Anda di halaman 1dari 20

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

PSIKOLOGI PERPUSTAKAAN Arief Rahman Hakim M,A

PERSEPSI DAN INTERAKSI SOSIAL

OLEH :
Kelompok 5

LARAS SHARI ASTRIA RAHAYU : 190101120895


NURHALIZA : 190101120801
ALPIANNOR :190101120831

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul ‘Persepsi dan
Interaksi Sosial ini, untuk memenuhi tugas Psikologi Perpustakaan
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga demi
penyempurnaan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran pembaca agar
nantinya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Banjarmasin, 04 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2


A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi Diri...........................................................................2
2. Faktor yang mempengaruhi Persepsi...................................................... 3
3. Persepsi Mengenai Orang........................................................................ 4
4. Persepsi Mengenai Diri............................................................................ 7
5. Faktor yang mempengaruhi pemakai perpustakaan................................. 9
B. Interaksi Sosial
1. Pengertian Imteraksi Sosial Diri...............................................................11
2. Faktor – faktor Interaksi Sosia Diri..........................................................12
3. Syarat – syarat Interaksi Sosial Diri.........................................................13
4. Bentuk – bentuk Interaksi Sosial Diri......................................................14
BAB III PENUTUP .................................................................................................16
A. Kesimpulan .................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam
merespon berbagai aspek atau gejala disekitarnya. Dan didalam proses mempersepsi
keadaan sekitar kita maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah
argumen yang berasal dari informasi yang kita kumpulkan atau yang dapat kita terima
dari alat reseptor sensorik sehingga kita dapat mengelompokkan informasi yang kita
terima oleh penginderaan melalui pengalaman awal kita. Persepsi juga timbul melalui
interaksi kita terhadap orang yang menjadi suatu obyek . karena pada saat berinteraksi
atau saling berkomunikasi akan mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang.

Jika dikaitkan dengan perpustakaan persepsi biasanya lebih mengarah pada cara
pandang pemustaka kepada pustakawan seperti pandangan penampilan, tingkah laku,
kepribadian, dan tata bicara .

Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud persepsi ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi persepsi ?
3. Apa itu interaksi sosial ?
4. Apa saja faktor yang mendasari berlangsung interaksi sosial ?
5. Apa saja syarat interaksi sosial ?
6. Apa saja bentuk-bentuk interaksi ?

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu persepsi
2. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi persepsi
3. Mengetahui apa itu interaksi sosial
4. Apa saja faktor yang mendasari berlangsung interaksi sosial
5. Mengetahui syarat adanya intteraksi

1
6. Mengetahui bentuk interaksi

BAB II

PEMBAHASAN

1. Persepsi
Persepsi dalam bahasa indonesia dapat diartikan sebagai penglihatan,
pemahaman atau tanggapan. Namun dalam psikologi, persepsi mempunyai pengertian
yang lebih luas. Banyak ahli yang mencoba untuk mendefinisikan istilah tersebut seperti
Harvey & smith serta wrightsman dan Deaux bahwa persepsi sebagai proses membuat
penilaian (judgment) atau membangun kesan ( impression) mengenai berbagai macam
hal yang terdapat dalam lapangan penginderaan seseorang. Sejalan dengan itu Morris
berpendapat bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti dari stimulus yang
ditanggap indera. Sedangkan Sarlito (1976) menyatakan bahwa persepsi merupakan
kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
persepsi merupakan proses pemberian makna kepada informasi sensoris yang diterima
seseorang. Melalui persepsi ini manusia dapat mengenal dan memahami dunia luar.
Persepi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu
merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja melainkan stimulus itu
diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga
individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, individu
mengalami persepsi. Karena itu, proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses
persepsi, dimana dari proses penginderaan itulah yang merupakan proses pendahulu dari
persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap saat individu menerima stimulus
melalui alat inderanya melalui reseptornya.
Proses persepsi berawal dari penginderaan,indera kita menangkap berbagai
stimulus yang ada di lingkungan. Stimulus itu bisa berupa orang - orang, peristiwa
maupun benda - benda. Informasi yang didapatkan oleh alat inderanya disalurkan ke
alam pikiran, kemudian diseleksi,diorganisasikan dan akhirnya ditafsirkan atau diberi

2
makna. Seleksi adalah memberi perhatian pada stimulus tertentu dan mengabaikan
stimulus - stimulus lainnya. 1
 Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi
1. Stereotip, yaitu pandangan tentang ciri – ciri tingkah laku manusia dari sekelompok
masyarakat tertentu. Misalnya kelompok suku, agama, kelas ekonomi, jenis kelamin,
etnis, dan lain – lain. Stereotip ini akan berpengaruh terhadap kesan pertama.
Contoh: seumpama kita bertemu dengan orang lain yang berasal dari suku sunda,
gambaran stereotip tentang ciri – ciri atau perilaku secara umum masyarakat sunda
merupakan salah satu sumber informasi yang kita pakai untuk menilai seseorang.

2. Persepsi diri, yaitu pandangan terhadap diri sendiri dapat mempengaruhi


pembentukkan kesan pertama. Berbagai penelitian menujukkan adanya
kecenderungan untuk melihat kesamaan yang ada antara diri pribadi dengan orang
yang baru dikenal. Kenalan baru yang dianggap mempunyai banyak ciri yang sama
dengan diri kita, akan memberikan kesan yang sangat berbeda disbanding kenalan
baru yang sama sekali berbeda dengan kita. Contoh apabila kita bertemu dengan
orang lain yang memiliki hobi yang sama dengan kita, maka ia akan cenderung lebih
mudah diakrab dengan kita disbanding dengan orang yang tidak memiliki kesamaan
hobi dengan kita.

3. Situasi dan kondisi, yaitu pandangan terhadap seseorang yang dipengaruhi oleh
situasi atau kondisi tertentu. Banyak kejadian yang sebenarnya disadari atau tidak
disadari bahwa pada situasi atau kondisi tertentu orang memiliki kesan yang
mendalam terhadap orang lain. Misalnya, pada saat kita membutuhkan pertolongan
dan datang orang lain untuk menolong kita, maka kesan dalam situasi atau kondisi
yang demikian akan melekat lebih dalam pada diri kita bahwa orang tersebut
memiliki kecenderungan berkarakter baik.

1
Nina Ariyani Martini, Psikologi Perpustakaan,(Tangeran Selatan :Universitas Terbuka,2014) hal 4.2
Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan,(Jakarta : Sagung Seto,2009) hal : 57

3
4. Ciri yang ada pada diri orang lain, yaitu daya tarik fisik seseorang yang dapat
menimbulkan penilaian khusus pada saat pertama kali bertemu. Misalnya ganteng,
cantik, tinggi – tegap,kurus, dan lain- lain.

A. PERSEPSI MENGENAI ORANG ORANG ( Person Perfection)


Persepsi mengenai orang - orang ( person perfection) merupakan suatu kajian
yang paling banyak mendapat perhatian di kalangan ahli psikologi sosial. Besar
perhatian ini karena persepsi kita mengenai orang - orang yang ada di sekitar kita dapat
membawa pengaruh tertentu terhadap sikap dan perilaku terhadap kita dalam
berhubungan dengan mereka. Kekeliruan persepsi tidak saja mempengaruhi perilaku
kita sendiri tetapi juga mempengaruhi respons orang lain terhadap diri kita. Ketetapan
persepsi mempunyai arti yang sangat penting dalam hubungan antar pribadi. Kekeliruan
bukan hanya menimbulkan kesalahpahaman tetapi lebih jauh lagi sampai pada konflik
antar pribadi. Di dalam memersepsikan orang lain kita bukan hanya memersepsikan
penampilan luar saja tetapi juga keadaan emosi, sifat, dan ciri kepribadian dll. Kita
sering kali dengan cepat menilai seseorang yang baru saja kita jumpai hanya dengan
bedasarkan sedikit informasi tentang orang tersebut. Hanya dengan melihat seseorang
atau sebuah potret selama beberapa menit saja, kita sudah mempunyai penilaian tertentu
terhadap orang tersebut. Penilaian itu bisa menyangkut tentang karakteristik orang
tersebut seperti 'sifat, emosi, inteligensi, usia, dan lain-iain. Kita akan selalu membentuk
kesan tentang orang lain, baik karena hanya sekedar memenuhi rasa ingin tahu atau
karena kesan kita akan memberikan pengaruh besar terhadap hubungan kita dengan
orang lain. '
Bagaimana kesan terbentuk? Ketika pertama kali bertemu seseorang, ada banyak
informasi yang kita terima, seperti penampilannya, tingkah lakunya, caranya
berpakaian, ekspresi wajahnya, perkataannya, nada suaranya, kontak mata, jabatan
tangan. Kemudian kita akan mengategorikan orang tersebut berdasarkan ciri-ciri yang
dimilikinya itu. Proses ini terjadi dengan cepat dan spontan. Kita bisa saja
mengategorikan seseorang hanya berdasarkan penampilan. Misalnya kita melihat

4
seorang wanita yang sudah berumur, kita mengategorikanny 2a sebagai seorang nenek.
Kita percaya bahwa setiap kategori ini selalu berkaitan dengan ciri-ciri tertentu. Ini
disebut sebagai skema (schema) yaitu sejumlah kepercayaan dan harapan yang
berkaitan dengan setiap kategori. Pada contoh berikut kita langsung memersepsikan
bahwa ia seorang yang bijaksana, pintar merajut, penyayang dan sebagainya. Contoh
lainnya, bila kita melihat seseorang berbaju putih dan memakai stetoskop kita akan
memersepsikannya sebagai seorang dokter. Sebagai seorang dokter, ia adalah seorang
yang cerdas, berpendidikan, profesional, dan dapat memberikan obat yang dapat
menyembuhkan pasiennya.
Skema dapat untuk dibuat berbagai hal. Skema pribadi orang merupakan
struktur mengenai kepribadian seseorang. Skema pribadi orang ini dapat khusus
difokuskan pada jenis manusia. Misalnya skema tentang seseorang yang “terbuka“
(ekstrovert) dapat mencakup unsur-unsur, ''bersemangat'', “mudah bergaul”, “mudah
menyesuaikan diri”, “ramah”, “percaya diri”, “antusias”. Ada juga skema peran yang
merupakan gambaran abstrak yang sudah tersusun tentang orang-orang dengan peran
tertentu, seperti ‘ibu’, ‘guru’, ‘dokter’, ‘kekasih yang setia”. Adakalanya skema tersebut
tidak realistis. Misalnya skema peran ibu mencakup sikap penuh kasih, selalu
mendengarkan keluhan anaknya, hangat, dan dapat mengurus rumah tangga. Skema lain
adalah skema kelompok yang memberikan ciri khusus kepada kelompok tertentu.
Skema ini menyangkut kepribadian dan perilaku anggota sebuah kelompok.
Namun skema terkadang dapat menyebabkan kesalahan persepsi. Misalnya kita
melihat seseorang menolong seekor kucing yang sakit, kita menyimpulkan bahwa ia
seorang yang baik hati. Kita mungkin juga akan memersepsikan orang tersebut sebagai
seorang yang ramah, hangat, dan suka menolong orang lain. Padahal belum tentu ia
memiliki sifat - sifat seperti itu. Disini kita mengamsumsi bahwa satu sifat selalu
berhubungan dengan sifat tertentu lainnya, kesalahan persepsi yang disebabkan oleh
kesalahan logika ini disebut sebagai teori kepribadian implisit ( implicit personality
theory) , hal ini bisa menyebabkan kesalahan persepsi karena ciri - ciri tersebut ( ramah,

2
Nina Ariyani Martini, Psikologi Perpustakaan,(Tangeran Selatan :Universitas Terbuka,2014) hal 4.16

5
hangat dan suka menolong) ada pada skema baik hati dan bukan ada pada orang
tersebut.
Dengan berjalannya waktu, kita terus berinteraksi dengan orang Kita
memperoleh informasi baru tentang orang-orang tersebut. Namun demikian informasi
yang kita peroleh kemudian ini sering kali tidak mempengaruhi kesan pertama kita.
Gejala ini disebut sebagai primacy effect. Misalnya, ketika pertama kali bertemu kita
mempunyai kesan bahwa seorang yang lemah lembut. Jika suatu kali kita mendengar ia
berbicara kasar, kita cenderung mengabaikan informasi tersebut. Kita mungkin mencari
alasan atau pembenaran mengapa dia berbicara kasar. Jadi tingkah lakunya itu tidak
mengubah persepsi kita bahwa ia seorang yang lemah lembut. Sebaliknya jika kita
sudah mempunyai kesan pertama bahwa seorang yang jahat. Bila kita mendengar ia
menolong orang, kita mungkin tidak akan percaya atau kita menganggap bahwa ia
berpura-pura berbuat baik. Jadi, kita mengabaikan informasi tersebut dan tetap
memersepsikannya sebagai seorang yang jahat.
Bila kita menyadari kuatnya pengaruh kesan pertama tersebut, maka kesalahan
persepsi yang disebabkan primacy effect ini mungkin dapat dikurangi. Namun ini
tidaklah mudah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kesan pertama sangat
menentukan.
Orang sering kali membentuk kesan tentang orang lain berdasarkan sebuah
stereotip. Stereotip adalah sejumlah karakteristik yang dianggap dimiliki oleh semua
anggota sebuah kelompok sosial tertentu. Stereotip ini merupakan sebuah skema
kelompok yang biasanya sederhana tetapi sangat diyakini kebenarannya. Stereotip -
stereotip yang tersebar di dalam masyaraka cenderung mudah untuk kita terima dan kita
yakini kebenarannya, sehinga kita tidak ngu-ragu untuk menerapkannya dalam
memersepsi orang-orang dari kelompok terhadap mana kita mempunyai prasangka.
Seseorang yang mempunyai prasangka kuat terhadap suatu kelompok tertentu, bila
berhadapan dengan orang dari kelompok tersebut cenderung untuk memersepsi orang-
orang tersebut berdasarkan stereotip-stereotip sosial yang melekat pada kelompok
tersebut. Misalnya stereotip bahwa wanita adalah makhluk yang lemah. Stereotip ini
akan mempengaruhi kesan yang kita tentang wanita yang kita jumpai. Stereotip ini

6
sering menyebabkan kesalahan persepsi karena ternyata tidak semua orang sesuai
dengan stereotip tersebut. Kita bisa saja menjumpai wanita yang kuat.

B. PERSEPSI MENGENAI DIRI (SELF PERCEPTION)


Persepsi diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri termasuk
antara lain ciri-ciri, kualitas, kemampuan, dan sifat. Di dalam persepsi diri, kita seakan-
akan melihat diri kita sebagai obyek yang terpisah. Melalui persepsi diri kita sampai
pada apa yang disebut konsep diri atau citra diri. Konsep diri merupakan gambaran
mengenai ciri-eiri, kualitas, identitas yang kita miliki. Konsep diri bisa tampil secara
jelas maupun kurang jelas. Jadi ada orang yang dapat mendeskripsikan dirinya secara
jelas, namun ada pula yang tidak. Walaupun ia tidak dapat menggambarkan kualitas
dirinya secara jelas, namun konsep diri tetap ada. Konsep diri merupakan sesuatu yang
amat berarti karena akan menentukan bagaimana kita berhubungan dengan orang lain.
Bagaimana terbentuknya konsep diri ini? Konsep atau citra diri ini terbentuk melalui
serangkaian pengalaman persepsi yang sifatnya kumulatif. Proses pembentukan konsep
diri ini dimulai dari sejak masa kanak-kanak, berlanjut pada masa remaja dan semakin
mantap pada usia lebih dewasa.
Bagaimana kita tahu mengenai diri kita? Kita mengetahui diri kita melalui
orang-orang lain. Dari cara orang lain memperlakukan kita, kita dapat menarik
kesimpulan bagaimana persepsi mereka terhadap diri kita. Dari situ kita mengetahui
bagaimana diri kita. Jadi respons orang lain terhadap diri kita merupakan semacam
cermin dari diri kita. Bila kita sering mendapatkan perlakuan positif dari orang lain
maka kita akan mempunyai persepsi diri yang positif. Melalui pengalaman -
pengalaman persepsi yang positif maka akan terbentuk konsep diri yang positif.
Sebaliknnya jika kita sering mendapat perlakuan negatif, maka kita akan memiliki
persepsi diri yang negatif.
Konsep diri ini berkaitan erat dengan harga diri (self esteem). Harga diri adalah
bagaimana seseorang menilai dirinya. Jadi, harga diri merupakan perasaan atau sikap

7
seseorang terhadap dirinya. Bila kita memersepsi diri kita s'ebagai orang yang
3
mempunyai kualitas-kualitas baik, maka sikap terhadap diri kita juga menjadi positif.
Misalnya, jika kita memersepsikan diri sebagai seorang yang pandai, ramah, rupawan,
tentunya kita akan menyukai dan tentunya mau menerima diri kita dengan baik. Kalau
kita menerima dan menyukai diri sendiri berarti kita memiliki harga diri yang kuat.
Dengan adanya harga diri yang kuat maka kita akan menghargai diri sendiri, kita juga
akan punya kepercayaan diri yang besar. Sebaliknya jika konsep diri kita buruk,
misalnya kita merasa sebagai seorang yang bodoh, pemalas, buruk, rupa tentunya kita
menjadi tidak suka pada diri sendiri. Kita tidak akan menerima dan menghargai diri kita
sendiri. Hai ini menyebabkan kita menjadi kurang percaya diri. Jadi semakin positif
sikap kita semakin kuat menerima diri kita dan semakin kuat harga diri yang kita miliki.
Atau sebaliknya semakin negatif sikap kita, semakin besar penolakan kita terhadap diri
sendiri, semakin lemah harga diri kita dan semakin kurang pula rasa percaya diri kita.
Konsep diri dan harga diri berpangkal dari persepsi mengenai diri, Persepsi diri
bisa saja salah karena persepsi kita terhadap respons orang lain bisa keliru. Kita bisa
saja salah mengartikan perlakuan orang lain terhadap kita. Selain itu sering kali pula
respons orang lain bukan murni mencerminkan diri kita. Oleh karena itu konsep diri
bisa saja keliru atau tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Namun demikian konsep
diri merupakan sesuatu yang kita yakini kebenarannya. Kekeliruan dapat berakibat
buruk bagi diri kita. Apabila kita terlalu membesar-besarkan kualitas positif pada diri
kita, kita menjadi sombong. Kita akan merasa diri kitalah yang terhebat, maka akan
terjadi pengidealan diri. Beberapa pengalaman pahit akan mudah merusaknya sebagai
akibatnya harga diri menjadi goyah. Misalnya X merasa dirinya seorang yang sangat
pandai dan memiliki kemampuan lebih dari teman-teman sekelasnya. Apabila ia tidak
diterima di perguruan tinggi negeri yang diinginkannya, bisa terjadi kepercayaan dan
harga dirinya akan goyah. Sebaliknya bila kita melebih-lebihkan kualitas negatif, kita
menjadi orang yang tidak percaya diri. Oleh karena itu yang terpenting adalah
pengenalan diri yang sesungguhnya. Dengan demikian kita akan mengetahui kelebihan

3
Nina Ariyani Martini, Psikologi Perpustakaan,(Tangeran Selatan :Universitas Terbuka,2014) hal Nina
Ariyani Martini, Psikologi Perpustakaan,(Tangeran Selatan :Universitas Terbuka,2014) hal 4.19

8
dan kekurangan yang kita miliki. Jika kita mengenal diri kita, maka kita dapat
mengembangkan diri ke arah yang lebih baik.

 Faktor - Faktor Yang mempengaruhi persepsi pemakai


perpustakaan.
l. Variabel Stimulus
Pustakawan yang melayani perpustakaan adalah variabel stimulus dan
merupakan objek yang dipersepsikan. Semua yang ditampilkan oleh pustakawan;
penampilan, senyuman, kontak mata, keramahan, keinginan untuk membantu.
kecepatan dalam memberikan pelayanan, adalah stimulus yang dipersepsikan oleh
pengguna. Jika pustakawan dapat membangun kesan yang baik maka pemakai
perpustakaan akan mempunyai persepsi yang baik terhadap pustakawan ataupun
sebaliknya Kesan pertama biasanya sulit untuk dilupakan, ini merupakan gejala primary
effct. Seorang pemakai yang mengalami pengalaman tidak menyenangkan ketika
dilayani oleh petugas perpustakaan, akan mengingatnya terus. Misalnya, seorang dosen
ingin meminjam buku untuk keperluan mengajar. Tetapi saat ia mau meminjam, listrik
mati sehingga komputer yang menyimpan data peminjaman tidak dapat digunakan.
Tentu saja dosen tersebut menjadi kecewa, dan akan mengingat kejadian tesebut serta
menganggap pustakawan itu tidak mau membantunya. Padahal menummya, pustakawan
tersebut dapat mencatat secara manual dahulu, dan ketika lampu menyala ia dapat
memasukkan data tersebut ke dalam komputer. Kesan pertama ini sangat kuat, sehingga
meskipun orang lain mengatakan pustakawan tersebut ramah, namun ia akan
mengabaikan informasi tersebut dan berpegang pada pengalamamya. lni tentunya
penting untuk diingat oleh pustakawan guna memberikan pelayanan yang baik bagi
pemakai perpustakaan. Meskipun bagi Anda ia adalah orang yang ke - 50 yang Anda
layani, tapi mungkin bagi pemakai itu adalah pengalaman pertama kalinya bertemu
dengan Anda.

2. Variabel Latar/Setting dan Suasana yang Mengiringi Kehadiran Stimulus '

9
Latar atau setting serta suasana yang menyertai kehadiran suatu obyek stimulus
akan mempengaruhi persepsi seseorang tentang obyek tersebut. Persepsi pemakai 4
perpustakaan terhadap pustakawan dipengaruhi oleh latar atau suasana yang mengiringi
kehadiran pustakawan tersebut. Jika pemakai perpustakaan datang ke perpustakaan yang
bagus dengan ruang yang menarik dan koleksi yang bagus, maka ia akan
memersepsikan pustakawan sebagai orang yang profesional dalam pekerjaannya.
Sebaliknya, jika perpustakaan kusam, berdebu, dan tidak terurus maka pemakai
perpustakaan akan mendapatkan kesan yang jauh berbeda. Ia akan menganggap
pustakawan tersebut tidak profesional dalam bekerja. Sangat penting bagi pustakawan
untuk memperhatikan desain ruang perpustakaan karena itu akan berpengaruh dalam
membentuk imej profesi pustakawan itu sendiri.

3. Variabel Diri Perseptor


Diri perseptor adalah orang yang memersepsikan apa yang dilihatnya melalui
inderanya dan memberikan makna terhadap stimulus yang dilihatnya. Diri perseptor
bukanlah kertas putih yang kosong tetapi diri perseptor mempunyai pengalaman-
pengalaman yang unik yang berpengaruh terhadap cara ia memandang sesuatu. Seorang
pemakai perpustakaan yang tidak pernah ke perpustakaan bagus sebelumnya akan
terkagum-kagum terhadap perpustakaan yang sudah terotomasi. Ia akan mengatakan
perpustakaan tersebut canggih. Persepsi pemakai lain yang pernah ke perpustakaan yang
lebih bagus dari itu tentunya akan berbeda.
Pemahaman mengenai persepsi ini dapat membantu pustakawan memberikan
stimulus yang positif seperti desain ruang-ruang perpustakaan yang nyaman, kolekal
buku yang mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan, penampilan dan tutur kata
pustakawan yang sopan dan ramah, sehingga terbentuk kesan yang baik mengenai
perpustakaan. Pengetahuan terhadap Persepsi ini juga penting bagi pustakawan untuk
memersepsikan pengguna yang datang keperpustakaan. Apakah mereka malu untuk
bertanya? apakah mereka perlu bantuan? Apakah mereka bingung dalam menentukan
database online atau CD ROM yang tepat untuk menelusur infomasi? Pustakawan harus
4
Nina Ariyani Martini, Psikologi Perpustakaan,(Tangeran Selatan :Universitas Terbuka,2014) hal 9.37

10
sensitif terhadap yang mereka rasakan dan mencoba membantunya, Tidak semua
pemakai akan langsung bertanya kepada pustakawan jika menghadapi masalah, jadi
pustakawan yang harus mengambil inisiatif untuk bertanya dan membantunya.

2. Interaksi sosial
Interaksi adalah proses dimana orang - orang berkomunikasi saling
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa
pengertian interaksi sosial yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya:

1. Menurut H. Booner dalam bukunya, Social Psychology, memberikan rumusan


interaksi sosial, bahwa: “interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu
atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya."

2. Menurut Gillin and Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antarkelompok orang,
dan orang perorangan dengan kelompok.

3. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan


individu, antara kelompok dengan kelompok, antara individu dengan kelompok.

Interaksi sosial merupakan hubungan - hubungan sosial yang dinamis yang


menyangkut hubungan antara orang - orang perorangan, antara kelompok - kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

 Faktor-faktor yang mendasari berlangsung interaksi sosial terhadap


pustakawan :

11
1) Faktor Imitasi
Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru
bisa dilakukan dalam bermacam-bermacam bentuk, misalnya gaya bicara,
tingkah laku, adat dan kebiasaan, pola pikir serta apa saja yang dimiliki atau
dilakukan oleh seseorang. Namun demikian, dorongan seseorang untuk meniru
orang lain tidak terjadi dengan sendirinya, perlu ada sikap menerima, sikap
menganggumi, dan sikap menjunjung tinggi apa yang akan diimitasi. Misalnya:
imitasi pemustaka terhadap pustakawan yang rajin membaca. Apabila masing-
masing ditinjau secara lebih mendalam, maka faktor imitasi, mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses interaksi di perpustakaan.

2) Sugesti
Sugesti berlangsung ketika pustakawan memberi pandangan atau
pernyataan sikap yang dianutnya dan diterima oleh pemustaka. Biasanya, sugesti
muncul ketika si penerima sugesti sedang dalam kondisi tidak netral sehingga
tidak dapat berpikir rasional.

3) Identifikasi
Identifikasi merupakan keinginan pemustaka untuk menjadi sama dengan
pustakawan. Identifikasi bersifat lebih mendalam dibandingkan imitasi karena
kepribadian seseorang bisa terbentuk dalam proses identifikasi. Orang
melakukan proses identifikasi karena memerlukan tipe ideal tertentu dalam
hidup. Misalnya saja identifikasi pemustaka kepada seorang pustakawan yang
dengan cepat menemukan dirak bahan pustaka yang dibutuhkannya.

4) Simpati
Simpati merupakan suatu proses ketika seseorang pemustaka merasa
tertarik kepada pustakawan. Melalui proses simpati, pemustaka menempatkan
dirinya dalam keadaan pustakawan dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan,

12
atau dirasakan oleh pustakawan. Dalam proses ini, perasaan berperan penting
walaupun alasan utamanya adalah keinginan memahami dan bekerja sama
dengan orang lain. Misalnya, pemustaka yang meletakkan bahan pustaka yang
selesai dibacanya, di meja yang telah disediakan, tidak meletakkannya langsung
di rak.

5) Empati
Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi fisik
dan kejiwaan seseorang. Misalnya saja pustakawan yang berempati untuk
membantu pemustaka melakukan penelusuran cepat bahan pustaka yang
dibutuhkan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen.

6) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, ataustimulasi
yang diberikan seorang pustakawan kepada pemustaka sehingga orang yang
diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan itu secara
kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Wujud motivasi dapat berupa
sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan.

 Syarat - Syarat terjadinya interaksi sosial.


1) Adanya Kontak Sosial (Social Contact)
Kata kontak berasal dari bahasa Latin ”con" yang artinya bersama-sama dan
“tanga” yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak berarti “bersama-sama
menyentuh”. Sebagai gejala sosial kontak tidak perlu terjadi dengan saling
menyentuh saja, oleh karena itu orang dapat mengadakan hubungan dengan orang
lain tanpa harus terjadi kontak ssecara fisik. Misalnya, orang berbicara melalui
telepon, berkirim kabar melalui surat, dan sebagainya.

2) Adanya Komunikasi

13
Seseorang memberikan tafsiran pada tingkah laku atau perasaan - perasaan
orang lain dalam bentuk pembicaraan, gerak - gerik badan, atau sikap - sikap apa
yang disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain
tersebut.

 Bentuk - Bentuk Interaksi terhadap pustakawan


1. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Dalam
perpustakaan kerja sama yang dilakukan oleh pustakawan adalah sebagai realisasi
terkait bagaimana seorang pustakawan dapat memajukan sebuah perpustakaan agar
dapat lebih maju, dan lebih berkembang lagi.

2. Akomodasi
Akomodasi menunjuk pada usaha - usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha - usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi ini diartikan
sebagai cara untuk menyelesaikan persoalan atau pertentangan yang tidak merugikan
orang lain, dengan saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan -
ketegangan. Cara mengadakan penyelesaian atau pertentangan tersebut dilakukan
dengan tujuan mengurangi pertentangan, mencegah meledaknya perselisihan untuk
sementara waktu, melakukan perdamaian dengan bekerja sama, dan berusaha
melakukan peleburan dengan bertindak dan berinteraksi secara baik.

3. Asimilasi
Proses asimilasi timbul bila ada kelompok - kelompok manusia yang berbeda
kebudayaannya dan orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul
secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan -
kebudayaan dari kelompok -kelompok manusia tersebut masing - masing berubah dan

14
saling menyesuaikan diri. Di perpustakaan terjadinya asimilasi kadang tidak bisa
dihindari hal ini disebabkan karena adanya budaya kerja dan adanya interaksi secara
terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Asimilasi yang terjadi di perpustakaan
hendaknya menjadikan perpustakaan semakin maju dan berkembang.

4. Persaingan
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok
yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara
menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan
kekerasan. Dalam perpustakaan persaingan hendaknya lebih diarahkan ke hal -hal yang
positif misalnya, perpustakaan bersaing untuk menjadi yang terbaik, perpustakan
bersaing untuk memenuhi sistem manajemen mutu, perpustakaan bersaing untuk
memenuhi persyaratan customer, baik dalam standar layanan, maupun kepuasan.

BAB III

15
PENUTUP

A. Kesimpulan
Persepsi merupakan proses pemberian makna kepada informasi sensoris yang
diterima seseorang. Persepi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan,
yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja melainkan stimulus itu
diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga
individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, individu
mengalami persepsi. Karena itu, proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses
persepsi, dimana dari proses penginderaan itulah yang merupakan proses pendahulu dari
persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap saat individu menerima stimulus
melalui alat inderanya melalui reseptornya.
Interaksi adalah proses dimana orang - orang berkomunikasi saling
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Interaksi sosial merupakan hubungan -
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang - orang
perorangan, antara kelompok - kelompok manusia, maupun antara orang perorangan
dengan kelompok manusia.

B. SARAN
Berdasarkan penjelasan makalah yang kami buat tentang Persepsi dan Interaksi
sosial, kami mengharapkan tanggapan dari Bapak dan teman – teman semua agar
kedepannya makalah yang kami buat dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

16
MARTINI, Nina A. 2014. Psikologi Perpustakaan. Tangeran Selatan : Universitas
Terbuka
Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : Grafindo Persada
SETIADI, M Elly. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana

17

Anda mungkin juga menyukai