Anda di halaman 1dari 13

TEORI NEGOSIASI WAJAH, TEORI MANAJEMEN KETIDAKPASTIAN

DAN TEORI HAMBATAN PERCAKAPAN

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Teori Komunikasi
Dosen Pengampu : Drs. H. Khoirudin Muchtar, M.Si

Disusun oleh :

Farsya Sabila Shalihah 1204050048


Fathan Yusuf Aditya 1204050050
Gita Siti Nuraibah 1204050057
Hasna Kirana 1204050063
Kharina Putri Nurramdani 1204050076
Liyuda Aningsih 1204050083

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Teori Negosiasi Wajah,
Teori Manajemen Ketidakpastian Dan Teori Hambatan Percakapan “ dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas kelompok pada salah satu mata kuliah wajib
dalam menempuh studi S1 Jurnalistik, yaitu Teori Komunikasi.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. H. Khorudin Muchtar, M.Si
Selaku Dosen pada mata kuliah Teori Komunikasi, kepada orang tua kami yang memberikan
berbagai fasilitas yang kami perlukan, kepada teman-teman, dan juga kepada seluruh pihak yang
sudah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Kami harap makalah ini dapat menjadi pengetahuan bagi pembaca dan kami berharap
makalah ini dapat menjadi referensi bagi masyarakat luas, khususnya yang ingin memperdalam
berbagai macam teori tersebut.

Kami menyadari akan keterbatasan serta kemampuan yang dimiliki, sehingga sudah pasti
dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi terciptanya maklah
yang lebih baik di masa yang akan datang.

Bandung, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

A. Face Negotiation Theory (Teori Negosiasi Wajah)................................................................6

B. Asumsi Teori...........................................................................................................................7

C. Teori Anxiety / Uncertainty Management (AUM) ( Teori Manajemen Ketidakpastian )......8

D. Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theory:.........................................8

E. Kelemahan Teori AUM...........................................................................................................9

F. Converstation Analysis Theory (Teori Hambatan Percakapan )...........................................10

BAB III..........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori Negosiasi Muka (Face-Negotiation Theory) dikembangkan oleh Stella Ting-


Toomey pada 1988. Teori ini memberikan sebuah dasar untuk memperkirakan bagaimana
manusia akan menyelesaikan masalah berdasarkan muka dalam sebuah kebudayaan yang
berbeda. Muka atau rupa mengacu pada gambar diri seseorang di hadapan orang lain. Hal ini
melibatkan rasa hormat, kehormatan, status, koneksi, kesetiaan dan nilai-nilai lain yang serupa.
Dengan kata lain, muka merupakan gambaran yang kita inginkan atau jati diri orang lain yang
berasal dari dalam dirinya dalam sebuah situasi sosial. Karya muka adalah perilaku komunikasi
manusia yang digunakan untuk membangun dan melindungi rupa mereka serta untuk
melindungi, membangun dan mengancam muka orang lain.

Sedangkan, Teori Anxiety / Uncertainty Management (AUM) diperkenalkan oleh


William B. Gudykunst untuk mendefinisikan bagaimana manusia berkomunikasi secara efektif
berdasarkan keseimbangan kecemasan dan ketidakpastian mereka dalam situasi sosial.
Gudykunst percaya bahwa agar komunikasi antarbudaya sukses, pengurangan kecemasan atau
ketidakpastian harus terjadi. Ia berasumsi bahwa satu orang dalam pertemuan antarbudaya adalah
orang asing.

AUM adalah teori yang didasarkan pada Uncertainty Reduction Theory (URT) yang
diperkenalkan oleh Berger dan Calabrese pada tahun 1974. URT menyediakan banyak kerangka
awal untuk AUM. dan sangat mirip dengan teori-teori lain dalam bidang komunikasi. AUM
adalah teori yang terus berkembang yang didasari oleh pengamatan perilaku manusia dalam
situasi sosial.

Terakhir, Teori Analisis Percakapan adalah bentuk kegiatan yang paling mendasar yang
dilakukan oleh manusia untuk menjalin hubungan antara satu dengan yang lain. Dengan
melakukan percakapan, manusia dapat saling mengungkapkan pikiran dan perasaanya, dan juga,
dapat saling bertukar informasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Teori analisis percakapan memfokuskan perhatiannya pada interaksi dalam percakapan seperti
berbagai gerakan oleh komunikator dan bagaimana mereka mengelola dan mengatur urutan
pembicaraan sebagaimana yang terlihat jelas pada perilakunya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Apa itu Face Negotiation Theory (Teori Negosiasi Wajah) ?
2. Apa Asumsi Face Negotiation Theory (Teori Negosiasi Wajah) ?
3. Apa itu Teori Anxiety / Uncertainty Management ( Teori Manajemen Ketidakpastian ) ?
4. Apa saja konsep – konsep Apa itu Teori Anxiety / Uncertainty Management ?
5. Apa itu teori Hambatan percakapan ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui Face Negotiation Theory (Teori Negosiasi Wajah).
2. Mengetahui asumsi Face Negotiation Theory (Teori Negosiasi Wajah).
3. Mengetahui Teori Anxiety / Uncertainty Management ( Teori Manajemen
Ketidakpastian ).
4. Mengetahui konsep – konsep Apa itu Teori Anxiety / Uncertainty Management
5. Mengetahui Teori Hambatan Percakapan.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Face Negotiation Theory (Teori Negosiasi Wajah)
Face-negotiation theory adalah teori pertama yang diusulkan oleh Brown dan Levinson
(1978) untuk memahami bagaimana orang-orang dari budaya yang berbeda mengelola hubungan
dan perbedaan pendapat. Teori ini berpendapat “wajah”, atau citra diri, sebagai fenomena
universal yang meliputi seluruh budaya. Dalam konflik, wajah seseorang yang terancam,
cenderung menyimpan atau mengembalikan wajahnya. Set perilaku komunikatif ini, menurut
teori ini, yang disebut “facework”. Sejak orang-orang memaknai “wajah” dan memberlakukan
“facework” berbeda dari satu budaya ke yang berikutnya, teori ini menimbulkan kerangka
budaya yang umum untuk memeriksa negosiasi facework.

Kemudian Teori Negosiasi Muka (Face-Negotiation Theory) dikembangkan oleh Stella


Ting-Toomey pada 1988. Teori ini memberikan sebuah dasar untuk memperkirakan bagaimana
manusia akan menyelesaikan masalah berdasarkan muka dalam sebuah kebudayaan yang
berbeda. Muka atau rupa mengacu pada gambar diri seseorang di hadapan orang lain. Hal ini
melibatkan rasa hormat, kehormatan, status, koneksi, kesetiaan dan nilai-nilai lain yang serupa.
Dengan kata lain, muka merupakan gambaran yang kita inginkan atau jati diri orang lain yang
berasal dari dalam dirinya dalam sebuah situasi sosial. Karya muka adalah perilaku komunikasi
manusia yang digunakan untuk membangun dan melindungi rupa mereka serta untuk
melindungi, membangun dan mengancam muka orang lain.

Teori ini merupakan teori gabungan antara penelitian komunikasi lintas budaya, konflik,
dan kesantunan. Teori negosiasi muka memiliki daya tarik dan penerapan lintas budaya karena
Stella Ting-Toomey pencetus teori ini berfokus pada sejumlah populasi budaya, termasuk
Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Cina dan Amerika Serikat. Ting-Toomey menjelaskan bahwa
budaya memberi bingkai interpretasi yang lebih besar di mana muka dan gaya konflik dapat
diekspresikan dan dipertahankan secara bermakna. Muka merupakan perpanjangan dari konsep
diri seseorang, muka telah menjadi fokus dari banyak penelitian di dalam berbagai bidang ilmu.
Ting-toomey mendasarkan banyak bagian dari teorinya pada muka dan facework. Muka
merupakan gambaran yang penting dalam kehidupan. Muka juga merupakan sebuah metafora
bagi citra diri yang diyakini melingkupi seluruh aspek kehidupan sosial.
Keberagaman budaya sangat mempengaruhi cara orang-orang tersebut berkomunikasi.
Walaupun muka adalah konsep universal, terdapat berbagai perbedaan yang merepresentasikan
budaya mereka masing-masing. Kebutuhan akan muka ada di dalam semua budaya, tetapi semua
budaya tidak mengelola kebutuhan muka ini secara sama. Ting-Toomey berpendapat bahwa
muka dapat diinterpretasikan dalam dua cara:

 Kepedulian akan muka (face concern) berkaitan dengan baik muka seseorang maupun
muka orang lain. Terdapat kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. Contoh
yang bisa dipakai adalah bagai mana ketika kita bertemu dengan orang yang berbeda
budaya selalu berusaha menjagaimage dan bersikap santun agar tidak menyinggung
perasaan orang lain.
 Kebutuhan akan muka (face need) merujuk pada dikotomi keterlibatanotonomi.
Contohnya ada sebagian budaya yang tidak suka tergantung kepada orang atau budaya
lain, sehingga penampilan atau muka yang tampak bersifatcuek atau tidak peduli dengan
orang lain.

B. Asumsi Teori
1. Asumsi pertama menekankan pada identits diri (self identity) atau ciri pribadi atau
karakter seseorang. Citra ini adalah identitas yang ia harapkan dan ia inginkan agar
identitas tersebut diterima orang lain. Identitas diri mencakup pengalaman kolektif
seseorang, pemikiran, ide, memori, dan rencana. Identitas diri tidak bersifat stagnan,
melainkan dinegosiasikan dalam interaksi dengan orang lain. Orang memiliki
kekhawatiran akan identitasnya atau muka (muka diri) dan identitas atau muka orang lain
(muka lain). Budaya dan etnis mempengaruhi identitas diri, cara di mana individu
memproyeksikan identitas dirinya juga bervariasi dalam budaya yang berbeda.
2. Asumsi kedua berkaitan dengan konflik, yang merupakan komponen utama dari teori ini.
Konflik dapat merusak muka sosial seseorang dan dapat mengurangi kedekatan hubungan
antara dua orang. Konflik adalah ‘forum” bagi kehilangan muka dan penghiaan terhadap
muka. Konflik mengancam muka kedua pihak dan ketika terdapat negosiasi yang tidak
berkesesuaian dalam menyelesaikan konflik tersebut (seperti menghina orang lain,
memaksakan kehendak, dst), konflik dapat memperparah situasi. Cara manusia
disosialisasikan ke dalam budaya mereka dan memengaruhi bagaimana mereka akan
mengelola konflik.
3. Asumsi ketiga berkaitan dengan dampak yang dapat diakibatkan oleh suatu tindakan
terhadap muka. Dengan menggabungkan hasil penelitian mengenai kesantunan, Ting-
Toomey menyatakan bahwa tindakan yang mengancam muka mengancam baik muka
positif maupun muka negatif dari para partisipan. Ada dua tindakan yang menyusun
proses ancaman terhadap muka: penyelamatan muka dan pemulihan muka. Pertama,
penyalamatan muka (face-saving) mencakup usaha-usaha untuk mencegah peristiwa yang
dapat menimbulkan kerentanan atau merusak citra seseorang. Penyelamatan wajah sering
kali menghindarkan rasa malu. Pemulihan muka (face restoration) terjadi setelah adanya
peristiwa kehilangan muka. Orang akan selalu berusaha untuk memulihkan muka dalam
respons akan suatu peristiwa. Misalnya, alasan-alasan yang diberikan orang merupakan
bagian dari teknik-teknik pemulihan muka ketika suatu peristiwa memalukan terjadi.

C. Teori Anxiety / Uncertainty Management (AUM) ( Teori Manajemen Ketidakpastian )


Teori ini diperkenalkan oleh William B. Gudykunst untuk mendefinisikan bagaimana
manusia berkomunikasi secara efektif berdasarkan keseimbangan kecemasan dan ketidakpastian
mereka dalam situasi sosial. Gudykunst percaya bahwa agar komunikasi antarbudaya sukses,
pengurangan kecemasan atau ketidakpastian harus terjadi. Ia berasumsi bahwa satu orang dalam
pertemuan antarbudaya adalah orang asing. AUM adalah teori yang terus berkembang yang
didasari oleh pengamatan perilaku manusia dalam situasi sosial.

D. Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theory:

1. Konsep diri dan diri.


Meningkatnya harga diri ketika berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan
peningkatan kemampuan mengelola kecemasan.
2. Motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing.
Meningkatnya kebutuhan diri untuk masuk di dalam kelompok ketika kita berinteraksi
dengan orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kecemasan.
3. Reaksi terhadap orang asing.
Sebuah peningkatan dalam kemampuan kita untuk memproses informasi yang kompleks
tentang orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan kita untuk
memprediksi secara tepat perilaku mereka. Sebuah peningkatan untuk mentoleransi
ketika kita berinteraksi dengan orang asing menghasilkan sebuah peningkatan
mengelola kecemasan kita dan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan
memprediksi secara akurat perilaku orang asing.

Sebuah peningkatan berempati dengan orang asing akan menghasilkan suatu peningkatan
kemampuan memprediksi perilaku orang asing secara akurat.

4. Kategori sosial dari orang asing.


Sebuah peningkatan kesamaan personal yang kita persepsi antara diri kita dan orang
asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan kita dan
kemampuan memprediksi perilaku mereka secara akurat.

Sebuah peningkatan kesadaran terhadap pelanggaran orang asing dari harapan positif kita


dan atau harapan negatif akan menghasilkan peningkatan kecemasan kita dan akan
menghasilkan penurunan di dalam rasa percaya diri dalam
memperkrakan perilaku mereka.

5. Proses situasional.
Sebuah peningkatan di dalam situasi informal di mana kita sedang berkomunikasi dengan
orang asing akan menghasilkan sebuah penurunan kecemasan kita dan sebuah
peningkatan rasa percaya diri kita terhadap perilaku mereka.

E. Kelemahan Teori AUM

Melalui kritik yang diajukan, maka Yip (2010) menyebutkan beberapa kelemahan dari
teori AUM ini terdapat di beberapa bagian yaitu:
1. Sifat hubungan dalam komunikasi antarbudaya kurang menjadi perhatian teori ini.
Teori ini kurang memperhatikan bahwa dalam hubungan yang sudah dibangun untuk
jangka panjang, beberapa kesalahan dalam berkomunikasi dapat ditoleransi.

2. Tujuan dalam komunikasi antarbudaya untuk setiap budaya tidak sama dengan
menggunakan efektivitas sebagai tolak ukurnya. Efektivitas komunikasi pada budaya
tingkat tinggi tidak sama dengan budaya tingkat rendah. Hal ini yang menyebabkan teori
ini perlu diperhatikan penggunaannya dalam menilai satu kelompok budaya.

3. Kurangnya perhatian terhadap reaksi penerima pesan menjadikan teori ini kurang tepat
untuk digunakan dalam menjelaskan proses interaksi antarbudaya. Efektivitas
komunikasi yang menjadi perhatian dalam teori ini sebetulnya kurang menitikberatkan
pada konteks antarbudaya.

F. Converstation Constraints Theory (Teori Hambatan Percakapan )


Conversational Constraints Theory yaitu hambatan yang ada pada pembicaraan baik budaya
atau pribadi mempengaruhi bagaimana suatu pesan dikonstruksi dan gaya pembicaraan
seseorang untuk mencapai tujuan komunikasi tertentu). Contoh dalam anggota budaya
kolektivisme dan orang yang memandang dirinya saling tergantung (interdependent self
construal ) lebih mementingkan pembicaran- pembicaraan yang berorientasi pada hubungan
atau relasional dan perasaan orang lain.
Conversational Constraints Theory dikembangkan di Min-Sun Kim, mencoba untuk menjelaskan
bagaimana dan mengapa strategi percakapan tertentu berbeda di berbagai budaya dan efek dari
perbedaan-perbedaan ini. Hal ini tertanam dalam pendekatan komunikasi Ilmu Sosial yang
didasarkan pada bagaimana budaya mempengaruhi komunikasi. Ada lima kendala percakapan
yang universal:
1) kejelasan
2) meminimalkan pengenaan
3) pertimbangan untuk perasaan orang lain
4) mempertaruhkan evaluasi negatif oleh penerima
5) efektivitas.
Kelima kendala berporos pada gagasan jika budaya adalah relasional lebih sosial (budaya
kolektif), atau tugas berorientasi (budaya individualistis). Pendekatan sosial relasional berfokus
pada memiliki perhatian lebih untuk perasaan penerima, memegang lebih penting pada
menyelamatkan muka bagi orang selain menjadi ringkas. Ketika membangun pesan, pendekatan
sosial relasional memperhitungkan bagaimana kata-kata dan tindakan mereka akan
mempengaruhi perasaan pendengar. Budaya memiliki tata krama tertentu dan perilaku yang
berkaitan dengan gaya percakapan. Perilaku ini dapat disukai oleh beberapa budaya, dan
menyinggung orang lain. Kendala percakapan Teori berusaha untuk menjelaskan mengapa taktik
tertentu bekerja di beberapa budaya, tetapi tidak pada orang lain. Hal ini dipengaruhi oleh
kebiasaan, aturan, dan norma-norma budaya itu. Fokus utama dari Teori Kendala Percakapan
belum tentu apa yang dikatakan, tapi bagaimana dikatakan. Percakapan biasanya berorientasi
pada tujuan dan memerlukan koordinasi antara kedua komunikator, dan pesan yang
dikembangkan dibangun di atas berbagai kendala, pribadi atau budaya, untuk mengejar segala
jenis interaksi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Face Negotiation Theory (norma dan aturan budaya mempengaruhi bagaimana anggota
budaya tertentu mengelola citra (image) dan bagaimana mengelola situasi konflik). Contoh
dalam budaya kolektivisme pengelolaan konflik cenderung memerlukan waktu lama,
mementingkan perasaan atau hubungan relasional dibandingkan substansi konflik itu sendiri
supaya pihak-pihak yang berkonflik tidak kehilangan muka, dan bukan efisiensi yang
dipentingkan.

Sedangkan, Conversational Constraints Theory yaitu hambatan yang ada pada pembicaraan
baik budaya atau pribadi mempengaruhi bagaimana suatu pesan dikonstruksi dan gaya
pembicaraan seseorang untuk mencapai tujuan komunikasi tertentu). Contoh dalam anggota
budaya kolektivisme dan orang yang memandang dirinya saling tergantung (interdependent self
construal ) lebih mementingkan pembicaran- pembicaraan yang berorientasi pada hubungan atau
relasional dan perasaan orang lain.

Terakhir, Teori Manajemen Kecemasan/Ketidakpastian dikenal sebagai tingkat


kecemasan yang tinggi yang mungkin dialami seseorang saat mereka bersentuhan dengan budaya
lain. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh William B.

B. Saran

Menurut pendapat saya, di era sekarang ini pemahaman mengenai teori-teori dalam ilmu
komunikasi dikalangan pelajar terbilang minim. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran untuk
membaca dan mempelajarinya.

DAFTAR PUSTAKA
Theory), T. N. (2016, JUNI 6). NISANISII. Retrieved from
https://nisanisii.wordpress.com/2016/06/03/teori-negosiasi-muka-face-negotiation-theory/

UNKNOWN. (2017, FEBRUARI 4). CROSS CULTURAL VARIABILITY IN


COMMUNICATION. Retrieved from TEORI KOMUNIKASI:
http://syarmilasyam1konsepsemiotika.blogspot.com/2017/02/

unknown. (2018, agustus 29). Mengenal Teori Anxiety/Uncertainty Management (AUM) William
B. Gudykunst. Retrieved from sobara's blog.

Verdadero, K. J. (2016, AGUSTUS 22). Communication Theory. Retrieved from Face-


Negotiation Theory: https://www.communicationtheory.org/face-negotiation-theory/

Veröffentlicht. (2018, agustus 29). Mengenal Teori Anxiety/Uncertainty Management (AUM)


William B. Gudykunst. Retrieved from sobara's blog:
https://sobara.wordpress.com/2018/08/29/mengenal-teori-anxiety-uncertainty-
management-aum-william-b-gudykunst/

Anda mungkin juga menyukai