Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HASIL

Training Need Analysis (TNA) pada Ikatan Komunikasi


Mahasiswa Asahan (IKMA)

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Anisa Nabila (181301003)


Anggi Shafira (181301015)
Zul Aulia Fitrah (181301019)
Ananda Alifiah Siregar (181301059)
George Aldie Tobing (181301139)
Yevin Rayda Haria (181301143)
Andre Hanedi P. Hasugian (181301175)

Kelas C

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SEMESTER GANJIL
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa atas rahmat dan karunia-
Nya dan hidayah-Nya, kami dari kelompok 2 kelas C dapat menyelesaikan Laporan Hasil Training
Need Analysis (TNA) pada Ikatan Komunikasi Mahasiswa Asahan (IKMA).

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan hasil TNA kami masih terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran untuk
pengoreksian laporan hasil TNA ini, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Medan, 29 Oktober 2020

Kelompok 2

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................................8
BAB IV............................................................................................................................................................9
BAB V............................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................15
TABEL KONTRIBUSI................................................................................................................................16

ii
BAB I
RUANG LINGKUP DAN LATAR BELAKANG

1.1. Ruang Lingkup Organisasi


Ikatan Komunikasi Mahasiswa Asahan (IKMA) adalah organisasi daerah yang berasal dari
Asahan, Sumatera Utara berdiri pada tanggal 03 Juli 2015 yang bertujuan mengawal
kepemerintahan Kabupaten Asahan khususnya mahasiswa Asahan memiliki ambisi yang kuat dan
ingin mengharumkan nama Kabupaten Asahan serta agar mahasisa-mahasiswi Asahan yang
berkuliah di Medan dan Asahan saling mengenal , maka dari itu para pendiri IKMA mendirikan
organisasi yang bernama IKMA (Ikatan Komunikasi Mahasiswa Asahan). Satu tahun pertama
kepemimpinan IKMA mampu membuat 10 kegiatan termasuk 4 kali pengkaderan dan 6 program
biro terpenuhi. Dan IKMA mampu membentuk cabang perkampus yaitu terdiri dari Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU), Universitas Negeri Medan (UNIMED), Universitas
Muhammadiyas Sumatera Utara (UMSU), Univeristas Sumatera Utara (USU). Dan cabang
persiapan yang mana memiliki lebih dari 20 anggota setiap kampus yang ada di Asahan dan di
Medan. Di Medan seperti Institut Teknologi Medan (ITM), Universitas Medan Area (UMA). Dan
yang di daerah Asahan seperti Universitas Asahan (UNA), Sekolah Tinggi Manajemen Informatika
dan Komputer Kisaran (STMIK ROYAL), Institut Agama Islam Daar Ulum (IAIDU), Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Asahan (STIEMA). IKMA adalah organisasi daerah
Kabupaten Asahan yang paling aktif dalam kegiatan dan paling produktif dalam pengkaderan. Dan
ditahun kedua IKMA membuat satu kali pengkaderan dan beberapa kegiatan sosial, setelah itu aktif
di media sosial dikarenakan pandemi COVID-19.

1.2 Visi & Misi


a. Visi : Mengawal kepemerintahan Kabupaten Asahan
b. Misi : Akhlak, Cerdas dan Terampil.

1.3 Struktur Kepengurusan


Dewan Pembina : Muhammad Herizal Sinambela S.Pd.I
Dewan Pembina : Irna Willy Indryani, S.Pd

Ketua Umum : M. Ilyas Sipahutar S.Pd


Wakil Ketua Umum : Anas Fadli
1
Sekretaris Umum : Irham Akhyari Hasibuan, S.S
Wakil Sekretaris : M. Arif Lubis, S.Pd

Bendahara Umum : Iin Sundari, S.Pd


Wakil Bendahara Umum : Dedek Purnama Sari Br Manurung

Bidang-Bidang IKMA
Bidang Pengembangan Pendidikan
Kepala Bidang : Al Imron Mangunsong
Sekretaris Bidang : Muhammad Satria Hasibuan
Anggota : 1. Siti Aisyah Lubis
2. Bayu Andra
Bidang Pengembanga Sumber Daya Manusia
Kepala Bidang : Muhammad Syahfriardan
Sekretaris Bidang : Chairul Umam
Anggota : 1. Azzahrawani Giyamna
: 2. Anissa
Bidang Keagamaan
Kepala Bidang : Mukhlis Afrian
Sekretaris Bidang : Emi Trya Andani
Anggota : 1. Rizlan Syahputra Sambas
: 2. Ilham Fadillah Manurung
Bidang Komunikasi Dan Informasi
Kepala Bidang : Muhammad Alfin Azhari Lubis
Sekretaris Bidang : Nur Nida Fauziah Utami
Anggota : 1. Mawal Aisyah
: 2. Johan Kurniawan
Bidang Pariwisata Dan Lingkungan
Kepala Bidang : Candra Suyatmiko
Sekretaris Bidang : Rizky Utami
Anggota : 1. Erwin Pane
: 2. Muhammad Jawik Pran

2
Bidang Kreativitas Dan Seni
Kepala Bidang : Muhammad Fadillah Nasution
Sekretaris Bidang : Annisyah Fajar Rahmadani
Anggota : 1. Agus Irwansyah
2. Fitri Ariani
Bidang Olahraga
Kepala Bidang : Hariadi Candra
Sekretaris Bidang : Fathur Khair Azmi Tambunan
Anggota : 1. Arif Paristiwa
2. Sabri Alfian

1.4 Tugas dan Tanggung Jawab


a. Dewan pembina
Bertugas melakukan pembinaan agar program dan kegiatan organisasi kedepannya
sesuai dengan kebutuhan dan tantangan dalam organisasi.
b. Ketua dan Wakil Ketua
Mengarahkan program dan kegiatan operasional organisasi, membina keutuhan
organisasi dan mendorong kemajuan organisasi melalui kerjasama dan komunikasi antar
anggota, membangun citra organisasi, mengusahakan peluang penghimpunan dana yang
sah, meningkatkan peran serta organisasi dalam pemecahan masalah pembangunan yang
terkait dengan profesi
b. Sekretaris dan Wakil Sekretaris
Membantu ketua umum dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan operasional
organisasi, membina hubungan dengan pihak luar, dalam kaitannya dengan kerjasama,
mengendalikan operasional administrasi internal dan eksternal (dalam kaitannya dengan
pengurus cabang/ ketua bidang)
c. Bendahara dan Wakil Bendahara
Menghimpun iuran anggota dan dana lain dari sumber-sumber yang sah,
mengalokasikan dana atas dasr program kerja, menata-bukukan dana organisasi,
menyusun laporan keuangan, sebagai bahan laporan
d. Bidang Pengembangan Pendidikan

3
Penyusunan rencana kerja bidang pengembangan dan pendidikan, perumusan kebijakan
teknis perencanaa, pengembangan dan pendidikan, pelaksanaan dan pembinaan
perencanaan
e. Bidang Pengembanga Sumber Daya Manusia
Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan
penyelenggaraan pengembangan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia
f. Bidang Keagamaan
Menyiapkan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis dan perencanaan di
bidang agama, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang agama
g. Bidang Komunikasi Dan Informasi
Merencanakan, mengkoordanisasikan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan
bidang informasi dan komunikasi
h. Bidang Kreativitas Dan Seni
Mewadahi atau menyalurkan minat dan bakat dalam bidang seni dan kreativitas,
mengakomodir komunitas seni dan kreatifitas di lingkungan organisasi
i. Bidang Olahraga
Menjadi wadah bagi para anggotanya untuk berkarya dalam bidang non-akademik

2. Latar Belakang Permasalahan


Training needs analysis (TNA) adalah suatu studi sistematis tentang suatu masalah
pendidikan dengan pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber, untuk mendapatkan
pemecahan masalah atau saran tindakan selanjutnya ( Mangkunegara, 2003: 72). TNA merupakan
sebuah analisis kebutuhan workplace yang searah spesifik dimaksudkan untuk menentukan apa
sebetulnya kebutuhan pelatihan yang memang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan
dapat membantu perusahaan dalam menggunakan sumber daya (waktu, dana, dan lain-lain) secara
efektif sekaligus menghindari kegiatan pelatihan yang tidak perlu (Irianto, 2001: 17). TNA
merupakan analisis sederhana yang dilakukan terlebih dulu untuk menghindarkan pada usaha-usaha
yang tidak perlu dilakukan pelatihan. TNA sangat penting dilakukan karena keputusan didasarkan
pada analisis yang ada. Training hanya dapat dilakukan jika hal tersebut dilakukan dengan tepat dan
pada waktu yang tepat sehingga TNA ini berperan penting.

4
Ikatan Komunikasi Mahasiswa Asahan (IKMA) adalah organisasi daerah yang berasal dari
Asahan, Sumatera Utara berdiri pada tanggal 03 Juli 2015 yang bertujuan mengawal
kepemerintahan Kabupaten Asahan khususnya mahasiswa Asahan memiliki ambisi yang kuat dan
ingin mengharumkan nama Kabupaten Asahan serta agar mahasisa-mahasiswi Asahan yang
berkuliah di Medan dan Asahan saling mengenal , maka dari itu para pendiri IKMA mendirikan
organisasi yang bernama IKMA (Ikatan Komunikasi Mahasiswa Asahan).
Dari wawancara awal yang dilakukan pada sekretaris jendral IKMA, kami menemukan bahwa ada
permasalahan yang menonjol dengan organisasi tersebut yaitu kurangnya keakraban antar anggota
didalam organisasi ini dan membuat susahnya mengembalikan kepercayaan anggota-anggota yang
baru dikader untuk kembali lagi ke organisasi ini. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki
jenjang usia yang jauh dan tidak berdekatan membuat susahnya interaksi antar anggota dan hanya
mengikuti saran dari senior-senior mereka. Kurangnya kekuatan sosial dan kesatuan dalam
kelompok membuat para anggota baru tidak diberikan kesempatan untuk memberikan andil
kemampuan anggota-angotanya. Dan juga karena mereka hanya akrab dengan teman-teman
sebayanya dan merasa malu untuk ikut aktif memberikan masukan, kritik maupun saran
diorganisasi tersebut, contohnya saat rapat harian setiap devisi. Hal ini dapat membuat terjadinya
proses kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik dan dapat membuat adanya
permasalahan kohesivitas dari para anggota kedepannya.

Dan hal diatas membuat kelompok tertarik bahwa adanya pemberian pelatihan outbound
untuk membangun keakraban dalam organisasi agar tidak terjadi masalah kedepannya.

5
BAB II
LANDASAN TEORI
Kohesivitas Kelompok

1. Pengertian Kohesivitas Kelompok


Kohesivitas merupakan suatu hal yang penting bagi kelompok karena kohesivitas
dapat menjadi sebuah alat pemersatu anggota kelompok agar dapat terbentuknya sebuah
kelompok yang efektif. Tingginya kohesivitas kelompok sangat berhubungan dengan
konformitas anggota terhadap norma kelompok dan persamaan-persamaan yang nantinya
akan meningkatkan komunikasi di dalam kelompok. Kohesivitas kelompok juga dapat
mempengaruhi performa individu didalam suatu kelompok yang berdampak terhadap
kemampuan masing-masing individu untuk menampilkan hasil pekerjaannya di dalam
kelompok (Budiharto & Koentjoro, 2004).
Ketika ada kohesivitas di dalam suatu kelompok, anggota kelompok akan menerima
lebih banyak pengetahuan dengan adanya anggota kelompok lain yang berada di dalam
kelompok tersebut. Dengan kata lain, anggota kelompok akan memungkinkan untuk saling
bertukar informasi tentang segala hal yang mereka ketahui kepada anggota kelompok yang
memang memiliki latar belakang yang sama. Kohesivitas kelompok secara umum dapat
dijelaskan bagaimana anggota saling berusaha untuk selalu membentuk ikatan emosional,
akrab, dan solid sehingga dapat mempertahankan anggota tetap berada dalam kelompok.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok
Menurut McShane & Glinow dalam (Kurniawati, 2016) faktor yang mempengaruhi
kohesivitas kelompok kerja yaitu :
1) Adanya Kesamaan
Kelompok kerja yang homogen akan lebih kohesif dari pada kelompok kerja yang
heterogen. Karyawan yang berada dalam kelompok yang homogen dimana memiliki
kesamaan latar belakang, membuat mereka lebih mudah bekerja secara objektif, dan
mudah menjalankan peran dalam kelompok.
2) Ukuran Kelompok
Kelompok yang berukuran kecil akan lebih kohesif dari pada kelompok yang
berukuran besar karena akan lebih mudah untuk beberapa orang untuk mendapatkan satu
tujuan dan lebih mudah untuk melakukan aktifitas kerja.
3) Adanya Interaksi

6
Kelompok akan lebih kohesif bila kelompok melakukan interaksi berulang antar
anggota kelompok.
4) Ketika Ada Masalah
Kelompok yang kohesif mau bekerja sama untuk mengatasi masalah.
5) Keberhasilan Kelompok
Kohesivitas kelompok kerja terjadi ketika kelompok telah berhasil memasuki level
keberhasilan. Anggota kelompok akan lebih mendekati keberhasilan mereka dari pada
mendekati kegagalan.
6) Tantangan
Kelompok kohesif akan menerima tantangan dari beban kerja yang diberikan. Tiap
anggota akanbekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan, bukan menganggap itu
sebagai masalah melainkan tantangan.
3. Dimensi Kohesivitas Kelompok
Menurut Forsyth dalam (Kurniawati, 2016) mengemukakan bahwa terdapat empat
dimensi kohesivitas kelompok, yaitu :
1) Kekuatan Sosial
Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok untuk
tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang menjadikan anggota kelompok selalu
berhubungan dan kumpulan dari dorongan tersebut membuat mereka bersatu.
2) Kesatuan dalam Kelompok
Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang
berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Setiap individu dalam kelompok
merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan komunitasnya serta memiliki
perasaan kebersamaan.
3) Daya Tarik
Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri daripada
melihat dari anggotanya secara spesifik
4) Kerja sama Kelompok
Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai
tujuan kelompok.

7
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode wawancara. Wawancara adalah salah satu
metode pengumpulan data dalam penelitian, fungsi dari wawanacara ini yaitu agar dapat
memperoleh informasi dari narasumber. Berikut adalah panduan wawancara yang dilakukan.

Hari/tanggal pelaksaan : Selasa, 24 Oktober 2020

Nama Itee : Irham Akhyari Hasibuan, S.S

Jabatan Itee : Sekretaris Umum

Pertanyaan wawancara :

1. Kapan organisasi terbentuk?


2. Sudah berapa anggota yang bergabung didalamnya?
3. Awal mula terbentuknya atau latar belakang dari organisasi ini?
4. Visi dan misi organisasi ini apa?
5. Apakah organisasi ini memiliki cabang di kampus lain? Jika ada di kampus mana saja?
6. Dimana tempat organisasi ini berkumpul?
7. Masalah apa yang pernah dialami dalam organisasi? Dan bagaimana cara mengatasi masalah
tersebut?
8. Apakah peran anggota penting dalam organisasi ini?
9. Bagaimana cara organisasi ini mencapai kesepakatan?
10. Sejauh ini apa saja yang sudah dilakukan untuk mencapai visi dan misi organisasi ini? Atau
kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan?
11. Apakah masih ada yang kurang didalam organisasi ini? Kira-kira apa yang harus
ditingkatkan dalam organisasi ini?
12. Apakah setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi ini bisa mendukung hal tersebut?

8
BAB IV
HASIL ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN

1. Uraian Masalah
Berdasarkan hasil wawancara yang kelompok lakukan terhadap organisasi yang dituju
menemukan permasalahan terkait hal-hal berikut ini :
1. Kurangnya keakraban antar personil dalam organisasi.
2. Tujuan dari organisasi ini belum jelas dijabarkan : jabarannya hanya seputar untuk
menghimpun mahasiswa yang berasal dari satu daerah
3. Visi/misi yang dijelaskan tidak jelas, hanya menjelaskan apa yang terjadi ditahun pertama
dan kedua organisasi ini berjalan
4. Kurangnya kemampuan dalam bidang keterampilan maupun komunikasi pada narasumber
sehingga kurang mendapat gambaran tentang organisasi. Dan hal ini bukan hanya pada
narasumber, menurut narasumber organisasi mereka memang kurang SDM nya.
2. Hasil analisis kebutuhan berdasarkan teori yang ada
Berdasarkan uraian masalah atas organisasi yang kami analisis kebutuhan pelatihan kami
menemukan permasalahan sejumlah hal yang berkaitan dengan keakraban antar anggota
kelompok yang mempengaruhi daripada komunikasi pada setiap anggota dan dalam implikasi
pada realisasi visi dan misi organisasi yang sedang berjalan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, kohesivitas merupakan suatu hal yang penting bagi kelompok karena hal ini dapat
menjadi sebuah alat pemersatu anggota kelompok supaya bisa membentuk sebuah kelompok
yang efektif. Dengan adanya kohesivitas pada suatu kelompok maka timbulnya efek konfirmitas
diantara sesama anggota karena merasa memiliki suatu kesamaan latar belakang. Tepat seperti
yang dikatakan oleh pepatah “Bersatu kita teguh, Bercerai kita berantakan”, demikian pula suatu
kesatuan itu penting bagi suatu organisasi. Tentunya kesatuan didalam kelompok timbul dari
keakraban antar kelompok. Namun pada organisasi IKMA ini, seharusnya menunjukkan
kohesivitas yang tinggi. Dikarenakan organisasi ini terdiri dari mahasiswa yang berasal dari satu
daerah yang sama yakni, Asahan. Fakta dilapangan kami menemukan anggota kelompok baru
yang tidak lagi aktif, anggota junior yang hanya menerima saja setiap saran atau kritik dari para
seniornya tanpa adanya keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya, kurangnya melibatkan
para anggota baru dalam setiap masalah atau event yang akan dilaksanakan dan jarak usia antara
Badan Pengurus Harian (BPH) dengan anggota baru membuat mereka enggan untuk lebih dekat
satu sama lain. Sehingga tujuan organisasi hanya sekedar menghimpun kader baru tanpa
9
memberitahu tujuan yang lebih dalam terkait dibentuknya organisasi ini, Ketidakmampuan
berkomunikasi dihadapan anggota lainnya dan Visi/misi yang sulit untuk direalisasikan.
Menurut McShane & Glinow dalam Kurniawati (2016) ada beberapa faktor yang membuat
kurangnya kohesivitas kelompok kerja pada organisasi IKMA :
1. Ukuran kelompok yang terlalu besar
Seperti yang kita ketahui IKMA memiliki cabang yang tersebar di beberapa
Universitasa baik negeri maupun swasta yang ada di Kota Medan dan Asahan. Di Medan
sendiri terdiri dari 6 Universitas yang membuat adanya gap atau celah antara anggota
baru dan Badan Pengurus Harian (BPH). Walaupun kelompok hanya menganalisis
kebutuhan pelatihan pada cabang Universitas Negeri Medan (UNIMED), namun dengan
adanya ukuran kelompok yang lumayan besar tidak menutup kemungkinan adanya gap
tersebut. Ukuran kelompok inilah yang memicu kerentanan untuk anggota organisasi ini
menjadi kurang akrab.
2. Kurangnya interaksi dalam organisasi
Seperti penjelasan pada point pertama, dengan adanya ukuran kelompok yang luas
dan lumayan besar maka akan membuat hubungan komunikasi anggota kelompok baru
dan lama menjadi renggang atau bahkan tidak ada sama sekali. Dengan berkurangnya
atau bahkan tidak adanya sama sekali komunikasi antar anggota gap yang tadi
terciptakan akan berdampak pada keaktifan atau kepedulian anggota kelompok dalam
organisasi.
3. Tidak melibatkan semua anggota ketika ditemukannya masalah
Suatu kelompok yang besar dan kurangnya komunikasi yang terjadi, akan
menimbulkan masalah. Hal ini diperparah dengan kurangnya perlibatan semua anggota
dalam suatu masalah. Para anggota yang telah dibatasi oleh batas-batas jarak dan
komunikasi tadi, akan merasa diasingkan atau tidak dianggap pada sebuah organisasi.
4. Tidak adanya tantangan
Aktifitas yang tidak distimulasi akan memunculkan kebosanan pada anggota sebuah
organisasi. Dengan adanya jarak, kurangnya komunikasi dan perlibatan anggota
kelompok pastinya lama kelamaan akan menimbulkan kebosanan akibat perasaan bahwa
organisasi tersebut seolah tidak berjalan atau tidak menantang baginya. Hal inilah yang
menjadi alasan mengapa beberapa orang akan meninggalkan sebuah organisasi yang
menurutnya kurang menstimulasinya untuk dapat mengembangkan potensi dalam
dirinya.

10
Dari pemaparan masalah analisis faktor penyebabnya, maka kita membutuhkan sebuah pelatihan
untuk mengatasi permasalahan kohesivitas pada organisasi IKMA. Menurut Hani Handoko (2002)
dalam Imania (2015), pelatihan dilakukan untuk tujuan utama program latihan dan pengembangan
anggota kelompok, yakni sebagai penutup gap antara kecakapan atau kemampuan anggota dengan
permintaan jabatan serta untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja anggota dalam
mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan.
Adapun bentuk pelatihan yang ingin kelompok lakukan pada IKMA adalah pelatihan
berbentuk Outbound. Pelatihan Outbound atau Outbound Training menurut Ancok (2002) dalam
Noviati dan Zipi (2013), adalah suatu program pelatihan di alam terbuka yang mendasarkan pada
prinsip “experiental learning” (belajar melalui pengalaman langsung) yang disajikan melalui
aktivitas fisik dan dikemas dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi dan petualangan sebagai
media penyampaian materi. Ketika peserta terlibat langsung dalam aktivitas (learning by doing)
maka akan langsung mendapat umpan balik tentang dampak dari kegiatan yang dilakukan sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan diri masing-masing peserta di masa yang akan
datang. Dampak yang akan dihasilkan dengan pelatihan ini secara psikologis dapat terlihat setelah
dua hingga tiga bulan setelah pelatihan terutama dari sesi afektifnya. Pengalaman dalam kegiatan
ini memberikan masukan yang positif dalam pengembangan kedewasaan seseorang. Pengalaman itu
mulai dari pembentukan kelompok hingga para peserta mengetahui cara bekerja sama dalam
pengambilan keputusan masalah dan keberanian untuk mengambil resiko. Tujuan dari outbound
training secara umum untuk menumbuhkan rasa percaya dalam diri guna memberikan proses tetapi
diri (mereka yang berkelainan) dalam berkomunikasi dan menimbulkan adanya saling pengertian
sehingga terciptanya saling percaya antar sesama anggota organisasi.
Pengelolaan SDM yang melibatkan komponen sosial yakni individu-individu yang saling
berinteraksi dan memengaruhi sebagai upaya tujuan, membutuhkan perhatian khusus terlebih pada
peningkatan kinerja suatu organisasi. Organisasi semakin bergantung pada tim untuk melaksanakan
strategi kritis dan tugas operasional yang ada. Kohesitivitas sebagai suatu daya positif maupun
negatif akan menyebabkan anggotanya tetap bertahan dalam suatu kelompok (dalam Taylor,
Peplau, & Sears, 2009, dalam Noviati dan Zipi, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Imania (2015) mengenai hubungan pelatihan outbound dengan peningkatan kinerja karyawan,
menyebutkan adanya hubungan yang positif pada aspek kemampuan komunikasi efektif antar
anggota, kepemimpinan, menjalankan tugas sesuai perannya dalam organisasi, dan kemampuan
menyelesaikan suatu masalah. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan mampu mendatangkan

11
perubahan pada kognitif dan behavior para anggota dalam organisaasi IKMA terhadap keanggotaan
mereka.
Pelatihan ini juga akan berdampak pada peningkatan semangat atau motivasi seseorang
untuk menungkatkan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, pengalaman dari adanya kegiatan ini
akan menambah pengalaman interaksi antar anggota sehingga menimbulkan adanya rasa saling
percaya satu sama lain dan pengenalan lebih dalam karakter dalam diri masing-masing individu.
Khususnya pada fokus masalah yang ada dalam organisasi ini yaitu; kurangnya kemampuan
komunikasi, keberanian menyampaikan pendapat, keterlibatan dalam diskusi mengenai masalah
yang dihadapi dan peningkatan kohesitivitas itu sendiri. Sehingga tujuan dan visi/misi dalam
organisasi IKMA dapat direalisasikan dengan baik.
Secara khusus, dalam praktik pelatihan ini, kelompok akan berfokus pada dimensi
kohesitivitas menurut Forsyth dalam Kurniawati (2016) yang perlu untuk ditingkatkan yakni :
1. Kekuatan Sosial, merujuk kepada keseluruhan dorongan yang dilakukan oleh individu
dalam suatu organisasi/kelompok untuk tetap berada didalamnya. Dorongan ini
dibutuhkan seperti motivasi dan keinginan anggota dalam mengikuti program kegiatan
pada organisasi IKMA.
2. Kesatuan dalam Kelompok, merujuk kepada perasaan saling memiliki terhadap
kelompoknya dan memiliki perasaan moral. Contohnya, bisa mengenai arti hubungan
kerjasama tim yang memberikan pemahaman bahwa pentingnya keberadaan orang lain
dalam kelompok.
3. Daya Tarik.
4. Kerja sama kelompok.

12
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

1. Kesimpulan
Ikatan Komunikasi Mahasiswa Asahan (IKMA) adalah organisasi daerah yang
berasal dari Asahan, Sumatera Utara berdiri pada tanggal 03 Juli 2015 yang bertujuan
mengawal kepemerintahan Kabupaten Asahan khususnya mahasiswa Asahan memiliki
ambisi yang kuat dan ingin mengharumkan nama Kabupaten Asahan serta agar mahasisa-
mahasiswi Asahan yang berkuliah di Medan dan Asahan saling mengenal , maka dari itu
para pendiri IKMA mendirikan organisasi yang bernama IKMA (Ikatan Komunikasi
Mahasiswa Asahan). keakraban antar anggota menjadi salah satu fakor penting dalam
pencapaian tujuan suatu organisasi. Ketika kurangnya keakraban antar anggota, maka secara
otomatis kelompok tersebut juga akan mengalami hambatan dalam proses kerja sama.
Peristiwa ini terlihat pada Ikatan Komunikasi Mahasiswa Asahan (IKMA) yang mengalami
kesulitan dalam merealisasi daripada visi dan misinya sehingga visi dan misinya dan
kegiatan kurang berjalan secara efektif.

Kesulitan itu terjadi karena antar anggota memiliki jenjang usia yang jauh dan tidak
berdekatan, sehingga keadaan tersebut pada akhirnya membuat anggota baru hanya
mengikuti saran dari senior-senior mereka dan tidak memberikan kesempatan untuk
memberikan andil kemampuan anggota-angotanya, dan juga karena mereka hanya akrab
dengan teman-teman sebayanya dan merasa malu untuk andil diorganisasi tersebut Peristiwa
ini merupakan salah satu dampak yang terjadi ketika kurangnya kearaban antar anggota
dalam kelompok.

Fenomena ini kemudian menarik perhatian kelompok untuk mengupayakan suatu


pembaharuan kepada organisasi terkait dengan pelatihan bagi seluruh anggota organisasi
agar dapat menjalin kearaban yang baik antara sesama anggotanya sehingga tidak lagi
mengalami hambatan dalam menjalani tugas. Pelatihannya berupa Outbound dapat
meningkatkan keakraban antar anggota kelompok.

13
2. Saran
Dari hasil TNA diatas dapat kita ketahui kalau komunikasi interpersonal yang baik sangat pe
nting dalam suatu organisasi demi terciptanya kerjasama yang baik dan sebagainya. Jadi dalam hal i
ni kelompok ingin memberikan saran:

1. Untuk para anggota Ikatan Komunikasi Mahasiswa Asahan (IKMA) agar setelah
dilakukannya Outbound Training ini, para anggota Ikatan Komunikasi Mahasiswa Asahan
(IKMA) dapat meningkatkan keakraban antar anggota dalam organisasi Ikatan Komunikasi
Mahasiswa Asahan (IKMA).
2. Untuk kelompok sendiri yang sebagai trainer, agar lebih mempertimbangkan waktu untuk m
elakukan TNA-TNA berikutnya, dikarenakan setiap anggota berasal dari kampus yang
berbeda sehingga jadwal perkuliahan dan organisasi yang tidak sama antar anggota, metode
pengambilan data tidak dilakukan semaksimal mungkin dikarenakan waktu yang sudah tidak
banyak lagi. Jadi diharapkan untuk selanjutnya agar lebih memperhatikan waktu dan metode
yang di gunakan dalam pengambilan data agar data yang di hasilkan dapat menggambarkan
permasalahan dan kebutuhan organisasi dengan semaksimal mungkin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budiharto, Y., & Koentjoro. (2004). Gaya Kepemimpinan, Kohesivitas Kelompok, dan Komitmen
Pada Partai Politik. Journal Uii, 51-61.

Imania, K. A. (2015). Hubungan antara pealatihan outbound dengan. Jurnal Pendidikan


Matematika, 85-92.

Kristina, A. (2013). Model training needs analysis untuk membentuk perilaku inovatif. Jurnal
Ekonomi dan Keuangan.

Kurniawati, F. (2016). Pengaruh Kohesivitas Kelompok dan Kepuasan Kerja Terhadap


Organizational Citizendhip Behavior (OCB). eprint uny, 16-18.

Nur Pratiwi Noviati & Nidya Pratiwi Zipi. (2013). Pengaruh pelatihan outbound terhadap
peningkatan kohesivitas tim tenaga kependidikan. Jurnal Intervensi Psikologi (JIP), 75-91.

Safaria. (2005). Interpersonal intelegence : Metode pengembangan kecerdasan interpersonal anak.


Yogyakarta: Amara Books.

15
TABEL KONTRIBUSI

No. Nama NIM Kontribusi


1 Anisa Nabila (181301003) Mengerjakan Bab II (Landasan Teori)
Menggabungkan dan Mengedit laporan serta
powerpoint,
2 Anggi Shafira (181301015) Mengerjakan Bab II (Landasan Teori)
Membuat powerpoint bagian Bab II
3 Zul Aulia Fitrah (181301019) Mengerjakan Bab I, dan Mencari Data
Organisasi
Mengerjakan power point bagian bab I
4 Ananda Alifiah Siregar (181301059) Mengerjakan Bab III
Mengerjakan power point bagian bab III
5 George Aldie Tobing (181301139) Mengerjakan Bab IV
Mengerjakan power point bagian bab IV
6 Yevin Rayda Haria (181301143) Mengerjakan Bab IV
Mengerjakan power point bagian bab IV
7 Andre Hanedi P. Hasugian (181301175) Mengerjakan Bab V, Membuat Cover, Kata
Pengantar, Daftar Isi, dan Menyusun Laporan,
Membuat power point bab V

16

Anda mungkin juga menyukai