Anda di halaman 1dari 6

TEORI ORGANISMIK

Sejak Descartes pada abad XVII membagi individu dalam dua bagian yang
terpisah namun saling mempengaruhi, yaitu badan dan jiwa, dan Wundt dalam abad XIX,
mengikuti tradisi asosialisme Inggris, membagi jiwa ke dalam partikel-partikel elementer
berupa pendirian, perasaan, dan khayalan, berulang kali telah dicoba untuk menyatuhkan
kembali jiwa dan badan serta memperlakukan organisme sebagai keseluruhan yang padu
dan terorganisir. Salah satu segi pandang terkenal yang telah menarik banyak
pengikutnya dalam tahun-tahun belakangan ini adalah segi pandang organismik atau
holistic. Segi pandang ini bias ditemukan dalam psikologi Adolf Meyer (Meyer, 1948,
Rennie, 1943), dalam salah satu orientasi dibidang kedokteran yang disebut
psikosomantik (Dunbar, 1954), dan dalam karya pokok Coghill tentang perkembangan
sistem saraf dalam hubungannya dengan tingkah laku (1929). Tokoh-tokoh penting dari
kalangan kedokteran yang mempelopori konsep organismik adalah Hughlings Jackson,
neorolog termasyur dari Inggris (1931) dan Claude Bernard, fisilog Prancis yang terkenal
(1866). Jan Smuts tentara dan negarawan Afrika Selatan, diakui sebagai pelopor
pendukung Teori Organismik dari segi filsafat dan bukunya yang penting, Holism and
evolution (1926), sangat berpengaruh.

Ciri-ciri utama teori organismik sejauh menyangkut psikologi tentang sang


pribadi dapat diringkaskan sebagai berikut :
1. Teori organismik menekankan kesatuan, integritas, konsistensi dan koherensi
pada kepribadian yang normal. Organisasi adalah keadaan organisme yang normal;
disorganisasi adalah patologis dan biasanya disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
bersifat opresif atau mengancam atau oleh kelainan-kelainan dalam organ-organ tertentu.
2. Teori organismik bertolak dari organisme sebagai sistem yang terorganisasi, baru
kemudian dilanjutkan dengan analisis mengenai bagian yang membentuk keseluruhan itu.
Setiap bagian tidak pernah dipisahkan dari keseluruhannya dan dipelajari sebagai
kesatuan yang terpisah; tetapi selalu dilihat sebagai anggota dalam organisme secara
keseluruhan. Parah ahli teori organismik yakin bahwa tidak mungkin memahami
keseluruhan dengan mempelajari secara langsung bagian-bagian dan potongan yang
terpisah karena keseluruhan berfungsi menurut hokum-hukum yang tidak terdapat dalam
bagian-bagian.
3. Teori organismik berasumsi bahwa individu dimotifasikan hanya oleh satu
dorongan utama, bukan oleh banyak dorongan, Goldstein menamakan motif utama ini
aktualisasi-diri atau realisasi diri, yang berarti manusia terus menerus berusaha
merealisasikan potensi-potensi yang ada pada diri dalam setiap kesempatan yang terbuka
bagianya. Tujuan satu-satunya ini memberikan arah dan kesatuan pada kehidupan
seseorang.
4. Meskipun teori organismik tidak memandang individu sebagai sistem tertutup,
namun teori tersebut cenderung meminimasikan pentingnya dan sifat menentukanya
pengaruh lingkungan eksternal terhadap perkembangan normal, sebaliknya menekankan
potensi-potensi inheren pada organisme untuk tumbuh. Organisme memilih segi-segi
lingkungan yang akan direaksinya dan kecuali dalam situasi-situasi langkah dan tak
normal lingkungan tidak dapat memaksa individu untuk bertingkah laku dengan cara
yang asing baginya.

1
5. Teori organismik seringkali mengunakan menggunakan prinsip-prinsip gestalt,
tetapi menilai bahwa keasyikan para ahli Gestalt pada fungsi-fungsi khusus organisme
seperti persepsi dan belajar, memberi dasar yang terlalu sempit untuk memahami seluruh
organisme. Teori organismik memperluas dasar itu dengan memasukan ke dalam
jangkauannya segala sesuatu yang dimiliki dan dilakukan oleh organisme. Meskipun
banyak hal dalam teori organismik mirip dengan teori Lewin, namun topologi Lewin
semata-mata bercorak psikologis dan tidak mencakup organisme biologis secara
keseluruhan.
6. Teori organismik berpendapat bahwa lebih banyak pelajaran akan diperoleh
banyak dengan menyelidiki seorang peribadi secara komprehensif dari pada menyelidiki
secara ekstensif fungsi psikologis khusus tertentu yang diabstraksikan dari banyak
individu. Atas dasar ini, teori organismik cenderung lebih populer dikalangan para
psikolog klinis yang perhatianya tertuju pada sang pribadi secara keseluruhan ketimbang
dikalangan sang psikolog eksperimental yang terutama tertarik pada proses-proses atau
fungsi khusus, seperti persepsi dan belajar.

Kurt Goldstein
Kurt Goldstein mendapatkan pendidikan dalam bidang neurologi dan psikiatri di
Jerman dan termasyur sebagai seorang ilmuan dan profesor dibidang kedokteran sebelum
pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1935 sesudah Nazi berkuasa. Ia lahir di Upper
Silesia yang waktu itu merupakan bagian dari Jerman tetapi kemudian bagian dari
Polandia, pada tanggal 6 November 1878, dan menggondol ijasah kedokteran dari
Universitas Breslau, Lower Silesia pada tahun 1903.
Struktur Organisme
Organisme terdiri dari anggota-anggota yang saling berhubungan; anggota-
anggota ini tidak terlepas dan terpisah satu sama lain kecuali dalam keadaan abnormal
atau artifisial, misalnya keadaan sangat cemas. Organisasi pokok dari fungsi organismik
adalah figur dan latar belakang. Suatu figur adalah setiap proses yang muncul dan
menonjol dari suatu latar belakang. Di bidang persepsi, figur adalah apa yang menjadi
pusat kesadaran. Misalnya, kalau seseorang meilhat suatu objek dalam kamar, persepsi
terhadap objek itu adalah figur, sedangkan keadaan lain didalam kamar adalah latar
belakangnya. Di bidang tindakan, figurnya adalah aktifitas pokok yang sedang dilakukan
oleh individu.
Apa yang menyebabkan figur muncul dari latar belakang organisme secara
keseluruhan? Figur ditentukan oleh tugas yang dituntut oleh keadaan organisme pada
sesuatu saat. Jadi, bila organisme yang lapar dihadapkan pada tugas untuk mendapatkan
makanan, maka setiap proses yang akan membantu melakukan tugas tersebut akan
muncul sebagai figur.
Goldstein membedakan antara figur-figur alamiah yang secara fungsional terletak
pada latar belakang keseluruhan organisme dan figur-figur tidak alamiah yang menjadi
terpisah dair seluruh organisme dan yang latar belakangnya juga merupakan bagian yang
terpisah dari organisme. Figur-figur yang tak alamiah ini disebabkan oleh peristiwa
tarumatik dan oleh latihan-latihan dalam keadaan-keadaan yang tidak memilih makna
bagi individu. Goldstein yakin bahwa banyak eksperimen psikologis yang dilakukan
untuk meneliti hubungan-hubungan stimulus respon yang terpisah mengandung sedikit
atau bahkan tidak ada hubungannya dengan tingkah laku wajar dari organisme dan

2
dengan demikian kurang memberikan pengetahuan yang berguna tentang hukum-hukum
yang mengatur berfungsinya organisme.
Dengan kriteria manakah fifur yang alamiah, melekat dapat dibedakan dari figur
yang tak alamiah, terpisah? Goldstein menyatakan bahwa suatu bentuk adalah alamiah
kalau ia mencerminkan pilihan orang yang bersangkutan, dan jikah tingkah laku yang
ditimbulkan bersifat teratur, feklsibel dan sesuai dengan situasi.
Meskipun Goldstein menekankan sifat fleksibel dan platis proses-proses wajar
yang berlawanan dengan sifat kaku proses-proses yang tak wajar, namun ia mengakui
bahwa aktivitas-aktivitas yang disenangi bisa menjadi tetap konstan selama hidup tanpa
kehilngan hubunganya yang erat dengan organisme seluruhnya. Sesungguhnya, Goldstein
menunjukan banyak kontasi pada organisme, seperti ambang kesadaran, kegiatan
motorik, sifat intelektual, faktor emosional dan sebagainya.
Pembedaan struktur lain yang dimanfaatkan oleh Goldstein adalah pembedaan
antara tingkah laku konkret dan tingkah laku abstrak. Perbedaan antara tingkah laku
konkret dan tingka laku abstrak merupakan perbedaan antra reaksi langsung terhadap
stimulus dan reaksi terhadap stimulus tersebut setelah dipikir.

Dinamika Organisme
Konsep-konsep dinamika pokok yang dikemukakan Goldtein adalah: (1) proses
ekualisasi atau pemusatan organisme, (2) aktualisasi-diri atau realisasi diri, dan (3)
”penyesuaian” dengan lingkungan.

Ekualisasi
Goldstein mempostulasikan adanya suatu sumber energi yang agak tetap dan
cenderung terbagi merata dalam seluruh organisme. Energi yang tetap dan terbagi merata
ini memberi tegangan yang ”merata” dalam organisme, dan organisme selalu kembali
atau berusaha kembali ke keadaaan rata –rata ini setiap kali suatu stimulus mengubah
tegangan. Kembali kepada keadaan ”rata – rata” inilah yang disebut proses ikualisasi.
Misalnya, orang mendengar suara yang datang dari sebelah kanan dan menolehkan
kepala ke arah itu.
Tujuan dari orang yang normal dan sehat tidak hanya melepaskan tegangan tetapi
membuatnya seimbang. Taraf dimana tegangan menjadi seimbang merupakan suatu
pemusatan organisme. Pemusatan yang penuh atau keseimbangan yang sempurna adalah
suatu keadaan holistik yang ideal yang mungkin jarang tercapai.
Prinsip ekualisasi menerangkan ketetapan, keterpaduan (coherence), serta
keteraturn tingkah laku ditengah gangguan stimulus – stimulus. Goldstein tidak yakin
bahwa sumber gangguan terutama terletak dalam faktor intraorganik, kecuali dalam
keadaan tak normal dan keadaan katastrofik yang menyebabkan isolasi dan knflik batin.

Ekualisasi diri
Inilah motif pokok dalam pandangan Goldstein, malahan satu – satunya motif
yang dimiliki organisme. Apa yang tampak sebagai dorongan – dorongan yang berbeda
seperti lapar, seks, kekuasaan, prestasi, dan keingintahuan semata –mata merupakan
manifestasi tujuan hidup pokok, yakni mengaktualisasikan diri sendiri. Aktualisasi diri
adalah kecenderungan kreatif dari kodrat manusia, hal tersebut merupakan prinsip
organik yang menyebabkan organisme berkembang dengan lebih penuh dan lebih

3
sempurna. Setiap kebutuhan adalah suatu keadaan kekurangan yang mendorong orang
untuk menutup kekurangan itu. Goldstein dalam pandangannya, ketidaksadaran adalah
latar belakang tempat masuknya bahan sadar apabila tidak lagi berguna untuk realisasi –
diri dalam situasi tertentu, dan tempat asal bahan itu muncul kembali bila pantas dan
cocok lagi untuk realisasi-diri.

Penyesuaian dengan lingkungan


Meskipun sebagai seorang teoretikus organismik Goldstein menekankan faktor –
faktor tingkah laku yang berasal dari dalam dan prinsip bahwa organisme berusaha
mendapatkan lingkungan yang paling serasi untuk aktualisasi-diri, namun ia tidak
berpendirian ekstrem bahwa organisme imun terhadap peristiwa – peristiwa yang terjadi
di dunia luar. Goldstein mengakui pentingnya dunia objektif, baik sebagai sumber
gangguan yang harus diatas oleh individu untuk memenuhi cita – citanya. Organisme
yang normal dan sehat adalah organisme dimana kecenderungannya kearah aktualisasi-
diri timbuldari dalam dan mangatasi gangguan yang timbul dari pertentangan dengan
dunia, bukan karena kecemasan melainkan karena kesenangan dan kemenangan, hal ini
berarti bahwa penyesuaian dengan lingkungan itu terutama diwujudkan dengan
menguasainya. Goldstein telah memberikan suatu ringkasan pendek dari pandangan –
pandangannya tentang organisasi dan dinamika organisme dalam kutipan berikut.
Terdapat suatu perubahan yang terus – menerus menyangkut ”bagian” mana dari
organisme yang akan berada dilatar depan...dan mana yang ada pada latar belakang.
Bagian depan ditentukan oleh tugas yang harus dipenuhi organisme itu pada sesuatu saat
tertentu, yakni oleh situasi dimana organisme itu kebetulan berada, dan oleh tuntutan –
tuntutan yang harus dihadapinya.

Perkembangan organisme
Goldstein menyatakan bahwa apabila anak – anak dihadapkan pada situasi –
situasi yang dapat dikuasainya, maka ia akan berkembang secara normal lewat
pematangan dan latihan. Apabila masalah – masalah baru timbul, maka ia akan
membentuk pola – pola baru untuk menanggulanginya. Reaksi – reaksi yang tidak
berguna lagi untuk tujuan aktualisasi-diri akan ditingggalkan. Akan tetapi kondisi –
kondisi lingkungan terlalu berat bagi kapasitas – kapasitas anak, maka ia akan
mengambangkan reaksi – reaksi yang tidak serasi dengan prinsip aktualisasi diri. Dalam
hal demikian, proses ini cenderung menjadi terisolasi dari pola hidup orang tersebut.

Penelitian Khas dan Metode Penelitian


Menurut Goldstein simtom- simtom dan pola – pola tingkah laku bukan sebagai
peristiwa – peristiwa yang terpisah, tetapi sebagai reaksi – reaksi yang berakar dan
merupakan bentuk – bentuk pengungkapan dari seluruh organisme itu sendiri. Dalam
penelitiannya tentang macam – macam afasia atau gangguan bahasa, misalnya, ia
menolak teori bahwa afasia adalah akibat dari cedera pada bagian tertentu dalam otak dan
sebaliknya ia menyatakan bahwa karena ” bahasa adalah sarana dari individu untuk
menyesuaikan diri dengan dunia luar dan untuk merealisasikan dirinya”, ”maka dari itu
setiap cara berbicara individu hanya dapat dipahami dari aspek hubungan dengan fungsi
seluruh organisme dalam usaha untuk merealisasikan dirinya semaksimal mungkin dalam
suatu situasi”

4
Penelitian tentang Kasus – kasus Cedera Otak
Berbicara tentang simtom – simtom neurologis dan psikologis dari pasien-pasien
yang menderita cedera otak, metode – metode untuk mentes fungsi – fungsi psikologis
serta perawatan terhadap pasien semacam ini, dalam buku ini dan tulisan – tulisan lain
yang diterbitkan, Goldstein tetap mempertahankan segi pandangan organismik, yang
menjelaskan tingkah laku pasien – pasien yang mendapat luka otak. Misalnya, salah satu
ciri yang mencolok dari pasien – pasien ini adalah kebiasaan mereka akan keteraturan
dan kebersihan. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengatur barang – barang
milik mereka dan menjaga supaya segala sesuatunya tetap rapi. Goldstein mengamati
bahwa organisme sangat tahan uji dan cepat menyesuaikan diri dengan cacat tertentu
selama orang itu berpendapat bahwa ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
dan tidak kehilangan keseimbangan oleh tekanan – tekanan yang tidak semestinya dari
dunia luar. Segi pandangan organismik tentang simtom – simtom memiliki implikasi
praktis dan teoretis. Dalam mentes pasien yang luka otak, misalnya, sangat penting
memakai tes dan menyajikannya sedemikian rupa sehingga mampu menemukan
perubahan – perubahan dalam kemampuan – kemampuannya yang merupakan akibat
langsung dari cedera tersebut dan mampu membedakan simtom – simtom ini dari simtom
– simtom yang timbul sebagai reaksi sekunder terhadap cacat tersebut. Salah satu alasan
penting untuk mengadakan pembedaan ini adalah bahwa macam latihan dan terapi yang
digunakan tergantung pada pengetahuan tentang simtom – simtom manakah yang sedikit
banyak langsung dapat diobati dan simtom – simtom manakah yang perlu diubah dengan
mempengaruhi itu sebagai suatu keseluruhan.

Penelitian – penelitian Kasus Tunggal


Salah satu contoh penelitian intensif tentang satu individu adalah pengamatan atas
kasus seorang laki –laki setengah baya yang menderita cedera otak yang dilakukan oleh
Goldstein dan kawan – kawannya (Hanfmann, Rickers-Ovsianka dan Goldstein, 1944)
dalam jangka waktu bertahun – tahun. Laki – laki ini dirawat di sebuah rumah sakit dan
tingkah lakunya sehari – hari ditempat ini, juga performansnya dalam situasi – situasi tes
baku dan interviu diamati dan cacat. Ia dapat menemukan dengan mudah jalan di sekitar
rumah sakit tetapi kemampuannya ini tergantung pada pengenalan atas benda – benda
yang agak konkret, bukan pada suatu ”frame of reference” yang umum. Misalnya, ia
mnegenal kamar testing karena kamar itu mempunyai tiga jendela tidak seperti kamar –
kamar lainnya. Kasus lain yang diteliti secara intensif dengan metode teori organismik
adalah kasus anak laki – laki berusia 11 tahun, yang disebut ”idiotsavant” (cendekiawan
yang idiot) (Shreerer, Rothman dan Goldstein, 1945). Walaupun dalam beberapa hal anak
ini nyata – nyata lemah secara intelektual, namun ia dapat mengerjakan soal – soal
hitungan secara menakjubkan. Tak ada sesuatu yang kreatif disana, berbekal kemampuan
menghitung dan bermain dengan telinga yang merupakan bawaan sejak lahir, maka ia
akan memusatkan seluruh energinya untuk mengaktualisasikan kedua potensi ini. Semua
kekurangannya ini bersumber pada cacat dalam sikap abstraknya. Para penulis
menyimpulkan bahwa ”konsep tentang sikap abstrak merupakan ”frame of reference”
metodologis,..untuk memahami simtom – simtom inin dari segi pandangan yang utuh”

5
Tingkah laku Abstrak versus tingkah laku Konkret
Analisa terinci tentang kerusakan sikap abstrak yang disebabkan oleh suka pada
”frontallobes” menunjukan kekurangan – kekurangan sebagai berikut : (1) pasien –
pasien tidak dapat memisahkan dunia luar dari dunia dalam (pengalaman batin). (2)
mereka tidak dapat mengerjakan sesuatu dengan sengaja dan sadar. (3) mereka tidak
mempunyai pengertian tentang hubungan – hubungan ruang. (4) mereka tidak dapat
beralih dari satu tugas ke tugas lain. (5) mereka tidak dapat mengingat perbedaan. (6)
mereka kurang mampu bereaksi terhadap suatu keseluruhan yang teratur, menguraikan
keseluruhan ke dalam bagian – bagian, serta menyintesiskannya kembali. (7) mereka
tidak dapat mengabstraksikan sifat – sifat umum dari serangkaian benda – benda atau
menemukan hubungan – hubungan bagian keseluruhan. (8) orang yang luka otak tidak
dapat merencanakan sebelumnya, memperhitungkan sesuatu yang mungkin terjadi pada
waktu yang akan datang, atau berpikir secara simbolis.
Penelitian – penelitian empiris Goldstein tentang tingkah laku abstrak dan konkret
menjelaskan diktum atau semboyan teori organismik bahwa apa saja yang terjadi pada
salah satu bagian dalam organisme mempengaruhi seluruh organisme. Dalam kasus luka
yang berat pada ”frontal lobes” akibat – akibatnya adalah besar sekali. Luka – luka pada
jaringan – jaringan atau organ – organ lain mungkin menimbulkan akibat – akibat yang
kurang dramatik dan kurang kentara pada seluruh orangnya, tetapi apapun yang terjadi,
semua itu akan menimpa dan mempengaruhi seluruh orangnya ( sebuah analisis yang
cermat dan kritis tentang konsep tingkah laku abstrak dan tingkah laku konkret dalam
pandangan Goldstein, bisa dilihat dalam Pikas, 1966).
Seperti Goldstein, Angyal berpendapat bahwa kita sebenarnya membutuhkan ilmu
pengetahuan baru bukan yang pertama – tama bersifat psikologis, sosiologis, atau
fisiologis, tetapi berbeda dengan Goldstein, Angyal menekankan bahwa tidak mungkin
membedakan organisme dari lingkungannya karena keduanya saling meresapi dengan
cara yang begitu kompleks sehinggga setiap usaha untuk menceraikan keduanya akan
merusakkan kesatuan yang wajar dari keseluruhannya dan menimbulkan perbedaan
artifisial antara organisme dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai