OLEH :
Kelompok 5
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul ‘Persepsi dan
Interaksi Sosial ini, untuk memenuhi tugas Psikologi Perpustakaan
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga demi
penyempurnaan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran pembaca agar
nantinya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam
merespon berbagai aspek atau gejala disekitarnya. Dan didalam proses mempersepsi
keadaan sekitar kita maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah
argumen yang berasal dari informasi yang kita kumpulkan atau yang dapat kita terima
dari alat reseptor sensorik sehingga kita dapat mengelompokkan informasi yang kita
terima oleh penginderaan melalui pengalaman awal kita. Persepsi juga timbul melalui
interaksi kita terhadap orang yang menjadi suatu obyek . karena pada saat berinteraksi
atau saling berkomunikasi akan mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang.
Jika dikaitkan dengan perpustakaan persepsi biasanya lebih mengarah pada cara
pandang pemustaka kepada pustakawan seperti pandangan penampilan, tingkah laku,
kepribadian, dan tata bicara .
Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud persepsi ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi persepsi ?
3. Apa itu interaksi sosial ?
4. Apa saja faktor yang mendasari berlangsung interaksi sosial ?
5. Apa saja syarat interaksi sosial ?
6. Apa saja bentuk-bentuk interaksi ?
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu persepsi
2. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi persepsi
3. Mengetahui apa itu interaksi sosial
4. Apa saja faktor yang mendasari berlangsung interaksi sosial
5. Mengetahui syarat adanya intteraksi
1
6. Mengetahui bentuk interaksi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Persepsi
Persepsi dalam bahasa indonesia dapat diartikan sebagai penglihatan,
pemahaman atau tanggapan. Namun dalam psikologi, persepsi mempunyai pengertian
yang lebih luas. Banyak ahli yang mencoba untuk mendefinisikan istilah tersebut seperti
Harvey & smith serta wrightsman dan Deaux bahwa persepsi sebagai proses membuat
penilaian (judgment) atau membangun kesan ( impression) mengenai berbagai macam
hal yang terdapat dalam lapangan penginderaan seseorang. Sejalan dengan itu Morris
berpendapat bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti dari stimulus yang
ditanggap indera. Sedangkan Sarlito (1976) menyatakan bahwa persepsi merupakan
kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
persepsi merupakan proses pemberian makna kepada informasi sensoris yang diterima
seseorang. Melalui persepsi ini manusia dapat mengenal dan memahami dunia luar.
Persepi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu
merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja melainkan stimulus itu
diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga
individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, individu
mengalami persepsi. Karena itu, proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses
persepsi, dimana dari proses penginderaan itulah yang merupakan proses pendahulu dari
persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap saat individu menerima stimulus
melalui alat inderanya melalui reseptornya.
Proses persepsi berawal dari penginderaan,indera kita menangkap berbagai
stimulus yang ada di lingkungan. Stimulus itu bisa berupa orang - orang, peristiwa
maupun benda - benda. Informasi yang didapatkan oleh alat inderanya disalurkan ke
alam pikiran, kemudian diseleksi,diorganisasikan dan akhirnya ditafsirkan atau diberi
2
makna. Seleksi adalah memberi perhatian pada stimulus tertentu dan mengabaikan
stimulus - stimulus lainnya. 1
Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi
1. Stereotip, yaitu pandangan tentang ciri – ciri tingkah laku manusia dari sekelompok
masyarakat tertentu. Misalnya kelompok suku, agama, kelas ekonomi, jenis kelamin,
etnis, dan lain – lain. Stereotip ini akan berpengaruh terhadap kesan pertama.
Contoh: seumpama kita bertemu dengan orang lain yang berasal dari suku sunda,
gambaran stereotip tentang ciri – ciri atau perilaku secara umum masyarakat sunda
merupakan salah satu sumber informasi yang kita pakai untuk menilai seseorang.
3. Situasi dan kondisi, yaitu pandangan terhadap seseorang yang dipengaruhi oleh
situasi atau kondisi tertentu. Banyak kejadian yang sebenarnya disadari atau tidak
disadari bahwa pada situasi atau kondisi tertentu orang memiliki kesan yang
mendalam terhadap orang lain. Misalnya, pada saat kita membutuhkan pertolongan
dan datang orang lain untuk menolong kita, maka kesan dalam situasi atau kondisi
yang demikian akan melekat lebih dalam pada diri kita bahwa orang tersebut
memiliki kecenderungan berkarakter baik.
1
Nina Ariyani Martini, Psikologi Perpustakaan,(Tangeran Selatan :Universitas Terbuka,2014) hal 4.2
Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan,(Jakarta : Sagung Seto,2009) hal : 57
3
4. Ciri yang ada pada diri orang lain, yaitu daya tarik fisik seseorang yang dapat
menimbulkan penilaian khusus pada saat pertama kali bertemu. Misalnya ganteng,
cantik, tinggi – tegap,kurus, dan lain- lain.
4
seorang wanita yang sudah berumur, kita mengategorikanny 2a sebagai seorang nenek.
Kita percaya bahwa setiap kategori ini selalu berkaitan dengan ciri-ciri tertentu. Ini
disebut sebagai skema (schema) yaitu sejumlah kepercayaan dan harapan yang
berkaitan dengan setiap kategori. Pada contoh berikut kita langsung memersepsikan
bahwa ia seorang yang bijaksana, pintar merajut, penyayang dan sebagainya. Contoh
lainnya, bila kita melihat seseorang berbaju putih dan memakai stetoskop kita akan
memersepsikannya sebagai seorang dokter. Sebagai seorang dokter, ia adalah seorang
yang cerdas, berpendidikan, profesional, dan dapat memberikan obat yang dapat
menyembuhkan pasiennya.
Skema dapat untuk dibuat berbagai hal. Skema pribadi orang merupakan
struktur mengenai kepribadian seseorang. Skema pribadi orang ini dapat khusus
difokuskan pada jenis manusia. Misalnya skema tentang seseorang yang “terbuka“
(ekstrovert) dapat mencakup unsur-unsur, ''bersemangat'', “mudah bergaul”, “mudah
menyesuaikan diri”, “ramah”, “percaya diri”, “antusias”. Ada juga skema peran yang
merupakan gambaran abstrak yang sudah tersusun tentang orang-orang dengan peran
tertentu, seperti ‘ibu’, ‘guru’, ‘dokter’, ‘kekasih yang setia”. Adakalanya skema tersebut
tidak realistis. Misalnya skema peran ibu mencakup sikap penuh kasih, selalu
mendengarkan keluhan anaknya, hangat, dan dapat mengurus rumah tangga. Skema lain
adalah skema kelompok yang memberikan ciri khusus kepada kelompok tertentu.
Skema ini menyangkut kepribadian dan perilaku anggota sebuah kelompok.
Namun skema terkadang dapat menyebabkan kesalahan persepsi. Misalnya kita
melihat seseorang menolong seekor kucing yang sakit, kita menyimpulkan bahwa ia
seorang yang baik hati. Kita mungkin juga akan memersepsikan orang tersebut sebagai
seorang yang ramah, hangat, dan suka menolong orang lain. Padahal belum tentu ia
memiliki sifat - sifat seperti itu. Disini kita mengamsumsi bahwa satu sifat selalu
berhubungan dengan sifat tertentu lainnya, kesalahan persepsi yang disebabkan oleh
kesalahan logika ini disebut sebagai teori kepribadian implisit ( implicit personality
theory) , hal ini bisa menyebabkan kesalahan persepsi karena ciri - ciri tersebut ( ramah,
2
Nina Ariyani Martini, Psikologi Perpustakaan,(Tangeran Selatan :Universitas Terbuka,2014) hal 4.16
5
hangat dan suka menolong) ada pada skema baik hati dan bukan ada pada orang
tersebut.
Dengan berjalannya waktu, kita terus berinteraksi dengan orang Kita
memperoleh informasi baru tentang orang-orang tersebut. Namun demikian informasi
yang kita peroleh kemudian ini sering kali tidak mempengaruhi kesan pertama kita.
Gejala ini disebut sebagai primacy effect. Misalnya, ketika pertama kali bertemu kita
mempunyai kesan bahwa seorang yang lemah lembut. Jika suatu kali kita mendengar ia
berbicara kasar, kita cenderung mengabaikan informasi tersebut. Kita mungkin mencari
alasan atau pembenaran mengapa dia berbicara kasar. Jadi tingkah lakunya itu tidak
mengubah persepsi kita bahwa ia seorang yang lemah lembut. Sebaliknya jika kita
sudah mempunyai kesan pertama bahwa seorang yang jahat. Bila kita mendengar ia
menolong orang, kita mungkin tidak akan percaya atau kita menganggap bahwa ia
berpura-pura berbuat baik. Jadi, kita mengabaikan informasi tersebut dan tetap
memersepsikannya sebagai seorang yang jahat.
Bila kita menyadari kuatnya pengaruh kesan pertama tersebut, maka kesalahan
persepsi yang disebabkan primacy effect ini mungkin dapat dikurangi. Namun ini
tidaklah mudah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kesan pertama sangat
menentukan.
Orang sering kali membentuk kesan tentang orang lain berdasarkan sebuah
stereotip. Stereotip adalah sejumlah karakteristik yang dianggap dimiliki oleh semua
anggota sebuah kelompok sosial tertentu. Stereotip ini merupakan sebuah skema
kelompok yang biasanya sederhana tetapi sangat diyakini kebenarannya. Stereotip -
stereotip yang tersebar di dalam masyaraka cenderung mudah untuk kita terima dan kita
yakini kebenarannya, sehinga kita tidak ngu-ragu untuk menerapkannya dalam
memersepsi orang-orang dari kelompok terhadap mana kita mempunyai prasangka.
Seseorang yang mempunyai prasangka kuat terhadap suatu kelompok tertentu, bila
berhadapan dengan orang dari kelompok tersebut cenderung untuk memersepsi orang-
orang tersebut berdasarkan stereotip-stereotip sosial yang melekat pada kelompok
tersebut. Misalnya stereotip bahwa wanita adalah makhluk yang lemah. Stereotip ini
akan mempengaruhi kesan yang kita tentang wanita yang kita jumpai. Stereotip ini
6
sering menyebabkan kesalahan persepsi karena ternyata tidak semua orang sesuai
dengan stereotip tersebut. Kita bisa saja menjumpai wanita yang kuat.
7
seseorang terhadap dirinya. Bila kita memersepsi diri kita s'ebagai orang yang
3
mempunyai kualitas-kualitas baik, maka sikap terhadap diri kita juga menjadi positif.
Misalnya, jika kita memersepsikan diri sebagai seorang yang pandai, ramah, rupawan,
tentunya kita akan menyukai dan tentunya mau menerima diri kita dengan baik. Kalau
kita menerima dan menyukai diri sendiri berarti kita memiliki harga diri yang kuat.
Dengan adanya harga diri yang kuat maka kita akan menghargai diri sendiri, kita juga
akan punya kepercayaan diri yang besar. Sebaliknya jika konsep diri kita buruk,
misalnya kita merasa sebagai seorang yang bodoh, pemalas, buruk, rupa tentunya kita
menjadi tidak suka pada diri sendiri. Kita tidak akan menerima dan menghargai diri kita
sendiri. Hai ini menyebabkan kita menjadi kurang percaya diri. Jadi semakin positif
sikap kita semakin kuat menerima diri kita dan semakin kuat harga diri yang kita miliki.
Atau sebaliknya semakin negatif sikap kita, semakin besar penolakan kita terhadap diri
sendiri, semakin lemah harga diri kita dan semakin kurang pula rasa percaya diri kita.
Konsep diri dan harga diri berpangkal dari persepsi mengenai diri, Persepsi diri
bisa saja salah karena persepsi kita terhadap respons orang lain bisa keliru. Kita bisa
saja salah mengartikan perlakuan orang lain terhadap kita. Selain itu sering kali pula
respons orang lain bukan murni mencerminkan diri kita. Oleh karena itu konsep diri
bisa saja keliru atau tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Namun demikian konsep
diri merupakan sesuatu yang kita yakini kebenarannya. Kekeliruan dapat berakibat
buruk bagi diri kita. Apabila kita terlalu membesar-besarkan kualitas positif pada diri
kita, kita menjadi sombong. Kita akan merasa diri kitalah yang terhebat, maka akan
terjadi pengidealan diri. Beberapa pengalaman pahit akan mudah merusaknya sebagai
akibatnya harga diri menjadi goyah. Misalnya X merasa dirinya seorang yang sangat
pandai dan memiliki kemampuan lebih dari teman-teman sekelasnya. Apabila ia tidak
diterima di perguruan tinggi negeri yang diinginkannya, bisa terjadi kepercayaan dan
harga dirinya akan goyah. Sebaliknya bila kita melebih-lebihkan kualitas negatif, kita
menjadi orang yang tidak percaya diri. Oleh karena itu yang terpenting adalah
pengenalan diri yang sesungguhnya. Dengan demikian kita akan mengetahui kelebihan
3
Nina Ariyani Martini, Psikologi Perpustakaan,(Tangeran Selatan :Universitas Terbuka,2014) hal Nina
Ariyani Martini, Psikologi Perpustakaan,(Tangeran Selatan :Universitas Terbuka,2014) hal 4.19
8
dan kekurangan yang kita miliki. Jika kita mengenal diri kita, maka kita dapat
mengembangkan diri ke arah yang lebih baik.
9
Latar atau setting serta suasana yang menyertai kehadiran suatu obyek stimulus
akan mempengaruhi persepsi seseorang tentang obyek tersebut. Persepsi pemakai 4
perpustakaan terhadap pustakawan dipengaruhi oleh latar atau suasana yang mengiringi
kehadiran pustakawan tersebut. Jika pemakai perpustakaan datang ke perpustakaan yang
bagus dengan ruang yang menarik dan koleksi yang bagus, maka ia akan
memersepsikan pustakawan sebagai orang yang profesional dalam pekerjaannya.
Sebaliknya, jika perpustakaan kusam, berdebu, dan tidak terurus maka pemakai
perpustakaan akan mendapatkan kesan yang jauh berbeda. Ia akan menganggap
pustakawan tersebut tidak profesional dalam bekerja. Sangat penting bagi pustakawan
untuk memperhatikan desain ruang perpustakaan karena itu akan berpengaruh dalam
membentuk imej profesi pustakawan itu sendiri.
10
sensitif terhadap yang mereka rasakan dan mencoba membantunya, Tidak semua
pemakai akan langsung bertanya kepada pustakawan jika menghadapi masalah, jadi
pustakawan yang harus mengambil inisiatif untuk bertanya dan membantunya.
2. Interaksi sosial
Interaksi adalah proses dimana orang - orang berkomunikasi saling
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa
pengertian interaksi sosial yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya:
2. Menurut Gillin and Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antarkelompok orang,
dan orang perorangan dengan kelompok.
11
1) Faktor Imitasi
Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru
bisa dilakukan dalam bermacam-bermacam bentuk, misalnya gaya bicara,
tingkah laku, adat dan kebiasaan, pola pikir serta apa saja yang dimiliki atau
dilakukan oleh seseorang. Namun demikian, dorongan seseorang untuk meniru
orang lain tidak terjadi dengan sendirinya, perlu ada sikap menerima, sikap
menganggumi, dan sikap menjunjung tinggi apa yang akan diimitasi. Misalnya:
imitasi pemustaka terhadap pustakawan yang rajin membaca. Apabila masing-
masing ditinjau secara lebih mendalam, maka faktor imitasi, mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses interaksi di perpustakaan.
2) Sugesti
Sugesti berlangsung ketika pustakawan memberi pandangan atau
pernyataan sikap yang dianutnya dan diterima oleh pemustaka. Biasanya, sugesti
muncul ketika si penerima sugesti sedang dalam kondisi tidak netral sehingga
tidak dapat berpikir rasional.
3) Identifikasi
Identifikasi merupakan keinginan pemustaka untuk menjadi sama dengan
pustakawan. Identifikasi bersifat lebih mendalam dibandingkan imitasi karena
kepribadian seseorang bisa terbentuk dalam proses identifikasi. Orang
melakukan proses identifikasi karena memerlukan tipe ideal tertentu dalam
hidup. Misalnya saja identifikasi pemustaka kepada seorang pustakawan yang
dengan cepat menemukan dirak bahan pustaka yang dibutuhkannya.
4) Simpati
Simpati merupakan suatu proses ketika seseorang pemustaka merasa
tertarik kepada pustakawan. Melalui proses simpati, pemustaka menempatkan
dirinya dalam keadaan pustakawan dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan,
12
atau dirasakan oleh pustakawan. Dalam proses ini, perasaan berperan penting
walaupun alasan utamanya adalah keinginan memahami dan bekerja sama
dengan orang lain. Misalnya, pemustaka yang meletakkan bahan pustaka yang
selesai dibacanya, di meja yang telah disediakan, tidak meletakkannya langsung
di rak.
5) Empati
Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi fisik
dan kejiwaan seseorang. Misalnya saja pustakawan yang berempati untuk
membantu pemustaka melakukan penelusuran cepat bahan pustaka yang
dibutuhkan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen.
6) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, ataustimulasi
yang diberikan seorang pustakawan kepada pemustaka sehingga orang yang
diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan itu secara
kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Wujud motivasi dapat berupa
sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan.
2) Adanya Komunikasi
13
Seseorang memberikan tafsiran pada tingkah laku atau perasaan - perasaan
orang lain dalam bentuk pembicaraan, gerak - gerik badan, atau sikap - sikap apa
yang disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain
tersebut.
2. Akomodasi
Akomodasi menunjuk pada usaha - usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha - usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi ini diartikan
sebagai cara untuk menyelesaikan persoalan atau pertentangan yang tidak merugikan
orang lain, dengan saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan -
ketegangan. Cara mengadakan penyelesaian atau pertentangan tersebut dilakukan
dengan tujuan mengurangi pertentangan, mencegah meledaknya perselisihan untuk
sementara waktu, melakukan perdamaian dengan bekerja sama, dan berusaha
melakukan peleburan dengan bertindak dan berinteraksi secara baik.
3. Asimilasi
Proses asimilasi timbul bila ada kelompok - kelompok manusia yang berbeda
kebudayaannya dan orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul
secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan -
kebudayaan dari kelompok -kelompok manusia tersebut masing - masing berubah dan
14
saling menyesuaikan diri. Di perpustakaan terjadinya asimilasi kadang tidak bisa
dihindari hal ini disebabkan karena adanya budaya kerja dan adanya interaksi secara
terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Asimilasi yang terjadi di perpustakaan
hendaknya menjadikan perpustakaan semakin maju dan berkembang.
4. Persaingan
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok
yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara
menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan
kekerasan. Dalam perpustakaan persaingan hendaknya lebih diarahkan ke hal -hal yang
positif misalnya, perpustakaan bersaing untuk menjadi yang terbaik, perpustakan
bersaing untuk memenuhi sistem manajemen mutu, perpustakaan bersaing untuk
memenuhi persyaratan customer, baik dalam standar layanan, maupun kepuasan.
BAB III
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persepsi merupakan proses pemberian makna kepada informasi sensoris yang
diterima seseorang. Persepi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan,
yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja melainkan stimulus itu
diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga
individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, individu
mengalami persepsi. Karena itu, proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses
persepsi, dimana dari proses penginderaan itulah yang merupakan proses pendahulu dari
persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap saat individu menerima stimulus
melalui alat inderanya melalui reseptornya.
Interaksi adalah proses dimana orang - orang berkomunikasi saling
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Interaksi sosial merupakan hubungan -
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang - orang
perorangan, antara kelompok - kelompok manusia, maupun antara orang perorangan
dengan kelompok manusia.
B. SARAN
Berdasarkan penjelasan makalah yang kami buat tentang Persepsi dan Interaksi
sosial, kami mengharapkan tanggapan dari Bapak dan teman – teman semua agar
kedepannya makalah yang kami buat dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
16
MARTINI, Nina A. 2014. Psikologi Perpustakaan. Tangeran Selatan : Universitas
Terbuka
Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : Grafindo Persada
SETIADI, M Elly. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana
17