Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia
dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu
berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara
atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung
maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan
itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat
mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan

pemakainya

secara

tepat

dan

dapat

dipahami

oleh

pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan


sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai.
Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa
maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat
dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat
yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur
yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi
dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang
tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh,
antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak
logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar
mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut
tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk
membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

1.2

1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat kami dapat kami rumuskan
masalah :
1) Bagaimana pengertian dari kalimat efektif?
2) Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif berseta contohnya?
Tujuan
1) Dapat memahami materi tentang kalimat efektif.
2) Dapat menerapkan ciri-ciri pengunaan kalimat efektif dalam kehidupan
sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicaraatau penulis.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan,

perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau


penulis.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya
memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan
sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah
dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada
diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas
sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara
tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria
jelas,

sesuai

dengan

kaidah,

ringkas,

dan

enak

dibaca. (Arifin: 1989)


4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat
menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah
dipahami

oleh

pembaca. (Nasucha,

Rohmadi,

dan

Wahyudi: 2009)
5. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang
dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara
lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di
artikan. (ARIF HP: 2013)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi
kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami.
Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa,
jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
2.2

Ciri-ciri Kalimat Efektif

2.2.1

Kesatuan
Betapa pun bentuk sebuah kalimat, baik kalimat itu maupun
kalimat luas, agar tetap berkedudukan, sebagai kalimat efektif, haruslah
mengungkapkan sebuah ide pokok atau satu kesatuan pikiran.

Kesatuan tersebut bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek


predikat, predikat objek, dan predikat keterangan. Dalam penulisan
tampak kalimat-kalimat yang panjang tidak mempunyai S dan P. Ada pula
kalimat yang secara gramatikal mempunyai subjek yang diantarkan oleh
partikel. Hal seperti ini hendaknya di hindarkan oleh pemakai kalimat agar
kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik
oleh pembaca dan pendengar.
Contoh :
1) Anak itu menginginkan sebuah keadilan.
2) Sifat kekanak-kanakan selalu menyertai keluarga itu.
Bagian yang digarisbawahi disebut subjek, sedangkan bagian
lainnya disebut predikat.
Bandingkan dengan kalimat berikut.
1) Untuk seluruh masyarakat diharapkan mematuhi peraturan yang telah
dibuat.
2) Kepada setiap kepala desa diharapkan agar menghadiri acara gotong
royong.
3) Di dalam keputusan tersebut telah termuat hukum-hukum yang berlaku.
Kalimat-kalimat tersebut subjeknya kurang jelas karena diantar oleh
partikel (kata-kata yang digarisbawahi). Oleh karena itu, partikel-partikel perlu
dihilangkan sehingga menjadi:
1) Seluruh masyarakat diharapkan mematuhi peraturan yang telah dibuat.
2) Setiap kepala desa diharapkan agar menghadiri acara gotong royong.
3) Keputusan tersebut telah termuat hukum-hukum yang berlaku.
2.2.2

Kehematan
Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan
dengan luasnya jangkauan makna yang diacu. Sebuah kalimat dikatakan
hebut bukan karena jumlah katanya sedikit, sebaliknya dikatakan tidak
hemat karena jumlah katanya terlalau banyak. Yang utama adalah seberapa
banyakkah kata yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengar dengan

kata lain, tidak usah mengunakan belasan kata, kalau maksud yang dituju
bisa dicapai dengan beberapa kata saja. Oleh karena itu, kata-kata yang
tidak perlu bisa dihilangakan. Untuk penghematan kata-kata, hal-hal
berikut perlu diperhatikan :
1) Mengulang Subjek Kalimat
Terkadang tanpa sadar, penulis sering mengulang subjek dalam
satu kalimat. Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu jadi lebih
jelas. Oleh karena itu, pengulangan bagian kalimat yang demikian
tidak diperlukan.
Contoh:
Chandra dan teman-temannya terkejut setelah mereka mengetahui
Liana masuk Rumah Sakit.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan meghilangkan kata
mereka sehingga menjadi:
Chandra dan teman-temannya terkejut setelah mengetahui Liana
masuk Rumah Sakit.

2) Hiponim dihindarkan
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata
atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam makna kata tersebut
terkadang makna dasar kelompok makna kata yang besangkutan. Kata
merah sudah menandung makna kelompok warna. Kata

Harimau

sudah bermakna binatang.


Contoh:
a. Binatang Harimau memiliki gigi dan taring yang sangat tajam.
b. Warna merah merupakan warna yang umum digunakan untuk
mengecat genteng rumah.
Kalimat-kalimat tersebut diperbaiki dengan menghilangkan
kata binatang dan warna sehingga menjadi:
a. Harimau memiliki gigi dan taring yang sangat tajam.
b. Merah merupakan warna yang umum digunakan untuk mengecat
genteng rumah.

3) Pemakaian Kata Depan dari dan daripada


Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal dengan kata depan dari
dan daripada, selain ke dan di. Penggunaan dari dalam bahasa
Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat), asal (asal-usul),
sedangkan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda
atau hal dengan benda atau hal lainnya.
Contoh:
a. Saya berangkat dari rumah pukul 09.30 pagi.
b. Toto lebih memilih tinggal di rumah pamannya daripada tinggal di rumah
kedua orang tuanya.
c. Paus lebih besar daripada Gajah.
Contoh-contoh berikut merupakan penggunaan dari dan daripada yang tidak
benar.
a. Kakak dari teman saya kemarin berulang tahun.
b. Untuk soal keamanan, kekuatan daripada militer Rusia masih sedikit di
bawah militer AS.
2.2.3 Penegasan
Yang dimaksud dengan penegasan dalam kalimat adalah upaya
pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada
salah satu unsur atau bagian kalimat, agar unsur atau bagian kalimat
yang diberi penegasan itu lebih mendapatkan perhatian dari pendengar
atau pembaca.
Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok. Inti pikiran ini
biasanya ingin ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau
pembicara dengan memperlambat ucapan, meninggikan suara, dan
sebagainya pada kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai car untuk
memberi penekanan pada kalimat, antara lain dengan cara: 1)
pemindahan letak frasa dan 2) mengulangi kata-kata yang sama.
1) Pemindahan Letak frasa
Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu sebuah kalimat,
penulis dapat memindahkan letak frasa atau bagian kalimat itu pada bagian
depan kalimat. Cara ini disebut juga pengutamaan bagian kalimat.
6

Contoh:
a. Sebagai

salah

satu

tokoh

dalam

pemikiran

konsep

perang,

Machiavelli menyebutkan bahwa perang merupakan suatu dasar yang


alamiah dalam penyelesaian masalah dan juga hal yang penting untuk
dilakukan.
b. Perang merupakan suatu dasar yang alamiah dalam penyelesaian masalah
dan juga menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Begitulah pendapat
Machiavelli sebagai salah satu tokoh dalam pemikiran konsep perang.
c. Penyelesaian masalah melalui perang merupakan hal yang penting untuk
dilakukan. Sebagai salah satu tokoh dalam pemikiran konsep perang,
Machiavelli juga menyebutkan perang menjadi suatu dasar yang alamiah
dalam menyelesaikan masalah.

2) Mengulang Kata-kata yang Sama


Pengulangan kata pada sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan dengan
maksud memberi penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting.
Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat maksud
kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
a. Selain menjaga hubungan baik dengan sesama, manusia juga harus bisa
menjaga hubungan baik dengan alam serta lingkungan sekitar.
b. Komunikasi intrapribadi merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan
komunikasi dalam konteks-konteks lainnya.
Kedua kalimat tersebut lebih jelas maksudnya dengan adanya pengulangan
pada bagian kalimat (kata) yang dianggap penting.
Di samping dilakukan dengan dua hal yang disebutkan di atas, penegasan
dapat juga dilakukan dengan: intonasi, partikel, kata keterangan, kontras makna,
pemindahan

unsur,

dan

bentuk

pasif.

Berikut

ini

diuraikan

tiap-tiap

penekanan/penegasan tersebut.
1. Penegasan dengan Intonasi
Penegasan dengan intonasi hanya dapat dilakukan dalam bahasa
lisan. Caranya adalah dengan meberikan tekanan yang kebih keras pada

salah satu unsur atau bagian kalimat yang ingin ditegaskan. Perhatikan
a.
b.
c.
d.

contoh berikut (bagian yang bertekanan diberi garis miring).


Tantowi mengendarai sepeda motor ke sekolah.
Tantowi mengendarai sepeda motor ke sekolah.
Tantowi mengendarai sepeda motor ke sekolah.
Tantowi mengendarai sepeda motor ke sekolah.
Kalau tekanan diberikan pada kata Tantowi maka kalimat tersebut
berarti yang mengendarai sepeda motor adalah Tantowi, bukan orang lain;
kalau tekanan diberikan pada kata mengendarai maka kalimat tersebut
berarti yang dilakukan Tantowi ke sekolah adalah mengendarai, bukan
pekerjaan lain; kalau tekanan diberikan pada kata sepeda motor maka
kalimat itu berarti yang dibawa Tantowi adalah sepeda motor, bukan
kendaraan yang lain; dan jika tekanan yang diberikan pada kata ke sekolah
maka kalimat tersebut berarti tujuan Tantowi berkendara adalah ke

sekolah, bukan ke tempat lain.


2. Penegasan dengan Partikel
Partikel penegasan yang ada dalam bahasa Indonesia adalah yang,
lah-yang, dan pun-lah.
a. Partikel yang ditempatkan di antara subjek dan predikat dalam kalimat
verbal (kalimat yang predikatnya kata kerja) atau kalimat ajektival
(kalimat yang predikatnya kata sifat).
Contoh:
Saya yang merusak tanamanmu.
(Makna yang lebih tegas adalah Saya merusak tanamanmu)
Mereka yang mencuri.
(Makna yang lebih tegas adalah Mereka mencuri)
Orang itu yang dibunuh.
(Makna yang lebih tegas adalah Orang itu dibunuh)
b. Partikel lah-yang digunakan di antara subjek dan predikat pada sebuah
kalimat verbal atau kalimat adjektival. Partikel lah-yang ini lebih tegas
maknanya daripada partikel seperti yang dibicarakan tersebut.
Contoh:
Sayalah yang merusak tanamanmu.
Merekalah yang mencuri.
Orang itulah yang dibunuh.
Struktur kalimat dengan partikel yang atau lah ini biasanya diikuti
oleh anak kalimat penjelas yang diawali oleh kata bukan. Misalnya:

Saya yang merusak tanamanmu, bukan kakakmu.


8

Dialah yang meminjam, bukan adiknya.

c. Partikel pun-lah digunakan: pun di antara subjek dan predikat,


sedangkan lah dirangkaikan pada predikat yang berupa kata kerja
intransitif.
Contoh:
Pohon itu pun ditebanglah dengan segera.
Akhirnya orang itu pun mengalah demi kebaikan.
Toko miliknya pun habislah dilalap api.
3. Penegasan dengan Kata Keterangan
Keterangan penegasan yang lazim digunakan untuk memberi
penegasan adalah kata memang. Kata memang dapat memberi penegasan
pada predikat dan dapat pula pada subjek.
Contoh:
a.
b.
c.
d.

Memang dia yang telah mengusir anjing itu.


Memang surat itu belum dikirim.
Kesalahan memang bisa terjadi pada siapa saja.
Anjing itu memang sudah melahirkan 4 ekor anak.
Penegasan kalimat dengan kata keterangan penegas masih dapa

pula lebih ditegaskan lagi dalam kalimat penegas. Misalnya:

Memang hanya Nugi saja yang paling pintar (padahal yang lain
sudah belajar keras).
Pemberian keterangan penegasan ini dapat pila dilakukan dalm
bentuk anak kalimat yang diawali dengan kata penghubung, seperti
apalagi, lagipula, bahkan, dan lebih-lebih lagi.
Contoh:
a. Mencari pacar yang baik saja susahnya minta ampun, apalagi
mencari pendamping hidup yang setia.
b. Sebenarnya dia tidak suka bertengkar, lebih-lebih lagi dia tidak
suka dibentak-bentak.

c. Mungkin saja mereka tidak mengizinkanku, lagipula melewati


hutan itu dimalam hari sama saja dengan mencari mati.
4. Penegasan dengan Kontras Makna
Penegasan dengan kontras makna dilakukan terhadap kalimat
majemuk setara. Makna klausa pertama dari kalimat tersebut menjadi lebih
tegas karena dikontraskan atau dipertentangkan dengan makna pada klausa
kedua.
Contoh:
a. Vinda merasa sangat bahagia disaat orang-orang di sekitarnya
berwajah muram.
b. Pemerintah setempat dengan seenaknya menikmati uang hasil
korupsi, sementara itu masih banyak rakyat yang miskin dan
5.

kelaparan.
Penegasan dengan Pemindahan Unsur
Yang dimaksud dengan pemindahan unsur adalah memindahkan
unsur atau bagian kalimat ke posisi awa kalimat. Seperti sudah
dibicarakan, urutan unsur dalam kalimat yang normal adalah
subjek+predikat+objek+keterangan. Apabila unsur yang bukan subjek
ingin ditegaskan, atau lebih ditonjolkan, maka unsur tersebut harus
ditempatkan pada posisi awal kalimat. Pemindahan tentu akan mengubah
pola intonasi dan dapat mengubah struktur kalimat secara keseluruhan.
a. Pemindahan Predikat
Kalau tekanan sebuah kalimat ingin diberikan pada unsur
predikat maka unsur predikat itu harus ditempatkan pada awal
kalimat. Namun, pemindahan unsur predikat ini tidak begitu saja
dapat dilakukan, tetapi harus harus diperhatikan dulu jenis kata
yang menduduki unsur predikat itu.
1) Kalau predikatnya berupa kata kerja intransitif maka
pemindahan predikat ini dapat dilakukan.
Contoh:
Pergi dia dengan tergopoh-gopoh.
Tertawa mereka dengan terbahak-bahak.
Tersenyum dia dengan hati yang bahagia.
Dalam hal ini untuk lebih menegaskan harus pula
disertai dengan partikel lah. Misalnya:

Pergilah dia dengan tergopoh-gopoh.

10

Tertawalah mereka dengan terbahak-bahak.


Tersenyumlah dia dengan hati yang bahagia.
2) Kalau predikatnya berupa kata kerja transitif, maka
predikat beserta objeknya harus dipindahkan sekaligus,
dan bila ingin diberi partikel lah partikel itu harus
dirangkaikan di belakang objek tersebut.
Contoh:
Membuat patunglah dia dengan sepenuh hati.
Membaca bukulah mereka untuk belajar.
3) Kalau predikatnya berupa kata sifat atau frase sifat, maka
predikat ini hanya dipindahkan ke posisi awal kalau
subjeknya bersifat khas atau tertentu.
Contoh:

Kecil sekali anak itu.


Sungguh bahagia mereka bisa bersama.
Sempit sekali ruangan di sebalah sana.
Predikat seperti terdapat pada kalimat anak kecil

atau ruangan sempit tidak dapat dipindahkan ke posisi


awal kalimat sebab subjeknya tidak bersifat khas. Jadi,
susunan:

*kecil anak
*sempit ruangan

Tidak dapat diterima.


4) Kalau predikatnya berupa kata benda, maka predikatnya
dapat dipindahkan ke posisi awal kalau subjeknya bersifat
khas atau tertentu.
Contoh:

Tukang reparasi adiknya.


(Kalimat asal Adiknya tukang reparasi)
Petani pekerjaannya.
(Kalimat asal Pekerjaannya petani)
11

Nasi Padang kesukaannya


(Kalimat asal Kesukaannya Nasi Padang)
5) Kalau predikat berupa kata bilanga atau frase bilangan,
maka predikat itu tidak dapat dipindahkan ke posisi awal.
Contoh:

Empat puluh tiga jumlahnya.


(Kalimat asal Jumlahnya empat puluh tiga)
Tujuh buah awak kapalnya.
(Kalimat asal Awak kapalnya tujuh buah)
6) Kalau predikatnya berupa frase depan, maka predikat itu
tidak dapat dipindahkan ke posisi awal.
Contoh:

*Di sawah cangkulnya.


(Kalimat asal Cangkulnya di sawah)
*Ke Sibetan pulang kampung.
(Kalimat asal Pulang kampung ke Sibetan)
Mengingat bahwa kalimat dengan predikat berupa frasa
depan tidak dianjurkan pemakaiannya dalam bahasa baku, maka
sebenarnya masalah pemindahan predikat dalam kalimat seperti ini
tidak perlu dibicarakan lagi.
b. Pemindahan Objek
Objek sebuah kalimat aktif transitif tidak dapat dipindahkan
ke posisi awal kalimat karena objek tersebut terikat erat dengan
predikatnya. Jika objek pada kalimat aktif transitif itu ingin tetap
ditegaskan dengan menempatkanya pada kalimat awal, maka
bentuk kalimat tersebut harus diubah menjadi bentuk kalimat pasif.
Objek yang secara eksplisit, dan dengan bantuan kata depan
oleh, disebutkan dalam sebuah kalimat pasif dapat dipindahkan ke
posisi awal kalimat.
Contoh:
1. Oleh pihak setempat bangunan tersebut disegel.
2. Oleh Kepala Sekolah kurikulum tersebut dibatalkan.
c. Pemindahan Keterangan
Semua unsur keterangan dapat dipindahkan ke posisi awal
kalimat.

12

Contoh:
1. Kemarin siang terjadi kecelakaan di depan rumah Elen.
2. Minggu pagi saya lari dengan santai.
6. Penegasan dengan Bentuk Pasif
Penegasan dalam bentuk kalimat pasif dibentuk dengan maksud
untuk lebih menegaskan peranan objek penderita. Objek dalam sebuah
kalimat aktif transitif, seperti telah disebutkan, tidak dapat dipindahkan ke
posisi awal kalimat karena kedudukannya erat sekali dengan predikat.
Oleh karena itu, bila peranan objek ingin lebih ditegaskan maka bentuk
kalimatnya harus diubah dari bentuk kalimat aktif menjadi bentuk kalimat
pasif. Dengan demikian, peranan penderita dari objek tersebut dapat tetap
dioertahankan; walaupun fungsinya berubah menjadi subjek, tetapi
peranannya tetap sebagai penderita.

Contoh:
a. Komputer dibajak peretas.
(Kalimat asalnya Peretas membajak komputer)
b. Air dipakai menyiram tanaman.
(Kalimat asalnya Menyiram tanaman memakai air)
Catatan:
Dalam memasifkan kalimat aktif transitif perlu diperhatikan hal-hal
berikut.
1. Kalu subjek kalimat aktifnya berupa kata ganti orang, maka predikat
dalam kalimat pasifnya tidak menggunakan awalan Di- kedudukan
awalan Di- itu harus diganti dengan kata ganti tersebut.
Contoh:
a. Tisu itu telah kakak pakai.
(Kalimat aktifnya Kakak telah memakai tisu itu)
b. Motor antik tersebut akan ayah jual.
(Kalimat aktifnya Ayah akan menjual motor antik tersebut)
2. Kalau predikat kalimat aktifnya berupa frase dengan kata ketrangan
yang menyatakan sikap batin (seperti kata-kata ingin, mau, dan suka)
maka akan terjadi masalah semantik di dalam bentuk pasifnya.
Contoh:
Monyet ingin mengambil Katak.
Bentuk pasfnya adalah:
Katak ingin diambil Monyet.

13

Terlihat di sini, bahwa kalimat pasif ini mempunyai makna bahwa


Katak ingin diambil oleh Monyet, padahal dalam bentuk aktifnya
maknanya tidak demikian.
3. Kalimat yang predikatnya berupa kata kerja kompleks seperti:
Dedi gagal mendapatkan beasiswa secara berkala.
Sesungguhnya

bukan

kalimat

transitif,

melainkan

kalimat

intransitif. Oleh karena itu, tidak dapat dipasifkan.

2.2.4 Kevariasian
Kelincahan dalam penulisan tergambar dalam struktur
kalimat yang dipergunakan. Ada kalimat pendek, ada kalimat yang
panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola kalimat
yang sama akan membuat susuan menjadi monoton atau datar sehingga
akan menimbulkan kebosanan pada pembaca. Demikian juga jika penulis
terus-menerus memilih kalimat yang pendek. Akan tetapi, kalimat
panjang yang terus menerus dipakai akan membuat pembaca kehilangan
pegangan akan ide pokok yang memungkinkan timbulnya kelelahan pada
pembaca. Oleh karena itu, dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk
kalimat yang bervariasi.
Kevariasian ini tidak kita temukan dalam kalimat demi
kalimat, atau pada kalimat-kalimat yang dianggap sebagai struktur
bahasa yang berdiri sendiri. Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat
yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain. Mungkin variasi
kalimat tersebut sebagai berikut.
1. Variasi dalam Bentuk Kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektivitas, yaitu
dengan variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan
kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan:
1. Frase keterangan (waktu, tempat, cara);
2. Frase benda;

14

3. Frase kerja; dan


4. Partikel penghubung.
Perhatikan contoh berikut!
a. Dari hutan yang terdalam muncullah seekor Rusa nan anggun.(frase
keterangan tempat)
b. Dan begitulah kisahnya

setelah

mereka

bertemu.(partikel

penghubung)
c. Mengukir suatu bahan menjadi karya seni merupakan pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian. (frase kerja)
d. Si Kumir yang sombong itu akhirnya kena batunya.(frase benda)

2. Variasi dalam Pola Kalimat


Untuk efektivitas kalimat dan untuk menghindari suasana monoton yang
dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek-predikat-objek dapat
diubah menjadi predikat-objek-subjek atau yang lainnya.
Perhatikan contoh berikut!
a. Orang itu masih ingin bekerja sebagai kuli angkut barang.(S P O)
b. Masih ingin bekerja sebagai kuli angkut barang orang itu.(P O S)
c. Orang itu sebagai kuli angkut barang masih ingin bekerja.(S O P)
3. Variasi dalam Jenis Kalimat
Untuk mencapai efektivitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan
dapat dikatakan dalam kaliamat tanya atau kalimat perintah.
Perhatikan contoh berikut!
...dengan begitu kemungkinan wacana Kemendikbud yang akan
menghapuskan pemberian tugas rumah kepada para siswa bisa saja
terwujud. Bagaimana dengan pendapat pembaca?
Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan
dalam bentuk tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat
berita. Akan tetapi untuk mencapai efektivitas, ia memakai kalimat tanya.
4. Variasi Bentuk Aktif-Pasif
Perhatikan contoh berikut!
a. Cara menganalisis sebuah buku ternyata gampang-gampang susah.
Pertama kita harus membaca ikhtisar, setelah itu memahami bagian
tema serta mengetahui setiap motif dan simbol buku tersebut,
setelah mengetahui plot dan tema utama selanjutnya buat sebuah
catatan mengenai hal-hal penting yang didapat.

15

b. Sebuah buku ternyata gampang-gampang susah untuk dianalisis.


Pertama ikhtisar harus dibaca, setelah itu bagian tema harus
dipahami serta mengetahui setiap motif dan simbol buku tersebut,
setelah mengetahui plot dan tema utama selanjutnya buat sebuah
catatan mengenai hal-hal penting yang didapat.
Kalimat-kalimat pada paragraf (a) semuanya berupa kalimat aktif,
sedangkan pada paragraf (b) berupa kalimat aktif dan pasif. Dapat
dikatakan, bahwa kalimat-kalimat pada paragraf (a) tidak bervariasi
sedangkan paragraf (b) bervariasi, namun hanya variasi aktif-pasif.

16

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis.
Secara garis besar, ada dua syarat kalimat efektif, yaitu:
1) Syarat awal yang meliputi pemilihan kata (diksi) dan penggunaan
ejaan.
2) Syarat utama yang meliputi struktur kalimat efektif dan ciri kalimat
efektif.
Ciri kalimat efektif meliputi: kesatuan, kehematan, penekanan, dan
kevariasian.
3.2 Saran
1. Bagi pembaca, agar menjadikan bahan referensi materi dalam
mengunakan bahasa yang efektif.
2. Bagi mahasiswa, agar lebih memperkaya wawasan tentang kalimat
efektif.

17

Anda mungkin juga menyukai