Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEORI KEPRIBADIAN SIGMUND FREUD

FORUM ILMIAH MATA KULIAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN


Dosen Pengampu : Nofi Nur Yuhenita, M. Psi

Disusun Oleh :
1. Wahyu Diva Nurul Amanda 20.0301.0011
2. Arsita Aulia Dwi Cahyani 20.0301.0019
3. Risma Ayu Ningrum 20.0301.0023

PROGRAM STUDI S1 BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya yang
senantiasa mengiringi penulis dalam penulisan makalah ini. Adapun maksud dan tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah untuk memahami teori kepribadian Sigmund Freud
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang
telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen dan teman-teman penulis nantikan
demi kesempurnaan makalah ini. Atas kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah
ini, penulis mohon maaf. Harapan penulis semoga makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................................1

C. Tujuan.......................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar Teori Psikoanalisa Freud2......................................................................................2-3

B. Konsep Id, Ego, dan Superego.........................................................................................4-5

C. Prinsip Motivasional........................................................................................................7-8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................9

B. Saran................................................................................................................................9

Daftar Pustaka...............................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk yang unik. Dalam perjalanan hidupnya manusia tidak hanya
menjadi subyek dalam segala hal, akan tetapi sekaligus menjadi objek dari apa yang
dihasilkan. Di sini kita dapati dua kenyataan tentang seorang manusia. pertama, dia adalah
satu diri yang berbeda dari yang lain (unik). Kedua, terlihat melalui perilaku setiap orang
yang seringkali tampak memiliki persamaan atau kesamaan dengan orang lain.
Manusia terlahir memiliki fisik yang sama, akan tetapi dalam perkembangan
selanjutnya memiliki kepribadian yang mungkin hampir sama ataupun berbeda dengan yang
lainnya. Kepribadian berasal dari kata pribadi yang berarti orang seorang alias se (satu ) diri,
dan kemudian pada kata se diri itu disisipi huruf n, sehingga menjadi sendiri. Orang Inggis
menyebut kepribadian dengan istilah personality, berasal dari kata person, yang juga berarti
orang (manusia) seorang.
Dalam bahasa Indonesia ada istilah lain yang cukup memberikan gambaran dari arti
kepribadian yaitu jati diri, yang berarti keadaan diri (sendiri) yang sebenarnya (sejati). Dalam
konsep kepribadian manusia, Sigmund Freud mengemukakan teorinya tentang kepribadian
manusia menjadi tiga bagian, yaitu id, Ego dan Superego. Ketiga komponen tersebut
merupakan kesatuan proses psikologis yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Jika dianalogikan bahwa id adalah komponen biologis, Ego adalah komponen psikologis dan
Superego adalah komponen sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
2. Menjelaskan Konsep Id, Ego, dan Superego
3. Menjelaskan Prinsip Motivasional

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
2. Untuk Mengetahui Konsep Id, Ego, dan Superego
3. Untuk Mengetahui Prinsip Motivasional

1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Sigmund Freud yang terkenal dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada
tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Gerald
Corey dalam Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy menjelaskan bahwa
Sigmund Freud adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari tiga laki-laki dan
lima orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang ayah yang sangat otoriter dan
dengan uang yang sangat terbatas, sehingga keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah
aparterment yang sempit, namun demikian orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan
motivasi terhadap kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya
Sebahagian besar hidup Sigmund Freud diabdikan untuk memformulasikan dan
mengembangkan tentang teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang mengalami
problema emosional yang sangat berat adalah saat kreativitasnya muncul. Pada umur paruh
pertama empat puluhan ia banyak mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan
datangnya maut dan fobi-fobi lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri
ia mendapat pemahaman tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang.
Sigmund Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia sering
menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya tersebut
terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja. Karena karya dan
produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai pencetus psikoanalisis yang
mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga telah meletakkan teknik baru untuk bisa
memahami perilaku manusia. Hasil usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan
psikoterapi yang sangat komprehensif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah
dikembangkan.
Bagi Freud, tingkahlaku manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan impulsif bawah
sadar yang ditransformasi sedemikian rupa menjadi berbagai wujud tingkahlaku, termasuk
perilaku artistik. Dorongan-dorongan itu bersumber pada id, bagian kepribadian yang dibawa
sejak lahir. Dari id bagian kepribadian lainnya, ego dan superego, terbentuk melengkapi
struktur kepribadian. Kepribadian manusia kemudian dipahami sebagai interaksi dinamis
antara id, ego dan superego dengan ego sebagai komando yang menjaga keseimbangan
strukturnya.
Freud mengembangkan psikoanalisis sebagai kerangka teoritis dan metode untuk
memahami dunia-dalam jiwa manusia, memaparkanya hingga jadi sebuah teori psikologi
umum yang menjadi kerangka pikir untuk menjelaskan tingkah laku. Psikoanalisis Freud
mengambil pandangan biologisme dengan asumsi manusia sebagai makhluk yang digerakkan
naluri-naluri dasar. Naluri-naluri itu terkandung dalam id sebagai unsur asli psikis manusia.
Freud juga mengasumsikan bahwa dalam psikis manusia, ketidaksadaran (unconsciousness)
lebih berperan mempengaruhi tingkah laku dibandingkan kesadaran (consciousness). Id

2
bertempat dalam wilayah ketidaksadaran, oleh karenanya naluri-naluri dasar yang
dikandungnya pun bersifat tak sadar.
Peran penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi yang ada di
dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi karya/temuan monumental Freud.
Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok yaitu:
struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.
1. Struktur Kepribadian
Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar, dan tak sadar.
Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni:  id, ego dan
super-ego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama tetapi
melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.
Dalam teori psikoanalisa dinyatakan bahwa hampir sebagian besar perilaku
dipengaruhi oleh kekuatan dariunconscious dan energi fisik yang kita miliki juga banyak
digunakan untuk menemukan ekspresi yang sesuai dalamunconscious. Sigmund Freud
membagi kepribadian ke dalam tiga tingkatan kesadaran.
a.  Alam sadar (conscious). Kita sadar akan segala sesuatu yang ada di sekitar kita, yang
dapat kita lihat dan rasakan. Mencakup semua sensasi dan pengalaman yang kita sadari.
Freud menganggap alam sadar itu aspek yang terbatas karena hanya porsi kecil dari pikiran,
sensasi, dan ingatan yang siaga di alam sadar. Ia menghubungkan pikiran dengan sebuah
gunung es dimana alam sadar berada di ujung es yang terapung.
b. Alam pra-sadar (preconscious). Bagian dimana kita dapat menjadi sadar jika kita
menghadirkannya. Waktu yang diperlukan untuk membawa informasi ke
tahap conscious inilah yang disebut sebagai  preconscious. Merupakan gudang dari memori,
persepsi, dan pikiran kita dimana kita tidak secara sadar, siaga setiap waktu tetapi kita dapat
dengan mudah memanggilnya ke alam kesadaran.
c. Alam bawah sadar (unconscious). Proses mental yang terjadi tanpa adanya conscious atau
mungkin terjadi dengan adanya pengaruh yang khusus. Merupakan fokus dari teori
psikoanalisa. Bagian yang besar di dasar gunung es yang tidak kelihatan yang merupakan
rumah dari instink, pengharapan, dan hasrat yang mengarahkan perilaku kita dan tempat
penyimpanan kekuatan yang tidak dapat kita lihat dan kita kendalikan.
Teori psikoanalisa lebih terfokus pada unconscious dikarenakan keinginan-keinginan
yang bersifat merangsang. Gagasan dalam psikoanalisa menyatakan bahwa kita memiliki
tujuan untuk melindungi diri dari keinginan-keinginan yang diasosiasikan dengan pikiran dan
kesenangan, dan kita mencapai tujuan ini dengan menjaga gagasan tersebut di luar kesadaran,
menyimpannya jauh di dalam unconcious. Unconcious bersifat alogical (tidak masuk akal),
mengabaikan ruang dan waktu.

3
B. Menjelaskan Konsep Id, Ego, dan Superego
1.   Konsep Id atau Das Es (Aspek Biologis)
Freud menyatakan bahwa Id adalah lapisan psikis yang paling dasariah: yang di
dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan-keinginan yang
direpresi. Id menjadi bahan dasar bagi pembentukan psikis lebih lanjut dan tidak terpengaruh
oleh kontrol pihak ego dan prinsip realitas. Koswara (1991:32) mengatakan bahwa Id adalah
sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan.
Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh
sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan.
Id diatur oleh prinsip kenikmatan (pleasure principle) yang mendorongnya selalu
ingin mendapatkan kenikmatan. Id juga didorong oleh kecenderungan destruktif terhadap hal-
hal yang menghambat pencapaian kenikmatan dan penghindaran ketidaknyamanan, termasuk
merusak diri sendiri jika terlalu banyak hal menyakitkan dialami dalam kehidupan. Selain
bekerja secara tak sadar, id bersifat impulsif dan selalu ingin terpuaskan. Proses yang
berlangsung di dalamnya adalah refleks dan proses primer berupa wish-fulfilment atau
berkhayal untuk memenuhi kebutuhan. Setiap kali naluri merangsang tubuh, id secara refleks
bereaksi dengan membayangkan objek pemuas kebutuhan untuk meredakan dorongan
naluriah itu. Proses primer merupakan dasar bagi fantasi dan kreativitas yang nantinya
berperan penting dalam proses kreatif dan artistik.
Untuk mencapai kenikmatan yang kongkret dan mempertahankan eksistensi
kepribadian dalam kehidupan nyata, dibentuklah ego yang fungsinya sebagai operator bagi id
dalam menyalurkan dorongan-dorongan naluriah yang lebih realistis. Ego memegang fungsi
rasional dari kepribadian. Setelah ego, terbentuk lagi satu unsur struktur kepribadian,
superego, yang berfungsi sebagai hakim ‘moral’ bagi kepribadian. Superego berisi anjuran-
anjuran (termasuk perintah) dan larangan dari orang-orang yang signifan (orang tua) yang
terinternalisasi dalam diri individu. Superego dapat dikatakan memegang fungsi etis dari
kepribadian.
Id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses. Proses pertama adalah tindakan-
tindakan refleks, yakni suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya
otomatis dan segera. Serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua
adalah proses primer, yakni suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang
rumit (Koswara, 1991: 33). Freud menambahkan bahwa pikiran autistic atau angan-angan
sangat diwarnai oleh pengaruh proses primer, gambaran-gambaran mentah yang bersifat
memenuhi hasrat ini merupakan satu-satunya kenyatan yang dikenal Id. Jadi, Id merupakan
sistem yang paling dasar yang dimiliki oleh manusia . Id tidak membutuhkan perintah dari
sistem yang lainnya karena Id akan bekerja secara otomatis.
Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari
semua keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya
adalah kecemasan negara atau ketegangan. Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus
harus menghasilkan upaya segera untuk makan atau minum. id ini sangat penting awal dalam

4
hidup, karena itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak
nyaman, ia akan menangis sampai tuntutan id terpenuhi.
Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin.
Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita
meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita
sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima.
Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip
kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek
yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
Dorongan-dorongan dari Id dapat dipusatkan melalui proses primer yang dapat diperoleh
dengan tiga cara:
a. Perbuatan. Seorang bayi yang sedang timbul dorongan primitifnya, misalnya menangis
karena ingin menyusui ibunya. Bayi akan berhenti menangis ketika ia menemukan putting
susu ibunya dan mulai menyusu.
b.  Fungsi kognitif, yaitu kemampuan individu untuk membayangkan atau mengingat hal-hal
yang memuaskan yang pernah dialami dan diperoleh. Dalam kasus ini individu akan berhayal
terhadap hal-hal yang nikmat atau menyenangkan.
c.  Ekspresi dari afek atau emosi, yaitu dengan memperhatikan emosi tertentu akan terjadi
pengurangan terhadap dorongan-dorongan primitifnya.
Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin.
Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita
meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita
sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima.
Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip
kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek
yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
2.   Konsep Ego atau Das Ich (aspek rasional)
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan
realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id
dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran
sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha
untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip
realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak
atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui
proses menunda kepuasan, ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya
dalam waktu yang tepat dan tempat.
Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi
melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata yang
cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer id’s. Menurut Freud, ego

5
terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. Aktifitasnya
bersifat sadar, prasadar, maupun tak sadar. Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas,
tugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan untuk memecahkan
konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak
cocok satu sama lain, juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran yang akan dikerjakan.
Masih menurut Freud (dalam Koswara, 1991:34), ego terbentuk pada struktur kepribadian
individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
Menurut Freud, ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan
realita,berisi penalaran dan pemahaman yang tepat. Ego berusaha menahan tindakan sampai
dia memiliki kesempatan untuk memahami realitas secara akurat, memahami apa yang sudah
terjadi didalam situasi yang berupa dimasa lalu,dan membuat rencana yang realistik dimasa
depan. Tujuan ego adalah menemukan cara yang realistis dalam rangka memuaskan Id.
Ego mempunyai beberapa fungsi di antaranya: a) menahan menyalurkan dorongan, b)
mengatur desakan dorongan-dorongan yang sampai pada kesdaran, c) mengarahkan suatu
perbuatan agar mencapai tujuan yang diterima, d) berfikir logis, e) menggunakan pengalaman
emosi-emosi kecewa sebagai tanda adanya suatu yang salah, yang tidak benar agar kelak
dapat dikategorikan dengan hal lain untuk memusatkan apa yang akan dilakukan sebaik-
baiknya.
Pembentukan ego dan superego menyisakan berbagai kecemasan dan ketakutan yang
merupakan cikal-bakal dari konflik intrapsikis yang jadi daya gerak kepribadian. Dari sinilah
petualangan psikis manusia yang kompleks bermula dan beragam tingkahlaku yang rumit
kemudian ditampilkan, termasuk perilaku artistik yang merupakan unsur utama proses
penciptaan seni. Id terus-menerus mendorong manusia untuk memperoleh kenikmatan dan
menghindari kesakitan. Refleks dan proses primer terus terjadi. Setiap kali naluri
merangsang, id menggebu-gebu menuntut pemenuhan segera. Namun, tidak setiap dorongan
naluriah bisa disalurkan karena ada hambatan atau keterbatasan diri untuk memenuhinya. Id
tidak realistik sehingga mengabaikan kenyataan yang ada. Tuntutannya banyak yang tak bisa
terlaksana sebab tak masuk akal atau tak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat.
Ego mengenali ketak-masuk-akalan dan ketakpantasan itu melalui uji realitas dan
pertimbangan-pertimbangan rasional normatif. Ego mengenali bahaya, ketaknyamanan,
kemungkinan hukuman dari lingkungan, dan rasa malu yang mengancam diri jika tuntutan id
dituruti begitu saja. Di sisi lain, ego juga memahami, tuntutan id adalah kebutuhan yang jika
tak dipenuhi mengancam keberadaan diri sebagai makhluk biologis. Kondisi dilematis ini
perlu diselesaikan dengan mekanisme-mekanisme khusus. Dari sisi lain, superego yang
bekerja dengan prinsip kesempurnaan menuntut ego untuk selalu berbuat sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku, menentang impulsivitas dan keprimitifan id.
Ego sebagai pengendali berusaha menyelaraskan tuntutan dari id, superego dan
lingkungan. Untuk itu, dikembangkanlah mekanisme pertahanan (defense mechanism) ego
yang pada intinya adalah proses-proses yang dijalani ego untuk mempertahankan
keberlangsungan kepribadian dengan cara menyeimbangkan berbagai tuntutan yang diajukan

6
kepadanya. Berbeda dengan proses ego lainnya, mekanisme pertahanan ini berciri
menyangkal, memalsukan dan mendistorsi realitas. Sifat terpenting dari mekanisme ini
adalah berkerjanya secara tak sadar. Berbagai tingkahlaku dihasilkan dari mekanisme
pertahanan ego. Penciptaan karya seni adalah salah satu wujudnya yang dominan dalam
peradaban manusia.
3.   Konsep Superego atau Das Ueber Ich (aspek sosial atau moral)
Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego
adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita
yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat, kami rasa benar dan salah. Superego
memberikan pedoman untuk membuat penilaian. Menurut Freud, superego dibentuk dengan
melalui proses internalisasi dari nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah
figure yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan
guru. Menurut Koswara (1991:34-35) fungsi utama superego adalah sebagai pengendali
dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id agar impuls-impuls tersebut disalurkan
dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; menagrahkan ego pada tujuan-
tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan dan mendorong individu
kepada kesempurnaan.
Yang ideal ego mencakup aturan dan standar untuk perilaku yang baik. Perilaku ini
termasuk orang yang disetujui oleh figur otoritas orang tua dan lainnya. Mematuhi aturan-
aturan ini menyebabkan perasaan kebanggaan, nilai dan prestasi. Hati nurani mencakup
informasi tentang hal-hal yang dianggap buruk oleh orang tua dan masyarakat. Perilaku ini
sering dilarang dan menyebabkan buruk, konsekuensi atau hukuman perasaan bersalah dan
penyesalan. Superego bertindak untuk menyempurnakan dan membudayakan perilaku kita. Ia
bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat diterima mendesak dari id dan perjuangan
untuk membuat tindakan ego atas standar idealis lebih karena pada prinsip-prinsip realistis.
Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik
mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah untuk
merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang
dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan
mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras
hati atau terlalu mengganggu.

C. Menjelaskan Prinsip Motivasional


Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan
kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi Freud, manusia termotivasi
untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini
diperoleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.

1. Insting Sebagai Energi Psikis


Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan

7
misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh secara fisiologis sebagai kekurangan
nutrisi, dan secara psikologis dalam bentuk keinginan makan. Hasrat, atau motivasi, atau
dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan enerji dari seluruh
insting yang dimiliki seseorang merupakan enerji yang tersedia untuk menggerakkan proses
kepribadian.

Energi insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek (object) dan daya
dorong (impetus) yang dimilikinya :
a)  Sumber insting : adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh menuntut keadaan yang
seimbang terus menerus, dan kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu keseimbangan
sehingga memunculkan insting lapar.
b)  Tujuan insting : adalah menghilangakan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan
yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat
ditiadakan. Misalnya, tujuan insting lapar (makan) ialah menghilangkan keadaan kekurangan
makan, dengan cara makan.
c)  Obyek insting : adalah segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan
terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk
pula cara-cara memenuhi kebutuhan yang timbul karena isnting itu. Misalnya, obyek insting
lapar bukan hanya makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli makanan dan
menyajikan makanan itu.
d)    Pendorong atau penggerak insting : adalah kekuatan insting itu, yang tergantung kepada
intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya, makin lapar orang (sampai batas tertentu)
penggerak insting makannya makin besar.

2.    Jenis-Jenis Insting


a.    Insting Hidup (Life Instinct)
Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival dan
reproduksi, seperti lapar,haus dan seks. Bentuk enerji yang dipakai oleh insting hidup itu
disebut “libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup,
namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting seksual (terutama pada
masa-masa permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam pada itu sebenarnya insting
seksual bukanlah hanya untuk satu insting saja, melainkan sekumpulan insting-insting, karena
ada bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan keinginan-keinginan erotis.
b.    Insting Mati (Death Instinct)
Insting mati disebut juga insting-insting merusak (destruktif). Insting ini berfungsinya
kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal. Akan
tetapi adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya
akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan semua hidup
adalah mati” (1920). Suatu derivatif insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif.
Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan obyek subtitusi.
Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan misalnya
merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat dipuaskan
dengan menggigit, menguyah dan menelan makanan.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri
dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini satu sama
lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.

1. Id, adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan. Untuk  dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia
atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya, id
bertujuan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang
menyenangkan.
2.    Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada
dunia objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Ego tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau
mengurangi tegangan oleh individu.
3.    Superego,  adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk)

Daftar Pustaka
https://psikologi.ustjogja.ac.id/index.php/2015/11/05/teori-kepribadian-sigmund-freud/

9
https://kumparan.com/berita-update/teori-psikologi-sigmund-freud-tentang-dinamika-
motivasional-1w7aztryqxN

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/

10

Anda mungkin juga menyukai