Anda di halaman 1dari 7

REVIEW BUKU

DETIK DETIK YANG MENENTUKAN: JALAN PANJANG INDONESIA MENUJU


DEMOKRASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Politik

Dosen Pengampu Dr. Hamdan Tri Atmaja, M.pd,.

Oleh:

Anis Wahyuni (3101417025)

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
A. IDENTITAS BUKU

Judul : Detik-detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi

No. ISBN : 979-99386-6-X

Penulis : Bacharuddin Jusuf Habibie

Penerbit : THC Mandiri

Tahun terbit : September 2006

Jmlh halaman : i-vi 549

Text bahasa : Indonesia

B. PENDAHULUAN

Buku yang diberi judul "Detik-Detik Yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia menuju
Demokrasi" menguak banyak informasi yang selama ini belum diketahui oleh masyarakat
dan terkadang menjadi polemik baik di kalangan akademisi, politisi maupun masyarakat
awam. Berbagai peristiwa, fakta-fakta sosial, ekonomi, politik, dan berbagai langkah
kebijakan yang diambil B.J. Habibie selama masa pemerintahannya dirangkum dalam empat
bab yang disusun sebagaimana adanya.

Buku ini diluncurkan pada tanggal 21 September 2006 di Jakarta. Memoir buku ini
diawali dengan prolog yang menggambarkan situasi dan kemelut yang terjadi menjelang
pergantian kepemimpinan dari Presiden Soeharto ke B.J. Habibie, kala itu Wakil Presiden RI.
Prolog ditulis oleh tim editor yang dipilih oleh B.J. Habibie. Sementara, bagian pokok buku
yakni Bab satu hingga Bab empat ditulis sendiri oleh B.J.Habibie.
Pada Bab 1, B.J.Habibie menguraikan kejadian-kejadian yang menentukan saat menjelang
pengunduran diri Presiden Soeharto.

Bab 2, B.J.Habibie memaparkan hal-hal penting yang terjadi selama 100 hari pertama
pemerintahannya.

Bab 3, menyuguhkan secara tematik hal-hal mendasar yang dilakukan oleh B.J.Habibie pada
masa pemerintahannya. Hal-hal penting yang dipaparkan antara lain : (a) masalah pemilu dan
sidang istimewa MPR; (b) masalah perbankan dan ekonomi; (c) masalah Timor-Timur; (d)
masalah otonomi daerah, dan (e) tentang Pak Harto.

Bab 4, memaparkan hal-hal penting yang terjadi pada 100 hari menjelang terpilihnya
Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid.

Epilog yang mengakiri buku ini memaparkan analisis mendalam mengenai latar belakang
kebijakan dan kiat B.J.Habibie dalam menangani berbagai krisis. bagian yang disusun oleh
tim editor, memuat pula komentar sejumlah pengamat dan media massa tentang kinerja
B.J.Habibie.

Review buku ini berusaha untuk memberikan gambaran kepada masyarakat umum
yang hendak membaca buku “Detik-Detik Yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia
menuju Demokrasi.” Semoga apa yang disampaikan dalam review buku ini bermanfaat bagi
pembaca untuk mengetahui apa yang ditulis B.J. Habibie dalam buku ini.

C. RINGKASAN

“Kekuasaan adalah amanah dan titipan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, bagi mereka
yang percaya atas eksistensi-Nya. Bagi mereka yang tidak percaya atas eksistensi-Nya,
kekuasaan adalah amanah dan titipan rakyat. Pemilik kekuasaan tersebut, tiap saat dapat
mengambil kembali miliknya dengan cara apa saja”. Inilah salah satu sifat yang mendasari
karakteristik kepemimpinan B.J. Habibie. Menurutnya kekuasaan bukanlah tujuan, melainkan
sarana perjuangan atau pengabdian kepada bangsa dan Negara yang kelak akan
dipertanggung jawabkan dihadapan Yang Maha Kuasa. Kekuasaan juga merupakan amanah
yang harus ditunaikan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran serta kode etik yang
berlaku dengan mengutamakan kepentingan rakyat sebagai pemilik absolut kekuasaan di
kancah negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Pemerintahan dari rakyat oleh rakyat
untuk rakyat. Dalam hal ini, “kebenaran” bersumber pada nilai-nilai agama yang diyakini
Habibie, yaitu Islam.

Lima ratus dua belas hari Habibie berkuasa. Waktu yang relatif singkat dalam
memimpin Indonesia yang tidak hanya mengalami krisis ekonomi, bahkan juga mengalami
krisis kepercayaan, sosial dan politik namun berhasil diperbaikinya. Seperti yang dikatakan
Habibie bahwa pada akhirnya sebuah sistem yang memiliki kredibilitas dan prediktabilitas
tinggi akan menentukan kualitas dan keunggulan suatu produk pemikiran, kebijakan,
perangkat keras, dan perangkat lunak yang dapat diandalkan. Tidak dapat dipungkiri
memang, dalam 512 hari masa jabatannya masih banyak diwarnai kekurangan disana-sini,
namun buah pemikirannya telah membuktikan kredibilitas dan prediktabilitas dirinya dalam
mengatur sebuah sistem.

Buku Detik-Detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi ini
merupakan kumpulan catatan harian Bacharuddin Jusuf Habibie, seorang aktor utama pelaku
sejarah saat lahirnya reformasi. “semua berdasarkan catatan yang ada pada saya. Tak ada hal
yang saya tulis berdasarkan katanya… katanya,” ujar seorang yang juga dianugrahi julukan
bapak disintegrasi dari lepasnya Timtim.

B.J. Habibie memulai memoarnya dengan membuka catatan hariannya pada tanggal
20 Mei 1998. Malam itu beliau dikagetkan oleh kabar yang datang dari Menteri Sekretaris
Negara melalui telepon bahwa besok pagi Pak Harto akan mengundurkan diri dari
jabatannya. Padahal baru saja kemarin malam Pak Harto bersama Habibie merumuskan
susunan kabinet baru yang akan diumumkan pada 23 Mei mendatang di Istana Merdeka di
depan pimpinan DPR/MPR. Ternyata keadan berubah begitu cepat. Entah apa yang
diinginkan Pak Harto dari pengunduran dirinya yang diluar perencanaan itu. Habibie sama
sekali tidak bisa memperkirakan. Apakah dengan pengunduran dirinya itu berarti Pak Harto
juga menghendaki pengunduran diri Habibie? Mengingat pernyataan Pak Harto di hadapan
beberapa tokoh masyarakat yang seolah seperti meragukan kepemimpinan Habibie kelak.

Habibie juga menuliskan pada catatan hariannya bahwa silaturahimnya dengan Pak
Harto, orang yang dihormati dan dicintainya itu terputus semenjak 21 Mei 1998. Pak Harto
enggan menemuinya. Hanya sekali komunikasi terjadi, itupun melalui telepon. Yakni pada 8
Juni 1998 saat ulang tahun ke-77 Pak Harto. Lewat berbagai jalur Habibie berusaha
menghubungi Pak Harto, namun hasilnya nihil. Bahkan saat stroke pertamanya pada
September 1999 dokter dan perawat di rumah sakit melarang Habibie untuk menemuinya.

Pada 21 Mei 1998 sejarah mencatat perpindahan kekuasaan Presiden Republik


Indonesia kepada Wakil Presiden Republik Indonesia. Berbagai pernyataan negatif
bermunculan. Banyak yang meragukan kepemimpinan Habibie baik dari dalam maupun luar
negeri. Menanggapi hal ini, Habibie tetap berlapang dada dengan keteguhan prinsipnya.
Habibie berpendapat bahwa berpolemik dengan mereka yang meragukan kepemimpinannya
hanya akan merugikan bangsa dan negara. Satu-satunya cara untuk menghadapi mereka
adalah dengan karya nyata untuk membuktikan bahwa pernyataan mereka keliru.

Terbukti, Lee Kuan Yew seorang Menteri Senior Singapura meralat pernyataanya
melalui surat yang dilayangkannya ke Menteri Negara BUMN Tanri Abeng. Lee
mengucapkan selamat atas keberhasilan yang dituai Habibie. Lewat buku setebal 549
halaman ini juga terungkap bagaimana sikap Habibie dalam menghadapi tekanan dari
berbagai pihak. Contohnya ketika Habibie didesak agar menyelenggarakan pemilu dalam
waktu tiga bulan. Habibie menolak dengan alasan, tak adil bila pemilu digelar sebelum rakyat
diberi kesempatan membentuk partai-partai yang akan membawa aspirasi dan wawasan baru.
Menurutnya pemilu baru bisa diselenggarakan sesegera mungkin satu tahun kedepan. Seperti
yang diketahui, pemilu 1999 diikuti tidak lebih dari 48 partai. Yang menarik adalah uraian
Habibie yang seolah meluruskan isu negatif seputar “ancaman” Prabowo. Yang beredar di
masyarakat saat itu adalah Prabowo mendatangi Habibie untuk meminta jabatan Pangab
dengan membawa senjata. Ternyata isu ini tidak benar sama sekali. Lewat buku ini teungkap
pula bagaimana sikap Habibie melobi Pemerintah Jerman untuk membantu pemulihan
perekonomian Indonesia.

Habibie, sebagai seorang yang memperjuangkan HAM dan demokrasi telah


membuktikan melalui sikapnya dalam mengatasi masalah Timtim. Provinsi ke-27 yang pada
akhirnya lepas dari wilayah NKRI melalui referendum. Menurutnya, pembukaan UUD 1945
dengan tegas menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Sudah saatnya
Indonesia secara jujur melihat Timor Timur yang semula memang di luar NKRI yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Di akhir buku ini tergambar jelas bagaimana kebesaran hati seorang Habibie yang
tidak bersedia mencalonkan ataupun dicalonkan kembali sebagai presiden saat laporan
pertanggung jawabannya ditolak. Walaupun sebenarnya tidak ada perundang-undangan yang
melarang presiden untuk mencalonkan ataupun dicalonkan kembali ketika laporan
pertanggung jawabannya ditolak. Ia ingin menjaga etika dalam berdemokrasi dengan tidak
menggunakan berbagai macam cara untuk mempertahankan kekuasaan.

D. REVIEW

Khazanah sejarah politik kontemporer Indonesia akan makin kaya dengan kehadiran sebuah
buku yang merupakan memoir dari Bacharuddin Jusuf Habibie, presiden ke-3 RI. Buku
memoir ini ditulis sendiri oleh B.J. Habibie berdasarkan cacatan yang beliau tulis semasa
menjabat sebagai Presiden RI.

Buku yang diberi judul " Detik-Detik Yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia
menuju Demokrasi" menguak banyak informasi yang selama ini belum diketahui oleh
masyarakat dan terkadang menjadi polemik baik di kalangan akademisi, politisi maupun
masyarakat awam. Berbagai peristiwa, fakta-fakta sosial, ekonomi, politik, dan berbagai
langkah kebijakan yang diambil B.J. Habibie selama masa pemerintahannya dirangkum
dalam empat bab yang disusun sebagaimana adanya.

Buku ini diluncurkan pada tanggal 21 September 2006 di jakarta. Memoir buku ini
diawali dengan prolog yang menggambarkan situasi dan kemelut yang terjadi menjelang
pergantian kepemimpinan dari Presiden Soeharto ke B.J. Habibie, kala itu Wakil Presiden RI.
Prolog ditulis oleh tim editor yang dipilih oleh B.J. Habibie. Sementara, bagian pokok buku
yakni Bab satu hingga Bab empat ditulis sendiri oleh B.J.Habibie.

Struktur buku ini terbagi atas prolog, kemudian empat bab dan epilog. Bagian prolog dan
epilog buku ini disusun oleh suatu tim. Sementara, empat bab buku ini bersumber dari catatan
harian yang ditulis oleh Habibie sendiri selama memegang jabatan di pemerintahan. Bab
pertama buku ini mengungkap fakta-fakta menjelang pengunduran diri Soeharto, sedangkan
bab kedua bertutur tentang 100 hari pertama pemerintahan Habibie, saat menghadapi masalah
multikompleks dan multidimensional. Selanjutnya, pada bab ketiga buku ini mengisahkan
tentang 100 hari pertama dan 100 hari terakhir sebelum pemilihan presiden ke-4 RI. Bab
keempat dari buku ini mengungkapkan tentang peristiwa 100 hari menjelang pemilihan
presiden ke-4 RI. Sementara itu, bagian prolog buku berisi fakta-fakta sebelum mantan
presiden soeharto mengundurkan diri. sedangkan bagian epilog berisi analisis dan komentar
mengenai pemerintahan presiden Habibie.

Hal yang menarik dari buku ini adalah digunakannya pendekatan-pendekatan non-
konvensional oleh B.J.Habibie ketika mengambil keputusan-keputusan pelik dalam
menghadapi krisis (pendekatan : approximation, redundancy, relaksasi dan seterusnya). Buku
ini dengan jujur memaparkan perjalanan B.J. Habibie selama kurun waktu 17 bulan menjabat
menjadi Presiden ke-3 RI.

Selain memeberi fakta sejarah, Habibie juga melakukan analisis terhadap apa yang
terjadi. Habibie memberi penilaian dan penjelasan tentang langkah-langkah serta gagasan
maupun keputusan penting yang telah diambilnya dalam penulisan "innerdialog". Ini
merupakan percakapan dengan diri dan hati nuraninya menghadapai peristiwa atau kejadian
yang harus diselesaikannya. Dalam masa sejarah pemerintahannya pelaku sejarah ini selamat
mentransformasi sistem kekuasaan otoriter ke sistem demokrasi. Habibie telah
menyelamatkan negara dan bangsa indonesia dari ancaman "Balkanisasi" dan "perang
saudara" seperti terjadi pada beberapa negara dan bangsa lain, yang pecah berkeping-keping
oleh perang saudara.

Tentang judul "Detik-detik ...", menurut Habibie judul itu dipilih berdasarkan
pertimbangan bahwa semasa menjabat sebagai presiden Indonesia, habibie berada pada
persimpangan jalan, keadaannya kritis. Jika sampai Habibie mengambil kebijakan (jalan)
yang salah akan dapat berakibat perang saudara atau Balkanisasi. Habibie memilih suatu
evolusi yang dipercepat dengan perencanaan yang matang, sebagai upaya penyelamatan
bangsa dari situasi kritis tersebut. Habibie banyak mengambil keputusan yang tidak popular,
baik yang bersifat irreversible, seperti masalah Timor Timur maupun yang bersifat reversible.
Keputusan tersebut dia ambil dengan cepat dan dengan memeperhitungkan sekecil mungkin
resiko yang mungkin terjadi. itulah sebebnya Habibie memilih judul "Detik-Detik Yang
menentukan". Sementara" jalan Panjang menuju Demokrasi" dipilih karena apa yang
dilakukannya merupakan bagian dari suatu proses demokratisasi Indonesia. Ini yang masih
akan terus berlangsung sampai tata kehidupan yang dicita-citakan bangsa Indonesia tercapai.

Habibie mengaku menulis sendiri memoarnya. "Semua berdasarkan catatan yang ada
pada saya. Tak ada hal yang saya tulis berdasarkan katanya... katanya," ujar ayah dua putra
itu. Fokusnya adalah bagaimana ia mengambil peran di saat-saat genting menjelang peralihan
kekuasaan 1998 dan bagaimana pula ia mengemban misi selaku presiden ketiga RI. Memoar
itu terbit tujuh tahun setelah ia melepas jabatan presiden dan ketika usianya memasuki 70
tahun. Ia menunggu gejolak mereda hingga memoarnya tidak perlu memantik kontroversi
politik. Dengan begitu, apa yang ia ungkapkan bisa diterima dengan pikiran lebih jernih.
E. PENUTUP

Keunggulan:

1. Buku ini tidak hanya menceritakan bagian sejarah Indonesia dari sisi pandang BJ Habibie,
tapi juga terdapat teladan dan sikap beliau yang baik, kredibel, dan prediktibel yang dapat
dijadikan contoh dan motivasi, sebagai seorang intelektual maupun sebagai pemimpin.
Tidak heran setelah membaca buku ini, penyusun semakin kagum dengan BJ Habibie.

2. Buku ini menguak banyak informasi yang selama ini belum diketahui oleh masyarakat dan
terkadang menjadi polemik baik di kalangan akademisi, politisi maupun masyarakat
awam. Berbagai peristiwa, fakta-fakta sosial, ekonomi, politik, dan berbagai langkah
kebijakan yang diambil B.J. Habibie selama masa pemerintahannya dirangkum dalam
empat bab yang disusun sebagaimana adanya.

Kekurangan:

Dari sisi tulisan, buku ini secara umum ngejlimet, terlalu banyak teks, dan banyak
menggunakan paragraf atau kalimat yang sebenarnya tidak perlu. Jika dapat meringkas
penggunaan paragraf atau kalimat, buku ini pasti akan lebih baik.

F. SARAN

Kalimat-kalimat yang tidak efektif sebaiknya dikurangi, sehingga isi buku dapat dengan
mudah untuk dipahami.

G. DAFTAR REFERENSI

Yusuf KS. 2019. Yusuf Ks Review Detik-detik yang Menentukan: Jalan Panjang Menuju
Demokrasi Indonesia. Dalam https://www.goodreads.com/review/show/2475209167.
Diakses pada 17 November 2019.

Pardi. 2008. Pacu Jalur: Buku B.J. Habibie. Dalam spd-


biz.blogspot.com/2008/01/khazanah-sejarah-politik-kontemporer.html?m=1. Diakses
pada 17 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai