Anda di halaman 1dari 1

Hubungan Psikologi dengan Filsafat

Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya

Dalam penyelidikannya, filsafat memang berangkat dari apa yang apa dialami manusia,
karena tak ada pengetahuan jika tidak bersentuhan lebih dahulu dengan indra, sedangkan ilmu
yang hendak menelaah pengindraan itu tidak mungkin mengambil keputusan dengan
menjalankan pikiran, tanpa penggunakan dalil dan hukum pikiran yang tidak mungkin
dialaminya. Bahkan, ilmu dengan sangat tenang, menerima sabagai kebenaran bahwa pikiran
manusia itu ada serta mampu mencapai kebenaran dan tidak pernah diselidiki oleh ilmu, sampai
dimana dan bagaimana budi manusia dapat mencapai kebenaran.

Sebaliknya, filsafat pun memrlukan data dari ilmu, jika ahli filsafat manusia hendak
menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakakh manusia itu, ia memang harus
mengetahui gejala tindakan manusia . dalam hal ini lmmu yang bernama psikoligi akan
menolong filsafat dengan hasil penyelidikannya. Kesimpulan filsafat tentang kemanusian akan
sangat pincang dan ungkin jauh dari kebenaran jika tidak menghiraukan hasil psikologi.

Dalam berbagai literature disebutkan, sebelum menjadi displin ilmu yang mandiri,
psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang
masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran , psikologi berperan menjelaskan apa-apa
yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah). Adapun dalam filsafat yang
seharusnya “ibu kandung” psikologi itu, psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-
masalah rumit yang berkaitan dengan akal kehendak dan pengetahuan.

Bruno, membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling
berhubungan. Pertama, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “roh”. Kedua, psikologi
adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.

Anda mungkin juga menyukai