Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

KECAKAPAN PRIBADI
PERSEPSI

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
1. ZELDA AMEILINDRA (17082010010)
2. DINI SETIYA RATIH (17082010012)
3. ADRIEL PRASTYANTO (17082010029)

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
tugas ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga tugas ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan dan dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya tugas yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Surabaya, 3 Oktober 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

K a ta P e n ga n ta r . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Da ft a r I s i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
PEM B AH AS AN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1 . F a k to r ya n g me mp e n ga r u h i p e r s e p s i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2 . P a nd ua n me n in gk a tk a n k o mu n ik a s i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
3 . Self-serving bias . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
4 . P e r b e d a a n fa k ta d a n k e s imp ula n d a n b a ga ima na ha l te r s e b ut
d a p a t b e r p e n ga r u h d a la m k o mu n ik a s i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 0
5 . Fundamental attribution error. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 0
D ATAR PUS TA KA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 3

2
PEMBAHASAN

1. Sebutkan dan jelaskan apa saja faktor yang memengaruhi persepsi!

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu


Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat


dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang


diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti
terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap
orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada
pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang
terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap
suatu obyek.
Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.
Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan
tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya
seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan
jawaban sesuai dengan dirinya.
Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan
dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk
mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

3
2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari
linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut
dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan
bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk
dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan
melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada
gilirannya membentuk persepsi.
Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak,
akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang
sedikit.
Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya
dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan
individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna
lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali
dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa
mempengaruhi persepsi.
Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap
obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan
obyek yang diam. [1]

Sedangkan menurut Krech dan Crutch Field sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin
Rakhmad hanya empat faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

1. Kebutuhan : Merupakan salah satu dorongan kejiwaan yang mendorong


manusia untuk melakukan suatu tindakan, misalnya rangsangan, keinginan,
tuntutan dan cita-cita

2. Kesiapan mental : Kesanggupan penyesuaian atau penyesuaian sosial atau


keduanya sekaligus untuk menciptakan hubungan- hubungan sosial yang berhasil

4
3. Suasana emosional : Kondisi perasaan yang berkesinambungan, dicirikan
dengan selalu timbulnya perasaan-perasaan yang senang atau tidak senang latar
belakang atau tata nilai yang dianut oleh seseorang.

4. Latar belakang budaya merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar


budaya.[2]

2. Sebut dan jelaskan panduan untuk meningkatkan kemampuan


persepsi dan komunikasi

Cara meningkatkan kemampuan komunikasi :

Memahami Dasar-dasar Kemampuan Komunikasi

A. Mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi. Komunikasi adalah proses


mengirimkan sinyal/pesan antara pengirim dan penerima melalui berbagai
macam metode (tulisan, isyarat nonverbal, dan lisan). Komunikasi juga
merupakan mekanisme yang kita gunakan untuk membangun dan memodifikasi
hubungan.

B. Milikilah keberanian untuk mengatakan apa yang dipikirkan. Milikilah rasa


percaya diri bahwa Anda dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam
percakapan. Luangkan waktu setiap hari untuk mengenali pendapat dan
perasaan Anda sehingga Anda dapat menyampaikan pada orang lain. Orang
yang ragu untuk berbicara karena merasa pendapatnya tidak berharga tidak
perlu takut. Apa yang penting atau berharga untuk seseorang mungkin tidak
berlaku bagi orang lain dan mungkin lebih berharga bagi orang yang satunya
lagi.

C. Berlatihlah. Mengembangkan kemampuan komunikasi yang baik dimulai


dengan interaksi yang sederhana. Kemampuan komunikasi bisa dilatih setiap
hari baik baik untuk interaksi sosial hingga profesional. Kemampuan baru
membutuhkan waktu untuk ditingkatkan. Namun, setiap kali Anda
menggunakan kemampuan komunikasi, maka Anda akan membuka diri
terhadap berbagai kesempatan dan hubungan di masa depan.

5
Libatkan Lawan Bicara

i. Lakukan kontak mata. Apapun posisi Anda, entah itu sebagai pembicara atau
pendengar, memandang mata orang lain yang Anda ajak bicara akan membuat
interaksi menjadi lebih berhasil. Kontak mata menunjukkan ketertarikan dan
membuat lawan bicara menjadi tertarik juga untuk berinteraksi dengan Anda.

Salah satu teknik untuk membantu hal ini adalah memandang salah satu mata
pendengar lalu berpindah ke mata lain. Memandang berpindah-pindah dari satu
mata ke mata lain akan membuat Anda terlihat berbinar-binar. Cara lain adalah
dengan membayangkan huruf T pada wajah si pendengar, dengan garis horisontal
sepanjang alis dan garis vertikal sampai tengah hidung. Pusatkan mata untuk terus
memandang zona T tersebut.
ii. Gunakan gestur. Gestur ini meliputi tangan dan wajah Anda. Buatlah agar
seluruh tubuh Anda bicara.Gunakan gestur yang lebih kecil untuk perorangan dan
kelompok kecil. Gestur yang lebih besar digunakan saat menghadapi kelompok
lawan bicara yang lebih besar.

iii. Jangan mengirimkan pesan yang campur aduk. Selaraskan antara kata-kata,
gestur, ekspresi wajah, dan nada suara. Menghukum seseorang sambil tersenyum
akan mengirimkan pesan yang campur aduk dan tindakan ini tidak efektif. Jika
Anda mengirimkan pesan yang negatif, selaraskan kata-kata, ekspresi wajah, dan
nada suara dengan pesan tersebut.

iv. Hati-hati dengan apa yang dikatakan oleh tubuh. Bahasa tubuh dapat lebih
berbicara banyak daripada kata-kata yang keluar dari mulut. Sikap yang terbuka
dengan posisi lengan yang santai mengisyaratkan bahwa Anda mudah didekati dan
terbuka untuk mendengarkan apa yang ingin dikatakan orang lain.

Sebaliknya, lengan yang terlipat dan bahu yang membungkuk menunjukkan


ketidaktertarikan pada percakapan atau tidak bersedia untuk berkomunikasi.
Komunikasi seringkali bisa dihentikan dengan bahasa tubuh sebelum dimulai yang
menandakan Anda tidak ingin berbicara.
Postur yang tepat dan sikap yang mudah didekati dapat membuat percakapan yang
kaku sekalipun mengalir dengan lancar.

6
v. Tunjukkan sikap dan kepercayaan yang konstruktif. Sikap yang Anda
tunjukkan saat berkomunikasi akan memberikan pengaruh yang besar pada cara
Anda mengatur diri dan berinteraksi dengan orang lain. Bersikaplah jujur, sabar,
optimis, tulus, menghargai, dan menerima orang lain. Bersikaplah sensitif terhadap
perasaan orang lain dan percaya pada kemampuan orang lain.

vi. Kembangkan kemampuan mendengar yang efektif. Seseorang tak hanya


dituntut untuk mampu berbicara secara efektif, namun juga harus mendengarkan
orang lain dan terlibat dalam pembicaraan yang sedang dibicarakan oleh orang lain.
Hindari sikap hanya mendengarkan akhir kalimatnya saja sehingga Anda ikut
berbicara pada saat yang bersamaan dengan orang lain yang sedang berbicara [3]

3. Jelaskan elaskan menurut apa yang kamu pahami self-serving bias!

Self-serving bias adalah kecenderungan seseorang untuk melayani (serve) dirinya,


memenuhi keinginan diri, atau memandang dirinya secara positif. Hal ini dapat
dilakukan dalam beberapa hal. Pertama, dalam menjelaskan suatu peristiwa,
seseorang akan memandang dirinya sebagai pihak yang paling berperan ketika ia
berhasil, dan menyalahkan orang lain ketika ia gagal. Hal ini sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh di atas adalah salah satunya.

Bentuk kedua dari self-serving bias adalah keyakinan yang tidak realistis atau yang
disebut dengan optimistic bias. Simak saja pasangan yang hendak menikah akan
merasa yakin bahwa hubungan mereka bisa langgeng sampai tua. Pasangan lain
boleh tidak bahagia, tetapi kami saling mencintai dan akan bahagia selamanya,
demikian ucapan kedua mempelai dengan binar keyakinan di matanya. Bentuk self-
serving bias yang satu ini juga bisa terlihat pada kecenderungan menunda
pekerjaan. Kita yakin bahwa akan menyelesaikannya dengan waktu yang singkat.
Kenyataannya, kita membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menuntaskannya.

Bentuk ketiga dinamakan dengan false consensus bias, yakni kecenderungan


seseorang untuk menganggap orang lain memiliki sikap, pandangan, atau minat
yang sama dengan dirinya sendiri. Kita biasanya keheranan bila orang lain tidak
menyukai hal yang sama dengan kita. Seolah-olah kita mengharapkan ada semacam

7
kesepakatan (consensus). Misalnya kita menyukai cokelat dan bingung ketika orang
lain tidak menyukainya. Atau seorang ibu yang sering memaksa anaknya untuk
mencicipi masakannya yang menurutnya enak sementara si anak sama sekali tidak
menyukainya.

False consensus bias juga bisa terjadi ketika kita cenderung menganggap orang lain
juga memiliki sifat buruk atau hal-hal buruk lainnya yang sama dengan kita.
Seorang pria yang ketahuan berselingkuh oleh kekasihnya bukannya meminta
maaf, malah balik bertanya,Iya, saya berselingkuh. Tapi, bukankah hampir semua
laki-laki melakukannya?

Perhatikan bahwa hanya hal buruk yang kita anggap orang lain juga sama dengan
kita. Sedangkan dalam kelebihan yang kita miliki, kita cenderung menganggapnya
unik. Hal ini merupakan bentuk keempat dari self-serving bias yang dinamakan
dengan false uniqueness bias. Ada seorang rekan yang merasa lebih banyak
pengalaman hidupnya dibanding orang lain. Suatu kali, saya mendengarnya
berkata, Kamu sebaiknya banyak mengobrol dengan orang-orang yang hidupnya
susah seperti itu. Matamu jadi akan terbuka. Tanpa ia ketahui, sebenarnya orang
yang sedang diajaknya bicara adalah praktisi di bidang hak asasi anak dan telah
bergelut dengan persoalan anak-anak yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Bentuk kelima adalah yang dinamakan dengan BIRG-ing atau bask in reflected
glory. BIRG-ingmerupakan kecenderungan seseorang untuk ikut menikmati
kejayaan atau keberhasilan orang lain dengan mengasosiasikan diri terhadap orang
yang sedang sukses tersebut. Contoh saja manakala seseorang dengan bangganya
mengatakan ia masih ada hubungan saudara dengan Agnes Monica.

Bentuk keenam, bertolak belakang dengan BIRG-ing adalah cut off reflected
failure, yakni kecenderungan manusia untuk melepaskan diri atau tidak dekat-dekat
dengan orang yang gagal atau melakukan kesalahan. Contohnya sering terjadi
ketika orang menjauhi temannya yang sudah bangkrut dan jatuh miskin.

Dampak Negatif

Apakah ada di antara Anda yang melakukan salah satu saja dari enam hal di atas?
Tidak usah malu mengakuinya. Self-serving bias adalah salah satu bias yang sangat

8
manusiawi. Tidak ada seorang pun manusia yang tidak melakukannya. Sebenarnya,
dalam kadar tertentu, self-serving bias cukup positif untuk meningkatkan harga diri
(self-esteem) namun biasanya hanya bersifat sementara karena tidak menyentuh
persoalan sesungguhnya. Yang jelas, dampak negatifnya akan lebih banyak
ketimbang positifnya.

Pertama, kita tidak akan bisa memperbaiki diri karena self-serving bias mencegah
kita untuk belajar dari kesalahan ataupun mengenali kekurangan kita. Hal ini bukan
hanya terjadi karena kita menyalahkan orang lain dan tidak menginstropeksi diri.
Senantiasa mengkaitkan diri kita dengan orang yang sukses tanpa kita sendiri
berusaha untuk mengembangkan diri juga dapat menghambat kita untuk belajar
menjadi lebih baik. Kedua, jika kita senantiasa menganggap diri kita adalah yang
terbaik, kita tidak pernah dapat dengan rendah hati belajar dari orang lain yang
mungkin memang lebih baik atau lebih kompeten dari kita di bidang tertentu.
Ketiga, self-serving bias juga mencegah kita untuk mengantisipasi persoalan yang
mungkin akan muncul. Akibatnya nanti kita tergagap-gagap saat persoalan itu
datang dan malah jadi sulit menyelesaikannya. Hal ini khususnya terjadi bila kita
memiliki optimistic bias. Keempat, kita akan sulit menyikapi perbedaan pendapat
dan sulit menerima keragaman, bila cenderung menginginkan orang lain memiliki
kesamaan dengan kita. Akibatnya lingkup pergaulan kita pun akan terbatas. Kelima,
merusak atau memperburuk hubungan kita dengan pasangan ataupun orang lain.
Jika hanya saling menyalahkan, kita tidak akan belajar menyelesaikan konflik yang
sedang kita hadapi dengan pasangan. Selain itu, orang yang sering melakukan self-
serving bias akan terkesan sombong. Tentunya tidak akan ada yang betah berlama-
lama dengan orang sombong yang senang menyalahkan orang lain dan tidak dapat
melihat kekurangan diri.

Jadi meskipun melakukannya adalah sebuah kesalahan manusiawi, bukankah lebih


baik kita segera menghentikannya jika sudah berlebihan? [4]

9
4. Apa perbedaan fakta dan kesimpulan? Bagaimana hal tersebut
mempengaruhi komunikasi?

Fakta merupakan kejadian yang sudah atau pernah terjadi dan sudah teruji
kebenarannya[*]. Sedangkan kesimpulan adalah hasil pemikiran seseorang atau
kelompok terhadap informasi yang di dapat.

Pengaruhnya, kesalahan dalam menyimpulkan dapat mempengaruhi informasi


yang didapat. Informasi dapat melenceng atau tidak sesuai dengan fakta jika
kesimpulan yang diambil salah diartikan. Dalam komunikasi, jika kesimpulan tidak
sesuai dengan fakta, maka informasi yang tersebar dapat berubah menjadi informasi
hoax . [5]

5. Jelaskan menurut apa yang kamu pahami tentang fundamental


attribution error!

fundamental attribution error adalah mengenai karakter, atau kebiasaan.


Keduanya mungkin merupakan hal yang berbeda, FAE mengungkapkan bahwa
ketika menafsirkan perilaku orang lain, orang-orang (bisa jadi termasuk kita)
cenderung melebih-lebihkan peran bakat atau katakanlah- bawaan dari diri
seseorang, tanpa memerhatikan peran situasi dan konteks.

Contohnya, dalam sebuah eksperimen sekelompok orang diminta memainkan kuis


dimana setiap dua orang dipasangkan secara acak yang kemudian diberi tugas
masing-masing sebagai penanya dan yang lainya sebagai kontestan/penjawab.
Setelah selesai kedua kelompok diminta menilai tingkat pengetahuan umum
pasangan masing-masing. Tentu, para kontestan menilai penanya masing masing
sebagai orang yang lebih pintar dari mereka.

Kita dapat melakukan eksperimen serupa dengan banyak cara yang berbeda.
Namun pada akhirnya, ini tidak akan menghasilkan perbedaan yang berarti.
Maksud saya, dalam konteks ini misalnya, si penanya tentu akan menanyakan hal

10
tertentu yang ia kuasai dan belum tentu diketahui oleh kontestan. Ini sangat
subjektif. Menurut saya.

Kasus yang tidak sama persis namun hampir mirip, banyak orang yang percaya
terhadap gagasan tentang salah satu faktor paling mendasar dalam menjelaskan
kepribadian adalah urutan kelahiran. Mungkin cukup sering kita mendengar anak
tertua misalnya, biasanya sok berkuasa dan kolot, sedang anak bungsu lebih kreatif
namun pemberontak.

Bagaimanapun, kita memang mencerminkan urutan kelahiran, tetapi itu hanya


terjadi di lingkungan keluarga. Diluar itu, ketika mereka jauh dari keluarga (atau
dengan kata lain, dalam konteks yang berbeda), anak tertua mungkin tidak lagi
dominan, sementara adik bungsu bisa jadi menjadi orang yang sangat penurut. Hal
ini merupakan salah satu contoh tentang FAE.

Menurut Malcom Gladwell dalam buku Tipping Point nya, karakter lebih
menyerupai seperangkat kebiasaan, kecenderungan, dan minat, yang masing-
masing masih saling bebas meskipun masih dalam satu kumpulan, pada waktu,
situasi dan konteks tertentu

Silahkan tanyakan pada keluarga, sahabat, kenalan, pun kepada pacar/istri anda,
bisa jadi ada pertentangan dari apa yang mereka katakan tentang anda. Misal, istri
anda mengatakan kepada teman-teman bahwa anda orang yang mudah marah
namun suka mendengarkan tiap kali dinasehati. Di lain kesempatan guru anda
mengatakan pendapatnya mengenai karakter anda: dia ikhsan adalah satu satunya
murid saya yang tidak pernah menggunakan kedua telinganya!!!.

Pada faktanya, bila contoh diatas keduanya benar, ada pun yang membuatnya
menjadi berbeda adalah konteks yang menyertainya. Karenanya mesti objektif
dalam menilai karakter seseorang.

FAE menjadikan dunia tempat yang jauh lebih sederhana dan lebih mudah
dipahami. Sering kita jauh lebih paham terhadap petunjuk-petunjuk personal
ketimbang petunjuk kontekstual. Lebih lanjut Gladwell mengatakan :

11
Mendefinisikan orang melulu bedasarkan kepribadian keluarga memang jauh
lebih mudah. Itu semacam jalan pintas. Jika kita terus-menerus meneliti dan
memilah setiap penilaian orang-orang disekitar kita, rasanya ini terlalu muluk.
Bayangkan bahwa kita harus membuat ribuan pertimbangan hanya untuk
memutuskan apakah kita akan menyukai seseorang, apakah kita mencintai
seseorang, apakah kita mempercayai seseorang, apakah kita akan menasehati
seseorang. Bukankah itu jauh lebih sulit?
Ada pendapat dari seorang psikolog yang mengatakan bahwa pikiran
manusia ada semacam katup pereduksi, yang pada intinya, katup tersubut
menciptakan persepsi terhadap sesuatu lantas kemudian menutup katup tersebut
untuk memepertahankan persepsinya. Walaupun pada kenyataanya (bisa jadi) ada
perubahan yang terjadi terhadap sesuatu yang tersimpan dalam katup tersebut,
namun ia tetap akan mempertahankan persepsinya. [6]

12
DAFTAR PUSTAKA

[1] Nopdrr Mahasiswa Ubimus (2015. 12 Januari). Faktor-faktor yang


mempengruhi persepsi. Diperoleh 2 Oktober 2017, dari
http://nopdrr.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/12/01/psikologi-persepsi/

[2] Jalaludin Rahmad, Op. Cit., Hal. 56

[3] Wiki How. Mengembangkan kemampuan komunikasi yang baik. Diperoleh 3


Oktober 2017, dari https://id.wikihow.com/Mengembangkan-Kemampuan-
Komunikasi- yang-Baik

[4] Esterlina Wati (2009, 10 Maret). Self serving bias. Diperoleh 2 Oktober 2017,
dari https://esterlianawati.wordpress.com/2009/10/03/self-serving-bias/

[5] Go Pengertian (2015, September). Pengertian serta perbedaan fakta dan opini.
Diperoleh 2 Oktober 2017, dari
http://gopengertian.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-serta-perbedaan-fakta-dan-
opini.html

[6] Buku Item (2013, 15 Maret). Fundamental attribution error dae. Diperoleh 2
Oktober 2017, dari https://bukuiitem.wordpress.com/2013/03/15/fundamental-
attribution-error- fae/

13

Anda mungkin juga menyukai