Anda di halaman 1dari 16

ANXIETY UNCERTAINTY MANAGEMENT TEORY

(TEORI KECEMASAN ATAU KETIDAKPASTIAN)

DISUSUN OLEH:

ZULKIFLI RAHIM

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


JURUSAN USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI MAJENE
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
kami nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah
tentang anxiety uncertainty manajement

Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Pastinya, tidak akan
maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa terdapat kekurangan, baik dari


segi penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu kami dengan renda hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Kamu berharap makalah yang kami susun dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi pembacanya.

Majene, juni 2023

penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG .....................................................................................
4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN TEORI ......................................................................... 5
A. Mengenal Teori Anxiety Uncertainty Management ....................................... 5
B. Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theor ....................
6
C. Mindfulness Dalama Teori Anxiety Uncertainty Management ......................
8
BAB III AUM LINTAS BUDAYA...................................................................... 10
A. Komunikasi Antarbudaya .............................................................................
10
B. Anxiety Uncertainty Management (AUM) Dalam Lintas Budaya ................
11
BAB IV ANALISIS PENERAPAN AUM .......................................................... 12
A. Temuan Data Teori Anxiety Uncertainty Manajemen pada Mahasiswa
Inholland ............................................................................................................
12
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16

3
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teori manajemen kecemasan/ketidakpastian (AUM), yang dikembangkan
oleh William B. Gudykunst, menjelaskan Teori Manajemen
Kecemasan/Ketidakpastian 37 bagaimana orang asing dapat mempraktikkan
efektivitas komunikasi melalui pengelolaan tingkat kecemasan dan ketidakpastian
interaksi yang penuh perhatian. Akar teori AUM didasarkan pada integrasi teori
pengurangan ketidakpastian Charles Berger dan teori identitas sosial Henri Tajfel.
Teori AUM merupakan salah satu teori utama komunikasi antarbudaya yang
menjelaskan dimensi anteseden, proses, dan hasil dari efektivitas komunikasi
antarkelompok (antarbudaya) dan antarpribadi.
Kecemasan mengacu pada perasaan afektif seperti kegelisahan,
kecanggungan, kebingungan, stres, atau ketakutan tentang apa yang mungkin
terjadi dalam pertemuan itu. Ketidakpastian, di sisi lain, adalah fenomena kognitif
dan melibatkan ketidakpastian prediksi dan ketidakpastian penjelas. Sementara
ketidakpastian pre diktif mengacu pada ketidakmampuan kita untuk memprediksi
sikap atau perilaku orang asing, ketidakpastian penjelas mengacu pada
ketidakmampuan kita untuk memberikan penjelasan yang koheren atas perilaku
aneh orang asing. Selain itu, saat individu bernavigasi melintasi batas budaya,
mereka memiliki ambang minimum dan maksimum untuk mentolerir kecemasan
dan ketidakpastian. Terlalu banyak atau terlalu sedikit kecemasan atau
ketidakpastian menghambat efektivitas komunikasi antar budaya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Anxiety Uncertainty Management Theory?


2. Bagaimana cara mengurangi ketidakpastian dengan menggunakan
Anxiety Uncertainty Management Theory?
3. Apa hubungan Anxiety Uncertainty Management Theory dengan
Komunikasi Lintas Budaya?

4
BAB II PEMBAHASAN TEORI

A. Mengenal Teori Anxiety Uncertainty Management


Anxiety Uncertainty Management Theory atau dalam bahasa indonesia
disebut manajemen ketidakpastian kecemasan yang diperkenalkan oleh William B.
Gudyikunst untuk mendefinisikan bagaimana manusia berkomunikasi secara
efektif berdasarkan keseimbangan kecemasan dan ketidakpastian mereka dalam
kondisi sosial. Gudyjunst percaya bahwa agar komunikasi antarbudaya sukses,
pengurangan kecemasan dan ketidakpastian harus terjadi. Ia berasumsi bahwa satu
orang dalam pertemuan Antarbudaya adalah orang asing.

Gudykunst dalam Gudykunst & Kim mengungkapkan bahwa orang asing


merupakan individu yang berasal dari budaya yang berbeda atau seseorang yang
belum dikenal sebelumnya. Budaya yang dimaksud adalah perbedaan baik etnis,
gender serta perbedaan lainnya. Istilah orang asing yang digunakan mengacu pada
orang-orang yang menjalin hubungan yang didalamnya terdapat tingkat keasingan
yang tinggi. Tingkat keasingan yang tinggi berarti terdapat pula tingkat
familiaritas yang rendah. Keasingan tersebut bisa muncul karena tidak ada
pengetahuan yang cukup mengenai orang yang baru ditemui. Pengetahuan yang
dimaksud mencakup budaya, orientasi nilai, sikap dan perilaku.

Orang asing yang terlibat dalam komunikasi antarbudaya mengalami anxiety dan
uncertainty menjadi penghambat untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif.
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat penekanan pada pengurangan adanya
ketidakpastian dan kecemasan.

Gudykunst menjelaskan bahwa anxiety adalah perasaan khawatir, takut, gelisah,


atau tegang atas apa yang akan terjadi pada saat berkomunikasi dengan orang
asing. Anxiety biasanya disebabkan adanya dugaan negatif terhadap orang asing.
Dalam Gudykunst & Kim juga dijelaskan bahwa anxiety yang dirasakan1

1 William B. Gudykunst, "An Anxiety/Uncertainty Management


(AUM)”, 2005: 298).

5
ketika berkomunikasi dengan orang asing adalah berdasarkan prasangka negatif.
Setiap orang memiliki tingkat anxiety yang berbeda-beda. Apabila seseorang
memiliki tingkat anxiety yang tinggi maka orang tersebut akan kesulitan
berkomunikasi dengan orang lain dan menggunakan stereotip dalam memprediksi
pelilaku lawan komunikasinya. Sebaliknya, anxiety yang rendah menjadikan
seseorang tidak merasakan adrenalin yang memberikan motivasi dalam
berkomunikasi.

B. Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theory Konsep


dasar AUM ini memiliki arti manajemen atau penanganan yang dilakukan
seseorang yang masuk kedalam suasana atau budaya asing, untuk menghadapi
kegelisahan dan ketidakpastian yang ditemukan didalamnya ada beberapa konsep
yang harus diperhatikan yaitu:

a. Konsep diri (Self Concept)


Menurut Gudykunst, konsep diri dapat terjadi ketika kita melihat
harga diri kita, ketika kita berinteraksi dengan orang dengan budaya yang
berbeda. Hal itu akan menghasilkan sebuah kemajuan dalam kemampuan
kita untuk mengatur kecemasan kita. Harga diri kita yang meningkat ketika
berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan
dan peningkatan kemampuan untuk memprediksi perilaku orang yang kita
ajak interaksi.

b. Motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing (Motivation to Interact


With Stranger)
Pada konsep ini kita sebagai individu perlu mengetahui informasi
akan orang asing tersebut. Dengan seperti itu kita dapat mencari
penjelasan alternatif atas perilaku orang asing tersebut dan meningkatkan
rasa ketertarikan untuk berinteraksi dengan orang asing. Peningkatan
kepercayaan diri kita pada kemampuan kita untuk memprediksi perilaku

6
orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita. Penurunan
kecemasan kita akan menghasilkan peningkatan kepercayaan diri kita
dalam memprediksi orag asing. 2

c. Reaksi terhadap orang asing (reaction to strangers)


Kemampuan kita dalam memproses informasi yang sangat
kompleks tentang orang lain yang berasal dari budaya berbeda akan
membuat kita mampu memprediksi perilaku mereka secara lebih akurat.
Toleransi kita terhadap ambiguitas akan mempengaruhi jenis informasi
yang kita kumpulkan dari orang asing. Peningkatan kemampuan kita untuk
memproses informasi secara kompleks tentang orang asing akan
menghasilkan penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan kita
untuk memprediksi perilaku mereka secara akurat.

d. Kategori sosial dari orang asing (social categorization of strangers)


Kategori sosial merupakan cara kita mengatur lingkungan sosial
dengan mengelompokkan orang ke dalam kategori yang sesuai menurut
kita. Dengan seperti itu maka kita akan memposisikan diri kita sebagai
anggota kelompok dan bukan anggota kelompok.
Konsep ini juga akan memunculkan identitas sosial dan
keterlibatan dalam perilaku antarkelompok dengan orang asing. Kategori
sosial akan membantu mengidentifikasi adanya perbedaan dan persamaan
antara kita dengan orang asing. Adanya kesamaan kita dengan orang asing
itu akan membuat kita merasa menjadi satu kelompok dengan orang asing.
Peningkatan akan kesamaan kita dengan orang asing akan menghasilkan
penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan kita untuk secara
akurat memprediksi perilaku mereka.

2 Neuliep, J.W.”Intercultural communication”(2009). Los Angeles: SAGE.

7
e. Proses situasional (situational processes)
Keragaman konsep yang kita miliki akan mempengaruhi
kecemasan dan ketidakpastian terhadap orang asing. Dalam berinteraksi
dengan orang asing maka kita perlu melakukan penilaian dan pencarian
informasi mengenai dirinya untuk mengurangi kecemasan dan
ketidakpastian yang kita rasakan. Peningkatan pada kekuatan kita untuk
melihat bahwa kita memiliki kelebihan dari orang asing akan
menghasilkan penurunan kecemasan dan penurunan akurasi prediksi kita
pada perilaku mereka.

f. Koneksi dengan orang asing. (connections with strangers)


Daya tarik k ita kepada orang lain yang berasal dari budaya yang
berbeda akan menurunkan kecemasan kita artinya kecemasan kita dapat
kita minimalisasi manakala daya tarik kita terhadap orang lain yang
berasal dari budaya yang berbeda itu meningkat.

C. Mindfulness Dalama Teori Anxiety Uncertainty Management


Seperti yang dapat kita ketahui, mindfulness adalah suatu proses dimana
seseorang secara sadar mengelola anxiety dan uncertainty nya terhadap orang
asing dalam sebuah situasi komunikasi (Griffin, 2006: 431).

Langer menjelaskan dalam buku nya (Gudykunst & Kim, 1997: 40) ketika
seseorang menghadapi situasi komunikasi yang cenderung baru, ia dengan sadar
mencari isyarat-isyarat untuk menuntunnya berperilaku. Akan tetapi, apabila
seseorang berulang kali menghadapi situasi komunikasi yang relatif sama,
kesadarannya dalam berperilaku akan berkurang (mindless). Dalam hal ini,
seseorang berperilaku sebagaimana ia berperilaku pada saat berada dalam situasi
yang relatif sama.
Gudykunst (dalam Griffin, 2006: 431) menyatakan bahwa percakapan
yang mindless dalam situasi antarbudaya akan meningkatkan ketegangan dan

8
kebingungan. Seseorang yang mindless dalam berkomunikasi tidak sepenuhnya
memperhatikan apa yang ia katakan dan lakukan. Langer (dalam Gudykunst &
Kim, 1997: 40) mengklasifikasikan tiga karakteristik dari mindfulness, yaitu:
creating new categories (membuat kategori-kategori baru), being open to new
information (terbuka terhadap informasi baru), dan being aware of more than one
perspective (menyadari akan adanya beragam perspektif. ( Mas’Udah, 2016: hal
56).3

3 Ellen J. Langer, “The Power of Min dfll I Learning, Add” _Jl1-Wesley, Reading,1997' _Jl1.

9
BAB III AUM LINTAS BUDAYA

A. Komunikasi Antarbudaya
Pada dasarnya komunikasi dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Dalam proses komunikasi, tentunya tidak terlepas dari tindakan
persepsi dan pemaknaan atau interpretasi (Mulyana, 2007). Ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain, secara tidak langsung kita dan orang tersebut
akan melakukan penafsiran terhadap pesan yang di terima baik secara verbal
maupun non-verbal, dengan penafsiran masing–masing individu yang tentunyu
terpengarug akan budayanya. Pada dasarnya komunikasi antar budaya merupakan
hal yang sama dengan komunikasi biasanya namun yang berbeda hanyalah
orangorang atau pelaku komunikasinya, karena berasal dari latar belakang budaya
yang berbeda.

Liliweri (2002) mengutip pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian dari
komunikasi antar budaya, diantara lain sebagai berikut:
a. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh orang
orang yang memiliki perbedaan budaya, misalnya antar suku bangsa,
antar etnik dan ras, antar kelas sosial. (Samovar dan Porter, 1976).
b. Charley H. Dood menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya
merupakan komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang
mewakili pribadi, antar pribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada
perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku
komunikasi para peserta.

Dari beberapa pengertian yang dikutip oleh Liliweri sebagaimana telah


dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar budaya
menekankan pada segi perbedaan budayanya dari para pelaku komunikasi. Proses

10
komunikasi ini membutuhkan perhatian seperti halnya tatakrama, sopan santun,
etika, nilai serta pemahaman terhadap aspek–aspek tertentu dari lawan bicaranya.4

B. Anxiety Uncertainty Management (AUM) Dalam Lintas Budaya


Dalam mempelajari komunikasi lintas budaya, konsep AUM sebagai salah
satu panduan untuk memperoleh proses komunikasi lintas budaya yang efektif.
Anxiety Uncertainty Management Theory (AUM) menjelaskan baik proses utama
dan faktor tidak langsung yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi yang
dirasakan dalam pertemuan lintas budaya.
Terdapat banyak alasan yang menyebabkan mengapa orang
berkomunikasi. Kita berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu kepada
seseorang, untuk menyenangkan orang lain, merubah sikap dan perilaku
seseorang, serta memperkuat pandangan kita tentang diri kita. Terlepas dari apa
alasan kita untuk berkomunikasi, kita selalu mengalami beberapa tingkat
ketidakpastian (sebuah respon kognitif atau respon yang ada dalam pikiran kita)
dan ketidakpastian (respon afektif atau emosional). Tingkat ketidakpastian dan
ketegangan yang tinggi akan menghambat proses komunikasi efektif. Berinteraksi
dengan orang yang berasal dari budaya lain atau kelompok etnis yang lain
merupakan situasi baru bagi kebanyakan orang.
Situasi baru ini dicirikan dengan tingkat ketidakpastian dan ketegangan
yang tinggi. Menurut Herman dan Schield “ketergesa-gesaan secara psikologis
yang dihasilkan dari situasi baru itu akan kurang aman. Ketidaktahuan tentang
kemampuan dalam situasi dimana kita berusaha mencapai tujuan serta hasil yang
kita inginkan juga akan melahirkan ketegangan”. Upaya-upaya menghadapi
ambiguitas dari situasi baru ini meliputi pencarian pola-pola informasi (reduksi
ketidakpastian) dan mengurangi ketegangan (anxiety) Jika kita mengurangi
ketidakpastian dari orang lain atau diri kita, maka saling pengertian akan memungkinan
untuk diperoleh.

4 Mulyana, D., & Rakhmat,” Komunikasi antarbudaya: panduan


berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya." Bandung”, (2005), PT
Remaja Rosdakarya. Ball-Rokeach, 1973 dalam Gudykunst dan Kim, 1992:4

11
BAB IV ANALISIS PENERAPAN AUM

C. Temuan Data Teori Anxiety Uncertainty Manajemen pada Mahasiswa


Inholland
Eline dan Giuliana merupakan dua orang mahasiswi InHolland yang sedang
menempuh double degree program di Universitas Kristen Petra, tepatnya di
Program Studi International Business Management (IBM). Selama menjalani
program ini terhitung sejak Agustus 2012 kemarin, kedua mahasiswa tersebut
mengalami beberapa perbedaan dan persamaan dalam melakukan komunikasi
lintas budaya.
Konteks komunikasi lintas budaya yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah komunikasi selama kerja kelompok di IBM. Beberapa perbedaan dan
persamaan tersebut dituangkan dalam kategori matriks penelitian, yaitu seputar
pandangan terhadap diri atau budaya sendiri, reaksi dan penilaian terhadap
karakter orang asing, ketepatan waktu, cara penyampaian pendapat, cara kerja di
dalam rapat (meeting) dan manajemen waktu, cara pembagian tugas, intensitas
interaksi, pandangan terhadap bahasa, penilaian tentang ‘bule status’, serta usaha
untuk mengenal orang asing, toleransi dan perubahan yang diberikan sebagai
berrikut:

a. Analisis dan Interpretasi


Dalam menjelaskan pengelolaan yang dilakukan, peneliti akan menguraikan
perubahan dan toleransi yang muncul selama proses penyesuaian tersebut.
Setelah kurang lebih 3 bulan semenjak awal Agustus hinggal awal Oktober
2012, kedua mahasiswi InHolland ini mengaku telah mengalami cukup
banyak penyesuaian untuk mengelola anxiety dan uncertainty.
Pengelolaan terhadap anxiety dan uncertainty tersebut dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu melalui pengamatan terhadap budaya baru, menjelaskan
perbedaan dalam budaya, menyesuaikan diri dengan kebiasaan budaya baru,
dan mempelajari bahasa. Pengamatan digunakan untuk mengetahui seperti apa

12
kebiasaan dalam budaya yang baru.Menjelaskan perbedaan dalam budaya
digunakan untuk mengurangi kesalahpahaman. Menyesuaikan diri dengan
kebiasaan budaya baru dilakukan untuk memberikan toleransi terhadap
perbedaan yang ada dan berusaha mengikuti apa yang dianggap umum dalam
budaya baru. Mempelajari bahasa, yaitu bahasa Indonesia digunakan untuk
lebih dapat memahami dan mempererat komunikasi dengan teman-teman dari
budaya baru.

b. Pengamatan Terhadap Budaya Baru


Ketika ditanya mengenai perbedaan atau perubahan dari awal hingga sekarang
pada saat kerja kelompok, Giuliana menjelaskan bahwa memang sekarang
sangat berbeda dengan saat ia pertama kali masuk dan mengikuti kerja
kelompok dengan mahasiswa IBM. Pada awalnya ia mengecek apakah yang
dapat dibicarakan antara yang satu dengan yang lain; Giuliana lebih
menggunakan pengamatan atauobservasi untuk mencari tahu apa yang sedang
dibicarakan oleh teman temannya.
Dalam tahap observasi ini, Giuliana masih berusaha untuk jujur bila ia
tidak setuju pada suatu hal. Namun diakuinya, bahwa saat tahap awal ia
memang lebih pada observasi untuk penyesuaian, sehingga cara penyampaian
pendapatnya pun diperhalus.
c. Menjelaskan Perbedaan Dalam Budaya
Selain melakukan pengamatan terhadap budaya baru, untuk mengelola anxiety
dan uncertainty mahasiswi InHolland ini berusaha untuk menjelaskan
perbedaan budaya secara langsung. Hal ini dimaksudkan agar teman-teman
sekelompok mereka mengerti alasan dari kemunculan sebuah pemikiran
berbeda oleh budaya lain.
Untuk dari sudut pandang Giuliana, ia juga mengalami banyak perubahan
dan toleransi terhadap mahasiswa IBM. Hal ini dikarenakan mereka telah
dapat mengerti perbedaan budayanya dengan Indonesia, sehingga Giuliana
tidak perlu menjelaskan secara berulang-ulang mengenai maksud idenya yang
juga mementingkan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan, tidak hanya

13
berfokuspada penjualan produk seperti mahasiswa IBM. Dari usaha Giuliana
memberikan penjelasan mengenai budaya yang terjadi di InHolland,
mahasiswa IBM dapat memahami mengapa terkadang ia memiliki cara pikir
yang berbeda tentang suatu hal.

d. Menyesuaikan Diri Dengan Kebiasaan Budaya Baru


Selain melalui pengamatan dan penyampaian secara langsung
mengenaiperbedaan budaya yang dialami, mahasiswi InHolland juga berusaha
untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan mahasiswa IBM.
Mereka menyadari bahwa apa yang menurut mereka berbeda adalah hal
yang biasa untuk mahasiswa di IBM. Eline mengaku, meskipun ia tidak
menyetujui cara kerja mahasiswa IBM yang lebih memakan waktu saat rapat,
tetapi ia mencoba untuk menerima dan mengikuti cara kerja mereka. Dia
memutuskan untuk berusaha menerima dan mengikuti kebiasaan mahasiswa
IBM pada umumnya. Menerima ini bukan artinya menyetujui, tetapi
menurutnya karena itu adalah hal yang umum di Indonesia.
e. Mempelajari Bahasa
Setelah ketiga cara di atas, Giuliana dan Eline juga melakukan cara lain untuk
berusaha memahami dan mengenal mahasiswa IBM secara khusus dan
Indonesia pada umumnya. Mereka berdua saat ini sedang mengambil kursus
bahasa Indonesia di Universitas Kristen Petra. Hal ini mereka maksudkan
untuk dapat lebih mengenal lebih dekat negara ini melalui bahasa setempat
yang digunakan.5

5 Ni, L., & Qi, W. “Anxiety and uncertainty management in an


intercultural setting. Paper presented at the annual meeting of the International
Communication Association”, TBA, Montreal, Quebec, Canada, May 21, 2008.

14
BAB V KESIMPULAN

Teori AUM menggambarkan ketika seseorang dengan budaya baru saling bertemu maka
akan terjadi kecemasan atau Anxiety dan ketidakpastian atau Uncertainty. Keduanya
berada dilevel yang berbeda, anxiety berada dilevel efektif sedangkan uncertainty berada
di level kognitif.

Konsep Anxiety Uncertainty Management ini memiliki arti manajemen atau penanganan
yang dilakukan seseorang yang masuk ke dalam suasana atau budaya asing, untuk
menghadapi kegelisahan dan ketidakpastian yang ditemukan di dalamnya.

Terdapat banyak alasan yang menyebabkan mengapa orang berkomunikasi. Kita


berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu kepada seseorang, untuk menyenangkan
orang lain, merubah sikap dan perilaku seseorang, serta memperkuat pandangan kita
tentang diri kita. Terlepas dari apa alasan kita untuk berkomunikasi, kita selalu
mengalami beberapa tingkat ketidakpastian (sebuah respon kognitif atau respon yang
ada dalam pikiran kita) dan ketidakpastian (respon afektif atau emosional). Tingkat
ketidakpastian dan ketegangan yang tinggi akan menghambat proses komunikasi efektif.
Berinteraksi dengan orang yang berasal dari budaya lain atau kelompok etnis yang lain
merupakan situasi baru bagi kebanyakan orang. Situasi baru ini dicirikan dengan tingkat
ketidakpastian dan ketegangan yang tinggi. Menurut Herman dan Schield (dalam
Gudykunst dan Kim, 1992:4) “ketergesa-gesaan secara psikologis yang dihasilkan dari
situasi baru itu akan kurang aman. Ketidaktahuan tentang kemampuan dalam situasi
dimana kita berusaha mencapai tujuan serta hasil yang kita inginkan juga akan
melahirkan ketegangan”. Upayaupaya menghadapi ambiguitas dari situasi baru ini
meliputi pencarian pola-pola informasi (reduksi ketidakpastian) dan mengurangi
ketegangan (anxiety) (Ball-Rokeach, 1973 dalam Gudykunst dan Kim, 1992:4). Jika kita
mengurangi ketidakpastian dari orang lain atau diri kita, maka saling pengertian akan
memungkinan untuk diperoleh. Pengertian ini

DAFTAR PUSTAKA

Neuliep, J.W.”Intercultural communication”(2009). Los Angeles: SAGE.

William B. Gudykunst, "An Anxiety/Uncertainty Management


(AUM)”, 2005: 298).
Ellen J. Langer, “The Power of Min dfll I Learning, Add” _Jl1-Wesley,
Reading,1997' _Jl1.

15
Mulyana, D., & Rakhmat,” Komunikasi antarbudaya: panduan
berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya." Bandung”,
(2005), PT
Remaja Rosdakarya.

Ni, L., & Qi, W. “Anxiety and uncertainty management in an intercultural


setting. Paper presented at the annual meeting of the International
Communication Association”, TBA, Montreal, Quebec, Canada, May 21,
2008.

http://www.allacademic.com/meta/p233505_index.html

16

Anda mungkin juga menyukai