1 BAHAN AJAR MENALAR KEBERAGAMAAN TIM WI Ok
1 BAHAN AJAR MENALAR KEBERAGAMAAN TIM WI Ok
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas tuntunan-Nya sehingga Bahan
Ajar Menalar Keberagamaan dapat diselesaikan tepat waktu. Bahan Ajar ini
diharapkan dapat memberikan arahan kepada peserta Pelatihan di Wilayah Kerja
khususnya pada mata diklat Penggerak Penguatan Moderasi beragama. Dengan
adanya bahan ajar ini diharapkan kedepannya Aparatur Sipil Negara (ASN) dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan selama kegiatan pelatihan.
TIM WIDYAISWARA
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberagamaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan agama dan juga
suatu unsur kesatuan yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut
sebagai orang beragama dan bukan sekedar mengaku mempunyai agama. Hal
penting dalam beragama adalah memiliki keimanan. Keimanan sendiri memiliki
banyak unsur, unsur yang paling penting adalah komitmen untuk menjaga hati
agar selalu berada dalam kebenaran.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini memfasilitasi pembentukan kompetensi dalam
menginternalisasi pemahaman moderasi beragaam khusunsnya dalam
menalar keberagamaan.
C. Kompetensi Pelatihan
Setelah mengikuti proses pembelajarann peserta diklat mempu:
memahami dan memiliki menyadari kekeliruan berpikir dan asumsi subyektif
atas keragaman dan perbedaan.
4
D. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tangga penyimpulan
2. Mempraktikkan tangga penyimpulan dalam melihat perbedaan
3. Memetakan kehidupan beragama di Indonesia
4. Menganalisis sosial dengan perangkat Analisis Gunung Es
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Peta adalah asumsi yang ada di kepala kita. Territory adalah
fakta. Diri kita terkadang lebih memilih menciptakan "peta"pikiran
sendiri dibandingkan berhubungan langsung dengan realitasnya. Peta
Indonesia bukanlah Indonesia itu sendiri, Indonesia bukanlah Indonesia
yang digambarkan oleh peta Indonesia. Perhatikan cara kita
memandang peta dan perhatikan bagaimana kita merespon peta
tersebut, amati dan sadari agar timbul kebijaksanaan dalam
menyikapinya. Ubah peta dalam pikiran kita untuk menyelaraskan diri
dengan realita yang sedang terjadi dengan menggunakan tangga
inferensi.
7
2) Data yang dipilih, dari sekumpulan data yang kita miliki, kita hfarus
memilih data apa saja yang akan kita gunakan berdasarkan
pengalaman sebelumnya dan kepercayaan yang kita miliki. Kita tidak
mungkin menggunakan semua data dalam proses ini, karena kita
memiliki keterbatasan dalam mengolah semua informasi. Selain itu,
kita harus jeli dalam memilih data karena harus mewakili pengambilan
keputusan yang akan dibuat.
3) Interpretasi, memahami arti dari kondisi fakta yang terjadi dengan
cara meneliti apa yang kita lihat atau dengar.
4) Asumsi, berdasarkan interpretasi, kita membuat asumsi pribadi
sendiri.
5) Kesimpulan, menarik kesimpulan dari asumsi.
6) Keyakinan, keyakinan kita kemudian dikembangkan dari kesimpulan
yang kita buat.
7) Tindakan, akhirnya, kita mengambil tindakan yang berakar pada apa
yang diyakini sebagai kebenaran.
Berdasarkan pemahaman terhadap Tangga Penyimpulan ini, kita
dapat lebih awas (mindful) terhadap langkah-langkah berpikir kita. Pada
setiap anak tangga, kita dapat melakukan deliberasi dengan reflective
learning dan reflexive loop. Dengan demikian kita tidak terjebak dalam
penyimpulan yang bias dan terbatas. Menerapkan tangga ini secara
sadar membuat orang untuk mundur selangkah dan melihat ke mana ia
akan melompat ke kesimpulan.
8
daripada yang lain, individu cenderung menggunakan kejadian ini
sebagai tolok ukur untuk pengambilan keputusan. Bias kognitif seringkali
terkait dengan memori.
Beberapa kondisi yang menjadi tanda terjadinya bias kognitif,
antara lain:
a. Hanya memerhatikan berita yang mengonfirmasi atau sejalan
dengan pendapat kita;
b. Menyalahkan faktor luar ketika segala sesuatunya tidak berjalan
sesuai rencana;
c. Menganggap kesuksesan orang lain sebagai keberuntungan dan
membanggakan capaiannya sendiri;
d. Berasumsi bahwa orang lain membagikan (mencuri) ide atau
pendapat kita;
e. Belajar sedikit tapi merasa sudah mengetahui banyak hal.
9
dalam kepala mereka, kata teori, dan manusia-manusia didalam
komunitas akan kembali ke keadaan yang damai secara alami.
McGregor - seperti hampir semua teoris manajemen yang pernah Anda
dengar - adalah seorang U-man di hatinya.
Konsep Proses N dan Proses U diperkenalkan oleh profesor Otto
Scharmer dari Presencing Institute – Massachusetts Institute of
Technology, sebagai bagian dari U Theory dalam paradigma System
Thinking. Konsep Proses U menggambarkan mekanisme optimal dalam
mengelola pengalaman kehidupan kita, sedangkan Proses N
menggambarkan mekanisme destruktif yang mempengaruhi kehidupan
kita. Dalam sebuah sistem organisasi maupun sistem sosial politik yang
lebih kompleks, Proses U dan proses N berdampak pada pengambilan
keputusan dan tindakan dalam mengolah sebuah konteks persoalan,
yang berujung pada kondisi sosial politik yang dihidupi.
Gambar 2 Iceberg
10
Gambar 3 Three Voicer, Three Openness
11
Dalam era demokrasi, permasalahan perbedaan kepentingan dan
pandangan yang ada di antara masyarakat yang beragam dikelola sedemikian
rupa, sehingga aspirasi dapat dengan baik tersalurkan. Kementerian agama
saat ini menggiatkan moderasi beragama sebagai alternatif kebijakan
pemerintah dalam mengatasi golongan yang memiliki paham keagamaan
ekstrim.
C. Scenario Thinking
Scenario Thinking merupakan suatu metode analisis dalam proses
perencanaan strategis, yang kemudian disebut perencanaan skenario
(scenario planning). Metode ini diadaptasi dari model perencanaan klasik yang
umum digunakan oleh intelejen dalam kemiliteran (Mats Lindgren & Hands
Bandhold, 2003). Herman Kahn adalah salah seorang pemikir yang
mencanangkan model berpikir skenario dalam bentuk narasi masa depan
dalam perencanaan militer Amerika Serikat tahun 1950-an. Kahn mengadopsi
istilah ‘skenario’ sebagai narasi masa depan. Kemudian pada tahun 1961,
Kahn mendirikan Hudson Institute untuk mengembangkan skenario masa
depan dalam pelayanan publik.
Scenario Thinking berangkat dari kondisi yang ada saat ini, bila
dibiarkan tumbuh, apa yang akan terjadi di masa depan? Tuliskan secara
berurutan dari titik 1 ke titik 2 ke titik 3 dan seterusnya. Petakan dengan proses
netral dan alamiah, jangan membicarakan apa solusi dan intervensi yang
diperlukan.
12
Hamilton. Events adalah fenomena yang tampak terkait konteks yang
dianalisis. Fenomena dalam system thinking diyakini disokong oleh 3 lapisan
yang tidak tampak: pola/kecenderungan perilaku, struktur & sistem sosial, dan
model mental (paradigma/cara pandang) dengan sumber yang biasanya
bersifat sakral seperti ideologi, agama, tradisi.
✓ patterns of behavior adalah kecenderungan yang terjadi dalam masyarakat
dan terkait langsung dengan fenomena tampak. Misalnya, fenomena
perilaku intoleran dalam masyarakat didukung oleh pola penanaman nilai-
nilai melalui pengajian dan dai2 yang intoleran.
✓ Systems Structure adalah struktur & sistem sosial yang memungkinkan
pola/kecenderungan masyarakat tersebut berkembang.
✓ Mental Models adalah cara pandang, perspektif, dan paradigma
pelaku/elemen sistem yang menyebabkan struktur dan sistem sosial
bertahan dalam kondisi/sistuasi sedemikian
Semakin dalam lapisan yang kita analisis dan kemudian kita intervensi,
semakin besar leverage (daya ungkit) terhadap perubahan struktural dan
sistemik, yang berujung pada perubahan fenomena yang berkelanjutan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menalar keberagamaan bertujuan untuk:
a. Membongkar kekeliruan berfikir dan asumsi subjektif atas keragaman
dan perbedaan
b. Membangun kesadaran akan pentingnya pola pikir, sikap, dan perilaku
yang inklusif
c. Meningkatkan pemahaman tentang keberagaman sosial-keagamaan
2. Teori yang digunakan untuk menalar kebragamaan antara lain:
a. Peta bukan Teoriti (Map is Not Teorrity)
b. Tangga Kesimpulan (Ladder of Ifference)
c. Tiga Suara, Tiga Keterbukaan (Three Voices, Three Opennes)
d. Sketsa Kehidupan Beragama di Indonesia
e. Analisis Sosial Gunung Es (Iceberg Analysis)
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. Syafi’i, “Islamku, Islam Anda, Islam Kita Membingkai Potret Pemikiran
Politik KH Abdurrahman Wahid,” dalam Islamku, Islam Anda, Islam Kita, xix-
xxii. Jakarta: Wahid Institute, 2006.
Scharmer, Otto. 2009. Theory U, Leading from the Future as it Emerges, San
Fransisco: Berret-Koehler Publisher, Inc.
Senge, Peter M. 1994. The Fifith Discipline: The Art and Practice of the Learning
Organization, New York: Doubleday.
15