Zulkifli Rahim (Kpi) Anxiety Uncertainty Management Teory
Zulkifli Rahim (Kpi) Anxiety Uncertainty Management Teory
DISUSUN OLEH:
ZULKIFLI RAHIM
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
kami nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah
tentang anxiety uncertainty manajement
Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Pastinya, tidak akan
maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak
Kamu berharap makalah yang kami susun dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi pembacanya.
penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG .....................................................................................
4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN TEORI ......................................................................... 5
A. Mengenal Teori Anxiety Uncertainty Management ....................................... 5
B. Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theor ....................
6
C. Mindfulness Dalama Teori Anxiety Uncertainty Management ......................
8
BAB III AUM LINTAS BUDAYA...................................................................... 10
A. Komunikasi Antarbudaya .............................................................................
10
B. Anxiety Uncertainty Management (AUM) Dalam Lintas Budaya ................
11
BAB IV ANALISIS PENERAPAN AUM .......................................................... 12
A. Temuan Data Teori Anxiety Uncertainty Manajemen pada Mahasiswa
Inholland ............................................................................................................
12
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16
3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori manajemen kecemasan/ketidakpastian (AUM), yang dikembangkan
oleh William B. Gudykunst, menjelaskan Teori Manajemen
Kecemasan/Ketidakpastian 37 bagaimana orang asing dapat mempraktikkan
efektivitas komunikasi melalui pengelolaan tingkat kecemasan dan ketidakpastian
interaksi yang penuh perhatian. Akar teori AUM didasarkan pada integrasi teori
pengurangan ketidakpastian Charles Berger dan teori identitas sosial Henri Tajfel.
Teori AUM merupakan salah satu teori utama komunikasi antarbudaya yang
menjelaskan dimensi anteseden, proses, dan hasil dari efektivitas komunikasi
antarkelompok (antarbudaya) dan antarpribadi.
Kecemasan mengacu pada perasaan afektif seperti kegelisahan,
kecanggungan, kebingungan, stres, atau ketakutan tentang apa yang mungkin
terjadi dalam pertemuan itu. Ketidakpastian, di sisi lain, adalah fenomena kognitif
dan melibatkan ketidakpastian prediksi dan ketidakpastian penjelas. Sementara
ketidakpastian pre diktif mengacu pada ketidakmampuan kita untuk memprediksi
sikap atau perilaku orang asing, ketidakpastian penjelas mengacu pada
ketidakmampuan kita untuk memberikan penjelasan yang koheren atas perilaku
aneh orang asing. Selain itu, saat individu bernavigasi melintasi batas budaya,
mereka memiliki ambang minimum dan maksimum untuk mentolerir kecemasan
dan ketidakpastian. Terlalu banyak atau terlalu sedikit kecemasan atau
ketidakpastian menghambat efektivitas komunikasi antar budaya.
B. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II PEMBAHASAN TEORI
Orang asing yang terlibat dalam komunikasi antarbudaya mengalami anxiety dan
uncertainty menjadi penghambat untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif.
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat penekanan pada pengurangan adanya
ketidakpastian dan kecemasan.
5
ketika berkomunikasi dengan orang asing adalah berdasarkan prasangka negatif.
Setiap orang memiliki tingkat anxiety yang berbeda-beda. Apabila seseorang
memiliki tingkat anxiety yang tinggi maka orang tersebut akan kesulitan
berkomunikasi dengan orang lain dan menggunakan stereotip dalam memprediksi
pelilaku lawan komunikasinya. Sebaliknya, anxiety yang rendah menjadikan
seseorang tidak merasakan adrenalin yang memberikan motivasi dalam
berkomunikasi.
6
orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita. Penurunan
kecemasan kita akan menghasilkan peningkatan kepercayaan diri kita
dalam memprediksi orag asing. 2
7
e. Proses situasional (situational processes)
Keragaman konsep yang kita miliki akan mempengaruhi
kecemasan dan ketidakpastian terhadap orang asing. Dalam berinteraksi
dengan orang asing maka kita perlu melakukan penilaian dan pencarian
informasi mengenai dirinya untuk mengurangi kecemasan dan
ketidakpastian yang kita rasakan. Peningkatan pada kekuatan kita untuk
melihat bahwa kita memiliki kelebihan dari orang asing akan
menghasilkan penurunan kecemasan dan penurunan akurasi prediksi kita
pada perilaku mereka.
Langer menjelaskan dalam buku nya (Gudykunst & Kim, 1997: 40) ketika
seseorang menghadapi situasi komunikasi yang cenderung baru, ia dengan sadar
mencari isyarat-isyarat untuk menuntunnya berperilaku. Akan tetapi, apabila
seseorang berulang kali menghadapi situasi komunikasi yang relatif sama,
kesadarannya dalam berperilaku akan berkurang (mindless). Dalam hal ini,
seseorang berperilaku sebagaimana ia berperilaku pada saat berada dalam situasi
yang relatif sama.
Gudykunst (dalam Griffin, 2006: 431) menyatakan bahwa percakapan
yang mindless dalam situasi antarbudaya akan meningkatkan ketegangan dan
8
kebingungan. Seseorang yang mindless dalam berkomunikasi tidak sepenuhnya
memperhatikan apa yang ia katakan dan lakukan. Langer (dalam Gudykunst &
Kim, 1997: 40) mengklasifikasikan tiga karakteristik dari mindfulness, yaitu:
creating new categories (membuat kategori-kategori baru), being open to new
information (terbuka terhadap informasi baru), dan being aware of more than one
perspective (menyadari akan adanya beragam perspektif. ( Mas’Udah, 2016: hal
56).3
3 Ellen J. Langer, “The Power of Min dfll I Learning, Add” _Jl1-Wesley, Reading,1997' _Jl1.
9
BAB III AUM LINTAS BUDAYA
A. Komunikasi Antarbudaya
Pada dasarnya komunikasi dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Dalam proses komunikasi, tentunya tidak terlepas dari tindakan
persepsi dan pemaknaan atau interpretasi (Mulyana, 2007). Ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain, secara tidak langsung kita dan orang tersebut
akan melakukan penafsiran terhadap pesan yang di terima baik secara verbal
maupun non-verbal, dengan penafsiran masing–masing individu yang tentunyu
terpengarug akan budayanya. Pada dasarnya komunikasi antar budaya merupakan
hal yang sama dengan komunikasi biasanya namun yang berbeda hanyalah
orangorang atau pelaku komunikasinya, karena berasal dari latar belakang budaya
yang berbeda.
Liliweri (2002) mengutip pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian dari
komunikasi antar budaya, diantara lain sebagai berikut:
a. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh orang
orang yang memiliki perbedaan budaya, misalnya antar suku bangsa,
antar etnik dan ras, antar kelas sosial. (Samovar dan Porter, 1976).
b. Charley H. Dood menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya
merupakan komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang
mewakili pribadi, antar pribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada
perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku
komunikasi para peserta.
10
komunikasi ini membutuhkan perhatian seperti halnya tatakrama, sopan santun,
etika, nilai serta pemahaman terhadap aspek–aspek tertentu dari lawan bicaranya.4
11
BAB IV ANALISIS PENERAPAN AUM
12
kebiasaan dalam budaya yang baru.Menjelaskan perbedaan dalam budaya
digunakan untuk mengurangi kesalahpahaman. Menyesuaikan diri dengan
kebiasaan budaya baru dilakukan untuk memberikan toleransi terhadap
perbedaan yang ada dan berusaha mengikuti apa yang dianggap umum dalam
budaya baru. Mempelajari bahasa, yaitu bahasa Indonesia digunakan untuk
lebih dapat memahami dan mempererat komunikasi dengan teman-teman dari
budaya baru.
13
berfokuspada penjualan produk seperti mahasiswa IBM. Dari usaha Giuliana
memberikan penjelasan mengenai budaya yang terjadi di InHolland,
mahasiswa IBM dapat memahami mengapa terkadang ia memiliki cara pikir
yang berbeda tentang suatu hal.
14
BAB V KESIMPULAN
Teori AUM menggambarkan ketika seseorang dengan budaya baru saling bertemu maka
akan terjadi kecemasan atau Anxiety dan ketidakpastian atau Uncertainty. Keduanya
berada dilevel yang berbeda, anxiety berada dilevel efektif sedangkan uncertainty berada
di level kognitif.
Konsep Anxiety Uncertainty Management ini memiliki arti manajemen atau penanganan
yang dilakukan seseorang yang masuk ke dalam suasana atau budaya asing, untuk
menghadapi kegelisahan dan ketidakpastian yang ditemukan di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
15
Mulyana, D., & Rakhmat,” Komunikasi antarbudaya: panduan
berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya." Bandung”,
(2005), PT
Remaja Rosdakarya.
http://www.allacademic.com/meta/p233505_index.html
16