Anda di halaman 1dari 16

PERSEPSI SOSIAL

“PSIKOLOGI SOSIAL”

Disusun Oleh :

 Allan Desandi Liman (46115110159)


 Dian Novitarini Soetondo (46115110101)
 Muhammad Reza Taufiq (46114110135)
 Septiani Raskita (46115110059)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCUBUANA MENTENG


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini akan membahas tentang PERSEPSI SOSIAL.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materi dengan ini penulis berharap makalah ini dapat
diterima oleh dosen pengampu Psikologi Sosial, dan dapat membantu teman-teman
mahahasiswa lain dalam memahami Persepsi Sosial.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para mahasiswa dan teman-teman. Kepada Dosen kami minta masukannya demi
pembuatan makalah kami dimasa yang akan datang.

Jakarta, April 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover…................................................................................................................1

Kata Pengantar….................................................................................................2

Daftar Isi…............................................................................................................3

Bab I Pendahuluan...............................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................5
C. Tujuan dan Manfaaat.................................................................................5

Bab II Pembahasan..............................................................................................6

A. Pengertian persepsi sosial........................................................................6


B. Proses persepsi social……………………………………..………………....7
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sosial ……………………..12
D. Macam-macam persepsi social………………………………………….....13
E. Bias yang dapat terjadi di persepsi social………………………………...14

Bab III Penutup………………………………………………………………………15

A. Kesimpulan…………………………………………………………………..15
B. Daftar Pustaka.........................................................................................16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu berita (http://efekgila.com/persepsi-dan-fakta-freeport-
indonesia/) terdapat suatu persepsi social tentang keberadaan Freeport di
tanah Papua. Rata-rata rakyat Indonesia percaya, kerjasama itu lebih
menguntungkan perusahaan asal Amerika Serikat sekalipun kini dilabeli
sebagai PT Freeport Indonesia (PTFI). Faktanya, emas memang diangkut ke
Negeri Paman Sam. Kehidupan warga asli Papua, amat timpang bila
dibanding kemakmuran perusahaan AS itu, yang berkilau laksana emas
mereka gali.

Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk


individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang
lainnya. Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa
seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang
bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana
individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya.

Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan


penyesuaian ditentukan oleh persepsi masing-masing individu. Persepsi
teramat penting bagi pemahaman dan terbentuknya perilaku yang tidak lepas
dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya
karena sejak individu di lahirkan, sejak itu pula individu secara langsung
menerima stimulus dari luar dirinya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian persepsi sosial
2. Untuk mengetahui proses persepsi sosial
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sosial
4. Untuk mengetahui macam-macam persepsi sosial
5. Untuk mengetahui bias yang dapat terjadi di persepsi social

C. Tujuan
1. Sebagai tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial
2. Mempelajari tentang persepsi sosial lebih mendalam sehingga dapat
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran di kehidupan kita.

D. Manfaat Makalah
Adapun manfaat dibuatnya makalah ini adalah untuk mempermudah
pembaca memahami materi tentang Persepsi Sosial yang dibuat dengan
penjelasan yang lebih mudah dipahami oleh pembaca, serta untuk
memahami sub materi dari persepsi sosial, yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi sosial, macam-macam persepsi sosial dan bias yang
dapat terjadi di persepsi sosial yang dibuat dengan bahasa yang lebih mudah
dipahami

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persepsi Sosial

Persepsi merupakan perolehan, penafsiran, penglihatan dan pengaturan


informasi duniawi yang didahului oleh penginderaan yang suatu proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera yang
diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi karena itu proses persepsi tidak dapat
lepas dari suatu proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan
proses yang mendahului terjadinya persepsi.

Persepsi social adalah aktivitas mempersepsikan orang lain dan apa yang
membuat mereka terkenal. Melalui persepsi social, kita berusaha mencari tahu
dan mengerti orang lain. Sebagai bidang kajian, persepsi social adalah studi
sebagaimana orang membentuk kesan dan membuat kesimpulan tentang orang
lain (Teiford, 2008). Teori-teori dan penilitian persepsi social berurusan dengan
kodrat, penyebab-penyebab, dan konsekuensi dari persepsi terhadap satuan-
satuan social, seperti diri sendiri, individu lain, kategori-kategori social, dan
kumpulan atau kelompok tempat seseorang tergabung atas kelompok lainnya.
Persepsi social juga merujuk pada bagaimana orang mengerti dan
mengategorisasi dunia. Seperti persepsi lain, persepsi social merupakan sebuah
konstruksi sehingga hasil konstruksi, pengetahuan dan pemahaman yang
diperoleh dari persepsi social tidak selalu sesuai dengan kenyataannya.

Isi dari persepsi social secara individual dapat mencangkup


kepribadianisi,Sifat-sifat, disposisi tingkah laku, karakteristik fisik, kemampuan
menilai dan Isi persepsi social secara kelompok dapat Mencangkup properti-
properti sebagai ukuran, Kelekatan, sifat-sifat budaya, pola stratifiksi, pola-pola
jaringan, legitimasi, dan unsur-unsur sejarah. Akan tetapi persepsi social dapat
ditekankan kepada penyimpulan individu yang terkait dengan karakteristiknya
sendiri atau karakteristiknya individu lain.

6
Secara umum, persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses
pencarian informasi untuk dipahami, jadi melalui persepsi sosial kita harus
berusaha mencari tahu danmemahami orang lain. Adanya suatu usaha-usaha
untuk mengetahui dan mencangkup dalam suatu persepsi social, yaitu:
1. Mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diminati, dikehendaki,
dan didambakan orang lain.
2. Membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah,
tekanan suara, gerak gerik tubuh, kata-kata, dan tingkah laku mereka.
3. Menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan
pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.

B. Persepsi Sosial Sebagai Proses

Persepsi social merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk
mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan prose situ, kita membentuk
kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan pada informasi
yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsang-rangsang
yang relavan, dan mood kita saat ini. Contohnya, tentang keberadaan Freeport
yang adanya Pengusiran Warga Papua, persepsi kita kehidupan masyarakat
setempat juga terancam dengan keberadaan PTFI asal Amerika tersebut, karena
masyarakat yang bukan pekerja PTFI bisa di usir, bahkan di tembak jika
mendekati area pertambangan tanpa izin. walaupun masyarakat Papua hanya
mencari hasil hutan di Sekitar PTFI tetapi fakta tidak ada pengusiran terhadap
pemilik hak ulayat. Hak ulayat suku Amungme dan Kamoro dilindungi dan
ditegakkan oleh perjanjian yang ditandatangani oleh PTFI dan kedua suku pada
tahun 1974, 1997, 2000, dan 2001 yang pelaksanaannya masih terus dilakukan
sampai saat ini. Di bawah perjanjian, kedua suku tersebut mendapatkan bantuan
dalam pembangunan perumahan, tempat beribadah, gedung multifungsi dan
infrastruktur lainnya serta Dana Perwalian. Sampai dengan Januari 2012, jumlah
Dana Perwalian yang dibayarkan PTFI kepada dua suku tersebut adalah USD
29,9 juta.

7
Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda
nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain. Tanda-tanda
nonverbal ini merupakan informasi yang dijadikan bahan untuk mengenali dan
mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari informasi-informasi nonverbal, kita
membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa kira-kira yang sedang dipikirkan
dan dirahasiakan orang lain.

 Tingkah laku dan kominikasi nonverbal


Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain,
kita berusaha menemukan informasi-informasi tentang orang itu. Biasa saja kita
bertanya kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya akan
tetapi cara ini selalu memberikan hasil yang tidak tepat yang dapat mengatakan
suatu hal yang berbeda yang betentangan dengan yang dialamijika orang lain itu
adalah orang baru kita kenal. Dalam keadaan seperti itu, untuk memehami orang
lain kita mengandalkan informasi yang ditampilkan oleh penampilan fisik mereka.
Tingkah laku nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai beragam tujuan
(Patterson,1983), sebagi berikut
1. Tingkah laku nonverbal menyediakan informasi tentang perasaan dan niat
secara ajek.
2. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan mengelolah
interaksi.
3. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengungkapkan keintiman
misalnya melalui tatapan mata.
4. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menegakkan dominasi
atau kendali.
5. Tingkah laku nonverbal dapt digunakan untuk memfasilitaskan pencapaian
tujuan yang bedampak positif.
Penelitian tentang tingkah laku dan komunikasi nonverbal banyak
dilakukan oleh psikolog social yaitu oleh (Ekman & Frieson, 1974), (Izad,
1991), (Keltner, 1995), (Forest & Fieldman, 2000), (Neuman & Strack, 2000),
(DePaulo et al, 2003).

8
 Saluran kominikasi nonverbal
Ketika seseorang mengalami prasaan tertentu, apa yang mereka rasakan
terlihat dalm tingkah laku nonverbal mereka secara sadar maupun tidak sadar.
Aktivitas nonverbal pada tubuh disebut saluran-saluran nonverbal. Dengan
kondisi psikologis kita sering kali justru tampil melalui lima saluran dasar:
ekspresi wajah (facial expressions), kontak mata (eye contact), gerak tubuh
(body movements), postur (posture), dan sentuhan (touching).

1. Ekspresi Wajah Sebagai Tanda Emosi Orang Lain


Melalui ekspresi wajah, kita dapat mengenali dan mengerti emosi
orang lain, penelitian-penelitian tentang hubungan antara ekspresi wajah
dengan emosi menunjukan bahwa ada lima emosi dasar yang secara jelas
diwakili oleh ekspresi wajah: marah, takut, bahagia, kaget dan jijik (Izard,
1991; Rozin, Lowery, & Ebert, 1994; Baron & Byrne, 2003). Ekspresi wajah,
selain mengungkapkan emosi secara sendiri-sendiri, juga dapat
mengungkapkan kombinasi emosi, seperti marah bercampur kaget dan sedih
bercampur takut. Ada pertanyaan lain, Apakah ekspresi wajah berlaku secara
universal ?
Penelitian-penelitian terdahulu menunjukan bahwa ekspresi wajah
cenderung universal (Ekman & Friesen, 1975; Baron & Byrne, 2003). Akan
tetapi penelitian terbaru menyatakan bahwa ekspresi wajah tidak universal (di
antaranya Russel, 1994; Carol & Russel, 1996; Baron & Byrne, 2003). Dalam
hal ini perbedaan budaya ikut berperan dalam menentukan ekspresi wajah
seperti apa yang ditampilkan pada situasi emosional tertentu.

2. Kontak Mata Sebagai Penanda Nonverbal


Petunjuk dari tatapan mata sangatlah penting. Sebagai catatan betapa
pentingnya petunjuk dari tatapan mata, para penyair kuno sering
menggambarkan mata sebagai “jendela hati.” Peribahasa ini ada benarnya:
kita memang sering belajar banyak tentang perasaan orang lain dari tatapan
wajahnya. Contoh, kita mengartikan tatapan mata yang dalam dan lama dari
seseorang sebagai sinyal rasa suka atau pertemanan (Kleinke, 1986; Baron
&Byrne, 2003). Sebaliknya, jika seseorang menghindari kontak mata, kita bisa

9
berkesimpulan bahwa dia tidak ramah, tidak menyukai kita, atau mungkin
cuma sekedar pemalu (Zimbardo, 1977; Baron & Byrne, 2003).

3. Bahasa Tubuh : Gestur, Postur, dan Gerakan


Pada umumnya orang mengubah gerakan badannya ketika perasaannya
berubah. Posisi tubuh berubah, gerakan berubah baik dari bentuk maupun
kecepatannya. Gerakan badan mencerminkan keadaan emosionalnya.
Sebagai salah satu saluran komunikasi nonverbal, gerakan badan
memberikan kita tanda-tanda nonverbal sehingga kita dapat mengenali dan
mengerti keadaan emosional orang lain. Perpaduan posisi tubuh, gerakan
badan, dan postur biasa disebut juga bahasa tubuh (body language).Gerakan
yang dilakukan dalam jumlah besar dan berulang-ulang (menyentuk,
menghentak, menggaruk) mengindikasikan adanya ketegangan emosional.
Semakin tinggi frekuensinya, makin tinggi pula tingkat ketegangan atau
kegugupannya. Gerakan-gerakan kecil (gesture) yang berulang-ulang dapat
mencerminkan perasaan cemas dari orang tersebut. Gestur terbagi dalam
beberapa kategori namun satu yang penting diantaranya adalah emblem
(gerakan tubuh yang menyiratkan makna khusus menurut budaya tertentu).
Selain itu, gestur tertentu memiliki makna yang berbeda untuk perempuan
dan laki-laki. Untuk laki-laki, gestur yang menunjukan kekuatan seperti
menghentakkan kedua tangan yang mengepal merupakan ungkapan
kekuatan, sedangkan untuk perempuan mengungkapkan perasaan lemah
atau panik.

4. Sentuhan
Sentuhan orang lain pada kita, dapat membantu memahami apa yang
dirasakan orang lain terhadap kita. Pemahaman terhadap apa yang hendak
diungkapkan melalui sentuhan bergantung pada beberapa faktor yang terkait
dengan
1. siapa yang menampilkan sentuhan.
2. jenis kontak fisik dan (konteks yang ada pada saat sentuhan
ditampilkan).

10
3. Konteks yang ada pada saat sentuhan ditampilkan (situasi bisnis,
situasi social, atau ruang praktik dokter).

Bentuk sentuhan yang paling umum diberbagai budaya ketika bertemu


dengan orang lain adalah berjabat tangan. Jabat tangan yang mantap
merupakan cara yang baik untuk memberikan kesan positif terhadap orang lain
(Chaplin, et al, 2000; Baron & Byrne, 2003). Semakin mantap dan lama jabat
tangan dilakukan, semakin kuat kesan positif yang dihasilkan.

 Mengenali Pengecohan. Petunjuk Nonverbal dalam Pengecohan


Petunjuk Nonverbal dalam Pengecohan. Satu gejala yang amat berguna
dalam mendeteksi kebohongan adalah melalui perubahan ekspresi mikro
(microexpressions), yaitu perubahan ekspresi wajah yang berlangsung hanya
sepersekian detik. Reaksi ini muncul di wajah segera setelah hadirnya kondisi
emosi tertentu yang sulit disembunyikan (Ekman, 1985; Baron & Byrne,2003),
sehingga dapat digunakan sebagai indikator penting dalam menilai perasaan
atau emosi seseorang.
Petunjuk yang kedua adalah ketidaksesuaian antarsaluran (interchannel
discrepancies). Ini adalah bentuk inkonsistensi antar pentunjuk nonverbal dari
berbagai saluran komunikasi yang berbeda, di mana seseorang kesulitan
mengontrol semua saluran komunikasi itu pada saat yang bersamaan. Petunjuk
yang ketiga berhubungan dengan aspek nonverbal ucapan. Saat orang berdusta
nada suaranya kerap meninggi, cara bicaranya cenderung ragu-ragu dan sering
kali terjadi salah ucap (DePaulo, Stone & Lassister, 1985;Stiff et.al., 1989; Baron
& Byrne, 2003). Petunjuk yang keempat adalah kontak mata. Orang yang
berbohong mengedipkan mata lebih sering, disertai pupil yang melebar,
dibandingkan orang yang berkata jujur. Mereka juga sering kali kesulitan
mempertahankan kontak mata, atau justru malah sangat mampu, saat mencoba
berpura-pura jujur dengan cara menatap langsung mata orang yang sedang
dibohonginya (Kleinke, 1986; Baron & Byrne, 2003). Terakhir, orang yang
sedang berbohong biasanya menunjukan ekspresi wajah yang berlebihan.
Senyum yang lebih lebar dari biasanya, atau kesedihan yang berlebihan.

11
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial
Di atas telah dijabarkan bahwa apa yang ada dalam diri individu akan
mempengaruhi dalam individu mengadakan persepsi, ini merupakan faktor
internal. Selain itu ada juga faktor eksternal yang mempengaruhi proses
persepsi, yaitu:
 Faktor Penerima. Seseorang yang memiliki konsep diri (self concept) yang
tinggi dan selalu merasa diri secara mental sehat, cenderung melihat orang
lain dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistik, dibandingkan
seseorang yang memiliki konsep diri rendah. Nilai dan sikap seseorang tidak
pelak lagi memberikansumbangan bagi pendapat seseorang tentang orang
lain. Pengalaman di masa lalu sebagai bagian dasar informasi juga
menentukan pembentukan persepsi seseorang. Kondisi kesehatan fisik dan
psikis seseorang juga sangat mempengaruhi hasil persepsi.
 Faktor Situasi. Definisi situasi adalah makna yang diberikan individu terhadap
suatu keadaan atau interpretasi individu terhadap faktor-faktor sosial yang
ditemui pada ruang dan waktu terttentu (Dr. Fattah Hanurawan, 2010).
Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi sosial dapat dipilah menjadi
tiga, yaitu seleksi, kesamaan, dan organisasi. Secara alamiah, seseorang
akan memusatkan perhatian pada objek-objek yang disukai ketimbang objek-
objek yang tidak disukai. Unsur kedua yaitu kesamaan. Kesamaan adalah
kecenderungan dalam persepsi sosial untuk mengklasifikasikan orang-orang
ke dalam suatu kategori yang kurang lebih sama. Unsur yang ketiga yaitu
organisasi perseptual. Dalam proses persepsi sosial, individu cenderung
memahami orang lain sebagai objek persepsi yang bersifat logis, teratur, dan
runtut.
 Faktor Objek. Dalam persepsi sosial secara khusus, objek yang diamati itu
adalah orang lain. Beberapa ciri yang terdapat dalam diri objek sangat
memungkinkan untuk dapat memberi pengaruh yang menentukan terhadap
terbentuknya persepsi sosial. Ciri pertama adalah keunikan, ciri kedua adalah
kekontrasan, dan ciri ketiga adalah ukuran dan intensitas yang terdapat
dalam diri objek.

12
D. Macam-macam Persepsi Sosial
Persepsi Sosial sebenarnya dibagi menjadi dua, yaitu persepsi terhadap
objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Persepsi terhadap
manusia biasa kita kenal dengan persepsi interpersonal, yang akan dibahas
sebagai berikut :
 Persepsi Objek
Persepsi objek merupakan sebuah proses persepsi yang menggunakan
benda sebagai objek, bukan manusia. Stimulus yang ditangkap bukan dari
komunikasi nonverbal, melankan dari gelombang cahaya, gelombang suara,
temperatur, dll. Objek yang kita persepsi tidak memberikan reaksi kepada kita
dan kita juga tidak memberikan reaksi emosional kepada objek tersebut, dan
objek yang kita jadikan sebagai bahan persepsi relatif tetap.
Persepsi objek terdiri 3 jenis, yaitu :
 Persepsi Jarak
Contoh :awan semakin kita memandang jauh semakin nampak rendah
seolah-olah kita dapat menggapainya
 Persepsi Gerak
Contoh : saat kita berada di dalam kereta dan bersebelahan dengan rumah
penduduk atau pohon terkadang kita bingung, kita yang bergerak atau rumah
penduduk itu yang bergerak
 Persepsi Total
Pada persepsi total baru akan tampak jelas kalau dilihat secara keseluruhan

 Persepsi Interpersonal
Persepsi interpersonal merupakan proses presepsi dimana manusia
merupakan objeknya. Stimulus disampaikan melalui lambang-lambang verbal
maupun nonverbal. Reaksi dari yang dipersepsi ada kemungkinan bias, karena
manusia selalu berubah-ubah.

13
E. Bias dalam Persepsi Sosial
Kita sering menilai orang berdasarkan penampilan pertamanya. Orang yang
menampilkan kesan baik pada saat pertama kali bertemu, cenderung kita
anggap baik untuk seterusnya. Bias seperti ini disebut dengan Efek Halo. Kita
juga cenderung menilai orang yang menampilkan kesan buruk pada saat
pertama kali bertemu dengannya, sebagai orang yang buruk seterusnya. Bias
seperti ini disebut Negativitas. Kecenderungan untuk menempatkan faktor
internal atau penyebab disposisional, cukup besar ditampilkan oleh banya
orang. Fenomena yang ditandai oleh kecenderungan tidak memperhatikan
faktor penyebab eksternal disebut Jones (Sarlito & Eko, 2009) sebagai Bias
Korespondensi. Penelitian Gilbert dan Malone (Sarlito & Eko, 2009)
menunjukan bukti-bukti dari adanya kecenderungan menunjuk factor
disposisional sebagai penyebab tampilnya tingkah laku, bahkan dalam situasi
yang jelas penyebabnya. Dalam psikologi social, bias seperti ini merujuk pada
kesalahan atribusi fundamental, yaitu kecenderungan untuk mempersepsikan
orang lain sebagaimana yang ditampilkan karena sifat-sifat yang dimiliki
orang lain. Bias persepsi lain yang cenderung kita lakukan adalah in-group
bias (bias terhadap kelompok sendiri) atau in-group favoritism (favoritisme
terhadap kelompok sendiri). Dengan kata lain. Kita cenderung menyukai
anggota-anggota kelompok sendiri dibandingkan dengan anggota-anggota
kelompok lain (Allen & Wilder, 1975; Billig & Tajfel, 1973; Brewer, 1979;
Tajfel, 1970; Wilder, 1981; Sarlito & Eko, 2009). Bias dalam persepsi social
dapat juga terjadi karena adanya asimetri antara kelompok sendiri dengan
kelompok lain (in-group-out-group asymetry), yaitu orang cenderung
mempersepsikan kelompok sendiri dengan cara dan standart
mempersepsikan orang lain. Lokasi serta pergerakan dari individu dan
kelompok dalam lingkungan menghasilkan asimetri dan hubungan-hubungan
topografis.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Persepsi terjadi dimulai dari adanya objek yang menimbulkan stimulus


mengenai alat indera. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses
kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh
syarat sensoris ke otak. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran
sehingga individu meyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang
diraba. Dari individu meyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang
didengar, atau apa yang diraba itu merupakan dari proses persepsi. Persepsi social
merupakan persepsi orang sebagai semacam proses yang relative rasional dalam
mengambil informasi tentang orang lain dan mengorganisasikannya berdasarkan
prinsip tertentu. Tujuan dan perasaan kita terhadap orang lain juga memengaruhi
pandangan kita tentang informasi yang kita kumpulkan mengenai orang lain.
Sebagai bidang kajian, persepsi social adalah studi terhadap bagaimana orang
membentuk kesan dan membuat penyimpulan tentang orang lain. Teori-teori serta
penelitian persepsi social berhubungan dengan kodrat, penyebab-penyebab, dan
konsekuensi dari persepsi terhadap satuan-satuan social, seperti diri sendiri, individu
lain, kategori-kategori social, dan kumpulan atau kelompok tempat seseorang
tergabung atau kelompok lainnya.

Kominikasi nonverbal adalah cara orang berkomunikasi tanpa kata-kata, baik


secara sengaja maupun tidak. Dalam komunikasi nonverbal, kita mencermati
tekanan suara, sentuhan, gesture (gerakan-gerakan tubuh), ekspresi wajah, dan
tanda-tanda nonverbal lainnya. Adanya saluran komunikasi nonverbal melalui
ekspresi wajah, kontak mata, gerakan badan, postur, dan sentuhan.

Seseorang dapat mampu menafsirkan tanda-tanda yang telah ditampilkan


melalui beragam saluran komunikasi nonverbal cukup tepat dnegan memanfaatkan
berbagai tanda meski ada perbedaan pada beberapa tipe orang.

Persepsi social sering mengandung bias, antaranya efek halo, negativitas,


bias korespondensi, kesalahan atribusi fundamental, in-group bias.

15
DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Penerbit Andy Yogyakarta

Baron, R.A. dan Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh. Penerbit Erlangga.
Jakarta

Sarwono, Sarlito W. 2002. Psikologi Sosial, Individu Dan Teori Teori Psikologi Sosial.

Balai Pustaka: Jakarta

Sarwono, S.W. dan Meinarno, E.A. 2009. Psikologi Sosial. Salemba Humanika.Jakarta

Hanurawan, Fattah, 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya
Offset. Bandung

http://efekgila.com/persepsi-dan-fakta-freeport-indonesia/

16

Anda mungkin juga menyukai