Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

Teori Pengurangan Ketidakpastian


(Uncertainty Reduction Theory)

KELOMPOK 4:
Dhavari Dwi Maharani 07031282227113
Fianita Desriani Putri 07031282227073

Mata Kuliah : Teori Komunikasi Klasik dan Modern


Dosen : Annisa Rahmawati, S.I.Kom., M.I.Kom.

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah ini dengan baik dan tanpa kendala apapun. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Teori Komunikasi Klasik dan Modern.
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan sumber dan literatur terpercaya.

Makalah berjudul “Teori Pengurangan Ketidakpastian” ini disusun untuk memenuhi


tugas mata kuliah Teori Komunikasi Klasik dan Modern. Tak hanya itu, penulis juga berharap
makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian, penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan ilmu
yang bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para
pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.

Indralaya, 8 Agustus 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang Teori.................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 6
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 7
2.1 Definisi Teori ............................................................................................................................... 7
2.2 Asumsi Dasar ............................................................................................................................... 8
2.3 Konsep-Konsep Penting ............................................................................................................. 9
2.4 Contoh Kasus ............................................................................................................................ 12
2.5 Paradigma dan Tradisi ............................................................................................................. 13
BAB III................................................................................................................................................. 14
PENUTUP............................................................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 14
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori

Manusia adalah makhluk sosial di mana manusia tidak dapat hidup sendiri, sehingga
berbagai komunikasi selalu dilakukan setiap hari dan salah satunya adalah komunikasi yang
dilakukan oleh antar dua orang atau yang biasa disebut komunikasi antar pribadi. Menurut
DeVito (2007) komunikasi antar pribadi merupakan communication that takes place between
two persons who have an established relationship, the people are in some way connected.
Dalam ilmu komunikasi, hubungan pada dasarnya terbentuk ketika terjadi pertukaran pesan,
yaitu ketika dua individu atau lebih memperhitungkan dan menyesuaikan tindakan verbal
maupun nonverbal satu sama lainnya. Proses pertukaran pesan ini yang biasa disebut sebagai
komunikasi antar pribadi, yang merupakan sarana dimana semua jenis hubungan dimulai,
berkembang, tumbuh, dan kadang memburuk (Rubent & Stewart, 2006).

Komunikasi antar pribadi melibatkan dua orang yang sudah saling mengenal maupun yang
belum saling mengenal. Setiap kali berkomunikasi dengan orang lain, proses prediksi pasti
dilakukan. Prediksi didapatkan dari pengetahuan akan kejadian masa lampau dan harapan
terhadap kejadian yang akan datang (Miller dan Steinberg, 1975 dalam Damayanti, 2015, h.
290). Prediksi ini menjadi pemicu timbulnya ketidakpastian yang membuat komunikator
merasa penasaran. Rasa penasaran ini kemudian mengarah kepada kebutuhan untuk
memprediksi yang meningkat (need for predictability) (Berger 1979 dalam Guerrro 2007, h.
79).

Rasa penasaran yang kemudian berakhir pada memprediksi untuk memahami target ini
yang menjadikan motivasi untuk mendapatkan informasi dalam mengurangi ketidakpastian
yang terjadi. Maka dari itu perlu dilakukan uncertainty reduction atau pengurangan
ketidakpastian oleh orang asing yang belum saling kenal. West & Turner (2008) dalam buku
yang berjudul Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi menjelaskan bahwa
uncertainty reduction merupakan sebuah teori yang dipelopori oleh Charles Berger dan
Richard Calabrese pada tahun 1975 yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana komunikasi
yang digunakan untuk mengurangi ketidakpastian di antara orang asing yang terlibat dalam
pembicaraan satu sama lain untuk pertama kali.
Menurut Littlejohn & Foss (2009) juga menjelaskan bahwa pengurangan ketidakpastian
mencoba untuk menjelaskan bagaimana seseorang berkomunikasi ketika berada di dalam
keadaan yang tidak pasti terhadap lingkungan mereka. Teori uncertainty reduction ini juga
seringkali dianalisis dan diterapkan untuk komunikasi dalam konteks hubungan yang baru
dimulai (Dainton & Aylor dalam Kolb, 2015). Menurut Berger, orang mengalami
ketidakpastian ketika berinteraksi dan mencoba untuk mengurangi ketidakpastian tersebut
(Morissan & Wardhani, 2009). Ketidakpastian dalam teori ini didefinisikan sebagai
ketidakmampuan individu untuk memprediksi atau menjelaskan perilaku diri sendiri atau orang
lain.

Menurut Yoo (2005) pengurangan ketidakpastian tentang individu lain akan mengarah
kepada kepercayaan. Kepercayaan adalah sebuah keyakinan kepada orang lain yang
berperilaku dengan baik melalui kecerdasan dan karakter mereka (Yoo, 2005). Karena itu,
kepercayaan dapat digambarkan sebagai fenomena psikologis yang dapat dicapai melalui
interaksi. Komunikasi dengan orang lain dapat menghasilkan pembentukan kepercayaan.
Sehingga menurut fakta berdasarkan dalam jurnal berjudul “Why Should I Trust You? The Path
From Information Valence To Uncertainty Reduction, Cognitive Trust, and Behavioral Trust”
oleh Yoo (2005) mengatakan bahwa pengurangan ketidakpastian sangat dibutuhkan dalam
membangun sebuah kepercayaan.

Berger dalam jurnal yang berjudul First Comes Love, Then Comes Google oleh Gibbs,
Ellison, & Lai (2011) menjelaskan bahwa:

“Uncertainty leads to information-seeking behavior, as individuals are motivated to monitor


other people’s behavior in social situations and engage in a variety of strategies to find out
more about others, such as covert observation, asking questions, or communicating to
encourage others to reveal more about themselves (Berger, 1979).”

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ketidakpastian mengarah kepada perilaku
pencarian informasi dimana individu termotivasi untuk memperhatikan perilaku orang di
situasi sosial dan melakukan strategi untuk mencari informasi mengenai orang lain seperti
mengobservasi, menanyakan secara langsung, dan berkomunikasi untuk mendorong orang lain
untuk mengungkapkan lebih banyak tentang diri mereka sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu teori pengurangan ketidakpastian?

2. Apa saja asumsi-asumsi dasar dari teori pengurangan ketidakpastian?

3. Apa tradisi dan paradigma yang berkaitan dengan teori pengurangan ketidakpastian?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui secara detail apa itu teori pengurangan ketidakpastian

2. Untuk mengetahui apa saja asumsi-asumsi dasar dari teori pengurangan ketidakpastian

3. Untuk mengetahui tradisi dan paradigma apa yang berkaitan dengan teori pengurangan
ketidakpasitan
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Teori
Uncertainty Reduction Theory atau Teori Pengurangan Ketidakpastian adalah sebuah teori
yang dikemukakan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese dalam buku Pengantar Teori
Komunikasi Analisis dan Aplikasi Edisi 3 (2008: 173). Teori ini membahas tentang sebuah
proses komunikasi pada dua individu yang sebelumnya saling tidak kenal, menjadi kenal
sehingga dapat mengurangi ketidakpastian dalam komunikasi, dan kemudian memutuskan
untuk melanjutkan komunikasi atau tidak. Dikatakan juga bahwa teori ini berhubungan dengan
cara-cara kita mengumpulkan informasi tentang orang lain. Teori ini berhubungan dengan cara-
cara individu memantau lingkungan sosial mereka dan menjadi tahu lebih banyak tentang diri
mereka sendiri dan orang lain.

Uncertainty Reduction Theory atau teori pengurangan ketidakpastian, disebut juga initial
interaction theory. Teori ini diciptakan pada tahun 1975. Berger dan Calabrese yakin bahwa
ketika orang-orang asing pertama kali bertemu, mereka mula-mula meningkatkan kemampuan
untuk bisa memprediksi dalam usaha untuk mengeluarkan perasaan dari pengalaman
komunikasi mereka.

Teori ini membahas proses dasar bagaimana kita memperoleh pengetahuan mengenai orang
lain. Ketika kita bertemu dengan orang yang belum kita kenal maka biasanya banyak
pertanyaan yang muncul di kepala kita, siapa dia? Mau apa? Bagaimana sifatnya, dan
seterusnya? Kita tidak memiliki jawaban pasti dan kita mengalami ketidakpastian, dan kita
mencoba untuk mengurangi ketidakpastian ini (Morrisan, 2009: 131).

Versi umum dari teori ini menyatakan bahwa ada dua tipe dari ketidakpastian dalam
perjumpaan pertama yaitu:

1. Cognitive uncertainty, merupakan tingkatan ketidakpastian yang dihubungkan dengan


keyakinan atau sikap yang diyakini (mereka tidak yakin apa yang mereka pikirkan
tentang orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka). Seorang akan
berpikir bagaimana perilaku orang lain merujuk dari pemikiran orang tersebut.
Misalnya dua orang yang tidak saling mengenal sedang duduk bersebelahan tetapi tidak
bertegur sapa atau berkenalan, maka akan muncul ketidakpastian dalam batas
pemikiran dalam diri orang tersebut, apakah seseorang disebelahnya merasakan rasa
tegang karena tidak saling kenal, atau memang sifat orang tersebut sombong karena
tidak mau menegurnya tersebih dahulu. Dalam tahap ini ketidakpastian yang dirasakan
hanya sebatas dalam pemikiran.
2. Behavioral uncertainty (mereka tidak yakin bagaimana harus berperilaku atau
bagaimana orang lain akan berperilaku. Perilaku ini mencangkup verbal dan
nonverbal). Kesesuaian dengan perilaku yang seharusnya menurut budaya atau batasan
sampai mana perilaku dapat diprediksi dalam situasi tertentu. Misalnya dua orang yang
tidak saling kenal. Salah seorang, katakanlah si A mengajak bicara si B, dan terjadi
suatu interaksi yang tidak berjalan lama, kemudian akan muncul kembali sebuah
ketidakpastian dalam diri si A mengikuti perilaku sebelumnya (mengajak berbicara si
B) dengan kembali berpikir apakah si B menganggapnya sok kenal. Ketidakpastian
dalam tahap ini berlangsung mengikuti sebuah perilaku.

2.2 Asumsi Dasar


Teori sering didasarkan pada asumsi-asumsi yang merefleksikan cara pandang teoritikus.
Teori pengurangan ketidakpastian dibingkai oleh 7 asumsi yaitu:

1. Orang mengalami ketidakpastian dalam latar interpersonal. Asumsi pertama


menjelaskan dalam mengatur interpersonal, orang merasakan ketidakpastian karena
adanya perbedaan harapan mengenai kejadian interpersonal. Pada saat ini orang akan
merasakan ketidakpastian cemas untuk bertemu orang lain.
2. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stress secara
kognitif. Asumsi yang kedua menyarankan bahwa ketidakpastian adalah merupakan
keadaan yang tidak mengenakkan. Dengan demikian berada di dalam ketidakpastian
membutuhkan energi emosional dan psikologis yang tidak sedikit.
3. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk mengurangi
ketidakpastian mereka atau meningkatkan predikbilitas. Asumsi ketiga ini menjelaskan
bahwa ketika orang asing bertemu, maka terdapat dua hal yang penting yaitu
pengurangan ketidakpastian dan penambahan prediksi. Pencarian informasi biasanya
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dengan tujuan untuk memperoleh
prediktabilitas.
4. Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang terjadi melalui
tahapan-tahapan. Asumsi yang keempat menyatakan bahwa komunikasi interpersonal
adalah proses yang melibatkan tahapan-tahapan perkembangan. Menurut Berger dan
Calabrese terdapat tiga tahapan orang memulai interaksi yaitu:
a. Entry Phase: Dalam tahap ini biasanya komunikasi hanya meliputi hal-hal umum
saja seperti nama, jenis kelamin, usia, status dan hal demographis lainnya. Dalam
tahap ini langkah yang ditempuh sebagian besar bersifat normatif dan dikendalikan
oleh aturan-aturan komunikasi.
b. Personal Phase: Tahap ini komunikasi berlangsung lebih akrab dan berbagi
mengenai keyakinan, pendapat, nilai dan lebih banyak data pribadi. Fase ini mulai
kurang dibatasi oleh aturan dan norma komunikasi.
c. Exit Phase: Di fase ini umumnya setelah komunikator mendapatkan data-data yang
ada dapat memilih untuk melanjutkan komunikasi atau memutuskan untuk
menyudahinya.
5. Komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian.
Asumsi kelima menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah alat utama bagi
pengurangan ketidakpastian. Di sini komunikasi interpersonal diidentifikasikan sebagai
fokus pada URT. Komunikasi interpersonal mensyaratkan beberapa kondisi, beberapa
di antaranya adalah kemampuan untuk mendengar, tanda respon nonverbal, dan bahasa
yang sama. Menurut Berger (1995) ada sejumlah situasi di mana kondisi prasyarat
pertemuan tatap muka ini tidak terpenuhi. Kondisi seperti ini memengaruhi proses
pengurangan ketidakpastian dan pengembangan hubungan.
6. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah seiiring berjalannya
waktu. Asumsi keenam ini fokus pada fakta komunikasi interpersonal yang
berkembang. URT mempercayai interaksi bermula dari kunci elemen di proses
pengembangan.
7. Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang dengan menggunakan cara seperti
hukum. Asumsi terakhir ini menunjukan tingkah laku orang-orang dapat memprediksi
sebuah penampilan. Dalam ontologi cakupan hukum, beramsumsi bahwa perilaku
manusia diatur oleh prinsip-prinsip umum yang berfungsi dengan cara seperti hukum.

2.3 Konsep-Konsep Penting


Teori pengurangan ketidakpastian oleh Berger dan Calabrese (1975) ini juga disebut
sebagai teori interaksi awal (initial interaction theory) dikarenakan membahas bagaimana
ketika dua orang asing bertemu fokus mereka yaitu mengurangi ketidakpastian atau keraguan
satu sama lain dalam hubungan keduanya dan memprediksi serta menjelaskan hal-hal yang
bisa terjadi di awal interaksi. Oleh karenanya terdapat dua konsep penting dalam teori
pengurangan ketidakpastian yaitu:
1) Prediction (prediksi) diartikan sebagai kemampuan untuk memperkirakan pilihan-
pilihan perilaku yang mungkin akan dipilih yang ada bagi diri sendiri atau pasangan dalam
suatu hubungan.

2) Explanation (Penjelasan) maksudnya adalah kemampuan untuk menginterpretasikan


makna dari pilihan tindakan atau perilaku yang sudah dilakukan dalam sebuah hubungan.

Adapun Konsep lain yaitu pada komunikasi dan pengembangan hubungan dalam
mengurangi ketidakpastian terdapat tujuh kualitas atau variabel yang terkait dengan
ketidakpastian dalam interaksi awal diidentifikasi dalam teori asli oleh Berger dan Calabrese
(1975) diantaranya yakni:

1) Output verbal (Amount of verbal communication) , Pada dasarnya seperti jumlah kata
yang dipertukarkan selama interaksi berlangsung.
2) Kehangatan nonverbal (Nonverbal affiliative expressiveness), Bentuk komunikasi
nonverbal yang spesifik di mana orang menunjukkan perasaan positif terhadap orang
lain (misalnya, ekspresi wajah yang menyenangkan, anggukan kepala, dan gerakan
tangan dan lengan).
3) Pencarian informasi (Information-seeking behavior), Jumlah pertanyaan yang diajukan
seseorang kepada orang lain. Sejauh mana informasi pribadi berisiko rendah, seperti
demografi, dibandingkan dengan informasi berisiko tinggi, seperti kepercayaan, sikap,
dan opini.
4) Pembukaan diri (Intimacy level of communication content)
5) Resiprositas pembukaan diri (Reciprocity) :Pembagian informasi yang relatif sama
secara timbal balik antara dua orang.
6) Kesamaan (Similarity) :Sejauh mana dua orang memiliki sikap yang sama dan terlibat
dalam komunikasi yang mencerminkan kesepakatan
7) Kesukaan (Liking) : Perasaan positif atau penghargaan terhadap orang lain.

Ketujuh kualitas ini menjadi dasar teori dan digabungkan untuk menciptakan aksioma.
Aksioma merupakan kebenaran yang ditarik dari penelitian sebelumnya. Dalam aksioma ini
terdapat hubungan kausal, yaitu hubungan sebab akibat antara ketidakpastian dengan konsep
lainnya. Adapun aksioma dalam teori pengurangan ketidapastian sebagai berikut:

Berger dan Calabrese pada tahun 1975 menggabungkan tujuh variabel teori pengurangan
ketidakpastian dalam interaksi untuk menciptakan tujuh aksioma. Aksioma-aksioma tersebut
mencakup pernyataan tentang faktor-faktor yang menyebabkan perasaan ketidakpastian,
dampak peningkatan ketidakpastian pada interaksi awal, dan dampak pengurangan
ketidakpastian pada interaksi awal.

1) Aksioma 1: semakin sering berkomunikasi dengan lawan bicara dan berusaha untuk saling
mengenal satu dengan yang lainnya, ketidakpastian akan semakin berkurang.

2) Aksioma 2: semakin kita mengekspresikan nonverbal kita kepada orang lain, maka itu akan
dapat mengurangi ketidakpastian kita.

3) Aksioma 3: semakin ketidakpastian kita tinggi maka kita akan lebih banyak untuk mencari
informasi yang menurut kita belum lengkap guna mengurangi ketidakpastian kita.

4) Aksioma 4: semakin ketidakpastian kita meningkat, maka tingkat keintiman dan isi
komunikasi kita akan menurun.

5) Aksioma 5: semakin tinggi ketidakpastian kita terhadap lawan bicara, maka tingkat
resiprositas kita juga tinggi. Resiprositas menyatakan bahwa jika kita memberikan informasi
kepada lawan bicara kita, maka lawan bicara kita juga akan sama memberikan informasinya
kepada kita. Misalnya, A menanyakan nama kepada B dan B juga menanyakan nama kepada
A.

6) Aksioma 6: jika kita sama-sama memiliki kemiripan berupa kemiripan konteks dengan
lawan bicara, maka itu akan dapat mengurangi ketidakpastian kita terhadap orang itu.

7) Aksioma 7: semakin tinggi ketidakpastian kita, kesukaan kita pada lawan bicara akan
menurun.

Berikut tabel aksioma-aksioma teori pengurangan ketidakpastian menurut Berger dan


Calabrese.
Selanjutnya Berger dan Gudykunst tahun 1991 menambahkan aksioma 8 dan 9 yaitu

8) Aksioma 8: makin sering kita berinteraksi dengan teman dan anggota keluarga dari mitra
hubungan kita, maka ketidakpastian kita makin sedikit.

9) Aksioma 9: semakin kita tidak pasti dengan orang lain, kita tidak akan merasa nyaman ketika
berbicara dengan lawan bicara kita maka kita tidak akan merasa puas.

Ada dua proses yang dapat digunakan untuk mengurangi ketidakpastian, yaitu pendekatan
proaktif dan retroaktif. Pendekatan proaktif terjadi ketika seseorang merencanakan sebelum
berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh, ketika kita melihat seseorang yang tidak
dikenal di stasiun, kita mungkin memutuskan untuk mengajaknya berkenalan dan
merencanakan apa yang akan kita katakan saat bertemu dengannya. Ini dilakukan untuk
mengurangi ketidakpastian kita terhadap orang yang baru kita temui. Di sisi lain, pendekatan
retroaktif terjadi setelah interaksi berlangsung. Sebagai contoh, setelah kita berkenalan dengan
orang asing di stasiun tadi, kita mungkin mulai merenung apakah dia menyukai kita, apakah
dia senang berkenalan dengan kita, atau apakah dia ingin bertemu dan berbicara lagi dengan
kita di lain waktu. Pendekatan ini dilakukan untuk mengatasi ketidakpastian setelah interaksi
berlangsung.

Dalam mengurangi ketidakpastian, ada tiga strategi yang dapat ditempuh. Pertama, Strategi
Pasif adalah mengurangi ketidakpastian dengan sebatas mengamati sesuatu yang dianggap
tidak pasti. Kedua, Strategi Aktif adalah mengurangi ketidakpastian dengan menggunakan
orang ketiga. Ketiga, Strategi Interaktif adalah mengurangi ketidakpastian dengan melakukan
pendekatan pada sasaran. Meskipun strategi-strategi ini sangat penting untuk mengurangi
ketidakpastian. Namun, untuk menanyakan pertanyaan sesuatu yang sensitif akan membuat
semakin tingginya ketidakpastian dan orang pun membutuhkan strategi tambahan. Strategi
tambahan ini merujuk pada strategi pasif. Strategi ini dibagi menjadi dua yaitu pencarian
reaktivitas dan pencarian ketidakterbatasan. Pencarian reaktivitas yaitu strategi pasif ketika
mengamati seseorang dalam melakukan sesuatu. Strategi pasif yang kedua, pencarian
ketidakterbatasan yaitu strategi pasif ketika kita mengamati perilaku alami.

2.4 Contoh Kasus


Seorang mahasiswa PMM ke Universitas Sriwijaya berada di ruang kelas yang mana ia
belum kenal dengan teman-teman sekelasnya. Jika dilihat dari situasinya dengan
menghubungkan dengan teori pengurangan ketidakpastian, munculah ketidakpastian di tengah-
tengah mereka. Ketidakpastian tersebut berkurang apabila Mahasiswa PMM tersebut mulai
memperkenalkan dirinya. Ketika ketidakpastian mulai berkurang disinilah proses apakah
interaksi awal tersebut akan berkembang menjadi hubungan atau tidak.

Contoh lainnya Nia dan Nathan adalah teman seorganisasi tapi tidak pernah saling
menyapa. Suatu hari ada kegiatan rapat bersama yang mempertemukan mereka. Nathan mulai
menyapa Nia, keduanya tersenyum ramah. Jika dilihat fase ini merupakan Fase Awal. Setelah
rapat itu selesai Nathan dan Nia mulai banyak mengobrol mulai dari hal kecil hingga sampai
ke topik kehidupan pribadi mereka seperti keluarga dan masalah yang ia alami, ini merupakan
Fase Personal. Selanjutnya setelah lama kenal Nia dan Nathan meraka memutuskan untuk
memperluas hubungan pertemanan mereka karena ada rasa kenyamanan. Ini merupakan Fase
Akhir.

2.5 Paradigma dan Tradisi


Teori pengurangan ketidakpastian oleh Charles Berger dan Richard Calabrese
menggunakan pendekatan atau paradigma kedalam positivistik dikarenakan adanya realita
yang objektif dan apa yang menjadi subjek penelitian dan yang dibahas bebas nilai. Kemudian
teori ini berada dalam ruang lingkup tradisi sosiopsikologis karena teori pengurangan
ketidakpastian menjelaskan proses percakapan dengan berfokus pada faktor apa atau variabel
pilihan-pilihan yang mempengaruhi perilaku orang dalam berinteraksi dengan orang lain atau
menjalin sebuah hubungan dengan lainnya. Selain itu juga mengapa masuk kedalam tradisi
sosiopsikologis adalah karena mengkaji individu sebagai makhluk sosial. Teori tersebut
menganalisis perilaku sosial individu, variabel psikologisnya, efek apa terhadap individu,
kepribadian, sifar, persepsi yang muncul, serta kognisinya. Misalnya seperti bagaimana
menjadaptkan informasi tentang orang lain, mengelola dan merasakan ketidakpastian dengan
orang lain, bagaimana ketidakpastian dan kegelisahan saling berkaitan, serta bagaimana cara
mengurangi ketidakpastian tersebut.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Uncertainty Reduction Theory atau Teori Pengurangan Ketidakpastian adalah sebuah
teori yang dikemukakan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese mengggunakan
pendekatan atau paradigma positivistik dan berada dalam ruang lingkup sosiopsikologis karena
mengkaji tentang bagaimana ketika dua orang asing bertemu fokus mereka yaitu mengurangi
ketidakpastian atau keraguan satu sama lain dalam hubungan keduanya dan memprediksi serta
menjelaskan hal-hal yang bisa terjadi di awal interaksi. Teori ini memiliki tujuh asumsi dasar
yang membahas berbagai aspek ketidakpastian dalam hubungan interpersonal, termasuk
pengaruhnya terhadap perilaku dan komunikasi antarindividu. Asumsi-asumsi ini mencakup
pandangan tentang ketidakpastian, bagaimana orang bereaksi terhadapnya, peran pengurangan
ketidakpastian dalam pertemuan orang asing, perkembangan komunikasi interpersonal,
pemaknaan pertama dari pengurangan ketidakpastian, perubahan informasi dalam komunikasi,
dan kemampuan memprediksi perilaku dari penampilan seseorang. Terdapat dua konsep
penting dalma teori pengurangan ketidakpastian yaitu Prediction (memprediksi) dan
Explanation (menjelaskan). Terdapat dua proses yang dapat digunakan untuk mengurangi
ketidakpastian, yaitu pendekatan proaktif dan retroaktif. Pendekatan proaktif terjadi ketika
seseorang merencanakan sebelum berkomunikasi dengan orang lain. Pendekatan retroaktif
terjadi setelah interaksi berlangsung. Selain itu juga untuk mengurangi ketidakpastian terdapat
tiga strategi yaitu Pertama, Strategi Pasif adalah mengurangi ketidakpastian dengan sebatas
mengamati sesuatu yang dianggap tidak pasti. Kedua, Strategi Aktif adalah mengurangi
ketidakpastian dengan menggunakan orang ketiga. Ketiga, Strategi Interaktif adalah
mengurangi ketidakpastian dengan melakukan pendekatan pada sasaran.

3.2 Saran
Kekurangannya teori ini adalah dinilai kurang memiliki kegunaan karena mengurangi
ketidakpastian mengenai diri sendiri dan orang lain dalam sejumlah perjumpaan awal bukanlah
tujuan utama, yang menjadi tujuan utamanya adalah memaksimalkan hasil suatu hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anazuhriah. (2019). Pengurangan Ketidakpastian Melalui Komunikasi. Jurnal Common.

Paramita, P. A. (2019). Pengurangan Ketidakpastian Pengungkapan Perasaan Pasangan Yang


Terlibat Dalam Cyber Romantic Relationship (CRR). Journal of Chemical

Redmond, M. V, & Uk, A. (2015). Uncertainty Reduction Theory CORE View metadata,
citation and similar papers at core. http://lib.dr.iastate.edu/engl_reports/3

Siti Rohmah. (2021). Teori-teori komunikasi.

Utami, L. S. S. (2015). Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya. Jurnal Komunikasi, 7(2), 180–
197.

Yusmami. (2019). Komunikasi Dalam Teori Pengurangan Ketidakpastian. Jurnal Network


Media.

Anda mungkin juga menyukai