sebagai cara pandang, cara tinjau, cara lihat atau cara tanggapan indrawi. (Prof.
Dr. H. Samsul Wahidin, 2010)
D. National menunjukkan kata sifat yang berbentuk kata nation yang berarti bangsa
yang telah mengidentikkan diri dalam kehidupan bernegara atau secara ringkas,
dinyatakan sebagai bangsa yang telah bernegara. (Prof. Dr. H. Samsul Wahidin,
2010)
E. Nusantara dipergunakan untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan
gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak antara Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia dan diantara Benua Asia dan Benua Australia. (Prof. Dr. H. Samsul
Wahidin, 2010)

2.1.1.2 Terminologis

A. Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof. Wan Usman.


“Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam.” (Winarno, 2006)
B. Pengertian Wawasan Nusantara menurut kelompok kerja wawasan nusantara
untuk diusulkan menjadi Tap MPR, yang dibuat Lemhanas 1999, sebagai berikut:
“Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional
(Winarno, 2006)
C. Pengertian Wawasan Nusantara dalam GBHN 1998
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara (Winarno, 2006)

2.1.1.3 Epistemologis

Wawasan Nusantara adalah cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara
bersikap, bertindak, berpikir, dan bertingkah laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil
interaksi proses-proses psikologis, sosiokultural dalam arti yang luas dengan aspek-aspek
astra gatra. (Prof. Dr. H. Samsul Wahidin, 2010)

2.1.2 Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan wilayah


nasional. Dengan kata lain, hakikat wawasan nusantara adalah persatuan bangsa dan
kesatuan wilayah. Bangsa Indonesia yang dari aspek sos-bud adalah beragam dan dari
segi kewilayahan adalah bercorak nusantara, kita pandang merupakan satu kesatuan yang
utuh. Dalam GBHN hakikat wawasan nusantara dapat diwujudkan dengan menyatakan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan. (Winarno, 2006)
2.1.3 Unsur Dasar Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya memiliki 3 unsur, yaitu wadah, isi, dan tata laku. Unsur wadah dan isi
membentuk konsepsi wawasan nusantara, sedangkan tata laku membentuk konsepsi
pelaksanaan perwujudan wawasan nusantara. (Prof. Dr. H. Samsul Wahidin, 2010)

2.1.3.1 Unsur Wadah (contour)

Wadah sebagai unsur terbentuknya konsepsi wawasan nusantara adalah tempat


atau organisasi dimana bangsa Indonesia memandang diri dan lingkungannya berdasar
Pancasila dan UUD 1945, yang berwujud sebagai satu kesatuan wilayah yang utuh berupa
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Wadah merupakan wilayah yang secara
alamiah sebagai anugerah ilahi. Dalam kaitan ini jika unsur wadah lebih dirinci lagi
pembahasannya akan meliputi 3 unsur, yaitu: (Prof. Dr. H. Samsul Wahidin, 2010)

1) Bentuk Wujudnya
Wadah dari wawasan nusantara ditinjau dari bentuk wujudnya adalah sebagai
nusantara yang manunggal utuh dan menyeluruh.
a) Nusantara
Dalam bentuk nusantara maka batas- batas negara Indonesia ditentukan
oleh lautan dan di dalamnya terletak pulau-pulau serta gugusan pulau yang
dihubungkan oleh laut dan selat.
b) Manunggal Utuh Menyeluruh
Wadah dari wawasan nusantara yang berwujud gugusan pulau yang
memiliki sifat manunggal utuh menyeluruh yang meliputi:
1. Manunggal di bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
2. Manunggal di bidang wilayah
3. Manunggal di bidang bangsa
4. Manunggal di bidang psikologi
5. Berkesinambungan dalam kehidupan.
2) Tata susunan pokok/inti organisasi
Wadah dari wawasan nusantara ditinjau dari sisi lain adalah berbentuk organisasi
negara yang mewadahi para pejabat negara untuk melaksanakan tugasnya di
dalam upaya yang dilaksanakan guna mencapai cita-cita negara. Unsur ini
tercantum dalam UUD 1945 yang secara garis besar telah dirombak melalui
amandemen sebanyak 4 kali. Secara garis besar, perombakan yang kemudian
dijadikan sebagai dasar pijakan dalam mencapai tujuan negara adalah:
a) Bentuk dan Kedaulatan (dalam Bab I Pasal 1)
b) Kekuasaan Pemerintah Negara (dalam Bab III pasal 4 s.d.16)
c) Sistem Pemerintahan Negara (pasal-pasal dalam batang tubuh UUD 1945)
3) Tata susunan pelengkap/kelengkapan organisasi
Organisasi negara juga harus dapat mewadahi tata susunan kelengkapan-
kelengkapan organisasi agar organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan dapat
bekerja dengan baik. Adapun kelengkapan organisasi tersebut adalah:
a) Aparatur pemerintah negara
b) Kesadaran politik dan kesadaran bernegara dari masyarakat
c) Media massa
d) Peran serta rakyat

2.1.3.2 Unsur Isi (content)

NKRI sebagai wadah dari wawasan nusantara perlu diisi dengan kehendak atau
aspirasi dari bangsa Indonesia di dalam mewujudkan satu cara pandang bangsa Indonesia
yang melihat Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka mencapai tujuan
nasional. Aspirasi bangsa Indonesia dapat dirinci menjadi cita-cita, sifat, dan cara kerja.

1) Cita-cita
Cita-cita ini sama dengan cita-cita nasional seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 yaitu “Mewujudkan Negara Indonesia yang Merdeka,
Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur”. Cita-cita ini bersifat ke dalam dan ke luar:
a) Ke dalam
Bertujuan untuk:
1. Melindungi segenap bangsa dan tanah air Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan Kehidupan bangsa.
b) Ke luar
Bertujuan untuk ikut melaksanakan ketertiban, kebahagiaan, dan
perdamaian dunia bagi seluruh umat manusia.
2) Sifat atau ciri-ciri
Aspirasi bangsa Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sebagai satu kesatuan
yang utuh memiliki ciri-ciri atau sifat sebagai berikut:
a) Manunggal b) Utuh Menyeluruh
3) Cara kerja
Cara kerja bangsa untuk mewujudkan wawasan nusantara berpedoman kepada
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional yang memberikan arah mengenai pengendalian hidup
bermasyarakat serta cara penetapan hak asasi dan kewajiban bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, dipersyaratkan agar semua warga negara Indonesia dapat
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik secara objektif
maupun subjektif.
2.1.3.3 Unsur Tata laku (conduct)

Unsur ini adalah kegiatan/tindakan perilaku bangsa Indonesia dalam melaksanakan


aspirasinya guna mewujudkan Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh menyeluruh
dalam mencapai tujuan nasional. Unsur ini dapat dirinci menjadi tata laku batiniah dan
tata laku lahiriah.

1) Tata laku batiniah


Tata laku batiniah berwujud pengamalan falsafah bangsa (Pancasila) yang
melahirkan sikap mental bangsa sesuai kondisi lingkungan hidupnya dalam
mewujudkan Wawasan nusantara.
2) Tata laku lahiriah
Tata laku lahiriah berwujud pelaksanaan dari UUD 1945 oleh aparatur negara dan
masyarakat dalam bentuk pembangunan warga negara Indonesia seutuhnya untuk
mewujudkan wawasan nusantara.

2.1.4 Tujuan Wawasan Nusantara

Tujuan wawasan nusantara terdiri atas dua, sebagai berikut:

1) Tujuan ke dalam
Menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional baik
alamiah (geografi, demografi, dan kekayaan alam) maupun aspek sosial (ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam) (Prof. Dr. H. Samsul Wahidin,
2010)
2) Tujuan ke luar
Terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, serta mengembangkan suatu kerja sama dan saling menghormati.
(Winarno, 2006)

2.1.5 Perwujudan Wawasan Nusantara

1. Tap MPR No. IV/MPR/1973 6. Pasal 25 A UUD 1945 Amandemen IV


2. Tap MPR No. IV/MPR/1978 7. UU No. 6 Tahun 1996
3. Tap MPR No. II/MPR/1983
4. Tap MPR No. II/MPR/1988
5. Tap MPR No. II/MPR/1993
6. Tap MPR No. II/MPR/1998
2.2 Pendidikan dan Pendidikan Karakter
2.2.1 Pendidikan

Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik
berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpisahkan
dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan
yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar
budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan
baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi
orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai
budayanya.1 (Istikomah, 2013)

Pendidikan karakter bangsa dapat diartikan sebagai pendidikan yang


mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga
mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang
religius, nasionalis, produktif dan kreatif. (Istikomah, 2013)

Pengembangan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan


bangsa di masa mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang
baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai
dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama
sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin
sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
budaya sekolah. (Istikomah, 2013)

2.2.2 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sangat penting untuk generasi muda Indonesia terutama para
pemuda. Karena generasi muda ini nantinya akan menjadi tombak pembangunan bangsa.
Sebagai penerus bangsa diharapkan para generasi muda dapat memberikan teladan baik
sikap dan tingkah lakunya. Mereka bukan hanya harus pandai dan cerdas secara
intelektual namun juga harus pintar dan cerdas dalam moralnya. Dengan terus
mengembangkan rasa ingin tahu maka anak sangat akrab dengan khasanah ilmu.
(Istikomah, 2013)

1 Said Hasan, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, 2010, hlm. 3.
Pendidikan karakter dapat dilaksanakan dalam sekolah formal maupun nonformal
mengingat pendidikan adalah cara yang efektif dalam pembentukan karakter generasi
muda Indonesia. Sebenarnya pendidikan karakter tidak hanya diberikan kepada generasi
muda saja namun juga harus diberikan kepada seluruh warga negara Indonesia demi
tercapainya karakter bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. (Istikomah, 2013)

Pendidikan karakter perlu diberikan sejak anak masih usia dini. Ketika mereka masih
usia dini akan lebih mudah membentuk karakter baik yang diharapkan akan menjadi
karakternya kelak dari pada memberikan pendidikan karakter kepada anak yang mulai
tumbuh remaja. Namun pada intinya pendidikan karakter harus diberikan secara
berkelanjutan dan saling berhubungan di tiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu
pendidikan karakter perlu diberikan mulai tingkat PAUD, SD, SMP, SMA, hingga
Perguruan Tinggi. (Istikomah, 2013)

Fungsi karakter bangsa adalah: (Istikomah, 2013)

1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi


berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku
yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

2.2.3 Tujuan Pendidikan Karakter Bangsa

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah: (Istikomah, 2013)

1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan


warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa;
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan
yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
BAB III
Pembahasan dan Analisis
3.1 Pembahasan dan Analisis

Akhir-akhir ini banyak munculnya kasus/masalah yang terkait dengan wawasan


nusantara. Secara garis besar, terlihat bahwa penyebab masalah/kasus tersebut adalah
kurangnya penanaman dan pemahaman akan konsepsi/esensi dari wawasan nusantara.
Contoh kasus/masalah tersebut, seperti Kasus Ambalat (Pulau Sipadan dan Ligitan)
(Kusrahmadi), Perang antar suku di Papua, Sengketa Pengakuan Budaya, Banyaknya
KKN pada pejabat negeri, Permasalahan antara pusat dan daerah, Krisis ekonomi dan
sosial di tengah masyarakat yang mulai beradaptasi dengan globalisasi, dan sebagainya.

Jika kita lihat dari bidang yang terkait dengan masalah/kasus-kasus tersebut, kita
dapat melihat bahwa ada empat esensi/konsepsi dari wawasan nusantara yang mulai
luntur atau bahkan hilang. Kita perlu tahu bahwa empat esensi/konsepsi ini merupakan
nilai-nilai penting yang menjadi dasar untuk mewujudkan wawasan nusantara di bangsa
Indonesia tercinta ini. Empat esensi/konsepsi tersebut, yaitu:

1. Aspek Politik,
2. Aspek Ekonomi,
3. Aspek Sosial dan Budaya, dan
4. Aspek Hankam

Dari segi waktu, kita tidak dapat mengulang atau kembali ke masa lalu dan mencegah
terjadinya kasus/masalah tersebut dengan cara meningkatkan penanaman dan pendidikan
karakter bangsa akan empat esensi/konsepsi wawasan nusantara kepada Warga Negara
Indonesia. Namun, dengan belajar dari kesalahan yang telah terjadi di masa lalu, kita
dapat mencegah atau meminimalkan munculnya kembali kasus/masalah yang mungkin
terjadi pada anak bangsa generasi masa kini dengan cara mengajarkan empat
konsepsi/esensi tersebut kepada anak bangsa generasi masa kini sebagai pokok-pokok
pendidikan dan pengembangan karakter bangsa.

Setelah kita ajarkan kepada anak bangsa generasi masa kini, kita juga harus
membudidayakan konsepsi/esensi tersebut dengan cara mengimplementasikan empat
konsepsi/esensi tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai dasar berperilaku dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan satu cara pandang yaitu
melihat Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam
dimana Wawasan nusantara sebagai dasar dan landasan substansinya.
Untuk dapat mewujudkan konsepsi/esensi wawasan nusantara tersebut perlu
dilakukan implementasi/aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

1. Aspek Politik

Dalam bidang politik yang berwawasan nusantara, dapat menciptakan suasana


penyelenggaraan negara Indonesia yang lebih baik lagi. Hal tersebut dapat dilihat
dalam wujud pemerintahan yang religius, aspiratif, kuat, merakyat, dan dapat
dipercaya yang dapat membangun kesejahteraan rakyat. Disisi lain, bidang ini
dapat dilihat juga dari rakyatnya yang:

a. Membina dan mengamalkan kebulatan wilayah Indonesia sebagai satu


kesatuan yang utuh. Aplikasinya dengan cara melakukan pencegahan
terhadap aspirasi yang bersifat kedaerahan dan kesukuan. Contohnya
mengembangkan sikap peduli akan HAM dan sikap pluralisme guna untuk
mempersatukan berbagai suku bangsa, agama, bahasa, dan golongan di
Indonesia agar dapat memunculkan sikap/rasa toleransi dan menerima
perbedaan, pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara yang taat dan
sesuai dengan hukum yang berlaku.
b. Mencegah timbulnya hal – hal negatif yang mungkin terjadi karena
Indonesia yang mempunyai aspek kehidupan yang beragam. Contohnya
memegang pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa dalam
berperilaku di kehidupan sehari-hari, Membina dan memupuk rasa
kerukunan hidup antar umat beragama tanpa mencampuri urusan ibadah
agama masing-masing, tidak membeda-bedakan daerah, suku, ras, dan
golongan dalam urusan umum.
c. Memupuk jiwa anak bangsa generasi masa kini agar merasakan sebagai
satu kesatuan, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air
Indonesia dan mempunyai satu tekad yaitu mencapai tujuan dan cita-cita
bangsa Indonesia. Contohnya, Memupuk rasa kesetiakawanan sosial antar
anggota masyarakat melalui kegiatan sosial, Meningkatkan pembinaan
jiwa patriotisme dan semangat kebangsaan dengan menanamkan nilai-
nilai perjuangan kemerdekaan.
2. Aspek Ekonomi

Dalam bidang ekonomi ini, dapat menciptakan tatanan ekonomi yang menjadi
pemenuhan dan kesejahteraan rakyat dengan merata, adil, dan makmur dengan
cara mewujudkan aspek pemerataan terutama pada sumber daya alam (SDA) yang
memperhatikan kebutuhan masyarakat dan kelestariannya, baik potensial maupun
efektif, meningkatkan pengembangan ekonomi yang seimbang di seluruh daerah.
Implementasinya seperti:

a. Lebih memfokuskan pada upaya untuk memanfaatkan kekayaan tersebut


seoptimal mungkin dengan manajemen yang baik
b. Lebih optimal dalam memanfaatkan kekayaan alam secara baik, sehingga
generasi mendatang tidak kehabisan sumber kekayaan alam yang
melimpah terkandung di dalam Indonesia ini.
c. Peningkatan pada kemampuan masyarakat pedesaan sebagai sumber
daya manusia dan mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat.
d. Pembangunan perkotaan yang memperhatikan lingkungan tempat tinggal
yang sehat, baik, dan berguna bagi penduduknya.
e. Tingkat perkembangan ekonomi harus merata dan seimbang di seluruh
daerah tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah masing-
masing dalam menumbuhkan kehidupan perekonomiannya.
f. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Indonesia diselenggarakan
sebagai usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi
kerakyatan yang bertujuan untuk memakmurkan masyarakat Indonesia.

3. Aspek Sosial dan Budaya

Dalam bidang sosial budaya, mampu menciptakan sikap toleransi, mengakui,


menghormati segala bentuk perbedaan sebangai kenyataan hidup dan karunia dari
Allah. Implementasi sosial budaya ini juga akan menciptakan kehidupan
masyarakat yang lebih rukun dan bersatu sebagai satu bangsa dan tanah air
Indonesia dengan cara mewujudkan sosial dan budaya Indonesia pada hakikatnya
adalah satu. Contohnya:

a. Meningkatkan pertukaran seni budaya antar daerah


b. Meningkatkan penyajian dan pengetahuan tentang seni budaya melalui
media massa
c. Memupuk rasa saling berbagi dan rendah hati agar menjaga sifat war
negara Indonesia yang ramah dan dermawan.
d. Melakukan pengembangan, pelestarian, dan pengakuan budaya asli
Indonesia untuk menjaga keberadaan budaya lokal Indonesia tersebut.
4. Aspek Hankam

Dalam bidang hankam, dapat menumbuhkan dan mengembangkan rasa kesadaran


cinta tanah air dan bangsa, menerapkan rasa sikap bela negara dalam diri warga
negara Indonesia, jiwa rela berkorban bagi nusa dan bangsa, sikap yang
mementingkan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi, dan sebagainya.
Contohnya:
a. Secara intensif meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa dengan
mewaspadai hal-hal yang mungkin/elemen yang mungkin bertujuan
memecah belah bangsa Indonesia.
b. Lebih meningkatkan kebersamaan antar daerah dengan cara saling
membantu ketika dibutuhkan atau musibah melanda.
c. Mendidik untuk menghargai, menjaga, dan mempertahankan jasa-jasa
pahlawan yang telah memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajah.
d. Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana dan
prasarana yang memadai bagi kegiatan pengamanan wilayah Indonesia,
terutama pulau dan wilayah terluar Indonesia.
e. Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus memberikan
kesempatan kepada setiap warga negara untuk berperan aktif, karena
kegiatan tersebut merupakan kewajiban setiap warga negara, seperti
memelihara lingkungan tempat tinggal, meningkatkan kemampuan
disiplin, melaporkan hal-hal yang mengganggu keamanan kepada aparat
dan belajar kemiliteran. (Jana, 2016)
f. Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah atau pulau
juga menjadi ancaman bagi daerah lain. Rasa persatuan ini dapat
diciptakan dengan membangun solidaritas dan hubungan erat antara
warga negara yang berbeda daerah dengan kekuatan keamanan. (Jana,
2016)

Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa sudah semestinya dikembangkan


berdasarkan kesadaran bahwa tantangan ini akan berat untuk dilalui. Relevansi untuk
tetap bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hanya dapat
diwujudkan dengan memahami wawasan yang satu yaitu wawasan nusantara. Keyakinan
bahwa wawasan nusantara merupakan wawasan nasional adalah hal yang sangat penting.
Bahwa substansinya itu bisa berubah merupakan konsekuensi waktu dan pengaruh
eksternal yang secara akomodatif oleh wawasan nusantara diterima secara terbuka. (Prof.
Dr. H. Samsul Wahidin, 2010)
BAB IV
Kesimpulan
4.1 Kesimpulan

Wawasan nusantara adalah sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenal diri
dan tanah air sebagai Negara kepulauan dari berbagai aspek kehidupan. Sebagai warga
negara yang baik, untuk bersama-sama menuju tujuan dan cita-cita nasional bangsa
Indonesia dengan memanfaatkan sosial budaya, sejarah, sumber daya alam, dsb untuk
mewujudkan hal tersebut. Dengan landasan dari falsafah Pancasila serta UUD 1945.
Sehingga kita dapat bersama-sama memandang diri serta lingkungan yang ada dengan
berbagai asas, dan unsur yang telah ada. Yang juga akan menghasilkan implementasi
yang berguna di berbagai bidang kehidupan. (Rahayu, 2017)

Memang kenyataanya bahwa menanamkan wawasan nusantara atau


konsepsi/esensi wawasan nusantara kepada anak bangsa generasi masa kini di zaman
globalisasi merupakan tantangan yang berat, namun hal itu dikalahkan oleh kesadaran
bahwa wawasan nusantara itu merupakan hal penting dan merupakan kunci untuk
mencegah terjadinya kasus/masalah-masalah yang dulu terjadi akibat ketidaktahuan akan
konsepsi/esensi dari wawasan nusantara. Oleh karena itu, wawasan nusantara menjadi
dasar pokok dalam hal pendidikan dan pengembangan karakter bangsa bagi generasi
masa kini.

4.2 Saran

Melaksanakan/menerapkan langsung tentang konsepsi/esensi wawasan nusantara


adalah langkah yang tepat untuk mewujudkan tujuan dari wawasan nusantara. Namun,
untuk menerapkan seluruh implementasi dari konsepsi/esensi wawasan nusantara juga
akan membutuhkan waktu dan perjuangan yang cukup lama. Hal yang terbaik adalah
mensosialisasikan dan menerapkan implementasi tersebut dari hal yang sederhana sampai
pada tingkatan yang tertinggi dalam tahap yang bertingkat-tingkat, contoh pada sekolah
dasar itu hanya tentang mensosialisasikan dan menerapkan implementasi dari wawasan
nusantara yang sesuai dengan anak-anak sekolah dasar, seperti pertunjukan budaya
daerah, menerapkan kejujuran dan kedisiplinan, menceritakan tentang patriotisme para
pahlawan yang dulu, dsb. Jika hal-hal tersebut telah ditanamkan sejak dini, maka akan
membuahkan hasil yang memuaskan pada perilaku kehidupan anak bangsa generasi masa
kini.
Daftar Pustaka

Budiasih, D. (2015, June 24). Pengertian, Contoh Kasus dan Manfaat Wawasan Nusantara.
Retrieved March 27, 2019, from Kompasiana Beyond Blogging:
https://www.kompasiana.com/muthiputri/552837a2f17e61dd2a8b45a2/wawasan-
nusantara-dan-contoh-kasusnya

Istikomah. (2013, December 22). Karya Tulis :Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Generasi
Muda Indonesia. 7. Retrieved March 30, 2019, from Pendidikan Karakter Generasi
Muda:
https://www.academia.edu/11218961/Pendidikan_karakter_untuk_generasi_muda

Jana, I. (2016, December 26). Wawasan Nusantara (pengertian,study kasus). Retrieved March
31, 2019, from Pengertian contoh kasus wawasan nusantara, Materi PKN:
http://wawasannusatara.blogspot.com/2016/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

Kurniawan, B. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa. Indonesia: Jelajah Nusa.

Kusrahmadi, S. D. (n.d.). Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi Nasional. Wawasan


Nusantara Jurnal Penting.pdf, 8. Retrieved March 30, 2019, from
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/WAWASAN%20NUSANTARA%20%20Jurnal%2
0Penting.pdf

Prof. Dr. H. Samsul Wahidin, S. M. (2010). POKOK - POKOK PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.


Yogyakarta, Indonesia: PUSTAKA PELAJAR.

Rahayu, A. F. (2017, April 1). Makalah Wawasan Nusantara. Retrieved March 31, 2019, from
Ayu Fenti Rahayu:Wawasan Nusantara:
http://fentiayublog.blogspot.com/2017/04/wawasan-nusantara.html

Saputra, D. (2017, July 11). Lunturnya Wawasan Nusantara Anak Bangsa. Retrieved March 27,
2019, from Kompasiana Beyond Blogging:
https://www.kompasiana.com/danusaputra/5963d0da2f283c09be459e92/lunturnya-
wawasan-nusantara-anak-bangsa

Syahrial Syarbaini, A. W. (2006). Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan


Kewarganegaraan. Yogyakarta, Indonesia: Graha Ilmu dan UIEU.

Winarno, D. (2006). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta, Indonesia: PT Bumi


Aksara.

Anda mungkin juga menyukai