PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia
dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu
berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara
atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung
maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan
itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat
mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan
pemakainya
secara
tepat
dan
dapat
dipahami
oleh
1.2
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat kami dapat kami rumuskan
masalah :
1) Bagaimana pengertian dari kalimat efektif?
2) Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif berseta contohnya?
Tujuan
1) Dapat memahami materi tentang kalimat efektif.
2) Dapat menerapkan ciri-ciri pengunaan kalimat efektif dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
sesuai
dengan
kaidah,
ringkas,
dan
enak
oleh
pembaca. (Nasucha,
Rohmadi,
dan
Wahyudi: 2009)
5. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang
dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara
lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di
artikan. (ARIF HP: 2013)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi
kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami.
Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa,
jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
2.2
2.2.1
Kesatuan
Betapa pun bentuk sebuah kalimat, baik kalimat itu maupun
kalimat luas, agar tetap berkedudukan, sebagai kalimat efektif, haruslah
mengungkapkan sebuah ide pokok atau satu kesatuan pikiran.
Kehematan
Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan
dengan luasnya jangkauan makna yang diacu. Sebuah kalimat dikatakan
hebut bukan karena jumlah katanya sedikit, sebaliknya dikatakan tidak
hemat karena jumlah katanya terlalau banyak. Yang utama adalah seberapa
banyakkah kata yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengar dengan
kata lain, tidak usah mengunakan belasan kata, kalau maksud yang dituju
bisa dicapai dengan beberapa kata saja. Oleh karena itu, kata-kata yang
tidak perlu bisa dihilangakan. Untuk penghematan kata-kata, hal-hal
berikut perlu diperhatikan :
1) Mengulang Subjek Kalimat
Terkadang tanpa sadar, penulis sering mengulang subjek dalam
satu kalimat. Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu jadi lebih
jelas. Oleh karena itu, pengulangan bagian kalimat yang demikian
tidak diperlukan.
Contoh:
Chandra dan teman-temannya terkejut setelah mereka mengetahui
Liana masuk Rumah Sakit.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan meghilangkan kata
mereka sehingga menjadi:
Chandra dan teman-temannya terkejut setelah mengetahui Liana
masuk Rumah Sakit.
2) Hiponim dihindarkan
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata
atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam makna kata tersebut
terkadang makna dasar kelompok makna kata yang besangkutan. Kata
merah sudah menandung makna kelompok warna. Kata
Harimau
Contoh:
a. Sebagai
salah
satu
tokoh
dalam
pemikiran
konsep
perang,
unsur,
dan
bentuk
pasif.
Berikut
ini
diuraikan
tiap-tiap
penekanan/penegasan tersebut.
1. Penegasan dengan Intonasi
Penegasan dengan intonasi hanya dapat dilakukan dalam bahasa
lisan. Caranya adalah dengan meberikan tekanan yang kebih keras pada
salah satu unsur atau bagian kalimat yang ingin ditegaskan. Perhatikan
a.
b.
c.
d.
Memang hanya Nugi saja yang paling pintar (padahal yang lain
sudah belajar keras).
Pemberian keterangan penegasan ini dapat pila dilakukan dalm
bentuk anak kalimat yang diawali dengan kata penghubung, seperti
apalagi, lagipula, bahkan, dan lebih-lebih lagi.
Contoh:
a. Mencari pacar yang baik saja susahnya minta ampun, apalagi
mencari pendamping hidup yang setia.
b. Sebenarnya dia tidak suka bertengkar, lebih-lebih lagi dia tidak
suka dibentak-bentak.
kelaparan.
Penegasan dengan Pemindahan Unsur
Yang dimaksud dengan pemindahan unsur adalah memindahkan
unsur atau bagian kalimat ke posisi awa kalimat. Seperti sudah
dibicarakan, urutan unsur dalam kalimat yang normal adalah
subjek+predikat+objek+keterangan. Apabila unsur yang bukan subjek
ingin ditegaskan, atau lebih ditonjolkan, maka unsur tersebut harus
ditempatkan pada posisi awal kalimat. Pemindahan tentu akan mengubah
pola intonasi dan dapat mengubah struktur kalimat secara keseluruhan.
a. Pemindahan Predikat
Kalau tekanan sebuah kalimat ingin diberikan pada unsur
predikat maka unsur predikat itu harus ditempatkan pada awal
kalimat. Namun, pemindahan unsur predikat ini tidak begitu saja
dapat dilakukan, tetapi harus harus diperhatikan dulu jenis kata
yang menduduki unsur predikat itu.
1) Kalau predikatnya berupa kata kerja intransitif maka
pemindahan predikat ini dapat dilakukan.
Contoh:
Pergi dia dengan tergopoh-gopoh.
Tertawa mereka dengan terbahak-bahak.
Tersenyum dia dengan hati yang bahagia.
Dalam hal ini untuk lebih menegaskan harus pula
disertai dengan partikel lah. Misalnya:
10
*kecil anak
*sempit ruangan
12
Contoh:
1. Kemarin siang terjadi kecelakaan di depan rumah Elen.
2. Minggu pagi saya lari dengan santai.
6. Penegasan dengan Bentuk Pasif
Penegasan dalam bentuk kalimat pasif dibentuk dengan maksud
untuk lebih menegaskan peranan objek penderita. Objek dalam sebuah
kalimat aktif transitif, seperti telah disebutkan, tidak dapat dipindahkan ke
posisi awal kalimat karena kedudukannya erat sekali dengan predikat.
Oleh karena itu, bila peranan objek ingin lebih ditegaskan maka bentuk
kalimatnya harus diubah dari bentuk kalimat aktif menjadi bentuk kalimat
pasif. Dengan demikian, peranan penderita dari objek tersebut dapat tetap
dioertahankan; walaupun fungsinya berubah menjadi subjek, tetapi
peranannya tetap sebagai penderita.
Contoh:
a. Komputer dibajak peretas.
(Kalimat asalnya Peretas membajak komputer)
b. Air dipakai menyiram tanaman.
(Kalimat asalnya Menyiram tanaman memakai air)
Catatan:
Dalam memasifkan kalimat aktif transitif perlu diperhatikan hal-hal
berikut.
1. Kalu subjek kalimat aktifnya berupa kata ganti orang, maka predikat
dalam kalimat pasifnya tidak menggunakan awalan Di- kedudukan
awalan Di- itu harus diganti dengan kata ganti tersebut.
Contoh:
a. Tisu itu telah kakak pakai.
(Kalimat aktifnya Kakak telah memakai tisu itu)
b. Motor antik tersebut akan ayah jual.
(Kalimat aktifnya Ayah akan menjual motor antik tersebut)
2. Kalau predikat kalimat aktifnya berupa frase dengan kata ketrangan
yang menyatakan sikap batin (seperti kata-kata ingin, mau, dan suka)
maka akan terjadi masalah semantik di dalam bentuk pasifnya.
Contoh:
Monyet ingin mengambil Katak.
Bentuk pasfnya adalah:
Katak ingin diambil Monyet.
13
bukan
kalimat
transitif,
melainkan
kalimat
2.2.4 Kevariasian
Kelincahan dalam penulisan tergambar dalam struktur
kalimat yang dipergunakan. Ada kalimat pendek, ada kalimat yang
panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola kalimat
yang sama akan membuat susuan menjadi monoton atau datar sehingga
akan menimbulkan kebosanan pada pembaca. Demikian juga jika penulis
terus-menerus memilih kalimat yang pendek. Akan tetapi, kalimat
panjang yang terus menerus dipakai akan membuat pembaca kehilangan
pegangan akan ide pokok yang memungkinkan timbulnya kelelahan pada
pembaca. Oleh karena itu, dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk
kalimat yang bervariasi.
Kevariasian ini tidak kita temukan dalam kalimat demi
kalimat, atau pada kalimat-kalimat yang dianggap sebagai struktur
bahasa yang berdiri sendiri. Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat
yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain. Mungkin variasi
kalimat tersebut sebagai berikut.
1. Variasi dalam Bentuk Kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektivitas, yaitu
dengan variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan
kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan:
1. Frase keterangan (waktu, tempat, cara);
2. Frase benda;
14
setelah
mereka
bertemu.(partikel
penghubung)
c. Mengukir suatu bahan menjadi karya seni merupakan pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian. (frase kerja)
d. Si Kumir yang sombong itu akhirnya kena batunya.(frase benda)
15
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis.
Secara garis besar, ada dua syarat kalimat efektif, yaitu:
1) Syarat awal yang meliputi pemilihan kata (diksi) dan penggunaan
ejaan.
2) Syarat utama yang meliputi struktur kalimat efektif dan ciri kalimat
efektif.
Ciri kalimat efektif meliputi: kesatuan, kehematan, penekanan, dan
kevariasian.
3.2 Saran
1. Bagi pembaca, agar menjadikan bahan referensi materi dalam
mengunakan bahasa yang efektif.
2. Bagi mahasiswa, agar lebih memperkaya wawasan tentang kalimat
efektif.
17