Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem
perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah
yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.

Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa


Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis
yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku,
bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan
nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.

Telah dikemukakan pada beberapa kesempatan, mengapa bahasa melayu dipilih menjadi
bahasa nasional bagi negara Indonesia yang merupakan suatu hal yang menggembirakan.

Dibandingkan dengan bahasa lain yang dapat dicalonkan menjadi bahasa nasional, yaitu
bahasa jawa (yang menjadi bahasa ibu bagisekitar setengah penduduk Indonesia), bahasa melayu
merupakan bahasa yang kurang berarti. Di Indonesia, bahasaitu diperkirakan dipakai hanya oleh
penduduk kepulauan Riau, Linggau dan penduduk pantai-pantai diseberang Sumatera. Namun
justru karena pertimbangan itu jualah pemilihan bahasa jawa akan selalu dirasakan sebagai
pengistimewaan yang berlebihan.

Alasan kedua, mengapa bahasa melayu lebih berterima dari pada bahasa jawa, tidak hanya
secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara reksikal, seperti diketahui, bahasa jawa
mempunyai beribu-ribu morfen leksikal dan bahkan beberapa yang bersifat gramatikal.
Faktor yang paling penting adalah juga kenyataannya bahwa bahasa melayu mempunyai sejara
yang panjang sebagai ligua France.

Dari sumber-sumber China kuno dan kemudian juga dari sumber Persia dan Arab, kita
ketahui bahwa kerajaan Sriwijaya di sumatera Timur paling tidak sejak abad ke -7 merupakan
pusat internasional pembelajaran agama Budha serta sebuah negara yang maju yang
perdagangannya didasarkan pada perdagangan antara Cina, India dan pulau-pulau di Asia
Tenggara. Bahas melayu mulai dipakai dikawasan Asia Tenggara sejak Abad ke-7. bukti-bukti
yang menyatakan itu adalah dengan ditemukannya prasasti di kedukan bukit karangka tahun 683
M (palembang), talang tuwo berangka tahun 684 M (palembang), kota kapur berangka tahun 686
M (bukit barat), Karang Birahi berangka tahun 688 M (Jambi) prasasti-prasasti itu bertuliskan
huruf pranagari berbahasa melayu kuno.

Bahasa melayu kuno itu hanya dipakai pada zaman sriwijaya saja karena di jawa tengah
(Banda Suli) juga ditemuka prasasti berangka tahun 832 M dan dibogor ditemukan prasasti
berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa melayu kuno.
Pad zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan , yaitu bahasa buku
pelajaran agama Budha. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di
Nusantara. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar nusantara. Informasi dari seorang ahli
sejara China I-Tsing yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di
Sriwijay ada bahasa yang bernama Koen Loen (I-Tsing : 63-159), Kou Luen (I-Tsing : 183),
Kouen loven (Ferrand, 1919), Kwenlun (Ali Syahbana, 1971 : 0001089), Kunlun (parnikel,
1977 : 91), Kun-lun (prentice 1978 : 19), ayng berdampingan dengan sanskerta.

Yang dimaksud dengan Koen-Luen adalah bahasa perhubungan (lingua france) dikepulauan
nusantara, yaitu bahasa melau. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu tampak makin
jelasa dari, peninggalan-peninggalan kerajaan islam, baik yang berupa batu tertulis, seperti
tulisan pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil-hasil
susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah
melayu, Tajussalatin dan Bustanussalatin. Bahasa melayu menyebar kepelosok nusantara
bersama dengan menyebarnya agama islam diwilayah nusantara bahasa melayu mudah diterima
oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antara pulau, antara suku, antara
pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan karena bahasa melayu tidak mengenal tutur.

Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun
tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini dicetuskan melalui sumpah
pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa
Indonesia diakui secara Yuridis.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan
sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal
penanggalan modern. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar.
Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan
sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para
penggunanya.

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang pada masa lalu digunakan oleh
kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa
ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa
Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda melihat kelenturan Melayu Pasar dapat mengancam


keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa
Melayu Tinggi, diantaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh
Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah digunakan oleh banyak pedagang dalam
berkomunikasi.
Peresmian Nama Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan
dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada
Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : Jika mengacu pada masa depan
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa
diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu,
bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.

Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah
pemuda yaitu Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau
setelah Kemerdekaan Indonesia.

Alasan memilih bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia

Penyebutan pertama istilah Bahasa Melayu sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686
M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari
Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja
Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 sampai ke-12. Wangsa Syailendra juga
meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang
ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.

Berbagai batu bertulis (prasasti) yang ditemukan itu seperti:

1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683.

2. Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684.

3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686.

4. Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688.

Yang kesemuanya beraksara Pallawa dan bahasanya bahasa Melayu Kuno memberi
petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat
komunikasi pada zaman Sriwijaya.

Prasasti-prasasti lain yang bertulis dalam bahasa Melayu Kuno juga terdapat di:

1. Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, tahun 832, dan Prasasti Manjucrigrha.

2. Bogor: Prasasti Bogor, tahun 942.


Kedua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno
pada saat itu bukan saja dipakai di Sumatra, melainkan juga dipakai di Jawa. Penelitian linguistik
terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu
Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan.

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :

1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdangangan.

2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan


dalam arti yang luas.

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Tahun 1928 tepatnya tanggal 28 Oktober, dalam Sumpah Pemuda, bahasa Melayu diwisuda
menjadi bahasa Nasional bangsa Indonesia sekaligus namanya diganti menjadi bahasa
Indonesia. Alasan dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa nasional ini didasarkan pada
kenyataan bahwa bahasa tersebut (1) telah dimengerti dan dipergunakan selama berabad-abad
sebagai Lingua franca hampir di seluruh daerah kawasan Nusantara, (2) strukturnya sederhana
sehingga mudah dipelajari dan mudah menerima pengaruh luar untuk memperkaya serta
menyempurnakan fungsinya. (3) bersifat demokratis sehingga menghindarkan kemungkinan
timbulnya perasaan sentimen dan perpecahan, dan (4) adanya semangat kebangsaan yang lebih
besar dari penutur bahasa Jawa dan Sunda. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng
bahasa jang sama, bahasa Indonesia demikian rumusan Sumpah Pemuda yang terakhir dan yang
benar.

Pengertian dari UUD 1945 Pasal 36 bahwa

Bahasa Indonesia di atur dalam UUD 1945 pada pasal 36 yaitu Bahasa Negara ialah
Bahasa Indonesia.
Berdasarkan fungsinya bahasa Indonesia dibagi menjadi 5 fungsi;

1. Ekspresif

Mampu menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan.

2. Komunikasi

Sebagai alat berinteraksi atau hubungan antara dua manusia dan sehingga pesan yang
dikmaksudkan dapat dimengerti.

3. Kontrol sosial

Misalnya tulisan Dilarang Buang Sampah Sembarangan bahasa tersebut berfungsi sebagai
pengatur atau pengontrol

4. Adaptasi

Bila kita berada di wilayah atau daerah diluar ibu kota, kita dapat menggunakan bahasa
Indonesia tersebut sebagai alat untuk adaptasi dengan lingkungan baru tersebut.

5. Integrasi/pemersatu

Bahasa daerah sangatlah beragam yang kemudian dapat dipersatukan oleh bahasa Nasional
yang dapat dipakai di seluruh Indonesia yang menjadi satu kesatuan yang utuh

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional di ikrarkan pada 28 oktober 1928
yaitu hari Sumpah Pemuda yang memilki fungsi-fungsi sebagai;

1. Lambang identitas Nasional.

2. Lambang kebanggaan kebangsaan.


3. Bahasa indonesia sebagai alat komunikasi.

4. Alat pemersatu bangsa yang berbeda Suku,Agama,ras,adat istiadat dan Budaya.

Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang diselenggarakan di jakarta pada
tangal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan berdasarkan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa Negara adalah;

1. Sebagai bahasa resmi kenegaraan.

2. Sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.

3. Sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah, dan

4. Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam pidato kenegaraan oleh pejabat Negara

Pemakaian bahasa Indonesia dalam situasi resmi, misalnya, pidato resmi pejabat negara
merupakan bagian dari sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi
simbol kedaulatan dan kehormatan negara. Oleh karena itu, Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 telah mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam pidato
resmi Presiden dan Wakil Presiden serta pejabat negara lainnya. Penyampaian pidato
menggunakan bahasa Indonesia di dalam forum resmi yang diselenggarakan oleh PBB dan
organisasi internasional dapat didampingi penerjemah atau diikuti transkrip pidato dalam bahasa
Inggris untuk memperjelas makna yang akan disampaikan. Forum demikian juga merupakan
momen yang tepat untuk memperkenalkan lagi dan lagi bahasa negeri ini sekaligus menunjukkan
kebanggaan terhadapnya.

Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, artinya bahasa Indonesia adalah satu-
satunya bahasa yang harus digunakan dalam menjalankan administrasi kenegaraan atau kegiatan-
kegiatan yang bersifat nasional Indonesia. Di dalam pasal 28 UU No.24 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil
Presiden, dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri. Dari
bunyi pasal tersebut sangatlah jelas dan terperinci bahwa para pejabat negara di dalam
menyampaikan pidatonya wajib menggunakan bahasa nasional, bahasa Indonesia. Hal ini
dimaksudkan agar seorang pejabat yang notabene sebagai tokoh publik, mampu menjadi panutan
banyak orang untuk menghargai dan menjunjung tinggi bahasa nasional, bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia menjadi bahasa pergaulan dalam penduduk

Pada dasarnya seluruh kegiatan manusia akan sangat berkaitan erat dengan bahasa. Bahasa
tidak hanya dapat digunakan dalam bentuk lisan, tapi juga dapat digunakan dalam bentuk tulisan.
Ilmu filsafat juga tidak lepas dari penggunaan bahasa, banyak filsafah yang justru mengawali
pemikirannya dari problem bahasa. Tentunya bahasa disini bukan berarti sekedar mempelajari
tata gramatikal bahasa ataupun bahasa asing, melainkan bagaimana pengertian seseorang dapat
terpengaruh hanya dari penggunaan kata-kata atau pemikiran.

Peran bahasa sebagai bahasa negara yang artinya bahasa indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam acara-acara formal seperti sidang MPR, sekolah, kuliah, pekerjaan , dan lain-
lain. Fungsi bahasa sebagai bahasa lainnya adalah bahasa Indonesia sebagai alat penghubung
tingkat nasional dan sebagai alat pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran bahasa
Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa nasional yaitu sebagai lambang kebanggaan bangsa,
rakyat Indonesia patut bangga terhadap bahasa Indonesia, karena tidak semua negara didunia ini
yang memiliki bahasa nasional. Fungsi lainnya adalah bahasa indonesia sebagai identitas bangsa
dan sebagai alat pemersatu dan penghubung antar daerah, hal tersebut dikarenakan negara
indonesiaterdiri dari berbagai jenis ras, agama, suka bangsa dan bahasa yang berbeda disetiap
daerah di indonesia, dengan bahasa Indonesia maka setiap warga dari seluruh daerah di indonesia
dapat berkomunikasi dengan baik.

1972 : EYD

Sejarah EYD, Ejaan Yang Telah Disempurnakan - Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK).
Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan
Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia
ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi
nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan
kebudayaan no.062/67, tanggal 19 September 1967.

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah
itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Sejarah Perkembangan EYD
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu
bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang
mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa
yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:

Ejaan van Ophuijsen


Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen
yang dibantu oleh Nawawi Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun
ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan
van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini
yaitu:
1. Huruf untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus
disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mula dengan ramai. Juga digunakan untuk
menulis huruf y seperti dalam Soeraba.
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata mamoer,
akal, ta, pa, dsb.

Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret
1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang
mulai berlaku sejak tahun 1901.

1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.


2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.

Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:

1. huruf oe menjadi u, seperti pada goeroe guru.


2. bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan () ditulis dengan
k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
3. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
4. awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Kata depan di pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan
imbuhan di- pada dibeli, dimakan.
Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan
dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri
menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor
departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

tj menjadi c : tjara cara


dj menjadi j : djarak jarak
oe menjadi u : oekoer -> ukur
j menjadi y : sajang sayang
nj menjadi ny : njamuk nyamuk
sj menjadi sy : sjarat syarat
ch menjadi kh : achir akhir

awalan di- dan kata depan di dibedakan penulisannya. Kata depan di pada contoh di
rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara di- pada dibeli, dimakan
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Anda mungkin juga menyukai